You are on page 1of 10

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.

2 (Agustus 2008) 121-130

EFEKTIVITAS KONSENTRAT PROTEIN WHEY DAN DEKSTRIN UNTUK


MEMPERTAHANKAN VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM
STARTER KERING BEKU YOGH
YOGHURT

Efectiveness of Whey Protein Consentrates and Dextrins to Maintain


Viability of Lactic Acid Bacteria in Frozen Dried Starter
Starter Yogh
Yoghurt

Shanty Karinawatie, Joni Kusnadi, dan Erryana Martati

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian,-Universitas Brawijaya


Jl. Veteran - Malang

ABSTRACT

The aim of this research was to investigate the effect of dextrins (0, 35, 40 and
45% (w/w) as cryoprotectant agent and whey protein concentrates (WPC) (0, 2 and 4%
(w/v)) as nutrition which promote lactic acid bacteria (LAB) growth, to maintain viability
of LAB in frozen dried yoghurt starter. The result of this study showed that WPC and
dextrin can maintain LAB yoghurt in frozen dried starter, effectively. WPC concentrations
showed very significant difference on LAB total and water content. Dextrin
concentrations showed very significant difference on all parameters. The best treatment
resulted from the combination of 4% WPC and 45% dextrin added. The characteristics
were LAB total of 8,21 log CFU/g, water content of 5,28% and lightness 71. Yoghurt
product made by the best treatment of frozen dried starter were not give significant
differences with yoghurt product using liquid starter on LAB total, pH, acidity total and
reducing sugar. To make yoghurt, the percentage of frozen dried starter was 7,45%
(w/v) whereas the percentage of liquid starter was 2% (w/v).

Key Word : LAB viability, frozen dried starter, freeze drying, dextrin, WPC

PENDAHULUAN lemari pendingin dan harus diremajakan


setiap minggu dengan menumbuhkan
Yoghurt merupakan salah satu hasil kembali dalam medium susu skim. Di
olahan susu yang diperoleh dari proses samping itu kemungkinan terkontaminasi
fermentasi menggunakan bakteri asam sangat tinggi, bahkan dapat pula terjadi
laktat (BAL) yaitu Streptococcus mutasi pada mikroorganisme tersebut
thermophillus dan Lactobacillus yang menyebabkan perubahan-
bulgaricus. Kedua jenis bakteri tersebut perubahan karakteristik kultur starter.
mampu mengubah sebagian laktosa Kondisi ini dapat menimbulkan
menjadi asam laktat dan memecah ketidakseragaman kualitas produk yang
senyawa-senyawa protein menjadi dihasilkan. Oleh karena itu perlu adanya
asam-asam amino. Akibatnya, nilai gizi alternatif penanganan kultur starter yang
yoghurt meningkat karena lebih mudah tepat, salah satunya adalah dengan
diserap oleh manusia. penyediaan kultur starter kering.
Pada awal perkembangannya, Salah satu metode untuk
yoghurt dibuat dengan menggunakan sisa menghasilkan starter kering adalah
yoghurt yang dibuat sebagai starter, pengeringan beku yang menggunakan
sehingga mutu yoghurt yang dihasilkan tekanan rendah dan suhu rendah, dan
tidak konsisten (Suarni, 1990). sangat cocok digunakan untuk
Penanganan kultur starter dalam bentuk mengeringkan bahan yang mempunyai
cair memerlukan banyak tenaga dan resistensi terhadap panas yang rendah,
biaya karena kultur harus disimpan dalam seperti mikrob. Pemilihan metode

