You are on page 1of 12

GAMBARAN POSTUR KERJA DAN RISIKO TERJADINYA

MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN WELDING DI AREA


WORKSHOP BAY 4.2 PT. ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA

DESCRIPTION OF WORKING POSTURE AND MUSCULOSKELETAL RISK OF


WELDING PART WORKERS IN WORKSHOP AREA BAY 4.2 PT. ALSTOM POWER
ENERGY SYSTEMS INDONESIA

Rian Yuni Kurnianto


Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Surabaya, Jawa Timur
E-mail: rian.putrablitar@rocketmail.com

ABSTRACT
Worker in welding division is needed in steam boiler industry such as PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia
for combine the steel pipe so it can bond perfectly. Musculoskeletal complaint can necessary happen when they work.
Unergonomic work posture, to much force and repeating work can increase the probability of musculoskeletal complaint.
The purpose of this research is to detect the work posture that can risk musculoskeletal complaint in welding division
worker at workshop bay 4.2 area in PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. The research was implemented with
descriptive observational approach with cross section method. The research responden are 13 workers in welding division.
The data collected at workshop area bay 4.2 area in PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. The variabels that
researched are individual factors and work factors. The individual factors are age, work duration, smoking habit, and body
size (anthropometry). The work factors are work posture and musculoskeletal complaint. The data that had been collected
then analyzed with table and narration descriptively. The result founded that workers at the age of 25–30 years old that
had been worked for more than 10 years was 46.15%, 53.85% had smoking habit, and 61.54% had BMI overweight pre-
obese category. It can be conclude that eight of thirteen welding workers had stoop back work posture, below shoulder
arm position and have a risk to have musculoskeletal system damage. To cope with that, EHS PT. ALSTOM Power Energy
Systems Indonesia have to prepare equipment and work station that can be arrange by its needs so it can decrease the gap
between worker and work object or make a small chair available so the worker don’t have to kneel or stoop.

Keywords: work posture, musculoskeletal complaint, welding workers

ABSTRAK
Tenaga kerja bagian welding sangat dibutuhkan dalam industri pembuatan steam boiler di PT. ALSTOM Power Energy
Systems Indonesia yaitu untuk menggabungkan pipa baja sehingga terbentuk ikatan yang permanen. Tenaga kerja bagian
welding ketika bekerja dapat berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal. Postur kerja yang tidak ergonomis, tenaga yang
berlebihan dan pengulangan tenaga kerja dapat meningkatkan timbulnya keluhan muskuloskeletal. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui postur kerja yang berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal pada pekerja welding di
area workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan
observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Responden penelitian adalah pekerja welding yang berjumlah 13
pekerja. Pengambilan data dilakukan di area workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. Variabel
yang diteliti adalah faktor individu meliputi umur, masa kerja, kebiasaan merokok, dan ukuran tubuh (antropometri). Faktor
pekerjaan yaitu postur kerja dan keluhan muskuloskeletal. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan tabel dan narasi
secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan 46,15% pekerja berumur 25–35 tahun, 46,15% telah bekerja selama > 10
tahun, 53,85% memiliki kebiasaan merokok, 61,54% memiliki BMI kategori Overweight Pre-obese. Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah delapan dari tiga belas total pekerja welding dengan postur kerja posisi punggung membungkuk, posisi
lengan di bawah bahu dan duduk berpotensi mengalami kerusakan pada sistem muskuloskeletal. Cara penanggulangan
untuk mengurangi kejadian keluhan musculoskeletal adalah pihak HSE PT. ALSTOM Power Energy System Indonesia
menyediakan peralatan dan stasiun kerja yang dapat diatur sesuai kebutuhan sehingga memperkecil jarak antara pekerja
dengan obyek kerja atau bisa juga menyediakan bangku kecil agar pekerja tidak berlutut atau membungkuk.

Kata kunci: postur kerja, keluhan muskuloskeletal, pekerja welding

©2017 IJOSH. Open access under CC BY NC-SA license doi: 10.20473/ijosh.v6i2.2017.245-256. Received
20 January 2017, received in revised form 1 March 2017, Accepted 2 April 2017, Published online: 30 August 2017
246 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 245–256

