Professional Documents
Culture Documents
Perubahan peran kita dari karyawan menjadi seorang pemimpin dihadapkan dengan
tantangan transformasi digital yang diharapkan mampu berkomunikasi digital dan
menjalankan keterampilan kepemimpinan.
Pelatihan ini membantu kita untuk memahami perubahan peran dari karyawan menjadi
pemimpin tim. Peran yang tadinya hanya sebagai kontributor indvidu, sekarang
berubah menjadi peran yang perlu mengelola sumber daya manusia. Pengelolaan
sumber daya manusia adalah langkah awal untuk mengembangkan mindset bahwa
kesuksesan yang kita capai diwujudkan melalui tim. Ketika seorang pemimpin
berhasil membangun kepercayaan dan mendapatkan komitmen dari tim, maka pemimpin
dapat menjalankan peran memimpin tim.
TARGET KOMPETENSI
Gaining Commitmen
Pengertian: Menggunakan teknik dan gaya interpersonal yang sesuai untuk membuat
orang lain menerima suatu gagasan atau rencana; menyesuaikan perilaku dengan
tugas, situasi, maupun orang lain yang terlibat.
1. Membuka diskusi dengan efektif: Menjelaskan harapan, tujuan, atau
permintaan dengan cara yang jelas dan menarik.
2. Memperjelas situasi saat ini: Mencari, memberikan dan merangkum
informasi; memastikan orang lain dapat memahami situasi atau isu yang dihadapi.
3. Mengembangkan gagasan orang lain dan diri sendiri: Menyampaikan gagasan
pribadi; meminta dan mengembangkan saran dari orang lain; membuat saran atau
usulan.
4. Mendorong terjadinya kesepakatan: Menggunakan strategi yang sesuai untuk
mempengaruhi orang lain (misalnya menunjukkan keuntungan yang bisa diraih atau
memberikan penghargaan) agar mendapatkan kesepakatan; berkeras dengan cara
menggunakan berbagai pendekatan yang diperlukan untuk mendapatkan kesepakatan.
5. Menutup diskusi dengan ringkasan yang jelas: Merangkum hasil diskusi dan
menetapkan langkah tindak lanjut jika diperlukan.
6. Mengelola hubungan: Membangun hubungan interpersonal yang baik dengan
cara membuat orang lain merasa bernilai, dihargai dan dilibatkan dalam
diskusi-diskusi (meningkatkan harga diri, berempati, melibatkan orang lain,
terbuka dan memberikan dukungan).
Building Trust
Pengertian: Berinteraksi dengan cara yang membuat orang lain merasa yakin atas
tujuan individu maupun organisasi, menaati aturan serta peduli terhadap
lingkungan sekitar.
1. Bekerja dengan integritas: Menunjukkan kejujuran; menjaga komitmen;
berperilaku dengan konsisten; menerima tanggung jawab atas hasil (baik positif
maupun negatif) kerja seseorang; mengakui kesalahan dan kembali fokus kepada
upaya-upaya jika diperlukan; Mentaati peraturan-peraturan (K3LH, kepatuhan,
Disiplin dll) yang berlaku di perusahaan dalam setiap aktivitas dan pekerjaan
2. Terbuka mengenai posisi diri sendiri: Menyampaikan pemikiran, perasaan dan
alasan yang rasional sehingga orang lain dapat memahami posisinya.
3. Terbuka terhadap gagasan yang berbeda: Mendengarkan orang lain dan
secara obyektif mempertimbangkan ide dan opini orang lain meskipun bertentangan
dengan ide dan opininya.
4. Mendukung orang lain: Memperlakukan orang lain sesuai dengan martabat,
kehormatan, dan keadilan; memberikan penghargaan yang sesuai pada orang lain;
membela orang lain yang berhak meskipun harus menghadapi perlawanan ataupun
tantangan.
5. Tidak mengutamakan tujuan kelompok sendiri: Menempatkan tujuan
organisasi sebagai prioritas utama dibandingkan tujuan kelompok sendiri;
mengantisipasi dampak dari tindakan dan keputusan dalam kelompok terhadap
hubungan kemitraan
6. Menampilkan keteladanan: Menampilkan contoh/teladan, perilaku yang
sesuai dengan etika, standar dan nilai-nilai.
Coaching
Pengertian: Melibatkan individu dalam mengembangkan dan berkomitmen pada suatu
rencana tindakan untuk mengembangkan perilaku, keterampilan, ataupun pengetahuan
yang spesifik yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan kinerja atau
mempersiapkan keberhasilan dalam mengembangkan tanggung jawab yang baru.
1. Menyelaraskan ekspektasi sebagai bahan diskusi: Membuka sesi bimbingan
dengan menjelaskan tujuan dan kepentingan diskusi; memeriksa pemahaman.
2. Menetapkan tantangan kinerja: Menjelaskan dan mengklarifikasi kebutuhan
untuk pengembangan atau persiapan yang dibutuhkan untuk menjawab peluang baru
dalam pekerjaan; menjelaskan dampaknya terhadap individu, tim dan organisasi;
memberikan contoh spesifik dan data yang relevan.
3. Mempertahankan motivasi: Mengakui nilai, kemajuan dan kontribusi individu
tanpa mengurangi tantangan kinerja; berempati dengan kekhawatiran individu serta
tetap menekankan tanggung jawab atas tindakan yang telah disetujui bersama.
4. Melibatkan dan mengikutsertakan: Memberi pertanyaan untuk
mengklarifikasi isu-isu dan penyebabnya; secara kolaboratif mengembangkan sebuah
rencana dengan mencari dan membangun berdasarkan ide-ide orang lain;
menyeimbangkan antara bertanya dan memberi tahu.
5. Menawarkan dukungan: Menyediakan bantuan (secara langsung atau melalui
orang lain) dengan memberikan saran untuk pengembangan, contoh-contoh praktis
terbaik, sumber daya pengembangan, contoh positif, atau peluang untuk
bereksperimen; mengekspresikan keyakinan terhadap keinginan dan kemampuan
individu untuk menunjukkan kinerja efektif.
6. Menyusun rencana tindakan: Menyimpulkan tindakan yang spesifik yang akan
diambil oleh individu; menentukan akuntabilitas, rentang waktu, pengukuran
kemajuan, dan langkah tindak lanjut secara jelas; memastikan komitmen untuk
menjalankan tindakan pengembangan; memantau kemajuan dan hasil; mendorong dan
mengarahkan kembali aktivitas.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 5
MEMIMPIN PERUBAHAN DIGITAL 6
A. Transformasi Digital 6
B. Perubahan Dunia Akibat Transformasi Digital 8
C. Tantangan Pemimpin Untuk Adaptasi Perubahan dan Elemen Agility di Era
Digital 10
D. Kunci Peran Pemimpin Transfromasi Digital: Interaksi High Touch & Low
Touch 14
E. 5M Kepemimpinan 19
KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN 21
A. Pengertian Komunikasi 21
B. Empati 23
C. Tingkat Komunikasi Kepemimpinan 24
D. Keterampilan Komunikasi 25
E. Membangun Komunikasi 31
F. Respon dalam Komunikasi 35
G. Komunikasi Asertif 39
KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN 41
A. Directing & Controlling (Pengarahan & Pengawasan) 41
B. Delegating (Pendelegasian) 48
C. Coaching Error! Bookmark not defined.
KESIMPULAN 69
RENCANA TINDAKAN 69
MEMIMPIN PERUBAHAN DIGITAL
A. Transformasi Digital
Munculnya teknologi digital, dan disrupsi yang diciptakannya, membentuk kembali
perusahaan dan seluruh industri. Transformasi digital adalah proses mengubah
cara perusahaan memanfaatkan teknologi, orang, dan proses untuk meningkatkan
kinerja bisnis dan merangkul model bisnis baru. Transformasi ini bersifat budaya
dan mempengaruhi semua elemen bisnis termasuk penjualan, pemasaran, operasi dan
layanan pelanggan dan biasanya disertai dengan perpindahan ke teknologi cloud
modern. Transformasi digital adalah the real game changer untuk mengubah bisnis
menjadi lebih cepat, lebih aman, dan memberikan pengalaman pelanggan terbaik.
