Professional Documents
Culture Documents
Email: ruslilumut@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the characteristics of breeders and the formulation
of strategies for the development of the Gayo Buffalo cattle in Linge District, Central Aceh
Regency. This research method uses a survey method, then analyzed using a SWOT analysis
(strength, weakness, opportunity and threat). Respondents were 54 Gayo buffalo breeders who
were determined purposively. The results of this study were the characteristics of breeders in
Linge District, namely education, livestock ownership and knowledge of breeders which were still
very low. As for the age, they are still very productive and have high motivation in raising Gayo
Buffalo cattle in Linge District, Central Aceh Regency. Based on the weighted value of the grand
strategy, an aggressive strategy is obtained, namely using empty land to be used as a source of feed
and processed feed as well as increasing livestock population and production through improved
management of maintenance, feed, and health by implementing the Artificial Insemination (AI)
system.
Keywords: Buffalo Gayo, Development Strategy, Farmer Characteristics
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kerakteristik peternak serta perumusan strategi
pengembangan ternak Kerbau Gayo di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. metode
penelitian ini menggunakan metede survey, kemudian dianalisis menggunakan Analisis SWOT
(strength, weakness, opportunity dan threath). Responden adalah 54 peternak Kerbau Gayo yang
ditentukan secara purposive. Hasil penelitian ini yaitu Karakteristik peternak di Kecamatan Linge
yaitu pendidikan, kepemilikan ternak dan pengetahuan peternak masih sangat rendah. Sedangkan
untuk umur masih sangat produktif dan memiliki motivasi yang tinggi dalam memelihara ternak
Kerbau Gayo di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. Berdasarkana nilai pembobotan asil
grand strategi maka diperoleh strategi Agresif yaitu Memanfaatkan lahan kosong untuk dijadikan
sumber pakan dan pakan olahan serta meningkatkan populasi dan produksi ternak melalui
perbaikan manajemen pemeliharaan, pakan, dan kesehatan dengan menerapkan sistem Inseminasi
Buatan ((IB).
Kata Kunci : Kerbau Gayo, Strategi Pengembangan, Karaktersistik Peternak.
81
Rusli dan Syahidin
dilakukan sejak nenek moyang mereka yang peternak hanya sedikit meluangkan waktu
diwarisi secara turun temurun, dimana ternak dengan ternaknya serta penggunaan biaya
dilepaskan di lahan yang sudah dibiasakan yang sangat rendah. Lokasi pemeliharaan atau
semenjak ternak itu ada, dan menjadi lokasi disebut lokasi peruweren oleh peternak kerbau
pemeliharaan peternak. Sumber pakan yang Gayo cukup jauh dari perumahan peternak.
diperoleh masih mengandalkan pakan alami Peternak membiarkan dan mengembalakan
yang hidup dialam dan sangat jarang peternak ternaknya pergi begitu saja sehingga, ternak
menanam hijauan cadangan pakan ternak sering masuk pada lokasi pertanian. Meskipun
secara kontinyu. Sistem pemeliharaan seperti pada umumnya didaerah ini para petani
ini peternak jarang memperhatikan kesehatan memberikan pagar untuk lokasi pertaniannya,
ternak, masih menggunakan kawin alam terkadang peternak harus mengganti rugi
serta tidak memanfaatkan recording dengan tanaman milik masyarakat akibat sudah dirusak
baik sehingga peningkatan populasi ternak oleh ternaknya. Hal ini sudah menjadi kebiasaan
kerbau belum signifikan (Par, 2018). Menurut peternak terkadang banyak konfik yang terjadi
Rusdiana and Herdiawan (2017), siklus akibat pemeliharaan ternak dilepaskan begitu
produksi ternak kerbau terjadi sebagai akibat saja. Memelihara ternak orang lain dengan
kurangnya efisiensinya faktor teknis produksi sistem bagi hasil adalah salah satu cara peternak
dan reproduksi terutama pada pemberian untuk mendapatkan modal awal ternak kerbau
pakan dan cara pemeliharaannya. Gayo, sehingga populasi ternak kerbau Gayo
Kerbau Gayo sampai saat ini berkembang cukup lamban. Faktor yang
belum diketahui secara pasti asal mula sangat mempengaruhi pengembangan ternak
perkembangannya. Menurut Sari (2020) kerbau kerbau yaitu, karakteristik peternak, kondisi
Gayo kemungkinan berasal dari daerah pesisir lingkungan, dan sistem manajemen yang
Aceh dan menyebar di daratan. Seiring dengan memiliki korelasi tinggi rendahnya populasi
perkembangan penduduk dan tidak lagi serupa ternak kerbau (Ikun, 2018).