PENDAHULUAN lutut, karena bagian inilah yang paling sering


Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan mengalami cidera (Straker, 2000).
salah satu persyaratan untuk meningkatkan Keluhan muskuloskeletal berisiko dialami oleh
produktivitas kerja tenaga kerja. Selain itu kesehatan pekerja bagian welding. Posisi postur tubuh pekerja
dan keselamatan kerja merupakan hal yang sangat selama proses pengelasan merupakan posisi postur
penting dalam meningkatkan kesejahteraan tubuh yang berpotensi menyebabkan munculnya
dan jaminan sosial para pekerja. Dengan usaha keluhan rasa nyeri di beberapa segmen tubuh
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja maka operator. Hal ini dapat memengaruhi kinerja operator
permasalahan kesehatan kerja dapat dikurangi dan sehingga memungkinkan terjadinya kelainan bentuk
dihindari. Secara umum pencapaian keselamatan tulang dan dapat berpengaruh pada produktivitas
dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, industri itu sendiri. Postur kerja yang tidak alami
karena ergonomi berkaitan dengan orang yang misalnya postur kerja yang selalu berdiri, jongkok,
bekerja, selain dalam rangka efektivitas dan efisiensi membungkuk dalam waktu yang lama dapat
kerja (Sedarmayanti, 1996). menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada salah
Ergonomi sebagai salah satu bagian dari satu anggota tubuh. Salah satu cara menganalisis
ilmu kesehatan masyarakat yang berusaha untuk postur tubuh tenaga kerja dilakukan dengan metode
menyerasikan antara faktor manusia, faktor Ovako Work Analysis System (OWAS) yaitu metode
pekerjaan dan faktor lingkungan. Dengan bekerja untuk menilai postur tubuh saat bekerja yang
secara ergonomis maka diperoleh rasa nyaman dalam berkaitan dengan bagian tubuh punggung, lengan,
bekerja, dihindari kelelahan, dihindari gerakan dan kaki, dan beban berat yang diangkat.
upaya yang tidak perlu serta upaya melaksanakan Pekerjaan-pekerjaan dan postur kerja yang
pekerjaan menjadi sekecil-kecilnya dengan hasil statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya
yang sebesar-besarnya (Soedirman, 1989). kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat.
Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering Jika kondisi seperti ini berlangsung setiap hari dan
dijumpai khususnya yang berhubungan dengan dalam waktu yang lama (kronis) bisa menimbulkan
kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi,
pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Selain
disorders (MSDs). Masalah tersebut lazim dialami itu, bekerja dengan rasa sakit dapat mengurangi
para pekerja yang melakukan gerakan yang sama produktivitas serta efisiensi kerja dan apabila bekerja
berulang secara terus-menerus. Pekerjaan dengan dengan kesakitan ini diteruskan maka akan berakibat
beban yang berat dan perancangan alat yang tidak pada kecacatan yang akhirnya menghilangkan
ergonomis mengakibatkan pengerahan tenaga yang pekerjaan bagi pekerjanya. Terdapat lebih dari
berlebihan dan postur yang salah seperti memutar sepertiga dari seluruh waktu kerja yang hilang (lost
dengan membungkuk dan membawa beban adalah time injuries) karena hal ini (Aprilia, 2009).
merupakan risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal Studi tentang musculoskeletal disorders (MSDs)
dan kelelahan dini. pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan
Salah satu penyebab utama gangguan otot dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot
rangka adalah postur janggal (awkward posture). yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal)
Postur janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
secara signifikan terhadap posisi normal saat punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah
melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal (Tarwaka, 2010).
meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan Data dari The Bureau of Labour Statistics (BLS),
untuk bekerja. Posisi janggal menyebabkan kondisi U.S Department of Labour yang dipublikasikan
dimana perpindahan tenaga dari otot ke jaringan pada tanggal 9 November 2011 menunjukkan
rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan tingkat kejadian kasus keluhan muskuloskeletal
lelah. Termasuk ke dalam postur janggal adalah yang mengakibatkan pekerja harus diistirahatkan
pengulangan atau waktu lama dalam posisi meningkat 4%, yaitu 34 kasus per 10.000 tenaga
menggapai, berputar (twisting), memiringkan badan, kerja penuh waktu. Tingkat kejadian MSDs untuk
berlutut, jongkok, memegang dalam kondisi statis, perawat, mantri dan pembantu meningkat 10% dari
dan menjepit dengan tangan. Postur ini melibatkan 249 kasus. Kasus MSDs pada pekerjaan tersebut
beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan juga meningkat sebesar 7%. Sedangkan tingkat
MSDs untuk buruh barang, perusahaan saham dan
Rian Yuni Kurnianto, Gambaran Postur Kerja dan Risiko Terjadinya… 247

perusahaan bahan penggerak tidak mengalami atas memiliki risiko sedang mengalami keluhan
perubahan signifikan pada jumlah kasus MSDs muskuloskeletal dan harus diperbaiki dalam waktu
mereka. dekat. Sedangkan postur kerja berdiri berada
Dari hasil penelitian Amalia (2011), mengenai pada level risiko yang kecil mengalami keluhan
hubungan kapasitas, beban dan postur kerja dengan muskuloskeletal, tetapi juga perlu dilakukan tindakan
keluhan otot rangka pada pekerja wanita bagian perbaikan beberapa waktu ke depan.
penjemuran di industri pembuatan genteng diperoleh Pengembangan penelitian ini dari penelitian
bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur sebelumnya adalah penelitian ini selain menganalisis
(p = 0,000 dan p = 0,003), masa kerja (p = 0,005 dan postur kerja penelitian ini juga mengidentifikasi
p = 0,046, dan postur kerja yaitu postur menjemur mengenai gambaran faktor individu yang meliputi
(p = 0,000 dan p = 0,003) serta postur mengangkut umur, masa kerja, kebiasaan merokok, ukuran
(p = 0,001 dan p = 0,007) dengan keluhan otot tubuh (antropometri) serta gambaran keluhan
rangka segmen punggung dan lengan. muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja.
Penelitian Wijaya (2008) mengenai analisis Dari beberapa uraian di atas jelas bahwa
postur kerja pada industri pembuatan tahu dengan penerapan prinsip-prinsip ergonomi sangat
menggunakan metode OWAS yang merupakan suatu dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan yang
metode untuk menilai postur tubuh saat bekerja. sifatnya menggunakan kemampuan otot, karena
Metode ini menilai postur tubuh saat bekerja yang beberapa masalah ergonomi (dalam hal ini cidera
berkaitan dengan bagian tubuh punggung, lengan, pada sistem muskuloskeletal) di atas tidak perlu
kaki, dan beban berat yang diangkat. Masing-masing terjadi apabila sikap kerja dan kondisi kerja baik,
bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri. Metode serta lingkungan pendukung yang baik seperti
ini cepat dalam mengidentifikasi postur kerja yang tekanan, getaran, mikrolimat, umur, jenis kelamin,
berisiko menimbulkan keluhan musculoskeletal. kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan
Hasil penelitian Wijaya tersebut, terdapat 8 postur fisik serta ukuran tubuh (Tarwaka, 2004).
kerja masuk kategori risiko 4 yang berarti posisi PT. ALSTOM Power Energy Systems
kerja dengan efek sangat berbahaya pada sistem Indonesia adalah sebuah perusahaan industri
musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. berteknologi tinggi yang merupakan pemain besar
Salah satu postur kerja pada kategori 4 berkode dalam pasar untuk sistem, peralatan dan jasa-jasa
4151 yang artinya punggung bungkuk ke depan dan pada pembangkitan listrik. PT. ALSTOM Power
menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri Energy Systems Indonesia merupakan perusahaan
bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, dan multinational yang bergerak di bidang pembangkit
berat beban yang dibawa kurang atau sama dengan tenaga listrik khususnya pembangkit listrik tenaga
10 kg. uap (PLTU). Tenaga kerja welding sangat dibutuhkan
Penerapan dari metode ini dapat memberikan dalam industri pembuatan steam boiler di PT.
suatu hasil yang baik, yang dapat meningkatkan ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. Peran
kenyamanan kerja, sebagai peningkatan produksi, tenaga kerja bagian welding di industri ini yaitu
setelah dilakukannya perbaikan sikap kerja. Sampai untuk menggabungkan pipa baja sehingga terbentuk
saat ini, metode ini telah diterapkan secara luas di ikatan yang permanen.
berbagai sektor industri. Tenaga kerja bagian welding di area workshop
Penelitian Pangaribuan (2009) dengan Bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy Systems
menggunakan metode RULA yang merupakan suatu Indonesia ketika bekerja dapat berisiko mengalami
metode dengan menggunakan target postur tubuh keluhan muskuloskeletal. Postur kerja yang tidak
untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan otot ergonomis, tenaga yang berlebihan dan pengulangan
skeletal, khususnya pada anggota tubuh dari perut tenaga kerja dapat meningkatkan timbulnya keluhan
hingga leher atau anggota badan bagian atas. Dari muskuloskeletal (Peter, 2000). Hal tersebut juga
hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa dapat dipengaruhi karena tenaga kerja bagian
postur kerja yang memiliki level risiko tertinggi welding ketika bekerja salah satu posisinya dengan
mengalami keluhan muskuloskeletal adalah postur berlutut dan membungkuk.
kerja jongkok dan berdiri dengan tangan terentang Ditambah lagi tenaga kerja bagian welding atau
ke atas serta kaki berjinjit. Postur kerja ini harus bisa disebut pengelas merupakan tenaga kerja yang
diperbaiki sekarang juga. Selain itu, postur kerja dituntut sehat dari segi fisiknya juga harus memiliki
bungkuk dan berdiri dengan tangan terentang ke skill atau keterampilan mengelas yang baik. Dua
248 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 245–256

