You are on page 1of 10

KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN FRAKTUR ORBITA DI PUSAT

MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

Disusun Oleh:

Ericka Febriyanti Pratama Putri


NPM 131221190002

PENELITIAN OBSERVASIONAL

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
2021
KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN FRAKTUR ORBITA DI PUSAT
MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
Ericka Febriyanti Pratama Putri, M. Rinaldi Dahlan
Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

ABSTRACT
Introduction Orbital fracture are common in orbital trauma. The clinical
manifestations of orbital fractures vary from mild to severe, depending on the type,
size of the fracture, the presence of ocular trauma. Orbital fractures are mostly part
of maxillofacial trauma.
Purpose To describe the clinical characteristic of orbital fracture patient at
Cicendo Eye Hospital from January 2016 to December 2020.
Methods The study was a descriptive retrospective. The data taken from medical
records of orbital fracture patients at Cicendo Eye hospital, from January 2016 to
December 2020.
Results Total of 126 patients were included in this study. The mean age of the
patients was 30 ± 15 years (n=126) with predominantly male gender 70.6% (n=89).
The main cause of an orbital fracture was motor vehicle related accident (n=92)
73,01%. The most common type of orbital fracture was an orbital floor fracture
(n=88) 69,84% and 58,73% (n=74) accompanied by maxillofacial trauma. The
most common clinical manifestations are eye movement disorders 59,52% (n=75)
and accompanied by eyelid lacerations 39,6% (n=50). In most cases, operative
management was chosen (n=88) 69,84%, The most common types of operations
performed are Open reduction and internal fixation (ORIF) with maksilofacial
repair 67,04% (n=59) and time to repair 37,5% (n=33) more than 14 days.
Conclusion Orbital fractures do not stand alone, generally followed by trauma in
other places such as eyelid lacerations, traumatic optic neuropathy, rupture of the
margins and canaliculi and mostly part of maxillofacial trauma. Knowing the
clinical characteristics of orbital fracture patients makes it easier for us to diagnose
and treat them appropriately.

Keywords orbital fracture,ORIF, maxillofacial fracture

PENDAHULUAN okular. Fraktur dinding orbita


Orbita adalah rongga tulang yang biasanya ditemukan dalam konteks
berisi bola mata, otot ekstraokular, trauma wajah, lebih sering terjadi
saraf, lemak, dan pembuluh darah. pada usia dewasa muda dan
Dinding orbita tersusun atas 7 tulang, meningkat seiring dengan
yaitu tulang frontalis, ethmoid, meningkatnya jumlah kecelakaan lalu
sphenoid, zygoma,maksila,lakrimal lintas, kecelakaan industri, cedera
dan palatin. Trauma pada orbita dapat terkait olahraga, dan serangan fisik.
menyebabkan fraktur dinding orbita Insidensi fraktur orbita sekitar 30-
dan menyebabkan kerusakan struktur 50% dari seluruh kasus fraktur pada
2