dengan aslinya akibat berkembang biak secara Pada dasarnya ternak kerbau merupakan
inbreending, diperkirakan sudah sejak abad ke- sumber daging yang disukai oleh banyak
19. Menurut hasil uji yang dilakukan oleh Sari kalangan di Aceh Tengah sebagai tolak ukur
(2015) kemudian Rusdiana and Herdiawan kematangan ekonomi masyarakat baik secara
(2017) menyimpulkan ternak Kerbau Gayo sosial maupun dalam adat budaya masyarakat
secara genetika termasuk tipe kerbau lumpur Aceh Tengah dan biasa dipotong saat acara
dan belum terkontamisi dengan gen ternak megah dan sebagai hewan qurban karena
kerbau lainnya yang telah diuji elektroforesis ternak kerbau Gayo memiliki berat tubuh 800-
dan sekuensing DNA Kerbau Gayo. 1200 kg (Sari, 2020). Menurut Yurleni (2013)
Peternakan kerbau Gayo di Kecamatan kualitas daging kerbau lebih empuk dan
Linge masih dilakukan dalam skala kecil dibandingan dengan daging sapi penyebaran
yang bersifat sampingan dan sudah sejak lemak di antara serat daging yang lebih baik,
lama dikembangkan bersama Sapi Aceh, jauh serta serat daging yang lebih besar. Namun,
sebelum sapi Bali masuk ke Kecamatan Linge. persentase karkas kerbau lebih rendah yaitu
Pemiliharaan ternak kerbau Gayo diusahakan 46,5 - 52,1% dengan bobot karkas hampir sama
oleh petani sejak puluhan tahun lalu. yaitu 146,6 - 151,1 kg.
Peternakan menjadi andalan para peternak Selain daging, ternak kerbau juga
untuk memenuhi kebutuhan perekonomian memproduksi susu yang dapat dijadikan
keluarga seperti pendidikan, fasilitas keluarga, sumber pendapatan karena kaya akan
serta kebutuhan lainnya. Berbagai jenis ternak kandungan mineral dimana ternak kerbau
yang dikembangkan, namun yang cukup dapat memproduksi susu mencapai 0,5–2,25
prospektif untuk dikembangkan adalah liter/ekor/hari pada kondisi pemeliharaan
ternak kerbau, karena lebih mudah dipelihara suboptimal. Kadar lemak dan protein susu
dan tidak mudah menjadi liar, dalam sistem kerbau lebih baik dari pada susu sapi, kaya
pemeliharaan tradisional serta ketersediaan akan kandungan mineral penting seperti Ca,
lahan pengembalaan yang cukup luas untuk Fe, dan P, kandungan kolesterol lebih rendah,
pengembalaan dan sumber makanan untuk kandungan vitamin A lebih tinggi, artinya susu
ternak. adalah makanana sehat karena mengandung
Sistem budidaya pemeliharaan seperti bioprotective antara lain imunoglobulin,
ini dikenal dengan ”Peruweren”, Sari (2020) laktoferin, lisozim, laktoperoksidase, dan
82
JITP Vol. 9 No. 2, 2021
bifidogenik (Matondang, 2015). dalam penelitian ini berupa data primer dan
Menurut Talib (2015) dibutuhkan suatu data sekunder. Data primer diambil dari hasil
mekanisme agar kelompok peternak pembibit wawancara di lapangan, karakteristik peternak,
dapat menerapkan prinsip pembibitan untuk manajemen peternakan dan kendala yang
menghasilkan bibit kerbau unggul pada dihadapi oleh peternak. Untuk memperoleh
prinsipnya masyarakat yang beternak secara imformasi dan data penulis melakukan
tradisional tanpa ada kandang utama dan tampa wawancara dengan peternak, dinas pertanian,
memperhatikan dengan baik ketersediaan penyuluh tenaga, tenaga kesehatan hewan,
kandang dan peralatannya, umumnya kondisi agen/moge serta masyarakat.
