You are on page 1of 7

REVIEW AND CRITICAL INTERNATIONAL JOURNAL

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Fleksibilitas Manajemen

Dosen Pengampu:
DR. Ni Nyoman Putu Martini, MM

Disusun Oleh:
DETA IRAMA KASIH
NIM. 2220414031

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2024
REVIEW AND CRITICAL JOURNAL

Judul : Literature Study From A Social Ecological Perspective On


How To Create Flexibility In Healthcare Organisations
Sumber : International Journal of Healthcare Management Volume 10,
2017 - Issue 3 Permalink/DOI:
https://doi.org/10.1080/20479700.2016.1230581
Available online https://www.tandfonline.com/journals/yjhm20
ISSN: 2047-9700/EISSN: 2047-9719
Penulis/Peneliti : 1. F.W.R. van Gool
2. N.C.M. Theunissen
3. J.J.P.A. Bierbooms
4. I.M.B. Bongers
Reviewer : Deta Irama Kasih
Tanggal : 30 Januari 2024
Abstrak : Aim: To examine (1) how flexibility is defined and described in
healthcare literature and (2) which interventions are used at
what organisational level to influence flexibility.
Background: Flexibility is necessary in healthcare for
continuous adaptation to the dynamic environment. In
accordance with Social Ecological Theory, it takes the
combination of all organisational levels to achieve flexibility
(individual, interpersonal, organisational, community, and
macro-policy). However, managing this is complex.
Evaluation: Using Psychinfo and Web of Science, a systematic
search was performed on flexibility in health care
organisations. The 19 studies that met the selection criteria
were analysed from a social ecological perspective. Eight
publications described flexibility as a result of interventions,
but provided little information about their evidence base.
Key issues: It is difficult to achieve flexibility: a proactive
attitude and capability to adapt internal processes to the
changing environment. Interventions promoting flexibility in
healthcare need all organisational levels, since they mutually
influence each other.
Conclusion: This study shows that there is too little evidence
on how to create flexibility in healthcare organisations.
Implications for management: Change in healthcare is
continuous. Therefore, flexibility should be a permanent pro-
active attitude of both managers and professionals and should
take all organisational levels into account
Pendahuluan : Pendahuluan dari penelitian ini menggambarkan kompleksitas
dan gejolak yang dialami oleh lingkungan organisasi layanan
kesehatan. Organisasi tersebut dihadapkan pada tuntutan untuk
menjadi adaptif guna mempertahankan eksistensinya.
Fleksibilitas diidentifikasi sebagai kunci untuk merespon dan
beradaptasi terhadap perubahan ini. Definisi fleksibilitas oleh
Volberda dan Wu serta Hisa memberikan gambaran tentang
bagaimana kemampuan manajemen dan organisasi untuk
beradaptasi dengan lingkungan dinamis diartikan.

Penelitian ini mengedepankan konsep 'kapabilitas dinamis'


sebagai sinonim dari fleksibilitas. Teece et al. menjelaskan
kapabilitas dinamis sebagai kemampuan perusahaan untuk
mengintegrasikan, membangun, dan mengkonfigurasi ulang
kompetensi internal dan eksternal guna menghadapi perubahan
lingkungan yang cepat. Volberda menegaskan bahwa
fleksibilitas organisasi harus bersifat permanen, terus menerus
beradaptasi dengan dinamika eksternal. Pemahaman ini
mengarah pada penggunaan konsep fleksibilitas bukan hanya
sebagai respons sementara terhadap perubahan atau inovasi,
tetapi sebagai hasil dari perubahan organisasi yang
berkelanjutan.

Pentingnya fleksibilitas dalam lingkungan organisasi kesehatan


ditekankan dalam konteks perlunya 'revitalisasi' organisasi yang
kaku atau terencana. Proses revitalisasi ini mencakup
perubahan dalam kepemimpinan, budaya, struktur, teknologi,
dan keterampilan operasional di semua tingkat organisasi.
Definisi kerja fleksibilitas dalam penelitian ini merinci bahwa
fleksibilitas adalah sikap proaktif dan kemampuan untuk
beradaptasi secara permanen terhadap lingkungan yang
berubah.

Kemudian, penelitian mengidentifikasi tiga alasan sulitnya


menciptakan fleksibilitas. Pertama, paradoks fleksibilitas harus
ditangani, karena terlalu banyak fleksibilitas dapat menciptakan
kekacauan. Kedua, manajemen perubahan sulit dilakukan
karena proses perubahan seringkali berisiko dan menimbulkan
ketidakpastian. Ketiga, kekuatan institusional, terutama budaya
organisasi yang bersifat regulatif, normatif, dan kognitif,
menghalangi perubahan dengan menciptakan kekakuan.

Pendekatan untuk menciptakan fleksibilitas menggunakan teori


ekologi sosial (SET) memberikan perspektif yang mendalam.
SET mengusulkan model ekologi yang memahami interaksi
manusia dengan lingkungannya pada lima tingkat pengaruh:
individu intrapersonal, interpersonal, organisasi, komunitas,
dan kebijakan makro. Tingkat-tingkat ini saling mempengaruhi,
dan intervensi perlu disesuaikan dengan tingkat dan jenis
perubahan yang diinginkan.

