Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR………………………………………………………………....
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...
A. Latar Belakang …………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
PERMASALAHAN KERAGAMAN BANGSA INDONESIA
A. Pengertian Konflik Sosial………………………………………………………
B. Jenis Permasalahan Sosial………………………………………………………………
C. Penyebab Permasalahan Sosial…………………………………………………………
D. Akibat Permasalahan Sosial……………………………………………………………
E. Solusi untuk Permasalahan Sosial………………………………………………
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat
iman dan nikmat islam kepada kita, tak lupa shalawat beserta salam kami limpah curahkan
Pada kesempatan ini kami selaku penulis mencoba untuk membuat makalah tentang
Permasalahan Dan Akibat Yang Muncul Dalam Keberagaman Masyarakat Dan Strategii
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pembaca. Apabila dalam makalah
ini terdapat banyak kekurangan, kami mohon maaf. Dan kami sangat menantikan saran dn
kritik pembaca yang sifatnya membangun. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi ini menjadikan keuntungan dan sekaligus kerugian bagi bangsa Indonesia.
Potensi keragaman dapat menarik minat wisatawan asing dan domestik untuk mengunjungi
Indonesia karena terdapat keunikan tersendiri di dalamnya. Hal ini dapat meningkatkan devisa
atau penghasilan negara. Meskipun demikian , potensi keragaman tidak sepenuhnya
menjanjikan keuntungan. Potensi keragaman juga dapat menjadikan sebab utama dari sebuah
perpecahan atau konflik dikarenakan setiap golongan memiliki perbedaan penafsiran,
tujuan ,dan cara melakukan sesuatu dari golongan lainnya. Jika setiap golongan tidak saling
menghargai dan menghormati, maka kemungkinan akan saling bermusuhan dan berpecah belah
yang ujung ujungnya adalah pertumpahan darah. Hal ini akan mengancam keutuhan NKRI jika
tidak ditangani secara langsung. Oleh karena ini kami akan membahas masalah ini secara
sistematis
B. Tujuan
A. Pengertian Konflik
Kata konflik berasal dari bahasa Latin yaitu configere yang berarti saling memukul.
Dilihat dari segi sosiologis, pengertian konflik sebagai suatu proses sosial di mana dua orang
atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya.
Latar belakang konflik, sebagai proses sosial adalah adanya perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu yang terlibat dalam suatu interaksi. Di antaranya adanya perbedaan ciri-ciri fisik,
kepandaian pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya.
Sebelum mengetahui lebih jauh tentang konflik sebaiknya kita harus mengetahui dulu arti
konflik. Para ahli telah memberikan definisi mengenai konflik dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Berikut ini pendapat para ahli mengenai pengertian konflik.
Menurut Soerjono Soekanto konflik adalah pertentangan atau pertikaian yaitu suatu proses
sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang
pihak lawan, disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Menurut Collin konflik adalah proses sentral dalam kehidupan dalam kehidupan sosial karena
setiap orang memiliki sifat sosial (sosiable) tetap dalam hubungan sosial tersebut terkadang
menggunakan kekerasan karena setiap orang mempunyai kepentingan sendiri. Konflik sangat
mungkin terjadi karena adanya kepentingan saling bertentangan.
Menurut Dr. Robert M.Z. Lawang konflik yaitu perjuangan untuk memperoleh hal yang
langka, seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya, dimana tujuan mereka yang terlibat
dalam konflik bukan hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan
pesaingnya.
Menurut Bertesin (1965) konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak
dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif
dalam interaksi manusia.
Menurut Ariyono Suyono konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha
menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai
ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
Dari beberapa pendapat dapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung
dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan
ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar
untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan
eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.
Meskipun banyak menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif dalam interaksi sosial, akan tetapi
konflik sekaligus mempunyai fungsi yang positif bagi kehidupan bersama. Dengan demikian,
konflik dalam masyarakat, setiap anggota masyarakat akan menilai dirinya sendiri, intropeksi
diri, dan disusul dengan perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Di samping itu, terjadinya
konflik dengan kelompok luar menyebabkan solidaritas di dalam kelompok sosial akan semakin
kuat.
1. Konflik Individu
Konflik ini terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hal ini
disebabkan oleh benturan kepentingan. Contohnya konflik antara orang tua dengan anak,
konflik antara suami dan istri, konflik antara guru dengan siswa dan lain sebagainya.
2. Konflik Politik
Konflik ini terjadi apabila suatu kelompok dengan kelompok yang lain memiliki
kepentingan yang sama dalam bidang politik. Di dalam masyarakat Indonesia terdapat
perbedaan-perbedaan dalam pilihan politik yang berkaitan langsung dengan status, kekuasaan,
dan penguasaan sumber-sumber ekonomi.
Fenomena ini dapat dilihat dan disaksikan bersama dari berita-berita di media masa baik
cetak maupun elektronik. Misalnya, bentrok antara pendukung dua partai politik yang berbeda.
Di pemerintahan yang merupakan lembaga yang menjalankan kekuasaan, para anggota DPR
atau pejabat pemerintahan terlibat baku hantam dan perseteruan karena kalah mempertahankan
kekuasaannya.
5. Konflik Antargenerasi
Setiap generasi mempunyai nilai-nilai, norma-norma dan kebudayaan yang berbeda-
beda konflik antargenerasi dapat terjadi bila muncul suatu permasalahan yang satu ingin
mempertahankan nilai yang sama, sedangkan yang lain ingin mengubahnya. Contohnya,
rencana dimasukkannya pendidikan dalam pengajaran sekolah, rencana itu menimbulkan
perbedaan pendapat antargenerasi. Pada umumnya generasi tua tidak sependapat karena ingin
mempertahankan nilai-nilai lama atau tradisionalnya.
