You are on page 1of 11

Marine Fisheries P-ISSN 2087-4235

Vol. 12, No. 1, Mei 2021 E-ISSN 2541-1659


Hal: 101-111

ADAPTASI DAN INOVASI TEKNOLOGI PERAHU NELAYAN DAN ALAT


TANGKAP TRADISIONAL DI TELUK TOMINI

Technological adaptation and innovation in traditional fishing boat and fishing gear in Tomini
Gulf

Oleh:
Aziz Salam1*, Zhulmaydin Chairil Fachrussyah2
11Program Studi S2 Ilmu Kelautan dan Perikanan, Pascasarjana, Universitas Negeri Gorontalo, Kota Gorontalo,
aziz_salam@ung.ac.id
2Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Gorontalo, Kota Gorontalo, fachrussyah@ung.ac.id

* Korespondensi: aziz_salam@ung.ac.id

Diterima: 18 Oktober 2020; Disetujui: 22 September 2021

ABSTRACT
The development of technology on traditional boats and fishing gear commonly used by fishing
communities in Indonesia appears to be in slow pace while adaptation and technological innovation
play a significant role in it. This study aims to analyze the adaptations and technological innovations
applied in fishing communities for the development of capture fisheries technology in Tomini Gulf.
Observations were made on fishing boats and totabito fishing gear. Data were obtained by
measurement, sketch making, photographing, and in-depth interviews with boat craftsmen,
fishermen and community leaders. Data were analyzed descriptively to produce drawings and
descriptions of boats and fishing gear construction and to recognize adaptations and innovations.
Adaptation and technological innovations occured partially in boats and the fishing gear leads to the
development of traditional capture fisheries technology. Improvement of hull types and the use of
fiberglass and PVC (polyvinyl chloride) materials as substitution to natural raw materials of wood,
bamboo and rattan are seen as technological adaptations while innovation is found in the use of a
waterproof LED (light-emitting diode) sircuit in a used syringe/ spoit plastic tube as a submerged light
fishing aid the totabito squid fishing gear.
Keywords: adaptation, innovation, technology, fishing boat, fishing gear, traditional.

ABSTRAK
Pengembangan teknologi perahu dan alat tangkap tradisional yang digunakan oleh
masyarakat nelayan di Indonesia tampaknya berjalan lambat, sementara adaptasi dan inovasi
teknologi berperan dalam pengembangan teknologi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis adaptasi dan inovasi teknologi apa saja yang berlaku dalam masyarakat nelayan untuk
pengembangan teknologi perikanan tangkap di Teluk Tomini. Pengamatan dilakukan terhadap
perahu nelayan dan alat tangkap totabito. Data diperoleh dengan pengukuran, pembuatan sketsa,
pemotretan dan wawancara mendalam dengan pengrajin perahu, nelayan dan tokoh masyarakat.
Data dianalisis secara deskriptif untuk membuat gambar perahu dan konstruksi alat tangkap dan
untuk menemu-kenali adaptasi dan inovasi. Adaptasi dan inovasi teknologi yang terjadi secara
parsial pada perahu nelayan dan alat tangkap mengarah kepada pengembangan teknologi
perikanan tangkap tradisional. Bentuk-bentuk adaptasi teknologi yang teramati adalah penggunaan
jenis lambung secara lebih baik serta penggunaan bahan fiberglass dan pipa PVC (polivinil klorida)
sebagai pengganti bahan baku alami kayu, bamboo dan rotan. Inovasi teknologi pada alat tangkap
102 Marine Fisheries 12(1): 101-111, Mei 2021

cumi totabito adalah penggunaan lampu suntik LED (light-emitting diode) sebagai alat bantu light
fishing.
Kata kunci: adaptasi, inovasi, teknologi, perahu nelayan, alat tangkap, tradisional.

