You are on page 1of 13
3MPr Jurnal Man dala Pharmacon Indonesia, Vol 6.No.1 Funi 2020 -Avaiable online at www jumalspharmaconmw.comjmpi BISSN: 2442-6032 ‘eISSN: 2598-9979 Pengukuran Parameter Spesifik Dan Non Sp. Matoa (Pometia pinata J.R & G.Forst) sifik Ekstrak Etanol Daun Fadillah Maryam, Burhanuddin Taebe, Deby Putrianti Toding ‘Sekolah Tinggi llmu Farmasi Makassar ABSTRAK ‘Tanaman matoa (Pometia pinnata J.R. & G.Forst) telah dikenal memiliki banyak efek farmakologis dan digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu dari tanaman matoa yang dimanfaatkan adalah daunnya yang —“berfungsi sebagai antibakteri, diuretik, analgesik dan lain-lain, Agar dapat dijadikan Sebagai bahan baku obat ‘tradisional maka perlu dilakukan. standardisasi, ‘Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh nilainilai standar parameter spesifik dan non spesifik. Ekstrak etanol daun matoa diperoleh dengan cara ekstraksi-metode —maserasi menggunakan etanol 70% — menghasilkan rendamen sebesar 12,98%. Ekstrak yang dibasikan merupakan ekstrak kering, berwarna ‘coklat memiliki rasa pahit dan berbau khas serta mengandung metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, steroid, tanin dan saponin dengan pola Yromatogram yang menunjukkan — adanya beberapa noda dengan nilai RE yang berbeda, PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini, tereatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi regular. Sekitar tanaman telah diidentifikasi dari aspek botani sistematik tumbuhan dengan baik (Saifuddin, dkk.,2011), secara 1000 _jenis Kadar senyawa yang terlarut pada pelarut air sebesar 32,21%, sedangkan kadar senyawa yang larut dalam etanol sebesar 38.56%. Susut pengeringan sebesar 7.03%. Bobot jenis ekstrak Sebesar 0,9013%. Kadar abu total sebesar 2,46%, sedangkan kadar abu tidak larut asam sebesar 0,049%. Kadar air ekstrak sebesar 5%. Total cemaran bakteri sebanyak 7,8x104 kolonifg dan cemaran kapang sebesar 5,gx104 koloni/g. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat beberapa parameter spesifik dan non spesifik memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, Kata Kunei: Daun Matoa, Parameter Spesifik dan Non Spesifik Penulis Korespondensi : Fadillah Maryam Sekolah Tinggi Iimu Farmast Makassar E-mail: dilla.guerjel@yahoo.co.id Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah matoa (Pometia pinnata J.R. & G. Forst). Matoa merupakan jenis tanaman suku Sapindaceae yang tersebar di wilayah Asia Tenggara (Malaysia dan Indonesia) (Sudarmono, 2000). Tanaman ini telah dimanfaatkan oleh Bangsa Asia (Papua, Malaysia dan Indonesia) sebagai salah satu bahan obat tradisional yang diketahui mengandung golongan senyawa berupa flavonoid, tanin dan saponin (Dalimartha, 2005). Tabel 4. Hasil Pengukuran Kadar Senyawa Dalam Pelarut ‘Tertentu ‘Tabel 5. Hasil Pengukuran Susut Pengering Parameter Senyawa terlarut dalam air dan etanol bertujuan untuk mengetahui jumlah senyawa yang terlarut dalam air (bersifat polar) maupun etanol (bersifat semi polar-non polar) (Saifudin, dkk..2011). Kedua pelarut ini dan campuran keduanya merupakan cairan diperbolehkan dan memenubhi syarat kefarmasian. Hasil yang pelarut yang diperoleh yaitu sebesar 32.21% untuk kadar senyawa larut air. Sedangkan untuk kadar senyawa larut etanol sebesar 38,56%. Penjumlahan hasil kadar sari larut air dan etanol juga memenuhi syarat yaitu tidak melebihi 100%. Penjumlahan kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol suatu ekstrak seharusnya tidak akan let (Saifudin, dkk.,2011). Dapat dilihat juga ekstrak lebih banyak terlarut dalam etanol dibandingkan air menunjukkan senyawa aktif dalam ekstrak lebih cenderung mudah tersari dalam etanol dibanding air ih dari 100% karena pelarut etanol merupakan pelarut universal schingga mampu_ menarik senyawa