Secara keseluruhan, pendahuluan penelitian ini memberikan


gambaran yang jelas tentang kompleksitas dan pentingnya
fleksibilitas dalam lingkungan organisasi layanan kesehatan.
Penekanan pada perlunya fleksibilitas permanen, kesulitan
dalam menciptakannya, dan pendekatan teori ekologi sosial
menambahkan dimensi analitis yang kuat pada penelitian ini.

Dalam penjelasan terkait penekanan pentingnya melakukan


Penelitian ini dijelaskan bahwa fleksibilitas adalah sikap pro-
aktif yang permanen dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang berubah. Fleksibilitas adalah hasil dari
perubahan organisasi. Hal ini sulit dicapai dan mempengaruhi
semua tingkat organisasi sehingga dalam mempelajari
bagaimana fleksibilitas dalam organisasi layanan kesehatan
dapat diciptakan dari perspektif multilevel dan sistemik.

Adapun pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini adalah:


1. Bagaimana fleksibilitas didefinisikan dan dijelaskan dalam
literatur kesehatan?
2. Intervensi apa yang digunakan untuk mempengaruhi
fleksibilitas dan pada tingkat pengaruh apa yang terjadi?
terjadi?
Metode Penelitian : Metode penelitian ini dimulai dengan pencarian publikasi
berbasis rekan sejawat di database Psychinfo dan Web of
Science dalam rentang tahun tertentu. Kriteria pencarian
melibatkan subjek topik yang berkaitan dengan fleksibilitas,
didefinisikan sebagai kemampuan individu atau organisasi
untuk beradaptasi dengan perubahan, dengan fokus pada
organisasi perawatan kesehatan. Kelompok sasaran mencakup
karyawan dan/atau manajemen. Proses seleksi dilakukan
bersama oleh para penulis, memastikan kesesuaian dengan
kriteria. Referensi dan abstrak yang memenuhi kriteria diunduh,
kemudian diseleksi hingga 19 publikasi yang relevan terpilih.
Setelah membaca judul, abstrak, dan teks, dilakukan analisis
data dengan strategi yang terstruktur. Analisis dimulai dengan
membedakan fleksibilitas sebagai faktor input atau hasil
pengembangan organisasi. Fokus ditempatkan pada fleksibilitas
sebagai hasil, sebagai sikap yang diperlukan untuk adaptasi
terus-menerus. Penggunaan MS Excel digunakan untuk
mengorganisir publikasi ke dalam baris dan kolom dengan
elemen kunci seperti definisi, tujuan, metodologi, dan temuan.
Selanjutnya, digunakan Ecological Learning Framework (ELF)
untuk menyusun informasi dalam tingkat organisasi, intervensi,
dan interaksi. ELF mengadopsi lima tingkat pengaruh dan
empat elemen intervensi, divisualisasikan dalam tabel dengan
kolom dan kotak membentuk 'building blocks'. Dengan panah
putus-putus, jalur pengaruh direpresentasikan. Langkah-
langkah analisis dokumen melibatkan precoding dengan MS
Excel, pembuatan tabel ELF per dokumen, dan pengelompokan
dokumen berdasarkan deskripsi fleksibilitas sebagai input atau
hasil. Kesimpulan umum ditarik dengan memperhatikan pola-
pola elemen pembangun. Secara keseluruhan, metode ini
menggabungkan pencarian database, kriteria inklusi, dan
analisis mendalam untuk memahami konsep fleksibilitas dalam
organisasi perawatan kesehatan, khususnya sebagai hasil, dan
memvisualisasikannya melalui ELF.
Pembahasan : Penelitian ini bertujuan menggali definisi dan deskripsi
fleksibilitas dalam literatur kesehatan serta menganalisis
intervensi yang memengaruhi fleksibilitas dan tingkat mana
intervensi tersebut terjadi.

Dalam literatur kesehatan, fleksibilitas sering kali dianggap


sebagai input untuk manajemen perubahan. Namun, penelitian
ini menyoroti kekurangan definisi dan pemahaman fleksibilitas
sebagai sikap proaktif permanen. Definisi yang ada
menunjukkan bahwa fleksibilitas mencakup kemampuan
organisasi untuk mengadaptasi proses internalnya di semua
tingkat agar sesuai dengan dinamika lingkungan.

Analisis menggunakan Ecological Learning Framework (ELF)


mengungkapkan bahwa sebagian besar publikasi fokus pada
satu atau dua tingkat organisasi, terutama tingkat individu dan
organisasional. Sedikit penelitian dilakukan pada tingkat tim
(M2) dan tingkat makro (M4 dan M5). Hal ini dapat menjadi
keterbatasan karena kriteria seleksi awal menekankan pada
kelompok sasaran individu dan manajemen.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi


untuk menciptakan fleksibilitas terfokus pada pendekatan,
sikap, kepemimpinan, kerjasama, pendidikan, organisasi, dan
kewirausahaan pada tingkat individu dan organisasional.
Meskipun demikian, kurangnya penelitian empiris dan fokus
yang terbatas pada dua atau tiga tingkat menyiratkan bahwa
masih diperlukan lebih banyak panduan untuk pendekatan
multilevel dalam revitalisasi organisasi kesehatan.