PENDAHULUAN tangkapnya. Perubahan tersebut berupa


adaptasi dan inovasi teknologi. Adaptasi yang
Perikanan tangkap tradisional adalah dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya
usaha perikanan yang dijalankan oleh masya- nelayan dalam melakukan perubahan atau
rakat nelayan dengan menggunakan alat dan penyesuaian bahan, bentuk maupun fungsi
sarana penangkapan berteknologi sederhana dari perahu atau alat tangkap untuk merespon
yang telah mereka kenal secara turun- kebutuhan dan perubahan yang terjadi,
temurun. Usaha perikanan tangkap tradisional misalnya keterbatasan bahan alami dan
berskala rumah tangga atau melibatkan tersedianya bahan sintetis. Sementara itu,
kerabat dan tetangga dengan modal usaha inovasi yang dimaksud adalah upaya-upaya
yang relatif kecil. Boleh dikatakan bahwa kreatif nelayan dalam menciptakan sesuatu
usaha perikanan tangkap tradisional telah ada yang baru yang berkaitan dengan perahu dan
sejak awal masyarakat nelayan muncul di alat tangkap maupun alat bantu penangkapan
nusantara dan tetap menjadi kegiatan utama untuk meningkatkan kinerja. Salam (2017)
masyarakat pesisir sampai sekarang. Usaha menyebutkan bahwa adaptasi teknologi seder-
perikanan laut di Indonesia dijalankan oleh hana dapat mendukung nelayan untuk tetap
965.756 rumah tangga perikanan (BPS, 2019). bertahan dalam eksistensinya yang diilustrasi-
kan dengan beberapa perubahan desain pada
Menurut Salam (2017) perikanan perahu nelayan di Laut Sulawesi.
tangkap tradisional dapat bertahan karena
beberapa alasan, antara lain penguasaan Dalam sepuluh tahun terakhir, publikasi
teknologi sederhana dalam pembuatan alat terkait kegiatan penangkapan ikan di Teluk
tangkap dan sarana penangkapan (perahu dan Tomini hanya sebatas pada penelitian tentang
alat bantu), kecenderungan nelayan untuk alat tangkap tradisional yang berkaitan dengan
mempertahankan teknik yang dikuasai secara aspek sosial ekonomi dan aspek teknis.
tradisi, serta terbatasnya akses langsung Penelitian yang berkaitan dengan aspek sosial
terhadap teknologi yang lebih baru. Di sisi lain, ekonomi antara lain tentang kesejahteraan
keterbatasan bahan baku alami, pengenalan nelayan pancing tonda (Mareto et al. 2020);
teknologi baru oleh pemerintah atau nelayan analisis keuangan pancing ulur (Mohu et al.
dari daerah lain, serta kebutuhan ekonomi 2019); produktivitas dan kelayakan ekonomi
mendorong perikanan tradisional untuk terus jaring angkat (Armain et al. 2019); kelayakan
beradaptasi terhadap keadaan dan berinovasi usaha jaring insang (Syarif et al. 2016); dan
secara teknologi demi menjaga keberlang- kesejahteraan nelayan buruh pukat cincin
sungan usahanya. (Otoluwa et al. 2014). Beberapa penelitian
terkait aspek teknis antara lain efektivitas bubu
Satria (2002) melihat bahwa perubahan (Bakari et al. 2018); efektivitas alat tangkap
teknologi perikanan secara antropologis cumi (Jula et al. 2018); efektifitas panah ikan
sebagai suatu perubahan kebudayaan secara (Nihe et al., 2017); pengaruh bentuk mata
lambat-laun, salah satunya adalah terjadi pancing terhadap hasil tangkapan pancing ulur
melalui inovasi. Menurutnya, penemuan baru (Panu et al. 2016); serta kajian tentang
berupa alat dalam masyarakat disebut rancang bangun kapal purse seine
discovery, jika penemuan itu diakui dan (Fachrussyah dan Baruadi 2014). Penelitian-
diterima masyarakat, maka akan disebut penelitian tersebut belum membahas aspek
sebagai invention. Bagi masyarakat pesisir, teknis yang terkait dengan adaptasi dan
Satria (2002) menyimpulkan bahwa umumnya inovasi teknologi, sehingga dapat dikatakan
proses perubahan tersebut butuh waktu lebih bahwa adaptasi dan inovasi teknologi alat
lama seiring dengan karakteristik masyara- tangkap dan perahu nelayan yang terjadi di
katnya yang berhati-hati mengambil resiko dan Teluk Tomini belum terpublikasi secara ilmiah.
mengutamakan keselamatan terlebih dahulu.
Artikel ini memaparkan dan membahas
Proses perubahan teknologi perikanan hasil penelitian berupa spesimen perahu
juga terjadi di Teluk Tomini khususnya yang tradisional dan alat tangkap yang mewakili
berkaitan dengan perahu nelayan dan alat adaptasi atau inovasi teknologi yang dilakukan
Salam dan Fachrussyah. – Adaptasi Dan Inovasi Teknologi Perahu ….. 103