pemeliharaan kerbau terletak di daerah
pegunungan yang jauh dari pemukiman Analisis data
penduduk, sehingga sangat rentan terhadap
Analisis data yang digunakan untuk
binatang buas pemangsa dan gangguan hewan
merumuskan sebuah strategy tentang sistem
liar lainnya (Sari, 2015).
pengembangan ternak kerbau di Kecamatan
Dalam pemeliharaan ternak secara
Linge Kabupaten Aceh Tengah yaitu dengan
tradisional banyak faktor yang menjadi masalah
perumusan strategi menggunakan analisis
dalam pemeliharaan ternak Kerbau Gayo,
SWOT serta dianalisis secara deskriptif.
seperti kurangnya pengontrolan pada ternak,
belum menerapkan sistem recording, masih
menggunakan kawin alam, tidak ada persedian HASIL DAN PEMBAHASAN
pakan hijaun secara kontinu, terjadinya
kematian mendadak pada ternak. Beberapa Karakteristik petani sampel
masalah lain seperti, dimakan binantang buas, Karakteristik peternak merupakan faktor
tertimpa pohon, jatuh dari pekarangan, ternak penting dalam melakukan usaha peternakan
hilang karen dicuri akibat ternak yang belum sebab karakteristik sebagai pendorong
menggunakan kandang utama. Bahkan masih meningkatkan keberhasilan perternak, semakin
ada yang sama sekali tidak menggunakan baik karakteristiknya semakin baik juga usaha
kandang maupun Uwer. Sehingga yang menjadi yang ditekuninya. Karakteristik peternak juga
tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis sangat berhubungan dengan tingkat kemampuan
aspek-aspek yang mempengaruhi dan untuk mengelola usahanya. Karakteristik yang
strategi pengembangan ternak kerbau Gayo diamati dalam penelitian ini yaitu umur, tingkat
serta mengukur karakteristik peternak yang pendidikan, kepemilikan ternak, pengetahuan,
mempengaruhi faktor-faktor pengembangan dan tingkat motivasi beternak Kerbau Gayo di
peternakan kerbau di Kabupaten Aceh daerah penelitian (Tabel 1 dan 2).
Tengah. Umur peternak di daerah penelitian masih
tergolong produktif dimana persentase tertinggi
MATERI DAN METODE terdapat pada umur 37-50 tahun artinya peternak
masih tergolong sangat produktif dalam
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan melakukan usaha peternakan di Kecamatan
Linge Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Linge Kabupaten Aceh Tengah seperti yang
Waktu penelitian mulai dari Bulan Januari – diutarakan oleh Sari (2019) usia peternak diatas
Agustus 2020. Menggunakan metode survey. 65 tahun sudah tidak produktif lagi dalam
Lokasi dipilih secara purposive adalah kawasan melakukan sebuah usaha peternakan.
yang memiliki populasi Kerbau Gayo tertinggi Rata-rata tingkat pendidikan peternak
serta menjadi sentral peternakan di Kabupaten kerbau di daerah penelitian yaitu berpendidikan
Aceh Tengah SD yaitu sebanyak 50%. Sedangkan
Responden adalah 54 peternak yang berpendidikan tertinggi yaitu pendidikan
ditentukan secara purposive dari peternak tamatan Sarjana hanya 4 % dari total jumlah
yang aktif memelihara ternak Gayo di peternak. Artinya dari tingkat pendidikan
Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah. peternak di tingkat pendidikan masih tergolong
Wawancara dilakukan dengan menggunakan sangat rendah. bahwa tingkat pendidikan
daftar pertanyaan langsung kepada peternak peternak merupakan indikator kualitas
Kerbau Gayo disamping pengamatan ke lokasi penduduk dan merupakan peubah kunci dalam
peternak untuk mengamati sistem budidaya pengembangan sumberdaya manusia.
