You are on page 1of 38

SL1.

14 ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS

14 II.9 PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS & APGAR SCORE

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS


IV.9
PATOLOGIS/ABNORMAL
PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS DAN APGAR SCORE
A. TINGKATAN PENCAPAIAN KOMPETENSI BERDASARKAN SKDI 2012
Keterampilan Tingkat Keterampilan
Menilai skor Apgar 4A
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 4A
Pemeriksaan fisik umum dengan perhatian khusus 4A
usia pasien
Penilaian keadaan umum, gerakan, perilaku, tangisan 4A
Respons moro 4A
Refleks menggenggam palmar 4A

B. PENGANTAR TEORI
1. Nama Blok Terkait
Blok 2.3 Basic Sciences of Continuity & Life Cycle

2. Contoh Aplikasi Keterampilan Klinis Dalam Praktik Klinis Dokter Layanan Primer
Dalam praktik klinis dokter layanan primer, pemeriksaan fisik neonatus dan Apgar score dapat
diaplikasikan saat menolong bayi baru lahir dari persalinan atau saat kunjungan neonatus.

3. Landasan Teori Dan Rasional Teknis Pelaksanaan Keterampilan Klinis


Pemeriksaan fisik neonatus dilakukan pada neonatus baik dalam kurun waktu 24 jam pasca
persalinan, maupun kunjungan ulang 2 hari setelah kepulangan dari rumah sakit/ tempat bersalin.
Sebelum memeriksa neonatus terlebih dahulu lakukan informed consent kepada orang tua/ wali
pasien. Kemudian lakukan persiapan alat dan tempat serta melakukan cuci tangan sesuai standar
WHO.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melibatkan keempat komponen pemeriksaan fisik yaitu :
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan fisik akan lebih nyaman jika dilakukan
dengan tangan yang hangat, sehingga menghangatkan tangan perlu dilakukan sebelum
melakukan pemeriksaan fisik.
a. Keadaan Umum
Observasi keadaan umum neonatus sebelum memeriksa perlu dilakukan. Ambillah data
yang mungkin diperlukan dengan cara melihat keadaan umum dan perilaku neonatus dan
mendengarkan tangisannya. Hal-hal yang dapat diamati dalam observasi keadaan umum
dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Observasi keadaan umum (Baston and Durward, 2010)
Gambar 1. Erb's palsy.
Tangan yang mengalami injuri lurus, tangan pronasi, dan jari-jari dalam posisi fleksi
membentuk waiter's tip position (Lissauer and Clayden, 2012)

b. Penilaian usia gestasi (maturitas) neonatus dengan New Ballard score


New Ballard score merupakan sistem skoring yang digunakan untuk menilai usia
gestasional bayi baru lahir berdasarkan kombinasi dari karakteristik fisik dan perkembangan
neuramuskular bayi (Ballard et al., 1991; Lewis, 2014). Sistem skoring ini bermanfaat untuk
menentukan apakah bayi yang baru lahir termasuk prematur, cukup bulan, atau lebih bulan
dikarenakan penentuan usia gestasi berdasarkan ingatan siklus menstruasi ibu terkadang tidak
akurat (Ballard et al., 1991).
New Ballard Score digunakan dengan cara memeriksa bayi baru lahir sesuai dengan kriteria
skor ini. Setiap kriteria memiliki rentang skor -1 – 4 atau -1 – 5. Jumlah skor dari keseluruhan
kriteria kemudian dicocokkan dengan tabel usia gestasi (Ballard et al., 1991). Gambar 3
menunjukkan sistem skoring New Ballard Score.
Gambar 2. Perbandingan bayi baru lahir preterm (a) dan aterm (b)
(Lissauer and Clayden, 2012)
Gambar 3. New Ballard Score (Ballard et al., 1991)

Perbandingan bayi yang lahir preterm dan aterm dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar
2. Sedangkan untuk contoh gambaran klinis bayi yang lahir preterm dan posterm dapat dilihat
pada Gambar 4, 5, 6, 7 dan 8.

Tabel 2. Perbandingan bayi preterm dan aterm (Lissauer and Clayden, 2012)
Gambar 4. Kulit bayi preterm : kulit translusen, tipis, vena tampak jelas (Zitelli et al., 2018).

Gambar 5. Kulit bayi post-term : kulit mengelupas dan dijumpai cracking


(Zitelli et al., 2018).

Gambar 6. Lanugo. Rambut halus ini didapatkan pada bayi usia gestasi 24-32 minggu
(Zitelli et al., 2018).
Gambar 7. Kartilago telinga.
Kartilago telinga belum terbentuk pada bayi usia 26 minggu ini yang ditunjukkan dengan tidak
adanya recoil telinga (telinga mudah dilipat)(Zitelli et al., 2018).

Gambar 8. Sole creases.


Transversal creases tampak di setengah telapak kaki bayi berusia 34 minggu ini
(Zitelli et al., 2018).

c. Tanda Vital
1) Nadi
Nadi dinilai frekuensi, irama, kualitas dan ekualitasnya. Laju nadi sesuai usia tercantum pada
Tabel 3.
Tabel 3. Laju Nadi Bayi
Laju (denyut/menit)

Umur
Istirahat (bangun) Istirahat (tidur) Aktif/demam

Baru lahir 100-180 80-160 Sampai 220

1 minggu – 3 bulan 100-220 80-200 Sampai 220

2) Tekanan darah
Tekanan darah diukur saat kondisi neonatus tenang, posisi tidur terlentang. Manset yang
digunakan harus sesuai usia dan berukuran 1/2 – 2/3 panjang lengan atas.
3) Frekuensi nafas
Frekuensi nafas dapat dinilai dengan cara inspeksi, palpasi, atau auskultasi. Penilaian dengan cara
inspeksi dilakukan dengan menghitung gerakan dada selama satu menit. Teknik palpasi dilakukan
dengan cara meletakkan tangan pada dinding abdomen/ dada dan dihitung pergerakan nafas yang
dirasakan selama satu menit. Teknik auskultasi dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi nafas
selama 1 menit melalui stetoskop. Laju nafas bayi baru lahir berusia 40 minggu normalnya.
Nilai normal laju nafas neonatus adalah 30 – 60 kali permenit.
4) Suhu
Suhu badan diukur menggunakan termometer. Pengukuran suhu dapat dilakukan
menggunakan thermometer digital diletakkan di aksila. Pengukuran ditunggu selama 3-5
menit. Pada pemeriksaan di aksila, perlu diperhatikan agar termometer bersinggungan
langsung dengan kulit dan tidak terhalang kain baju.

d. Penilaian pertumbuhan intrauterine


Status pertumbuhan intrauterine dinilai menggunakan berat badan yang diplotkan ke kurva
pertumbuhan intrauterin berdasarkan usia gestasi yang didapatkan dari New Ballard Score. Bayi
dengan berat badan lahir kurang dari presentil 10 disebut kecil masa kehamilan (KMK) (Gambar
9) atau small for gestational age (SGA), bayi yang memilki berat lahir di presentil 10-90 disebut
sesuai masa kehamilan (SMK) atau appropriate for gestational age (AGA), dan bayi yang memiliki
berat lahir di atas presentil 90 disebut besar masa kehamilan (BMK) atau large for gestational age
(LGA) (Gambar 10).