Ini mempercepat transformasi aktivitas bisnis, proses, kompetensi, dan model
untuk sepenuhnya memanfaatkan perubahan dan peluang teknologi digital dan
dampaknya di masyarakat dengan cara yang strategis.
Pemimpin transformasi digital yang efektif memahami outcomes apa yang penting
dan mendorong organisasi yang sukses. Mereka juga tahu bagaimana menghubungkan
inisiatif tersebut dengan orang, proses, dan teknologi yang diperlukan untuk
mencapainya, dan ahli dalam menampilkan perpaduan yang tepat antara pengetahuan
dan keterampilan untuk menghasilkan transformasi skala besar dalam organisasi.
Dengan transformasi digital yang meningkat, perusahaan mulai mengalami
pergeseran tanggung jawab di berbagai peran. Peran pemimpin transformasi penuh
dengan tantangan dan kurva pembelajaran. Menerapkan transformasi digital dalam
bisnis adalah tentang membayangkan kembali bagaimana organisasi berfungsi, mulai
dari prosesnya hingga sistemnya, hingga datanya, hingga pengalaman pelanggannya,
hingga manusianya.
-->
-->
-->
-->
-->
Saat ini dunia sedang bergerak berubah dan mengalami percepatan perubahan
teknologi. Perusahan menempatkan prioritas pada 3 bidang yang memerlukan
transformasi digital, yaitu bidang hubungan pelanggan, penjualan pemasaran, dan
operasional. Keterlibatan peran pemimpin berkisar 71%-83% menggerakkan proses
transfomasi digital di perusahaan.
Lebih jauh lagi, pemimpin memiliki tanggung jawab pengelolaan anggaran yang
berkisar 9%-12% yang dialokasikan untuk investasi pada transformasi digital dan
solusi digital generasi baru. Peran pemimpin untuk dapat memimpin perubahan dan
transformasi digital sangat berdampak pada 3 faktor penting bagi perusahaan,
yaitu peningkatan kualitas perencanaan dan pengambilan keputusan, pertumbuhan
pendapatan, dan tingkat keuntungan yang lebih baik. Dalam dua tahun kedepan,
pemimpin dihadapkan dengan peningkatan tanggung jawab untuk dapat memberikan
hasil pada proses transformasi digital.
Hanya saja, hampir dari 50% investasi digital dari seluruh dunia gagal
menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari modal yang dikeluarkan.
Dari Investasi 150-350 juta USD, hanya beberapa perusahaan saja yang berhasil
mendapatkan pendapatan 500 juta-1 Milyar USD yang berdampak langsung pada
peningkatan pendapatan dalam proses transformasi digital. Hasil survei
menunjukkan bahwa hanya 20 perusahaan yang betul-betul dapat menghasilkan
tingkat pengembalian investasi 25% ke atas.
C. Tantangan Pemimpin Untuk Adaptasi Perubahan dan Elemen Agility di Era Digital
Dalam transformasi digital, seorang pemimpin harus dapat menguasai 2 hal yaitu
tuntutan adaptasi perubahan dan elemen agility sebagai bagian dari perilakunya.
1. Tuntutan Adaptasi Perubahan
Tuntutan adapatasi perubahan muncul karena adanya tuntutan yang datang dari
perkembangan situasi (context) pelanggan, persaingan, dan perusahaan. Ketiga
perkembangan ini akhirnya melahirkan percepatan perubahan. Jika dahulu sering
ditemukan mitos “berubah atau mati”, maka saat ini kenyataan saat ini
menunjukkan dengan jelas bahwa perubahan adalah kewajiban. Percepatan perubahan
ini perlu dipahami sebagai bagian dari transformasi digital.
a. Pelanggan
Perkembangan digital membuat pelanggan memiliki kemudahan akses untuk
mendapatkan informasi. Banyaknya paparan informasi membuat pelanggan mendapatkan
beragam jenis edukasi dan pengetahuan, yang kemudian berdampak pada perubahan
kebutuhan yang berlangsung begitu cepat. Contohnya, pengguanaan Qris sebagai
alat pembayaran meningkat pesat sejak semakin dikenalnya mobile banking. Fitur
NFC untuk mengisi e-wallet/e-money sekarang menjadi fitur wajib bagi bisnis.
Pelanggan berinteraksi dengan lebih leluaasa melalui aplikasi dan ruang maya
(low touch) tanpa perlu bertatap muka secara langsung (high touch). Komunikasi
melalui media digital dengan segala fasilitas maupun keterbatasannya menjadi
lazim untuk dilakukan. Pemimpin dan timnya dituntut untuk dapat memahami
perasaan dan situasi yang terjadi pada pelanggan bahkan tanpa menemui pelanggan
secara langsung, melainkan hanya melalui media komunikasi digital.
Dengan adanya kehidupan digital, maka lahirlah generasi pelanggan yang terbiasa
hidup tanpa terpisah dari alat digital (digital native). Pelanggan yang terbiasa
dengan pola hidup digital akan menuntut pemenuhan kebutuhan secara cepat dan
tepat. Kepuasan pelanggan akan diukur dari pengalaman yang dirasakan selama
berinteraksi dengan perusahaan melalui tatap muka dan media digital yang
digunakan. Senyum ramah saja tanpa ada dukungan digital yang mudah akan dirasa
sebagai pengalaman yang terasa kurang bagi digital native.
b. Persaingan
Adanya tuntutan pelanggan yang semakin cepat berubah membuat arah persaingan
semakin mengedepankan inovasi, bahkan jika perlu menciptakan disrupsi yang dapat
mengubah cara bisnis menjadi betul-betul berbeda. Contohnya, keberadaan
marketplace dan fasilitas belanja online membuat para pelaku bisnis
berlomba-lomba menyempurnakan layanan digital untuk dapat memberikan layanan
yang lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Aplikasi digital juga
melahirkan transparansi harga, dengan hanya 1 klik jari, pelanggan bisa langsung
tahu harga, kualitas dan tampilan fisik tanpa harus meninggalkan rumah. Media
sosial tidak bisa dipisahkan sebagai bagian dari upaya memenangkan persaingan
melalui integrasi proses berbasis digital. Korporasi besar sekarang juga
mendapatkan ancaman dari menjamurnya start up. Revolusi teknologi internet
membuat semua usaha masuk ke ranah digital sehingga 90% bisnis sudah masuk ke
arah digital. Persaingan menuntut pelaku bisnis wajib menyesuaikan diri dengan
tuntutan adaptasi digital.
c. Perusahaan
Dengan adanya kondisi pelanggan dan persaingan, perusahaan harus merespon untuk
dapat menjawab tantangan. Produk yang dijual saat ini mengharuskan perusahaan
untuk masuk ke era digital. Produk adalah layanan, dalam arti produk yang dibuat
harus dilengkapi dengan layanan sebagai bagian yang tidak terpisah. Produk harus
mudah dicari dan mudah untuk diakses melalui saluran digital. Perusahaan juga
mengalami ledakan data. Informasi yang masuk seringkali harus dikelola untuk
menjadi data yang relevan. Dengan adanya tuntutan kerja sama untuk dapat
memenangkan persaingan, perusahaan menerapkan adanya hubungan kerja struktural,
fungsional, teritorial dan gugus tugas serta proyek lintas unit.