hal ini menjadi penting dan saling mendukung, segi tempatnya penelitian ini termasuk penelitian
karena pada praktiknya keterampilan mengelas lapangan. Berdasarkan sifatnya, merupakan
saja tidak cukup, kalo tidak didukung fisik yang penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian
prima, karena pekerjaan seorang pengelas memang yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
cukup menguras tenaga. Pekerjaan yang paling gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif.
sering membutuhkan tenaga ekstra adalah pada Populasi penelitian ini adalah keseluruhan dari
posisi-posisi sulit saat pengelasan harus dilakukan, subyek penelitian atau obyek yang akan diteliti.
misalnya pada posisi di ketinggian, pada posisi yang Populasi penelitian ini adalah tenaga kerja welding
sempit dan lain-lain (Amalia, 2009). di area workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power
Postur kerja merupakan titik penentu dalam Energy Systems Indonesia yang berjumlah 13 orang
analisa keefektifan tenaga kerja welding ketika dan waktu penelitian yaitu bulan Mei 2013.
mengelas pipa baja. Apabila postur kerja yang Variabel yang akan diteliti postur kerja yaitu
dilakukan sudah baik dan ergonomis maka faktor individu diantaranya adalah umur, massa
dipastikan hasil yang diperoleh akan baik. Akan kerja, kebiasaan merokok dan antropometri. Variabel
tetapi bila postur kerja tidak ergonomis maka yang kedua posisi kerja yang dilakukan saat bekerja.
akan menyebabkan kelelahan dan timbul keluhan Variabel yang ketiga keluhan musculoskeletal
muskuloskeletal. Hal ini dapat memengaruhi mengenai rasa sakit atau tidak enak pada otot rangka
kinerja operator sehingga memungkinkan terjadinya (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, tangan,
kelainan bentuk tulang dan dapat berpengaruh pada lengan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot
produktivitas industri itu sendiri. Postur kerja yang bagian bawah yang dirasakan oleh pekerja sebelum,
tidak alami misalnya postur kerja yang selalu berdiri, selama dan sesudah bekerja.
jongkok, membungkuk dalam waktu yang lama Teknik analisis data dengan menggunakan
dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri Pengumpulan data primer pada penelitian ini
pada salah satu anggota tubuh. menggunakan teknik kuesioner, wawancara dan
Penelitian ini hanya akan membahas mengenai observasi kepada pekerja welding di area workshop
postur kerja dan risiko terjadinya keluhan Bay 4.2 sebagai responden yang berisi mengenai
muskuloskeletal pada tenaga kerja welding umur, masa kerja, kebiasaan merokok, ukuran
di area workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power tubuh (antropometri), postur tubuh saat bekerja,
Energy Systems Indonesia. Di dalam penelitian dan keluhan muskuloskeletal. Data sekunder
ini dilakukan observasi pada responden meliputi diperoleh dari data bagian Keselamatan dan
gerakan seluruh tubuh, perubahan postur tubuh saat Kesehatan kerja PT. ALSTOM Power Energy
bekerja serta pengukurannya dengan menggunakan Systems Indonesia. Data dan informasi yang telah
metode OWAS. Kemudian untuk menghindari diperoleh dari kuesioner, wawancara, observasi dan
penafsiran yang tidak diinginkan peneliti membatasi data hasil pengukuran kemudian dianalisis dengan
permasalahan dengan hal yang berkaitan terhadap tabel, dan narasi secara deskriptif yaitu dengan
keluhan muskuloskeletal mengenai faktor pekerjaan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari
yaitu postur kerja, faktor individu meliputi umur, komunitas yang diteliti.
masa kerja, kebiasaan merokok, dan ukuran tubuh
(antropometri). Untuk menghindari terjadinya bias,
HASIL
responden yang memiliki riwayat penyakit rematik,
asam urat maupun diabetes tidak akan dimasukkan Gambaran Umum Perusahaan
ke dalam penelitian. Pada awal berdirinya, perusahaan ini bernama
PT. Sistem Energi Indonesia yang kemudian
METODE pada periode 1986–2001 perusahaan mengalami
perubahan nama sebanyak 4 kali. Perubahan nama
Merupakan penelitian observasional, karena
tersebut dikarenakan adanya perubahan kepemilikan
fakta/data yang diperoleh melalui pengamatan dan
perusahaan yang pada akhirnya resmi menjadi milik
tidak diberi perlakuan. Ditinjau dari segi waktunya
Perancis. Seiring berjalannya waktu, PT. Penataran
penelitian dilakukan secara cross sectional, karena
Angkatan Laut (PAL) Indonesia dan PT. Barata
variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel
Indonesia menggabungkan sahamnya dengan
yang termasuk dampak diobservasi sekaligus
perusahaan pembuat steam boiler dengan bahan
dalam sekuen waktu yang sama. Jika ditinjau dari
baku baja dengan kapasitas produksi 600.000 Mhrs/
Rian Yuni Kurnianto, Gambaran Postur Kerja dan Risiko Terjadinya… 249

