Professional Documents
Culture Documents
B. PENGANTAR TEORI
1. Nama Blok Terkait
Blok 2.3 Basic Sciences of Continuity & Life Cycle
2. Contoh Aplikasi Keterampilan Klinis Dalam Praktik Klinis Dokter Layanan Primer
Dalam praktik klinis dokter layanan primer, pemeriksaan fisik neonatus dan Apgar score dapat
diaplikasikan saat menolong bayi baru lahir dari persalinan atau saat kunjungan neonatus.
Perbandingan bayi yang lahir preterm dan aterm dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar
2. Sedangkan untuk contoh gambaran klinis bayi yang lahir preterm dan posterm dapat dilihat
pada Gambar 4, 5, 6, 7 dan 8.
Tabel 2. Perbandingan bayi preterm dan aterm (Lissauer and Clayden, 2012)
Gambar 4. Kulit bayi preterm : kulit translusen, tipis, vena tampak jelas (Zitelli et al., 2018).
Gambar 6. Lanugo. Rambut halus ini didapatkan pada bayi usia gestasi 24-32 minggu
(Zitelli et al., 2018).
Gambar 7. Kartilago telinga.
Kartilago telinga belum terbentuk pada bayi usia 26 minggu ini yang ditunjukkan dengan tidak
adanya recoil telinga (telinga mudah dilipat)(Zitelli et al., 2018).
c. Tanda Vital
1) Nadi
Nadi dinilai frekuensi, irama, kualitas dan ekualitasnya. Laju nadi sesuai usia tercantum pada
Tabel 3.
Tabel 3. Laju Nadi Bayi
Laju (denyut/menit)
Umur
Istirahat (bangun) Istirahat (tidur) Aktif/demam
2) Tekanan darah
Tekanan darah diukur saat kondisi neonatus tenang, posisi tidur terlentang. Manset yang
digunakan harus sesuai usia dan berukuran 1/2 – 2/3 panjang lengan atas.
3) Frekuensi nafas
Frekuensi nafas dapat dinilai dengan cara inspeksi, palpasi, atau auskultasi. Penilaian dengan cara
inspeksi dilakukan dengan menghitung gerakan dada selama satu menit. Teknik palpasi dilakukan
dengan cara meletakkan tangan pada dinding abdomen/ dada dan dihitung pergerakan nafas yang
dirasakan selama satu menit. Teknik auskultasi dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi nafas
selama 1 menit melalui stetoskop. Laju nafas bayi baru lahir berusia 40 minggu normalnya.
Nilai normal laju nafas neonatus adalah 30 – 60 kali permenit.
4) Suhu
Suhu badan diukur menggunakan termometer. Pengukuran suhu dapat dilakukan
menggunakan thermometer digital diletakkan di aksila. Pengukuran ditunggu selama 3-5
menit. Pada pemeriksaan di aksila, perlu diperhatikan agar termometer bersinggungan
langsung dengan kulit dan tidak terhalang kain baju.
e. Kepala
Frontanella merupakan area pertemuan dari tiga atau lebih tulang cranium. Area ini dapat
diperiksa dengan cara palpasi dan akan terasa sebagai daerah yang teraba lunak. Frontanella
posterior pada saat lahir berukuran 0,5 cm yang akan segera menutup. Frontanella anterior
berukuran lebih besar, yaitu 1 – 5 cm dan akan menutup setelah usia 18 bulan. Frontanella
anterior pada kondisi istirahat teraba datar, tidak membonjol maupun cekung. Frontanella
anterior akan menonjol ketika anak menangis. Sutura merupakan celah antara dua tulang
cranium. Meskipun teraba, celah ini tidak terlalu lebar. Sutura dapat teraba menonjol pada kondisi
over-riding suture yang akan hilang seiring berjalannya waktu.