Hubungan-hubungan kerja ini membentuk jejaring kolaborasi yang kompleks.
Lalu, apa yang terjadi ketika salah satu komponen dari elemen Agility tidak
dikuasai?
Tanpa Velocity
Focus
Flexibility
Pemimpin lambat dalam menjalankan perubahan sehingga sulit untuk beradaptasi
Velocity
Tanpa Focus
Flexibility
Pemimpin bersikap sembrono karena bertindak di luar dari sasaran organisasi
Velocity
Focus
Tanpa Flexibility
Pemimpin justru melumpuhkan organisasi karena tidak empati bahkan menjadi sumber
konflik
Velocity
Focus
Flexibility
Pemimpin sukses dengan cepat mengarahkan adaptasi, bertindak selaras dengan
sasaran perusahaan dan membangun kerja sama
Berdasarkan dari 2 faktor perilaku yang harus dikuasai, maka seorang pemimpin di
era digital harus dapat menguasai tuntutan pemimpin digital. Pada prinsipnya,
pemimpin perlu menjalankan 3 elemen Agility untuk dapat beradaptasi dengan 3
tuntutan perubahan untuk dapat sukses menjalankan peran transformasi digital.
Pemimpin dapat menjalankan:
a. Elemen Agility untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pelanggan
b. Elemen Agility untuk dapat memenuhi tuntutan perusahaan
c. Elemen Agilty untuk dapat tanggap terhadap dinamika situasi persaingan
TUNTUTAN PEMIMPIN DIGITAL
PENGUASAAN ELEMEN AGILITY
Adaptasi tantangan digital
Velocity
Focus
Flexibility
Pelanggan
Membaca perubahan kebutuhan pelanggan
Merumuskan tindakan perbaikan yang memenuhi kebutuhan pelanggan
Merespon dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan pelanggan
Perusahaan
Mengatasi hambatan perilaku tim dalam beradaptasi dengan perubahan
Menjalankan tindakan perbaikan yang sejalan dengan sasaran tim mauun visi
perusahaan
Membangun kecepatan tim dalam merespon tuntutan perusahaan
Persaingan
Tanggap dan responsif terhadap situasi bisnis serta bersedia berbagi informasi
kepada tim
Mengatasi tekanan lingkungan dengan mengarahkan eksekusi tim agar tetap fokus
pada sasaran organisasi
Menyesuaikan perilaku tim untuk mencari cara-cara baru yang kreatif untuk
menghasilkan inovasi
Kesembilan tuntutan ini menjadi kunci seorang pemimpin untuk dapat menempa
dirinya untuk mempersiapkan diri memimpin tim dalam era digital. Perubahan yang
berjalan begitu cepat membuat banyak orang menanti peran aktif dari pemimpin
untuk merespon dan membantu orang lain beradaptasi.
D. Kunci Peran Pemimpin Transfromasi Digital: Interaksi High Touch & Low Touch
Pergeseran ini tidak lantas langsung membuat pemimpin menjadi sekadar bagian
mesin teknologi. Lebih jauh lagi, pergeseran ini justru menempatkan manusia
sebagai pusat dalam komunikasi karena semua interaksi akan bertumpu pada
penguasaan seorang pemimpin untuk dapat bertatap muka secara langsung maupun
menggunakan media digital. Kepemimpinan masa kini menuntut pembinaan hubungan
tim yang relevan dengan situasi kerja, tujuan bisnis secara spesifik dan
membantu tim dalam adapatasi perubahan. Saat SDM kita memahami pergeseran ini,
komunikasi kepemimpinan yang terjadi baik secara interaksi sosial tinggi maupun
interaksi sosial rendah akan digunakan untuk mencapai sasaran kinerja yang
diharapkan. Kedua bentuk hubungan pelanggan akan saling melengkapi.
ASPEK
PENDEKATAN INTERAKSI SOSIAL TINGGI
PENDEKATAN INTERAKSI SOSIAL RENDAH
INTERAKSI
Tatap muka, meeting, event, gathering
Media sosial, chat, group chat, komunitas, virtual relation, learning platform,
webinar, apps, EDC, QRIS
KARAKTERISTIK
Keramahan, kesopanan, kehangatan suasana, pengalaman interaksi
Kecepatan, aksesbilitas, kemudahan, solusi masalah
DIMENSI PELAYANAN
Pendengaran, pengamatan, perasaan
Pendengaran, pengamatan, perasaan, membaca, penguasaan teknologi komunikasi,
pembelajaran baru
E. 5M Kepemimpinan
Dalam menjalankan peran sebagai pemimpin tranformasi digital, pemimpin harus
memahami cara adapatasi tuntutan perubahan dan menguasai elemen Agility. Kedua
hal ini digunakan untuk dapat menjadi pemimpin tim dengan peranan sebagai
berikut:
a. Managing People
Organisasi terdiri dari kumpulan orang dan jiwanya ada pada faktor manusia.
Seorang pemimpin harus dapat membangun kepercayaan, mendapat kepercayaan, dan
membimbing orang lain untuk dapat terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan
situasi perubahan.
b. Managing Customer
Pelanggan adalah fokus utama perusahaan untuk dapat dipahami kebutuhannya.
Berdasarkan kebutuhannya, pemimpin harus dapat berempati terhadap perubahan
kebutuhan pelanggan, mempelajari hal-hal baru dengan cepat, dan melakukan
tindakan perbaikan agar produk layanan yang diberikan bisa memuaskan pelanggan.
c. Managing Information
Pada era digital, pemimpin dituntut untuk bisa beradaptasi dengan pola hidup
digital. Kemampuan adaptasi pada kehidupan digital juga diikuti dengan kemampuan
dalam pengelolaan informasi. Informasi perlu dikelola sehingga dapat diseleksi
dan dikonfirmasi untuk memastikan ia dapat dijadikan data yang relevan dalam
proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan eksekusi tindakan.
d. Managing Solution
Kemampuan menganalis permasalahan dan mengambil keputusan untuk menghasilkan
solusi yang dibutuhkan organisasi sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
Pemecahan masalah dapat dilakukan menggunakan perangkat-perangkat yang dapat
membantu memahami akar masalah sebenarnya. Pengambilan keputusan tentang solusi
mana yang akan dijalankan juga dapat dipertanggunjawabkan dengan turut
mempertimbangkan faktor risiko dan tindakan antisipatif.
e. Managing Result
Pemimpin akan diuji dalam proses eksekusi dan realisasi perencanaan yang sudah
dilakukan. Proses eksekusi tidak bisa dipisahkan dari upaya membangun
kolaborasi, membantu anggota tim untuk dapat beradaptasi dengan perubahan, dan
mengatur pekerjaan agar dapat terselesaikan sesuai dengan sasaran kinerja yang
ditetapkan.
Catatan:
KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN
A. Pengertian Komunikasi
Secara sederhana, komunikasi adalah tindakan mentransfer informasi dari satu
tempat, orang atau kelompok, ke tempat lain. Tindakan ini dapat dilakukan
melalui vokal (menggunakan suara), tertulis (menggunakan media cetak atau
digital), secara visual (menggunakan logo, peta, bagan, atau grafik) atau
non-verbal (menggunakan bahasa tubuh, gerak tubuh, atau nada suara), atau sering
kali merupakan kombinasi dari beberapa di antaranya. Dengan kata lain, kemampuan
komunikasi adalah tentang kemampuan menyampaikan informasi dari satu orang ke
orang atau pihak lain. Kemampuan untuk mengomunikasikan informasi secara akurat,
jelas, dan sesuai tujuan, merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan oleh
seorang pemimpin organisasi.
