You are on page 1of 12

143 HUMAN: South Asean Journal of Social Studies Vol.3, No.

1, 2023

Kekerasan Struktural dalam Novel Siri’ Karya


Asmayani Kusrini: Perspektif Teori
Kekerasan Johan Galtung

Siti Anisya1, Aslan Abidin2, Suarni Syam Saguni3


Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri
Makassar, Indonesia1,2,3
Email: siti.anisya2019@gmail.com1

Abstract. Structural violence in the novel Siri' by Asmayani Kusrini: the perspective of Johan
Galtung's theory of violence. This research is descriptive qualitative. The data in this study are in
the form of phrases, words or sentences that represent the structural violence contained in the
novel Siri' by Asmayani Kusrini with an emphasis on Johan Galtung's theory of violence. The data
source for this research is the novel Siri' by Asmayani Kusrini. The rise of cases of violence that
occur in public makes this research important to do, that violence is not just physically injuring
someone, but a form of violence that is more than that. Violence can also occur in a structure,
both social, political, economic and so on. For this reason, the purpose of this research is to find
out and understand what structural violence is experienced by the characters in the novel Siri' by
Asmayani Kusrini based on the perspective of Johan Galtung's theory of violence. The results of
this study indicate that there are two types of structural violence contained in the data sources
analyzed, namely structural violence in the form of mediation violence and repressive violence.
Mediation violence consists of four data quotations while repressive violence consists of three
data quotations.

Keywords: Structural Violence, Novel Siri', Johan Galtung

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0


International License.
Kekerasan Struktural dalam Novel Siri’ Karya Asmayani Kusrini 144

PENDAHULUAN

Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang


serta refleksi terhadap realitas sosial yang ada di sekitarnya salah satu realitas sosial yang
sering ditonjolkan dalam sebuah karya sastra yaitu realitas sosial berupa unsur
kekerasan, dapat dikatakan bahwa kekerasan yang terjadi di kehidupan masyarakat
direfleksikan di dalam sebuah karya sastra. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Watt
yang dikutip oleh Damono (1979: 3) yang menitikberatkan karya sastra sebagai cerminan
masyarakat. Kekerasan juga merupakan sebuah hal yang menjadi satu kecenderungan
yang terus meningkat akhir-akhir ini, dapat dibuktikan melalui laman Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perindungan Anak (KPPPA) yang menjelaskan bahwa,
Catatan kekerasan di Indonesia per-tanggal 26 Juni 2023, total sebanyak 11.757 kasus
kekerasan yang telah terjadi, yang terdiri atas dua kasus kekerasan diantaranya yaitu,
sebanyak 2.276 kasus kekerasan yang dialami oleh korban laki-laki dan 10.564 kasus
kekerasan yang dialami oleh korban perempuan. Selain itu, Menurut catatan tahunan
(CATAHU) Komnas Perempuan tahun 2023 menjelaskan bahwa terdapat peningkatan
angka pengaduan langsung mengenai kekerasan terhadap Perempuan ke Komnas
Perempuan dari 4.322 kasus di Tahun 2021 menjadi 4.371 kasus di sepanjang Tahun
2022. Hal tersebut juga sinkron dalam karya sastra, dalam karya sastra juga digambarkan
banyaknya kasus kekerasan yang terjadi, salah satunya yakni karya sastra berupa novel,
dalam hal ini, khususnya novel Siri’ karya Asmayani Kusrini.
Novel Siri’ karya Asmayani Kusrini banyak menceritakan mengenai unsur
kekerasan, utamanya kekerasan berbasis kultural, novel ini terinspirasi dari kisah nyata
tradisi masyarakat Bugis Sulawesi Selatan yang mengangkat cerita percintaan yang rumit
karena adanya tradisi yang menjembatani dalam suatu hubungan dan juga menceritakan
kisah poligami. Selain itu, novel ini juga menceritakan mengenai politik kotor yang
dilakukan oleh salah satu tokoh, juga mengangkat konflik-konflik perjuangan di Papua,
serta masih banyak lagi konflik yang terdapat dalam novel tersebut. Novel Siri’ karya
Asmayani Kusrini dipilih sebagai sebagai objek penelitian, dikarenakan cerita yang
disajikan oleh pengarang secara apik menggambarkan berbagai potret kekerasan yang
dialami oleh tokoh, baik tokoh laki-laki maupun tokoh perempuan, pengarang
menggambarkan peristiwa kekerasan dari awal cerita dimulai hingga akhir cerita.
Berkaitan dengan hal tersebut, konsep kekerasan Johan Galtung utamanya
mengenai kekerasan struktural dipilih untuk mengkaji novel Siri’ karya Asmayani Kusrini
karena dinilai cukup komprehensif untuk melihat bentuk kekerasan struktural yang
terjadi. Kekerasan struktural berupa bentuk kekerasan yang melukai kebutuhan dasar
manusia, tetapi tak ada pelaku langsung yang bisa dimintai pertanggungjawaban.
Kekerasan struktural terjadi secara built in (dalam struktur) sehingga secara kasat mata
tidak terlihat siapa pelakunya tetapi dapat diketahui bahwa pelakunya adalah orang
yang memiliki kebijakan atau kekuasaan penuh atas suatu wilayah, maraknya kasus
kekerasan yang terjadi di muka umum membuat penelitian ini penting untuk dilakukan,
145 HUMAN: South Asean Journal of Social Studies Vol.3, No.1, 2023