Ukuran lingkar kepala diukur dengan menggunakan pita meteran. Pita meteran dilingkarkan
pada kepala melewati occiput, tulang parietal, dan glabella. Pengukuran diulang sebanyak tiga kali
dan diambil nilai yang terbesar. Lingkar kepala bayi baru lahir berkisar 32 – 37 cm.
f. Wajah
Beberapa sindroma dapat memiliki ciri wajah yang khas seperti sindroma Down. Wajah kedua
orang tua perlu dilihat sebelum membuat pernyataan bahwa muka neonatus tidak biasa karena
tampilan wajah tersebut dapat bersifat familial. Pada pemeriksaan wajah, penting uga untuk
meluhat simetrisitas wajah. Wajah asimetris dapat disebabkan oleh abnormalitas perkembangan
tertentu, deformitas postural, atau merupakan bagian dari sindroma. Kulit wajah yang normal
warnanya seragam kemerahan, perfusi baik, dan tidak dijumpai pembengkakan.
g. Mata
Sebelum melakukan pemeriksaan mata, seorang dokter harus memahami anatomi normal
mata. Periksa dengan teliti keberadaan kedua bola mata. Periksa ukuran, posisi (termasuk
jarakantar mata), epikantus, kelopak mata, alis, dan slant of palpebral fissures (Gambar 12).
Gambar 12. Lipatan epikantus (Baston and Durward, 2010)
Sklera normal berwarna putih. Sklera kuning dapat dijumpai pada jaundice, sklera biru pada
bayi dengan osteogenesis imperfect. Kornea normal bening. Opasifikasi kornea dapat dijumpai
pada keadaan galukoma kongenital. Refleks fundus normalnya dapat dilihat dengan
ophthalmoscope +10 dioptri pada jarak 15-20 cm dari mata. Tidak adanya reflex fundus dapat
disebabkan oleh katarak atau retinoblastoma. Katarak dapat dilihat menggunakan mata telanjang
dengan cara mengarahkan cahaya secara tangensial ke mata.
h. Hidung
Bayi bernafas melalui hidung. Untuk mengecek patensi dari lubang hidung, dapat dilakukan
penutupan dari lubang hidung sisi yang lainnya.
i. Mulut
Pada gusi dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat kista, sumbing, atau gigi
neonatal. Pada pemeriksaan lidah, perlu diperiksa mengenai keberadaan kista. Ukuran lidah harus
diperhatikan dan dasar mulut di bawah lidah juga perlu diperiksa. Palatum harus diinspeksi secara
seksama untuk mengetahui adanya celah/ sumbing.
j. Telinga
Pemeriksaan telinga dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, dan abnormalitas
pada telinga (Baston and Durward, 2010). Menilai ukuran, bentuk, dan posisi telinga dapat
mengungkapkan kelainan bawaan. Telinga dianggap rendah (low set ear) ketika heliks telinga
bertemu dengan kranium pada ketinggian di bawah bidang horizontal yang melalui kedua inner
canthi (Gambar 13) . Low-set ear sering kali merupakan tanda kondisi genetik (misalnya, sindrom
Down, Turner, atau trisomi 18). Mikrotia (pinnae kecil dan terbelakang) umumnya berhubungan
dengan defek lain, seperti sindrom CHARGE. Karena skin tag dan lubang telinga preauricular
berhubungan dengan gangguan pendengaran permanen pada bayi baru lahir, skrining dan
pemantauan ketat sangat diperlukan (Lewis, 2014).
Gambar 13. Evaluasi posisi telinga pada bayi baru lahir. (A) Posisi telinga normal. (B) Low-set ear,
berotasi ke posterior, yang mungkin merupakan tanda kondisi genetik, seperti sindrom Down, Turner,
atau trisomi 18 (Lewis, 2014).
k. Thorax
Dada yang normal simetris dan terdapat dua aerola mammae yang masing-masing berada di
lateral linea mid clavicularis.
1) Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler harus meliputi heart rate, heart rhythm, heart position,
pulse volume dan heart sound
● Warna
Kebanyakan bayi berwarna pink, meskipun beberapa bayi menunjukkan akrosianosis
(sianosis perifer) tanpa signifikansi. Sianosis terjadi ketika darah mengangkut oksigen
dengan kurang. Tidak semua bayi dengan kelainan jantung kongenital menunjukkan
sianosis. Ketika terjadi sianosis, hal ini dapat diakibatkan oleh 3 mekanisme: 1) aliran
pulmoner yang rendah; 2) aliran transposisi; 3) percampuran sempurna intrakardiak.
● Heart rate and rhythm
Heart rate normal pada neonatus berkisar 90 – 140 x/ menit dan normalnya regule. Variasi
pada regularitas denyut jantung dapat diakibatkan oleh variasi aliran darah ke paru pada
masing-masing nafas.
● Nadi femoral/ volume nadi
Denyut femoral diraba di bagian inguinal. Denyut brachial diraba di bagian fosa cubiti.
Denyut femoral dibandingkan dengan denyut brachial. Denyut brachial dextra
dibandingkan dengan denyut brachial sinistra.
● Suara jantung
Normalnya hanya ada dua suara jantung yang terdengar. Bunyi jantung pertama
(paling baik didengar di apeks) mewakili penutupan katup mitral dan trikuspid. Bunyi
jantung kedua (paling baik didengar di spasium interkostal kedua) sebenarnya terdapat
splitting. Komponen pertama bunyi jantung kedua mewakili penutupan katup aorta dan
komponen kedua mewakili penutupan katup pulmonal. Plitting bunyi jantung kedua ini
biasanya menjadi lebih jelas selama fase inspirasi pernapasan, tetapi pada neonatus,
dengan detak jantung yang relatif cepat, splitting tersebut sulit dideteksi. Suara jantung
dirangkum dalam Tabel 4.
Telinga manusia biasanya tidak dapat mendeteksi bunyi jantung ketiga dan keempat.
Bunyi jantung ketiga menunjukkan pengisian ventrikel yang dimulai segera setelah katup
mitral dan trikuspid terbuka, dan bunyi jantung keempat menunjukkan pengisian
ventrikel yang terjadi sebagai respons terhadap kontraksi atrium.
● Ukuran hepar
Tepi hepar biasanya teraba 1 cm di bawah arcus costae. Pembesaran hepar dapat
dijumpai pada kasus gagal jantung.
2) Sistem Respirasi
● Warna
Tidak semua bayi dengan penyakit system respirasi. Sianosis dapat merupakan
manifestasi akhir dan didahului dengan pucat.
● Usaha respirasi
Neonatus biasanya bernafas tanpa banyak usaha. Pernafasan biasanya tenang, gerakan
dada perut simeris, dan tidak terdapat penggunaan otot bantu nafas.
● Suara respirasi
Bayi yang normal bernafas dengan tenang dan tidak terdapat grunting. Grunting atau
merintih merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suara yang terjadi
ketika neonatus berusaha untuk menghembuskan nafas melawan glottis yang tertutup
secara parsial dalam usaha untuk menahan alveoli kolaps.
● Laju respirasi
Kebanyakan neonatus bernafas dengan laju 40 – 60 kali permenit. Pola nafas biasanya
regular, namun beberapa bayi memiliki periode sampai 10 detik tanpa nafas.
● Air entry
Saat melakukan auskulasi paru-paru biasanya hanya ada suara nafas yang terdengar,
artinya lapang paru-paru biasanya bersih. Masuknya udara biasanya simetris, tetapi
karena jarak saluran udara yang lebih besar relative dekat ke dinding dada, suara napas
mungkin terdengar seperti bronkial (seperti yang terdengar di tenggorokan atau seperti
suara pada pneumonia).
● Perkusi
Suara perkusi paru normalnya sonor. Redup dijumpai dapat pada kondisi pneumonia
sedangkan hipersonor dapat dijumpai pada kondisi pneumothoraks.
l. Abdomen
● Warna
Abdomen sebagian besar bayi berwarna pink. Deviasi dari warna pink dapat
menunjukkan kelainan yang mendasari, contohnya warna dusky menunjukkan usus nekrosis,
kemerahan menunjukkan usus inflamasi.