Gambar 9. Besar masa kehamilan.


Kondisi ini bisa didapatkan pada bayi dengan ibu diabetes (Zitelli et al., 2018).
Gambar 10. Kurva pertumbuhan intrauterine

e. Kepala
Frontanella merupakan area pertemuan dari tiga atau lebih tulang cranium. Area ini dapat
diperiksa dengan cara palpasi dan akan terasa sebagai daerah yang teraba lunak. Frontanella
posterior pada saat lahir berukuran 0,5 cm yang akan segera menutup. Frontanella anterior
berukuran lebih besar, yaitu 1 – 5 cm dan akan menutup setelah usia 18 bulan. Frontanella
anterior pada kondisi istirahat teraba datar, tidak membonjol maupun cekung. Frontanella
anterior akan menonjol ketika anak menangis. Sutura merupakan celah antara dua tulang
cranium. Meskipun teraba, celah ini tidak terlalu lebar. Sutura dapat teraba menonjol pada kondisi
over-riding suture yang akan hilang seiring berjalannya waktu.

Gambar 11. Frontanella dan sutura (Baston and Durward, 2010)

Ukuran lingkar kepala diukur dengan menggunakan pita meteran. Pita meteran dilingkarkan
pada kepala melewati occiput, tulang parietal, dan glabella. Pengukuran diulang sebanyak tiga kali
dan diambil nilai yang terbesar. Lingkar kepala bayi baru lahir berkisar 32 – 37 cm.
f. Wajah
Beberapa sindroma dapat memiliki ciri wajah yang khas seperti sindroma Down. Wajah kedua
orang tua perlu dilihat sebelum membuat pernyataan bahwa muka neonatus tidak biasa karena
tampilan wajah tersebut dapat bersifat familial. Pada pemeriksaan wajah, penting uga untuk
meluhat simetrisitas wajah. Wajah asimetris dapat disebabkan oleh abnormalitas perkembangan
tertentu, deformitas postural, atau merupakan bagian dari sindroma. Kulit wajah yang normal
warnanya seragam kemerahan, perfusi baik, dan tidak dijumpai pembengkakan.
g. Mata
Sebelum melakukan pemeriksaan mata, seorang dokter harus memahami anatomi normal
mata. Periksa dengan teliti keberadaan kedua bola mata. Periksa ukuran, posisi (termasuk
jarakantar mata), epikantus, kelopak mata, alis, dan slant of palpebral fissures (Gambar 12).
Gambar 12. Lipatan epikantus (Baston and Durward, 2010)

Sklera normal berwarna putih. Sklera kuning dapat dijumpai pada jaundice, sklera biru pada
bayi dengan osteogenesis imperfect. Kornea normal bening. Opasifikasi kornea dapat dijumpai
pada keadaan galukoma kongenital. Refleks fundus normalnya dapat dilihat dengan
ophthalmoscope +10 dioptri pada jarak 15-20 cm dari mata. Tidak adanya reflex fundus dapat
disebabkan oleh katarak atau retinoblastoma. Katarak dapat dilihat menggunakan mata telanjang
dengan cara mengarahkan cahaya secara tangensial ke mata.
h. Hidung
Bayi bernafas melalui hidung. Untuk mengecek patensi dari lubang hidung, dapat dilakukan
penutupan dari lubang hidung sisi yang lainnya.
i. Mulut
Pada gusi dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat kista, sumbing, atau gigi
neonatal. Pada pemeriksaan lidah, perlu diperiksa mengenai keberadaan kista. Ukuran lidah harus
diperhatikan dan dasar mulut di bawah lidah juga perlu diperiksa. Palatum harus diinspeksi secara
seksama untuk mengetahui adanya celah/ sumbing.
j. Telinga
Pemeriksaan telinga dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, dan abnormalitas
pada telinga (Baston and Durward, 2010). Menilai ukuran, bentuk, dan posisi telinga dapat
mengungkapkan kelainan bawaan. Telinga dianggap rendah (low set ear) ketika heliks telinga
bertemu dengan kranium pada ketinggian di bawah bidang horizontal yang melalui kedua inner
canthi (Gambar 13) . Low-set ear sering kali merupakan tanda kondisi genetik (misalnya, sindrom
Down, Turner, atau trisomi 18). Mikrotia (pinnae kecil dan terbelakang) umumnya berhubungan
dengan defek lain, seperti sindrom CHARGE. Karena skin tag dan lubang telinga preauricular
berhubungan dengan gangguan pendengaran permanen pada bayi baru lahir, skrining dan
pemantauan ketat sangat diperlukan (Lewis, 2014).
Gambar 13. Evaluasi posisi telinga pada bayi baru lahir. (A) Posisi telinga normal. (B) Low-set ear,
berotasi ke posterior, yang mungkin merupakan tanda kondisi genetik, seperti sindrom Down, Turner,
atau trisomi 18 (Lewis, 2014).

k. Thorax
Dada yang normal simetris dan terdapat dua aerola mammae yang masing-masing berada di
lateral linea mid clavicularis.
1) Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler harus meliputi heart rate, heart rhythm, heart position,
pulse volume dan heart sound
● Warna
Kebanyakan bayi berwarna pink, meskipun beberapa bayi menunjukkan akrosianosis
(sianosis perifer) tanpa signifikansi. Sianosis terjadi ketika darah mengangkut oksigen
dengan kurang. Tidak semua bayi dengan kelainan jantung kongenital menunjukkan
sianosis. Ketika terjadi sianosis, hal ini dapat diakibatkan oleh 3 mekanisme: 1) aliran
pulmoner yang rendah; 2) aliran transposisi; 3) percampuran sempurna intrakardiak.
● Heart rate and rhythm
Heart rate normal pada neonatus berkisar 90 – 140 x/ menit dan normalnya regule. Variasi
pada regularitas denyut jantung dapat diakibatkan oleh variasi aliran darah ke paru pada
masing-masing nafas.
● Nadi femoral/ volume nadi
Denyut femoral diraba di bagian inguinal. Denyut brachial diraba di bagian fosa cubiti.
Denyut femoral dibandingkan dengan denyut brachial. Denyut brachial dextra
dibandingkan dengan denyut brachial sinistra.

● Suara jantung
Normalnya hanya ada dua suara jantung yang terdengar. Bunyi jantung pertama
(paling baik didengar di apeks) mewakili penutupan katup mitral dan trikuspid. Bunyi
jantung kedua (paling baik didengar di spasium interkostal kedua) sebenarnya terdapat
splitting. Komponen pertama bunyi jantung kedua mewakili penutupan katup aorta dan
komponen kedua mewakili penutupan katup pulmonal. Plitting bunyi jantung kedua ini
biasanya menjadi lebih jelas selama fase inspirasi pernapasan, tetapi pada neonatus,
dengan detak jantung yang relatif cepat, splitting tersebut sulit dideteksi. Suara jantung
dirangkum dalam Tabel 4.
Telinga manusia biasanya tidak dapat mendeteksi bunyi jantung ketiga dan keempat.
Bunyi jantung ketiga menunjukkan pengisian ventrikel yang dimulai segera setelah katup
mitral dan trikuspid terbuka, dan bunyi jantung keempat menunjukkan pengisian
ventrikel yang terjadi sebagai respons terhadap kontraksi atrium.