bahwa kekerasan bukan sekedar melukai fisik seseorang, tetapi bentuk kekerasan lebih
dari itu. Kekerasan dapat pula terjadi dalam sebuah struktur, baik struktur sosial, politik,
ekonomi dan sebagainya. Untuk itu, tujuan dilakukannya penelitian ini yakni untuk
mengetahui dan memahami kekerasan struktural apa saja yang dialami oleh tokoh
dalam novel Siri’ karya Asmayani Kusrini berdasarkan perspektif teori kekerasan Johan
Galtung.
Adapaun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Nurlaily, dkk (2022: 12-28) dalam jurnal yang ditulisnya berjudul
Kekerasan terhadap Tokoh Perempuan dalam Novel Prasetyane Wanita Karya Tulus
Setiyadi Kajian Feminisme. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya empat
kekerasan terhadap tokoh perempuan dalam novel Prasetyane Wanita karya Tulus
Setiyadi. Kekerasan terhadap tokoh perempuan tersebut meliputi kekerasan psikologis
terhadap perempuan, kekerasan fisik terhadap perempuan, kekerasan seksual terhadap
perempuan dan kekerasan ekonomi terhadap perempuan. Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian ini adalah selain terletak pada sumber data yang digunakan juga
terletak pada fokus kajian penelitian, pada penelitian tersebut menggunakan kajian
feminisme dalam menganalisis data sedangkan pada penelitian kali ini menggunakan
kajian kekerasan Johan Galtung.
KERANGKA TEORITIK
Konsep Kekerasan Johan Galtung

Johan Galtung menjadi salah satu pemikir terpenting terkait tulisannya tentang
perdamaian dan kekerasan. Karyanya telah menjadi rujukan bagi para akademisi, NGO
(Non-Governmental Organizations), pembuat kebijakan dan bahkan politisi di banyak
negara. Dalam buku yang ditulis oleh Galtung dan Fischer (2013: 3) berjudul Johan
Galtung Pionner of Peace Research menjelaskan perjalanan Johan Galtung sebagai ahli
perdamaian dimulai dengan beberapa pengalaman masa kecilnya (seperti ayahnya yang
dipenjara di Camp Nazi) yang membentuk tekadnya untuk bekerja demi perdamaian.
Galtung telah menyumbangkan penelitian dan wawasan orisinalnya ke banyak bidang
penyelidikan intelektual. Galtung menangani lebih dari seratus konflik internasional,
menangani konflik secara konstruktif, mendirikan lembaga perdamaian di seluruh dunia,
menerbitkan lebih dari 160 buku dan lebih dari 1.600 artikel, mengajar ribuan orang di
seluruh dunia dalam resolusi konflik dan pembangunan perdamaian, dan menginspirasi
banyak orang untuk mengabdikan hidup mereka untuk perdamaian.
Menurut Galtung & Fischer (2013: 35) kekerasan adalah setiap penghinaan yang
dapat dihindari, namun pada akhirnya dibiarkan begitu saja, sehingga seseorang sulit
untuk mengaktualisasikan dirinya secara wajar. Kekerasan adalah perampasan atas
kebutuhan hak hidup seseorang, kekerasan dapat berupa tindakan melukai dan
merugikan tubuh, pikiran dan jiwa. Sebuah ancaman juga merupakan tindakan
kekerasan, sebagai penghinaan terhadap pikiran dan jiwa, menciptakan distorsi dan
Kekerasan Struktural dalam Novel Siri’ Karya Asmayani Kusrini 146

