You are on page 1of 11

https://ejournal.unib.ac.id/index.

php/agroindustri
pISSN: 20885369 eISSN: 26139952
DOI: 10.31186/j.agroind.13.2.121-131

PRODUKSI BIOETANOL DARI BIJI SORGUM (Sorghum bicolor)


MELALUI PROSES HIDROLISIS ENZIMATIS

BIOETHANOL PRODUCTION FROM SORGHUM SEEDS (Sorghum


bicolor) THROUGH ENZYMATIC HYDROLYSIS PROCESS
Arni Supriyanti*, Yanuar Sigit Pramana, Palupi Tri Widiyanti, dan Karyawan
Pudjianto
Badan Riset Inovasi Nasional
*Email korespondensi: arnilampung394@gmail.com

Diterima 26-05-2023, diperbaiki 11-11-2023, disetujui 23-11-2023

ABSTRACT
Production of carbohydrate-based bioethanol using raw materials derived from starch
requires pre-processing. The pretreatment and hydrolysis process of sorghum grains from various
sorghum varieties has not been extensively studied in the context of fermenting sorghum into
bioethanol. The purpose of the research is to obtain the fermentation conditions so that the
bioethanol yield was optimal and could also produce other useful products. The research employed
an experimental design, and process efficiency was evaluated based on parameters such as Sugar
Consumption Ratio (SCR) and Fermentation Ratio (FR). The concentration of the glucoamylase
enzyme was set at 0.2% relative to the total solid (TS) content. The yeast Saccharomyces cerevisiae
strain Hakken I was used at a concentration of 10% of the fermentation volume. Additional
nutrients included NPK (0,012%) and Urea (0,072 %). The liquefaction process occurred at
temperatures between 80-90°C for one hour, followed by saccharification at temperatures between
55-60°C for two hours. Fermentation was conducted at temperatures ranging from 28-32°C for a
duration of 60 hours. The results revealed that the total sugar content (TS) of the raw materials
ranged from 69% to 73% for several sorghum varieties tested. The Sorghum Numbu variety
exhibited the highest TS value at 72,81%. Furthermore, the highest process efficiency was achieved
with the Numbu sorghum variety, yielding an FR of 86,69% and an SCR of 87,39%.

Keywords: bioethanol, fermentation, flour seed sorghum, varieties, yeast

ABSTRAK
Produksi bioetanol berbasis karbohidrat yang menggunakan bahan baku berasal dari pati
memerlukan proses pra pengolahan. Proses pra-pengolahan dan hidrolisis biji sorgum dari berbagai
varietas sorgum belum banyak diteliti dalam konteks fermentasi sorgum menjadi bioetanol.
Kurangnya penelitian ini telah menghambat kemajuan dalam mengoptimalkan produksi bioetanol
karena pengaruh struktur genetik, komposisi kimia, dan sifat fisik biji, yang dapat menghambat
biotransformasi pati. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi fermentasi yang optimal
untuk memaksimalkan hasil bioetanol selain juga untuk menghasilkan produk samping berharga
lainnya. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental, dan efisiensi proses dievaluasi
berdasarkan parameter seperti Rasio Konsumsi Gula (SCR) dan Rasio Fermentasi (FR). Konsentrasi
enzim glucoamylase diatur pada 0,2% relatif terhadap total padatan (TS). Ragam Saccharomyces
cerevisiae strain Hakken I digunakan dengan konsentrasi 10% dari volume fermentasi. Nutrisi

Produksi Bioetanol dari Biji Sorgum (Sorghum bicolor)….(Supriyanti, et al.) | 121


tambahan meliputi NPK (0,012%) dan Urea (0,072%). Proses liquifikasi dilakukan pada suhu antara
80-90°C selama satu jam, diikuti oleh proses sakarifikasi pada suhu antara 55-60°C selama dua jam.
Fermentasi dilakukan pada suhu antara 28-32°C selama 60 jam. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar gula total (TS) bahan baku berkisar antara 69% hingga 73% untuk beberapa varietas
sorgum yang diuji. Varietas Sorghum Numbu memiliki nilai TS tertinggi sebesar 72,81%. Selain
itu, efisiensi proses tertinggi dicapai dengan varietas sorgum Numbu, menghasilkan FR sebesar
86,69% dan SCR sebesar 87,39%.