6. Konflik Internasional
Konflik ini terjadi apabila bangsa yang satu dengan bangsa yang lain terjadi benturan
kepentingan, misalnya konflik antara Israel dengan Palestina.
3. Perbedaan kepentingan
Setiap orang atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda karena setiap orang
orang memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Contoh
perbedaan kepentingan dalam memanfaatkan hutan antara petani, pengusaha kayu, dan pecinta
lingkungan. Pencinta lingkungan menganggap bahwa hutan adalah bagian dari alam sehingga
hutan itu tidak boleh ditebang karena akan memengaruhi ekosistem alam, sedangkan petani
menganggap bahwa hutan hanyalah penghalang mereka untuk meluaskan lahan mereka dan
pengusaha menganggap hutan adalah sumber penghasilan mereka jadi mereka harus
menebangkannya agar dapat di jual atau diolah menjadi perabotan. Intinya setiap orang
memiliki kepentingan masing masing dalam mengelola suatu hal.
1. Keretakan Hubungan Antar Kelompok – Sebuak konflik antar kelompok mau tidak
mau, meskipun telah berdamai, pasti tetap meninggalkan kebencian pada beberapa
individu dalam kelompok tertentu. Tentunya, keretakan hubungan antara kelompok
yang berkonflik merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan dan bisa
menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan.
5. Terjadi Dominasi dan Penaklukan – Adanya konflik yang melibatkan dua kelompok
tertentu, mau tidak mau salah satu di antara mereka ingin menunjukkan dominasi
mereka. Salah satu dari dari kelompok tersebut ingin menunjukkan bahwa mereka lebih
kuat dan lebih berkuasa terhadap suatu hal. Akibatnya, timbul keinginan untuk
menaklukkan kelompok yang bertentangan dengan kelompok tersebut.
Menurut Maswadi Rauf (2001 : 8-12) penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang
dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari kesepakatan
antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk
mencegah : (1) semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara
pihak-pihak yang berkonflik ; (2) semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin banyaknya
jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik yang berakibat konflik semakin
mendalam dan meluas, bahkan menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat
menghasilkan dua kelompok masyarakat yang terpisah dan bermusuhan. Ada dua cara
penyelesaian konflik yaitu :
1. Secara persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mecari titik
temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang berkonflik melakukan
perundingan, baik antara mereka saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak
sebagai mediator atau juru damai.
2. Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk
menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang terlibat konflik.
Menurut D. Hendropuspito OC (1989 : 250-251), cara penyelesaian konflik yakni :
1. Konsolidasi berasal dari kata Latin concilioto atau perdamaian, yaitu suatu cara untuk
mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk
berdamai. Dalam proses ini pihak-pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan
pihak ketiga yang bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dianggapnya
baik kepada kedua pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketanya.
2. Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara untuk menyelesaikan pertikaian
dengan menggunakan seorang perantara (mediator). Seorang mediator tidak berwenang
untuk memberikan keputusan yang mengikat (hanya bersifat konsultatif). Pihak-pihak
yang bersengketa sendirilah yang harus mengambil keputusan untuk menghentikan
perselisihan.
3. Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan seorang
hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan yang mengikat kedua pihak yang
bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati.
4. Paksaan (Coercion). Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan
menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Pihak yang bisa menggunakan paksaan
adalah pihak yang kuat, pihak yang merasa yakin menang dan bahkan sanggup
menghancurkan pihak musuh.
5. Détente. Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan, yang berarti
mengurangi hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai guna persiapan untuk
mengadakan pendekatan dalam rangka pembicaraan tentang langkah-langkah mencapai
perdamaian.
Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 77-78) cara penyelesaian konflik mempunyai beberapa
bentuk, yaitu :
§ Coercion, adalah suatu cara penyelesaian konflik yang prosesnya dilaksanakan oleh karena
adanya paksaan, di antara salah-satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila
dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (secara !
angsung), maupun secara psikologis (secara tidak langsung).
§ Compromise, adalah suatu cara penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang terlibat
saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada. Sikap dasar untuk dapat sanakan compromise ada!ah bahwa salah satu pihak
bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula
sebaliknya.
§ Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak
ketiga yang dipi!ih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih
tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.
§ Mediation, adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang
netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihák ketiga tersebut tugas utamanya adalah
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai
penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan
penyelesaian perselisihan tersebut.
§ Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan keinginan dari pihak-
pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
§ Toleration (tolerant-participation) adalah suatu cara penyelesaian konflik tanpa persetujuan
yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa
direncanakan.
§ Stalemate, adalah suatu cara penyelesaian konflik ketika pihak-pihak yang bententangan
karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan karena bagi kedua belah pihak sudah tidak
ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
§ Adjudication, adalah suatu cara penyelesaian konflik atau sengketa di pengadilan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia telah dianugrahi keanekaragamanya yang begitu besar. Keragamannya ini meliputi
suku, ras, bahasa, agama, budaya dan potensi alamnya. Potensi keragaman ini tentulah rentan
akan perpecahan dan permusuhan karena seperti kita ketahui, bahwa setiap golongan memiliki
penafsiran, metode, dan caranya sendiri yang pasti berbeda dengan golongan lainnya. Untuk
itu, demi menghindari permusuhan dan perpecahan yang akan berakhir dengan pertumpahan
darah, marilah kita bina sikap saling menghormati dan menghargai sehingga kerukunan antar
umat pun tercapai. Bila suatu negara sudah tidak lagi aman dan rukun, maka segala aktivitas
apapun seperti pendidikan, perekonomian, pemerintahan tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Akhirnya negara itu menjadi negara yang terbelakang dan tertinggal dari negara lain. Semoga
negara Indonesia tidak menjadi seperti yang penyusun katakan dan Indonesia dapat menjadi
negara yang adil dan makmur.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penyusun akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.