keputusasaan melalui rasa takut. Objek atau pelaku kekerasan adalah setiap pembawa
kehidupan, terutama manusia (aktor) individu atau kolektif (kelompok, negara).
Kekerasan tidak hanya dapat dilakukan oleh satu orang terhadap orang lainnya, tetapi
kekerasan juga bisa dilakukan oleh struktur, oleh institusi sosial dan juga oleh kultur,
sasarannya terhadap fisik maupun mental. Menurut pendapat Galtung yang dikutip oleh
Windhu (1992: 64) menjelaskan bahwa perilaku kekerasan dapat terjadi apabila
seseorang, institusi atau siapa pun yang melakukannya, berada dalam pengaruh tertentu
sehingga realisasi fisik dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya.
Dengan kata lain, apabila sesuatu yang potensial (kemungkinan) lebih tinggi dari yang
aktual, maka terjadi kekerasan. Jadi, kekerasan didefinisisikan sebagai penyebab
perbedaan antara yang potensial dan yang aktual.
Kekerasan Struktural

Menurut Galtung (1996: 31) Kekerasan struktural yaitu bentuk kekerasan yang
melukai kebutuhan dasar manusia, tetapi tak ada pelaku langsung yang bisa diminta
pertanggung jawaban. Kekerasan struktural tidak melibatkan hubungan langsung antara
korban dan pelaku kekerasan serta berasal dari tatanan sosial. Kekerasan struktural
terjadi secara built-in “dalam struktur” sehingga tidak ada pelaku/subjek secara
langsung. Secara garis besar, kekerasan struktural adalah kekerasan yang berdampak
secara nyata pada kehidupan seseorang tetapi tidak terlihat secara langsung. Dalam
kekerasan struktural, seseorang tidak dapat melihat subjeknya atau pelakunya secara
langsung, sehingga dalam kondisi tertentu, seseorang bahkan banyak orang menjadi
sasaran. Kekerasan struktural juga dapat diartikan sebagai terciptanya penggunaan
kekuasaan struktural, seperti orang yang memiliki kebijakan atau wewenang dalam
menciptakan kebijakan publik, dengan kata lain bahwa kekerasan struktural yakni
kekerasan yang secara kasat mata tidak terlihat siapa pelakunya tetapi dapat diketahui
bahwa pelakunya adalah orang yang memiliki kebijakan atau kekuasaan penuh atas
suatu wilayah.. Menurut Tegar (2021) terdapat 4 bentuk kekerasan struktural, yakni:
1. Kekerasan pasif/pembiaran yaitu kekerasan dengan cara membiarkan pihak yang
tertindas hancur dengan sendirinya tanpa bantuan logistik dan infrastruktur.
Contohnya perang Biofra Nigeria dimana etnis Ibo dibiarkan mati kelaparan.
2. Kekerasan dimediasi yaitu interverensi/eksploitasi sengaja oleh manusia melalui
perantara, terhadap manusia, lingkungan dan sosial yang berpengaruh secara
tidak langsung terhadap manusia lain. Contohnya penebangan hutan oleh
perusahaan menyebabkan salah satu desa mengalami bencana ekologi.
3. Kekerasan represif yaitu perampasan hak-hak fundamental seperti kesetaraan
sosial, ekonomi, gender, perlindungan atas hak milik pribadi dan hak milik sosial,
warga negara, dan hak-hak politik. Contohnya seseorang yang meskipun memiliki
sertifikat rumah namun rumahnya tetap digusur karena tanah telah diklaim
perusahaan.
147 HUMAN: South Asean Journal of Social Studies Vol.3, No.1, 2023