tahun ini. Berikut rincian jumlah kepemilikan pelapisan dengan bahan tahan korosif dan tahan
saham: PT. ALSTOM Power Energy System tekanan tinggi. Selain tes tersebut, juga dilakukan
Indonesia 86,76%, PT. PAL 12,63%, PT. Barata tes terhadap kesempurnaan penyambungan (las)
Jaya 0,70%. PT. ALSTOM Power Energy System dengan mengisi rangkaian dengan air yang telah
Indonesia didirikan pada area seluas 49.654 m2 (4,97 diberi bahan kimia, bahan anti korosif, maupun anti
Ha). Umur responden berkisar antara 21–51 tahun jamur. Setelah digunakan dalam proses produksi,
yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori larutan bahan kimia ini menjadi limbah cair dengan
umur. Setelah dikelompokkan maka diperoleh volume maksimum sekitar 45 m3/bulan. Rangkaian
distribusi umur pekerja di Area Workshop Bay 4.2 yang telah sempurna diberi kelengkapan seperti
PT. ALSTOM Power Energy System Indonesia, valve, pompa dan lainnya sesuai kebutuhan sehingga
Mei 2013. diperoleh produk akhir sesuai dengan spesifikasi
PT. ALSTOM Power Energy System Indonesia yang diminta oleh konsumen. Setiap boiler memiliki
berlokasi di areal basis militer TNI-AL Kelurahan desain yang berbeda-beda, dikarenakan adanya
Ujung, Kecamatan Semampir, Surabaya Utara penyesuaian terhadap permintaan/order. Boiler
dengan alamat lengkap Jl. Panti Mulia Baru, Ujung, merupakan gabungan panel-panel yang terdiri dari
Surabaya. Dengan memilki beberapa kantor cabang plat dan pipa, yang membedakan dengan bagian
yang terletak di Sengkang, Paiton, Medan, dan boiler hanyalah bentuk, ukuran, jenis bahan dan ada
Jakarta, memungkinkan penyebaran pelayanan tidaknya tekanan gas dalam pipa. Proses produksi
dengan cepat ke seluruh area kepulauan. Pelayanan setiap komponen tersebut dapat dilihat bahwa
yang dilakukan yaitu mulai dari pengepakan proses produksi primer yang meliputi kegiatan
hingga perakitan boiler dan Heat Recovery Steam dasar sebagai berikut Pembersihan material:
Generator (HRSG) dengan komponennya seperti pembersihan material dari kerak karena material
waterwalls, superheater, pesawat pemanas ulang, datang dalam bentuk kasar dan kadang masih
alat pemanas udara, ecominizer, dan headers. Selain perlu dihaluskan terlebih dahulu agar bentuknya
itu PT. ALSTOM Power Energy System Indonesia rata sebelum memasuki welding machine, rolling:
juga bertanggung jawab penuh atas pengoperasian rolling merupakan proses melenturkan material
system sepanjang masa kerja instalasi. setelah diproses atau sebelum diproses. Hal ini di
PT. ALSTOM Power Energy System Indonesia lakukan karena material menggelembung setelah
didirikan pada area seluas 49.654 m2 (4,97 Ha). melalui welding machine yang panas, marking:
Dengan status lahan adalah sewa jangka panjang proses menandai material secara manual, misal garis
(25 tahun) oleh PT. PAL dari TNI-AL (charter of yang akan dipotong, dilas atau dilubangi, cutting:
Cooperation Between PT. PAL and the Indonesian proses pemotongan besi atau plat sesuai ukuran yang
Navy dated 27 juli 1995) dan hak pakai oleh PT. diinginkan. Proses pemotongan dapat dilakukan
ALSTOM Power Energy System Indonesia dimana menggunakan mesin cutting manual/cutting CNC,
PT. PAL sebagai stakeholder PT. ALSTOM Power bending: merupakan proses membengkokkan
Energy System Indonesia. Area PT. ALSTOM pipa besi sesuai bentuk yang diinginkan. Adapula
Power Energy System Indonesia terbagi atas Area beberapa produksi yang memerlukan proses
perkantoran: 5.004 m2 (0,5 Ha) dan Area proses bending sesudah di las, sehingga ukuran benda kerja
industri: 44.650 m2 (4,447 Ha). menjadi cukup besar, welding: merupakan proses
Proses produksi di PT. ALSTOM Power Energy pengelasan sesuai bentuk yang diinginkan, baik
System Indonesia diawali dengan mengolah bahan untuk assembly antara pipa dengan plat atau pipa
baku menjadi produk jadi. Berikut merupakan dan nozzle, Post Welding Heat Treatment (PWHT):
tahapan proses produksi yang dilakukan melalui proses pendinginan kembali material atau benda
proses mekanis yaitu proses pemotongan, kerja sesudah dipanaskan, misal setelah dibending
pembentukan perangkaian, proses optimasi agar bentuk benda menjadi lebih halus, drilling:
(penyempurnaan). proses mengebor atau melubangi benda kerja, baik
Bahan baku seperti tubes dipotong sesuai pipa atau plat. Proses tersebut bertujuan untuk
ukuran yang direncanakan sebelum dilakukan melubangi pipa yang akan disambung dengan nozzle
blasting, kemudian dirangkai sesuai dengan ukuran atau material lain dan melubangi pipa untuk menjaga
yang telah dirancang. Setiap tube maupun plate agar udara panas yang tersimpan di dalam pipa dapat
sebelum dirangkai, disempurnakan terlebih dahulu, keluar dan tidak mengurangi kekuatan dari material,
baik dalam hal kehalusan permukaan maupun scarling: merupakan proses khusus untuk membuat
250 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 245–256

superheater, air heater dan sebagainya. Bentuk yang Tabel 3. Hasil Pengukuran Faktor Individu
muncul seperti adanya gerigi pada diameter yang Berdasarkan Kebiasaan Merokok
diproses, painting: proses pengecatan benda kerja
Jumlah
akhir sesuai yang dibutuhkan konsumen. Kebiasaan Merokok
N %
Faktor Individu Pekerja Welding di Area Ya 7 53,85
Workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy Tidak 6 46,15
System Indonesia Total 13 100,00
Faktor individu pekerja welding di area
workshop Bay 4.2 yang diteliti meliputi umur,
Tabel 4. Hasil Pengukuran Faktor Individu
masa kerja, kebiasaan merokok, dan ukuran tubuh
Berdasarkan Ukuran Tubuh (Antropometri)
(antropometri) dijelaskan dalam Tabel 1.
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian Jumlah
besar pekerja berumur 25–35 tahun, yaitu sebanyak Klasifikasi BMI
N %
6 orang dari 13 total pekerja atau sebesar 46,15%.
Underweight
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian
Moderate thinness 1 7,69
besar pekerja berumur 25–35 tahun, yaitu
sebanyak 6 orang dari 13 total pekerja atau sebesar Normal 4 30,77
46,15%. Overweight
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pekerja Pre-obese 8 61,54
yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 7 Total 13 100,0
pekerja (53,85%), sedangkan 6 pekerja (46,15%)
tidak merokok.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Tabel 5. Hasil Penilaian Postur Kerja
sebagian besar sebanyak 8 orang pekerja dari 13 total
Kode Kategori Frekuensi
pekerja memiliki BMI kategori overweight pre-obese Nama
Postur Risiko Relatif (%)
yaitu sebesar 61,54%. Dari hasil penelitian tidak
AR 2111 2 100%
terdapat pekerja yang mempunyai BMI kategori
2361 4 3%