Kata kunci: bioethanol, fermentasi, ragi, tepung biji sorgum, varietas

PENDAHULUAN memiliki efisiensi proses fermentasi


tertinggi sehingga diperoleh produk
Penggunaan Bahan Bakar Nabati bioetanol dengan harga bersaing.
(BBN) dapat diperoleh dari tanaman, Produksi bioetanol berbasis
seperti komoditas pertanian. Salah satunya karbohidrat yang menggunakan bahan
ubi kayu, jagung yang dapat dimanfaatkan baku berasal dari pati memerlukan
untuk produski bioetanol. Maulana & beberapa tahapan proses yang pertama
Azis (2016) menyebutkan bahwa, BBN proses hidrolisis, tahap kedua proses
merupakan alternatif sumber energi fermentasi dan tahap ketiga proses
pengganti minyak bumi yang berasal dari distilasi. Di alam tahap hidrolisis,
fosil. Sumber BBM adalah energy karbohidrat dipecah menjadi
hunting, karena itu ketersediaan energinya monosakarida sehingga dapat difermentasi
terbatas (Maulana & Azis, 2016). oleh mikroorganisme untuk menghasilkan
Huda (2017), menyatakan bahwa bioetanol (Huda, 2017). Sebelum hasil
bioetanol berbahan baku sorgum memiliki penelitian diterapkan pada skala industri,
beberapa keuntungan antara lain memiliki perlu dilakukan pengujian proses hidrolisis
kadar oksigen sekitar 35% bersih, serta pati ditinjau dari efisiensi proses
tidak merusak lingkungan karena tidak fermentasi, efisiensi fermentasi
mengakumulasi karbon dioksida di menggunakan substrat hidrolisat asam
atmosfer. Biji sorgum merupakan salah menghasilkan efisiensi fermentasi sekitar
satu biomassa yang dapat dijadikan 59,01 % sampai 62,72% (v/v) (Arnata et
alternatif sumber bahan bakar nabati. al., 2015). Beberapa varietas biji sorgum
Beberapa varietas diantaranya memiliki memiliki komposisi matriks protein yang
karakteristik yang berbeda. Komposisi biji berbeda sehingga mempengaruhi efisiensi
sorgum memiliki nutrisi sama atau lebih proses hidrolisis, sehingga perlu dilakukan
dibandingkan dengan jenis biji-bijian lain. pengujian pada varietas sorgum yang
Biji sorgum memiliki kadar protein sekitar berbeda. Kebaruan penelitian ini adalah
9,01%, kadar lemak kasar 3,60%, kadar belum ada penelitian tentang penggunaan
abu 1,49% serta kadar serat kasar 2,50%. bahan baku beberapa varietas biji sorgum
(Zubair, 2018). Sorgum memiliki kulit biji untuk fermentasi bioetanol. Biji sorgum
yang berwarna putih, merah ataupun lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan
berwarna coklat. Sorgum pangan biasanya baku makanan olahan (Lina & Martius,
berwarna putih, sedangkan sorgum coklat 2020). Oleh karena itu perlu dilakukannya
kemerahan biasanya dari kultivar Feterita. penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk
Warna dan kilau biji merupakan mendapatkan bioetanol biji sorgum
karakteristik khas dari sorgum (Sinta et al., (Sorghum bicolor) melalui proses
2022). Kajian biokonversi biji sorgum hidrolisis enzimatis pada beberapa varietas
menjadi etanol perlu dilakukan untuk sorgum
menentukan biji sorgum mana yang

122 | Jurnal Agroindustri Vol. 13 No. 2, November 2023: 121-131


METODE PENELITIAN (inkubasi): 60 jam. Skala hidrolisis
fermentasi : flask hingga 20 liter.
Alat yang digunakan Jar Fermentor
2 Liter merk Iwashi Bio-Science dan 30 Pembuatan Tepung Biji Sorgum
Lite merk Trade Mark, Electric mixer, Tepung biji sorgum dihasilkan
Waterbath GFL, Autoclave merk GEA, dengan proses penepungan menggunakan
timbangan analitik Mettler Toledo AB204, Disk mill. Kemudian, tepung sorgum
labu ukur 200 mL, 1 L, Flask 250 mL ; diayak dengan menggunakan ayakan
500 mL,pipet ukur 10 mL;20 mL; serta berukuran 20 mesh.
100 mL, Labu ukur ukuran 500 mL,
Kondensor spiral, gelas ukur 200 mL, Tahapan Hidrolisis serta Tahapan
alcohol meter, Beaker Glass 100 mL; Fermentasi Tepung Biji Sorgum
1000 mL dan pH meter, Air (aquadest), Tepung biji sorgum dimasukkan ke
yeast extract, malt ectract, pepton, dalam Jar Fermentor, kemudian
molasses, agar, (NH3)2SO4 dan glukosa. ditambahkan dengan air dan diaduk
Enzim α-amylase merk Novozyme dan hingga homogen. pH suspensi media
enzim glucoamylase merk Novozyme. diatur 5.5 – 5.8 kemudian dilakukan
Yeast Saccharomyces cerevisiae strain liquifikasi yaitu penambahan enzim α
Hakken I yang telah dibiakkan dalam amylase dengan konsentrasi 0.10%
media aktif. Nutrisi NPK dan Urea. terhadap kandungan TS, kemudian
Bahan baku yang digunakan substrat dimasak pada suhu gelatinisasi (80 –
yaitu 6 varietas substrat biji sorgum 90oC), selama 60 menit lalu didinginkan.
(Numbu, Pasar Jumat (PSJ), Hermada, Sebelum suhu 55 – 60oC dilakukan
Tongkol Jantung, Cibodas, dan Buleleng). pengambilan sampel untuk pengukuran pH
Yang telah ditepungkan dengan ukuran dan viskositas. Selanjutnya, tahapan
lolos mesh 20. Massa substrat biji sorgum sakarafikasi dilakukan pada suhu 55-60 oC
yang digunakan (gr): selama 2 jam dengan penambahan enzim
𝑇𝑆′ 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
Dextrozyme dengan konsentrasi 0.20%.
𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 (𝑚𝑙) pengambilan sampel untuk mengetahui
𝑇𝑆 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢
Total Sugar (TS) bahan baku awal nilai dextrose equivalent (DE) yang
hidrolisis = 16 %(w/v). Enzim α-amylase tercapai.
(gr) = 0,1% terhadap kandungan Total
Sugar (TS) =
0,1
×
16
× Tahap Fermentasi Bioetanol Biji
100 100 Sorgum
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 (𝑚𝑙). Proses fermentasi dilakukan secara
Enzim gluco amylase (ml) = 0,2% simultan pada suhu 28 - 32ºC. Inokulum S.
terhadap kandungan Total Sugar cerevisiae strain Hakken I ditambahkan
0,2 16 dengan dosis 10% terhadap volume total
(TS) = 100 ×
100
× 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 (𝑚𝑙) .
fermentasi, kemudian ditambahkan nutrisi
Dosis yeast = 10% dari volume
berupa Urea dengan dosis 0,072 % dan
fermentasi. Nutrisi untuk fermentasi NPK dengan dosis 0,012 %, dilanjutkan
4
𝑁𝑃𝐾 (𝑔𝑟) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙) , dengan pengadukan selama 2 jam. Setelah
33.000
24 diinkubasikan selama 60 jam, proses
𝑈𝑟𝑒𝑎 (𝑔𝑟) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑒𝑟𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)
33.000
fermentasi dihentikan. Penetapan efisiensi
Suhu operasi hidrolisis: Liquifikasi : 80-
proses biokonversi pati menjadi bioetanol
90oC dijaga selama 1 jam. Sakarifikasi : didasarkan pada parameter Sugar
55-60oC dijaga selama 2 jam. Suhu operasi Consumption Ratio dan Fermentation
fermentasi : 28-32oC. Waktu fermentasi Ratio.