wajah. Fraktur ini terjadi sebagai fraktur orbita dari bulan Januari 2016
akibat dari energi yang sampai Desember 2020 di Pusat Mata
ditransmisikan langsung ke dinding Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo.
orbita atau secara tidak langsung dari
Daftar pasien fraktur orbita
peningkatan tekanan orbital atau
kombinasi keduanya.1,2,3 didapatkan dari database Sistem
Manifestasi klinis dari fraktur Informasi RSMC.
orbita bervariasi dari memar ringan, Kriteria inklusi pada penelitian ini
diplopia sementara hingga traumatik adalah semua pasien fraktur orbita di
optic neuropati dan ruptur bola mata. Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
Insidensi cedera okular pada kasus Mata Cicendo baik yang datang
fraktur orbita dilaporkan berkisar melalui instalasi gawat darurat
antara 2,7%-90%. Isi orbita dapat maupun poli rawat jalan. Kriteria
mengalami herniasi melalui dinding eksklusi pada penelitian adalah pasien
tulang orbita yang paling lemah, yaitu dengan data rekam medis yang tidak
bagian medial dan dasar orbita. lengkap.
Tatalaksana fraktur orbita dapat Data yang diambil dalam
berupa konservatif (non bedah) penelitian ini antara lain usia, jenis
maupun tindakan bedah. Tindakan kelamin, lateralitas mata yang
bedah tergantung dari tingkat terkena, penyebab trauma, lokasi
keparahan, luasnya fraktur dan kejadian, serta tempat penanganan
manifestasi klinis pasien. Intervensi pertama. Karateristik klinis pasien
bedah dini dalam waktu kurang dari mencakup lokasi fraktur, manifestasi
24 jam, dilakukan dengan indikasi klinis pasien, trauma penyerta,
terutama ketika penglihatan terancam tatalaksana dan jangka waktu hingga
karena kompresi atau traksi saraf dilakukan tindakan. Data pada
optik, karena hematoma retrobulbar penelitian kemudian dianalisis
dan karena adanya entrapment menggunakan Microsoft Excel 2019.
otot.4,5,6
Mengetahui karateristik klinis HASIL PENELITIAN
pasien fraktur orbita akan Pada penelitian ini terdapat 147
memudahkan kita dalam pasien dengan diagnosis fraktur orbita
mendiagnosa fraktur orbita dan sejak Januari 2016 hingga Desember
memberikan penanganan yang tepat, 2020 baik yang datang ke instalasi
oleh karena itu tujuan dari penelitian gawat darurat maupun ke instalasi
ini adalah untuk memaparkan rawat jalan. Sebanyak 21 pasien
karakteristik klinis pasien fraktur dieksklusi dalam penelitian ini
orbita di Pusat Mata Nasional Rumah dikarenakan data rekam medis tidak
Sakit Mata Cicendo periode Januari lengkap.
2016-Desember 2020. Data demografi pasien fraktur
orbita dalam penelitian ini bisa dilihat
METODOLOGI PENELITIAN dari tabel 1, rentang usia terbanyak
Penelitian ini merupakan yaitu pada usia 21-44 tahun sebanyak
penelitian deskriptif restrospektif. 51,6%. Rerata usia pasien adalah 30 ±
Data penelitian diambil dari rekam 15 tahun (n=126). Pasien dengan usia
termuda adalah 2 tahun dan usia
medis pasien dengan diagnosis
3

tertua adalah 74 tahun. perbandingan Tabel 1. Data Demografi Pasien


jumlah laki-laki (70,6%) lebih besar Fraktur Orbita
dibandingkan dengan perempuan Variabel Jumlah Pasien (%)
n=126
(29,4%). Lateralitas mata yang
Usia
terkena, 96,82% unilateral. Penyebab <10 tahun 5(4)
fraktur orbita paling besar yaitu 11-20 tahun 31(24,6)
kecelakaan lalu lintas motor sebesar 21-44 tahun 65(51,6)
73,01% (n=92). Lokasi kejadian 45-64 tahun 21(16,7)
>65 tahun 4(3,2)
paling banyak yaitu di jalan raya
Jenis Kelamin
80,15% (n=101). Penanganan Laki-laki 89 (70,6)
pertama pada 76,2% (n=96) yaitu di Perempuan 37 (29,4)
RS luar, sedangkan yang datang Lateralitas
langsung ke RS Mata Cicendo sekitar Unilateral 122(96,82)
Bilateral 4(3,17)
23,80% (n=30). Pasien fraktur orbita
Penyebab
yang datang ke RS Cicendo melalui KLL motor 92(73,01)
Instalasi Gawat Darurat sebanyak KLL mobil 6(4,76)
15,87% (n=20) dan melalui Instalasi Jatuh 15(11,90)
Rawat Jalan sebanyak 84,12% Perkelahian 1(0,79)
Benda tajam 5(3,96)
(n=106).
Benda tumpul 5(3,96)
Karateristik klinis pasien fraktur Tertabrak sapi 1(0.79)
orbita dapat dilihat dari tabel 2, Tertimpa mobil 1(0,79)
berdasarkan gejala yang menyertai Lokasi kejadian
dibagi menjadi gangguan gerak bola Jalan raya 101(80,15)
Rumah 9(7,14)
mata (GBM), enopthalmus, diplopia,
Tempat Bekerja 14(11,11)
hipoestesi infraorbital dan deformitas Sungai 2(1,58)
wajah. Gejala yang paling banyak Penanganan
yaitu gangguan gerak bola mata pertama
59,52% (n=75). Trauma penyerta RS Cicendo 30(23,80)
RS luar 96(76,2)
dalam fraktur orbita sebanyak 39,68%
Instalasi
(n=50) merupakan laserasi palpebra. IGD 20(15,87%)
Lokasi fraktur dibagi berdasarkan Poli rawat jalan 106 (84,12%)
dinding orbita yang terkena, dalam
penelitian ini lokasi paling banyak Tatalaksana fraktur orbita
terkena yaitu di dasar orbita pada dikategorikan menjadi dua yaitu
69,84% (n=88). konservatif (non bedah) dan bedah.
Tipe fraktur dikategorikan sebagai Pada penelitian ini, 69,84% (n=88)
isolated jika hanya mengenai satu mendapatkan tindakan bedah.
dinding orbita. Fraktur orbita isolated Tindakan bedah yang paling banyak
yaitu sebanyak 41,26% (n=52). Pada dilakukan yaitu open reduction
58,73% (n=74), fraktur orbita diikuti internal fixation (ORIF) +
oleh fraktur maksilofacial pada area maxillofacial repair, sebanyak
wajah. Pemeriksaan penunjang 67,04% (n=59). Tindakan bedah pada
diagnostik paling banyak pada penelitian ini, 37,5% (n=33)
penelitian ini, yaitu CT scan dilakukan setelah 14 hari dari onset
sebanyak 94,44% (n=119). kejadian. Kontrol paska tindakan
bedah dibagi menjadi kontrol 1
4