Salah satu prinsip yang perlu dipahami dalam komunikasi adalah bahwa komunikasi
merupakan proses dua arah, yang melibatkan pengiriman dan penerimaan informasi,
di mana keduanya merupakan proses yang sama pentingnya. Komunikasi dikatakan
efektif jika tercapai mutual understanding, atau saling pengertian antara pihak
yang mengirim informasi dengan pihak yang menerima.
Dalam era digital sekarang, di mana interaksi dalam organisasi bergerak ke arah
low touch atau pendekatan interaksi sosial rendah, upaya membangun empati
terhadap orang lain, baik anggota tim, rekan kerja lain, hingga pelanggan pun
perlu menyesuaikan diri. Ketika komunikasi termediasi media digital lebih
mendominasi seperti saat ini, kita perlu belajar menggunakan empati digital
untuk dapat memahami pihak yang dituju. Menurut pakar komunikasi Dr. Yonty
Friesem, empati digital adalah sebuah kemampuan kognitif dan emosional untuk
menjadi reflektif dan bertanggung jawab secara sosial saat menggunakan media
digital. Empati digital dalam konteks komunikasi di sini adalah kemampuan kita
untuk dapat memahami perasaaan dan situasi yang disampaikan melalui media
digital.
D. Keterampilan Komunikasi
Terdapat tiga keterampilan komunikasi yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin
dalam menjalankan tugasnya, yaitu:
1. Verbal Communication (Komunikasi Verbal)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘verbal’ diartikan sebagai ‘secara
lisan (bukan tertulis)’. Namun dalam konteks komunikasi, komunikasi verbal tidak
terbatas pada komunikasi yang dilakukan secara lisan saja. Komunikasi verbal
adalah komunikasi yang dilakukan menggunakan kata-kata untuk berbagi informasi
dengan orang lain. Kata-kata ini dapat diucapkan secara lisan ataupun
dituliskan. Komunikasi ini membutuhkan pembicara (atau penulis) untuk
menyampaikan pesan, dan pendengar (atau pembaca) untuk memahami pesan tersebut.
Komunikasi verbal yang efektif tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari dua
keterampilan komunikasi lainnya. Keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam
komunikasi verbal adalah:
a. Effective Speaking: kata-kata yang dipilih, bagaimana mengatakannya, dan
bagaimana memperkuatnya dengan komunikasi non-verbal lain.
b. Listening: mendengarkan, melihat, menonton, membaca, kemudian
menginterpretasikan dan mencoba memahami pesan yang disampaikan orang lain.
Pada era digital, komunikasi verbal dapat dipahami sebagai komunikasi yang
dilakukan menggunakan kata-kata, yang dapat disampaikan secara lisan maupun
tertulis, dalam interaksi high touch maupun low touch. Kesuksesan komunikasi ini
ditentukan dari cara pesan dikirimkan, memastikan pesan diterima dan memahami
pesan dengan persepsi yang sama.
b. Gestures (gerakan badan): gerakan dan isyarat yang disengaja adalah cara
penting untuk mengomunikasikan pesan tanpa kata-kata. Melambai, menunjuk,
mengacungkan jempol, mengangguk, menggeleng, merupakan contoh gerakan tubuh yang
umum digunakan, namun pemaknaannya tetap kembali pada budaya masing-masing
tempat.
c. Paralinguistics (cara berbicara): mengacu pada komunikasi vokal yang terpisah
dari bahasa yang sebenarnya, mencakup faktor-faktor seperti nada suara,
kenyaringan, infleksi, dan nada. Paralinguistik merupakan Jenis komunikasi yang
berkaitan dengan cara bagaimana seseorang mengucapkan atau menyampaikan pesan.
Kata-kata yang sama yang diucapkan dengan nada kuat dan nada ragu-ragu dapat
menyebabkan interpretasi yang berbeda.
d. Body Language and Posture (bahasa tubuh dan postur): dapat menunjukkan
perasaan dan sikap, seperti bagaimana seseorang berdiri atau duduk, menyilangkan
tangan atau kaki, dan semacamnya.
e. Proxemics (jarak): sering disebut sebagai kebutuhan orang-orang akan "ruang
pribadi" yang menentukan tingkat keintiman. Jumlah jarak yang dibutuhkan dan
jumlah ruang yang kita anggap milik kita dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah norma sosial, ekspektasi budaya, faktor situasional,
karakteristik kepribadian, dan tingkat keakraban. Dalam komunikasi yang
termediasi media digital, jarak virtual dapat diatur melalui fitur-fitur yang
disediakan platform media.
f. Eye Contact (tatapan mata): mata seseorang dapat menunjukkan berbagai emosi,
termasuk permusuhan, minat, dan ketertarikan. Kontak mata yang normal dan stabil
sering dianggap sebagai tanda bahwa seseorang mengatakan yang sebenarnya dan
dapat dipercaya. Mata yang berubah-ubah dan ketidakmampuan untuk mempertahankan
kontak mata, di sisi lain, sering dilihat sebagai indikator bahwa seseorang
berbohong atau menipu.
g. Haptics (sentuhan): sentuhan dapat digunakan untuk mengomunikasikan kasih
sayang, keakraban, simpati, dan emosi lainnya, juga mengomunikasikan status dan
kekuasaan.
h. Appearance (penampilan): pilihan pakaian, gaya rambut, warna-warna yang
digunakan dan faktor penampilan lainnya dapat menunjukkan suasana hati
yang berbeda, mengubah reaksi fisiologis, penilaian, dan interpretasi.
Bagaimanapun, kesan pertama dalam interaksi merupakan hal penting, itulah
sebabnya para ahli menyarankan agar pencari kerja berpakaian dengan tepat dalam
wawancara kerja. Faktor budaya berpengaruh penting pada bagaimana penilaian
terhadap penampilan.
Mendengarkan berarti memberikan perhatian tidak hanya pada cerita, tetapi juga
pada bagaimana cerita itu diceritakan, penggunaan bahasa dan suara, dan
bagaimana orang lain menggunakan tubuhnya ketika bercerita. Kemampuan untuk
mendengarkan secara efektif tergantung pada sejauh mana pendengar menerima dan
memahami pesan.
DISKUSI: PEMAHAMAN KOMUNIKASI
Isilah tabel di bawah dengan pengetahuan dan mengenai keterampilan komunikasi,
dan perbedaannya sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran.
PEMAHAMAN SEBELUM
JENIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI
PEMAHAMAN SESUDAH
Verbal
Nonverbal
Listening Skill
E. Membangun Komunikasi
Berikut adalah 3 cara yang dapat digunakan dalam membangun komunikasi dengan
orang lain:
1. Rapport
Rapport adalah hubungan yang harmonis antara orang-orang yang saling percaya.
Upaya membangun hubungan ini adalah tentang bagaimana orang-orang bisa saling
terhubung, mengidentifikasi perasaan bersama, dan menjalin komunikasi dua arah.
Hubungan baik berkembang dari percakapan yang bermakna dan kesediaan untuk
merangkul sudut pandang yang berbeda. Rapport menjadi penting dalam komunikasi
karena memungkinkan kita untuk terhubung dan membangun hubungan dengan orang
lain, yang kemudian dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi dan
membantu menciptakan lingkungan sosial maupun lingkungan kerja yang lebih
nyaman. Hubungan baik memfasilitasi pengembangan kecerdasan emosional dan
keterampilan interpersonal.