yang diterapkan. Data yang dikumpulkan Menurut Mulyawati (2016) tingkat
83
Rusli dan Syahidin
84
JITP Vol. 9 No. 2, 2021
yaitu kepemilikan ternak, tingkat harga, sistem oleh masyarakat meskipun hanya sebatas
pemasaran yang mudah, biaya yang murah, konsumsi keluarga. Pada umumnya beberapa
tingkat sosial yang tinggi, sistem pemeliharaan petani yang memiliki sawah, jaraknya berjauhan
yang mudah serta dapat mencukupi kebutuhan dari desa, masih menggunakan ternak kerbau
keluarga jika ada kebutuhan besar dan mendesak Gayo untuk melumatkan sawahnya dengan
maka ternak bisa menjadi andalan utama. sistem (Mungoro) dan (Munor) untuk bekerja
Sari (2020) Saat ini masih banyak sawah yang
Hasil evaluasi faktor internal tidak bisa dijangkau oleh teknologi pertanian
seperti sawah, tentunya masyarakat akan
Evaluasi faktor internal dilakukan dengan
memanfaatkan ternak kerbau untuk membantu
pencarian nilai rata-rata masing-masing faktor
sawahnya.
kunci internal yang selanjutnya disusun
Kemudian yang menjadi kelemahan utama
dalam sebuah matriks evaluasi masing-masing
yaitu kurangnya pengontrolan pada ternak
faktor. Pada matriks evaluasi tersebut, masing-
kerbau gayo, pengontrolan pada ternak kerbau
masing faktor yaitu kekuatan dan kelemahan
sangat jarang dilakukan sehigga beberapa ternak
ditambahkan bobot masing-masing dengan
menjadi liar maupun hilang. Dikecamatan linge
menggunakan pembobotan, kemudian
rata-rata peternak mengontrol ternaknya kurang
digunakan matriks Evaluasi IPAS (Faktor
dari dua kali dalam seminggu, hanya beeberapa
Internal)
peternak yang mengontrol ternaknya setiap
Dari Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa ternak
hari. Menurut Sari (2019) peternak di Kecamatan
kerbau dapat memproduksi daging, susu serta
Linge Kabupaten Aceh Tengah melakukan
dapat digunakan sebagai ternak kerja. Selain rasa
pengontrolan disaat tertentu saja, jika peternak
dagingnya lebih disukai oleh masyarakat ternak
memiliki waktu luang.
kerbau Gayo juga dapat dimanfaatkan sebagai
ternak penghasil susu yang sudah dilakukan
Tabel 3. Hasil evaluasi perhitungan kekuatan dan kelemahan hasil evaluasi IPAS (Faktor
Internal) pada pengembangan ternak kerbau Gayo di Kecamatan Linge Kabupaten
Aceh Tengah.
A Kekuatan Bobot Peringkat Skor
1. Luasnya lahan kosong yang belum termanfaatkan 0,055 4 0,221
2. Ternak kerbau Gayo yang sudah lama dikembangkan 0,067 4 0,267
secara turun temurun
3. Rasa daging lebih disukai dibandingkan ternak sapi 0,048 3 0,145
4. Lebih jinak dan setia terhadap pemiliknya 0,068 3 0,204
5. Dalam sistem pemeliharaan penggunaan biaya sangat 0,063 3 0,190
rendah
6. Ternak kerbau dapat memproduksi daging, susu serta 0,068 4 0,272
dapat digunakan sebagai ternak kerja
Sub total 0,370 1,299
B Kelemahan
1. Manajemen pemeliharaan peternak masih bersipat 0,0696 3 0,209
tradisional
2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman peternak 0,0693 3 0,208
mengenai manajemen pemeliharan ternak
3. Kurangnya perncatatan ternak (Rekording) 0,0456 3 0,137
4. Kurangnya penanganan kesehatan 0,0508 3 0,152
5. Tidak ada pemberian pakan tambahan selain pakan 0,0706 4 0,283
yang didapatkan oleh ternak
6. Belum menerapkan sistem IB 0,0569 4 0,228
7. Kurangnya pengontrolan pada ternak 0,0720 4 0,288
Subtotal 0,435 1,504
Total 0,805 2,803
85
Rusli dan Syahidin
Tabel 4. Hasil Evaluasi Peluang dan Ancaman EPAS (Faktor Eksternal) pada pengembangan
ternak kerbau Gayo di Kecamatan Linge Kabupten Aceh Tengah.