oleh masyarakat nelayan untuk pengem- dengan homogenitas dominan suku Gorontalo
bangan teknologi perikanan tangkap di Teluk dan penggunaan jenis-jenis perahu yang
Tomini khususnya di pesisir pantai selatan sama. Data dan informasi tentang perahu dan
Provinsi Gorontalo. Jenis perahu yang diamati alat tangkap nelayan berupa jenis, fungsi,
adalah perahu nelayan kecil di bawah 3 GT ukuran, struktur, gambar, bahan baku,
yang dioperasikan oleh 1-3 orang, yaitu perahu perubahan bentuk, perubahan fungsi diperoleh
katinting yang menggunakan alat tangkap dengan survey lapangan. Sampel secara
tagahu (Salam et al., 2016), sejenis pukat sengaja diambil dari perahu yang sedang
kantong untuk menangkap ikan nike, yaitu dibangun agar semua proses kreatif yang
gerombolan ikan kecil yang tergolong dalam terjadi selama pembuatan dapat diikuti.
kelompok gobi bersifat amphidromous pada Pengamatan alat tangkap totabito dilakukan di
tahap postlarva sampai dengan juvenile Desa Lamu, Kabupaten Gorontalo dimana
(Sahami and Habibie, 2020). Komposisi masyarakat nelayan telah melakukan suatu
spesies gerombolan ikan nike dapat dilihat inovasi pada alat tangkap tersebut yang
pada Sahami et al 2019 dan Sahami et al 2020. mencerminkan adanya semangat untuk terus
Perahu katinting dipilih sebagai objek peneli- menerus memperbaiki kinerja alat tangkap
tian karena jenis perahu ini berteknologi mereka. Data fisik perahu dan alat tangkap
sederhana yang memiliki banyak peluang nelayan diperoleh dengan pengamatan
pengembangan dan masih mendominasi langsung berupa pengukuran, penggambaran,
armada perikanan tangkap di Teluk Tomini. pemotretan, dan pembuatan sketsa.
Sementara itu, alat tangkap yang diamati Wawancara mendalam dilakukan terhadap 2
adalah alat tangkap berteknologi sederhana orang pengrajin perahu pada 2 lokasi
pancing ulur cumi-cumi totabito. Alat tangkap pembuatan perahu, 11 orang nelayan yang
totabito ini menjadi fenomenal dikalangan menggunakan perahu sejenis, dan 3 orang
nelayan cumi-cumi di sepanjang pesisir Teluk tokoh masyarakat di lokasi penelitian dengan
Tomini setelah mengalami inovasi teknologi. menggunakan instrumen kisi-kisi wawancara.
Responden dipilih secara sengaja, untuk
Penelitian ini bertujuan untuk memper- pengrajin perahu dipilih yang sedang membuat
oleh pengetahuan dasar tentang adaptasi dan perahu, untuk nelayan dipilih nelayan yang
inovasi teknologi pada perahu dan alat tangkap menggunakan jenis perahu yang telah
nelayan tradisonal di Teluk Tomini. Hasil-hasil dilakukan perubahan-perubahan dan yang
penelitian ini diharapkan dapat menjadi menggunakan alat tangkap totabito, untuk
rujukan untuk pengembangan perahu dan alat tokoh masyarakat dipilih yang dianggap
tangkap yang lebih baik melalui penggunaan mengetahui dinamika perubahan-perubahan
teknologi tepat guna yang lebih maju di masa yang telah terjadi dalam hal penggunaan
yang akan datang. Jika penelitian serupa perahu dan alat tangkap.
diadakan di berbagai lokasi dengan karak-
teristik geografis, oseanografi dan masyarakat Pengolahan data dan informasi
nelayan yang berbeda akan diperoleh konsep sedapat mungkin dilakukan secara in-situ dan
penerapan teknologi yang sesuai dengan simultan dengan pengumpulan data untuk
karakteristik lokal di Indonesia. Selanjutnya, menjaga akurasi dan memudahkan untuk
dapat dibuat desain kapal ikan dan alat kembali memeriksa sumber asli. Data dan
tangkap berteknologi lebih maju yang paling informasi dianalisis secara deskriptif. Kriteria
sesuai dengan kebutuhan nelayan di masing- yang digunakan untuk melihat adanya suatu
masing lokal yang dapat diperkenalkan kepada adaptasi teknologi adalah jika terdapat upaya
nelayan melalui program-program pember- melakukan perubahan ataupun penyesuaian
dayaan dan pembangunan oleh pemerintah. pada bahan, bentuk dan fungsi dari perahu
atau alat tangkap tanpa menghilangkan
METODE karakteristik utama alat penangkapan.
Sementara itu, inovasi dapat dilihat dengan
Penelitian ini dilaksanakan dari Juni s/d adanya upaya menciptakan sesuatu disain
September 2020 di sepanjang pesisir pantai perahu atau alat tangkap atau alat bantu
Provinsi Gorontalo di sisi Teluk Tomini penangkapan yang betul-betul baru. Data fisik
(Gambar 1). Pembuatan perahu diamati di dua perahu dan alat tangkap diolah untuk membuat
tempat, yaitu di Kelurahan Talumolo dan gambar perahu, bentuk lambung perahu dan
Kelurahan Leato Utara, Kota Gorontalo. Kedua konstruksi alat tangkap. Data hasil wawancara
lokasi pembuatan perahu ini secara etnis dapat disusun kembali dan disatukan berdasarkan
mewakili teknik pembuatan perahu di jenis informasi.
sepanjang pesisir pantai Provinsi Gorontalo
104 Marine Fisheries 12(1): 101-111, Mei 2021

Gambar 1 Dua titik lokasi Kelurahan Talumolo dan Kelurahan Leato Utara di Kota Gorontalo dan
satu titik lokasi Desa Lamu di Kabupaten Gorontalo

HASIL = 9,97; B = 1,2; dan H = 0,9 dimana L adalah


panjang keseluruhan, B dan H adalah lebar
Perahu Nelayan Tradisional dan tinggi yang masing-masing diukur pada
bagian tengah perahu (midship).
Pengamatan dilakukan terhadap dua
buah perahu nelayan yang dibuat oleh dua Perahu B (Gambar 3) dibuat oleh HU
orang pengrajin perahu di Kota Gorontalo. (53 tahun) selama empat minggu di tepi pantai
Perahu A (Gambar 2) dibuat oleh AS (42 belakang rumahnya yang menghadap ke
tahun) selama tujuh minggu di dekat Teluk Tomini di Kelurahan Leato Utara.
pemukiman warga di Kelurahan Talumolo di Bentuk dasar badan perahu ini berproporsi
tepian muara Sungai Bone menghadap ke langsing dan tinggi, sebagaimana bentuk
Teluk Tomini. Perahu ini disebut oleh tradisional dari perahu ketinting. Bentuk
masyarakat nelayan Teluk Tomini sebagai buritan secara parsial mengadopsi bentuk
perahu ketinting, karena memiliki cadik pada buritan bodi. Pada bagian atas buritan, lebar
kedua sisi perahu dan mesin luar sebagai perahu mulai dari bagian midship dibuat sama
penggerak, meskipun bentuk badannya sampai pada ujung belakang, namun bentuk
adalah model perahu bodi (dari bahasa buritan yang meruncing pada bagian bawah
Inggris: body). Model perahu bodi adalah masih tetap ada. Perahu ini dilengkapi dengan
sebutan masyarakat untuk jenis perahu yang cadik pada kedua sisi dan digerakkan dengan
tidak memakai cadik, menggunakan mesin mesin luar.
dalam atau mesin tempel. Perahu bodi
Badan perahu terbuat dari fiberglass
cenderung memiliki lambung yang lebih lebar
dan bagian buritan yang juga dibuat lebar dengan rangka-rangka penguat dari kayu.
pada bagian atasnya. Pengrajin memanfaatkan cetakan perahu
berbahan fiberglass yang dibuat sebelumnya
Badan perahu beserta semua balok untuk program bantuan pemerintah. Batang
dan gading-gading penguatnya terbuat dari cadik terbuat dari balok kayu dan
kayu. Cadik yang berfungsi sebagai disambungkan oleh tangkai besi (diameter 10
penyeimbang dan pelampung (float) pada mm) dengan pelampung cadik yang terbuat
kedua sisi perahu terbuat dari pipa PVC dari pipa PVC berdiameter 3 inci.
(polivinil klorida) berdiameter 3 inci. Dua
batang cadik yang melintang badan perahu Dimensi utama Perahu B dalam meter
terbuat dari kayu diikat ke badan perahu adalah L = 8,0; B = 0,7; dan H = 1,43 dimana
dengan menggunakan tali nylon. Struktur L adalah panjang keseluruhan, B dan H
yang menghubungkan antara cadik dan adalah lebar dan tinggi yang masing-masing
batang cadik terbuat dari bahan besi diukur pada midship. Lebar perahu pada
berdiameter 10 mm yang biasa digunakan midship sampai pada buritan adalah sama.
untuk konstruksi beton yang diikatkan kepada Tinggi perahu pada haluan dan buritan lebih
batang dan cadik dengan tali nylon. Dimensi tinggi dari pada lebar midship namun buritan
utama Perahu A dalam satuan meter adalah L lebih rendah dari pada haluan.
Salam dan Fachrussyah. – Adaptasi Dan Inovasi Teknologi Perahu ….. 105