4. Kekerasan alienatif yaitu perampasan hak-hak yang lebih tinggi, pengasingan


habitat dan kondisi hidup, pengasingan pergaulan sosial, dan pemusnahan.
Contohnya seseorang yang dikucilkan karena menderita penyakit AIDS.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif, metode penelitian deskriptif kualitatif dilakukan dengan menganalisis kata,
mengkaji, mengidentifikasi, mendeskripsikan teks, kalimat, serta paragraf untuk
mengungkapkan hal-hal yang ingin diteliti. Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa,
klausa ataupun kalimat yang terdapat dalam novel Siri’ karya Asmayani Kusrini yang
merepresentasikan mengenai kekerasan struktural berdasarkan perspektif Johan
Galtung. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Siri’ karya Asmayani Kusrini yang
terbit pada tahun 2020 dan diterbitkan oleh penerbit PT Mekar Cipta Lestari, Jakarta,
dengan ketebalan viii + 352 halaman.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat. Teknik analisis data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, melakukan
analisis dan interpretasi data serta melakukan pendeskripsian data sehingga
memperoleh sebuah kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan berdasarkan pada rumusan masalah
yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan melihat pada kondisi serta realitas yang
terjadi dalam novel Siri’ karya Asmayani Kusrini, serta berfokus pada teori kekerasan
perspektif Johan Galtung, utamnaya kekerasan struktural. Kekerasan struktural yaitu
bentuk kekerasan yang melukai kebutuhan dasar manusia, tetapi tak ada pelaku langsung
yang bisa diminta pertanggung jawaban. Kekerasan struktural tidak melibatkan hubungan
langsung antara korban dan pelaku kekerasan serta berasal dari tatanan sosial. Kekerasan
struktural terjadi secara built-in “dalam struktur” sehingga tidak terlihat siapa pelakunya
tetapi dapat diketahui bahwa pelakunya adalah orang yang memiliki kebijakan dan
kekuasaan penuh di salah satu wilayah. Kekerasan struktural terdiri atas empat jenis
kekerasan yakni, kekerasan pasif, kekerasan dimediasi kekerasan represif dan kekerasan
alienatif, namun berdasarkan hasil analisis data, ditemukan adanya dua jenis kekerasan
struktural di dalamnya, yakni jenis kekerasan struktural berupa kekerasan dimediasi dan
kekerasan represif, berikut hasil analisis data tersebut.
Kekerasan Dimediasi
Kekerasan dimediasi yakni setiap perlakuan yang dilakukan dengan cara
mengeksploitasi sesuatu melalui perantara, baik terhadap manusia maupun terhadap
Kekerasan Struktural dalam Novel Siri’ Karya Asmayani Kusrini 148

lingkungan dan sosial yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap manusia lain.
Kekerasan dimediasi tampak pada kutipan data berikut.
[Data 1]
“Tolonglah. Biarkan dia lulus. Tidak perlu dengan nilai tinggi. Cukup agar dia lulus
jadi dokter. Saya tidak akan pernah melupakan utang budi. Kita bisa saling
membantu. Bagaimana kalau anakmu menjadi salah satu direktur di perusahaan
kami?” (Kusrini, 2020: 61)
Berdasarkan kutipan data (4) tersebut terlihat adanya bentuk kekerasan struktural
jenis dimediasi, dalam kasus tersebut menggambarkan seseorang yang berusaha
melakukan eksploitasi jabatan dokter dengan membujuk dan memberikan tawaran
kepada rekan bicaranya agar “si Dia” (anak Bahjan yakni Arsyad) bisa lulus ujian dokter
walaupun dengan nilai yang rendah. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Tegar (2021)
yang mengatakan bahwa Kekerasan dimediasi yaitu interverensi/eksploitasi sengaja oleh
manusia melalui perantara, baik terhadap manusia, lingkungan maupun sosial yang
berpengaruh secara tidak langsung terhadap manusia lain. Dengan pengeksploitasian
jabatan sebagai dokter tersebut dapat berdampak buruk bahkan dapat membahayakan
nyawa banyak orang. Selain itu, kekerasan dimediasi juga tergambar dalam kutipan data
berikut.