Tabel 1. Hasil Pengukuran Faktor Individu 1361 1 3%


AN
Berdasarkan Umur 1121 1 82%
2121 2 12%
Jumlah
Umur FM 2161 2 100%
N %
1311 1 31%
< 25 tahun 1 7,70
4131 2 14%
25 – 35 tahun 6 46,15 HT
4121 2 17%
35 – 45 tahun 4 30,77
2111 2 38%
> 45 tahun 2 15,38
HR 2111 2 100%
Total 13 100,00
MN 2111 2 100%
KR 2111 2 100%
Tabel 2. Hasil Pengukuran Faktor Individu
YK 2111 2 100%
Berdasarkan Masa Kerja
YS 2111 2 100%
Jumlah NS 1311 1 100%
Masa Kerja
N % 1311 1 40%
< 5 tahun 2 15,39 IM
2131 2 60%
5 – 10 tahun 5 38,46 IG 2111 2 100%
> 10 tahun 6 46,15 2121 2 14%
Total 13 100,00 SA
2161 2 86%
Rian Yuni Kurnianto, Gambaran Postur Kerja dan Risiko Terjadinya… 251

underweight (severe thinness, mild thinness), Obese Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Welder
(obese class I, obese class II, obese class III). di Area Workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power
Setelah dilakukan identifikasi dan penilaian Energy System Indonesia
postur kerja kemudian dilakukan pemilihan postur Hasil pengukuran keluhan muskuloskeletal
kerja berdasarkan posisi tubuh yang paling dominan pada pekerja welding di area workshop Bay 4.2 PT.
dilihat dari frekuensi relatif. Hal ini dilakukan untuk ALSTOM Power Energy System Indonesia dapat
mengetahui postur tubuh yang bagaimana yang diketahui bahwa keluhan muskuloskeletal yang
paling dominan dan paling sering dilakukan ketika paling banyak dialami oleh pekerja welding adalah
melakukan pekerjaan. Pemilihan postur kerja yang pada pinggang, yaitu sebanyak 12 dari 13 pekerja
paling dominan digunakan untuk memilih postur (92,31%). Para pekerja yang mayoritas melakukan
kerja pada pekerja welding yang melakukan lebih posisi membungkuk dan duduk ketika melakukan
dari satu postur kerja ketika dilakukan pengamatan. pekerjaan welding menyebabkan kebanyakan para

Tabel 6. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)


Keluhan MSDs
Total
Otot skeletal Ya Tidak
n % n % N %
Leher bagian atas 4 30,77 9 69,23 13 100,0
Leher bagian bawah 8 61,54 5 38,46 13 100,0
Bahu Kiri 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Bahu kanan 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Lengan atas kiri 6 46,15 7 53,85 13 100,0
Punggung 4 30,77 9 69,23 13 100,0
Lengan atas kanan 6 46,15 7 53,85 13 100,0
Pinggang 1 7,69 12 92,31 13 100,0
Pinggul 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Pantat 11 84,62 2 15,38 13 100,0
Siku kiri 12 92,31 1 7,69 13 100,0
Siku kanan 12 92,31 1 7,69 13 100,0
Lengan bawah kiri 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Lengan bawah kanan 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Pergelangan tangan kiri 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Pergelangan tangan kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Tangan kiri 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Tangan kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Paha kiri 7 53,85 6 46,15 13 100,0
Paha kanan 8 61,54 5 38,46 13 100,0
Lutut kiri 8 61,54 5 38,46 13 100,0
Lutut kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Betis kiri 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Betis kanan 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Pergelangan kaki kiri 7 53,85 6 46,15 13 100,0
Pergelangan kaki kanan 7 53,85 6 46,15 13 100,0
Kaki kiri 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Kaki kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0
252 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 245–256

pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal pada dan sebanyak 6 orang mempunyai masa kerja > 10
bagian pinggang. tahun. Masa kerja dalam penelitian menyatakan
berapa lama seseorang bekerja dan masa kerja
dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
PEMBAHASAN
pekerja tersebut. Dampak positifnya adalah pekerja
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang sudah lama bekerja semakin berpengalaman
Dilihat dari Umur untuk melaksanakan pekerjaannya dan mengetahui
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur risiko bahaya yang akan diterima utamanya
pekerja berkisar antara 21–51 tahun. Sebagian besar bahaya ergonomi, sedangkan dampak negatifnya
pekerja berusia 25–35 tahun, yaitu sebanyak 6 orang pekerja merasa sudah ahli dalam melaksanakan
dari 13 total pekerja atau sebesar 46,15%. Tarwaka pekerjaannya, namun secara tidak sadar pekerja
(2010) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan tersebut dapat membahayakan dirinya sendiri
otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu maupun rekan kerjanya. Sehingga hal ini dapat
usia 25–65 tahun. Keluhan pertama biasanya mengakibatkan sebagian besar pekerja mengalami
dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan keluhan muskuloskeletal.
akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya Tarwaka (2010) menyatakan bahwa penyakit
umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah MSDs ini merupakan penyakit kronis yang
baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan
sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat bermanifestasi. Jadi semakin lama bekerja semakin
Sebagai contoh, Betti’e et al. (1989) telah lama orang terpajan risiko untuk mengalami MSDs
melakukan studi tentang kekuatan statis otot untuk ini, maka semakin besar pula risiko untuk mengalami
pria dan wanita dengan usia antara 20 sampai MSDs
dengan di atas 60 tahun. Penelitian menunjukkan Dari hasil penelitian yang telah dibandingkan
bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada saat dengan Tarwaka (2010) didapatkan seluruh pekerja
umur antara 20–29 tahun, selanjutnya terus terjadi dari masa kerja berapapun berisiko mengalami
penurunan sejalan dengan bertambahnya umur. keluhan muskuloskeletal. Setelah dilakukan penilaian
Pada saat mencapai 60 tahun, rerata kekuatan otot keluhan muskuloskeletal kepada pekerja welding di
menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan otot mulai area workshop bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy
menurun inilah maka risiko terjadinya keluhan otot Systems Indonesia didapatkan hasil bahwa seluruh
semakin meningkat. pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs)
dibandingkan dengan Tarwaka (2010) dan beberapa
Dilihat dari Kebiasaan Merokok
ahli yang lain, sebagian besar pekerja yang berusia
< 35 tahun seharusnya memiliki risiko kecil atau Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
bahkan tidak mengalami keluhan muskuloskeletal. 7 dari 13 pekerja atau sebesar 53,85% memiliki
Namun, setelah dilakukan penilaian keluhan kebiasaan merokok.
muskuloskeletal didapatkan hasil bahwa semua Menurut Tarwaka (2010) pengaruh kebiasaan
pekerja welding di area workshop bay 4.2 PT. merokok terhadap risiko keluhan otot juga masih
ALSTOM Power Energy Systems Indonesia diperdebatkan oleh para ahli, namun demikian
dengan umur berapapun mengalami keluhan beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
muskuloskeletal. meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya
dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi
Dilihat dari Masa Kerja merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja yang dirasakan.
pekerja berkisar selama 2–15 tahun. Sebagian besar Boshizuen, et al (1993) dalam Tarwaka (2010)
pekerja bekerja selama > 10 tahun, yaitu sebanyak menemukan hubungan yang signifikan antara
6 orang dari 13 orang pekerja atau sebesar 46,15%. kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang,
Pekerja welding yang mempunyai masa kerja khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan
< 5 tahun sebanyak 2 orang, untuk pekerja yang pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat
mempunyai masa kerja 5–10 tahun sebanyak 5 orang dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang.
Rian Yuni Kurnianto, Gambaran Postur Kerja dan Risiko Terjadinya… 253

Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan Overweight Pre-obese yang berarti semakin besar
kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk risiko pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal.
mengonsumsi oksigen menurun dan sebagai Hal ini perlu menjadi masukan untuk perusahaan
akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. agar memperhatikan kesehatan para pekerjanya
Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas terutama yang memiliki BMI kategori Overweight
yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan Pre-obese. Untuk itu perusahaan perlu mengadakan
mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah olah raga yang diikuti oleh para pekerja setiap
rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi seminggu sekali.
tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa
nyeri otot. Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Hasil penelitian diketahui 7 orang dari 13 orang Dilihat dari Postur Kerja
pekerja memiliki kebiasaan merokok yang berarti Analisa postur kerja diperoleh dengan
semakin besar risiko pekerja mengalami keluhan menggunakan OWAS yaitu metode yang digunakan
muskuloskeletal. Hal ini perlu menjadi masukan untuk menilai postur tubuh pada saat bekerja yang
untuk perusahaan agar memperhatikan kesehatan meliputi bagian punggung, lengan, kaki dan berat
para pekerjanya termasuk kebiasaan merokok. beban. Metode ini menerjemahkan postur kerja dari
Untuk itu perusahaan perlu memberikan penyuluhan hasil pengamatan yaitu berupa foto sesuai dengan
atau safety talk kepada pekerja sebelum mereka postur kerja menurut kode empat digit. Kode tersebut
bekerja mengenai risiko merokok terhadap kesehatan meliputi postur tubuh bagian punggung, lengan, kaki
dan produktivitas kerja. Bila perlu perusahaan dan berat beban. Setelah dilakukan pemberian kode
mempersempit zona merokok di daerah perusahaan. untuk setiap posisi dan pembebanan menghitung
Hal ini agar para pekerja dapat mengurangi atau setiap kode posisi, kategori risiko mana dia berasal
menghentikan kebiasaan merokok mereka. untuk mengidentifikasi posisi kritis atau yang lebih
tinggi tingkat risikonya bagi pekerja. Selanjutnya
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs)
menghitung frekuensi relatif dari masing-masing
Dilihat dari Ukuran Tubuh (Antropometri)
posisi punggung, lengan dan kaki. Penentuan hasil
Hasil penelitian dan perhitungan dari BMI identifikasi pekerjaan pada posisi kritis, tergantung
menunjukkan 8 orang dari 13 orang pekerja pada frekuensi relatif dari masing-masing posisi,
memiliki BMI dalam kategori Overweight Pre- kategori risiko didasarkan pada masing-masing
obese, yaitu sebesar 61,54%. Sebanyak 30,77% posisi dari berbagai bagian tubuh (punggung,
pekerja dikategorikan dalam berat badan normal dan lengan, dan kaki). OWAS menyatakan frekuensi
7,69% termasuk dalam kategori moderate thinness. dan proporsi relatif dari waktu yang dihabiskan
Tarwaka (2010) menyatakan pengaruh yang untuk postur spesifik dan penilaian dengan skala
relatif kecil antara berat badan, tinggi badan, empat level tingkat bahaya dari postur dengan
dan massa tubuh dengan kejadian keluhan tingkat prioritas untuk mengoreksi postur tersebut.
muskuloskeletal. Tubuh yang tinggi sering menderita Kombinasi postur yang diamati akan diklasifikasikan
keluhan sakit punggung tapi tubuh yang tinggi menurut tingkat bahayanya.
tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan leher, Hasil penelitian berdasarkan dari kombinasi
bahu, dan pergelangan tangan. Tubuh yang tinggi posisi yang diamati dan posisi tubuh yang paling
mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga dominan didapatkan hasil bahwa terdapat 11 orang
secara biomekanik rentan terhadap beban tekan dan yang memiliki kategori risiko 2 (risiko sedang)
rentan terhadap tekukan sehingga tinggi badan yang dengan jumlah kode posisi sebanyak 3 yaitu kode
tinggi memiliki risiko lebih tinggi terhadap keluhan posisi 2111, kode posisi 2161, kode posisi 2131.
muskuloskeletal. Pasien yang gemuk (obesitas Sedangkan sebanyak 2 orang melakukan pekerjaan
dengan indeks massa tubuh > 29) mempunyai dengan postur kerja kategori risiko 1 (risiko rendah)
risiko 2,5 lebih tinggi risiko muskuloskeletal jika dengan jumlah kode posisi sebanyak 2 yaitu kode
dibandingkan dengan pasien yang kurus (indeks posisi 1121 dan kode posisi 1311. Selain itu pekerja
massa tubuh < 20 wanita yang gemuk mempunyai welding cenderung melaksanakan pekerjaan
risiko dua kali lipat terkena muskuloskeletal jika dengan postur kerja janggal seperti punggung
dibandingkan dengan wanita kurus. yang membungkuk, posisi tangan terangkat atau di
Hasil penelitian diketahui sebanyak sebesar atas bahu, berlutut, berdiri dengan salah satu kaki
8 dari 13 pekerja tergolong dalam BMI kategori ditekuk.
254 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 245–256