minggu, 1 bulan dan 3 bulan. Tabel 3. Jenis, Waktu Tindakan, serta


Sebanyak 19,31% (n=17) kontrol Evaluasi Paska Tindakan pada Pasien
pada 1 bulan paska operasi dan dengan Fraktur Orbita yang
11,36% (n=10) kontrol pada 3 bulan dilakukan Tindakan Bedah
Variabel Jumlah
paska operasi. pasien(%)
n=88
Tabel 2. Karakteristik Klinis Pasien Jenis tindakan
Fraktur Orbita ORIF +Muscle 16(18,18)
Variabel Jumlah Pasien Release
(%) ORIF + Soft 4(4,54)
n=126 Tissue Release
Gejala yang ORIF + 59(67,04)
menyertai Maxillofacial
Gangguan 75(59,52) Repair
GBM Eviscerasi 4(4,54)
Enopthalmus 61(48,41) Enukleasi 5(5,68)
Diplopia 39(30,95) Time to repair
Hipoestesi infra 9(7,14) <14 hari 31(35,22)
orbital >14 hari 33(37,5)
Deformitas wajah 25(19,84) >1 bulan 24(27,27)
Trauma penyerta Kontrol paska
Laserasi 50(39,68) tindakan
palpebra 1 minggu 88(100%)
Ruptur 10(7,93) 1 bulan 17(19,31)
kanalikuli 3 bulan 10(11,36)
Ruptur margo 13(10,31)
Traumatik Optik 20(15,87)
Neuropati DISKUSI
Commotio 3(2,38) Karateristik klinis pasien fraktur
retina
Prolaps isi 9(7,14) orbita menunjukkan bahwa rentang
bola mata usia terbanyak yaitu pada usia 21-44
Hifema 2(1,58) tahun sebanyak 51,6%. Rerata usia
Ptosis traumatika 6(4,76) pasien adalah 30 ± 15 tahun.
Lokasi Fraktur Perbandingan jumlah laki-laki
Dinding medial 16(12,69) (70,6%) lebih besar dibandingkan
Dinding lateral 6(4,76)
Dasar Orbita 88(69,84) dengan perempuan (29,4%).
Dasar orbita + 4(3,17) Berdasarkan usia, trauma mata paling
Dinding lateral sering terjadi pada usia dewasa muda.
Dasar orbita + 12(9,52) Sebagian besar di usia tersebut sudah
dinding Medial memiliki pekerjaan dan memiliki
Tipe Fraktur
banyak kegiatan di luar rumah. Pada
Isolated 52(41,26)
Dengan trauma 74(58,73) penelitian yang dilakukan Tamar
maxillofacial disebutkan bahwa rerata usia pasien
Pemeriksaan adalah 48,3 tahun dan 70,3%
penunjang merupakan laki-laki. Sedangkan
CT scan 119(94,44) dalam penelitian S.M Balaji,
Radiologi X-Ray 7(5,55) disebutkan bahwa usia rerata yaitu
Tatalaksana
31.86 ± 9.1 dan 65.91% merupakan
Non Bedah 38(30,15)
Bedah 88(69,84) laki-laki, hal ini sebanding dengan
5