● Bentuk
Bentuk abdomen normalnya tidak dijumpai distensi maupun bentuk scaphoid. Bentuk
perut dapat bervariasi tergantung pada apakah bayi baru saja diberi makan, menangis, atau
kandung kemih penuh. Bentuk yang ekstrim dapat mengindikasikan berbagai kondisi
patologis yang mendasari seperti obstruksi usus, hernia diafragmatika, dsb.
Palpasi dilakukan paling baik dilakukan dari sisi kanan bayi. Tangan kanan melakukan palpasi
dengan lembut. Palpasi diawali dengan palpasi superfisial, kemudian setelah bayi tampak mulai
terbiasa dapat dilakukan dengan palpasi dalam. Palpasi dilakukan dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah di lapang abdomen.
- Palpasi margo hepar. Mulailah di kuadran kanan bawah dan lanjutkan perlahan ke atas menuju
area subkostal kanan (di bawah tulang rusuk). Prosedur ini harus diulangi dari tengah abdomen
karena lobus kiri hati dapat membesar secara terpisah. Margo hepar biasanya dapat diraba
sampai 1 cm di bawah batas kosta. Tepi yang teraba pada lebih dari 1 cm mungkin tidak normal.
- Palpasi lien. Mulailah di kuadran kiri bawah dan lanjutkan perlahan ke atas. Limpa dapat
dengan mudah dibedakan dari ginjal kiri karena memiliki takik, yang relatif mudah teraba, dan
bergerak dengan pernapasan.
- Palpasi ginjal. Letakkan tangan kiri di pinggang kiri dan jari-jari tangan kanan di depan perut di
atas tangan kiri. Dorong perlahan tangan kiri ke depan menuju tangan kanan. Ulangi prosedur
ini di sisi kanan untuk meraba ginjal kanan. Ginjal kanan mungkin hanya dapat diraba, karena
cenderung terletak lebih rendah di perut posterior karena adanya hati di sisi yang sama. Ginjal
kiri seringkali tidak bisa dipalpasi.
- Palpasi kandung kemih. Kandung kemih sering diraba sebagai 'kepenuhan' yang naik dari
pelvis.
- Palpasi massa. Seperti halnya organ intra-abdominal, setiap massa abdomen harus diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan bahkan auskultasi untuk mengetahui asal muasalnya.
Pengetahuan tentang tahapan perkembangan isi perut sangat berharga karena dapat
membantu identifikasi suatu massa.
● Nyeri tekan
Terkadang sulit untuk mengetahui apakah bayi memiliki nyeri tekan atau tidak. Nyeri tekan
biasanya menunjukkan patologi yang mendasari, tetapi mungkin hanya ditunjukkan oleh perut
yang kaku, bayi yang menangis atau bayi dalam posisi berlutut - semua tanda yang dapat
ditemukan dalam keadaan lain.
● Umbilikus
Ukuran umbilikus mungkin dapat memberikan petunjuk mengenai pertumbuhan intrauterine –
bayi yang lebih berat cederung memiliki lebih banyak Warthon’s jelly. Umbilicus dapat lembab
dan berbau. Tidak ada efek yang menguntungkan dari pemberian rutin antiseptic atau antibiotic
topikal. Menjaga umbilicus tetap kering dan bersih merupakan perawatan umbilicus yang paling
tepat.