Adanya kesenjangan pengetahuan dalam literatur kesehatan


terkait fleksibilitas menyoroti perlunya pengembangan
pengetahuan tentang fleksibilitas organisasi, terutama di tengah
lingkungan kesehatan yang berubah-ubah. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana sikap
fleksibilitas dapat diciptakan di semua tingkatan organisasi
kesehatan dan seberapa efektif intervensi tersebut. Selain itu,
fokus pada tingkat tim dan makro perlu ditingkatkan untuk
memperkaya pemahaman tentang fleksibilitas dalam konteks
kesehatan.
Kesimpulan : Kesimpulan ini menyoroti pentingnya fleksibilitas bagi
kelangsungan hidup organisasi kesehatan dalam lingkungan
yang terus-menerus berubah. Penekanan pada kebutuhan untuk
berani, pelepasan kontrol manajerial, dan eksperimen
organisasional menyoroti perlunya pendekatan yang inovatif.
Menggunakan Teori Ekologi Sosial dan prinsip 'Jaga
kompleksitas' dapat menjadi fondasi untuk metode dan model
yang membantu mengatasi tantangan ambiguitas dan
menciptakan fleksibilitas yang diperlukan di dunia pelayanan
kesehatan.
Kekuatan Jurnal : JUDUL: Judul jurnal ini dengan jelas mencerminkan fokus
penelitian, yaitu "Literature Study from a Social Ecological
Perspective on How to Create Flexibility in Healthcare
Organisations," memberikan gambaran bahwa penelitian ini
mendekati fleksibilitas dalam organisasi layanan kesehatan
melalui perspektif ekologi sosial.

ABSTRAK: Abstrak secara komprehensif membahas metode


penelitian, menyoroti hasil penelitian yang menarik, khususnya
menemukan bahwa fleksibilitas merupakan hasil dari
perubahan organisasi. Penekanan pada kerangka teori Teori
Ekologi Sosial (SET) dan pendekatan multilevel memberikan
gambaran tentang kontribusi penelitian terhadap pemahaman
fleksibilitas dalam konteks organisasi kesehatan.

KATA KUNCI: Kelima kata kunci yang dipilih, yaitu digital


startup, employee performance, flexible supervisor support,
work arrangement, dan work engagement, memberikan
gambaran yang baik tentang ruang lingkup penelitian dan area
kajian yang dicakup.

PENDAHULUAN: Pendahuluan memberikan gambaran umum


yang lengkap tentang latar belakang pengaturan kerja fleksibel
(FWA) dalam konteks organisasi layanan kesehatan. Ini
membantu pembaca memahami kerangka kerja dan relevansi
penelitian dalam mengatasi tantangan fleksibilitas di
lingkungan tersebut.

HASIL PENELITIAN: Hasil penelitian secara sistematis


dijelaskan, dengan menekankan metode yang digunakan dan
fokus pada fleksibilitas sebagai hasil perubahan organisasi.
Analisis menggunakan Ecological Learning Framework (ELF)
dan identifikasi intervensi pada berbagai tingkatan organisasi
memberikan wawasan yang mendalam.

KESIMPULAN: Kesimpulan memberikan ringkasan yang


padat namun lengkap tentang temuan penelitian. Penekanan
pada pentingnya fleksibilitas sebagai sikap proaktif dan
kemampuan organisasi untuk beradaptasi secara permanen
dengan lingkungan yang berubah menyoroti relevansi hasil
penelitian dalam konteks organisasi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA: Daftar pustaka disusun sesuai dengan


aturan penulisan, menunjukkan referensi yang relevan dan
mendukung temuan penelitian. Dengan itu, memvalidasi
keabsahan dan kredibilitas penelitian.
Kelemahan Jurnal : ABSTRAK: Abstrak penelitian ini ditulis dengan lengkap,
menarik, dan memberikan gambaran singkat namun substansial
tentang hasil penelitian. Namun, perlu penekanan lebih lanjut
pada aspek-aspek metodologi yang digunakan untuk
memastikan pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang pendekatan penelitian.

RUMUSAN MASALAH: Rumusan masalah sudah cukup jelas,


tetapi bisa diperkaya dengan menambahkan aspek yang lebih
spesifik terkait dengan latar belakang penelitian dan urgensi
pencarian solusi terhadap masalah yang diangkat.

METODE: Metode penelitian dijelaskan secara umum namun


bisa lebih rinci, terutama dalam memberikan gambaran lebih
mendalam tentang pemilihan sampel, alat pengumpulan data
yang digunakan, dan langkah-langkah analisis data. Informasi
ini dapat memperkuat kevalidan dan reliabilitas penelitian.

You might also like