121
Efektivitas Konsentrat Whey dan Dekstrin untuk Viabilitas BAL (Karinawatie dkk)

pengeringan ini didasarkan pada besar dibandingkan pada medium susu


keunggulan pengeringan beku untuk skim.
mempertahankan BAL lebih tinggi Tujuan dari penelitian ini adalah
daripada metode pengeringan lain yang untuk mengetahui konsentrasi dekstrin
menggunakan suhu tinggi, seperti dan konsentrat protein whey yang tepat
pengeringan vakum. agar diperoleh kultur starter kering
Pengeringan beku starter yoghurt dengan viabilitas dan kualitas yang baik.
berarti perubahan kondisi kultur dari fase
cair menjadi fase padat dengan cara BAHAN DAN METODE
sublimasi. Keuntungan starter dalam
bentuk kering adalah kemudahan Bahan dan Alat
penanganan selama penyimpanan dan Bahan yang digunakan dalam
transportasi (Suarni, 1990). Idris (1992) penelitian ini meliputi susu skim bubuk
menambahkan starter kering memiliki (Toko Avia Malang), gelatin (PT.
daya simpan yang lama. Akan tetapi Indomurni Dairy Industry Pandaan),
starter kering juga memiliki kelemahan kultur starter yoghurt (Lactobacillus
karena pengeringan beku dilakukan pada bulgaricus dan Streptococcus
suhu yang rendah dan terdapat tahapan thermophillus) (PT. Indomurni Dairy
pembekuan dan pengeringan. Menurut Industry Pandaan), susu pasteurisasi
Troller and Christian (1978), “INDOMILK” (Hypermart Malang),
pengeringan dan pembekuan dapat konsentrat protein whey 80% (pabrik
menurunkan viabilitas mikob. susu “ANLENE” Yogyakarta), dan
Oleh karena itu perlu adanya dekstrin (PT. Panadia Malang).
penggunaan bahan yang dapat Bahan yang digunakan untuk analisis
memberikan fungsi perlindungan pada sel mikrobiologi adalah media MRS dan
mikrob selama pengeringan beku. Bahan pepton (Laboratorium Mikrobiologi Hasil
pelindung yang digunakan adalah Pertanian-THP-Universitas Brawijaya).
dekstrin. Pemilihan dekstrin didasari oleh Bahan yang digunakan untuk analisis fisik
sifat kelarutannya yang tinggi, dan kimia adalah alkohol 70%, akuades,
mempunyai sifat pelapisan yang baik, dan buffer pH 4 dan pH 7, indikator
harganya yang relatif lebih ekonomis fenolftalein, larutan NaOH 0,1 N, glukosa,
dibandingkan dengan bahan penyalut kertas saring, natrium karbonat anhidrat,
lainnya (Onwulata et al., 1995). Sulandari garam Rochelle, natrium bikarbonat,
(2001) menyatakan bahwa dekstrin natrium sulfat anhidrat, CuSO4.5H2O,
mampu mempertahankan viabilitas BAL asam sulfat pekat, amonium molibdat, dan
yang cukup tinggi yaitu berkisar antara Na2HAsO4.7H2O (PT. Panadia Malang).
7,6-9,3 (log cfu/ml). Peralatan yang digunakan meliputi
Selain penggunaan bahan pelindung, pengering beku, inkubator, laminar air
sebelum pengeringan sebaiknya terdapat flow, colony counter, autoklaf, hot plate
suatu tahapan untuk memperbanyak sel stirrer, dan peralatan gelas.
mikrob sehingga kultur starter kering
yang dihasilkan memiliki viabilitas yang Metode Penelitian
tinggi dan dapat memenuhi persyaratan Rancangan percobaan yang digunakan
viabilitas sel kultur starter yoghurt yaitu adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
7 8
antara 10 – 10 cfu/ml (Tamime and yang disusun secara faktorial dengan dua
Robinson, 1989). Salah satu cara adalah faktor. Faktor pertama adalah
dengan penambahan nutrisi yang berupa konsentrasi WPC (0, 2 dan 4% (b/v)) dan
konsentrat whey protein (WPC) agar faktor kedua adalah konsentrasi dekstrin
populasi BAL meningkat. Menurut (0, 35, 40 dan 45% (b/b)). Perlakuan
Champagne et al. (1996) pada medium diulang 3 kali.
WPC, populasi BAL yang tumbuh lebih

122
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.2 (Agustus 2008) 121-130