[Data 2]
“…Oh ya? Setor Upeti? Setor Upeti apa?”
“Biasalah. Untuk memperlancar proyek Bos.” Beberapa bulan sekali, saya atau
sekretarisnya Bos, atau salah satu pegawai kirim tunai lewat bank, kadang kirim
euro. Kadang juga pake dollar. Saya diminta mengirim atas nama saya. Kasir di
bank mengira saya orang kaya, “katanya dengan nada bangga.
“Pantas bosmu makin sejahtera. Dia yang selalu dapat proyek alat-alat tulis kantor.
Sampai ke pelosok-pelosok, dia yang jadi supplier di semua kantor pemerintah.
Padahal ada seorang kawan yang merasa sudah menyodorkan proposal dengan
bujet proyek paling murah”(Kusrini, 2020: 15)
Dalam kutipan data (2) digambarkan dengan jelas bahwa adanya kasus eksploitasi
yang dilakukan oleh seorang bos demi kelancaran proyek yang dijalankannya, seorang
bos dalam hal ini Bahjan Komaruddin yang sekaligus juga mejadi pegawai pemerintahan
menggunakan trik khusus agar kasus penyogokan tersebut tidak dapat terdeteksi, ia
memerintahkan pegawainya secara bergantian untuk melakukan transaski dengan
menyetorkan sejumlah uang sogokan kepada cliennya, dari trik tersebut alhasil Bahjan
selalu memenangkan proyek sebagi penyalur alat-alat kantor sampai ke pelosok-
pelosok, bahkan Bahjan juga berhasil menyogok pemerintah sehingga dia juga berhasil
menjadi penyalur di semua kantor pemerintahan, padahal dalam penyaluran alat-alat
kantor tersebut ada seorang yang menawarkan harga yang lebih murah namun
149 HUMAN: South Asean Journal of Social Studies Vol.3, No.1, 2023

proposalnya ditolak mentah-mentah akibat dari penyogokan yang dilakukan oleh


Bahjan. Kekerasan yang tergambar dalam kutipan tersebut, tidak terlihat secara
langsung, terjadi kekerasan yang merugikan salah satu pihak karena kecurangan yang
dilakukan oleh pihak lain, pelakunya melakukan kecurangan tanpa melibatkan dirinya
secara langsung, dengan memerintahkan anak buahnya secara diam-diam untuk
melakukan pengeksploitasian. Dalam hal ini, pelakunya bersembunyi di balik struktur
kekuasaan.

[Data 3]
“Pulanglah ke Buttabella. Hidup kalian lebih terjamin dan kau tidak harus kerja keras
seperti sekarang. Ambo’ bisa mendapatkan posisi pegawai untukmu di Kantor
Bupati.” (Kusrini, 2020: 131)
Pada kutipan data (3) menunjukkan seseorang yang dengan mudahnya
mendapatkan jabatan tinggi di Kantor Pemerintahan, sementara itu, untuk sebagian
orang sangat sulit mendapatkan jabatan tersebut. Eksploitasi jabatan tampak dalam
kutipan tersebut, di saat seseorang sulit mendapatkan pekerjaan, di sisi lain ada orang
yang dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan dengan cara yang curang. Hal tersebut
mengakibatkan jabatan yang diberikan terhadap seseorang tersebut menjadi tidak
kompeten karena bidang yang tidak dikuasainya akibat kecurangan yang dilakukan,
seseorang yang kompeten justru terpinggirkan. Bentuk kekerasan dimediasi, selain
berupa pengeksploitasian jabatan, adapula pengeksploitasian prestasi yang diceritakan
dalam novel Siri’, hal tersebut tergambar dalam kutipan data berikut.

[Data 4]
“Tidak ada yang membanggakan dari kami. Semua pencapaian kami adalah hasil
usaha Bapak. Hasil ujian nasional. Piagam-piagam penghargaan. Prestasi- prestasi
membanggakan. semua itu bukan karena hasil kerja keras kami. Semua hasil lobi dan
jaringan pertemanan Bapak.” (Kusrini, 2020: 231)

Berdasarkan kutipan data (4) menunjukkan kecurangan yang dilakukan oleh


seseorang yang disebut “Bapak” (Bahjan). Hasil ujian nasional, piagam penghargaan dan
prestasi lainnya yang didapatkan oleh anak-anak Bahjan merupakan hasil lobi dan
jaringan pertemanan yang dilakukan Bahjan, semua penghargaan yang didapatkan oleh
anaknya dieksploitasi olehnya. Bahjan yang haus pujian membuatnya kalap, melakukan
segala hal demi mendapatkan sanjungan-sanjungan dari orang-orang terdekatnya. hal
tersebut dapat berdampak buruk kedepannya, hasil ujian nasional yang dieksploitasi
dapat mengakibatkan seorang anak tidak kompeten dalam menjalani pekerjaan yang
dilakoni kedepannya akibat pengetahuan yang kurang namun diluluskan, yang
seharusnya sang anak masih harus melakukan ujian lagi tetapi hasil ujiannya
dieksploitasi agar dapat lulus, sehingga sang anak lulus tanpa pengetahuan yang cukup.
Kekerasan Struktural dalam Novel Siri’ Karya Asmayani Kusrini 150

Piagam penghargaan yang dieksploitasi mengakibatkan perampasan hak terhadap


teman sebaya sang anak, yang seharusnya mereka yang berhak memenangkan
penghargaan, namun karena jaringan pertemanan sang Bapak, akhirnya piagam tersebut
dimenangkan oleh sang anak.

