You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/234166958

PRODUKSI BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI


DAN FERMENTASI SERENTAK DENGAN VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI

Article · November 2012

CITATIONS READS

2 5,980

1 author:

Zuqni Meldha
University of Sumatera Utara
3 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Zuqni Meldha on 21 May 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PRODUKSI BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES
SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK DENGAN VARIASI
TEMPERATUR LIQUIFIKASI

Zuqni Meldha, Chairul, Said Zul Amraini


Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau
Jl. HR Subrantas Km 12,5 Kampus Bina Widya Panam Pekanbaru 28293
Email : zumeld@yahoo.com

ABSTRACT
One of the materials that have potential as raw material for bioethanol is
sorghum. Sorghum has advantages over sugarcane and maize, that is a shorter
harvest time , needs little water and a source of ethanol can be obtained from the
sap, starch and pulp. This study used the seeds of sorghum as raw material for
bioethanol by simultaneous saccharification and fermentation process by varying
the temperature liquifications, that is 75°C, 85°C, 95°C, and 105°C and the
sampling time is 12, 24, 48 and 72 hours. This study aims to determine the best
liquification temperature of sorghum starch conversion into bioethanol and
determine the best fermentation time on levels of bioethanol produced. Tests were
conducted with alcoholmeter. The results shows that the best sugar liquification
results is in the amount of 14.001 g/l at temperature of 95°C and the best ethanol
concentration is 40 g/l at 48 hours of fermentation time with liquification
temperature is 95°C.
Keywords: Bioethanol, liquification, pichia stipitis, sorghum.

1. PENDAHULUAN
Isu krisis energi menjadi kebutuhan akan bahan bakar dapat
ramai diperbincangkan beberapa terpenuhi. Bahan bakar berbasis
tahun belakangan ini. Krisis energi nabati juga dapat mengurangi
terjadi karena mulai menipisnya pencemaran lingkungan, sehingga
cadangan bahan bakar fosil. Karena lebih ramah lingkungan [Assegaf,
konsumsi manusia yang berlebih dan 2009].
ketergantungannya pada bahan bakar
fosil menyebabkan cadangan bahan Bahan bakar berbasis nabati
bakar tersebut menjadi semakin salah satu contohnya adalah
menipis, sedangkan untuk bioetanol. Bioetanol dibuat dari
pembaharuannya diperlukan waktu biomassa. Salah satu biomassa yang
ribuan bahkan jutaan tahun [Istantini potensi untuk dimanfaatkan menjadi
dan Purnama, 2011]. Bahan bakar bioetanol adalah sorgum. Sorgum
berbasis nabati diharapkan dapat mempunyai banyak keunggulan
mengurangi terjadinya kelangkaan seperti mempunyai adaptasi
bahan bakar minyak, sehingga lingkungan yang luas, membutuhkan
jumlah air yang sedikit, cocok untuk 2. METODA PENELITIAN
dryland farming system, tahan
kondisi marginal [Hoeman, 2011]. Bahan yang digunakan dalam
Potensi tanaman sorgum digunakan pembuatan bioetanol adalah biji
sebagai bahan baku pembuatan sorgum yang digiling (grinding)
bioetanol sangat besar karena sumber untuk mendapatkan patinya. Pati
bahan bakunya dapat diambil dari yang dihasilkan akan diseragamkan
pati, nira, dan ampas dari sorgum. ukurannya yaitu 100 – 200 mesh.
Sorgum memiliki komposisi pati Setelah itu pati diliquifikasi dengan
sebanyak 80,42% [Suarni, 2004]. menggunakan enzim α – amilase
Komposisi pati sorgum tersebut selama 2 jam dengan temperatur
sangat berpotensi sebagai sumber 75°C, 85°C, 95°C, dan 105°C, dan
bahan bakar nabati yaitu bioetanol. pH liquifikasi adalah 5. Pada proses
ini juga dilakukan penambahan
Pati sorgum dapat dikonversi CaCl2. Fungsi CaCl2 adalah untuk
menjadi bioetanol melalui proses meningkatkan aktivitas kerja dan
hidrolisis dan fermentasi. Metode menjaga kestabilan enzim α –
hidrolisis dapat dilakukan dengan amilase. Setelah diliquifikasi,
katalis asam dan secara enzimatis. dekstrin yang terbentuk akan
Metode hidrolisis secara enzimatis disakarifikasi awal selama 3 jam, pH
lebih sering digunakan karena lebih sakarifikasi 5 dan temperatur
ramah lingkungan dibandingkan sakarifikasi awal 60°C. Sebagian
dengan katalis asam. Proses dekstrin akan diukur konsentrasi gula
hidrolisis secara enzimatis terbagi awalnya dengan menggunakan
menjadi dua proses yaitu liquifikasi metode Nelson somogy. Glukosa
dan sakarifikasi. Liquifikasi yang terbentuk pada proses
merupakan proses mengubah pati sakarifikasi awal akan dikonversi
mejadi gula komplek (dekstrin). menjadi bioetanol pada proses
Sedangkan sakarifikasi adalah proses sakarifikasi dan fermentasi serentak
mengubah dekstrin menjadi gula (SFS) dengan yeast Pichia stipitis,
sederhana (glukosa) [Atika, 2010]. dimana temperatur SFS adalah
temperatur kamar dan pH nya adalah
Setelah dihidrolisis, glukosa 5. Proses SFS ditunjukkan pada
fermentasi dengan menambahkan Gambar 1.
yeast sehingga diperoleh bioetanol.
Oleh karena proses liquifikasi dan
fermentasi merupakan salah satu Proses Sakarifikasi
proses yang penting pada proses Dekstrin glukosa
konversi sorgum menjadi bioetanol,
maka penelitian ini bertujuan untuk
menentukan temperatur liquifikasi Proses Fermentasi