Produksi Bioetanol dari Biji Sorgum (Sorghum bicolor)….(Supriyanti, et al.) | 123


hidrolisis asam klorida (HCl) dan
temperatur. Reduksi Cu2+ menjadi Cu 1+
oleh monosakarida. Monosakarida bebas
Biji Sorgum
mengurangi larutan basa dari garam logam
untuk membentuk oksida. Kelebihan Cu2+
Penepungan dengan disk mill, lalu diayak ukuran 20 yang tidak tereduksi akan dikuantifikasi
mesh dan 40 mesh
dengan titrasi iodometri.
Timbang tepung Biji Sorgum (lolos mesh 20 atau 40)
Massa (gr) biji sorgum yang diperlukan agar TS 16%
= (16/TS bahan baku) x Vol Fermentasi (ml)
Analisis Hasil Fermentasi
Pengambilan sampel dilakukan
Fill up dengan aquades dalam jar fermentor hingga setiap 12 jam, mulai dari 0 sampai 60 jam,
volume yang dikehendaki, adjust pH 5,5 - 8 untuk mengukur Total Sugar (TS) dan
kadar alkohol.
Panaskan (cooking), pasang termometer.
Masukkan α-amylase (0,1%) dari TS.
Αlpha-amylase (gr) = 0,1/100 x 16/100 x Volume hidrolisis (ml) Proses
Hidrolisis
Perhitungan Sugar Consumption Ratio
Sugar Consumption Ratio (SCR)
Jaga temperatur pada T=80-90oC selama 60 menit
(Liquifikasi) atau rasio konsumsi gula didasari pada
sifat yeast yang hanya mengkonsumsi gula
Turunkan temperatur menjadi T=60oC, masukkan gluko-amylase (0,2%) dari TS. sederhana dan tidak mengkonsumsi zat
Gluko-amylase = 0,2/100 x 16/100 x Volume Hidrolisis (ml)
Jaga temperatur pada T=60oC selama 2 jam (Sakarifikasi)
pati sebelum terhidrolisis. SCR dihitung
sebagai persentase jumlah glukosa dalam
media yang dikonsumsi oleh yeast dengan
Proses hidrolisis selesai. Ambil Sampel untuk analisa pH, TS dan RS
Turunkan temperatur menjadi T=30oC (room temperature) rumus berikut (Anonymous, 1983) :
𝑇𝑆𝑖 − 𝑇𝑆𝑓
𝑆𝐶𝑅 = 𝑥 100%
Masukkan yeast (Saccharomyces Cerevisiae Hakken I) sebesar 10% dari 𝑇𝑆𝑖
Vol Fermentasi dan nutrisi (NPK=0,12 gr/L; serta Urea=0,72 gr/L)
ambil sampel jam ke-nol S C R : Sugar Consumption Ratio
TSi : Total Gula awal dalam media
Agitasi dan aerasi selama 2 jam, lalu dihentikan. Tahap fermentasi TSf : Total Gula akhir dalam media
Fermentasi dilakukan dengan waktu inkubasi 60 jam.
Sampling dilakukan tiap 12 jam untuk analisa kadar
Efektivitas pembentukan alkohol oleh
alkohol, TS, RS, jumlah sel, pH, dan acidity yeast disebut dengan Rasio Fermentasi,
dan dihitung menurut rumus (Anonymous,
Distilasi 1983) sebagai berikut:
𝑉𝑖 . 𝐶𝑒𝑡
𝐹𝑅 = 𝑥 100%
Bioetanol 𝑉𝑓 . 𝑇𝑆𝑖 𝑥 (0.6439)
FR : Rasio Fermentasi
Vi : Volume media pada awal
Gambar 1. Proses Pembuatan Bietanol
fermentasi
dari Biji Sorgum
Vf : Volume media pada akhir
fermentasi
Analisis Data
Cet : Konsentrasi alkohol (%vv)
Analisis data dilakukan
TSi : Total Sugar awal (%wv).
menggunakan Microsoft Excel dengan
parameter uji berupa Sugar Consumption
Ratio dan Fermentation Ratio, kadar Total HASIL DAN PEMBAHASAN
Sugar (TS) menggunakan metode
Modified Somogyi prinsip analisanya Komposisi Total Sugar (TS)
titrimetri, senyawa karbohidrat dipecah Penelitian ini dilakukan pada
menjadi monosakarida dengan proses beberapa varietas sorgum yang