polar dan non polar sedangkan air hanya mampu menarik senyawa yang bersifat polar. Farame- [Radar (@) | Revata | ter T[e par] ew Pe A Kadar() _ [Reratal Pengujian isyarat Sailr |e aK veo Ta Tar] 6 PF 2624)3448 |sso2 | saat Susut Pen 0 sic 82 | 6,00 | 628) 7.0: neangan_ | 782 | 699 703 | i SAT wal awl wae easel | 26 | S12] 489) 9886 |" Zz E 3 3 e B RI, 2000). Nilai susut pengeringan yang diperoleh dari ekstrak daun matoa adalah sebesar 703%. Hal ini menunjukkan besarnya kadar air dan senyawa-senyawa yang hilang selama proses pengeringan adalah 7,03%. Persyaratan yang baik untuk susut pengeringan adalah kurang dari 10%, karena susut pengeringan juga mewakili kandungan air yang yang menguap. Tabel6, Hasil Pengukuran Kadar Air Pemmujtan | RGAE OO) [Reratay mee Tapa] es) | Giar |e ]s se] s | som dilakukan untuk menetapkan residu air setelah proses Penetapan kadar pengentalan atau pengeringan. Hasil penetapan kadar air ckstrak daun matoa sebesar 5%. Range kadar air tergantung jenis ekstrak, untuk ekstrak kering kadar air <10% (Voight, 1995). Kadar air menentukan stabilitas suatu ekstrak, Maryam dkk., Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 6(1);2020 : 1-12 ISSN 2301. se Hil JURNAL FARMAS! UDAYANA HALAMAN 1-124 BDIS| WUNI 2014 Standarisasi Simplisia Ky Buah Manggis (Garcini mangostana L.) (Indrasuari, A. A. A... Wijayanti, N.P.A.D., Dewantara, I G.N.A.) STANDARISASI MUTU SIMPLISIA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Indrasuari, A. A. A..’, Wijayanti, N.P.A.D.", Dewantara, I G.N.A) ‘Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan IImu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Korespondensi: Anak Agung Ayu Indrasuari Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Jalan Kampus Unud-Fimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837 Email: indraswari.anakagungayu @ gmail.com ABSTRAK Kulit buah manggis Garcinia mangostana L.) diketahui memiliki banyak aktivitas farmakologi sebingga scringdiformulasi dalam suatu sediaan farmasi yang digunakan untuk pengobatan, Penggunaan bahan alam dalam suatu formulasi sediaan farmasi_ memerlukan proses standarisasi bahan baku untuk menjamin keseragaman mutu produk tersebut. Pada penelitian ini dilakukan standarisasi terhadap simplisia kulit bush manggis (Garcinia mangostana L.idari Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan ‘yang bertujuan untuk mengetahui mutu simplisia tersebut Hasil penelitian menunjukkan bahwa simplisia kulit buah manggis memiliki susut pengeringan sebesar 9,47 + 0,01 %; kadar abu total sebesar 2,77 + 0,03%; kadar abu tidak larut asam 0,03 + 0,00%; kadar sari lrut air 25,11 £0,330; kadar sari larut etanol 27,64 + 0,35%. Kata kunei: standarisasi simplisi 1. PENDAHULUAN Kulit buah manggis Garcinia mangostana Lidiketahui memiliki aktivitas _antioksidan, ‘antitumor, antiinflamasi, antialergi, antibakteri, dan antimalaria (Chaverri, et 2008) Berdasarkan aktivitas yang dimiliki, kulit buah manggis ini banyak diformulasikan menjadi suatu sediaan —farmast untuk mempermudah penggunaannya dalam pengobatan. Untuk menjamin keseragaman matu dari bahan alam yang diformulasikan dalam suatu sediaan farmasi maka diperlukan sustu proses standarisasi untuk menjamin keseragaman mutu produk (Depkes RI, 2000), Standarisasi simplisia merupakan salah satu tahapan penting dalam pengembangan obat bahan alam yang berasal dari tanaman, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor —261/MENKES/SK/IV2009 tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama —menyebutkan bahwa _ persyaratan standarisasi —simplisia —harus- memenuhi persyaratan dari Farmakope Herbal Indone: HD). Berdasarkan hal tersebut, Kulit buah manggis ini sering diformulasikan dalam suatu sediaan farmasi. Untuk menjamin keseragaman mutu dari .kulit buah manggis, dan Gar 99 a mangostana L, produk farmasi yang menggunakan kulit buah munggis. maka perlu—dilakukan proses standarisasi. 2. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digumakan dalam penelitian ini adalah buah manggis (Garcinia mmngostana L.) yang diperoleh dari Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Pada standarisasi simplisia digunakan_ bahan-bahan sebagai berikut —yaituH{CLetanol 70% Bratachem), toluen, aquadest, dan kloroform. 2.2 Prosedur Penelitian 22.1 Penyiapan Simplisia Kulit Buah Manggis Kulit’ bush manggis yang telah dikumpulkan, dicuei, dan dipotong-potong kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 65°C selama 40 menit. Simplisia kering yang diperoleh_—_selanjutnya_—_diserbukan menggunakan blender, Serbuk —simplisia kemudian diayak dengan mesh 20. Serbuk hasil ayakan disimpan dalam toples, terlindung dari cahaya, dan disimpan pada suhu ruangan (Satongaunet all, 2011). Standarisasi Simplisia Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) (Indrasuari, A. A. A... Wijayanti, N.P.A.D., Dewantara, I G.N.A.) 22.2 Standarisasi Simplisia ‘A. Penetapan Susut Pengeringan Botol timbang disiapkan, dipanaskan pada suhu 105°C selama 30 meni, lalu ditimbang. Hal tersebut dilakukan sampaimemperoleh bobot botol timbang yang konstan atau perbedaan hasil antara 2 penimbangan tidak melebihi 0,005 g. Sebanyak |g bahan uji ditimbang, dimasukkan ke dalam botol timbang. Bahan uji kemudian dkeringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang — kembali.Proses_pengeringan dilanjutkan dan timbang kembali selama 1 jam hingga perbedaan antara penimbangan berturut~ turut tidak lebih dari 0.25% (Depkes RI, 2000). Susut pengeringan dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini Susu pengeringan (66) = “= 100% Kelerangan.: a= berat aval. senplisia (g); b= erat akhir simplisia (g). B. Penetapan Kadar Abu Total Bahan uji ditimbang dan dimasukkan dalam rus porselin yang telah dipijar dan ditara. Krus porslia dipier pus mis OOS kemndian angie det caupbeng “seep dipeieh tebet tetay. Kedar abn litang terecp baben fjug ah diteringlon i cae (epee HE, 2000). C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ‘Abu yang diperoleh dari hasil penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 mL asam Korida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijar sampai bobot tetap, ieunalvan dstipintan dan dstnbiing, Kalhy abe ‘Tabel A.1. Hasil Standari Kulit Bush Mang; yang tidak Iarut dalam asam dibitung terhadap Yahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000), D. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air Bahan uji dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air-Kloroform (2,5 mL koroform dalam sakuades sampai 100 mL) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring, Filtrat sebanyak 20 mL divapkan sampai fering dalam cawan penguap yang berdasar rata ‘yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar ‘dalam persen sari yang larut dalam air dihitung ‘erhadap bahan yang telah dikeringkan di udara ‘Depkes RI, 2000). E. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol Bahan uji dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL. etanol 95% dalam labu bersumbat sambil -sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring Filtrat diuapkan sebanyak 20 mL. sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang ‘telah dipanaskan dan ditara, Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari larut dalam etanol 95% dihitung ‘erhadap bahan yang telah dikeringkan di udara ‘epkes RI, 2000). 