terbaik dari konversi pati sorgum Glukosa Bioetanol


menjadi bioetanol dan menentukan
waktu fermentasi terbaik terhadap
kadar bioetanol yang dihasilkan. Gambar 1 Sakarifikasi dan
Fermentasi Serentak
Sebelum dilakukan proses Tabel 1 Konsentrasi Gula Awal dari
SFS, terlebih dahulu dilakukan stok Pati Sorgum Murni
pembiakan yeast dan persiapan
inokulum yeast. Pembiakan yeast Temperatur Konsentrasi Gula
dilakukan pada medium potato (°C) (g/l)
dextro agar (PDA) dan diinkubasi 75 11,953
selama 2 – 4 hari. Setelah yeast 85 12,977
tumbuh, dilakukan pembuatan 98 14,001
inokulum yang terdiri dari yeast dan 105 13,591
medium cair. Medium cair terdiri
dari glukosa, yeast ekstract,
KH2PO4, Mg2SO4.7H2O, (NH4)2SO4 Dari Tabel 1 di atas,
dan aquades. Cara pembuatan dilakukan analisa konsentrasi gula
inokulum yeast dapat dilihat pada awal dari masing-masing pati
Gambar 2. sorgum pada setiap variasi
temperatur liquifikasi, dan diperoleh
Medium steril konsentrasi rata-rata gula awal
Stok yeast
sebanyak 13,131 g/l. Hasil dari
yeast
proses SFS akan pisahkan dari
PDA impuritisnya dengan cara penguapan
dengan metode Guymon. Dimana
prosesnya adalah 100 mL dari cairan
hasil fermentasi ditambah dengan 15
– 25 mL air Setelah itu distilat
Stok yeast diukur kadar alkoholnya dengan
Inokulum yeast
alkoholmeter. Sebagian dari cairan
fermentasi juga akan diukur
Gambar 2 Pembuatan Inokulum
konsentrasi gula akhirnya dengan
Yeast
menggunakan metode Nelson
3. HASIL DAN PEMBAHASAN somogy. Kemudian diuapkan sampai
menghasilkan 100 mL distilat.
Analisa konsentrasi gula awal
pati sorgum. Analisa konsentrasi Hasil Fermentasi Pati Sorgum
gula awal pati sorgum pada
Untuk menentukan kondisi
penelitian ini dilakukan dengan
optimum fermentasi pati sorgum
menggunakan metode Nelson
menjadi bioetanol dengan
somogy dengan spektrofotometer
menggunakan yeast Pichia stipitis,
sinar tampak. Hasil analisa
variabel yang divariasikan adalah
konsentrasi gula awal dapat dilihat
waktu fermentasi. Temperatur
pada Tabel 1.
fermentasi pada temperatur kamar
(25 – 30°C). Kondisi optimum dalam
fermentasi pati sorgum ini ditentukan
dengan cara mengukur konsentrasi
bioetanol hasil fermentasi yang telah
dilakukan proses penguapan terlebih
dahulu untuk memisahkan cairan
hasil fermentasi dengan impuritis – Dari Gambar 3 dapat dilihat
impuritis. Konsentrasi bioetanol bahwa pada temperatur liquifikasi
diukur dengan menggunakan 75°C dan 85°C diperoleh konsentrasi
alkoholmeter. Konsentrasi bioetanol bioetanol tertinggi pada waktu 24
yang diperoleh pada masing-masing jam dengan konsentrasi bioetanolnya
variabel penelitian dapat dilihat pada masing – masing adalah 3% v/v.
Tabel 2. Sedangkan untuk temperatur
liquifikasi 95°C dan 105°C diperoleh
Waktu Konsentrasi Bioetanol (%v/v) konsentrasi bioetanol tertinggi pada
(Jam) dengan Variasi Temperatur
Liquifikasi waktu 48 jam dengan konsentrasi
75°C 85°C 95°C 105°C bioetanolnya masing – masing
12 1 2 1 1 adalah 4% v/v dan 2% v/v. Jadi
24 3 3 2 1 konsentrasi bioetanol tertinggi dari
48 2 2 4 2 hasil fermentasi yang dilakukan
72 2 1 2 1 adalah 4% v/v yang diperoleh pada
waktu fermentasi 48 jam dengan
Pengaruh Waktu Fermentasi temperatur liquifikasi 95°C.
terhadap Perolehan Bioetanol Pada penelitian ini, waktu
dengan Variasi Temperatur fermentasi yang divariasikan adalah
Liquifikasi 12 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Hasil proses fermentasi Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa
dianalisa konsentrasi bioetanolnya konsentrasi bioetanol tertinggi adalah
dengan menggunakan alkoholmeter. 4% v/v yang diperoleh pada waktu
Data konsentrasi bioetanol dapat fermentasi 48 jam dengan temperatur
dilihat pada Tabel 2. Hubungan liquifikasi 95°C. Waktu fermentasi
antara variasi temperatur liquifikasi berpengaruh terhadap hasil
dan waktu fermentasi terhadap bioetanol, karena semakin lama
perolehan bioetanol dapat dilihat waktu fermentasi akan meningkatkan
pada Gambar 3. kadar bioetanol. Namun bila
fermentasi terlalu lama nutrisi dalam
Temperatur75
75°C
substrat akan habis dan yeast Pichia
Temperatur C Temperatur
Temperatur 85 C
85°C
Temperatur
Temperatur95 C
95°C Temperatur
Temperatur 105 C
105°C
stipitis tidak lagi dapat
4%
memfermentasi glukosa, sehingga
yeast Pichia stipitis kekurangan
Konsentrasi Bioetanol (% v/v)