Dibutuhkan upaya yang luar biasa untuk mampu meluangkan perhatian dan waktu
untuk membangun rapport di awal proses komunikasi, sebelum berlanjut ke proses
pertukaran informasi yang lebih serius. Membangun hubungan membutuhkan sejumlah
keterampilan sosial yang diperlukan untuk berkomunikasi secara efektif dengan
orang lain. Teknik membangun rapport antara lain:
a. Mengingat nama orang: hal ini menunjukkan bentuk perhatian dan minat pada
orang lain. Mengingat nama orang dapat membangun kepercayaan serta membuka jalan
bagi dialog yang terbuka dan komunikasi yang baik.
b. Menemukan kesamaan: berhubungan dengan orang lain melalui upaya
mengidentifikasi pengalaman, sifat, atau pendapat bersama adalah cara yang cukup
baik untuk menemukan kesamaan. Empati dari rasa memiliki kesamaan ini adalah
alat penting untuk secara nyata terhubung dengan individu lain, karena dapat
menunjukkan pemahaman tentang perasaan dan pengalaman mereka.
c. Mendengarkan secara aktif: ini berarti kita memberikan perhatian penuh kepada
seseorang yang sedang berkomunikasi dengan kita. Ini adalah keterampilan
komunikasi yang penting karena mendorong keterbukaan dan kejujuran. Jika
seseorang merasa didengarkan, kemungkinan besar mereka akan mendengarkan kita
sebagai balasannya, yang kemudian dapat mempermudah dalam pembangunan hubungan
yang baik.
d. Mengajukan pertanyaan: Saat kita mengajukan pertanyaan lanjutan selama
percakapan, itu berarti kita mendengarkan dengan seksama, menunjukkan minat pada
sudut pandang pembicara, dan ingin tahu lebih banyak. Mengajukan pertanyaan
dapat menghilangkan obrolan yang tidak nyaman dan membantu kita terlibat dalam
percakapan yang lebih bermakna.
e. Memperhatikan bahasa tubuh: komunikasi nonverbal sangat penting untuk
membangun hubungan baik. Perhatikan isyarat dan perilaku nonverbal kita (baik
postur tubuh, kontak mata, hingga ekspresi wajah). Ketika seseorang berbicara
kepada kita, hadapi mereka, buat kontak mata yang nyaman, dan cerminkan ekspresi
mereka saat mereka berbicara. Ini menunjukkan bahwa kita peka terhadap perasaan
mereka. Berhati-hatilah dengan bahasa tubuh yang menandakan ketidaktertarikan,
seperti terus menerus melihat telepon atau jam, yang dapat merusak hubungan
pribadi dan hubungan kerja.
f. Menunda atau menyimpan penilaian: hubungan yang baik berkembang ketika
seseorang memahami bahwa mereka dapat berbagi perasaan dan ide-ide mereka tanpa
takut dihakimi. Ketika teman, keluarga, atau rekan kerja sedang berbicara, tahan
kritik kita dan hanya bagikan saran atau informasi jika mereka memintanya. Jika
kita merasa perlu menawarkan kritik, tekankan kepositifan dan fasilitasi
keterbukaan.
2. Pacing-Leading
Banyak hasil observasi yang menemukan bahwa orang-orang yang saling menyukai dan
memiliki kontak yang mendalam satu sama lain beradaptasi satu sama lain dalam
perilaku ekspresif mereka. Dalam teknik Pacing-Leading, prinsip ini juga dapat
dibalik menjadi: dengan menyesuaikan perilaku ekspresif dengan yang lain,
persesuaian (rapprochement) dapat dibuat. Pacing-Leading dilihat sebagai gaya
linguistik digunakan setiap hari dalam percakapan normal, sehingga kadang sulit
untuk mengenalinya.
Cara ini digunakan dalam banyak situasi. Misalnya, dalam copywriting di bidang
pemasaran, teknik ini digunakan untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar, dan
membuat mereka merasa seolah-olah kita berbicara langsung kepada mereka dengan
menggunakan apa yang kita ketahui benar tentang target pasar, mengikatnya pada
emosi, dan mengarahkan mereka ke kesimpulan yang logis.
Strategi ini dapat diterapkan pada berbagai komponen komunikasi ketika digunakan
untuk membangun hubungan dengan seseorang: bahasa tubuh, tingkat energi, dan
nada suara.
a. Body Language (bahasa tubuh).
Bahasa tubuh membentuk sebagian besar komunikasi kita, baik disadari maupun
tidak. Strategi Matching-Mirroring yang dilakukan untuk mengadopsi aspek-aspek
tertentu dari bahasa tubuh seseorang akan membuat mereka lebih tenang dan lebih
nyaman dalam berinteraksi dengan kita. Misalnya, ketika berbicara dengan orang
yang baru saja ditemui, yang memiliki sikap sangat pendiam dan tenang,
pendekatan dengan gerakan yang aktif dan terus-menerus menepuk punggung mereka
atau menggunakan sarana komunikasi fisik lainnya kemungkinan besar akan membuat
mereka merasa tidak nyaman dan kewalahan. Menyesuaikan gaya bahasa tubuh kita
dengan mereka yang lebih pendiam akan membuat mereka merasa aman berada di
sekitar kita dan membuat mereka lebih nyaman membuka diri untuk dapat
mengembangkan hubungan.
Bagi orang lain yang diajak berkomunikasi, respons agresif dari kita bisa
menjadi pengalaman yang menakutkan atau menyedihkan yang dapat membuat penerima
bertanya-tanya apa yang menyebabkan perilaku seperti itu atau apa yang telah dia
lakukan sehingga pantas menerima agresi. Dengan menjadi agresif terhadap orang
lain, hak dan harga diri mereka dirusak oleh respons kita.
2. Pasif
Merespons secara pasif atau tidak tegas cenderung berarti menuruti keinginan
orang lain dan dapat merusak hak dan kepercayaan diri individu. Banyak orang
mengadopsi respons pasif karena memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai oleh
orang lain. Orang-orang ini tidak menganggap diri mereka setara, karena mereka
lebih mementingkan hak, keinginan, dan perasaan orang lain. Menjadi pasif
menghasilkan kegagalan untuk mengomunikasikan pikiran atau perasaan dan
mengakibatkan orang lain melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin mereka
lakukan dengan harapan dapat menyenangkan orang lain. Ini juga berarti bahwa
mereka mengizinkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab, untuk memimpin dan
membuat keputusan untuk mereka.
Jika kita dikenal sebagai orang yang tidak bisa berkata tidak, kita akan
dibebani dengan tugas oleh rekan kerja dan atasan, padahal beban kerja yang ada
sebenarnya sudah cukup berat dan tugas sudah menumpuk banyak hingga kita
kekurangan waktu istirahat. Ketika merespons secara pasif, kita menampilkan diri
sendiri dalam sudut pandang yang kurang positif atau merendahkan diri kita
dengan cara tertentu. Jika terus-menerus meremehkan diri sendiri dengan cara
ini, kita akan cenderung merasa lebih rendah dari orang lain. Sementara penyebab
mendasar dari perilaku pasif seringkali adalah rasa percaya diri dan harga diri
yang buruk, dengan sendirinya hal itu dapat semakin mengurangi perasaan harga
diri, dan kemudian menciptakan lingkaran setan.
3. Pasif Agresif
Seseorang yang pasif seringkali membiarkan orang lain mengambil kendali,
sementara seseorang yang agresif lebih konfrontatif atau langsung memaksa. Jadi,
seseorang yang pasif-agresif mengerahkan kendali mereka atas situasi dengan cara
yang tidak langsung atau mudah dikenali. American Psychological Association
mendefinisikan pasif-agresif sebagai "perilaku yang tampaknya tidak berbahaya,
tidak disengaja, atau netral tetapi secara tidak langsung menampilkan motif
agresif yang tidak disadari.".