Tabel 4. Audible heart sounds

● Ukuran hepar
Tepi hepar biasanya teraba 1 cm di bawah arcus costae. Pembesaran hepar dapat
dijumpai pada kasus gagal jantung.
2) Sistem Respirasi
● Warna
Tidak semua bayi dengan penyakit system respirasi. Sianosis dapat merupakan
manifestasi akhir dan didahului dengan pucat.
● Usaha respirasi
Neonatus biasanya bernafas tanpa banyak usaha. Pernafasan biasanya tenang, gerakan
dada perut simeris, dan tidak terdapat penggunaan otot bantu nafas.
● Suara respirasi
Bayi yang normal bernafas dengan tenang dan tidak terdapat grunting. Grunting atau
merintih merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suara yang terjadi
ketika neonatus berusaha untuk menghembuskan nafas melawan glottis yang tertutup
secara parsial dalam usaha untuk menahan alveoli kolaps.
● Laju respirasi
Kebanyakan neonatus bernafas dengan laju 40 – 60 kali permenit. Pola nafas biasanya
regular, namun beberapa bayi memiliki periode sampai 10 detik tanpa nafas.
● Air entry
Saat melakukan auskulasi paru-paru biasanya hanya ada suara nafas yang terdengar,
artinya lapang paru-paru biasanya bersih. Masuknya udara biasanya simetris, tetapi
karena jarak saluran udara yang lebih besar relative dekat ke dinding dada, suara napas
mungkin terdengar seperti bronkial (seperti yang terdengar di tenggorokan atau seperti
suara pada pneumonia).
● Perkusi
Suara perkusi paru normalnya sonor. Redup dijumpai dapat pada kondisi pneumonia
sedangkan hipersonor dapat dijumpai pada kondisi pneumothoraks.
l. Abdomen
● Warna
Abdomen sebagian besar bayi berwarna pink. Deviasi dari warna pink dapat
menunjukkan kelainan yang mendasari, contohnya warna dusky menunjukkan usus nekrosis,
kemerahan menunjukkan usus inflamasi.
● Bentuk
Bentuk abdomen normalnya tidak dijumpai distensi maupun bentuk scaphoid. Bentuk
perut dapat bervariasi tergantung pada apakah bayi baru saja diberi makan, menangis, atau
kandung kemih penuh. Bentuk yang ekstrim dapat mengindikasikan berbagai kondisi
patologis yang mendasari seperti obstruksi usus, hernia diafragmatika, dsb.

● Organomegali dan masa


Pada bayi, pelvis masih relatif dangkal dan diafragma tidak terlalu dalam. Hal ini berarti
bahwa beberapa organ yang normalnya tidak teraba dengan mudah pada orang dewasa,
menjadi mudah dipalpasi jika membesar. Dua perbedaan lain antara bayi dan dewasa adalah:
- Bayi umumnya tidak obesitas – hal ini membuat palpasi organ dan masa lebih mudah
- Lien membesar dengan arah ke bawah daripada dengan menyilang dan ke bawah
Gambar 14.
Gambar 14. Posisi dari organ abdominal dan arah pembesarannya pada neonatus

Palpasi dilakukan paling baik dilakukan dari sisi kanan bayi. Tangan kanan melakukan palpasi
dengan lembut. Palpasi diawali dengan palpasi superfisial, kemudian setelah bayi tampak mulai
terbiasa dapat dilakukan dengan palpasi dalam. Palpasi dilakukan dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah di lapang abdomen.
- Palpasi margo hepar. Mulailah di kuadran kanan bawah dan lanjutkan perlahan ke atas menuju
area subkostal kanan (di bawah tulang rusuk). Prosedur ini harus diulangi dari tengah abdomen
karena lobus kiri hati dapat membesar secara terpisah. Margo hepar biasanya dapat diraba
sampai 1 cm di bawah batas kosta. Tepi yang teraba pada lebih dari 1 cm mungkin tidak normal.
- Palpasi lien. Mulailah di kuadran kiri bawah dan lanjutkan perlahan ke atas. Limpa dapat
dengan mudah dibedakan dari ginjal kiri karena memiliki takik, yang relatif mudah teraba, dan
bergerak dengan pernapasan.
- Palpasi ginjal. Letakkan tangan kiri di pinggang kiri dan jari-jari tangan kanan di depan perut di
atas tangan kiri. Dorong perlahan tangan kiri ke depan menuju tangan kanan. Ulangi prosedur
ini di sisi kanan untuk meraba ginjal kanan. Ginjal kanan mungkin hanya dapat diraba, karena
cenderung terletak lebih rendah di perut posterior karena adanya hati di sisi yang sama. Ginjal
kiri seringkali tidak bisa dipalpasi.
- Palpasi kandung kemih. Kandung kemih sering diraba sebagai 'kepenuhan' yang naik dari
pelvis.
- Palpasi massa. Seperti halnya organ intra-abdominal, setiap massa abdomen harus diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan bahkan auskultasi untuk mengetahui asal muasalnya.
Pengetahuan tentang tahapan perkembangan isi perut sangat berharga karena dapat
membantu identifikasi suatu massa.
● Nyeri tekan
Terkadang sulit untuk mengetahui apakah bayi memiliki nyeri tekan atau tidak. Nyeri tekan
biasanya menunjukkan patologi yang mendasari, tetapi mungkin hanya ditunjukkan oleh perut
yang kaku, bayi yang menangis atau bayi dalam posisi berlutut - semua tanda yang dapat
ditemukan dalam keadaan lain.
● Umbilikus
Ukuran umbilikus mungkin dapat memberikan petunjuk mengenai pertumbuhan intrauterine –
bayi yang lebih berat cederung memiliki lebih banyak Warthon’s jelly. Umbilicus dapat lembab
dan berbau. Tidak ada efek yang menguntungkan dari pemberian rutin antiseptic atau antibiotic
topikal. Menjaga umbilicus tetap kering dan bersih merupakan perawatan umbilicus yang paling
tepat.
Setelah beberapa hari pemotongan tali pusat, yaitu antara 5 dan 15 hari, sering kali ada sedikit
kemerahan di sekitar umbilikus. Hal ini biasanya tidak penting, tetapi jika kemerahan mulai
menyebar dan meluas ke dinding perut, mungkin mengindikasikan infeksi asendens yang
memerlukan pengobatan.
m. Ekstremitas
Tangan dan kaki normalnya bengkak dan simetris. Biasanya terdapat multiple palmar crease dan
crease di seluruh telapak kaki pada bayi aterm. Hitung jumlah jari di masing-masing kaki dan
tangan. Jari yang normal tidak fusi, pendek, atau berbentuk abnormal. Kuku seharusnya terbentuk
secara sempurna.
n. Genitalia
1) Genitalia laki-laki
Skrotum dapat tampak relative halus atau memiliki rugae. Skrotum biasanya membentuk
struktur bifida; bayi harus diperiksa secara seksama untuk mengkonfirmasi apakah terdapat
testis pada masing-masing sisi. Perubahan warna pada skrotum dapat terjadi pada torsio
testis; testis yang mengalami torsio akan terasa nyeri.
Skrotum biasanya berisi dua testis yang teraba pada masing-masing sisi skrotum. Masing-
masing testis biasanya berdiameter 1 – 1,5 cm, namun dapat terasa lebih besar jika terdapat
hidrokel (transluminasi positif). Apabila testis tidak teraba pada salah satu sisi, bagian inguinal
sisi tetis yang belum turun perlu dipalpasi secara seksama karena mungkin testis belum turun
secara sempurna.