3% makanan yang mengakibatkan


2% kinerjanya menurun dan
mengakibatkan kadar bioetanol yang
1%
dihasilkan akan menurun juga.
0%
0 12 24 36 48 60 72 Konsentrasi substrat yang
Waktu Fermentasi (jam)
terlalu tinggi dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme
Gambar 3 Hubungan Antara Waktu sehingga laju konversi menjadi
Fermentasi Terhadap Konsentrasi lambat [Herlinda, 2011]. Selain itu
Bioetanol dengan Variasi pemilihan yeast dalam proses
Temperatur Liquifikasi. fermentasi juga berpengaruh
terhadap hasil fermentasi. Hal ini penurunan. Hal ini terjadi karena
dikarenakan karakteristik dari setiap konsentrasi gula yang semakin
yeast dalam memfermentasikan gula berkurang hanya digunakan yeast
menjadi bioetanol itu berbeda – beda untuk perkembangannya, sehingga
[Yandra, 2011]. tidak semua substrat terkonversi
menjadi produk, sedangkan bioetanol
Pengaruh Waktu Fermentasi yang sudah terbentuk dapat
Terhadap Konsentrasi Gula Sisa menghambat pertumbuhan yeast
Hasil Fermentasi dengan Variasi [Bulawayo, 1996].
Temperatur Liquifikasi
Kemudian pada temperatur
Hubungan antara waktu fermentasi 85°C dan 95°C dapat dilihat
terhadap konsentrasi gula sisa hasil konsentrasi gula sisa hasil fermentasi
fermentasi dengan variasi temperatur semakin berkurang. Penurunan
liquifikasi dapat dilihat pada Gambar konsentrasi gula tersebut terjadi
4. karena yeast membutuhkan substrat
Temperatur7575°C
untuk pertumbuhan, baik
Temperatur C
0.450
memperbanyak maupun
Konsentrasi Gula Sisa (g/l)