Kekerasan Represif
Kekerasan represif yakni setiap perlakuan yang dilakukan dengan cara merampas
hak-hak fundamental seseorang, seperti kesetaraan sosial, ekonomi, gender,
perlindungan atas hak milik pribadi dan hak milik sosial, warga negara, dan hak-hak
politik. Kekerasan represif terlihat dalam kutipan data berikut, dimana kesetaraan sosial
sudah tidak tercermin lagi dalam kasus berikut.
[Data 5]
“Cari nama yang bernuansa Jawa agar gampang mendapatkan pekerjaan. Zaman
sekarang, nama-nama aneh yang dianggap kampungan langsung disingkirkan dari
daftar calon tenaga kerja potensial. Atau beri dia nama yang bernuansa universal.”
(Kusrini, 2020: 137)

Dari kutipan data (5) menggambarkan diskriminasi terhadap masyarakat kelas


menengah. Masyarakat kelas menengah atau masyarakat kampung biasanya tanpa
pikir panjang memberikan nama untuk anaknya bernuansa sederhana dan tidak
dengan nama yang modern dan universal. Dalam kutipan data tersebut diceritakan
bahwa nama yang dianggap kampungan langsung disingkirkan dari daftar calon
tenaga kerja potensial, tanpa adanya penyeleksian bakat terlebih dahulu, hal tersebut
menunjukkan adanya bentuk kekerasan represif, seperti yang diungkapkan oleh Tegar
(2021) bahwa kekerasan represif yakni Jenis kekerasan yang dilakukan dengan cara
merampas hak-hak fundamental seseorang. Dari kutipan data tersebut menunjukkan
adanya kekerasan represif berupa perlakuan yang tidak adil terhadap masyarakat kelas
menengah yang mengakibatkan masyarakat kelas menengah sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Selanjutnya, ketidakadilan juga tampak dalam kutipan data berikut.
[Data 6]
“Aku cemburu dan iri padanya sampai ke ubun-ubun. Sementara aku harus
menyebut nama laki-laki itu untuk bisa membuat janji konsultasi mendadak
dengan dokter gigi.” (Kusrini, 2020: 115)
Dari kutipan data (6) di atas menunjukkan adanya ketidakadilan akibat struktrur
yang dijalankan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan, seorang harus menyebut
“Nama laki-laki itu” dalam hal ini, laki-laki yang dimaksud yaitu Bahjan Komaruddin
agar dapat membuat janji dengan dokter gigi, dimana Bahjan merupakan orang yang
memiliki jabatan yang tinggi, orang yang memiliki kekuasaan. Terlihat jelas adanya
ketidaksetaraan antara orang biasa dengan orang-orang yang memiliki kekuasaan, di
151 HUMAN: South Asean Journal of Social Studies Vol.3, No.1, 2023

mana orang biasa sulit untuk membuat janji dalam melakukan konsultasi dengan
dokter, sedangkan orang-orang yang memiliki kekuasaan dengan mudahnya membuat
janji dengan dokter.