Gambar 15. Pembengkakan pada skrotum. (a) Hidrokel unilateral. (b) torsio testis.

2) Genitalia perempuan
Labia yang besar mungkin menunjukkan bahwa bayi mengalami indeterminate sex di
mana mungkin terdapat testis di dalamnya. Labia yang besar juga dijumpai pada bayi kecil
atau bayi preterm. Warna gelap labia bayi mungkin dijumpai pada bayi dengan orang tua
selain berkulit putih, namun juga dapat menunjukkan kondisi hiperplasia adrenal kongenital.
Klitoris mungkin tampak cukup besar pada bayi kecil atau preterm, namun ukurannya
perlu dibandingkan dengan struktur terkait lainnya.
o. Anus
Menentukan patensi anus bukan hal yang mudah. Merupakan hal yang penting untuk
mencatat apakah bayi sudah mengeluarkan meconium atau belum. Pengeluaran meconium yang
>24 jam harus diwaspadai akan adanya Hirschprung’s disease. Pengeluaran meconium terlambat
juga dapat dijumpai pada bayi yang sudah mengeluarkan meconium di dalam uterus. Pemeriksa
juga harus memperhatikan apakah meconium dikeluarkan di lokasi selain anus. Hal ini dapat
menunjukkan terdapatnya fistula.
p. Refleks Primitif
1) Refleks moro
Refleks moro adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada
bayi. Bayi dalam posisi telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat
beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa. Bayi akan kaget dengan lengan
direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan terbuka disusul dengan gerakan
lengan adduksi dan fleksi. Pada bayi prematur, setelah merentangkan lengan tidak selalu
diikuti oleh gerakan fleksi. Gerakan tungkai bukan bagian yang khas untuk refleks Moro. Kalau
tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali berarti abnormal, begitu juga kalau
rentangan lengan asimetris.

2) Refleks menghisap
Refleks menghisap didapatkan pada usia gestasi 28 minggu dan terintegrasi pada usia 2-
5 bulan. Suatu objek yang diletakkan dalam mulut bayi akan menyebabkan
Gerakan.menghisap yang ritmis.
3) Refleks palmar
Pemeriksaan reflex palmar dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada telapak tangan
bayi. Bayi akan merespon dengan melakukan fleksi jari-jari tangan.
4) Refleks plantar
Didapatkan pada usia gestasi 37 minggu dan tersupresi pada usia 2-4 bulan. Saat
ditopang pada posisi tegak dan diarahkan ke depan, bayi dengan kaki di atas meja akan
melakukan gerakan melangkah bergantian dan ritmis.
r. APGAR Score
APGAR score merupakan penilaian yang sangat penting untuk dilakukan segera setelah bayi lahir.
APGAR score menilai 5 komponen yaitu warna kulit, denyut jantung, reflex, tonus otot, dan
respirasi. Masing-masing komponen diberi nilai 0, 1, atau 2. APGAR score dilaporkan pada menit ke-
1 dan ke-5 setelah lahir pada semua bayi dan dilanjutkan setiap 5 menit sampai menit ke-20 pada
bayi yang memiliki skor kurang dari 7.
APGAR score berguna untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi keseluruhan neonatus
dan responnya terhadap resusitasi. Meskipun demikian, resusitasi harus dimulai sebelum skor
APGAR menit ke-1. Oleh karena itu, APGAR score tidak digunakan untuk menentukan kebutuhan
akan resustitasi awal dan langkah resusitasi yang dibutuhkan.

Tabel 5. APGAR Score (Care, 2017)


4. Daftar Pustaka
Ballard, J. L. et al. (1991) ‘New Ballard Score, expanded to include extremely premature infants’, The
Journal of Pediatrics, 119(3), pp. 417–423. doi: 10.1016/S0022-3476(05)82056-6.
Baston, H. and Durward, H. (2010) Examination of the newborn: A practical guide: Second edition,
Examination of the Newborn: A Practical Guide: Second Edition. doi: 10.4324/9780203849958.
Care, G. P. (2017) ‘Acog c ommittee opinion’, Obstetrics & Gynecology, 130(4), p. e210.
Lewis, M. L. (2014) ‘A comprehensive newborn examination: Part I. general, head and Neck,
Cardiopulmonary’, American Family Physician, 90(5), pp. 289–296.
Lissauer, T. and Clayden, G. (2012) Illustrated Textbook of Paediatrics. Forth. Elsevier.
Zitelli, B. J., Mcintir, S. C. and Nowalk, A. J. (2018) Atlas of Pediatrics Physical Diagnosis. Seventh.
Philadelphia: Elsevier.

C. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Telah lahir bayi dari ibu G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu di puskesmas tempat Anda bekerja. Bayi lahir
langsung menangis, ketuban jernih, selaput ketuban dipecah sesaat sebelum proses persalinan dimulai.
Saat ini bayi sudah ditempatkan di infant warmer. Lakukan pemeriksaan neonatus pada bayi tersebut!

D. DURASI PELAKSANAAN
Kegiatan Durasi
Review oleh tutor 10 menit
- Mahasiswa mempraktekkan checklist (@10 menit) 75 menit
- Feedback dari tutor untuk setiap mahasiswa (@5 menit)
Penguatan dan penutup 15 menit
Total 100 menit
E. DAFTAR TILIK (CHECKLIST)
Catatan:
1. Diharapkan dapat menyusun checklist ini pada form excel terlebih dahulu (ini juga diunggah
bersama file modul), supaya dapat langsung digunakan untuk osce (formula sudah siap).
2. Diusahakan point Langkah yang dinilai tidak lebih dari 30, dan tiap Langkah dirumuskan dalam
kalimat ringkas padat. Penjelasan dapat dijabarkan pada bagian berikutnya (penjabaran tiap
Langkah). Hal ini untuk mempermudah penguji dalam mengisi form penilaian saat osce cbt,
karena keseluruhan Langkah dapat ditampilkan dalam 1 area tampilan layar.

