You are on page 1of 5

PENGARUH VIRUS COVID-19 TERHADAP PENDERITA GANGGUAN

KARDIOVASKULAR
Oleh: Rini Widyasari

COVID-19, atau Coronavirus Disease 2019 adalah penyakit yang


disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-CoV-2) yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun
2019. Virus ini menyebar dengan cepat di berbagai benua melalui penularan
dari manusia ke manusia. Virus dapat menyebar melalui udara ketika seseorang
batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, bahkan bernapas. Partikel cairan kecil yang
keluar dari mulu atau hidung seseorang yang sedang sakit dapat menularkan
virus tersebut.
Sementara para ahli terus mempelajari dan memahami virus ini, mereka
menemukan beberapa efek yang mengkhawatirkan pada berbagai bagian tubuh,
termasuk sistem kardiovaskular. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
individu yang menderita penyakut kardiovaskular memilik resiko lebih tinggi
terkena dampak yang lebih parah dari virus ini.
Penderita kardiovaskular, termasuk mereka yang memiliki penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, atau riwayat stroke, rentan terhadap infeksi virus
COVID-19. Virus ini utamanya menyerang sistem pernapasan, menyebabkan
gejala seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Namun, penelitian
menunjukan bahwa virus ini juga dapat memengaruhi sistem kardiovaskular,
menyebabkan komplikasi serius pada pasien dengan kondisi yang sudah ada
sebelumnya seperti penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes.
Pasien dengan kondisi kardiovaskular yang terinfeksi virus COVID-19
lebih memungkinkan mengalami gejala dan komplikasi parah dibandingkan
dengan pasien umumnya. Virus dapat memperburuk gejala kardiovaskular,
meningkatkan risiko serangan jantung, aritmia, dan gagal jantung. Selain itu,
virus merangsang peradangan di seluruh tubuh, yang dapat lebih merusak
pembuluh darah dan mengganggu fungsi jantung. Kombinasi faktor ini dapat
menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi pada pasien kardiovaskular
yang terinfeksi COVID-19 dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki
masalah jantung atau pembuluh darah.
Hubungan antara gangguan kardiovaskular dengan COVID-19 mulai
dibicarakan akibat terjadi beberapa hal, seperti peningkatan angka kematian
COVID-19 dengan pasien yang memiliki gangguan kardiovaskular, timbulnya
gangguan kardiovaskular baru akibat terinfeksi virus SARS-CoV-2, serta obat
yang digunakan pasien kardiovaskular mengganggu fisiologi, patofisiologi dan
farmakologi COVID-19 dan begitu pula sebaliknya.
Selain itu, pengobatan yang digunakan untuk mengobati virus ini juga
dapat memengaruhi kesehatan penderita kardiovaskular. Misalnya beberapa
obat yang digunakan untuk mengobati gejala COVID-19 memiliki efek samping
yang berpotensi merugikan bagi penderita kardiovaskular. Seperti remdesivir
yang memiliki beberapa efek kardiotoksik dan proaritma yang lebih terasa pada
pasien dengan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, penting bagi pasien
dengan penyakit kardiovaskular untuk mendapatkan perawatan medis yang
tepat dan terus memantau kondisi jantung mereka jika mereka terinfeksi virus
ini.
Meskipun mekanisme komplikasi kardiovaskular akibat COVID-19
masih belum sepenuhnya dipahami, beberapa jalur utama komplikasi dari obat
anti-COVID-19 termasuk dampak langsung obat terhadap jantung yang dapat
menyebabkan kerusakan, respons peradangan di seluruh tubuh yang dapat
memengaruhi sistem kardiovaskular, terjadinya ketidakseimbangan antara
kebutuhan jantung akan oksigen dan suplai oksigen yang diberikan, potensi
pecahnya aterosklerotik dan pembentukan gumpalan darah di arteri koroner,
gangguan ketidakseimbangan mineral dan garam dalam tubuh yang dapat
memengaruhi fungsi jantung, endotelitis atau peradangan pada lapisan dalam
pembuluh dara yang dapat memengaruhi fungsi endotel, dan terjadinya
hiperkoagulabilitas dimana darah lebih cenderung membeku dari biasanya.

Proses bagaimana virus COVID-19 memengaruhi penderita penyakit


kardiovaskular dimulai dari virus COVID-19 masuk ke tubuh melalui saluran
pernapasan, menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan atas. Namun, virus
ini juga dapat menyebar ke sistem kardiovaskular, memasuki peredaran darah
dan mencapai jantung serta pembuluh darah.