Setelah beberapa hari pemotongan tali pusat, yaitu antara 5 dan 15 hari, sering kali ada sedikit
kemerahan di sekitar umbilikus. Hal ini biasanya tidak penting, tetapi jika kemerahan mulai
menyebar dan meluas ke dinding perut, mungkin mengindikasikan infeksi asendens yang
memerlukan pengobatan.
m. Ekstremitas
Tangan dan kaki normalnya bengkak dan simetris. Biasanya terdapat multiple palmar crease dan
crease di seluruh telapak kaki pada bayi aterm. Hitung jumlah jari di masing-masing kaki dan
tangan. Jari yang normal tidak fusi, pendek, atau berbentuk abnormal. Kuku seharusnya terbentuk
secara sempurna.
n. Genitalia
1) Genitalia laki-laki
Skrotum dapat tampak relative halus atau memiliki rugae. Skrotum biasanya membentuk
struktur bifida; bayi harus diperiksa secara seksama untuk mengkonfirmasi apakah terdapat
testis pada masing-masing sisi. Perubahan warna pada skrotum dapat terjadi pada torsio
testis; testis yang mengalami torsio akan terasa nyeri.
Skrotum biasanya berisi dua testis yang teraba pada masing-masing sisi skrotum. Masing-
masing testis biasanya berdiameter 1 – 1,5 cm, namun dapat terasa lebih besar jika terdapat
hidrokel (transluminasi positif). Apabila testis tidak teraba pada salah satu sisi, bagian inguinal
sisi tetis yang belum turun perlu dipalpasi secara seksama karena mungkin testis belum turun
secara sempurna.
Gambar 15. Pembengkakan pada skrotum. (a) Hidrokel unilateral. (b) torsio testis.
2) Genitalia perempuan
Labia yang besar mungkin menunjukkan bahwa bayi mengalami indeterminate sex di
mana mungkin terdapat testis di dalamnya. Labia yang besar juga dijumpai pada bayi kecil
atau bayi preterm. Warna gelap labia bayi mungkin dijumpai pada bayi dengan orang tua
selain berkulit putih, namun juga dapat menunjukkan kondisi hiperplasia adrenal kongenital.
Klitoris mungkin tampak cukup besar pada bayi kecil atau preterm, namun ukurannya
perlu dibandingkan dengan struktur terkait lainnya.
o. Anus
Menentukan patensi anus bukan hal yang mudah. Merupakan hal yang penting untuk
mencatat apakah bayi sudah mengeluarkan meconium atau belum. Pengeluaran meconium yang
>24 jam harus diwaspadai akan adanya Hirschprung’s disease. Pengeluaran meconium terlambat
juga dapat dijumpai pada bayi yang sudah mengeluarkan meconium di dalam uterus. Pemeriksa
juga harus memperhatikan apakah meconium dikeluarkan di lokasi selain anus. Hal ini dapat
menunjukkan terdapatnya fistula.
p. Refleks Primitif
1) Refleks moro
Refleks moro adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada
bayi. Bayi dalam posisi telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat
beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa. Bayi akan kaget dengan lengan
direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan terbuka disusul dengan gerakan
lengan adduksi dan fleksi. Pada bayi prematur, setelah merentangkan lengan tidak selalu
diikuti oleh gerakan fleksi. Gerakan tungkai bukan bagian yang khas untuk refleks Moro. Kalau
tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali berarti abnormal, begitu juga kalau
rentangan lengan asimetris.
2) Refleks menghisap
Refleks menghisap didapatkan pada usia gestasi 28 minggu dan terintegrasi pada usia 2-
5 bulan. Suatu objek yang diletakkan dalam mulut bayi akan menyebabkan
Gerakan.menghisap yang ritmis.
3) Refleks palmar
Pemeriksaan reflex palmar dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada telapak tangan
bayi. Bayi akan merespon dengan melakukan fleksi jari-jari tangan.
4) Refleks plantar
Didapatkan pada usia gestasi 37 minggu dan tersupresi pada usia 2-4 bulan. Saat
ditopang pada posisi tegak dan diarahkan ke depan, bayi dengan kaki di atas meja akan
melakukan gerakan melangkah bergantian dan ritmis.
r. APGAR Score
APGAR score merupakan penilaian yang sangat penting untuk dilakukan segera setelah bayi lahir.