Pelaksanaan Penelitian konsentrat protein whey. Pengujian yang


Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. dilakukan adalah total BAL (Lay, 1994)
Tahap pertama yaitu pembuatan starter dan pH (Apriyantono dkk, 1989).
kering beku yoghurt. Medium susu PLM Pengujian starter kering beku bertujuan
dipanaskan hingga 50–60°C untuk untuk mengetahui viabilitas BAL setelah
melarutkan konsentrat protein whey, dikeringkan dengan analisis total BAL
kemudian diaduk merata. Jumlah metode cawan tuang (Lay, 1994).
konsentrat protein whey yang Parameter fisik yang juga diamati pada
ditambahkan bergantung pada perlakuan starter kering beku adalah kadar air
yang diberikan. Medium susu tersebut (Sudarmadji dkk, 1997) dan kecerahan.
disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 Pengujian produktivitas starter kering
menit, didinginkan hingga 43°C dan beku dibatasi hanya dari perlakuan
diinokulasikan starter yoghurt yang telah terbaik yang kemudian dibandingkan
diremajakan sebanyak 2% (b/v). produktivitas-nya dari beberapa
Pengadukan dilakukan agar inokulan parameter dengan starter cair yoghurt.
tercampur merata kemudian diinkubasi Parameter yang diamati dilakukan
pada suhu 43°C selama ± 5 jam. Setelah sebelum dan setelah inkubasi untuk
inkubasi, dekstrin yang telah disterilisasi mengetahui perubahan yang terjadi
pada 121°C selama 15 menit dengan selama fermentasi. Parameter yang
menggunakan autoklaf, ditambahkan dan diamati adalah total BAL (Lay, 1994), pH
diaduk merata dengan menggunakan (Apriyantono dkk, 1989), total asam
spatula steril sampai merata. Starter cair (Ranggana, 1979), gula pereduksi
yoghurt dibekukan selama 12 jam (Sudarmadji dkk, 1997) dan viskositas
kemudian dikeringkan dengan pengering (Yuwono dan Susanto, 1998). Penentuan
beku suhu -42°C selama 10 jam. Starter perlakuan terbaik menggunakan metode
kering beku yoghurt yang diperoleh Indeks Efektivitas (De Garmo et al.,
dianalisis sifat fisik dan mikrobiologi. 1984).
Tahap kedua yaitu pengujian
aktivitas BAL starter kering beku HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan terbaik. Tahap kedua ini
dilakukan dengan membandingkan produk Analisis Starter Cair Akibat Penambahan
yoghurt yang dibuat dari starter kering Konsentrat Protein Whey
beku perlakuan terbaik (7,45% (b/v))
dengan produk yoghurt yang dibuat dari Total Bakteri Asam Laktat
starter cair (2% (b/v)) sebagai kontrol. Gambar 1 menunjukkan pengaruh
Berikut adalah proses pembuatan penambahan WPC terhadap total BAL.
yoghurt. Susu PLM dipanaskan hingga
50–60°C untuk melarutkan susu skim 10,0
10% (b/v) dan gelatin 0,02% (b/v),
Total BAL (Log CFU/g)

dipasteurisasi pada suhu 90°C selama 15 8,0 Sebelum


Inkubasi
menit sambil diaduk dengan hot plate
6,0 Setelah
stirrer. Kemudian didinginkan hingga Inkubasi
suhu 43°C dan diinokulasi dengan starter, 4,0
kemudian diaduk merata. Inkubasi
dilakukan pada suhu 43°C selama 6 jam 2,0
0 2 4
dan diperoleh produk yoghurt.
Konsentrasi Konsentrat Protein Whey (%)

Metode Analisis
Analisis Gambar 1. Total BAL starter cair akibat
Pengujian awal dilakukan pada starter penambahan WPC
cair sebelum dan setelah diinkubasi
untuk mengetahui pengaruh penambahan

123
Efektivitas Konsentrat Whey dan Dekstrin untuk Viabilitas BAL (Karinawatie dkk)

Setelah inkubasi populasi BAL fermentasi dengan memecah substrat


tertinggi terdapat pada perlakuan menjadi komponen yang lebih sederhana.
penambahan WPC sebanyak 4%. Hal ini Pembentukan energi tersebut ditujukan
disebabkan semakin tinggi penambahan untuk metabolisme sel (Fardiaz, 1992).
WPC maka nutrisi yang tersedia bagi Salah satu substrat yang terdapat pada
pertumbuhan BAL semakin besar. Hal ini starter cair adalah laktosa yang
didukung oleh Barile et al. (2006) yang terkandung dalam medium susu maupun
menyatakan bahwa viabilitas BAL WPC.
dipengaruhi oleh konsentrasi nutrisi
bahan yang ditambahkan. Hayes (1995)
7,00
menambahkan pertumbuhan bakteri
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain Sebelum
6,00
nutrisi, temperatur, kelembaban, oksigen, Inkubasi
Setelah

