Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
PENELITIAN OBSERVASIONAL
ABSTRACT
Introduction Orbital fracture are common in orbital trauma. The clinical
manifestations of orbital fractures vary from mild to severe, depending on the type,
size of the fracture, the presence of ocular trauma. Orbital fractures are mostly part
of maxillofacial trauma.
Purpose To describe the clinical characteristic of orbital fracture patient at
Cicendo Eye Hospital from January 2016 to December 2020.
Methods The study was a descriptive retrospective. The data taken from medical
records of orbital fracture patients at Cicendo Eye hospital, from January 2016 to
December 2020.
Results Total of 126 patients were included in this study. The mean age of the
patients was 30 ± 15 years (n=126) with predominantly male gender 70.6% (n=89).
The main cause of an orbital fracture was motor vehicle related accident (n=92)
73,01%. The most common type of orbital fracture was an orbital floor fracture
(n=88) 69,84% and 58,73% (n=74) accompanied by maxillofacial trauma. The
most common clinical manifestations are eye movement disorders 59,52% (n=75)
and accompanied by eyelid lacerations 39,6% (n=50). In most cases, operative
management was chosen (n=88) 69,84%, The most common types of operations
performed are Open reduction and internal fixation (ORIF) with maksilofacial
repair 67,04% (n=59) and time to repair 37,5% (n=33) more than 14 days.
Conclusion Orbital fractures do not stand alone, generally followed by trauma in
other places such as eyelid lacerations, traumatic optic neuropathy, rupture of the
margins and canaliculi and mostly part of maxillofacial trauma. Knowing the
clinical characteristics of orbital fracture patients makes it easier for us to diagnose
and treat them appropriately.
wajah. Fraktur ini terjadi sebagai fraktur orbita dari bulan Januari 2016
akibat dari energi yang sampai Desember 2020 di Pusat Mata
ditransmisikan langsung ke dinding Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo.
orbita atau secara tidak langsung dari
Daftar pasien fraktur orbita
peningkatan tekanan orbital atau
kombinasi keduanya.1,2,3 didapatkan dari database Sistem
Manifestasi klinis dari fraktur Informasi RSMC.
orbita bervariasi dari memar ringan, Kriteria inklusi pada penelitian ini
diplopia sementara hingga traumatik adalah semua pasien fraktur orbita di
optic neuropati dan ruptur bola mata. Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
Insidensi cedera okular pada kasus Mata Cicendo baik yang datang
fraktur orbita dilaporkan berkisar melalui instalasi gawat darurat
antara 2,7%-90%. Isi orbita dapat maupun poli rawat jalan. Kriteria
mengalami herniasi melalui dinding eksklusi pada penelitian adalah pasien
tulang orbita yang paling lemah, yaitu dengan data rekam medis yang tidak
bagian medial dan dasar orbita. lengkap.
Tatalaksana fraktur orbita dapat Data yang diambil dalam
berupa konservatif (non bedah) penelitian ini antara lain usia, jenis
maupun tindakan bedah. Tindakan kelamin, lateralitas mata yang
bedah tergantung dari tingkat terkena, penyebab trauma, lokasi
keparahan, luasnya fraktur dan kejadian, serta tempat penanganan
manifestasi klinis pasien. Intervensi pertama. Karateristik klinis pasien
bedah dini dalam waktu kurang dari mencakup lokasi fraktur, manifestasi
24 jam, dilakukan dengan indikasi klinis pasien, trauma penyerta,
terutama ketika penglihatan terancam tatalaksana dan jangka waktu hingga
karena kompresi atau traksi saraf dilakukan tindakan. Data pada
optik, karena hematoma retrobulbar penelitian kemudian dianalisis
dan karena adanya entrapment menggunakan Microsoft Excel 2019.
otot.4,5,6
Mengetahui karateristik klinis HASIL PENELITIAN
pasien fraktur orbita akan Pada penelitian ini terdapat 147
memudahkan kita dalam pasien dengan diagnosis fraktur orbita
mendiagnosa fraktur orbita dan sejak Januari 2016 hingga Desember
memberikan penanganan yang tepat, 2020 baik yang datang ke instalasi
oleh karena itu tujuan dari penelitian gawat darurat maupun ke instalasi
ini adalah untuk memaparkan rawat jalan. Sebanyak 21 pasien
karakteristik klinis pasien fraktur dieksklusi dalam penelitian ini
orbita di Pusat Mata Nasional Rumah dikarenakan data rekam medis tidak
Sakit Mata Cicendo periode Januari lengkap.