rerata usia pada studi ini. Fraktur pasien trauma dengan adanya
orbita pada studi ini, 96,82% ekimosis/ edema kelopak mata,
mengenai satu mata. Lateralitas mata enopthalmus, diplopia, gangguan
yang terkena tergantung dari gerak bola mata dan hipoestesi
mekanisme terjadinya trauma. Hal ini infraorbital. Manifestasi klinis pada
juga sesuai dengan penelitian yang pasien fraktur orbita bervariasi dari
dilakukan oleh S.M Balaji yaitu ringan hingga gejala berat. Hal ini
65,91% mengenai satu mata.4,5,7,8 tergantung dari luasnya fraktur dan
Mekanisme penyebab fraktur ada tidaknya trauma penyerta. Fraktur
orbita dapat berupa kecelakaan lalu orbita yang disertai dengan trauma
lintas terkait motor atau mobil, intraokular dan periokular dapat
trauma benda tajam, trauma benda menyebabkan gangguan penglihatan
tumpul atau jatuh. Pada penelitian ini, yang signifikan. Pada penelitian ini,
penyebab fraktur orbita paling besar gejala yang menyertai yaitu 59,52 %
yaitu kecelakaan lalu lintas motor berupa gangguan gerak bola mata.
sebanyak 73,1 % (n=92) dan lokasi Trauma penyerta pada penelitian ini
kejadian 80,15% (n=101) di jalan sekitar 39,68% merupakan laserasi
raya. Populasi kendaraan bermotor di palpebra, diikuti oleh adanya
seluruh Indonesia kian meningkat traumatik optik neuropati (TON)
dari tahun ke tahun. Dominasi sepeda sebesar 15,87%. Hal ini sesuai dengan
motor ini meningkatkan faktor risiko penelitian yang dilakukan oleh James.
keterlibatan sepeda motor pada R.Allison yang menyebutkan bahwa
kejadian kecelakaan lalu lintas. Di perubahan posisi bola mata,
sepanjang tahun 2018, dari 196.457 penurunan ketajaman visual,
kejadian, 73,49 persen kecelakaan perdarahan subkonjungtiva dan
lalu lintas jalan melibatkan sepeda hipoestesi pada divisi maksila dari
motor. Hal ini juga sesuai dengan saraf trigeminal adalah tanda dan
penelitian yang dilakukan oleh Abadi gejala yang paling spesifik untuk
Dwi Saputra, yang menyatakan fraktur orbital.1,11
bahwa tabrakan merupakan jenis Pada pasien fraktur orbita, 22-29%
kecelakaan yang paling banyak yaitu memiliki cedera intraokular.
sebesar 65,6%. Penelitian T.R Penelitian yang dilakukan oleh TR
Anuradha, dkk juga menyebutkan Anuradha,dkk menyebutkan bahwa
bahwa penyebab fraktur orbita paling cedera intraokular ditemukan lebih
besar yaitu kecelakaan lalu lintas umum pada fraktur berukuran kecil
sebesar 56%. Namun hasil penelitian daripada fraktur berukuran besar.
yang dilakukan oleh Stephanie Namun cedera intraokular ini
M.Young, dkk, sedikit berbeda, gejalanya tidak berat, dan tidak
dalam penelitiannya menyebutkan menyebabkan kerusakan yang
bahwa mekanisme cedera yang paling permanen. Hal ini sesuai dengan hasil
umum adalah penyerangan penelitian yang menyebutkan pasien
(21,4%). 3,6,9,10 yang datang melalui instalasi gawat
Diagnosa fraktur ditegakkan darurat yang disertai trauma okular
melalui anamnesa, gejala klinis dan yaitu sebesar 15,87%. Sebagian besar
pemeriksaan penunjang. Adanya merupakan pasien rujukan dari RS
fraktur orbita dapat dicurigai pada
6