Seseorang yang pasif-agresif mungkin berulang kali mengklaim bahwa mereka tidak
marah atau bahwa mereka baik-baik saja, bahkan ketika mereka tampak marah dan
jelas-jelas tidak baik-baik saja. Dalam menyangkal apa yang mereka rasakan dan
menolak untuk terbuka secara emosional, mereka menutup komunikasi lebih lanjut
dan menolak untuk membahas masalah tersebut. Sikap pasif-agresif di tempat kerja
bisa jadi berbentuk perilaku menyindir rekan kerja, tidak menyelesaikan
pekerjaannya tepat waktu, atau menahan informasi penting seolah-olah menghukum
tim dengan tidak memberi mereka data yang dibutuhkan untuk bergerak maju.
4. Asertif
Assertiveness atau ketegasan berarti membela hak-hak pribadi, mengekspresikan
pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur, dan sesuai. Bersikap
asertif berarti mampu membela hak diri sendiri atau orang lain dengan cara yang
tenang dan positif, tanpa bersikap agresif, atau secara pasif menerima 'salah'.
Individu yang asertif akan mampu menyampaikan maksud mereka tanpa membuat orang
lain kesal, atau menjadi kesal sendiri. Penting untuk diingat juga bahwa dengan
bersikap asertif, maka kita harus selalu menghargai pikiran, perasaan dan
keyakinan orang lain. Mereka yang berperilaku asertif selalu menghargai pikiran,
perasaan dan keyakinan orang lain maupun dirinya sendiri. Sikap ini mendorong
orang lain untuk terbuka dan jujur tentang pandangan, keinginan, dan perasaan
mereka, sehingga kedua belah pihak bertindak dengan tepat.
Kita perlu menyadari berbagai cara berkomunikasi dan respons berbeda yang
mungkin ditimbulkan oleh setiap pendekatan dalam komunikasi yang dilakukan.
Penggunaan perilaku pasif, agresif, atau pasif-agresif dalam hubungan
interpersonal dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan bagi mereka yang
berkomunikasi dengan kita dan sangat mungkin nantinya menghambat langkah positif
ke depan.
Kita mungkin menyadari bahwa kita merespons secara berbeda ketika berkomunikasi
dalam situasi yang berbeda. Namun penting untuk diingat bahwa setiap interaksi
selalu merupakan proses dua arah dan oleh karena itu reaksi kita mungkin
berbeda, tergantung pada hubungan kita dengan orang lain dalam komunikasi.
2
“Hey, gimana sih….kok jadi saya yang mengerjakan semua tugas ini? Saya tadinya
berharap banyak dari kamu, Mayang. Kalau kamu tidak mau bekerjasama dengan
saya... Oke, fine … akan saya akan bicarakan ini dengan Pak Bambang.”
3
“Ketika saya menyanggupi untuk mengerjakan tugas ini, kita setuju untuk
mengerjakannya bersama-sama, tapi rasanya kok saya ya yang mengerjakan semuanya?
Saya mengerti kalau kamu juga banyak tugas lainnya, tapi saya juga butuh
bantuan. Bagaimana kita berbagi tugas ini supaya kita bisa mendapat porsi yang
sesuai untuk diri kita masing-masing?”
4
Anton mendiamkan Mayang berbulan-bulan, menghindari kontak mata dan menganggap
Mayang tidak ada. Mayang tidak diikutsertakan dalam rapat koordinasi. Ketika
Mayang datang untuk bertanya, Anton balik bertanya, “Kira-kira kamu tahu salahmu
apa?”
G. Komunikasi Asertif
Dari beberapa respons komunikasi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat
bahwa respons asertif merupakan pilihan yang baik dalam membangun hubungan baik
dengan orang lain. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjadi asertif di
antaranya adalah:
1. Fokus pada tujuan dan mengarahkan energi positif untuk mencapainya.
2. Berdiri tegak, berbicara jelas, tegas, dan melakukan kontak mata dengan lawan
bicara.
3. Meminta penjelasan kembali ketika tidak mengerti suatu hal.
4. Memberikan pujian dan kritik sesuai porsinya.
5. Mendengarkan.
6. Selalu positif.
Komunikasi yang dilakukan secara asertif terdiri dari dua bagian penting, yaitu:
1. Menyampaikan, yang dilakukan dengan:
a. Jujur: jujur dalam mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan, selaras
antara kata dan bahasa tubuh, satu suara dengan orang-orang lainnya, serta
menggunakan cara penyampaian yang tulus dan spesifik.
b. Langsung: langsung pada tujuan, fokus, dan tidak bertele-tele, berbicara
dengan data dan fakta, bukan asumsi atau opini.
c. Menghargai orang lain: pandai memilih kata yang tepat dan tidak melukai
perasaan orang lain, tidak menghakimi dan menggunakan “kalimat saya”.
2. Mendengarkan dengan hati, yaitu mendengarkan apa yang dikatakan atau
dirasakan oleh lawan bicara tanpa prasangka, sehingga dapat memahami perasaan
serta menangkap fakta yang diungkap baik tersurat ataupun tersirat.
2
“Wah tadi Anda bicara banyak sekali di rapat. Biasanya karyawan pindahan
sebaiknya menahan diri dulu.”
3
” Saya kecewa dengan kinerja Anda selama sebulan ini, saya ingin tahu mengapa
Anda belum juga mencapai target kinerja yang telah kita sepakati di awal. Boleh
dijelaskan kepada saya mengapa hal ini terjadi?”
4
“Maaf, saya mau bertanya. Boleh saya tahu kenapa Anda terlambat?"
5
” Saya harus berterus terang bahwa manajemen terus memantau kinerja Anda selama
dua bulan ini, saya pikir kita perlu meluangkan waktu bersama-sama untuk
mendiskusikan masalah ini lebih jauh dan menemukan pemecahannya.”
6
” Saya sepakat bahwa Anda telah memenuhi target kinerja yang telah kita
sepakati. Namun ada masukan bahwa hubungan Anda dengan beberapa rekan kerja Anda
kurang harmonis, kita harus berdiskusi tentang hal ini.”
Catatan:
KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN
1. Directing
Directing atau pengarahan mengacu pada proses atau teknik menginstruksikan,
membimbing, menginspirasi, menasihati, mengawasi dan memimpin orang menuju
pencapaian tujuan organisasi. Ini adalah proses manajerial berkelanjutan yang
berlangsung sepanjang hidup organisasi. Keterampilan pengarahan ini berkaitan
langsung dengan faktor sumber daya manusia, karena juga memberikan arahan kepada
tim mengenai penggunaan sumber daya lainnya. Proses yang berkesinambungan ini
diperlukan untuk proses pencapaian tujuan.
2. Controlling
Controlling atau pengawasan merupakan proses membandingkan kinerja aktual dengan
yang diharapkan, dan mengambil tindakan korektif bila diperlukan, atau dengan
kata lain, memastikan bahwa kegiatan dalam suatu organisasi dilakukan sesuai
dengan rencana. Fungsi pengawasan juga memastikan bahwa sumber daya organisasi
digunakan secara efektif & efisien untuk pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.