Nilai pH
pH, dan substansi penghambat. Nutrisi 5,00 Inkubasi
yang dimaksudkan adalah laktosa dan
protein yang merupakan sumber karbon 4,00

dan sumber nitrogen yang berasal dari


3,00
WPC yang dibutuhkan pada pertumbuhan 0 2 4
BAL. Konsentrasi Konsentrat Protein Whey (%)
WPC yang ditambahkan adalah
Gambar 2. Nilai pH starter cair akibat
WPC 80 yang mengandung 80% protein
penambahan WPC
dan 4–8% laktosa (Anonymous, 2006).
BAL membutuhkan sumber energi dan
Medium susu mengandung 5% gula,
karbon yang dapat berasal dari laktosa
sedangkan WPC mengandung laktosa 4–
yang terkandung dalam WPC dan medium
8% (Anonymous, 2006) yang dapat
susu. Demikian juga sumber nitrogen
dimanfaatkan oleh BAL sebagai sumber
diperoleh dari protein WPC dan medium
karbon dan energi pada proses
susu. Kandungan protein WPC sangat
fermentasi. Menurut Tamime dan
tinggi sehingga memungkinkan
Robinson (1989), laktosa dihidrolisis di
ketersediaan nitrogen untuk pertumbuhan
dalam sel bakteri oleh enzim β-D-
BAL dapat tercukupi. Kandungan protein
galaktosidase menjadi glukosa dan
dalam jumlah yang tinggi dan
galaktosa. Glukosa diubah menjadi asam
mengandung sejumlah laktosa ini yang
laktat melalui jalur Embden Meyerhoff
menyebabkan pertumbuhan BAL lebih
Parnas (EMP). Galaktosa dirombak
cepat dan populasi BAL semakin
menjadi glukosa-6-fosfat melalui jalur
meningkat.
Leloir. Setelah diubah menjadi glukosa,
galaktosa baru bisa memasuki jalur EMP
Nilai pH
dan diubah menjadi asam laktat. Namun
Rerata nilai pH yang terdapat dalam
karena kemampuan memasuki jalur Leloir
starter cair yoghurt sebelum inkubasi
ini sangat lemah, maka hanya sebagian
akibat penambahan WPC dengan
kecil galaktosa yang bisa diubah menjadi
konsentrasi penambahan 0, 2, dan 4%
asam laktat sedangkan sebagian besar
berkisar antara 6,59–6,61, sedangkan
tetap dalam bentuk galaktosa pada
setelah inkubasi berkisar antara 4,20–
produk akhir.
4,46. Gambar 2 menunjukkan pengaruh
Salminen dan Wright (1998)
penambahan WPC terhadap nilai pH
menambahkan setiap 1 mol glukosa akan
Penurunan pH starter cair yoghurt
menghasilkan 2 mol asam laktat dan 2
seiring dengan peningkatan konsentrasi
ATP. Untuk memperoleh energi tersebut,
WPC. Penurunan pH terjadi karena
BAL terlebih dahulu harus memecah
adanya aktivitas BAL dalam
substrat. Substrat yang dimaksud adalah
menghasilkan energi melalui proses
laktosa. Selain dihasilkan energi,

124
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.2 (Agustus 2008) 121-130

pemecahan laktosa ini juga menghasilkan oleh BAL. Penambahan WPC ditujukan
asam laktat. Pembentukan asam tersebut untuk menyediakan sumber nitrogen
yang kemudian terakumulasi tambahan yang mengandung peptida dan
menyebabkan turunnya pH medium. asam amino yang siap digunakan untuk
metabolisme sel (Zisu dan Shah, 2003).
Analisis Sifat Fisik dan Mikrobiologi Diduga asam amino ini langsung
Starter Kering Beku Yoghurt dimanfaatkan oleh BAL dalam sintesis
protein untuk pertumbuhannya tanpa
Total BAL memecah ikatan peptida protein.
Pengambilan sampel untuk mengukur Dari Gambar 3 terlihat bahwa
viabilitas kultur diusahakan setara peningkatan konsentrasi dekstrin diikuti
dengan 1 gram starter kering beku dengan peningkatan viabilitas BAL
kontrol (starter kering beku tanpa yoghurt. Dekstrin digunakan untuk
penambahan dekstrin) dengan melindungi BAL yoghurt selama proses
memperhitungkan konsentrasi dekstrin pembekuan dan pengeringan beku karena
yang ditambahkan. Rerata total BAL dekstrin dapat berperan sebagai
meningkat seiring dengan meningkatnya krioprotektan. Menurut Anonymous
konsentrasi WPC dan dekstrin yaitu (2007), fungsi krioprotektan adalah untuk
berkisar antara 6,36–8,21 log CFU/g melindungi bahan (bakteri asam laktat)
(Gambar 3). pada suhu rendah dari kerusakan akibat
pembekuan. Penambahan dekstrin diduga
dapat menurunkan titik beku starter
8,5
yoghurt.
8,0
T o ta l B A L (L o g C F U /g )