A Peluang Bobot Peringkat Skor
1. Daya dukung sumber daya alam seperti limbah hasil 0,047 3 0,141
pertanian yang dapat dijadikan sebagai pakan olahan
ternak kerbau Gayo
2. Meningkatnya kebutuhan daging seiring pertambahan 0,078 3 0,231
penduduk
3. Meningkatnya perkembangan teknologi serta sistem 0,050 3 0,151
informasi
4. Adanya dukungan pemerintah pusat dan pemerintah 0,046 4 0,182
daerah tentang pengembangan peternakan
5. Program IB pada kerbau bisa dilaksanakan 0,062 3 0,187
6. Adanya peluang pasar baik lokal maupun ekspor 0,068 4 0,272
Sub total 0,352 1,165
B Kelemahan
1. Manajemen pemeliharaan peternak masih bersipat 0,0641 3 0,192
tradisional
2. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman peternak 0,0689 3 0,207
mengenai manajemen pemeliharan ternak
3. Kurangnya perncatatan ternak (Rekording) 0,0621 3 0,186
4. Kurangnya penanganan kesehatan 0,0590 3 0,177
5. Tidak ada pemberian pakan tambahan selain pakan 0,0583 4 0,233
yang didapatkan oleh ternak
6. Belum menerapkan sistem IB 0,0614 3 0,184
7. Kurangnya pengontrolan pada ternak 0,0720 4 0,288
Subtotal 0,432 1,415
Total 0,784 2,580
86
JITP Vol. 9 No. 2, 2021
Tabel 5. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Ternak Kerbau Gayo di Kabupaten Aceh
Tengah
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Luasnya lahan kosong yang 1. Manajemen pemeliharaan
belum termanfaatkan peternak masih bersifat
IPAS 2. Ternak kerbau Gayo yang tradisional
sudah lama dikembangkan 2. Kurangnya pengetahuan
secara turun termurun dan pemahaman peternak
3. Rasa daging lebih disukai mengenai manajemen
dibandingkan ternak sapi pemeliharan ternak
4. Lebih jinak dan setia 3. Kurangnya perncatatan ternak
terhadap pemiliknya (Rekording)
5. Dalam sistem pemeliharaan 4. Kurangnya penanganan
penggunaan biaya sangat kesehatan
EPAS rendah 5. Tidak ada pemberian pakan
6. Ternak kerbau bisa tambahan selain pakan yang
memproduksi daging, susu didapatkan oleh ternak
serta dapat digunakan 6. Kurangnya pengontrolan pada
sebagai ternak kerja ternak
7. Belum menerapkan sistem IB
Peluang (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Daya dukung sumber daya alam Memanfaatkan lahan kosong Meningkatkan pengetahuan
seperti limbah hasil pertanian untuk dijadikan sumber peternak terhadap manajemen
yang dapat dijadikan sebagai pakan dan pakan olahan kesehatan hewan, penyuluhan,
pakan olahan ternak kerbau Gayo serta meningkatkan populasi sosialisasi manfaat kawin