Menurut Humantech (1995) menjelaskan Kategori Risiko 2 (Risiko Sedang)


bahwa salah satu faktor untuk terjadinya gangguan Hasil perhitungan postur kerja dengan metode
penyakit, atau cidera pada sistem muskuloskeletal OWAS kategori risiko rendah didapatkan kode
adalah postur janggal. postur 2111 (8 orang), 2161 (2 orang) dan 2131 (1
Sikap kerja tidak alamiah atau postur kerja orang). Hasil perhitungan OWAS berdasarkan kode
janggal adalah postur kerja yang dilakukan dengan postur 2111 yaitu, posisi punggung membungkuk
posisi tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah sehingga kode 2 diberikan untuk punggung. Posisi
seperti punggung yang terlalu membungkuk, tangan lengan di beri kode 1 karena kedua lengan berada
dalam posisi terangkat, posisi jongkok, posisi di bawah bahu. Posisi kaki diberi kode 1 karena
badan memuntir, dan lainnya. Sikap kerja tidak pekerjaan dilakukan sambil duduk. Berat beban
alamiah/postur kerja janggal ini pada umumnya diberi kode 1 karena beban yang dibawa/diangkat
karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan < 10 kg. Berdasarkan kombinasi setiap posisi
stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa posisi
keterbatasan pekerja Grandjean, 1993; Anis & tubuh pekerja termasuk dalam kategori risiko 2 yang
McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & berarti posisi berpotensi menyebabkan kerusakan
Manuaba, 2000 dalam Tarwaka (2010). pada sistem muskuloskeletal (risiko sedang)
sehingga tindakan perbaikan mungkin diperlukan.
Pembahasan Hasil Identifikasi dan Penilaian
Hasil perhitungan OWAS berdasarkan kode
Postur Kerja Kategori Risiko 1 (Risiko Rendah)
postur 2161 yaitu, posisi punggung membungkuk
Hasil perhitungan postur kerja dengan sehingga kode 2 diberikan untuk punggung. Posisi
m e t o d e O WA S k a t e g o r i r i s i k o r e n d a h lengan diberi kode 1 karena kedua lengan berada
didapatkan kode postur 1121 (1 orang) dan 1311 di bawah bahu. Posisi kaki diberi kode 6 karena
(1 orang). Hasil perhitungan OWAS berdasarkan pekerjaan dilakukan sambil berlutut. Berat beban
kode postur 1121 yaitu, posisi punggung lurus diberi kode 1 karena beban yang dibawa/diangkat
sehingga kode 1 diberikan untuk punggung. < 10 kg. Berdasarkan kombinasi setiap posisi
Posisi lengan di beri kode 1 karena kedua lengan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa posisi
berada di bawah bahu. Posisi kaki diberi kode tubuh pekerja termasuk dalam kategori risiko 2 yang
2 karena pekerjaan dilakukan sambil berdiri berarti posisi berpotensi menyebabkan kerusakan
dengan kedua kaki lurus. Berat beban diberi kode pada sistem muskuloskeletal (risiko sedang)
1 karena beban yang dibawa/diangkat < 10 kg. sehingga tindakan perbaikan mungkin diperlukan.
Berdasarkan kombinasi setiap posisi tersebut, maka Hasil perhitungan OWAS berdasarkan kode
dapat disimpulkan bahwa posisi tubuh pekerja postur 2131 yaitu, posisi punggung membungkuk
termasuk dalam kategori risiko 1 yang berarti posisi sehingga kode 2 diberikan untuk punggung.
normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem Posisi lengan diberi kode 1 karena kedua lengan
muskuloskeletal (risiko rendah) sehingga tidak berada di bawah bahu. Posisi kaki diberi kode 3
diperlukan tindakan perbaikan. karena pekerjaan dilakukan sambil berdiri dengan
Hasil perhitungan OWAS berdasarkan kode salah satu kaki ditekuk. Berat beban diberi kode
postur 1311 yaitu, posisi punggung lurus sehingga 1 karena beban yang dibawa/diangkat < 10 kg.
kode 1 diberikan untuk punggung. Posisi lengan Berdasarkan kombinasi setiap posisi tersebut, maka
di beri kode 3 karena kedua lengan berada di atas dapat disimpulkan bahwa posisi tubuh pekerja
bahu. Posisi kaki diberi kode 1 karena pekerjaan termasuk dalam kategori risiko 2 yang berarti posisi
dilakukan sambil duduk. Berat beban diberi kode berpotensi menyebabkan kerusakan pada sistem
1 karena beban yang di bawa/diangkat < 10 kg. muskuloskeletal (risiko sedang) sehingga tindakan
Berdasarkan kombinasi setiap posisi tersebut, maka perbaikan mungkin diperlukan.
dapat disimpulkan bahwa posisi tubuh pekerja Menurut Humantech (1995) menjelaskan
termasuk dalam kategori risiko 1 yang berarti posisi bahwa salah satu faktor risiko ergonomi yang
normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem dapat menyebabkan terjadinya gangguan penyakit,
muskuloskeletal (risiko rendah) sehingga tidak atau cidera pada sistem muskuloskeletal adalah
diperlukan tindakan perbaikan. postur janggal. Beberapa postur janggal yang
Rian Yuni Kurnianto, Gambaran Postur Kerja dan Risiko Terjadinya… 255