Hal ini didasarkan pada sifat


7,5 WPC 0 %
WPC 2 %
koligatif larutan, yaitu sifat larutan
7,0
WPC 4 % bergantung pada banyaknya partikel zat
6,5 yang terlarut dalam larutan. Salah satu
6,0 sifat koligatif larutan adalah penurunan
5,5 titik beku (Brady, 1994). Dekstrin
5,0 memiliki tingkat kelarutan yang tinggi
0 35 40 45 yaitu 85,39%. Semakin banyak dekstrin
Konsentrasi Dekstrin (%)
yang terlarut akan menurunkan titik
Gambar 3. Total BAL Starter kering beku beku. Adanya penurunan titik beku
akibat pengaruh penambahan WPC dan starter yoghurt ini menyebabkan
dekstrin pembentukan kristal es menjadi lebih
lama (dalam waktu pembekuan yang
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa sama) sehingga kerusakan membran sel
semakin tinggi konsentrasi WPC yang bakteri akibat pembekuan lebih rendah.
ditambahkan, maka populasi BAL yoghurt Pembekuan starter yoghurt
semakin meningkat. Hal ini disebabkan dilakukan dengan pembekuan lambat.
semakin tinggi penambahan WPC maka Pada pembekuan lambat, kerusakan sel
nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan lebih tinggi daripada pembekuan cepat,
BAL semakin tinggi. WPC memiliki karena ukuran es lebih besar dan tajam
kandungan protein yang tinggi dan yang dapat merusak membran sel
mengandung hampir semua jenis asam (Troller and Christian, 1978).
amino (Burrington, 1998). Protein Penggunaan dekstrin diduga mampu
merupakan sumber nitrogen bagi BAL. mengurangi kerusakan sel tersebut.
Semakin banyak WPC yang ditambahkan Dekstrin mampu mengikat molekul air
maka semakin cepat pertumbuhan BAL. dengan ikatan hidrogennya. Hal ini
WPC mengandung peptida sederhana didukung oleh Fennema (1996) yang
dan asam amino yang dapat dimanfaatkan menyatakan bahwa jika berada di dalam

125
Efektivitas Konsentrat Whey dan Dekstrin untuk Viabilitas BAL (Karinawatie dkk)

air, maka gugus hidroksil dekstrin (unit- 45% memiliki kadar air yang paling
unit D-glukosa) akan membentuk ikatan rendah. Desrosier (1991) menyatakan
hidrogen dengan molekul-molekul air di bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
sekitarnya. Molekul air dari starter kecepatan pengeringan produk antara
yoghurt diikat oleh dekstrin, sehingga lain bentuk dan sifat bahan, kadar air
kristal es yang tajam yang terbentuk awal dan kadar air akhir yang diharapkan
lebih rendah. Dengan demikian kerusakan serta metode dan suhu pengeringan yang
membran sel akibat kristal es dapat digunakan.
diminimumkan.
Kecerahan
Kadar Air Nilai kecerahan starter kering beku
Rerata kadar air menurun seiring yoghurt akibat perlakuan konsentrasi
dengan meningkatnya konsentrasi WPC penambahan WPC dan konsentrasi
dan dekstrin, yaitu berkisar antara dekstrin berkisar antara 64,23 sampai
25,20–5,28%. Pengaruh perlakuan 71. Pengaruh berbagai perlakuan
konsentrasi penambahan WPC dan terhadap kecerahan starter kering beku
konsentrasi dekstrin terhadap kadar air yoghurt ditunjukkan pada Gambar 5.
starter kering beku yoghurt setelah
dikeringkan dengan pengering beku dapat 74,0
dilihat pada Gambar 4.
72,0
70,0
K ec erahan (L*)

30,0 WPC 0 %
68,0
WPC 2 %
66,0 WPC 4 %
K a dar A ir (% )

20,0 64,0
WPC 0 %
WPC 2 % 62,0
WPC 4 % 60,0
10,0
0 35 40 45
Konsentrasi Dekstrin (%)