APGAR score menilai 5 komponen yaitu warna kulit, denyut jantung, reflex, tonus otot, dan
respirasi. Masing-masing komponen diberi nilai 0, 1, atau 2. APGAR score dilaporkan pada menit ke-
1 dan ke-5 setelah lahir pada semua bayi dan dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20 pada
bayi yang memiliki skor kurang dari 7.
APGAR score berguna untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi keseluruhan neonatus
dan responnya terhadap resusitasi. Meskipun demikian, resusitasi harus dimulai sebelum skor
APGAR menit ke-1. Oleh karena itu, APGAR score tidak digunakan untuk menentukan kebutuhan
akan resustitasi awal dan langkah resusitasi yang dibutuhkan.
C. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Telah lahir bayi dari ibu G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu di puskesmas tempat Anda bekerja. Bayi lahir
langsung menangis, ketuban jernih, selaput ketuban dipecah sesaat sebelum proses persalinan dimulai.
Saat ini bayi sudah ditempatkan di infant warmer. Lakukan pemeriksaan neonatus pada bayi tersebut!
D. DURASI PELAKSANAAN
Kegiatan Durasi
Review oleh tutor 10 menit
- Mahasiswa mempraktekkan checklist (@10 menit) 75 menit
- Feedback dari tutor untuk setiap mahasiswa (@5 menit)
Penguatan dan penutup 15 menit
Total 100 menit
E. DAFTAR TILIK (CHECKLIST)
Catatan:
1. Diharapkan dapat menyusun checklist ini pada form excel terlebih dahulu (ini juga diunggah
bersama file modul), supaya dapat langsung digunakan untuk osce (formula sudah siap).
2. Diusahakan point Langkah yang dinilai tidak lebih dari 30, dan tiap Langkah dirumuskan dalam
kalimat ringkas padat. Penjelasan dapat dijabarkan pada bagian berikutnya (penjabaran tiap
Langkah). Hal ini untuk mempermudah penguji dalam mengisi form penilaian saat osce cbt,
karena keseluruhan Langkah dapat ditampilkan dalam 1 area tampilan layar.
Pemeriksaan Mata
Identifikasi: conjungtiva anemis, sklera
ikterik, mata cekung, air mata, discharge,
9 edema, abnormalitas palpebrae.
Pemeriksaan Hidung
Identifikasi: nafas cuping hidung,
10 discharge
Pemeriksaan Mulut
Identifikasi: bibir sianosis, basah/kering,
dan mukosa bucal menggunakan tongue
11 spatel
Pemeriksaan Telinga
Identifikasi: low set ear, discharge, tulang
12 rawan sempurna
Pemeriksaan Leher
13 Identifikasi: pembesaran limfonodi
Pemeriksaan Thoraks
Pemeriksaan Pulmo
1. Inspeksi: pengembangan dinding
dada, retraksi, maturitas
payudara
2. Perkusi: sonor/redup/pekak pada
semua lapang paru
3. Palpasi: vremitus
4. Auskultasi: air entry, suara dasar
paru, suara tambahan paru
(wheezing, ronchy), dan grunting
Pemeriksaan Jantung
1. Inspeksi: letak ictus cordis
2. Perkusi
3. Palpasi: deskripsikan ictus cordis
(kuat angkat/ tidak)
Auskulasi: S1>S2, tidak terdengar S3 dan
murmur
14
Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi: pengembangan dinding
abdomen selama pernafasan,
umbilicus (deskripsikan apakah
ada tanda-tanda infeksi atau
tidak)
2. Auskultasi: bising usus
15 (meningkat/normal/menurun)
3. Perkusi: timpani/redup/pekak
pada semua region abdomen
Palpasi: batas hepar, supel/ tidak
16 Pemeriksaan Ekstremitas
Identifikasi: perabaan akral
(dingin/hangat), sianosis, dan capillary
reffil
Pemeriksaan Genitalia
Identifikasi: jenis kelamin, kelengkapan
17 organ kelamin sekunder, desensus testis
Pemeriksaan Anus
Identifikasi: melihat ada/ tidak anal
18 dimple
Pemeriksaan Refleks Primitif
Identifikasi: reflek moro, reflek
menghisap, reflek palmar, dan reflek
19 plantar
Mencuci tangan dan menyimpulkan hasil
20 hasil pemeriksaan
Total
3. Alat Medis
o Stetoskop neonatus
o meteran
o stadiometer
o centile chart
o manikin bayi
o timbangan bayi
o penlight
o thermometer
o Apgar score
4. Bahan Habis Pakai
o Handscrub
o tissue
5. Sarana Pendukung Lain
o Misal: audiovisual, laptop, tempat sampah, dll
o foto
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
6. Kebutuhan Pasien Simulasi
o jenis kelamin
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
o instruksi untuk pasien simulasi
7. Kehadiran Laboran
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
o instruksi untuk pasien simulasi
H. SUMBER BELAJAR TERTULIS
o Ballard, J. L. et al. (1991) ‘New Ballard Score, expanded to include extremely premature
infants’, The Journal of Pediatrics, 119(3), pp. 417–423. doi: 10.1016/S0022-3476(05)82056-
o 6.
