You are on page 1of 11

MAKALAH

( Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Hadits Tarbawi )


KEWAJIBAN BELAJAR DAN MENGAJAR

Dosen Pengampu : Eni Nurfaizah S.Pd. M.M

Oleh:

Nurul Izzah Nadeak


NIM: 21-02-0025

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI)

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

Hidayatullah Batam

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.
Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya
adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Kewajiban Belajar dan Mengajar”. Banyak kesulitan dan
hambatan yang penulis hadapi dalam membuat tugas ini tapi dengan semangat dan kegigihan
serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas ini
dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah pembelajaran Hadits Tarbawi ustadzah Eni Nurfaizah S.Pd. M.M

Penulis menyimpulkan bahwa tugas ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis
menerima saran dn kritik, guna kesempurnaan tugas ini dan bermanfaat bagi Penulis dan
pembaca pada umumnya.

Batam, 24 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 2

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan 3

BAB II. PEMBAHASAN 4

A. Pengertian Belajar 5

B. Belajar atau Menuntut Ilmu Serta Mengajarkannya 6

C. Keutamaan Mengajar 5

D. Ancaman Bagi Orang yang Menyembunyikan atau Kikir Terhadap Ilmunya 6

BAB III. PENUTUP 4

A. Kesimpulan 5

B. Saran 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menuntut ilmu atau juga belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
manuisa demi mewujudkan kehidupan yang Bahagia di dunia maupun di akhrat. Agama
islam juga menganjurkan setiap manusia untuk senantiasa belajar. Bahkan agama yang di
Rahmati allah ini mewajibkan kepada setiap manusia yang beriman untuk belajar.
Begitupula dengan mengajar, setelah seseorang mendapat ilmu dari hasil belajarnya maka
haruslah ia membagikan ilmu yang telah ia dapat dengan mengajarkannya kepada orang
lain, guna agar ilmu yang telah di dapat itu berguna bagi manusia lainnya.

Dalam islam proses belajar dan mengajar tidak hanya dilakukan dalam kurun
waktu yang terbatas saja, tetapi dilaksanakan selama ia hidup atau sepanjang usianya.
Agama islam selalu memotivasi pemeluknya agar selalu memperdalam kualitas
keilmuannya dan juga pengetahuannya bai kia tua ataupun muda, laki-laki ataupun
perempuan, kaya maupun miskin semua itu setara dalam pandangan agama islam dan
tentu juga setara dalam hal kewajibannya menuntut ilmu atau belajar. Menuntut ilmu
dengan mempelajari pengetahuan-pengetahuan tentang urusan akhirat dan juga terkait
urusan dunia. Mempelajari keduanya agar manusia itu dapat mencapai kebahagiaan
akhirat dengan melalui jalan kehidupan di dunia ini.

B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan hadits tentang kewajiban belajar
b. Jelaskan hadits tentang mengajar
C. Tujuan
a. Agar pembaca mengetahui hadits tentang kewajiban belajar dan mengajar
b. Agar pembaca dapat memahami betapa wajibnya belajar dan juga mengajar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan diri seorang individu sehingga sikap
dan perilakunya mengalami perkembangan. Segala aktivitas dan pencapaian hidup
manusia itu sendiri adalah hasil dari belajarnya. Kitapun hidup sesuai denga napa yang
telah kita pelajari dan bekerja pun sesuai dengan apa yang telah kita pelajari. Belajar
tidak hanya sekedar sebuah pengalaman.
Belajar ialah sebuah proses, dan bukan sebuah hasil. Maka dari itu belajar
berlangsung secara aktif dan integrative dengan mengemukakan berbagai bentuk
perbuatan guna untuk mencapai suatu tujuan. Kemampuan untuk belajar merupakan
sebuah karunia Allah SWT yang mampu membedakan manusia dengan makhluk yang
lainnya. Allah SWT. mengaruniakan akal kepada manusia agar manusia itu mampu
belajar dan menjadi pemimpin di dunia ini.
Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada Nabi
Muhammad saw. yaitu Q.S Al-Alaq ayat 1-5.
‫بسم هللا الرحمن الر حيم‬

Ayat ini menjadi bukti bahwa Alquran kegiatan belajar merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Terdapat banyak ayat di dalam Alquran dan
hadits tentang betapa penting dan sangat perlunya belajar dan mengajar juga perlunya
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan keselamatan
di akhirat.
Dalam surah Al-Alaq, Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu.
Kemudian terdapat kewajiban kedua ialah membagikan ilmu tersebut kepada anak-anak
kita berikutnya. Dalam ajaran islam, baik dalam ayat Alquran maupun hadits, bahwa
kedudukan ilmu pengetahuan itu paling tinggi nilainya melebihi hal hal lain bahkan sifat
Allah Swt. adalah Dia pemilik ilmu yang Maha Mengetahui.
Juga ada seorang penyair besar islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu
bangsa berada pada ilmu. Yang mana pada zaman ini kekuatan tidak bertumpu pada
kekuatan fisik dan harta, melainkan kekuatan dalam bidang ilmu pengetahuan.