JUDUL PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS DAN SKOR APGAR


MODUL
KODE MODUL II.9

BOBOT SKOR BOBOT X SKOR BOBOT X SKOR


NO. LANGKAH
(0-2) 0/1/2 MAKSIMAL DIDAPAT
Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada
1 orang tua
Membaringkan neonatus pada meja
2 pemeriksaan dan menjaga kehangatan.
Mencuci tangan sesuai dengan prosedur
3 WHO
Pemeriksaan kondisi umum
(menangis/tidak; tonus otot baik/ tidak)
dan kesadaran neonates.
Dilanjutkan dengan menilai Apgar Score
4 pada saat menolong bayi baru lahir
5 Pemeriksaan Tanda Vital
Suhu
Laju denyut jantung 100-160x/menit
suara bising ada/tidak, gallop ada/ tidak
Pernapasan:
menangis/merintih,spontan/tidak, tarikan
dinding dada ada/tidak, frekuensi napas
permenit, pola napas (regularitas),stridor
ada/tidak
Pemeriksaan Status Gizi
Menimbang berat badan dan mengukur
6 panjang badan neonates
Pemeriksaan Kulit
Identifikasi: kelainan warna kulit :
sianosis/ kebiruan, pucat, ikterik. lanugo,
dan jejas. Apabila tampak ikterik,
deskripsikan luas area yang terlibat dan
7 klasifikasikan berdasarkan kriteria Kramer.
8 Pemeriksaan Kepala
Inspeksi: anensefal, caput succedaneum,
cefal hematom
Mengukur lingkar kepala dan
menyimpulkan
mesosefal/mikrosefal/makrosefal

Meraba Ubun ubun datar, cekung,


membonjol

Pemeriksaan Mata
Identifikasi: conjungtiva anemis, sklera
ikterik, mata cekung, air mata, discharge,
9 edema, abnormalitas palpebrae.
Pemeriksaan Hidung
Identifikasi: nafas cuping hidung,
10 discharge
Pemeriksaan Mulut
Identifikasi: bibir sianosis, basah/kering,
dan mukosa bucal menggunakan tongue
11 spatel
Pemeriksaan Telinga
Identifikasi: low set ear, discharge, tulang
12 rawan sempurna
Pemeriksaan Leher
13 Identifikasi: pembesaran limfonodi
Pemeriksaan Thoraks
Pemeriksaan Pulmo
1. Inspeksi: pengembangan dinding
dada, retraksi, maturitas
payudara
2. Perkusi: sonor/redup/pekak pada
semua lapang paru
3. Palpasi: vremitus
4. Auskultasi: air entry, suara dasar
paru, suara tambahan paru
(wheezing, ronchy), dan grunting
Pemeriksaan Jantung
1. Inspeksi: letak ictus cordis
2. Perkusi
3. Palpasi: deskripsikan ictus cordis
(kuat angkat/ tidak)
Auskulasi: S1>S2, tidak terdengar S3 dan
murmur

14
Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi: pengembangan dinding
abdomen selama pernafasan,
umbilicus (deskripsikan apakah
ada tanda-tanda infeksi atau
tidak)
2. Auskultasi: bising usus
15 (meningkat/normal/menurun)
3. Perkusi: timpani/redup/pekak
pada semua region abdomen
Palpasi: batas hepar, supel/ tidak
16 Pemeriksaan Ekstremitas
Identifikasi: perabaan akral
(dingin/hangat), sianosis, dan capillary
reffil
Pemeriksaan Genitalia
Identifikasi: jenis kelamin, kelengkapan
17 organ kelamin sekunder, desensus testis
Pemeriksaan Anus
Identifikasi: melihat ada/ tidak anal
18 dimple
Pemeriksaan Refleks Primitif
Identifikasi: reflek moro, reflek
menghisap, reflek palmar, dan reflek
19 plantar
Mencuci tangan dan menyimpulkan hasil
20 hasil pemeriksaan
Total

Keterangan terkait skor


0 tidak melakukan sama sekali
melakukan tidak secara lege artis, atau
1
hanya menyampaikan, tidak melakukan, atau
langkah terlewati dan mahasiswa menyadari/menyampaikan, “Seharusnya tadi dilakukan saat...” (Ini hanya
berlaku untuk langkah yang bisa dilewati tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi pasien)
2 mampu melakukan dengan lege artis

F. PENJELASAN TEKNIS LATIHAN BERDASARKAN DAFTAR TILIK


1. Teknis Pelaksanaan Tiap Nomor dalam Daftar Tilik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dan lege artis. Setiap mahasiswa menganggap
manekin seperti pasien sesungguhnya.
2. Kesalahan Umum
o Mahasiswa sering lupa mencuci tangan sebelumdan sesudah memeriksa pasien
o Mahasiswa tidak memperkenalkan diri dan meminta izin sebelum memeriksa pasien
o Urutan pemeriksaan yang tidak sistematis
3. Tips dan Trik
o Mahasiswa perlu melatih diri berulang kali sampai bisa melakukan secara lege artis dan
sistematis
o Sebelum dilaksanakan skillab diharapkan mahasiswa telah mempelajari modul di rumah
masing-masing dan menonton media audiovisual yang disarankan.
o Masing-masing mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik berdasarkan checklist
o Feedback dapat diberikan oleh tutor dan mahasiswa lain yang mengamati
G. SARANA PRASARANA PENDUKUNG
1. Setting Ruang

o keterangan teknis penataan meja-kursi dokter & pasien; ruang/area pemeriksaan


pasien/tempat dilaksanakannya keterampilan; penempatan manekin, peralatan, bahan
habis pakai dan sarana prasarana lain yang diperlukan, serta posisi meja dan kursi penguji.
o foto setting ruang jadi berdasarkan keterangan di atas
2. Manekin

3. Alat Medis
o Stetoskop neonatus
o meteran
o stadiometer
o centile chart
o manikin bayi
o timbangan bayi
o penlight
o thermometer
o Apgar score
4. Bahan Habis Pakai
o Handscrub
o tissue
5. Sarana Pendukung Lain
o Misal: audiovisual, laptop, tempat sampah, dll
o foto
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
6. Kebutuhan Pasien Simulasi
o jenis kelamin
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
o instruksi untuk pasien simulasi
7. Kehadiran Laboran
o banyaknya
o keterangan lain yang diperlukan
o instruksi untuk pasien simulasi
H. SUMBER BELAJAR TERTULIS
o Ballard, J. L. et al. (1991) ‘New Ballard Score, expanded to include extremely premature
infants’, The Journal of Pediatrics, 119(3), pp. 417–423. doi: 10.1016/S0022-3476(05)82056-
o 6.
o Baston, H. and Durward, H. (2010) Examination of the newborn: A practical guide: Second
edition,
o Examination of the Newborn: A Practical Guide: Second Edition. doi:
10.4324/9780203849958.

I. SUMBER BELAJAR AUDIOVISUAL

Video dr. Ariadne Tiara Hapsari, M.Si.Med., Sp.A. dapat diakses di gdrive
Refleks primitive https://www.youtube.com/watch?v=rHYk1sYsge0
New Ballard Score
New Ballard Score Chapter 1 https://www.youtube.com/watch?v=-Q0tpBHkY7M
New Ballard Score Chapter 2 https://www.youtube.com/watch?v=H5iNDcDgnkM&t=204s
New Ballard Score Chapter 3 https://www.youtube.com/watch?v=m6Xn05PnC1Y
New Ballard Score Chapter 4 https://www.youtube.com/watch?v=lSmyv8xy2mA
New Ballard Score Chapter 5 https://www.youtube.com/watch?v=kf2Z7_5dBlY&has_verified=1
New Ballard Score https://www.youtube.com/watch?v=vH4WiqUhQSM
APGAR Score https://www.youtube.com/watch?v=851ybWmDbio
DAFTAR PENYUSUN

Penulis modul asli

dr. Ariadne Tiara Hapsari, M.Si.Med., Sp.A

Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes

dr. Lieza Dwianasari Susiawan, M.Kes

dr. Falah Faniyah

Editor modul dalam workshop : dr Ika Murti Harini MSc

Beserta semua pihak yang berperan selama proses penyusunan modul ini.
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS PATOLOGIS / ABNORMAL