2016-Desember 2020. Data demografi pasien fraktur
orbita dalam penelitian ini bisa dilihat
METODOLOGI PENELITIAN dari tabel 1, rentang usia terbanyak
Penelitian ini merupakan yaitu pada usia 21-44 tahun sebanyak
penelitian deskriptif restrospektif. 51,6%. Rerata usia pasien adalah 30 ±
Data penelitian diambil dari rekam 15 tahun (n=126). Pasien dengan usia
termuda adalah 2 tahun dan usia
medis pasien dengan diagnosis
3
rerata usia pada studi ini. Fraktur pasien trauma dengan adanya
orbita pada studi ini, 96,82% ekimosis/ edema kelopak mata,
mengenai satu mata. Lateralitas mata enopthalmus, diplopia, gangguan
yang terkena tergantung dari gerak bola mata dan hipoestesi
mekanisme terjadinya trauma. Hal ini infraorbital. Manifestasi klinis pada
juga sesuai dengan penelitian yang pasien fraktur orbita bervariasi dari
dilakukan oleh S.M Balaji yaitu ringan hingga gejala berat. Hal ini
65,91% mengenai satu mata.4,5,7,8 tergantung dari luasnya fraktur dan
Mekanisme penyebab fraktur ada tidaknya trauma penyerta. Fraktur
orbita dapat berupa kecelakaan lalu orbita yang disertai dengan trauma
lintas terkait motor atau mobil, intraokular dan periokular dapat
trauma benda tajam, trauma benda menyebabkan gangguan penglihatan
tumpul atau jatuh. Pada penelitian ini, yang signifikan. Pada penelitian ini,
penyebab fraktur orbita paling besar gejala yang menyertai yaitu 59,52 %
yaitu kecelakaan lalu lintas motor berupa gangguan gerak bola mata.
sebanyak 73,1 % (n=92) dan lokasi Trauma penyerta pada penelitian ini
kejadian 80,15% (n=101) di jalan sekitar 39,68% merupakan laserasi
raya. Populasi kendaraan bermotor di palpebra, diikuti oleh adanya
seluruh Indonesia kian meningkat traumatik optik neuropati (TON)
dari tahun ke tahun. Dominasi sepeda sebesar 15,87%. Hal ini sesuai dengan
motor ini meningkatkan faktor risiko penelitian yang dilakukan oleh James.
keterlibatan sepeda motor pada R.Allison yang menyebutkan bahwa
kejadian kecelakaan lalu lintas. Di perubahan posisi bola mata,
sepanjang tahun 2018, dari 196.457 penurunan ketajaman visual,
kejadian, 73,49 persen kecelakaan perdarahan subkonjungtiva dan
lalu lintas jalan melibatkan sepeda hipoestesi pada divisi maksila dari
motor. Hal ini juga sesuai dengan saraf trigeminal adalah tanda dan
penelitian yang dilakukan oleh Abadi gejala yang paling spesifik untuk
Dwi Saputra, yang menyatakan fraktur orbital.1,11
bahwa tabrakan merupakan jenis Pada pasien fraktur orbita, 22-29%
kecelakaan yang paling banyak yaitu memiliki cedera intraokular.
sebesar 65,6%. Penelitian T.R Penelitian yang dilakukan oleh TR
Anuradha, dkk juga menyebutkan Anuradha,dkk menyebutkan bahwa
bahwa penyebab fraktur orbita paling cedera intraokular ditemukan lebih
besar yaitu kecelakaan lalu lintas umum pada fraktur berukuran kecil
sebesar 56%. Namun hasil penelitian daripada fraktur berukuran besar.
yang dilakukan oleh Stephanie Namun cedera intraokular ini
M.Young, dkk, sedikit berbeda, gejalanya tidak berat, dan tidak
dalam penelitiannya menyebutkan menyebabkan kerusakan yang
bahwa mekanisme cedera yang paling permanen. Hal ini sesuai dengan hasil
umum adalah penyerangan penelitian yang menyebutkan pasien
(21,4%). 3,6,9,10 yang datang melalui instalasi gawat
Diagnosa fraktur ditegakkan darurat yang disertai trauma okular
melalui anamnesa, gejala klinis dan yaitu sebesar 15,87%. Sebagian besar
pemeriksaan penunjang. Adanya merupakan pasien rujukan dari RS
fraktur orbita dapat dicurigai pada
6