Spesifikasi kedua perahu pada Tabel 1 keturunan dari masyarakat nelayan tradisional
dapat dilihat sebagai perbandingan kedua kedua pengrajin belajar sendiri dengan
perahu yang menjadi objek amatan. melihat pembuatan perahu oleh pengrajin lain.
Pengrajin menyesuaikan bentuk, ukuran dan
Kedua pengrajin yang membuat Perahu bahan baku perahu dengan kebutuhan dan
A dan B juga berprofesi sebagai nelayan dan keinginan nelayan. Pengrajin yang mulai
mendedikasikan diri untuk membantu nelayan menggunakan fiberglass sebagai bahan
lainnya dalam hal pembuatan perahu. pembuatan perahu telah memiliki pengalaman
Pengrajin perahu tidak memiliki pendidikan sebelumnya dalam pembuatan perahu untuk
formal. Sebagai masyarakat yang tinggal di program bantuan pemerintah.
pesisir pantai dengan lingkungan dan

Gambar 2 Perahu A, jenis ketinting dengan lambung berjenis bodi

Gambar 3 Perahu B, ketinting dengan lambung tradisional berbahan fiberglass


106 Marine Fisheries 12(1): 101-111, Mei 2021

Tabel 1. Spesifikasi perahu objek penelitian


Spesifikasi Perahu A Perahu B
L (m) 9,97 8,00
B (m) 1,20 0,70
H (m) 0,90 1,43
Jenis perahu ketinting ketinting
Badan perahu kayu fiberglass*
bodi* ketinting
Haluan bodi* ketinting
Buritan bodi* bodi*
Cadik PVC* PVC*
Penghubung cadik besi* besi*
Batang cadik kayu kayu
Mesin mesin luar mesin luar
*) adaptasi teknologi

Alat Tangkap Totabito dengan “Lampu utama dengan lampu LED dan satunya lagi
Suntik” untuk menghubungkan dari lampu LED ke
senar yang menuju mata kail. Menurut Noija
Totabito adalah alat pancing (2014), swivel biasanya dipakai pada
tradisional yang digunakan oleh nelayan Desa rangkaian pancing untuk memudahkan
Lamu Kabupaten Gorontalo untuk menangkap pemasangan senar ke rangkaian mata kail
cumi-cumi (Loligo sp.) (Gambar 4). Totabito sekaligus merupakan alat untuk menetralisir
memiliki konstruksi yang hampir sama dengan tali pancing saat mata kail berputar, baik
pancing ulur pada umumnya, namun terdapat akibat terkena arus air maupun ketika umpan
perbedaan khusus pada bentuk mata kail dan termakan ikan dan terjadi tarik ulur.
secara tradisional menggunakan lampu
petromaks sebagai sumber penerangan Konstruksi lampu LED terdiri atas
eksternal pada saat pengoperasian. Totabito tabung plastik alat suntik sebagai wadah,
hasil inovasi menggunakan lampu LED (light- lubang pengait pada kedua ujungnya, karet
emitting diode) yang dimodifikasi secara penyumbat, serta rangkaian listrik lampu LED
khusus sebagai bagian dari alat tangkap yang di dalam tabung. Rangkaian lampu LED terdiri
ikut tercelup ke dalam air bersama mata kail. atas baterai, pegas, kabel, tombol power
Rangkaian lampu LED dikemas di dalam on/off dan lampu-lampu LED itu sendiri.
tabung alat suntik bekas yang terbuat dari Baterai yang digunakan terdiri atas tiga buah
bahan plastik transparan, oleh karena itu baterai kancing. Bagian mulut tabung suntik
lampu LED sebagai alat bantu penangkapan yang diisikan karet penyumbat kemudian
ini disebut juga dengan ‘lampu suntik’. Bagian- dibalut lagi dengan lembaran karet ban
bagian penting dari totabito adalah sepeda untuk menjamin kekedapan terhadap
penggulung, tali pancing, mata pancing air. Lampu LED yang biasa digunakan terdiri
totabito, kili-kili (swivel) dan lampu LED. dari tiga warna yaitu hijau, biru dan kombinasi
hijau, biru dan merah.
Penggulung terbuat dari bahan kayu
berbentuk bundar dengan ukuran diameter Mata pancing totabito terbuat dari lima
lingkaran luar 19 cm dan diameter lingkaran sampai dengan enam batang kawat yang
dalam 8 cm. Biasa juga digunakan peng- diikat menjadi satu. Ujung-ujung kawat
gulung berbentuk persegi panjang terbuat dari tersebut dibengkokkan sehingga membentuk
papan berukuran panjang kurang lebih 20 cm. mata kail tanpa kait balik sebanyak 10 sampai
Pengulung ini dibuat sesuai dengan dengan 12 mata kail. Hal ini sesuai dengan
panjangnya tali pancing yang digunakan serta deskripsi Rakian (2011) bahwa mata pancing
kenyamanan nelayan. Tali pancing terbuat cumi berbentuk udang, ikan atau bentuk
dari bahan monofilament yang dapat diulur lainnya dengan mata kail yang banyak pada
sampai dengan 200 meter. Tali pancing yang bagian ekor tetapi tidak mempunyai kait balik
digunakan adalah senar nomor 15. (barb). Panjang kawat mata kail totabito
mencapai 19 cm dan panjang mata kailnya 3
Kili-kili yang digunakan berbentuk cm. Pada ujung satunya lagi terdapat lubang
barrel swivel, yang terbuat dari stainless steel. untuk memasukkan pengait yang mudah
Kili-kili yang digunakan pada totabito ada dua dipasang dan dilepas pada saat memasang
yakni untuk menghubungkan antara senar umpan berupa cumi-cumi atau ikan pada
Salam dan Fachrussyah. – Adaptasi Dan Inovasi Teknologi Perahu ….. 107