0,0 Gambar 5. Kecerahan starter kering beku


0 35 40 45 akibat pengaruh penambahan WPC dan
Konsentrasi Dekstrin (%)
dekstrin
Gambar 4. Kadar air starter kering beku
akibat pengaruh penambahan WPC dan Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai
dekstrin kecerahan starter kering beku yoghurt
sedikit meningkat dengan meningkatnya
Dekstrin memiliki pengaruh konsentrasi WPC. Kecerahan
dominan dalam menentukan starter dipengaruhi oleh kecerahan bahan baku
kering beku yoghurt, karena konsentrasi (Pahlevi, 2006). Starter cair yoghurt
dekstrin yang digunakan cukup tinggi memiliki warna putih kekuningan sama
yaitu 35, 40 dan 45%. Adanya seperti warna WPC.
penambahan dekstrin menyebabkan Pengaruh nilai kecerahan WPC
peningkatan total padatan awal. sangat kecil bila dibandingkan dengan
Pada penggunaan dekstrin dengan pengaruh nilai kecerahan dekstrin
konsentrasi 45%, total padatan awal lebih terhadap produk karena konsentrasi
tinggi sehingga persentase kadar air awal penambahannya sangat kecil. Namun
menjadi lebih rendah. Oleh karena itu nilai kecerahan sedikit meningkat dengan
pada saat starter cair yoghurt meningkatnya konsen-trasi WPC. Warna
dikeringkan dengan pengering beku pada starter cair yoghurt adalah putih dengan
kondisi proses dan waktu yang sama, nilai kecerahan lebih rendah (64,40)
produk starter kering beku yoghurt daripada WPC (70,50). Saat ditambahkan
dengan perlakuan konsentrasi dekstrin WPC, nilai kecerahan starter yoghurt

126
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.2 (Agustus 2008) 121-130

akan meningkat. Banyaknya bahan yang produk yoghurt dan memecah substrat
ditambahkan akan mempengaruhi selama inkubasi. Tidak terdapat
kecerahan dari produk (Nurika, 2000). perbedaan yang nyata pada parameter
Penambahan dekstrin dapat total BAL, total asam, pH dan gula
mening-katkan kecerahan starter kering pereduksi. Ini berarti bahwa kemampuan
beku yoghurt disebabkan karena warna menghasilkan produk yoghurt dan
putih dekstrin lebih dominan kemampuan memecah substrat oleh BAL
mempengaruhi warna starter kering beku dalam bentuk starter kering beku tidak
yoghurt. Dekstrin memiliki nilai berbeda nyata dengan BAL dalam starter
kecerahan yang tinggi sebesar 76,10. cair.
Nilai kecerahan starter yoghurt 64,40.
Ketika starter yoghurt yang memiliki nilai Tabel 1. Perbandingan produk yoghurt
kecerahan yang lebih rendah tersebut yang dibuat dari starter kering beku
dicampur dengan dekstrin yang memiliki dengan starter cair yoghurt (kontrol)
kecerahan tinggi, maka kecerahan setelah inkubasi
produk akhir menjadi meningkat. Dalam Parameter Starter Starter
pembuatan starter kering beku yoghurt Kering Beku Cair
ini, penambahan dekstrin dalam jumlah Total BAL (log CFU/g) 7,72 8,06
yang cukup besar sehingga kecerahan Total Asam (% asam 0,83 0,88
laktat)
dekstrin akan berpengaruh besar pada
pH 4,59 4,54
nilai kecerahan starter kering beku
Gula Pereduksi (%) 4,14 3,87
yoghurt. Viskositas (Pa.s) 24,13* 19,00
Semakin tinggi konsentrasi dekstrin T tabel (α = 5%)=4,30
yang ditambahkan maka semakin tinggi * menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
intensitas kecerahan starter kering beku. antara yoghurt yang dibuat menggunakan starter
Hal ini didukung juga oleh Sulandari kering beku dan starter cair
(2001) yang menyatakan penambahan
dekstrin dapat meningkatkan kecerahan Viskositas yoghurt yang dibuat
yoghurt bubuk disebabkan karena warna dengan starter kering beku berbeda
putih dekstrin lebih dominan nyata dengan yoghurt yang dibuat
mempengaruhi warna yoghurt. dengan starter cair. Viskositas starter
kering beku lebih tinggi (24,13 Pa.s)
Pemilihan Perlakuan Terbaik dibandingkan dengan starter cair (19
Pemilihan perlakuan terbaik starter Pa.s). Perbedaan aktivitas BAL dapat
kering beku yoghurt dilakukan dengan diamati dengan membandingkan hasil
membandingkan nilai produk setiap analisis parameter pada masing-masing
perlakuan. Perlakuan dengan nilai sampel.
produk tertinggi merupakan perlakuan Total BAL yoghurt dengan starter
terbaik. Penilaian ini didasarkan pada cair memiliki nilai yang lebih tinggi (8,06
nilai parameter produk yang meliputi fisik Log CFU/g) dibandingkan dengan yoghurt
dan mikrobiologi. Perlakuan terbaik yang dengan starter kering beku (7,72 Log
diperoleh yaitu starter kering beku CFU/g). Diduga dalam bentuk starter
yoghurt dengan perlakuan konsentrasi kering beku, BAL mengalami stres
WPC 4% dan konsentrasi dekstrin 45%. sehingga membutuhkan waktu adaptasi
setelah mengalami proses pengeringan
Pengujian Aktivitas BAL dari Starter dengan kondisi suhu rendah dan
Kering Beku Perlakuan Terbaik lingkungan dengan aktivitas air (Aw)
Tabel 1 menunjukkan perubahan yang rendah. Pada starter cair, suhu
yang terjadi yang menggambarkan penyimpanan 4°C mempunyai aktivitas
aktivitas BAL pada starter kering beku air tinggi. Kandungan air bebas tersebut
maupun starter cair dalam menghasilkan memungkinkan metabolisme BAL dapat