Selain itu, adapula bentuk kekerasan represif dalam bentuk pembatasan atau
perampasan hak fundamental seseorang, seperti yang dialami oleh Dani. Dani
merupakan seorang wartawan yang bekerja di salah satu media massa di Jakarta, Dani
cukup telaten dalam menekuni pekerjaannya sebagai wartawan, ia tak segan-segan
menulis artikel yang bahkan dapat membahayakan karirnya, seperti halnya dalam
menuliskan artikel mengenai kasus korupsi dan penyogokan yang dilakukan oleh salah
satu tokoh terkemuka di daerahnya, walaupun berhadapan dengan seseorang yang
memiliki jabatan tinggi, namun hal tersebut tak menyurutkan semangatnya dalam
menuliskan artikel mengenai kecurangan dan penyuapan yang terjadi. Seperti yang
tampak dalam kutipan data berikut ini.
[Data 7]
“Redakturku memangkas habis laporanku. Dari lima belas halaman menjadi hanya
dua halaman. Semua yang menyangkut keterlibatan dan sogok-menyogok
dihilangkan. Artikelnya kemudian hanya berisi tentang kurangnya fasilitas dan tidak
adanya sarana transportasi yang memadai sehingga pasien gawat darurat sering
terlambat ditangani dengan layak. Aku berusaha menerbitkan artikel lengkapku di
media independen dengan memakai nama samaran. Tapi entah kenapa, aku
ketahuan. Seorang kolega wartawan yang bekerja denganku melaporkan pada
atasanku. Akhirnya aku dipecat.” (Kusrini, 2020: 342)
Pada kutipan data (7) menggambarkan sosok Dani yang merupakan seorang
wartawan, dipecat karena laporannya yang menuliskan tentang seseorang yang
melakukan penyogokan, awalnya redakturnya hanya memangkas laporan Dani, tetapi
Dani bersikeras untuk menerbitkan artikelnya secara lengkap dengan memakai nama
samaran, namun Dani ketahuan oleh salah satu rekan kerjanya dan melaporkannya
pada atasannya, hingga membuat Dani dipecat, walaupun Dani memiliki bukti yang
akurat untuk tulisannya tersebut, namun tak membuat artikelnya itu lolos untuk
diterbitkan. Dalam kutipan tersebut terlihat jelas adanya bentuk kekerasan struktural
secara represif, di mana seorang wartawan diberi batasan dan tidak diberikan haknya
secara fundamental dalam melakukan kewajibannya sebagai seorang pengamat,
seseorang yang tidak diberi kebebasan dalam mengungkapkan pendapat walaupun
memiliki bukti-bukti yang valid. Dalam kasus ini, dimana sebuah kejahatan selalu
disembunyikan, maka akan berdampak buruk kedepannya, kejahatan akan selalu terjadi
dimana-mana, sogok-menyogok, penipuan dan sebagainya akan selalu terjadi, apabila
tidak segera diungkap kebenarannya.
Kekerasan Struktural dalam Novel Siri’ Karya Asmayani Kusrini 152

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, ditemukan adanya dua jenis kekerasan
struktural yang terdapat dalam novel Siri’ karya Asmayani Kusrini, yakni jenis kekerasan
struktural berupa kekerasan dimediasi dan kekerasan represif. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa kekerasan dimediasi merupakan setiap perlakuan yang
dilakukan dengan cara mengeksploitasi sesuatu melalui perantara, yang berpengaruh
secara tidak langsung terhadap manusia lain. Dalam hasil analisis data penelitian,
terdapat kutipan data yang mencerminkan adanya pengeksploitasian jabatan yang
dilakukan oleh seorang Ayah yang memiliki jabatan tinggi di daerahnya, dia berusaha
melakukan negosiasi dengan membujuk dan memberikan tawaran kepada seorang
dosen agar anaknya bisa lulus dengan mudah menjadi seorang dokter walaupun dengan
nilai yang rendah. Dalam kasus tersebut terlihat jelas adanya kasus kekerasan struktural
dalam bentuk dimediasi, dengan melihat pada tindakan pengeksploitasian jabatan yang
dilakukan oleh tokoh melalui sebuah perantara. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran
Tegar (2021) yang mengatakan bahwa Kekerasan dimediasi yaitu interverensi/eksploitasi
sengaja oleh manusia melalui perantara, baik terhadap manusia, lingkungan maupun
sosial yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap manusia lain. Tindakan
pengeksploitasian jabatan tersebut, dapat berakibat fatal, bahkan dapat membahayakan
nyawa banyak orang.
Kekerasan represif, setiap perlakuan yang dilakukan dengan cara merampas hak-
hak fundamental seseorang, seperti hak atas kebebasan berpendapat dan kesetaraan
sosial. Dalam hasil analisis data, terdapat kutipan data yang mencerminkan adanya hak-
hak fundamental seseorang yang dirampas, seperti situasi yang dialami oleh Sulis yang
merupakan salah satu tokoh utama dalam novel, di mana dirinya kesulitan untuk
membuat janji dengan dokter gigi karena strata sosialnya sebagai rakyat biasa, namun
ketika Sulis telah resmi menikah dengan seseorang yang memiliki jabatan tinggi, Sulis
justru sangat mudah untuk membuat janji dengan dokter gigi tersebut, hanya dengan
menyebutkan statusnya sebagai seorang istri pejabat, Sulis dapat langsung bertemu
dengan sang dokter gigi. Dalam kasus tersebut terlihat adanya kasus kekerasan
struktural dalam bentuk represif, yang seharusnya setiap manusia memiliki kedudukan
yang sama tanpa melihat status dan latar belakang sosialnya namun terjadi
pengingkaran dalam kasus tersebut, hal tersebut menunjukkan adanya bentuk kekerasan
represif, seperti yang diungkapkan oleh Tegar (2021) bahwa kekerasan represif yakni
jenis kekerasan yang dilakukan dengan cara merampas hak-hak fundamental seseorang,
dari kutipan data tersebut menunjukkan adanya kekerasan represif, adanya hak-hak
dasar atau hak-hak fundamental yang dirampas berupa perlakuan yang tidak adil
terhadap masyarakat kelas menengah yang mengakibatkan masyarakat kelas menengah
sulit untuk mengaktualisasikan dirinya secara wajar.
153 HUMAN: South Asean Journal of Social Studies Vol.3, No.1, 2023