pangkal mata kail. Penggunaan umpan berkumpulnya cumi. Perahu yang digunakan
dimaksudkan untuk memikat dan menarik menuju daerah penangkapan ada dua macam
perhatian cumi target tangkapan serta untuk yaitu perahu dayung berukuran kecil (L=3 m)
merangsang penciuman cumi dan menarik yang dioperasikan oleh satu orang nelayan
penglihatan cumi target dengan cahaya lampu dan perahu ketinting bermesin yang bisa
LED. Panjang tali yang menghubungkan kili- dioperasikan oleh dua sampai tiga orang
kili dan mata kail adalah 1 meter. nelayan. Kedua jenis perahu terbuat dari kayu.
Perahu C, berjenis ketinting (Gambar 5),
Alat pancing cumi totabito dioperasikan adalah salah satu perahu yang digunakan
dengan menggunakan perahu yaitu dengan oleh nelayan totabito, berukuran panjang L =
cara selalu bergerak di depan gerombolan 7 meter, lebar B = 0,75 meter dan tinggi H =
cumi sasaran. Tali pancing diulurkan secara 1,28 meter dengan menggunakan mesin
vertikal ke bawah sampai pada kedalaman berdaya 5 PK.
tertentu yang diduga merupakan tempat

Gambar 4 Deskripsi alat tangkap totabito

Gambar 5 Perahu C, jenis ketinting untuk pengoperasian alat tangkap cumi totabito.
108 Marine Fisheries 12(1): 101-111, Mei 2021