3. Kendala Pengarahan
Empat kendala yang sering dihadapi pada saat pengarahan adalah:
a. Kendala lingkungan: merupakan kendala berasal dari kondisi, situasi,
fasilitas, atau lingkungan sekitar yang menghambat proses pengarahan yang
dilakukan. Misalnya: kondisi bising, tidak kondusif, tidak ada media komunikasi,
dan sebagainya.
b. Kendala sikap: merupakan kendala yang muncul dari dalam diri seseorang,
berupa sikap yang diambil dalam menerima pengarahan, yang dapat mempersulit atau
bahkan menggagalkan proses pengarahan. Misalnya, sikap negatif, menolak,
resistensi, dan lain sebagainya.
c. Asumsi yang salah: merupakan kendala yang timbul dari ketidakefektifan
komunikasi yang dilakukan, mengakibatkan tidak tercapainya mutual understanding
dalam proses pengarahan, yang nantinya bisa berujung pada kesalahan tindakan.
Misalnya, tidak memahami pesan yang disampaikan, salah mengerti makna pesan,
salah menyimpulkan arahan, dan lain-lain.
d. Perbedaan sosial budaya: merupakan kendala yang muncul akibat adanya
perbedaan faktor sosial dan budaya yang tidak dicoba disesuaikan dalam proses
pengarahan. Permasalahan dalam pengarahan bisa muncul karena kesalahan
penggunaan bahasa ketika mengarahkan, perbedaan bahasa yang digunakan oleh
pemimpin dan anggota tim, (misal: bahasa daerah atau bahasa negara lain),
intonasi yang tidak tepat, penggunaan simbol-simbol yang kurang sesuai, dan
sebagainya.
Berikut ini adalah lembar untuk mempermudah menetapkan sasaran dengan Praktik
43.
PENGARAHAN
HASIL: Apa yang harus dicapai oleh tim?
PENGAWASAN
PERIKSA: Sesuaikah usaha dengan hasil yang dicapai oleh tim?
EVALUASI: Apakah tim dapat mencapai semua indikator keberhasilan?
TINDAK LANJUT: Apa semua tugas tim sudah selesai? Apakah tim perlu melakukan
perbaikan? Apa apresiasi yang bisa diberikan kepada tim?
B. Delegating (Pendelegasian)
Seorang pemimpin biasanya bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan dalam
unit kerjanya, dengan mengkoordinasikan sumber daya dan anggota tim. Salah satu
cara untuk memastikan pekerjaan tersebut memenuhi harapan pemangku kepentingan
adalah dengan mendelegasikan tugas kepada anggota tim. Keterampilan
pendelegasian menggambarkan kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya kepada anggota tim. Keterampilan ini melibatkan
pengalihan tanggung jawab tugas kepada individu yang dipimpin dan mengarahkan
mereka pada langkah-langkah penyelesaian. Bentuk-bentuk pendelegasian yang biasa
dilakukan adalah:
1. Pendelegasian dengan memberikan arahan: anggota tim bertanggung jawab atas
tugas tersebut, sementara pemimpin membuat keputusan akhir sebagai pimpinan
mereka.
2. Pendelegasian riset untuk pengambilan keputusan: pemimpin dapat memutuskan
atau menyelesaikan tugas menggunakan temuan riset yang terdapat dalam laporan.
3. Pendelegasian dengan hak intervensi: memungkinkan anggota tim untuk
menyelesaikan tugas dan mempertahankan hak untuk membuat perubahan atau
membalikkan hasil.
4. Pendelegasian dengan hak persetujuan: melibatkan pemberian tugas kepada
anggota tim dan hak untuk menyetujuinya, memastikan pemimpin mempertahankan
kendali atas hasil tugas.
5. Pendelegasian dengan hasil pelaporan: pemberian tanggung jawab kepada anggota
tim dan meminta mereka melaporkan hasil mereka setelah selesai, memberdayakan
anggota tim dan menunjukkan kepercayaan sambil menjaga komunikasi.
6. Pendelegasian tanggung jawab penuh: pengalihan sepenuhnya tanggung jawab
tugas dan pengambilan keputusan kepada anggota tim, menunjukkan kepercayaan
penuh pada kemampuan individu untuk menyelesaikan tugas secara akurat.
Dari daftar tersebut, manakah pekerjaan Anda yang dapat didelegasikan? Tuliskan
nomornya saja.
Apa yang dapat Anda lakukan untuk bisa mendelegasikan tugas tersebut ?
Catatan:
C. Coaching
Coaching adalah proses komunikasi tatap muka untuk mengatasi masalah
keterampilan dalam menjalankan pekerjaaan. Coaching merupakan proses mendorong
anggota tim untuk bertindak secara benar, tepat, akurat, sesuai standar
keterampilan profesional. Dalam menerapkan langkah bimbingan pembinaan kepada
anggota tim, seorang pemimpin perlu melakukan metode Coaching yang tepat.
Coaching di tempat kerja adalah ketika satu orang, biasanya seorang pemimpin,
membantu seorang karyawan tumbuh dan mengembangkan keterampilan mereka. Seorang
coach di tempat kerja dapat membimbing karyawan untuk membangun keterampilan,
meningkatkan kinerja, dan memenuhi tujuan mereka.
Berikut beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan Coaching di dalam
tim:
1. Coaching adalah cara yang efektif bagi untuk menyiapkan anggota tim untuk
sukses. Ini karena tujuan utamanya adalah memberi mereka ‘alat’ yang mereka
butuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
2. Program Coaching yang tepat dapat memotivasi anggota tim untuk meningkatkan
dan bangga dengan pekerjaan mereka, yang mengarah pada kepuasan kerja yang lebih
tinggi dan peningkatan produktivitas.
3. Pemimpin juga dapat menggunakan Coaching untuk memvalidasi, mendukung, dan
memberdayakan anggota tim, meningkatkan tingkat keterlibatan dan komitmen
karyawan.
4. Studi telah menunjukkan bahwa eksekutif yang menerima Coaching di tempat
kerja dianggap bekerja 55% lebih efektif oleh rekan-rekan mereka. Coaching juga
memiliki efek positif pada efektivitas dan produktivitas tim.
5. Sesi Coaching satu lawan satu dapat membantu menumbuhkan budaya pembelajaran
dan pengembangan yang memiliki efek positif pada seluruh organisasi.
6. Coaching mendorong komunikasi, refleksi, dan koreksi diri. Ini membantu
karyawan menjadi lebih mandiri sehingga mereka dapat mengambil alih pekerjaan
mereka. Ini juga membantu pemimpin mengembangkan anggota tim yang lebih percaya
diri, karena orang-orang percaya bahwa mereka memiliki keterampilan yang tepat
untuk bekerja.
7. Ketika anggota tim lebih menyadari kekuatan dan kelemahan mereka, mereka
lebih siap untuk menghadapi tantangan dan memajukan pengembangan mereka.
Tahapan dalam melakukan Coaching dapat dilakukan dengan model GROW. Model GROW
adalah kerangka kerja Coaching yang digunakan dalam percakapan, rapat, dan
kepemimpinan sehari-hari untuk membuka potensi dan kemungkinan. GROW
dikembangkan pada 1980-an oleh coach bisnis Graham Alexander, Alan Fine, dan Sir
John Whitmore. Sejak itu, GROW menjadi model Coaching paling populer di dunia
untuk pemecahan masalah, penetapan tujuan dan peningkatan kinerja. Model ini
merupakan kerangka kerja yang sederhana namun kuat untuk menyusun sesi Coaching.
Cara berpikir yang baik tentang model GROW adalah dengan memikirkan bagaimana
kita akan merencanakan sebuah perjalanan. Pertama, memutuskan ke mana kita akan
pergi (tujuan), dan menetapkan di mana kita berada saat ini (realita saat ini).
Kemudian, kita menjelajahi berbagai rute (opsi) untuk sampai ke tujuan yang
telah diputuskan. Pada langkah terakhir, membangun kemauan, kita memastikan
komitmen untuk melakukan perjalanan, dan siap menghadapi rintangan yang mungkin
akan ditemui di sepanjang perjalanan.