mempunyai risiko terjadinya gangguan pada sistem yaitu peregangan otot yang berlebihan, aktivitas
muskuloskeletal yaitu punggung membungkuk (bent berulang, dan sikap kerja tidak alamiah. Aktivitas
forward), yaitu punggung dan dada lebih condong berulang, dan sikap kerja tidak alamiah dialami
ke depan membentuk sudut ≥ 20° terhadap garis oleh pekerja welding dalam keseharian menjalankan
vertikal. Postur janggal lain yaitu pada kaki yaitu pekerjaan. Aktivitas pekerja welding yang berisiko
berlutut (kneeling), yaitu posisi tubuh dimana sendi menimbulkan keluhan muskuloskeletal saat
menekuk, permukaan lutut menyentuh lantai dan dilakukan penelitian adalah melakukan posisi
berat tubuh bertumpu pada lutut dan jari-jari kaki. berulang pada saat melakukan pengelasan. Sikap
Postur janggal lain pada kaki yaitu berdiri pada satu kerja tidak alamiah pekerja welding ketika bekerja
kaki (stand on one leg), yaitu posisi tubuh ketika yaitu postur kerja yang menjauhi posisi normal
tubuh bertumpu pada satu kaki. seperti posisi punggung yang membungkuk, bekerja
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa dengan posisi berlutut, dan bekerja dengan posisi
terdapat 2 orang pekerja welding yang mempunyai lengan berada di atas bahu.
kategori risiko rendah dan sebanyak 11 orang Dilihat dari hasil penelitian, pekerjaan
mempunyai kategori risiko sedang. Meskipun welding merupakan pekerjaan dimana dituntut bisa
dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat mengelas pada berbagai jenis posisi yang tidak
2 orang yang mempunyai kategori risiko rendah jarang posisi tersebut dilakukan secara berulang
yang berarti tidak diperlukan tindakan perbaikan. dan tidak dengan postur kerja yang benar misalnya
Namun setelah dilakukan wawancara dengan pekerja punggung membungkuk, berlutut, dan lengan berada
welding didapatkan bahwa semua pekerja welding di atas bahu. Maka responden dalam hal ini yaitu
di area workshop bay 4.2 PT. ALSTOM Power pekerja welding mempunyai risiko terkena keluhan
Energy Systems Indonesia mengalami keluhan muskuloskeletal.
muskuloskeletal.

Identifikasi Keluhan Muskuloskeletal Pekerja SIMPULAN


Welding di Area Workshop Bay 4.2 PT. Alstom Faktor individu yang mengalami keluhan
Energy System Indonesia muskuloskeletal pada responden mayoritas berusia
Berdasarkan hasil penelitian dari keluhan 25–35 tahun, telah bekerja selama > 10 tahun,
muskuloskeletal pekerja diketahui bahwa memiliki kebiasaan merokok, dan memiliki BMI
keseluruhan pekerja mengalami keluhan kategori overweight pre-obese.
muskuloskeletal, sebagian besar pekerja mengalami Identifikasi dan penilaian postur kerja dari
keluhan pada bagian pinggang yaitu sebanyak 12 13 orang pekerja welding diperoleh dua pekerja
orang (92,31%). Bagian otot skeletal yang banyak yang mempunyai kategori risiko 1 (risiko rendah),
dikeluhkan berdasarkan pengakuan pekerja adalah sebelas pekerja yang mempunyai kategori risiko 2
pinggang (92,31%), betis kiri (76,92%), bahu (risiko sedang). Sebanyak 92,31% pekerja pernah
kiri (76,92), bahu kanan (76,92), dan betis kanan mengalami keluhan muskuloskeletal dengan rasa
(76,92). sakit terbanyak pada otot skeletal pinggang.
Identifikasi keluhan muskuloskeletal pada Mengadakan penyuluhan atau safety talk
pekerja menggunakan metode Nordic Body Map tentang merokok bagi pekerja, sehingga bagi pekerja
yaitu dengan menggunakan lembar kerja berupa yang merokok dapat menghentikan atau mengurangi
peta tubuh dan mudah dipahami dengan langsung kebiasaan merokok. Pengaturan berat badan untuk
mewawancarai atau menanyakan kepada responden. pekerja yang memiliki kategori overweight pre-obese
Metode penilaian ini sangat subyektif artinya dengan melakukan olah raga setiap seminggu sekali
keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung sehingga tercapai berat badan yang normal (BMI =
dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada 18,5–24,99). Penyediaan peralatan dan stasiun kerja
saat dilakukannya penilaian. Nordic Body Map yang dapat diatur sesuai kebutuhan (adjustable)
meliputi 28 bagian otot skeletal pada kedua sisi sehingga memperkecil jarak antara pekerja dengan
tubuh kanan dan kiri. Dimulai dari anggota tubuh obyek kerja. Jika tidak bisa, dapat juga menyediakan
bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian alat bantu yang dapat mengurangi postur janggal
paling bawah yaitu otot kaki. pekerja selama bekerja seperti menyediakan bangku
Peter (2000) menjelaskan terdapat faktor kecil agar pekerja tidak berlutut atau membungkuk.
penyebab terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal,
256 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 245–256

Di bawah ini contoh model bangku kecil yang Pangaribuan, D.M. 2009. Analisa Postur Kerja
disarankan.??? Dengan Metode RULA pada Pegawai Bagian
Pelayanan Perpustakaan USU Medan. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Peter, Vi. 2000. Musculoskeletal Disorders. http://
Amalia. 2009. Welder Sebagai Profesi. http:// www.csao.org/uploadfiles/magazine/vol.11no3/
gowelding.blogspot.com/2009/12/lagi-keeping. musculo.html. (Sitasi 12 Juni 2013).
html. (Sitasi 5 November 2012). Sedarmayanti. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas
Amalia, R.U. 2011. Hubungan Kapasitas, Beban dan Kerja. http://www.belbuk.com/tata-kerja-dan-
Postur Kerja dengan Keluhan Otot Rangka pada produktivitas-kerja-p-4760.html. (Sitasi 29
Pekerja Wanita Bagian Penjemuran di Sentra Oktober 2012).
Industri Pembuatan Genteng. Skripsi. Semarang: Soedirman. 1989. Penyakit Akibat Kerja dan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan.
Diponegoro. Jakarta: Universitas Indonesia.
Aprilia, M. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Straker, L.M. 2000. An Overview of Manual
Terkait Keluhan Musculoskeletal Disorders Handling Injury Statistic in Ergonomic Methods.
(MSDs) pada Pekerja Konstruksi PT. Waskita USA: CRC Press.
Karya di Proyek Fasilitas Rekreasi dan Olahraga Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar-Dasar
Boker Ciracas. Skripsi. Surabaya: Fakultas Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kerja. Solo: Harapan Press.
Betti’e, M.C., Bigos, L.D., Fisher, T.H. 1989. Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan,
Isometric Lifting Strength as a Predictor of Kesehatan Kerja, dan Produktivitas. Surakarta:
Industrial Back Pain Report. Spine 14 (8): UNIBA Press.
851–856. Wijaya, A. 2008. Analisa Postur Kerja dan
Humantech. 1995. Applied Ergonomics Training Perancangan Alat Bantu untuk Aktivitas Manual
Manual 2nd. Australia: Barkeley Vale. Material Handling Industri Kecil. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

You might also like