dan berbagai bagian perahu lainnya serta


PEMBAHASAN bambu untuk pelampung cadik.
Adaptasi Teknologi pada Perahu Perahu A yang dikategorikan sebagai
Nelayan Tradisional perahu ketinting karena memiliki cadik dan
dirancang untuk menggunakan mesin luar
Perahu nelayan tradisional berbahan mengalami adaptasi teknologi pada pemilihan
dasar kayu yang digerakkan dengan mesin bentuk badan perahu yang merupakan tipe
luar di sepanjang pantai Pulau Sulawesi lazim bodi, bentuk haluannya yang sangat lancip
disebut sebagai perahu ketinting. Ketinting serta bagian atas buritan yang lebar adalah
(long-tail outboard engine) mengacu pada tipikal bodi. Bentuk bodi juga ditandai dengan
jenis mesin yang digunakan yaitu mesin luar lebar badan perahu (B) yang relatif lebih lebar
yang memiliki as baling-baling yang panjang dan tinggi (H) yang lebih kecil dari ukuran
yang dicelupkan ke dalam air pada saat ketinting yang karakteristik lambungnya
menjalankan perahu dan diangkat dari dalam langsing. Adaptasi lainnya dilakukan pada
air jika tidak digunakan. Perahu-perahu yang pemilihan jenis bahan yang digunakan pada
dibahas memiliki cadik pada kedua sisinya struktur cadik. Cadik (float) menggunakan
(double outrigger) dan menggunakan mesin bahan PVC dan penghubung cadik dari besi
luar sebagai tenaga penggerak dan disebut yang secara tradisional menggunakan bambu
sebagai perahu ketinting. dan rotan. Alasan penggunaan bahan-bahan
ini adalah ketahanan dan kemudahan dalam
Jenis lambung pada Perahu A (Gambar
memperolehnya.
2) disebut bodi. Model perahu bodi tidak
dilengkapi dengan cadik, hanya badan / bodi Perahu B (Gambar 3) juga adalah
saja. Perahu A diperlengkapi dengan cadik perahu ketinting. Bentuk buritan bagian atas
sehingga merupakan kombinasi atau hibrida mengadaptasi desain bodi, namun tetap
antara perahu bercadik dan bodi dan tetap mempertahankan bentuk tradisional lambung
disebut sebagai perahu ketinting. Adaptasi pada haluan secara keseluruhan dan pada
dari bentuk lambung tradisional yang ramping buritan bagian bawah. Bagian atas buritan
dengan luas permukaan geladak yang sempit yang dibuat lebar dimaksudkan agar perahu
ke penggunaan lambung bertipe bodi ini dapat mengakomodasi penggunaan mesin
bertujuan memperoleh geladak yang lebih tempel. Modifikasi bentuk buritan seperti ini
lebar. Konstruksi cadik yang dipertahankan sudah banyak dilakukan di Indonesia
memperoleh manfaat stabilitas dan adanya mengingat penggunaan mesin tempel juga
platform tambahan di sisi geladak untuk sudah semakin luas akibat program bantuan
mengakomodasi keperluan ruang yang lebih dari pemerintah.
luas dalam penangkapan ikan tuna atau
penggunaan jaring insang. Salam dan Perahu B lambungnya terbuat dari
Osozawa (2008) telah menunjukkan bahwa bahan fiberglass. Penggunaan fiberglass
adaptasi bentuk lambung adalah langkah sebagai bahan pembuatan perahu sudah
bertahap bagi perahu-perahu tradisional di berlangsung secara luas di Indonesia kira-kira
Nusantara, khususnya perahu Bugis- selama tiga dekade terakhir. Adaptasi
Makassar di Kepulauan Spermonde, dalam teknologi perahu berbahan fiberglass di
proses evolusinya yang antara lain sekitar Teluk Tomini mulai terjadi pada tahun
menghasilkan jenis perahu phinisi yang 1990an setelah mereka melihat perahu-
sangat unggul pada puncak evolusi tersebut perahu yang berasal dari negara tetangga
selama abad 19 sampai dengan pertengahan Filipina yang tertangkap melakukan illegal
abad 20. fishing dan ditahan di Bitung, Sulawesi Utara.
Pada mulanya masih sangat sedikit yang
Bentuk lambung perahu tradisional di menggunakan bahan tersebut karena masih
Gorontalo adalah bentuk lambung yang lancip mahal dan belum banyak dijual.
pada haluan dan buritan. Tipikal perahu
tradisional seperti pada lambung Perahu B Perahu B tetap mempertahankan
dan perahu ketinting yang digunakan oleh karakteristik lambung perahu ketinting yang
nelayan totabito (Gambar 5). Proporsi lebar langsing namun memiliki buritan bagian atas
badan perahu kecil sehingga terlihat ramping yang lebar sebagaimana buritan bodi.
dan tinggi dari tampak depan (seperti pada Adaptasi yang dilakukan adalah pemilihan
tampak depan perahu pada Gambar 3). bahan lambung perahu dari fiberglass serta
Perahu ketinting tradisional biasanya bahan cadik dari PVC dan penghubungnya
menggunakan bahan kayu untuk lambung dari besi. Alasan pemilihan bahan fiberglass
Salam dan Fachrussyah. – Adaptasi Dan Inovasi Teknologi Perahu ….. 109