o Baston, H. and Durward, H. (2010) Examination of the newborn: A practical guide: Second
edition,
o Examination of the Newborn: A Practical Guide: Second Edition. doi:
10.4324/9780203849958.
Video dr. Ariadne Tiara Hapsari, M.Si.Med., Sp.A. dapat diakses di gdrive
Refleks primitive https://www.youtube.com/watch?v=rHYk1sYsge0
New Ballard Score
New Ballard Score Chapter 1 https://www.youtube.com/watch?v=-Q0tpBHkY7M
New Ballard Score Chapter 2 https://www.youtube.com/watch?v=H5iNDcDgnkM&t=204s
New Ballard Score Chapter 3 https://www.youtube.com/watch?v=m6Xn05PnC1Y
New Ballard Score Chapter 4 https://www.youtube.com/watch?v=lSmyv8xy2mA
New Ballard Score Chapter 5 https://www.youtube.com/watch?v=kf2Z7_5dBlY&has_verified=1
New Ballard Score https://www.youtube.com/watch?v=vH4WiqUhQSM
APGAR Score https://www.youtube.com/watch?v=851ybWmDbio
DAFTAR PENYUSUN
Beserta semua pihak yang berperan selama proses penyusunan modul ini.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS PATOLOGIS / ABNORMAL
B. PENGANTAR TEORI
1. Nama Blok Terkait
Blok 2.3 Basic Sciences of Continuity & Life Cycle
Blok 4.3 Development & Reproductive Disorder
2. Contoh Aplikasi Keterampilan Klinis dalam Praktik Klinis Dokter Layanan Primer
Dalam praktik klinis dokter layanan primer, anamnesis dan pemeriksaan fisik neonatus
patologis dapat diaplikasikan saat menolong bayi baru lahir dari persalinan atau saat kunjungan
neonatus.
Thoraks dinilai simetris atau tidak, kenaikan dinding kanan kiri, adakah tarikan dinding
dada, areola terbentuk sempurna atau tidak, mengukur lingkar dada melewati areola
mammae. Auskultasi suara paru dan suara jantung adakah suara tambahan paru atau suara
bising atau gallop pada jantung. Abdomen dinilai cembung /datar tampak kulit transparan
/tidak, apakah tampak gambaran vena atau usus, umbilicus segar/layu, bau umbilicus, atau
hernia umbilikalis. Auskultasi abdomen bising usus normal terdengar tiap 10-30 detik. Perkusi
abdomen jika terdengar hipertimpani menunjukkan gambaran Hirsprung DIsease . Palpasi
abdomen supel hepar dan lien teraba atau tidak. Pemeriksaan punggung sampai batas gluteus
apakah ada penonjolan yang kemungkinan merupakan kelainan spina bifida. Keempat
ekstremitas neonatus gerak aktif atau ada yang tertinggal atau kurang aktif. Kedua tungkai
bawah diluruskan untuk memeriksa kemungkinan kelainan Congenital Talipes Equinovarus
(CTEV) Jumlah dan bentuk jari jari tangan kaki diperhatikan adakah sindaktili, polidaktili.