127
Efektivitas Konsentrat Whey dan Dekstrin untuk Viabilitas BAL (Karinawatie dkk)

berjalan namun dalam kecepatan yang BAL memiliki kemampuan memfermen-


rendah. Suhu tersebut hanya dapat tasi laktosa lebih tinggi yang
menghambat pertumbuhan dan tidak menghasilkan akumulasi asam laktat
sampai menyebabkan kerusakan fisik dalam jumlah yang tinggi sehingga pH
ataupun stres pada mikrob (Supardi dan yoghurt menjadi lebih rendah.
Sukamto, 1999). Gula pereduksi mengalami
Hal ini yang menyebabkan saat peningkatan setelah inkubasi yang
diinokulasikan, BAL pada starter cair disebabkan BAL yoghurt memproduksi
lebih cepat beradaptasi. Dalam waktu enzim β-galaktosidase untuk memecah
inkubasi yang sama, pertumbuhan BAL laktosa (gula susu) menjadi glukosa dan
starter cair akan lebih cepat daripada galaktosa (gula pereduksi) selama
BAL starter kering beku. Hal ini didukung inkubasi. Gula pereduksi yoghurt dengan
oleh Beal et al., (2001) yang berpendapat starter kering beku (4,14%) lebih tinggi
bahwa kultur starter yoghurt beku daripada yoghurt dengan starter cair
cenderung mengalami stres dan sakit (3,87%). Tingginya gula pereduksi pada
sehingga aktivitas yang dimilikinya yoghurt dengan starter kering beku ini
rendah. Hal ini mengakibatkan waktu tidak disebabkan oleh adanya aktivitas
adaptasi dan perbaikan kondisi fisik lebih pemecahan laktosa yang tinggi, namun
lama daripada kondisi normalnya. lebih disebabkan pengaruh kandungan
Total asam yoghurt dengan starter dekstrin yang tinggi (45%) dalam starter
cair (0,88% asam laktat) lebih tinggi kering beku. Dekstrin mengandung gula
daripada yoghurt dengan starter kering pereduksi yang tinggi (14,47%).
beku (0,83% asam laktat). Menurut Salah satu parameter untuk
Astawan (2000), yoghurt yang baik mengukur keberhasilan starter yoghurt
mempunyai total asam laktat sekitar dalam menghasilkan produk yang baik
0,85–0,95% dan derajat keasaman (pH) adalah kemampuan menghasilkan yoghurt
yang dicapai sebaiknya sekitar 4,5. yang kental. Pengentalan disebabkan
Aktivitas BAL starter kering beku kasein yang merupakan protein
memecah laktosa menghasilkan asam terbanyak dalam susu skim menjadi tidak
laktat lebih rendah daripada BAL starter stabil pada keadaan asam sehingga
cair, dikarenakan BAL starter kering terjadi koagulasi. Tamime dan Deeth
beku stres setelah mengalami tahapan (1980) menyatakan apabila pH susu
pengeringan beku sehingga dibawah 4,6 maka kasein akan
membutuhkan waktu untuk beradaptasi terkoagulasi membentuk struktur yang
dan melakukan metabolisme selama kental. Semakin kental suatu larutan
inkubasi. Akibatnya akumulasi asam maka viskositas semakin tinggi. Analisis
laktat yang terbentuk lebih rendah. Total viskositas dapat dilakukan untuk
asam yang diperoleh telah memenuhi mengetahui kekentalan produk yoghurt
standar SNI 01-2981-1992 berkisar yang dihasilkan. Viskositas yoghurt
antara 0,5 – 2% asam laktat. dengan starter cair (19 Pa.s) lebih
Nilai pH yoghurt dengan starter rendah dari yoghurt dengan starter
kering beku (4,59) lebih tinggi daripada kering beku (24,13 Pa.s). Zisu dan Shah
pH yoghurt dengan starter cair (4,54). (2003) mengungkapkan bahwa
Nilai pH mengindikasikan tingkat Streptococcus thermophillus 1275 dapat
keaktifan starter yoghurt dalam memproduksi eksopolisakarida (EPS).
memfermentasi susu. Starter kering beku Pada yoghurt dengan starter kering beku,
yoghurt pada kondisi stress atau sakit diduga Streptococcus thermophillus
setelah mengalami tahapan pengeringan mampu memproduksi EPS lebih banyak
beku mempunyai fase lag yang lebih lama selama inkubasi berlangsung. Diduga
sehingga aktivitasnya rendah (Beal et al., starter kering beku yang digunakan
2001). Pada yoghurt dengan starter cair, masih mengandung protein dan laktosa