A. TINGKATAN PENCAPAIAN KOMPETENSI BERDASARKAN SKDI 2016


Keterampilan Tingkat Keterampilan
Anamnesis dari pihak ketiga 4A
Menelusuri riwayat makan 4A
Berbicara dengan orang tua yang cemas dan/atau orang tua 4A
dengan anak yang sakit berat
Menilai skor Apgar 4A
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 4A
Pemeriksaan fisik umum dengan perhatian khusus 4A
usia pasien
Penilaian keadaan umum, gerakan, perilaku, tangisan 4A
Pengamatan malformasi kongenital 4A
Pengukuran antropometri 4A
Palpasi fontanella 4A
Respons moro 4A
Refleks menggenggam palmar 4A
Pengukuran suhu 4A

B. PENGANTAR TEORI
1. Nama Blok Terkait
Blok 2.3 Basic Sciences of Continuity & Life Cycle
Blok 4.3 Development & Reproductive Disorder

2. Contoh Aplikasi Keterampilan Klinis dalam Praktik Klinis Dokter Layanan Primer
Dalam praktik klinis dokter layanan primer, anamnesis dan pemeriksaan fisik neonatus
patologis dapat diaplikasikan saat menolong bayi baru lahir dari persalinan atau saat kunjungan
neonatus.

3. Landasan Teori dan Rasional Teknis Pelaksanaan Keterampilan Klinis


Pemeriksaan fisik pada neonatus digunakan untuk menilai status kesehatan yang dilakukan
pada saat neonatus baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit.
Pemeriksaan neonatus sebaiknya dilakukan dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang
suasana tenang,dan hangat. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai
status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta
mencari kelainan pada bayi.
a. Penilaian Keadaan Umum
Penilaian keadaan umum neonatus meliputi kesadaran, pernapasan dan gerak.
Kesadaran compos mentis ditandai dengan neonatus menangis kuat menunjukkan
pernapasan spontan regular, ektremitas gerak aktif, sedangkan neonatus letargi ditandai
dengan menangis lemah / merintih napas spontan tidak adekuat / tidak regular, serta
ekstremitas gerak lemah. Penilaian secara umum yang tampak (inspeksi) adakah warna kulit
kuning/ikterik, biru/sianosis, kelainan bawaan kepala makrosefal/mikrosefal, organ wajah
misal kelainan hidung atau mulut seperti labioschizis

b. Penilaian Tanda Vital


Penilaian tanda vital neonatus meliputi sistem kardiovaskular jumlah laju denyut
jantung tiap menit, sistem pernapasan jumlah pernapasan tiap menit, tekanan darah dan
suhu/temperatur neonatus.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala anencephal, mikrosefal, makrosefal. Mengukur
lingkar kepala, meraba sepanjang sutura dan fontanela, apakah lebih besar/ lebih kecil dari
normal, penonjolan misal caput succedaneum/ sefal hematom atau cekung tanda dehidrasi.
Bentuk kepala datar, plagisefal, atau brachisefal (Gambar 1). Wajah apakah ada dismorfik atau
asimetris yang sangat tampak, misal wajah mongoloid (Gambar 2). Mata adakah mata
tampak menonjol, cekung, palpebral yang masih menutup sulit membuka menunjukkan
neonatus masih kurang bulan. Kelainan yang tampak contohnya katarak kongenital, lensa
tampak keruh, strabismus/ juling, palpebral edem, sklera ikterik, atau perdarahan retina.
Hidung adakah napas cuping hidung, mulut bibir sianosis, labioskizis, labiopalatoskizis, selaput
lendir kering, lidah makroglosi, atau tounge tie (Gambar 3). Telinga diperiksa apakah
terbentuk sempurna jumlah, bentuk, adakah lubang, bagaimana letak serta recoil tulang
rawannya. Leher adakah pembesaran kelenjar, atau bentuk asimetri.

Gambar 1. Contoh bentuk kepala


a b
Gambar 2. (a) Sindrom Down; (b) Sindroma Pierre Robin

Gambar 3. Contoh bentuk bibir dan palatum

Thoraks dinilai simetris atau tidak, kenaikan dinding kanan kiri, adakah tarikan dinding
dada, areola terbentuk sempurna atau tidak, mengukur lingkar dada melewati areola
mammae. Auskultasi suara paru dan suara jantung adakah suara tambahan paru atau suara
bising atau gallop pada jantung. Abdomen dinilai cembung /datar tampak kulit transparan
/tidak, apakah tampak gambaran vena atau usus, umbilicus segar/layu, bau umbilicus, atau
hernia umbilikalis. Auskultasi abdomen bising usus normal terdengar tiap 10-30 detik. Perkusi
abdomen jika terdengar hipertimpani menunjukkan gambaran Hirsprung DIsease . Palpasi
abdomen supel hepar dan lien teraba atau tidak. Pemeriksaan punggung sampai batas gluteus
apakah ada penonjolan yang kemungkinan merupakan kelainan spina bifida. Keempat
ekstremitas neonatus gerak aktif atau ada yang tertinggal atau kurang aktif. Kedua tungkai
bawah diluruskan untuk memeriksa kemungkinan kelainan Congenital Talipes Equinovarus
(CTEV) Jumlah dan bentuk jari jari tangan kaki diperhatikan adakah sindaktili, polidaktili.
Memeriksa Cappilary refill dengan menekan sedikit jari tangan atau kaki normal 2-3 detik.
Genitalia laki-laki dilihat ukuran penis (normal 3-4 cm, lebar 1-1,3 cm), letak orifisium urethra
eksterna jika di ventral (bawah penis) hipospadia, jika di dorsal (atas penis) epispadia.
Skrotum dinilai ruggae terbentuk nyata jika belum berarti neonatus kurang bulan. Testis
diperiksa dalam kedua skrotum.jika hanya 1 disebut undecended testis. Srotum membesar
yang tidak simetris kemungkinan menunujukkan adanya Hernia scrotalis atau hydrocele.
Genitalia neonatus perempuan jika klitoris besar labium mayor belum menutup labium minor
menunjukkan neonatus kurang bulan. Pemeriksaan Anal dimple dengan melihat daerah anus
apakah tampak kerutan kulit dan berongga.

d. Pemeriksaan Refleks Primitif


Pemeriksaan Moro Reflex dengan memberikan sedikit kejutan misal dengan suara atau
menggerakkan kedua sisi kain alas neonatus maka reflex lengan dan tangan akan bergerak ke
atas jari melebar. Rooting Reflex terjadi jika jari telunjuk disentuhkan ke pipi samping mulut
maka neonatus menoleh mencari kearah jari. Rooting Reflex saat jari telunjuk dimasukkan
menyusuri rongga mulut maka refleks neonatus akan menghisap jari. Palmar Grasp Reflex
jika telapak tangan disentuh maka refleks akan menggenggam. Babynsky Reflex telapak kaki
di sentuh maka muncul refleks ibu jari menjauh agak lebih tinggi dan jari lain menjauh.

e. Penilaian Maturitas Neonatus


Penilaian maturitas neonatus diukur melalui New Ballard Score. Skor Ballard baru
menilai maturitas neuromuscular dan fisik neonatus. Penilaian ini digunakan untuk
menentukan usia gestasi bayi baru lahir apakah prematur, cukup bulan, atau lebih bulan.
Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf
sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan
plantar, payudara, mata/ telinga, dan genitalia.
Gambar 4. Lembar Penilaian Maturitas Neonatus ( New Ballard Score)

f. Penilaian APGAR
Skor APGAR merupakan metode sederhana untuk menilai keadaan umum neonatus
sesaat setelah lahir. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau
tidak. Hal yang dinilai dalam skor APGAR adalah frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot,
warna kulit, dan reaksi terhadap rangsangan. Setiap penilaian diberi angka 0,1,2.