B. Belajar atau Menuntut Ilmu Serta Mengajarkannya

‫َع ِن ابِن َم ْسُعوِد َقاَل لِى َر سوُل ِهللا صلى ُهللا عليِه وسلم َتَع ّلُم وا اْلِع ْلَم َو َع َّلموُه الَّناس َتَع َّلموا‬
‫اْلَفَر اِئَض َو َع َّلُم وُه الَّناَس َتَع َّلُم وا اْلُقْر اَن َو َع َّلُم وُه الَّناَس فإِّنى اْم ُر ٌؤ َم ْقُبوٌض والِع لُم َس ُيْنَتَقُص‬
‫َو َتْظَهُر اْلِفَتُن َح َتى َيْخ َتِلَف اْثناِن ِفى َفِر يَض ِة َال َيِج َداِن َأَح دَا َيْفِص ُل َبْيَنُهَم ا‬
Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah saw bersabda kepadaku, ‘Tuntunlah ilmu
pengetahuan dan ajarkan kepada orang lain. Tuntunlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah
kepada orang lain. Pelajarilah Alquran dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan
mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi
perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak
menemukan serorang pun yang dapat menyelesaikannya,’” (HR. Ad-Darimi, Ad-
Daruquthni, dan Al-Baihaqi)

Dalam hadits ini ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajarin al-‘ilm, al-
fara’id, Alquran. Menurut Ibnu Mas’ud, ilmu yang di maksud di sini adalah ilmu syariat
dan segala macamnya. Al-Fara’id adalah ketentuan-ketentuan, baik ketentuan Islam
secara umum maupun ketentuan tentang harta warisan. Mempelajari Alquran mencakup
menghafalnya. Setelah dipelajari ajarkan pula kepada orang lain agar lebih sempurna.
Beliau memerintahkan agar sahabat mempelajari ilmu karena beliau sendiri adalah
manusia seperti manusia pada umumnya. Pada suatu saat, beliau akan wafat. Dengan
adanya orang mempelajari ilmu, ilmu pengetahuan itu tidak akan hilang.
Melihat pentingnya ilmu pengetahuan dalam hadits ini, setelah dipelajari, ilmu itu
harus diajarkan kepada orang lain. Rasulullah Saw. mengkhawatirkan apabila beliau telah
wafat dan orang-orang tidak peduli dengan ilmu pengetahuan, maka tidak ada lagi orang
yang mengerti agama, sehingga umat akan kebingungan.
Selain perintah menuntut ilmu atau belajar dalam hadits di atas, masih ada hadits
yang lebih tegas tentang kewajiban menuntut ilmu atau belajar, sebagai berikut.

‫َع ْن ُح َس ْين ْبِن َع ِلي َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر ْيَض ٌة‬

‫َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬


Husain bin Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Menuntut ilmu
wajib bagi setiap orang islam.” (HR. Al-Baihaqi, Ath-Thabrani, Abu Ya’la, Al-Qudha’i,
dan Abu Nu’aim Al-Ashbahani)
Dalam menyuruh manusia mencari ilmu, Allah menggunakan ungkapan yang
bervariasi. Kadang-kadang Dia menggunakan kata perintah agar manusia membaca. Dari
kegiatan membaca ini akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Sebagai mana dapat dilihat
dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Kadang-kadang Allah memakai perintah mengamati
fenomena alam semesta. Dari pengamatan ini akan melahirkan sebuah ilmu pengatahuan
pula. Yang mana ungkapan ini ditemukan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 17-20. Di
tempat lain, Allah menggunakan motivasi dengan ungkapan mengangkat derajat orang
beriman yang berilmu, yang mana motivasi ini akan dapat mendorong orang untuk
belajar. Pernyataan ini dapat dilihat dalam surah Al-Mujadilah ayat 11.
Dalam hadits lain Rasulullah saw. memberikan penghargaan kepada orang yang
belajar atau menuntut ilmu. Hal ini terdapat pada hadits berikut :

‫َع ْن أَنِس ْبِن َم اِلٍك َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلم َم ْن َخ َر َج ِفي َطَلِب‬
‫اْلِع ْلِم َك اَن ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َح َّتى َيْر ِج ُع‬
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang keluar
untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia Kembali.’” (HR. At-
Tirmidzi)
Siapa yang keluar dari rumah atau negerinya dalam rangka mencari ilmu agama,
yang fardu ‘ain ataupun fardhu kifayah, maka ia dipandang melakukan jihad di jalan
Allah. Dipandang seperti itu karena dalam kegiatan belajar terdapat suatu proses yang
membutuhkan begitu banyak hal-hal yang sangat penting. Yang mana proses itu bukan
hanya memerlukan waktu yang banyak, tetapi juga membutuhkan biaya, waktu,
konsentrasi, dan juga membutuhkan lingkungan yang memadai atau kondusif.
Beberapa orang sering menemukan kesulitan juga rintangan dalam proses belajar
sehingga terjadinya pengunduran diri selama proses belajar. untuk menembus segala
ujian dan juga rintangan tersebut, sangat diperlukan keuletan dan kesabaran. Inilah yang
membuat proses mencari ilmu itu disamakan dengan jihad di jalan Allah swt. Rasulullah
Saw menyamakan kegiatan belajar atau mencari ilmu dengan jihad di jalan Allah Swt.
penyamaan itu merupakan motivasi yang sangat besar bagi orang yang belajar.