Temperatur8585°C
Temperatur C
0.400
0.350
Temperatur9595°C
Temperatur
Temperatur105
Temperatur
C
105°C
C
mempertahankan hidup sel. Gula
0.300 digunakan oleh yeast untuk
0.250
0.200 beraktivitas sehingga menghasilkan
0.150 bioetanol sebagai metabolit primer
0.100
0.050 [Rachman, 1989]. Sementara itu
0.000 konsentrasi bioetanol meningkat
0 12 24 36 48 60 72
Waktu Fermentasi (jam) seiring berkurangnya konsentrasi
gula sisa. Setelah mencapai waktu
Gambar 4 Hubungan Waktu tertentu, bioetanol hasil fermentasi
Fermentasi Terhadap Konsentrasi kembali mengalami penurunan. Hal
Gula Sisa Hasil Fermentasi dengan ini disebabkan konsentrasi gula yang
Variasi Temperatur Liquifikasi semakin berkurang dan pembentukan
bioetanol produk dari fermentasi
Dari Gambar 4 dapat dilihat dapat menghambat pertumbuhan
pada temperatur 75°C dan 105°C yeast dan adanya reaksi lanjut dari
konsentrasi gula sisa pada waktu 12 bioetanol yang teroksidasi menjadi
dan 24 jam semakin menurun, tetapi asam asetat [Herlinda, 2011]. Reaksi
pada waktu 48 jam konsentrasi gula pembentukan asam asetat adalah
sisa naik dan pada waktu 72 jam sebagai berikut:
kembali turun lagi. Kenaikan
konsentrasi gula pada waktu 48 jam C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O (1)
dapat disebabkan oleh laju proses
sakarifikasi meningkat, sehingga laju 4. KESIMPULAN
pembentukan gula juga meningkat.
Dari penelitian yang telah
Sementara itu konsentrasi bioetanol
dilakukan dapat diambil kesimpulan
meningkat seiring berkurangnya
bahwa konsentrasi gula awal hasil
konsentrasi gula sisa. Setelah
liquifikasi pati sorgum terbaik yaitu
mencapai waktu tertentu, bioetanol
14,001 g/l pada temperatur 95°C.
hasil fermentasi kembali mengalami
Temperatur liquifikasi terbaik adalah Stipitis, Skripsi, Universitas
pada temperatur 95°C dengan Riau.
konsentrasi etanol 40 g/l dan waktu Hoeman, S., 2011, Seminar
fermentasi 48 jam. Perkembangan Teknologi
Sorgum Dari Riset
5. SARAN SampaiIndustri,
http://www.batan.go.id, 16 Mei
Adapun saran dari peneliti
2012.
adalah penelitian ini berlangsung
Istantini, A., dan Purnama, A., 2011,
secara batch, maka perlu dikaji
Sagu Sebagai Alternatif
proses fermentasi pati sorgum
Bioetanol Untuk Menjawab Isu
menjadi etanol dengan sistem
Krisis Energi di Masa
sinambung/kontinyu. Perlu
Mendatang, PKM-GT, Institut
dikembangkan dan dilaksanakan
Pertanian Bogor.
penelitian lebih lanjut untuk
Rachman, 1989, Pengantar
memurnikan bioetanol hasil
Teknologi Fermentasi,
fermentasi pati sorgum, sehingga
Departemen Pendidikan dan
diperoleh bioetanol dengan tingkat
Kebudayaan Direktorat Jenderal
kemurnian yang tinggi.
Pendidikan Tinggi Pusat Antar
DAFTAR PUSTAKA Universitas, Ed. 1, Institut
Pertanian Bogor, Hal. 38-40.
Assegaf, F., 2009, Prospek Produksi Suarni, 2004, Pemanfaatan Tepung
Bioetanol Bonggol Pisang Sorgum Untuk Produk Olahan,
(Musa Paradisiacal) Jurnal Litbang Pertanian, No.
Menggunakan Metode 23 (Vol. 4), Hal. 38-39.
Hidrolisis Asam dan Enzimatis, Yandra, R.E, 2011, Sakarifikasi dan
Skripsi, Universitas Jenderal Fermentasi Serentak Reject Pulp
Soedirman. menjadi Bioetanol
Atika, B., 2010, Pemanfaatan Pati Menggunakan Enzim Selulase,
Suweg (Amorphophallus Xylanase dan Pichia stipitis,
Campanulatus B) Untuk Skripsi, Universitas Riau.
Pembuatan Dekstrin Secara
Enzimatis, Thesis, Universitas
Pembangunan Nasional.
Bulawayo, B., 1996, Ethanol
Production by Fermentation of
Sweet-Stem Sorghum Juice
Using Various Yeast Strains,
World Journal of Microbiology
and Biotechnology, No.1 (Vol.
12), Hal. 357-360.
Herlinda, Y., 2011, Pembuatan
Bioetanol dari Nira Sorgum
dengan Proses Fermentasi
Menggunakan Yeast Pichia

View publication stats

You might also like