untuk lambung perahu ini berdasarkan pada ulur untuk menangkap ikan selar kuning
pertimbangan kemudahan memperoleh (Selaroides leptolepis) di Pulau Morotai,
bahan sintetik tersebut di toko, sementara Maluku Utara (Ahmad et al, 2020). Peng-
bahan baku kayu untuk pembuatan perahu gunaan lacuda pada pancing ulur ikan selar
menurut pengrajin semakin sulit dan kuning berbeda dengan penggunaan lampu
membutuhkan waktu lebih lama untuk suntik pada totabito. Pada pancing ulur ikan
memperolehnya. Hal ini juga didukung oleh selar kuning lacuda diturunkan kedalam air
adanya penguasaan keterampilan baru secara terpisah dengan alat tangkap,
pembuatan perahu dengan bahan fiberglass. sedangkan lampu suntik melekat pada setiap
alat tangkap totabito.
Namun, bagi pengrajin HU (53 tahun)
yang membuat perahu ini, penggunaan Penggunaan lampu suntik pada alat
fiberglass sebagai bahan pembuatan perahu tangkap totabito adalah sebuah inovasi yang
adalah suatu langkah baru. Jika kemudian dilakukan oleh nelayan secara mandiri.
perahu berbahan fiberglass ini menunjukkan Kenyataan bahwa alat bantu tersebut dapat
unjuk kerja yang baik, pengrajin optimis meningkatkan hasil tangkapan, sebagaimana
bahwa nelayan di kampungnya akan ditunjukkan pada hasil penelitian Jula et al
memesan lebih banyak perahu berbahan (2018), membuat inovasi ini segera mendapat
fiberglass. Dengan demikian akan berkem- penerimaan oleh seluruh nelayan totabito di
bang suatu tradisi baru dalam masyarakat Desa Lamu. Demikian pula rangkain
nelayan yang sudah tidak lagi terlalu elektronik yang sederhana, harga terjangkau
bergantung pada bahan baku kayu yang dan bahan-bahan yang mudah diperoleh,
akhir-akhir ini dirasakan oleh pengrajin serta teknik pembuatan yang mudah adalah
semakin sulit diperoleh. Sangat jelas bahwa faktor-faktor yang diduga menjadi pendorong
program bantuan pemerintah telah berhasil cepatnya penerimaan, bahkan kemungkinan
mengenalkan suatu adaptasi baru dalam hal akan diadopsi oleh nelayan penangkap cumi
pemilihan bahan baku pembuatan perahu di di desa-desa lain sepanjang pesisir Teluk
daerah Teluk Tomini. Hal ini sejalan dengan Tomini.
pengamatan Akudugu et al. (2012) dan juga
Kabunga et al. (2012) bahwa adaptasi
teknologi dan penerimaan inovasi dapat KESIMPULAN
terlihat pada proses perubahan perilaku
berupa pengetahuan, sikap, dan keteram- Adaptasi dan inovasi teknologi yang
pilan. terjadi secara parsial pada perahu nelayan
dan alat tangkap mengarah kepada
Inovasi Teknologi pada Alat tangkap pengembangan teknologi perikanan tangkap
Totabito tradisional. Bentuk-bentuk adaptasi teknologi
yang terjadi pada perahu nelayan di Teluk
Alat pancing cumi totabito secara Tomini antara lain adalah penggunaan jenis
tradisi menggunakan alat penerang di atas lambung bodi pada perahu ketinting serta
permukaan air untuk menarik perhatian cumi- penggunaan bahan fiberglass serta pipa PVC
cumi. Lalu kemudian nelayan mendapati dan besi sebagai pengganti bahan baku alami
bahwa penggunaan lampu suntik meningkat- kayu, bambu dan rotan untuk badan perahu
kan hasil tangkapan. Penelitian Jula et al dan struktur cadik. Pada alat tangkap cumi
(2018), menunjukkan bahwa totabito yang totabito nelayan melakukan inovasi teknologi
menggunakan lampu suntik rata-rata dapat dengan membuat sendiri rangkaian lampu
menangkap 242 ekor cumi per trip atau sekitar suntik sebagai alat bantu light fishing untuk
dua kali lebih banyak dari hasil tangkapan meningkatkan hasil tangkapan.
totabito tanpa lampu suntik. Kemudian,
totabito dengan lampu LED berwarna biru
memiliki efektivitas paling besar yaitu 41,89% SARAN
dibandingkan dengan lampu LED berwarna
hijau (29,91%) dan kombinasi warna merah, Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan
hijau dan biru (28,21%). Totabito dengan untuk menemukan kombinasi berbagai
lampu LED berwarna biru dapat menangkap adaptasi dan inovasi teknologi yang dapat
cumi-cumi rata-rata 304 ekor per trip. dijadikan suatu rancangan dasar teknologi
tepat guna pada perahu nelayan dan alat
Lampu LED dalam bentuk lacuda tangkap tradisional untuk menghasilkan suatu
(lampu celup dalam air) telah dilaporkan disain perahu dan alat tangkap yang lebih
penggunaannya pada pengoperasian pancing maju.
110 Marine Fisheries 12(1): 101-111, Mei 2021

UCAPAN TERIMA KASIH dan-jenis-penangkapan-2000-2016.html


dikutip 07 Oktober 2020 [09:39am].
Penelitian ini adalah bagian dari skema
penelitian Pengembangan Dasar Keilmuan, Fachrussyah Z.C., Alfi Sahri R. Baruadi.
Bidang Unggulan: Pengembangan Budaya 2014. Kajian Rancang Bangun Purse
dan Inovasi, Topik Unggulan: Inovasi Riset Seiner yang Berpangkalan di PPI Tenda
Fundamental. Penelitian ini dibiaya dari Dana Kota Gorontalo. Nikè: Jurnal Ilmiah
PNBP Tahun Anggaran 2020 pada Lembaga Perikanan dan Kelautan 2 (2): 78-80.
Pengabdian dan Penelitian Universitas Negeri Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan –
Gorontalo. Peneliti mengucapkan terima Universitas Negeri Gorontalo.
kasih tak terhingga kepada para pengrajin
perahu dan nelayan di sepanjang pesisir Jula I.A., Alfi Sahri Remi Baruadi, Aziz Salam.
pantai Teluk Tomini atas pembelajaran yang 2018. Efektivitas Alat Tangkap Cumi
telah kami terima selama penelitian ini. Totabito di Desa Lamu | Effectiveness of
squid fishing gear totabito in Lamu
Village. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan
DAFTAR PUSTAKA dan Kelautan 6 (1): 23-28. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan –
Agusliana MSE, Tadjuddah M, Mustafa A. Universitas Negeri Gorontalo.
Ahmad S, Ary A, Sofiati T, Piana JE.
2020. Efektifitas pencahayaan Kabunga NS, Dubois T, Qaim M. 2012. Yield
menggunakan light emitting diode (LED) effects of tissue culture Bananas in
pada perikanan pancing ulur untuk Kenya: Accounting for selection bias and
menangkap Selar Kuning (Selaroides the role of complementary inputs. Journal
leptolepis) di perairan Pulau Morotai. of Agricultural Economics 63 (2): 444 –
Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan 3 (1): 464.
106–118.
Mareto, R.D., Aziz Salam, Alfi Sahri Baruadi.
Akudugu, M., Guo, E., Dadzie, S. 2012. 2020. Welfare level of Troll Line
Adoption of Modern Agricultural Fishermen in Pasokan Village. Nikè:
Production Technologies by Farm Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 8
Households in Ghana: What Factors (1): 88-92. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Influence their Decisions? Journal of Kelautan – Universitas Negeri Gorontalo.
Biology, Agriculture and Healthcare 2 (3).
Mohu, J. I. R., Aziz Salam, Alfi Sahri Baruadi.
Armain F., Abd Hafidz Olii, Alfi Sahri Baruadi. 2019. Financial Analysis on Hand Line
2019. Productivity and Feasibility of Lift- Fisheries in Dudepo Island. Nikè: Jurnal
net Fishery in Kwandang. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 7 (4): 1-3.
Ilmiah Perikanan dan Kelautan 7 (1):13– Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan –
16. Fakultas Perikanan dan Ilmu Universitas Negeri Gorontalo.
Kelautan – Universitas Negeri Gorontalo.
Mustapa R, Aziz Salam, Alfi Sahri Baruadi.
Bakari Y, Abd Hafidz Olii, Alfi Sahri Baruadi. 2017. Pengelolaan Usaha Purse Seine di
2018. Efektivitas Alat Tangkap Bubu Kelurahan Leato Selatan | Management
dengan Umpan Berbeda untuk Ikan of the purse seine business in Kelurahan
Baronang | Effectiveness of bubu fish Leato Selatan. Nikè: Jurnal Ilmiah
trap with different baits for baronang fish. Perikanan dan Kelautan 5 (4): 114-121.
Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan –
Kelautan 6 (1): 8-10. Fakultas Perikanan Universitas Negeri Gorontalo.
dan Ilmu Kelautan – Universitas Negeri
Gorontalo. Nihe M, Aziz Salam, Alfi Sahri Baruadi. 2017.
Efektivitas Alat Tangkap Panah Ikan di
Biro Pusat Statistik. 2019. Jumlah Rumah Desa Bajo | Effectiveness of arrow fishing
Tangga/Perusahaan Perikanan Tangkap gear in Bajo Village. Nikè: Jurnal Ilmiah
Menurut Provinsi dan Jenis Perikanan dan Kelautan 5 (1): 8-11.
Penangkapan, 2000-2016. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan –
https://www.bps.go.id/statictable/2014/0 Universitas Negeri Gorontalo.
1/10/1709/jumlah-rumah-tangga-
perikanan-tangkap-menurut-provinsi- Noija, D. 2014. Mekanisasi Pancing Ulur
Untuk Meningkatkan Efektivitas Dan
Salam dan Fachrussyah. – Adaptasi Dan Inovasi Teknologi Perahu ….. 111