Tabel 1. Penilaian Skor APGAR


Hasil jumlah skor APGAR diklasifikasikan menjadi : bayi normal (7-10), asfiksia ringan (4-6), dan
asfiksia berat (0-3).

Tabel 2. Interpretasi Skor APGAR

g. Penilaian Respirasi Neonatus


Penilaian respirasi neonatus merupakan penilaian awal saat lahir. Neonatus yang
berhasil beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin pernafasannya akan nyaman, tidak ada
takipnea, stridor, retraksi dan sianosis. Distress respirasi pada neonatus dapat diidentifikasi
dengan melalukan pemeriksaan warna kulit, pernafasan, suara nafas, dan dinding dada.
a. Inspeksi warna kulit untuk melihat adanya perubahan warna. Kulit dapat berwarna merah
muda, kebiruan, pucat, gelap, kutis marmorata, atau kuning
b. Frekuensi nafas dihitung dengan melihat gerakan abdomen selama satu menit. Frekuensi
normal respirasi neonatus sekitar 40-60 kali permenit. Selama inspeksi, dokter
mengamati apakah terdapat nafas cuping hidung dan retraksi. Pemeriksa juga dapat
mendengarkan stridor salama pernafasan
c. Auskultasi perlu dilakukan untuk mendengarkan suara nafas misalnya aliran udara masuk
ke dalam paru (air entry), bunyi rintihan neonatus yang terkadang hanya bisa didengarkan
melalui stetoskop, dan wheezing.
d. Pergerakan dinding dada untuk memeriksa pergerakannya simetris atau tidak.
Pemeriksaan neonatus stabil dilakukan secara periodik setiap 3-4 jam dan neonatus tidak
stabil dilakukan setiap jam. Sindroma gawat nafas (SGN) neonatus dapat terjadi jika tampak
minimal dua dari gejala takipnea, sianosis sentral, retraksi dinding dada, dan merintih
(grunting). Etiologi dari SGN dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu intrapulmonal dan
ekstrapulmonal. Etiologi intrapulmonal di antaranya: membrane hyaline disease, wet lung
syndrome, sindrom aspirasi mekonium, dan pneumonia. Sementara etiologi ekstrapulmonal
di antaranya: hipotermi, asidosis metabolik, anemia, dan polisitemia. Penilaian SGN dapat
dibantu dengan skor Downe dengan interpretasi: tidak ada distress respirasi atau distress
respirasi ringan (skor 0-4), distress respirasi sedang (skor 4-7), dan distress respirasi berat (>7).

Tabel 3. Penilaian Skor Downe


Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Frekuensi
< 60/menit 60 – 80/menit > 80/menit
Napas
Sianosis menetap
Sianosis hilang
Sianosis Tidak sianosis walaupun diberi
dengan O2
O2
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Tidak ada udara
Udara masuk Penurunan ringan
Air Entry masuk
bilateral baik udara masuk

Dapat didengar Dapat didengar


Merintih Tidak merintih
dengan stetoskop tanpa alat bantu

h. Penilaian Ikterik Neonatorum


Ikterus neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat warna kuning pada
kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin. Ikterus dibedakan menjadi dua
yaitu ikterus fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis timbul pada hari kedua dan ketiga, kadar
bilirubin indirect <10 mg% (neonatus cukup bulan) atau <12.5% (neonatus lebih bulan),
kecepatan peningkatan kadar bilirubin <5 mg% perhari, ikterik hilang dalam 10 hari pertama,
dan ikterik tidak berhubungan dengan kondisi patologis lain.
Ikterus patologis memiliki kriteria: ikterus terjadi dalam 24 jam pertama, kadar bilirubin
>10 mg% (neonautus cukup bulan) atau >12.5% (neonatus kurang bulan), peningkatan
bilirubin >5 mg% perhari, ikterus menetap >2 minggu pertama, dan kadar bilirubin direct >1
mg%. Ikterus patologis sering berhubungan dengan kondisi patologis lain misalnya: neonatus
dengan berat lahir <2000 gram, prematur, asfiksia, hipoksia, infeksi, dan hiperosmolaritas
darah.
Kriteria Kramer dapat membantu memperkirakan kadar bilirubin darah pada kasus
ikterus neonatorum berdasarkan luas area yang terlibat.

Tabel 4. Kriteria Kramer untuk Ikterus Neonatorum


Gambar 7. Ikterik pada neonatus
4. Daftar Pustaka
1) Gomella T.L., Cuningham M.D., Eyal F.G. 2013. Neonatology Management, Procedures, On-
Call Problems, Diseases, and Drugs.Seventh Edition.New York:Lange
2) Baston, H., & Heather D. 2001. Examinationof the Newborn- A Practical Guide. London:
Routledge
3) Clinical Academic Neonatologist and Professor International Maternal and Child Health. 2013.
Women and Babies: Neonatal Early Assessment Program (NEAP). Sydney, hal. 1-19
4) Prawirohardjo, S. 2002. Asuhan Neonatal dan Maternal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
5) National Institute for Health and Clinical Excellence. 2010. Neonatal Jaundice. London

C. CONTOH SOAL/INSTRUKSI
Nyonya Bunga membawa bayinya yang berusia 3 hari ke dokter. Nyonya Bunga pada usia 39 tahun
melahirkan bayi yang merupakan anak ke empatnya. Hanya saja ada yang agak ‘aneh’, wajah bayinya
tidak mirip Nyonya Bunga atau suaminya. Bagi Nyonya Bunga dan suaminya, hal ini menimbulkan
pertanyaan besar. Bukan apa-apa, sebab anak yang pertama dan ke dua mirip sekali wajah ibunya,
sementara yang ke tiga mirip ayahnya.
Data kelahiran
Berat Bayi Lahir : 3000gr, Panjang Badan : 45cm, Lingkar Kepala : 29cm
Tugas :
Lakukan pemeriksaan fisik neonatus dan interpretasikan hasilnya!
D. DURASI PELAKSANAAN
Kegiatan Durasi

Review oleh tutor 10 menit

- Mahasiswa mempraktekkan checklist (@10 menit) 75 menit


- Feedback dari tutor untuk setiap mahasiswa (@5
menit)

Penguatan dan penutup 15 menit

Total i. menit

E. DAFTAR TILIK (CHECKLIST)


Judul Modul : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Neonatus Patologis
Kode Modul : IV.9

Nama Mahasiswa : …………………………..