124 | Jurnal Agroindustri Vol. 13 No. 2, November 2023: 121-131


dibudidayakan masyarakat antara lain Tabel 1. Bahan Baku Varietas Biji
kultivar Numbu, Pasar Jum’at (PSJ), Sorgum
Hermada, Tongkol Jantung, Cibodas, dan Varietas
Warna Biji
Total Sugar
Buleleng, dengan volume kerja skala flask Sorgum (TS)
Numbu Kuning 72,81%
20 liter. Berdasarkan Tabel 1. Masing -
masing varietas biji sorgum diuji memiliki Pasar Jumat Putih 72,08%
(PSJ)
karakteristik yang berbeda baik warna,
Hermada Merah 71,90%
kadar gula total (TS%).
Tongkol Coklat 71,36%
Jantung
Cibodas Putih 69,91%
Buleleng Merah 70,28%

73,5
73
72,5
72
71,5
71
70,5
70
69,5
69
68,5
68
Kuning Putih Merah Coklat Putih Merah
Numbu Pasar Jum’at
\\\
Hermada Tongkol Cibodas Buleleng
(PSJ Jantung

Gambar 2. Hasil pengukuran total sugar (%) dari 6 varietas sorgum

Berdasarkan Gambar 2. diketahui (2023), varietas Numbu memiliki kadar


bahwa komposisi TS yang dihasilkan tanin yang lebih rendah dibandingkan
adalah varietas Numbu dengan TS varietas Super 2. Badan Penelitian dan
72,81%. kandungan karbohidrat dalam biji Pengembangan Pertanian tahun 2013,
sorgum selaras dengan hasil penelitian memperkenalkan 17 varietas unggul
Esther et al., (2016), bahwa persentase sorgum, diantaranya varietas Numbu yang
karbohidrat dengan kandungan pati sekitar memiliki kadar tanin yang lebih rendah.
73.80% yang bisa dikonversi sebagai Kandungan karbohidrat atau Total Sugar
bioetanol. Numbu dibandingkan dengan varietas
Faktor yang mempengaruhi proses Cibodas dikarenakan kadar nutrisi dalam
hidrolisis biji sorgum adalah senyawa sorgum yang dihasilkan tidak hanya
tanin yang dapat berikatan dengan protein, dipengaruhi oleh varietas, tetapi
sehingga membentuk ikatan kompleks dan dipengaruhi oleh kondisi lahan penanaman
larut selama proses ekstraksi dan akan (Suarni & Subagio, 2013) . Nilai Total
mengendap saat perlakuan asam Sugar atau karbohidrat total pada sorgum
(Wulandari et al., 2019). Kandungan tanin dalam bentuk pati (Jimoh & Abdullahi,
bervariasi terhadap biji sorgum, penelitian 2017). Pati yang terdapat dalam sorgum
Hong et al. (2020) , mengungkapkan sekitar 50 – 73%. Teridiri dari amilosa 20
bahwa kadar tanin pada biji sorgum hitam 30%, dan amilopektin 70 – 80%
sebesar 11.11 – 136.11 mg/g sorgum. (Dwimargiyanti, 2017). Amilosa dan
Berdasarkan penelitian Prabawa et al., amilopektin akan mempengaruhi sifat

Produksi Bioetanol dari Biji Sorgum (Sorghum bicolor)….(Supriyanti, et al.) | 125


fisikokimia, termal, dan reologi pati. sorgum yang tidak terlalu halus, sehingga
Keduanya merupakan komponen polimer tidak diperlukan energi tambahan untuk
utama pati. Amilosa berpengaruh menghaluskannya kembali.
terhadap proses gelatinisasi dan Tahap selanjutnya dalam proses ini
retrogradasi pati, viskositas, proses gelasi adalah perlakuan kimia dan fisika, yaitu
dan daya cerna R-amilase. Sedangkan hidrolisis enzimatik pati dengan
amilopektin berpengaruh terhadap pemanasan dan pengadukan konstan.
gelatinisasi dan retrogradasi pati (Sang et Enzim α amilase kemudian dipanaskan
al., 2008). hingga suhu 80-90 oC, ditahan selama 60
Proses biokonversi biji sorgum menit (tahap liquifikasi). Bubur kemudian
menjadi bioetanol melibatkan berbagai didinginkan hingga 55 – 60 oC dan enzim
perlakuan mekanik, kimia, fisik dan glukoamilase ditambahkan dan ditahan
biologi yang masing-masing selama 2 jam (tahap sakararifikasi).
mempengaruhi efisiensi proses Tahap akhir dari proses ini adalah
biokonversi senyawa kompleks pati perlakuan biologis. Yaitu, proses
menjadi bioetanol. Langkah pertama fermentasi menggunakan ragi
dalam proses ini adalah memberikan Saccharomyces cerevisiae strain Hakken I,
perlakuan fisis pada biji sorgum, yaitu dengan aerasi dan pengadukan awal
penepungan menggunakan disk mill. selama dua jam pertama, penambahan
Langkah tersebut dapat memecah jaringan nutrisi berupa urea dan NPK. Masa
kulit biji yang selanjutnya berpengaruh inkubasi adalah 60 jam. Selama
pada efisiensi tahap hidrolisis senyawa fermentasi, mikroba menghasilkan enzim
pati dikarenakan disk mill memanfaatkan yang juga berperan dalam degradasi
gaya geser dan menginduksi defiberisasi senyawa tanin, polifenol, dan asam fitat
biomassa (Bassey et al., 2022). Semakin (Setiarto et al., 2017).
kecil ukuran partikel,semakin efisien Berdasarkan penelitian (Yusra &
proses hidrolisis, karena enzim lebih Putri, 2023), bahwa fermentasi spontan
mudah penetrasi dan kontak dengan tepung biji sorgum varietas lokal merah
substrat (Hidayat, 2013). Ukuran partikel melalui perendaman dengan aquadest
tepung biji sorgum yang digunakan adalah mampu menguraikan pati dan
tepung biji sorgum yang lolos ayakan 40 memperbaiki sifat fisikokimia pati secara
mesh. Pemilihan ukuran partikel efektif.
disesuaikan dengan hasil penggilingan biji