3. HASIL 3.1.1 Standarisasi Simplisia Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana L.) Hasil standarisasi simplisia kulit bush manggis dapat dilihat pada tabel AL (Garcinia mangostana L.) No. Tenis Penctapan Data Penelit ‘Syarat_ Keterangan (_+SD) Ful T. _ Susutpengeringan 947 £0.01 <10% 2. Kadarabu total 277 £0,038 2.9% 3. Kadarabu tidak larut asam 003 + 0,00 04% 4, Kadar sari larut air 25,11 + 0.33 324,6%, 5, Kadar sari Larutetanol 27.64 + 0.35 224.3%, Keterangan: = memenuhi persyaratan. 4, PEMBAHASAN 100 Standarisasi Simplisia Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) (Indrasuari, A. A. A.., ‘Wijayanti, N.P.A.D., Dewantara, I G.N.A.) Depkes RI, 2000). Hasil yang diperoleh susut pengeringan 9,47 £0.01 %; kadar abu total 2,77 + 0,03%; kadar abu tidak larat asam 0,03 + 0.00%; kadar sari larut air 25,11 20,33%; dan kadar sari larut anol 27,6420,35%. Keseluruhan pengujian standarisasi telah —memenuhi _persyaratan Farmakope Indonesia, Namun, untuk penetapan kadar -mangostin tidak dilakukan arena keterbatasan larutan standar yang dimiliki ‘Adapun tujuan dari penentuan ‘kadar senyawa terlarut dalam pelsrut tertentu bertujuan untuk memberikan yambaran awal _jumlah kandungan senyawa yang dapat diekstraksi Depkes RI, 2000), Hasil__penelitian menunjukken babwa simplisia kulit buah manggis memiliki kandungan senyawa yang lebih ‘banyak larut dalam etanol yaitu 27,64 +20,35% sedangkan senyawa larut ait yaitu 25,11 0.33%, Sedangkan untuk penentuan kadar abu total dan kadar abu tidak Jarut asam bertujuan untuk —menentukan baik tidaknya — suatu pengelolahan — danmemberikan — gambaran Kandungan mineral internal dan eksternal yang terkandung dalam simplisia (Depkes RI, 2000). Berdasarkan penelitian ini simplisia kulit bush manggis yang) digunakan _mememuhi persyaratan— standarisasi—simplisia dalam Farmakope Herbal Indonesia yaitu susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak brut asam, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol. 5. KESIMPULAN Simplisia kulit’ bua manggis yang digunakan telah ~— mememubi—_persyaratan standarisasi —simplisia dari _persyaratan Farmakope Herbal Indonesia yaitu memiliki susut pengeringan 9,47 # 0.019%; Kudar abu total 2.77 © 0.03%: kadar abu tidak larut asam 0,03 0.00%; Kadar sari larut air 25,11 + 0.33%, kadar sari larutetanol 27.64 +0,35%. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada I Gede Pasek Budiyasa, Anggi Heru Pradipta, dan Surya Wedana JS atas dukungan dan semangatnya, Serta. pihakepihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian jarnal penelitian ini, 101 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:261/MENKESSK/IV/2009 tentang Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Chaverri, LP, N.C. Rodriguez, M.O. Ibarra, IMP. Rojas. 2008. Medical properties of mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical Toxixology. 46:3227-3239. Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Fkstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Hal. 3-30. Depkes RI. 2010. Farmakope Herbal Indonesi: Suplemen I. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal. 64467. Satongaun, W., R. Assawarachan, and A, Noomhorm.2011. The Influence of Drying ‘Temperature and Extraction Methods on a Mangestin in Mangosteen Pericarp. J Food Sci Eng 1:85.92, ARTIKEL PENELITIAN STANDARDISASI EKSTRAK ETANOL UMBITAWAS UT (Ampeltocissus rubiginosa Lauterb.) ASAL KALIMANTAN TENGAH Nurul Qamariah', Rezqi Handayani, Reni Wulandari? 123 Program Studi Dill Farmasi Fakuttas llmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya E-mail : engiyz9@gmail,com ABSTRAK Standardisasi adalah proses menjamin bahwa produk akhir obat mempunyai nilai mutu yang baik berdasarkan parameter tertentu yang sudah ditetapkan. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran standardisasi ekstrak etanol Umbi Tawas Ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) asal Kalimantan Tengah. Peneitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan laboratorium yang terbagi menjadi dua parameter yaitu parameter spesifik dan non spesifik. Penetapan parameter spesifik meliputi identitas ekstrak, pemenksaan organoleptik dan uji identiikasi senyawa kimia, dan parameter nonspesfik meliputi kadar abu tolal, kadar abu tidak larut asam, bobot jenis dan cemaran mistoba. Hasil parameter standardisasi spesifik, dari identitas ekstrak diperoleh nama ekstrak, ekstrak etanol umbi Tawas Ut, nama latin tumbuhan (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.), bagian tumbuhan yang digunakan yaitu umbi, dan nama Indonesia tumbuhan adalah Tawas Ut, pemeriksaan organoleptik memperoleh hasil ekstrak dengan bentuk kental, wama merah tua, tidak berbau dan rasa pahit dan telat, uji identifikasi senyawa kimia menunjukkan bahwa ekstrak posttf mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Hasil parameter standardisasi non spesifik ekstrak menunjukkan kadar abu total 0,61 + 10“, kadar abu tidak larut asam sebesar 0,17% + 10 x 10%, bobot jenis 0,151 massa/volume + 6x10, dan pengujian cemaran mikroba, angka kapang dan khamimya tidak ada cemaran yang berarti ekstrak tidak tercemardan sudah memenuhi syarat. Kata kunci:Standardisasi, Tawas Ut, Ampelocissus rubiginosa Lauterb JURNAL SURYA MEDIKA Volume 5 No. 1 (2019) 131 STANDARDISASI EKSTRAK ETANOL UMBI TAWAS UT (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) ASAL KALIMANTAN TENGAH Tahap awal yang dilakukan untuk meneliti khasiat umbi Tawas Ut adalah dengan. standardisasi. Menurut refrensi i] defn simp adalah /bahan dikeringkan. Jika dilihat dari pengertian tersebut maka yang selama_ ini dmanfaatkan oleh masyarakat adalah simplisia umbi Tawas Ut, yang dimana c@ra_penggunaannya masih tergolong tradisional. Karena penggunaan obat tradisional saat ini belum dapat dgunakan seperti obat modem, karena harus ada uji lanjut dalam bidang khasiat dan keamanan obat herbal [5]. Salah satu cara penggunaan obat yang medern adalah dengan mengubah simplisia dari tumbuhan yang diinginkan menjadi ekstrak dengan cara ekstraksi. Ekstraksi adalah kegiatan untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memilki khastat pengobatan dari bahan asainya agar lebih mudah dgunakan dan disimpan{6]. Oleh karena itu perlu dilakukan standardisasi ekstrak umbi Tawas Ut yang bertujuan untuk memperoleh data karakterisasi ekstrak sehingga dapat menjamin mutu dan khasiat sari ekstrak tumbuhan tersebut.Dalam standardisasi ekstak dbagi parameter spesiik dan non spesifik menjadi dua parameter yaitu MenurutRefrensi [7]. parameter spesifik ekstrak dibagi menjadi beberapa ji antara lain identitas ekstrak, pemeriksaan organoleptik pada ekstrak, dan ji identifikasi senyawa kimia _ekstrak. Sedangkan parameter non spesifik ekstrak antara lain uji bobot jenis, kadar abu, sisa pelarut, dan cemaran mikroba. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan umbi Tawas Ut yang masih segar di Kahayan Kota Palangkaraya. Sebelumnya peneliti membuat membuat Pasar herbarium kering dari tumbuhan Tawas Ut untuk kemudian dilakukan determinasi tumbuhan. tumbuhan dlakukan untuk mengetahui tumbuhan ‘tersebut. tumbuhan dilakukan oleh Lembaga IImu Pengetahuan (LIP) yang berkantor di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Hasil dari determinasi dapat dilihat pada tampiran 2. Dari hasil determinasi ini dapat dketahui bahwa tumbuhan Tawas Ut merupakan salah satu anggota suku Determinasi spesies Determinasi Indonesia vitaceae latin Lauterb, dengan nama Ampebcissus —rubiginosa Selanjutnya peneliti membuat simplisia dari umbi Tawas Ut dan selanjutnya simplisia tersebut di ekstraksi sehingga simplisia tersebut menjadi ekstrak cair JURNAL SURYA MEDIKA Volume 5 No. 1 [2019] 135 PENAPISAN FITOKIMIA DAN KARAKTERISASI SIMPLISIA DAUN JAMBU MAWAR- (Syzygium jambos Alston) Selpida Handayani’, Komar Ruslan Wirasutisna®, Muhamad Insanu? Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia ?Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung Email : Selpida handayani @umi.ae id ABSTRAK ‘Syzygium jambos Alston adalah tumbuhan dari suku Myrtaceae. Secara tradisional daun dan awetan bunga biasanya digunakan sebagai obat penenang, kulit kay dan bijinya dapat mengobati demam, diare dan disentri. Buah dan kulit batang ~mengandung saponin, flavonoid dan tannin, dsamping itu daun dan buahnya mengandung polifenol. Namun penelitian kandungan kimia tumbuhan yang bermanfaat tersebut di Indonesia masih sedikit dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan senyawa fitokimia dan mengkarakterisasi simplisia daun $. jambos. Dilakukan pengambilan sampel dan pengolahan simplisia daun jambu mawar kemuian dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut dengan kepolaran bertingkat (n-heksana, etil asetat, dan metanol). Dilakukan karakterisasi serbuk simplisia meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam, penetapan susut pengeringan serta penetapan kadar sari larut air dan etanol. Pernerksaan kandungan kimia alkaloid: menggunakan pereaksi Dragendroff dan Mayer; flavonoid: menggunakan pereaksi serbuk magnesium, HC! 2.N serta amil alcohol; tannin : diberikan pereaksi FeCl, larutan gelatin 1% dan Steasny; fenol :ditetesi larutan FeCI3 10%; saponin: ditambahkan beberapa tetes asa Klorida 2 N; steroid/triterpenoid: diteteskan pereaksi Liebermann-Burchard. Diperoleh nilai kadar air 8,33 +1,52, kadar abu total 7,64 +0,08 dan kadar abu tidak larut asam 5,41 +0,15, susut pengeringan 15,33 +4,04, kadar sari larut air 20,90 +0,56 serta kadar sari larut etanol 22,43 21,35. Penapisan fitokimia ekstrak daun S. jambos mengandung fenol, flavonoid, dan steroidtriterpe noid. Kata Kunci : Syzygium jambos, penapisan fitokimia, karakteristik simplisia PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayali terbesar di dunia yang memitiki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat ting. Hingga saat ini, tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang yang sebagai bahan baku industri farmasi secara regular. Sekitar 1000 jenis tanaman telah diidentifikasi dari aspek botani sintematik tumbuhan yang balk. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayortas tumbuhan untuk JF FIK UINAM VoL No.3 2017 melibatkan menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka. Fakta fakta tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan bat memiliki arti penting —yakni-secara._—- mendasar mendukung kehidupan maupun potensi perdagangan. Fakta bahwa obat —berbasis tumbuhan telah melekat dalam di dalam kehidupan masyarakat, indonesia negara terkaya biodiversitasnya, kecendrungan ‘orang kembali ke alam meneguhkan peran penting tumbuhan sebagal sumber obat bahakan berpotensi nilai ekonomi tinggi a4 penerima mendingin _ sampai temperatur kamar. Setelah lapisan air dan toluena memisah sempuma, volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam % tethadap berat simplisia semula. Pekerjaan diulang 3 kali. Sebaiknya devisiasi_hasil antar pekerjaan tidak = lebih. dari 25%.(Saifudin, 2011) Penetapan kadar abu Penetapan Kadar abu tidak larut dalam air panas Lebih kurang 2,0 g simplisia dtimbang seksama dimasukkan ke dalam rus siikat_ yang telah dpijarkan dan ditarakan_kemudian dpijarkan kembali_pertahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan dtimbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, di saring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa dan kertas saring dalam kurs yang sama. Dimasukan filtrat ke dalam kurs, diuyapkan dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Kadar abu dhitung tethadap bahan yang telah dikeringkan. Penetapan dilakukan ipl untuk masing-masi (Depkes RI, 2000). b. Penetapan