Penderita gangguan kardiovaskular memiliki kecenderungan lebih tinggi


untuk mengalami komplikasi serius ketika terinfeksi COVID-19. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan virus untuk merusak sel-sel endotel di dalam
pembuluh darah, menyebabkan peradangan dan merusak fungsi normal
pembuluh darah.

Virus COVID-19 dapat merangsang respon peradangan sistemik, di mana


seluruh tubuh terlibat dalam upaya melawan infeksi. Peradangan ini dapat
memengaruhi jantung dan pembuluh darah, memperburuk kondisi yang sudah
ada pada penderita penyakit kardiovaskuler.
Virus ini dapat memicu gangguan koagulasi, meningkatkan risiko
pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah. Penderita kardiovaskuler
cenderung memiliki risiko trombosis yang lebih tinggi, dan infeksi COVID-19
dapat memperparah kondisi ini.

Terdapat indikasi bahwa virus COVID-19 dapat langsung merusak sel-sel


miokard (jaringan otot jantung). Ini dapat menyebabkan miokarditis, suatu
kondisi di mana jantung mengalami peradangan yang dapat mempengaruhi
fungsinya.

Penderita penyakit kardiovaskular yang sembuh dari COVID-19 juga


dapat menghadapi risiko jangka panjang, seperti penurunan fungsi jantung yang
bertahan setelah pemulihan dari infeksi. Dampak psikologis juga dapat muncul
dan memengaruhi kesejahteraan mental dan emosional pasien kardiovaskular.
Tingkat stres yang meningkat dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan
darah, denyut jantung, dan pelepasan hormon stres, yang semua dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan kardiovaskular.

Penanganan medis yang dilakukan terhadap pasien COVID-19 yang


mengidap gangguan kardiovaskular, dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati.
Penting diketahui, bahwa setiap penanganan akan berbeda sesuai dengan
kondisi kesehatan dan gangguan pada individu. Beberapa langkah pengobatan
yang mungkin akan di lakukan meliputi:

1. Manajemen Simptomatik: Mengatasi gejala seperti demam, batuk,


dan sesak napas dengan obat-obatan yang sesuai, seperti antipiretik dan
obat batuk.

2. Terapi Oksigen: Jika tingkat oksigen dalam darah rendah, terapi


oksigen dapat diberikan untuk membantu pernapasan.

3. Obat Antiviral: Beberapa obat antiviral seperti remdesivir mungkin


dipertimbangkan untuk mengurangi replikasi virus.

4. Imunomodulator: Penggunaan imunomodulator seperti kortikosteroid


dapat dipertimbangkan dalam kasus-kasus tertentu untuk mengatasi
reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.

5. Antikoagulan: Penderita kardiovaskular berisiko tinggi untuk


pembekuan darah. Penggunaan antikoagulan dapat dipertimbangkan
untuk mencegah komplikasi trombotik.
6. Pemantauan Kardiovaskular: Pemantauan terus-menerus terhadap
fungsi jantung dengan menggunakan elektrokardiogram (EKG) dan
biomarker jantung seperti troponin.

7. Konsultasi dengan Ahli Kardiovaskular: Kolaborasi dengan ahli


kardiovaskular untuk menyesuaikan atau menilai obat-obatan
kardiovaskular yang mungkin mempengaruhi kondisi pasien.

8. Rehabilitasi: Menyusun rencana pemulihan yang mencakup


pemantauan jangka panjang dan rehabilitasi jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Dongling Liu. “Adverse Cardiovascular Effects on Anti-COVID-19 Drugs”


(2021) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8424204/

Maryam Nabati & Homa Parsaee. “Potential Cardiotoxic Effects of Remdesivir


on Cardiovascular System:” (2022)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8511861/

Muhammad Izzudin Azmi. “Waspadai Efek COVID-19 Terhadap Risiko


Kardiovaskuler” https://fkm.unair.ac.id/waspadai-efek-covid-19-terhadap-
risiko-kardiovaskuler/

Mohammed S Alqahtani. “The Potential of COVID-19 Virus on the Heart and


the Circulatory System” (2022)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8957310/

Bishnu P. Dhakal. “SARS-CoV-2 Infection and Cardiovascular Disease:


COVID-19 Heart” (2020)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7274628/

You might also like