Tabel 2. Data Pengukran Total Sugar, Kadar etanol, Fermentation Ratio dan Sugar
Consumption
Varietas Total Sugar Total Sugar Kadar Fermentation Sugar Consumption
Sorgum (TS) Awal (TS) Akhir Etanol Ratio (FR) Ratio (SCR)
Numbu 16,66% 2,10% 9,3% 86,69% 87,39%
Pasar
Jumat 15,76% 2,10% 8,7% 85,73% 86,68%
(PSJ)
Hermada 14,20% 1,88% 7,8% 85,31% 86,76%
Tongkol
15,21% 2,03% 7,2% 73,52% 86,65%
Jantung
Cibodas 15,94% 1,45% 8,8% 85,74% 90,90%
Buleleng 18,84% 2,03% 8,6% 82,45% 87,47%

126 | Jurnal Agroindustri Vol. 13 No. 2, November 2023: 121-131


Pada Tabel 2. menampilkan hasil dalam penelitian (Avif & Oktaviana,
fermentasi bioetanol dari 6 varietas 2021).
sorgum, dimana keberhasilan proses Tahapan hidrolisis enzimatis pati
fermentasi diketahui dari nilai pada tepung sorgum membutuhkan suhu
Fermentation Rasio (FR) dan Sugar hingga 80oC dengan pengadukan
Consumpton Rate (SCR). Terlihat varietas kontinyu. Kontak antara granula pati
Numbu menghasilkan kadar etanol 9.3% dalam tepung dengan katalis enzim α
dengan FR 86.69% dan SCR sebesar amylase dapat terhalang oleh adanya
87.39%. matrik protein, yang kemudian
Berdasarkan Tebel 2. fermentasi menghambat terjadinya pemotongan
bioetanol terbaik terjadi pada proses yang ikatan α 1.4 D-Glukosida pada senyawa
menggunakan bahan baku tepung sorgum amilosa dan amylopektin. Ketika suhu
varietas Numbu, dengan FR sebesar gelatinisasi tercapai, viskositas pasta pati
86,69% dan SCR sebesar 87,39%. Proses meningkat signifikan dan memperlambat
fermentasi sorgum Numbu, yang proses liquifikasi, sehingga tidak langsung
merupakan salah satu varietas sorgum turun. Tingginya viskositas tersebut
manis, mampu menghasilkan gula dengan disebabkan oleh polimerase protein akibat
kadar tinggi dan daya bakar tinggi. terjadinya kontak antara pati dengan
Kualitas biji sorgum untuk bioetanol katalis enzim pada saat dipanaskan
sangat dipengaruhi oleh kandungan (Rustiaty, 2018).
karbohidrat dalam biji. Sorgum dikenal Hidrolisis enzimatis menjadi lebih
memiliki kandungan pati sekitar 78,45%, efisien karena sistem kerja enzim yang
yang membuatnya menjadi sumber khusus dan dapat berlangsung pada
potensial untuk produksi bioetanol kondisi asam, dengan fasilitas pendukung
(Suarni, 2017). Varitas sorgum Cibodas yang lebih ekonomis. Pada tahap
memiliki FR sebesar 85,74%. Ini bisa hidrolisis, kadar gula awal diukur
disebabkan oleh proses konversi yang menggunakan metode Modified Somogyi
lebih lanjut dari alkohol menjadi aldehid. Axelsson (2011).
Penelitian sebelumnya Pabendon et al. Penelitian lain yang dilakukan oleh
(2012) telah menunjukkan bahwa genotipe Kurniadi et al. (2013) menunjukkan bahwa
Watar Hammu Putih dari varietas Numbu kadar tanin dan gula reduksi dalam tepung
memiliki persentase etanol yang lebih sorgum dapat diturunkan melalui
tinggi dalam larutan dibandingkan dengan fermentasi menggunakan bakteri
genotipe lainnya. Lactobacillus acidophilus dengan dosis
Fermentasi yang menggunakan 2.4, 6% v/b, dan waktu inkubasi
substrat biji sorgum dan ragi fermentasi selama 0 jam, 24 jam, 36 jam,
Saccharomyces cerevisiae, berdasarkan dan 48 jam. Hal ini juga mempengaruhi
penelitian Wahono & Damayanti (2011), hasil fermentasi dengan peningkatan kadar
menunjukkan bahwa waktu kerja optimal air, protein terlarut, nilai viskositas, serta
untuk Saccharomyces cerevisiae (khamir) derajat putih.
adalah antara 24 dan 72 jam. Setelah 72 Berdasarkan penelitian Dyartantia et
jam, khamir mati dan proses fermentasi al. (2015), selama reaksi Simultaneous
selesai. Ini juga diperkuat oleh penurunan Saccharification and Fermentation (SSF),
keasaman larutan fermentasi karena dekstrin dan proses Liquifikasi diubah
terbentuknya senyawa asam selama proses menjadi glukosa secara bersamaan
fermentasi. Selain itu, sifat kimia dari pati menjadi etanol. Reaksi SSF menggunakan
dan tepung sorgum putih berbeda dengan katalis Co-mobile (glukoamilase dan ragi).
sorgum merah, seperti yang disebutkan Biji sorgum putih yang diperlakukan