Memeriksa Cappilary refill dengan menekan sedikit jari tangan atau kaki normal 2-3 detik.
Genitalia laki-laki dilihat ukuran penis (normal 3-4 cm, lebar 1-1,3 cm), letak orifisium urethra
eksterna jika di ventral (bawah penis) hipospadia, jika di dorsal (atas penis) epispadia.
Skrotum dinilai ruggae terbentuk nyata jika belum berarti neonatus kurang bulan. Testis
diperiksa dalam kedua skrotum.jika hanya 1 disebut undecended testis. Srotum membesar
yang tidak simetris kemungkinan menunujukkan adanya Hernia scrotalis atau hydrocele.
Genitalia neonatus perempuan jika klitoris besar labium mayor belum menutup labium minor
menunjukkan neonatus kurang bulan. Pemeriksaan Anal dimple dengan melihat daerah anus
apakah tampak kerutan kulit dan berongga.
f. Penilaian APGAR
Skor APGAR merupakan metode sederhana untuk menilai keadaan umum neonatus
sesaat setelah lahir. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak. Hal yang dinilai dalam skor APGAR adalah frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot,
warna kulit, dan reaksi terhadap rangsangan. Setiap penilaian diberi angka 0,1,2.
C. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Nyonya Bunga membawa bayinya yang berusia 3 hari ke dokter. Nyonya Bunga pada usia 39 tahun
melahirkan bayi yang merupakan anak ke empatnya. Hanya saja ada yang agak ‘aneh’, wajah bayinya
tidak mirip Nyonya Bunga atau suaminya. Bagi Nyonya Bunga dan suaminya, hal ini menimbulkan
pertanyaan besar. Bukan apa-apa, sebab anak yang pertama dan ke dua mirip sekali wajah ibunya,
sementara yang ke tiga mirip ayahnya.
Data kelahiran
Berat Bayi Lahir : 3000gr, Panjang Badan : 45cm, Lingkar Kepala : 29cm
Tugas :
Lakukan pemeriksaan fisik neonatus dan interpretasikan hasilnya!
D. DURASI PELAKSANAAN
Kegiatan Durasi
Total i. menit
Keterangan :
0 tidak melakukan sama sekali
melakukan tidak secara lege artis, atau
1
hanya menyampaikan, tidak melakukan, atau
langkah terlewati dan mahasiswa menyadari/menyampaikan, “Seharusnya tadi dilakukan saat...” (Ini hanya
berlaku untuk langkah yang bisa dilewati tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi pasien)
2 mampu melakukan dengan lege artis
9. Manekin bayi
o Jumlah 1
- Timbangan 1
- Stadiometer 1
- Stetoskop paediatrik/ neonatus 1
- Meteran 1
- Jam 1
- Handscoon 1ps
- Termometer 1
- Penlight 1
- Manikin bayi 1
- Apgar Score
- Downes Score
- New Ballard Score
o tempat sampah
o fotokopi : lembar New Ballard Score, Downe Score
o jumlah : 1
o keterangan lain yang diperlukan
Gomella T.L., Cuningham M.D., Eyal F.G. 2013. Neonatology Management, Procedures, On-Call
Problems, Diseases, and Drugs.Seventh Edition.New York:Lange
Baston, H., & Heather D. 2001. Examinationof the Newborn- A Practical Guide. London: Routledge
o Video Pemeriksaan fisik neonatus dr. Ariadne Tiara Hapsari, M.Si.Med., Sp.A. (dapat diakses di
gdrive)
o Refleks primitive https://www.youtube.com/watch?v=rHYk1sYsge0
o APGAR Score
DAFTAR PENYUSUN