Kadar abu yang tidak larut dalam asam Abu yang diperolen pada penetapan kadar abu total, dididihkan dengan 25 mi asam sulfat encer p selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut asam. saring melalui JF FIK UINAM Vol5 No.3 2027 kertas saring bebas abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang dikeringkan. —- Penetapan dilakukan triplo untuk masing-masing ekstrak (Depkes RI, 2000). Penetapan susut Pengeringan fain’ yang. hilang).Pengukuran sisa zatdilakukan dengan —pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai beratkonstan dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri). Dalam redaksi yang laindinyatakan = bahwa sus pengeringan merupakan pengukuran sisa_ zat setelah pengeringanpada temperatur 1050C selama 30 menit atau sampai_—konstan, yang dinyatakan dalampersen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisapelarut_ —organik)—_identik dengan kadar aif, yaitii kandungan air Karena berada diatmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000).Perhitungan susut pengeringan.susut pengeringan = (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal x100% 176 FARMAKOPE HERBAL INDONESIA EDISI II 2017 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA -14- Pola kromatografi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter sebagai berikut: Fase gerak : Toluen P-etil asetat P (93:7) Fase diam : Silika gel 60 Fiss Larutan uji + 10% dalam etanol P, gunakan Larutan wji KLT seperti tertera pada Kromatografi <61> Larutan pembanding : Eugenol 1% dalam etanol P Volume penotolan : 3 ul Larutan ujédan 1 ul. Larutan pembanding Deteksi : Anisaldehid-asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 100° selama 5-10 menit dan sinar tampak Keterangan: S: Simplisia rimpang P: Pembanding eu; Rypembanding eugenol 0,82 Ry 1.0,77 Ry2. 0,82 Ry3. 0,86 Ss P Susut pengeringan <1 11> Tidak lebih dari 10% Abu total <81> Tidak lebih dari 4,2% ‘Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 3,2% Sari larut air <91> Tidak kurang dari 15,8% Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 5,7% Kandungan Kimia Simplisia Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,80% v/b Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71> - 270 - Keterangan: S: Simplisia rimpang kunyit P: Pembanding kurkumin Ry pembanding kurkumin 0,62 Ry 1.0.09 R/2, 0,24 Ry 3. 0,62 S P Susut pengeringan <111> Tidak lebih dari 10% Abu total <81> Tidak lebih dari 8,2% Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,9% Sari larut air <01> Tidak eurang dari 11,5% Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 11,4% Kandungan Kimia Simplisia Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 1,85% v/b Lakukan penetapan kadar sestai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71>. Kadar kurkumin Tidak kurang dari 3,82% Lakukan penetapan kadar seperti tertera pada Spektrofotometri <51>. Larutan uji Timbang seksama lebih kurang 20 mg serbuk simplisia, masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10 mL etanol P, vorteks selama 30 menit dan diamkan selama 1 jam. Saring dengan kertas saring ke dalam labu tentukur 10-mL. Tambahkan melalui kertas saring etanol P sampai tanda. Larutan pembanding Timbang seksama lebih kurang 10 mg kurkumin, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan etanol P sampai tanda. Buat seri pengenceran larutan pembanding dengan kadar berturut-turut 100, 60, 40, 20, 10, dan 2 g/ml. Larutan blangko Etanol P Prosedur Pipet secara terpisah 3 mL Larutan wji, masing-masing seri Larutan pembanding dan Larutan blangko ke delam wadah yang sesuai. Ukur serapan pada panjang gelombang, serapan maksimum lebih kurang 420 nm. Buat kurva kelibrasi. Hitung kadar kurkumin dalam serbuk simplisia dengan kurva haku atau dengan ramus:

You might also like