Produksi Bioetanol dari Biji Sorgum (Sorghum bicolor)….(Supriyanti, et al.) | 127


dengan NaOH 0.1 M menghasilkan lebih lapisan lilin dengan kandungan
banyak bioetanol dibandingkan dengan amilopektin tinggi, sehingga proses
biji sorgum tanpa perlakuan, dengan bioetanol dengan consolidated
konsentrasi ragi sebesar 9%. Membuat bioprocessing (CBP) lebih tepat
beads biokatalitik dengan metode co- diabandingkan dengan proses SSF.
immobilisasi memungkinkan penggunaan Biji sorgum mengandung 65–71%
biokatalis ini secara berulang. pati, yang dapat dihidrolisis menjadi
Produktivitas etanol juga dapat monosakarida seperti glukosa cair dan
ditingkatkan dengan reaksi SSF yang sirup fruktosa (Zadha & Raharjo, 2013).
simultan yang dikatalisasi. Dyartantia et Monosakarida ini dapat difermentasi
al. (2015) menyatakan bahwa biji sorgum menjadi alkohol. Fermentasi pati sangat
yang digunakan dalam produksi bioetanol dipengaruhi oleh konsentrasi inokulum
harus diolah terlebih dahulu sebelum dapat yang ditambahkan, seperti yang
digunakan dalam produk yang lebih tinggi. disebutkan dalam penelitian Esther et al.
Maksimum etanol yang diperoleh (2016), yang menemukan bahwa kondisi
menggunakan bahan baku sorgum dengan optimum fermentasi menggunakan pati
konsentrasi enzim glukoamylase 35% dan sorgum adalah penambahan inokulum
ragi 9% adalah 11,48%. Xiao et al. (2021) Saccharomyces cerevisiae sebesar 2,5%
mengembangkan fermentasi dalam dengan waktu fermentasi selama 72 jam,
keadaan padat (ASSF) yang mampu mampu menghasilkan yang menghasilkan
menghasilkan etanol dari ampas sorgum bioetanol sebesar 1,329% (v/v).
manis yang difermentasi. Dalam produksi bioetanol
Menurut penelitian Haryani et al. menggunakan biji sorgum, efisiensi etanol
(2021), peningkatan kadar gula pereduksi dan profil senyawa volatil sangat
sebagai respons terhadap peningkatan dipengaruhi oleh bahan baku, kultivar
konsentrasi pati disebabkan oleh bahan baku, dan proses fermentasi
peningkatan jumlah substrat pati yang (Szambelan et al., 2020).
dapat terhidrolisis. Semakin banyak Produksi bioetanol menggunakan
substrat, semakin banyak interaksi antara biji sorgum umumnya dilakukan pada biji
enzim dan substrat, yang berarti lebih yang memiliki kualitas rendah atau telah
banyak gula yang terbentuk. Dengan terkontaminasi oleh fungi (Subagio &
bantuan Saccharomyces cerevisiae, yeast Suryawati, 2013). Biji sorgum yang
ini menghasilkan enzim yang mengubah digunakan dalam penelitian ini adalah biji
gula pereduksi menjadi etanol. Semakin sorgum yang tidak terkontaminasi. Proses
banyak yeast yang digunakan, semakin penghilangan kontaminasi dapat
banyak enzim zimase yang dihasilkan. mengakibatkan pengelupasan lapisan
Enzim zimase dapat mengubah glukosa aleuron yang kaya akan protein, serat
dan fruktosa menjadi karbon dioksida dan kasar, dan lipid (Setiarto et al., 2017).
alkohol. Ini konsisten dengan penelitian Oleh karena itu, karakteristik ini
yang telah dilakukan pada konsentrasi menunjukkan bahwa sorgum manis adalah
yang lebih kecil. Menurut pernyataan tanaman yang cocok untuk produksi
Novriandi et al. (2016), aktivitas biofuel dalam kondisi iklim panas dan
Saccharomyces cereviceae dalam kering dibandingkan dengan tanaman lain.
mengubah pati sorgum menjadi etanol Selain itu, ampas sorgum juga dapat
sangat dipengaruhi oleh penambahan digunakan sebagai sumber energi,
Cordyceps sinensis. produksi kertas atau papan serat, silase
Selain itu berdasarkan penelitian untuk pakan ternak, atau produksi etanol.
Malherbe et al., (2023), sorgum meiliki