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kekerasan dalam novel Siri’ karya Asmayani
Kusrini dengan menggunakan teori kekerasan perspektif Johan Galtung, ditemukan
adanya dua jenis kekerasan struktural di dalamnya, yakni jenis kekerasan struktural
berupa kekerasan dimediasi dan kekerasan represif. Kekerasan dimediasi merupakan
setiap perlakuan yang dilakukan dengan cara mengeksploitasi sesuatu melalui
perantara, yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap manusia lain. Sedangkan
kekerasan represif yakni setiap perlakuan yang dilakukan dengan cara merampas hak-
hak fundamental seseorang, seperti hak atas kebebasan berpendapat dan kesetaraan
sosial. Kekerasan dimediasi terdiri atas 4 kutipan data sedangkan kekerasan represif
terdiri atas 3 kutipan data. Berdasarkan beberapa kutipan data tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa bentuk kekerasan bukan sekedar melukai fisik seseorang tetapi
bentuk kekerasan lebih dari itu, kekerasan juga dapat terjadi dalam sebuah struktur
yang dijalankan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan, baik kekuasaan di dunia
politik, ekonomi maupun sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Damono, S. D. (1979). Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas . Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Darma, B. (2019). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Penerbit Buku Kompas (PT Kompas
Media Nusantara).
Galtung, J. (1996). Peace By Peaceful Means (Peace and Conflict, Development and
Civilization). London: SAGE Publications Ltd.
Galtung, J., & Fischer, D. (2013). Johan Galtung Pionner Of Peace Research. New York:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Hardani., dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Ilmu.
PPPA. (2023). Jumlah Kasus Kekerasan per-tahun 2023 (online) SIMFONI-PPA
(kemenpppa.go.id) (diakses pada tanggal 26 Juni 2023).
Komnas Perempuan. (2023). Peluncuran CATAHU 2023 Komnas Perempuan 948
(komnasperempuan.go.id) (diakses pada tanggal 26 Juni 2023).
Kusrini, A. (2020). SIRI’. Jakarta: PT Mekar Cipta Lestari.
Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurlaily, S., dkk. (2022) Kekerasan terhadap Tokoh Perempuan dalam Novel Prasetyane
Wanita Karya Tulus Setiyadi Kajian Feminisme. Jurnal Ilmu Sastra dan Bahasa
Daerah, Serta Pengajarannya, Vol. 3, No. 2, 16-28
Santosa, P. (2015). Metodologi Penelitian Sastra: Paradigma, Proposal, Laporan dan
Penerapan. Yogyakarta: Azzagrafika.
Tegar (2021, Maret 10). Kekerasan Galtung (Konflik KD 3.4). [Video]. YouTube,
https://youtu.be/84Dj1jEHPgU
Kekerasan Struktural dalam Novel Siri’ Karya Asmayani Kusrini 154

Wellek, R., & Warren, A. (1989). Teori Kesusastraan (diterjemahkan oleh Melani Budianta).
Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Windhu, I. M. (1992). Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta:
Kanisius.g: Alfabeta.

You might also like