luar dengan presentase sebesar scan) resolusi tinggi telah menjadi


76,2%. 1,6,11,12 acuan baku emas dalam mengevaluasi
Pada penelitian ini, lokasi fraktur pasien dengan fraktur orbita. CT scan
paling banyak dalam penelitian ini potongan sagittal dan coronal dapat
yaitu di dasar orbita sekitar 69,84%, membantu penentuan tatalaksana
dan dinding medial 12,69% serta selanjutnya. CT scan yang
58,73% fraktur orbita pada penelitian direkomendasikan yaitu CT scan
ini disertai dengan trauma irisan tipis dengan potongan 1-2 mm.
maksilofasial. Terdapat 2 mekanisme Jika tidak terdapat CT scan, foto X-
terjadinya fraktur dasar orbita, yaitu ray konevnsional dapat membantu
teori hidrolik dan teori buckling. Pada penegakkan diagnosa, meskipun
teori hidrolik disebutkan bahwa setiap sensitivitas untuk identifikasi fraktur
trauma tumpul ke orbit dengan objek sekitar 15-50%. Pencitraan MRI juga
yang lebih besar dari apertura orbita dapat digunakan dalam mengevaluasi
menyebabkan peningkatan tekanan trauma orbital. MRI lebih unggul dari
intraorbital, yang ditransmisikan ke CT dalam visualisasi jaringan lunak.
bola mata, menyebabkan retropulsi Pada penelitian ini, 94,44% pasien
bola mata, kemudian tekanan ini akan dilakukan pemeriksaan CT scan
ditransmisikan ke dinding orbital dan untuk penegakkan diagnosis.1,7,8,9
fraktur dekompresi terjadi di bagian Tatalaksana fraktur orbita dibagi
terlemah dari dasar orbital, yaitu menjadi konservatif (non bedah) dan
postero-media sinus maksila, bedah. Pada penelitian ini, 69,84%
menyebabkan herniasi jaringan lunak pasien ditatalaksana secara bedah.
orbital ke dalam sinus maksilaris. Hal ini berbeda dengan hasil
Teori buckling menyatakan bahwa penelitian tamar, dkk yang
trauma langsung ke tepi orbital menyebutkan bahwa 69,2% fraktur
inferior yang kaku mentransmisikan orbita diterapi secara konservatif.
kekuatan ke posterior, menciptakan Burnstine melaporkan bahwa
fraktur kompresi dasar orbital. Hal ini pembedahan yang dilakukan dalam
serupa dengan penelitian stepahnie waktu 2 minggu paska cedera
young, dkk yang menyebutkan bahwa direkomendasikan dalam kasus
fraktur dasar orbita (56,1%, n=55) diplopia simptomatik dengan forced
adalah jenis fraktur yang paling duction test yang positif dan adanya
umum ditemui diikuti oleh fraktur entrapment jaringan lunak orbital
zygomaticomaxillary complex pada pemeriksaan CT atau fraktur
(ZMC) (20,4%, n=20). S.M Balaji dasar orbital yang besar dapat
menyebutkan dalam penelitiannya menyebabkan enophthalmos laten
bahwa fraktur dasar orbita dan medial atau hipo-ophthalmos. Namun,
adalah tempat yang paling umum Simon, dkk melaporkan bahwa hasil
(54,55%) dan dalam 36 kasus dari dua kelompok adalah setara
(81,82%) terdapat fraktur tulang dalam penelitian mereka yang
wajah lainnya secara bersamaan.3,4 membandingkan operasi dini (20
Pemeriksaan penunjang dapat pasien yang dirawat dalam 2 minggu
dilakukan untuk mengetahui jenis dan pasca cedera) dengan operasi tertunda
ukuran fraktur. Penggunaan (30 pasien dirawat setelah 2 minggu
Computed tomography scans (CT pasca cedera). Pada penelitian ini,
7