128 | Jurnal Agroindustri Vol. 13 No. 2, November 2023: 121-131


KESIMPULAN Axelsson, J. (2011). Separate Hydrolysis
and Fermentation of Pretreated
Sebanyak enam varietas biji sorgum
Spruce. Linköping University.
(Sorghum bicolor) telah diuji sebagai
bahan baku proses hidrolisis enzimatis Bassey, J. B., Odesola, I. F., & Olawuyi, J.
untuk menghasilkan bioethanol Kadar A. (2022). A Comparative
Gula Total (TS) bahan baku yang diuji Technique for Performance
berkisar antara 69 – 73% dengan nilai Evaluation of Hammer Mill and
tertinggi terdapat pada biji sorgum varietas Disk Mill in Yam Flour
Numbu yaitu 72,81%. Efisiensi proses Processing. World Journal of
konversi bioetanol tertinggi juga dicapai Engineering and Technology,
biji sorgum varietas Numbu dengan FR 10(03), 613–625. https://doi.org/10
86,69% dan SCR 87,39%. saran untuk .4236/wjet.2022.103040
penelitian selanjutnya; misalnya terkait
dengan : metode ekstraksi, studi lanjut Dyartantia E. R., Margono, Pronolo, S. H.,
tentang varietas sorgum, optimasi proses, Setiani, B., & Nurhayati, A.
kualitas bioethanol yang dihasilkan. (2015). Bioethanol from sorghum
grain (Sorghum bicolor) with SSF
UCAPAN TERIMA KASIH reaction using biocatalyst co-
immobilization method of
Terima kasih kepala Balai Besar glucoamylase and yeast. Energy
Teknologi Pati (B2TP) Badan Pengkajian Procedia, 68, 132–137.
dan Penerapan Teknologi (BPPT), anggota
tim kegiatan program bioethanol Esther, F., Bonita, Yenie Elvie, & Muria,
menggunakan biji sorgum yang membantu S. R. (2016). Produksi Bioetanol
pelaksanaan penelitian. Dari Pati Sorgum Dengan
Penambahan Tween 80 dan
DAFTAR PUSTAKA Ekstrak Cordyceps Sinensis
Mycelium: Variasi Konsentrasi
Arif, A. B., Budiyanto, A., Diyono, W., & Inokulum. Jurnal Online
Richana, N. (2018). Optimasi Mahasiswa Fakultas Teknik
Waktu Fermentasi Produksi Universitas Riau, 3(1) 1-8.
Bioetanol Dari Dedak Sorghum
Manis (Sorghum Bicolor L) Haryani, K., Handayani, H. N. A., Harles,
Melalui Proses Enzimatis. Jurnal H., & Putri, S. A. (2021). Pengaruh
Penelitian Pascapanen Pertanian, Konsentrasi Pati dan Yeast pada
14(2), 67. https://doi.org/10.21082/ Pembuatan Etanol dari Pati
jpasca.v14n2.2017.67-78 Sorgum Melalui Proses
Simultaneous Saccharification and
Avif, A. N., & Oktaviana T. D, A. (2021). Fermentation (SSF) dan Separated
Analisis Sifat Kimia Tepung Dan Hydrolysis Fermentation (SHF).
Pati Sorgum Dari Varietas Jurnal Rekayasa Mesin, 16(2),
Bioguma Dan Lokal di Provinsi 133–139.
Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Lantanida Journal, 8(2), 178. Hidayat, C. (2021). Review: Penggunaan
https://doi.org/10.22373/lj.v8i2.812 Sorgum sebagai Bahan Pakan
0 Sumber Energi Pengganti Jagung
dalam Ransum Ayam Pedaging.
Jurnal Peternakan Indonesia,

Produksi Bioetanol dari Biji Sorgum (Sorghum bicolor)….(Supriyanti, et al.) | 129