2. Meningkatnya kebutuhan daging dan produksi ternak melalui IB, pembuatan pakan olahan,
seiring pertambahan penduduk perbaikan manajemen penanaman HMT serta pembinaan
3. Meningkatnya perkembangan pemeliharaan, pakan, dan kepada tenaga ahli IB dan peternak.
teknologi serta sistem informasi kesehatan dengan menerapkan (Memanfaatkan O1,O2,O3,O4, O5
4. Adanya dukungan pemerintah sistem IB, (Mengelola S1, S2, meminimalkan W1,W2,W3,W4 dan
pusat dan pemerintah daerah S3, S4, S5 dan Memanfaatkan W5)
tentang pengembangan O1,O2,O3,O4 dan O5)
peternakan
5. Adanya peluang pasar baik lokal
maupun ekspor
6. Program IB pada kerbau bisa
dilaksanakan
7. Harga ternak terus meningkat
setiap tahunnya
Ancaman (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Skala usaha dan akses peternak Bermitra dengan lembaga Melakukan pembinaan peternak
terhadap lembaga permodalan pemodalan serta dukungan dan pelatihan manajemen pakan,
masih rendah pemerintah, memperkuat perkandangan, penanganan
2. Kondisi ekonomi, politik, hukum regulasi terhadap lahan penyakit, pencatatan, pengontrolan
dan keamanan yang kurang peternakan, dan jual beli ternak serta penyediaan sarana dan
kondusif serta menciptakan peternakan prasarana pembibitan pemurnian
3. Masuknya investasi luar yang dengan pemeliharaan sistem plasma nutfah dan penerapan IB
tidak memperhatikan keberlang- intensif sebagai ternak untuk ternak. Meminimalkan W1,
sungan hidup ternak percontohan di Kabupaten W2, W3, W4, W5 Menghindari T,
4. Adanya wabah penyakit re- Aceh Tengah dengan sistem IB T2, T3, T4 Dan T5)
produksi dan penyakit menular serta memperkuat penanganan
dan penyakit yang mematikan kesehan dan menekan angka
ternak secara tiba-tiba terhadap kematian pada ternak ,
ternak kerbau Gayo (Mengelola, S1, S2, S3, S4, S5
5. Kemungkinan alih fungsi lahan mengatasi T1, T2, T3, T4 dan T5)
6. Musnahnya flasma nulfah ternak
kerbau Gayo
87
Rusli dan Syahidin
88
JITP Vol. 9 No. 2, 2021
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Par, A. U. H. 2018. Pemanfaatan recording untuk
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan meningkatkan manajemen ternak kerbau di
Tinggi. Kecamatan Matawai La Pawu Kabupaten
Sumba Timur. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia, 13(1): 101–110.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, S. dan I. Herdiawan, 2017.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kabupaten Aceh Pengetahuan peternak dan analisis ekonomi
Tengah Dalam Angka in Tengah, Buku penggunaan rumput Chloris gayana sebagai
Statistik Kabupaten Aceh. pakan kerbau di lahan penggembalaan.
Fuah, A. M. dan B. P. Purwanto. 2015. Buletin Peternakan, 41(2): 219.
Motivasi dan partisipasi peternak dalam Sari, E. M., M. A. N. Abdullah dan S. Sulaiman.
pengembangan ternak kerbau di Kabupaten 2015. Kajian aspek teknis pemeliharaan
Pandeglang (Studi Kasus : Desa Cibarani kerbau lokal di Kabupaten Gayo
Kecamatan Cisata). Journal Sains, 5(1): 1–7. Lues. Jurnal Agripet, 15(1): 57-60.
Gayo, A. A. 2018. Perlindungan hukum hak atas Sari, E. 2020. Sumber Daya Genetik Ternak Lokal
tanah adat (Studi Kasus di Provinsi Aceh Kerbau Gayo. Syiah Kuala University Press,
Khususnya Kabupaten Bener Meriah). De Banda Aceh.
Jure Jurnal penelitian Hukum, 18(3): 15.
Sari, E. M., W. Aramicorindi, and M. A. Abdullah.
Ikun, A. 2018. Faktor–faktor yang mempengaruhi 2019. Reproduction characteristics of Gayo
tingkat populasi ternak kerbau di Buffalo in Wih Pesam District of Bener
Kecamatan Biboki Anleu Kabupaten Timor Meriah Regency. In International Seminar
Tengah Utara. JAS, 3(3): 38-42. on Tropical Animal Production (ISTAP).
Krisna, Rizal, H. 2014. Hubungan tingkat pp. 48-51.
kepemilikan dan biaya usaha dengan Syatra, U., Kasim, S. N. dan Asnawi, A. 2016.
pendapatan peternak sapi potong di Pengaruh Pengetahuan, Motivasi dan
Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat Biaya Ensiminasi. Jurnal Ilmu dan Industri
(Studi Korelasi). Aplikasi Manajemen, Peternakan, 3(2): 71–76.
12(2): 295–305.
Yurleni, R. P., E. Gunardi, dan K. G. Wiryawan.
Matondang, R. H. dan C. Talib. 2015. 2013. Efektivitas minyak ikan Lemuru
Pemanfaatan ternak kerbau untuk terproteksi terhadap populasi mikrob
mendukung peningkatan produksi susu. rumen dan fermentasinya pada kerbau dan
Jurnal Penelitian dan Pengembangan sapi. Jurnal Verteriner, 14(3): 285-293.
Pertanian, 34(1): 41-49.
Mulyawati, I. M., Mardiningsih dan S. Satmoko.
2016 Pengaruh umur, pendidikan,
pengalaman dan jumlah ternak peternak
kambing terhadap perilaku sapta usaha
beternak kambing di Desa Wonosari,
Kecamatan Patebon. Agromedia, 34(1):
85–90.
89