37,5% (n=33) dilakukan tindakan SIMPULAN


bedah setelah 14 hari paska kejadian. Fraktur orbita tidak berdiri sendiri,
Bahkan 27,27% (n=24) dilakukan umumnya diikuti dengan trauma di
operasi lebih dari 1 bulan setelah tempat lain seperti disertai adanya
kejadian. Hal ini disebabkan karena laserasi kelopak, trauma optik
sebagian besar pasien merupakan neuropati, ruptur margo dan
pasien rujukan dari RS luar Cicendo. kanalikuli serta sebagian besar
Pasien sebelumnya dirawat di RS merupakan bagian dari trauma
setempat terlebih dahulu untuk maksilofasial. Dengan mengetahui
perbaikan kondisi umum.1,3 karateristik klinis pasien fraktur
Fraktur dinding orbita dapat orbita memudahkan kita dalam
direkonstruksi dengan menggunakan mendiagnosa dan penanganan yang
berbagai teknik dan implan baik tepat.
berupa implant autologous bone graft
atau alloplastic (titanium, porous DAFTAR PUSTAKA
polyethylene (MEDPOR) and silicone 1. Cantor LB, Rapuano CJ,
elastomers). Penggunaan alloplastic McCannel CA. Orbital Trauma.
implant memberikan tensil strength Dalam : Orbit, eyelid and
yang baik, namun rentan terhadap Lacrimal System. Bhatti MT,
infeksi, migrasi dan exposed seiring Biousse V, Bose S, Danesh-
waktu. Pada penelitian ini data Meyer H V., Falardeau J, Levin
mengenai jenis bahan implant yang LA, dkk., editor. American
digunakan tidak lengkap, sehingga Academy of Ophthalmology.
tidak dimasukkan ke dalam penelitian 2020.Hlm 68-73.
ini.13,14,15 2. Pérez-Flores Santos-Armentia E,
Penelitian ini merupakan Fernández-Sanromán J, Costas-
penelitian pertama yang memaparkan López A, Fernández-Ferro M.
karakteristik klinis pasien fraktur Diplopía secundaria a fractura
orbita di Pusat Mata Nasional RS orbitaria en adultos. Arch Soc
Mata Cicendo dalam periode 5 tahun. Esp Oftalmol. 2018.
Kekurangan dalam penelitian ini 3. Seen S, Young S, Lang SS, Lim
yaitu kurang lengkapnya data rekam T-C, Amrith S, Sundar G. Orbital
medis mengenai tipe fraktur dan jenis Implants in Orbital Fracture
implant yang digunakan. Pasien Reconstruction: A Ten Year
fraktur orbita yang dilakukan Series. Craniomaxillofacial
tindakan operasi, hanya kontrol Trauma & Reconstruction. 2021;
hingga 1 minggu paska operasi, 14(1):56-63.
sehingga tidak dapat dilakukan follow 4. Balaji SM, Balaji P. Surgical
up jangka panjang untuk menilai correction of diplopia in orbital
keberhasilan tindakan bedah. fracture: Influence of material
Diperlukan edukasi yang baik kepada and design. Ann Maxillofac
pasien untuk kontrol kembali ke RS Surgery. 2019;9:129-34.
Cicendo setelah tindakan serta 5. Tamar J. A. Kooger, Maurits V.
dibutuhkan penelitian lebih lanjut Joosse, Ellen M. van Minderhout,
untuk analisa keberhasilan tindakan Kenneth Hergaarden and Yu-Lan
bedah pada pasien fraktur orbita. Khouw. Epidemiology of Orbital
8

Fractures in a Large Hospital in Orbital Trauma Diagnostic:


the Netherlands: Results of Literature Review.2016
Implementation of a 13. Young SM,Sundar G, Lim T-C,
Multidisciplinary Orbital Trauma et al. Use of bioresorbable
Team. Open Ophthalmology implants for orbital fracture
Journal. 2021. reconstruction. Use of
6. Anuradha TR, Beena R, Stefi T, bioresorbable implants for orbital
Anandan H. A Clinical Study on fracture reconstruction .2020.
Severity of Ocular Injuries in 14. H.A. Shah, Taha Shipchandler,
Orbital Trauma – At a Tertiary Dominic Vernon, Maraya
Trauma Centre. Int J Sci Stud Baumanis, David Chan, William
2021;8(11):129-132. R. Nunery, Hui Bae Harold Lee.
7. Chepurnyi Y et al.,Reliability of Extra-ocular movement
orbital volume measurements restriction and diplopia following
based on computed tomography orbital fracture repair.2018.
segmentation:Validation of 15. Tom Shokri, MD, dkk.
different algorithms in orbital Management of Orbital Floor
trauma patients. Journal of Fractures. 2019;35:633–639.
Cranio-Maxillo-Facial
Surgery.2020.
8. Nofityari E, Ilahi F, Ariani N.
Analisis Karakteristik Pasien
Trauma Mata di RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2016. J
Kesehat Andalas. 2019;8(1):59.
9. Cohen, Liza M. MD; Yoon,
Michael K. MD Update on
Current Aspects of Orbital
Imaging: CT, MRI, and
Ultrasonography, International
Ophthalmology Clinics: Fall
2019
10. Abadi Dwi Saputra. Studi
Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan di Indonesia Berdasarkan
Data KNKT (Komite Nasional
Keselamatan Transportasi) Dari
Tahun 2007-2016. Warta
Penelitian Perhubungan. 2017.
11. Allison JR, Kearns A, Banks RJ.
Predicting orbital fractures in
head injury: a preliminary study
of clinical findings. Emerg
Radiol. 2020;27(1):31–6.
12. Artjoms Tupits, Laura Neimane.
Use of Computed Tomography in

You might also like