23(3), 262–275. DOI:10.25077/jpi Nasution, Elmadani., Setiawati, V. Rori. ,
.23.3.262-275.2021 & Nairfana, I. (2021). Pengaruh
Lama Fermentasi Terhadap Mutu
Hidayat, M. R. (2013). Teknologi Organoleptik, Tingkat Keasaman
Pretreatment Bahan Lignoselulosa (Ph) Dan Tingkat Kemanisan Tape
Dalam Proses Produksi Bioetanol. Sorghum (Sorghum bicolor L.
Biopropal Industri, 4(1), 33–48. Moench). Food and Agroindustry
Journal, 2(2), 53–61.
Jeevanandhan, S., & Ganesh, D. (2017).
Production of Bioethanol from Nofita, D., & Dewangga, R. (2021).
Sweet Sorghum. International. Optimasi Perbandingan Pelarut E
Journal of Advanced Research in tanol Air Terhadap
Civil, Structural, Environmental Kadar Tanin pada Daun Matoa
and Infrastructure Engineering (Pometia pinnata J.R & G. Forst )
and Developing. 3(1), 482-487. Secara Spektrofotometri. Chimica
et Nature Acta, 9(3), 102–106.
Kurniadi, M., Andriani, M., Faturohman, https://doi.org/DOI: https://doi.org/
F., & Damayanti, E. (2013). 10.24198/cna.v9.n3.36768
Karakteristik Fisikokimia Tepung
Biji Sorghum (Sorghum bicolor L.) Novriandi, R., Yenie, E., & Muria, S. R.
Terfermentasi Bakteri Asam Laktat (2016). Produksi Bioetanol Dari
Lactobacilllus acidophilus. Pati Sorgum Dengan Variasi
AgriTECH, 33(3), 288-295/ Penambahan Cordyceps Sinensis
Dan Waktu Fermentasi. Jom
Lina, E. C., & Martius, W. S. (2020). FTEKNIK, 3(2), 1-6.
Sosialisasi Potensi Beberapa
Varietas Sorgum Sebagai Bahan Rustiaty, B. (2018). Optimasi Proses
Baku Makanan Olahan. Jurnal Hidrolisis Biji Sorgum untuk
Ilmiah Pengembangan Dan Fermentasi Bioetanol dan
Penerapan Ipteks, 27(No.3), 165– Pemanfaatan Komponen Padatnya.
172. Jurnal Balitbanda Lampung, 6(2),
157-178.
Malherbe, S. J. M., Cripwell, R. A.,
Favaro, L., van Zyl, W. H., & Selle, P. H., Moss, A. F., Truong, H. H.,
Viljoen-Bloom, M. (2023). Khoddami, A., Cadogan, D. J.,
Triticale and sorghum as feedstock Godwin, I. D., & Liu, S. Y. (2018).
for bioethanol production via Outlook: Sorghum as a feed grain
consolidated bioprocessing. for Australian chicken-meat
Renewable Energy, 206, 498–505. production. Animal Nutrition, 4(1),
https://doi.org/10.1016/j.renene.20 17–30. https://doi.org/10.1016/j.ani
23.02.047 nu.2017.08.007

Maulana, M., & Azis, M. (2016). Kinerja Setiarto, R. H. B., Widhyastuti, N., &
dan Prospek Pengembangan Bahan Saskiawan, I. (2017). Pengaruh
Bakar Nabati di Indonesia. Forum Fermentasi Fungi, Bakteri Asam
Penelitian Agro Ekonomi, 30(2), Laktat dan Khamir terhadap
147. https://doi.org/10.21082/fae.v Kualitas Nutrisi Tepung Sorgum
3 0n2.2012.147-158 (Effect of Lactic Acid Bacteria,
Fungi and Yeast Fermentation on
Nutritional Quality of Sorghum

130 | Jurnal Agroindustri Vol. 13 No. 2, November 2023: 121-131


Flour). Agritech, 36(4), 440. (2019). Karakterisasi Sifat
https://doi.org/10.22146/agritech.1 Fungsional Isolat Protein Biji
6769 Sorgum Merah (Sorghum bicolor
(L.) Moench) Varietas Lokal
Sinta, A. G., Kolaka, L., & Damhuri, D. Bandung. Chimica et Natura Acta,
(2022). KARAKTERISASI 7(1), 14. https://doi.org/10.24198/c
SORGUM (Sorghum bicolor (L.) na.v7.n1.19683
Moench) Aksesi Badong Asal Desa
Amonggedo, Kecamatan Xiao, M.-Zhao., Sun, Qian., Hong, Si.,
Amonggedo, Kabupaten Konawe. Chen, W.-Jing., Pang, Bo., Du, Z.-
Ampibi: Jurnal Alumni Pendidikan Yan., Yang, W. Bin., Sun,
Biologi, 7(3), 99. https://doi.org/10. Zhuohua., & Yuan, T. Q. (2021).
36709/ampibi.v7i3.25043 Sweet sorghum for
phytoremediation and bioethanol
Suarni, S. (2017). Peranan Sifat production. Journal of Leather
Fisikokimia Sorgum dalam Science and Engineering, 2(32), 1-
Diversifikasi Pangan dan Industri 23. https://doi.org/10.1186/s42825
serta Prospek Pengembangannya. -021-00074-z
Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 35(3), Yusra, S., & Putri, E. (2023). Karakteristik
99. https://doi.org/10.21082/jp3.v3 Fisikokimia Tepung Sorgum
5n3.2016.p99-110 (Sorghum bicolor L.) Varietas
Lokal Merah dengan Fermentasi
Subagio, H., & Suryawati. (2013). Sorgum Spontan. JURNAL AGROTEKNO-
Inovasi Teknologi dan LOGI, 16(02), 163. https://doi.or
Pengembangan (Sumarno, D. S. g/10.19184/jagt.v16i02.35046
Damardjati, M. Syam, &
Hermanto, Eds.). IAARD Press. Zadha, H., Raharjo W. (2013). ISolasi
Dekstrin dari Pati Sorgum dengan
Szambelan, K., Nowak, J., Szwengiel, A., Proses Hidrolisa Parsial.
& Jeleń, H. (2020). Comparison of Menggunakan Enzim α-Amilase.
sorghum and maize raw distillates: Jurnal Teknologi Kimia dan
Factors affecting ethanol efficiency Industri 2(2), 116 -121.
and volatile by-product profile.
Journal of Cereal Science, 91, Zubair, A. (2018). SORGUM- Tanaman
102863. https://doi.org/10.1016/j.j Multi Manfaat (A. Zubair, Ed.;
cs.2019.102863 2Edition ed.). Unpad Press.

Wulandari, E., Sihombing, F. S. P.,


Sukarminah, E., & Sunyoto, M.

Produksi Bioetanol dari Biji Sorgum (Sorghum bicolor)….(Supriyanti, et al.) | 131

You might also like