NIM : …………………………..
Bobot x Skor
Bobot Skor
Maksimal
NO Langkah
0/1/
(0-2)
2
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada orang tua 1
2. Membaringkan neonatus pada meja pemeriksaan dan 1
menjaga kehangatan.
3. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur WHO 2
4. Pemeriksaan kondisi umum (menangis/tidak; tonus 1
otot baik/ tidak) dan kesadaran neonates.
Dilanjutkan dengan menilai Apgar Score pada saat
menolong bayi baru lahir
5. Pemeriksaan Tanda Vital
Suhu 1
Laju denyut jantung / Heart Rate : 100 – 160x/menit
Pernafasan: spontan/ tidak, frekuensi nafas, pola
pernafasan (regularitas), lemah/kuat, stridor,
menangis/ tidak
6. Pemeriksaan Status Gizi 1
Menimbang berat badan dan mengukur panjang
badan neonates
7. Pemeriksaan Kulit 1
Identifikasi: kelainan warna kulit : sianosis/ kebiruan,
pucat, ikterik. lanugo, dan jejas. Apabila tampak
ikterik, deskripsikan luas area yang terlibat dan
klasifikasikan berdasarkan kriteria Kramer.
Pemeriksaan Kepala
8. Inspeksi kepala: caput succedaneum, hematoma, 1
anenchepali
Mengukur lingkar kepala dan menyimpulkan hasil
pengukuran (mikrosefal, mesosefal, atau makrosefal).
Mengecek penutupan ubun-ubun: menutup atau
belum, cembung/ cekung
9. Pemeriksaan Mata 1
Identifikasi: conjungtiva anemis, sklera ikterik, mata
cekung, air mata, discharge, edema, abnormalitas
palpebrae.
10. Pemeriksaan Hidung 1
Identifikasi: nafas cuping hidung, discharge
11. Pemeriksaan Mulut 1
Identifikasi: bibir sianosis, basah/kering, dan mukosa
bucal menggunakan jari telunjuk
12. Pemeriksaan Telinga 1
Identifikasi: low set ear, discharge, tulang rawan
sempurna
13. Pemeriksaan Leher 1
Identifikasi: pembesaran limfa nodi
14. Pemeriksaan Thoraks 1
Pemeriksaan Pulmo
5. Inspeksi: pengembangan dinding dada,
retraksi, maturitas payudara
6. Perkusi: sonor/redup/pekak pada semua
lapang paru
7. Palpasi: stem fremitus
8. Auskultasi: air entry, suara dasar paru, suara
tambahan paru (wheezing, ronchy), dan
grunting
Pemeriksaan Jantung
4. Inspeksi: letak ictus cordis
5. Perkusi
6. Palpasi: deskripsikan ictus cordis (kuat angkat/
tidak)
7. Auskulasi: S1>S2, tidak terdengar S3 dan
murmur
15. Pemeriksaan Abdomen 1
4. Inspeksi: pengembangan dinding abdomen
selama pernafasan, umbilicus (deskripsikan
apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak)
5. Auskultasi: bising usus
(meningkat/normal/menurun)
6. Perkusi: timpani/redup/pekak pada semua
region abdomen
7. Palpasi: batas hepar, supel/ tidak
16. Pemeriksaan Ekstremitas
Identifikasi: perabaan akral (dingin/hangat), sianosis,
dan capillary reffil 1
Melakukan pemeriksaan maturitas neonatus untuk 1
- kategori neuromuscular meliputi: postur, square
window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan
heel to ear maneuver
- kategori physical maturity: melakukan pemeriksaan
permukaan plantar
17 Pemeriksaan Genitalia 1
Identifikasi: jenis kelamin, kelengkapan organ kelamin
sekunder, decensus testis
18. Pemeriksaan Anus 1
Identifikasi: melihat ada/ tidak anal dimple
19. Pemeriksaan Refleks Primitif 1
Identifikasi: reflek moro, reflek menghisap, reflek
palmar, dan reflek plantar
20. Mencuci tangan dan menyimpulkan hasil hasil 1
pemeriksaan
TOTAL

Keterangan :
0 tidak melakukan sama sekali
melakukan tidak secara lege artis, atau
1
hanya menyampaikan, tidak melakukan, atau
langkah terlewati dan mahasiswa menyadari/menyampaikan, “Seharusnya tadi dilakukan saat...” (Ini hanya
berlaku untuk langkah yang bisa dilewati tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi pasien)
2 mampu melakukan dengan lege artis

F. PENJELASAN TEKNIS LATIHAN BERDASARKAN DAFTAR TILIK


4. Teknis Pelaksanaan Tiap Nomor dalam Daftar Tilik
- Sebelum dilaksanakan skillab diharapkan mahasiswa telah mempelajari modul di rumah
masing-masing dan menonton media audiovisual yang disarankan.
- Masing-masing mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik berdasarkan checklist
- Feedback dapat diberikan oleh tutor dan mahasiswa lain yang mengamati
- Kasus disiapkan oleh tutor
5. Tips dan Trik : prinsip pemeriksaan neonatus jaga kehangatan

G. SARANA PRASARANA PENDUKUNG


8. Setting Ruang :
o penataan meja-kursi dokter & pasien seberang pintu masuk; ruang/area pemeriksaan
pasien/tempat dilaksanakannya keterampilan : meja periksa diletakkan di pojok, pemeriksa
di sebelah kanan; penempatan manekin, peralatan, bahan habis pakai dan sarana prasarana
lain yang diperlukan, posisi meja dan kursi penguji memungkinkan menilai dari jauh .
o foto setting ruang jadi berdasarkan keterangan di atas

9. Manekin bayi

o Jumlah 1

10. Alat Medis

- Timbangan 1
- Stadiometer 1
- Stetoskop paediatrik/ neonatus 1
- Meteran 1
- Jam 1
- Handscoon 1ps
- Termometer 1
- Penlight 1
- Manikin bayi 1
- Apgar Score
- Downes Score
- New Ballard Score

11. Bahan Habis Pakai


Handscrub
Tissue

12. Sarana Pendukung Lain


o Audiovisual
o Pemeriksaan Fisik Neonatus
o Video Pemeriksaan fisik neonatus dr. Ariadne Tiara Hapsari, M.Si.Med., Sp.A. (dapat diakses di
gdrive)
o Refleks primitive https://www.youtube.com/watch?v=rHYk1sYsge0
o APGAR Score

o tempat sampah
o fotokopi : lembar New Ballard Score, Downe Score
o jumlah : 1
o keterangan lain yang diperlukan

13. Kebutuhan Pasien Simulasi


o Ibu bayi
o Banyaknya : 1

14. Kehadiran Laboran

H. SUMBER BELAJAR TERTULIS

Gomella T.L., Cuningham M.D., Eyal F.G. 2013. Neonatology Management, Procedures, On-Call
Problems, Diseases, and Drugs.Seventh Edition.New York:Lange

Baston, H., & Heather D. 2001. Examinationof the Newborn- A Practical Guide. London: Routledge

I. SUMBER BELAJAR AUDIOVISUAL

o Video Pemeriksaan fisik neonatus dr. Ariadne Tiara Hapsari, M.Si.Med., Sp.A. (dapat diakses di
gdrive)
o Refleks primitive https://www.youtube.com/watch?v=rHYk1sYsge0
o APGAR Score
DAFTAR PENYUSUN

Penulis modul asli :

dr. Ariadne Tiara Hapsari, M.Si.Med., Sp.A

Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes

dr. Lieza Dwianasari Susiawan, M.Kes

dr. Falah Faniyah

Editor modul dalam workshop


Beserta semua pihak yang berperan selama proses penyusunan modul ini.

You might also like