C. Keutamaan Mengajar
Dalam hal mengajar di temukan sebuah hadits yang berkaitan antara lain

‫ُهَّللا َع لْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَذ ا َم اَت اِاْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإَّال ِم ْن‬ ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل‬
‫ِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه َأْو َو َلٍد َص اِلٍح َيْدُع و َلُه‬ ‫َثَالَثِة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِر َيٍة َأْو‬
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila manusia telah
meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan (orangtua)nya.” (HR. Muslim, Ahmad,
An-Nasa’I, At-Tirmidzi, dan Al-Baihaqi)
Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa terdapat tiga hal yang Allah selalu beri
pahala pada seseorang walaupun ia sudah meninggal dunia. Tiga hal tersebut ialah :
a) Sedekah jariah (wakaf yang lama kegunaannya)
b) Ilmu yang bermanfaat, dan
c) Doa yang dimohonkan oleh anak yang shaleh untuk orangtuanya.
Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang
diajarkan oleh seseorang kepada orang lainnya dan tulisan atau karangan yang dapat
bermanfaat bagi orang lainnya.
Dari pembahasan di atas terdapat dua bentuk pemanfaatan ilmu , diantaranya ialah
dalam hal mengajar dan menulis. Mengajar adalah proses memberikan ilmu pengetahuan
kepada orang yang belum tahu. Kemudian mendapatkan sebuah hasil yang mana orang
yang belajar itu memiliki ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan dalam menjalani
kehidupan, baik untuk urusan hidup duniawi maupun ukhrawi.

Begitupula dengan hal menulis, orang yang berilmu pengetahuan dari hasil belajar
dapat menularkan ilmu-ilmu yang telah ia dapat dengan menulis buku. Kemudian orang-
orang yang membaca tulisan atau karyanya akan mendapatkan ilmunya walaupun tidak
pernh bertemu secara langsung.

D. Ancaman Bagi Orang yang Menyembunyikan atau Kikir Terhadap Ilmunya


Berkaitan dengan kewajiban mengajar Rasulullah Saw. memerintahkan orang
yang sudah memiliki ilmu pengetahuan untuk tidak kikir dalam membagikan ilmunya,
apalagi hingga sampai menyembunyikannya. Berikut terdapat hadits yang membahas
tentang hal tersebut.

‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص ُّلى ُهللا َع َلْيِه وسَّلم َم ْن ُس ِئَل َع ْن ِع ْلٍم َفَكَتَم ُه أْلَج َم ُه ُهللا‬
‫ِبِلَج اٍم ِم ْن َناٍر َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang ditanya
tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya (tidak menjawabnya), Allah akan
mengekangnya dengan kekangan api neraka pada hari kiamat nanti.” (HR. Abu Dawud
dan Ahmad)

‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص ُّلى ُهللا َع َلْيِه وسَّلم َم ْن ُس ِئَل َع ْن ِع ْلٍم َع ِلَم ُه ُثَّم َكَتَم ُه ُأْلِج َم‬
‫َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِبِلَج اٍم ِم ْن َناٍر‬
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang ditanya
tentang suatu ilmu yang ia ketahui, lalu ia menyembunyikannya (tidak menjawabnya), ia
akan dikekang pada hari kiamat dengan kekangan api neraka.” (HR. At-Tirmidzi)

Menurut pengarang ‘Aun Al-Ma’bud dan Tuhfah Al-Ahwazi, siapa yang ditanya
tentang suatu ilmu yang dibutuhkan oleh penanya dalam masalah agamanya, lalu ia
sembunyikan dengan cara tidak menjawab atau tidak menulis, maka Allah akan
memasukkan kekangan api neraka ke dalam mulutnya karena ia telah menahan dirinya
untuk berbicara. Menurut Al-Khaththabi, orang yang menahan diri dari berbicara
disamakan dengan mengekang dirinya. Apabila ia mengekang lidahnya dari berbicara
tentang kebenaran, menginformasikan ilmu, dan menjelaskannya maka ia akan diazab di
akhirat dengan kekangan api neraka. Hal ini barlaku pada ilmu yang jelas baginya
kefardhuannya. Sepertinya ilmu syariat.
Hal ini juga di tekannkan dalam Al-quran, bahwa orang yang menyembunyikan
ilmu terutama ilmu syariat, di ancam oleh Allah dengan laknat-Nya dan laknat makhluk-
Nya sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut
Q.S Al-Baqarah : 159

M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa ayat ini walaupun turun dalam konteks
kecaman terhadap orang-orang Yahudi, namun redaksinya yang bersifat umum
menjadikannya kecaman terhadap setiap orang yang menyembunyikan apapun yang
diperintahkan agama untuk disampaikan, baik ajaran agama, ilmu pengetahuan, maupun
hak manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

You might also like