Topik
Percakapan yang Dilakukan
* Meminta klien untuk membicarakan topik yang akan dibicarakan selama proses
Coaching.
* Pembicaraan awal mengenai topik.
* Memberikan kesempatan klien untuk eksplorasi masalah yang dirasakan.
* Mengamati perilaku klien di awal sesi.
* Anda ingin di-Coaching apa hari ini?
* Apa topik yang akan kita diskusikan?
* Area apa yang ingin kita kerjakan?
* Anda telah menceritakan banyak hal. Mana yang akan dibicarakan lebih dahulu?
* Tadi Anda menceritakan ……, dari sini mana yang akan dibicarakan?
* Mengapa hal ini penting bagi Anda? (refleksikan kembali, parafrase, akui
sebagaimana mestinya)
Setting Goal
Percakapan yang Dilakukan
* Menetapkan sasaran yang ingin dicapai.
* Memetakan topik yang akan dijadikan sasaran.
* Membantu klien untuk memahami sasaran dalam sesi Coaching.
* Menetapkan rencana sesi atas persetujuan klien.
* Berdasarkan topik yang dibicarakan, apa yang ingin Anda capai dalam percakapan
kita?
* Sasaran apa yang ingina Anda capai?
* Mengapa sasaran ini penting bagi Anda?
* Apa yang terjadi jika sasaran tidak tercapai?
* Bagaimana Anda tahu bahwa sasaran Anda sudah tercapai?
2. REALITY
Pada tahap ini, kita perlu menyadari kondisi dan posisi saat ini. Tujuannya
adalah untuk melihat jarak yang sesungguhnya antara keadaan saat ini dengan
tujuan yang ingin dicapai. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah:
a. Kesadaran mengenai seberapa jauh atau seberapa dekat realita saat ini dengan
tujuan.
b. Membangun self-awareness terhadap tantangan dan hambatan yang ada.
c. Tahap ini biasanya merupakan tahap yang paling memakan waktu, karena banyak
orang sulit untuk menerima fakta atau menghadapi kenyataannya saat ini.
d. Seorang pemimpim perlu membantu anggota timnya untuk dapat melihat situasinya
sendiri, mengakui hambatannya, dan mendeskripsikan masalah yang dihadapi.
3. OPTION
Pada tahap ini, anggota tim didorong untuk menghasilkan pilihan, membuat ide,
memberikan alternatif-alternatif solusi atau langkah-langkah yang bisa dilakukan
untuk mengurai masalah yang ada. Pada tahap ini, pemimpin yang melaksanakan
Coaching hanya melakukan brainstorming untuk membantu menggali dan menemukan
potensi dan pilihan solusi yang dapat dilakukan oleh anggota tim yang
di-Coaching, namun dengan memberi jarak agar anggota tim itu sendirilah yang
memunculkan gagasan dan pilihannya.
Jadi tahap Option adalah:
a. Fase untuk membuat alternatif solusi
b. Meminta klien untuk mencari berbagai alternatif solusi
c. Mengatasi hambatan dalam mencari solusi
d. Membuka kesempatan kepada klien untuk melihat celah solusi
e. Mendampingi klien untuk melihat ide-ide baru
Brainstorming
Percakapan yang Dilakukan
* Curah pendapat ide-ide yang dapat dilakukan klien.
* Mengarahkan klien untuk mengambil inisiatif dalam mencari ide.
* Membantu klien untuk dapat mencari ide-ide.
* Membantu klien untuk mengatasi hambatan mencari ide.
* Bagaimana cara Anda mengatasi masalah yang Anda rasakan?
* Sumber daya apa yang Anda butuhkan? Di mana Anda mencarinya? Siapa yang dapat
membantu Anda untuk mendapatkan sumber daya tersebut?
* Apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi masalah Anda? Ada cara lainkah?
Handling Trap
Percakapan yang Dilakukan
* Membantu klien untuk memahami konsekuensi pilihan.
* Membuat klien bertanggung jawab atas pilihannya.
* Membantu klien mengatasi hambatan emosinya untuk menjalankan pilihan.
* Mari kita lihat situasi ini. Dari sekian banyak pilihan yang ada, mana yang
akan Anda lakukan? Apa yang ingin Anda capai? Mana yang cocok?
* Bolehkah kita berbagi sudut pandang? Ini pendapat pribadi saya. Jadi, ……. Apa
konsekuensinya? Jika dilihat dari konsekuensinya seperti ini, apa ini masih bisa
dilakukan?
* Mari kita lihat pilihan-pilihan ini dari sudut pandang lain. Apakah pilihan
ini akan merugikan orang lain? Kalau merugikan, apa yang bisa dilakukan secara
berbeda?
4. WAY OUT
Tahap ini disebut juga sebagai tahap Willingness to Act, di mana pemimpin akan
membimbing anggota timnya dalam membuat komitmen untuk melakukan alternatif
solusi yang telah dipilihnya secara nyata dalam bentuk langkah-langkah yang
konkrit hingga mencapai tujuannya.
Sebagai sesi penutup, tahap ini adalah tahap yang paling menentukan karena
berkaitan dengan seberapa kuat dorongan yang dapat dibangun untuk merealisasikan
tindakan dan langkah nyata berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.
Action Plan
Percakapan yang Dilakukan
* Membantu peserta untuk menyimpulkan solusi.
* Membantu peserta untuk merencanakan action plan.
* Mengikat komitmen untuk menjalankan action plan.
* Apa yang dapat Anda simpulkan?
* Apa langkah selanjutnya? Apa langkah pertama Anda? Kapan? Apa strategi Anda?
* Bagaimana rencana tersebut terkait dengan pencapaian sasaran kita?
* Bisakah diringkas dari rencana tindakan kita?
Closure
Percakapan yang Dilakukan
* Berikan apresiasi dari klien
* Ucapan terima kasih
* Konfirmasi dan afirmasi
* Saya sangat menghargai …...
* Saya mengucapkan terima kasih karena (berikan apresiasi atas perilaku)
* Terima kasih atas pertemuannya
* Kita akan bertemu lagi pada tanggal …… waktu ….
* Saya yakin Anda akan menjalankan ……
Kompetensi
Persyaratan
Aktual
Achievement Orientation
ACH
3
3
Building Trust
BTR
3
3
Continuous Learning
CLE
3
3
Custumer Focus Orientation
CFO
3
2
Collaboration
COL
3
2
Analysis
ANA
3
3
Managing Work
MWO
3
2
Kekuatan
* Sering menetapkan sasaran yang tinggi bagi dirinya. Bersedia untuk menerima
tantangan pekerjaan.
* Berusaha untuk membangun kepercayaan dengan pendekatan personal
* Mampu menganalisis permasalahan di unit kerja dan menunjukkan kemampuan
pemecahan masalah secara sistematis.
* Tertarik pada hal-hal baru didukung dengan cepat memperbaharui perkembangan
teknis.
Area Pengembangan
* Sering merasa tidak percaya diri. Dalam proses interaksi seperti diskusi
kelompok, ia tampak menarik diri dan lebih banyak menjadi pengamat.
* Kurang mengenal pelanggan karena selama ini fokus pada tugas-tugas yang
bersifat teknis.
* Perlu mengatur prioritas waktu dan kegiatan karena banyak menggunakan arahan
dari atasan. Ia sulit untuk mengatur tugas-tugas yang datang secara bersamaan.
RENCANA TINDAKAN
rkshop Report – INSTITUTE FOR LEADERSHIP & LIFE MANAGEMENT Page 1 of 17