Efisiensi Penangkapan Ikan Demersal di maintain its sustainability in Gorontalo


Perairan Pulau Ambon - Provinsi Maluku Bay waters, Indonesia. AACL Bioflux 13
[Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (5): 2859-2867.
http://www.bioflux.com.ro/aacl
Otoluwa F.R., Aziz Salam, Alfi Sahri Baruadi.
2014. Tingkat Kesejahteraan Nelayan Salam A., Katsuya Osozawa. 2008.
Buruh Pukat Cincin di Kelurahan Tenda Technological Adaptation in the
Kota Gorontalo. Nikè: Jurnal Ilmiah Transformation of Traditional Boats in the
Perikanan dan Kelautan 2 (4): 152-155. Spermonde Archipelago, South
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Sulawesi. Journal of Southeast Asian
Universitas Negeri Gorontalo. Studies 46 (2): 200 – 227.

Panu I, Alfi Sahri Baruadi, Zhulmaydin Chair Salam A., Femy M. Sahami, Citra Panigoro.
Fachrussyah. 2016. Pengaruh Bentuk 2016. Nike (Awaous melanocephalus)
Mata Pancing Terhadap Hasil Fishery and Mercury Contamination in
Tangkapan Pancing Ulur | Effect of the the Estuary of Bone Bolango River.
shape of the hook on the catch of hand Omni-Akuatika 12 (2): 130 – 136.
line fishing. Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan 4 (2): 64-67. Fakultas Salam A. 2017. Technological adaptation in
Perikanan dan Ilmu Kelautan – traditional fisheries: way to survive. IOP
Universitas Negeri Gorontalo. Conference Series: Earth and
Environmental Science, Volume 139,
Rakian, T. 2011. Pengaruh Pancing Jigs The 2nd International Symposium on
Buatan Pabrik dan Nelayan Terhadap Marine and Fisheries Research 24–25
Hasil Tangkapan Sotong (Sepia sp.) July 2017, Yogyakarta, Indonesia.
[Skripsi]. Universitas Sam Ratulangi. Published under licence by IOP
Manado. Publishing Ltd. DOI:10.1088/1755-
1315/139/1/012038.
Sahami F. M., Kepel R. C., Olii A. H., Pratasik https://iopscience.iop.org/article/10.1088
S. B. 2019. What species make up the /1755-1315/139/1/012038
Nike fish assemblages at the macrotidal
estuary in Gorontalo Bay, Indonesia? Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi
[version 1; peer review: 2 approved with Masyarakat Pesisir. Pustaka Cidesindo.
reservation]. F1000 Research 8:1654. Jakarta.

Sahami F. M., Kepel R. C., Olii A. H., Pratasik Syarif S, Sitti Nursinar, Syamsuddin. 2016.
S. B., Lasabuda R., Wantasen A., Analisis Kelayakan Usaha Jaring Insang
Habibie S. A. 2020 Morphometric and Dasar di Desa Pohuwato Timur |
genetic variations of species composers Feasibility Analysis of Bottom Gillnet in
of Nike fish assemblages in Gorontalo Pohuwato Timur Village. Nikè: Jurnal
Bay Waters, Indonesia. Biodiversitas 21 Ilmiah Perikanan dan Kelautan 4 (4):
(10): 4571-4581. 120-126. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan – Universitas Negeri Gorontalo.
Sahami F. M., Sitty A. Habibie. 2020.
Exploration of adult phase of Nike fish to

You might also like