128
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.2 (Agustus 2008) 121-130

dari WPC. Menurut Zisu dan Shah (2003), Burrington, K.J. 1998. Winning Wheys
sumber nitrogen dan sumber karbon yang - Whey-Based Fortified Food
ada dalam medium dapat meningkatkan Ingredients.
produksi EPS. Produksi EPS ini diduga http://www.findarticles.com/p/arti
cles/mi_m3289/is_n7_v167/ai_210
menyebabkan viskositas yoghurt dengan
33786. Tanggal akses 20 Maret
starter kering beku lebih tinggi daripada 2007
yoghurt dengan starter cair. Champagne, C.P., D.St-Gelais and P.
Selain itu, dekstrin yang terkandung Audet. 1996. Starters produced on
dalam starter kering beku juga ikut whey protein concentrates.
mempengaruhi viskositas produk. Hal ini Milchwissenchaft 51: 561-564
dikarenakan starter kering beku yang De Garmo, E.D., W.G. Sullivan and J.R.
digunakan jumlahnya banyak. Starter Canada. 1984. Engineering
kering beku dibuat dengan menambahkan Economy. Mc Millan Publishing
Company, New York
dekstrin sebesar 45%. Dekstrin ini
Desrosier, H. W. 1991. Teknologi
mempengaruhi total padatan yoghurt
Pengawetan Pangan. Penerjemah
yang dihasilkan sehingga viskositas Muchji Muljohardjo. UI Press,
produk menjadi lebih tinggi. Yoghurt Jakarta
dengan starter kering beku memiliki total Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1.
padatan yang lebih tinggi dibandingkan PT. Gramedia Pustaka Utama,
dengan yoghurt starter cair sehingga Jakarta
viskositas lebih tinggi. Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry.
Marcel Dekker, New York
DAFTAR PUSTAKA Hayes, P.R. 1995. Food Microbiology
and Hygiene 2nd ed. Chapmann
Anonymous. 2006. Facts About Whey. and Hall, London
http://www.innovatewithdairy.com Idris, S. 1992. Pengantar Teknologi
/InnovateWithDairy/Articles/IF_Fa Pengolahan Susu. Fakultas
cts_Whey_062905.htm. Tanggal Peternakan Universitas Brawijaya,
akses 20 Maret 2007 Malang
__________. 2007. Definition of Lay, D.W. 1994. Analisis Mikrob di
Cryoprotectant. Laboratorium. PT Raja Grafindo
http://www.medterms.com/ Persada, Jakarta
script/main/art.asp?articlekey=725 Nurika, I. 2000. Pengaruh Konsentrasi
3. Tanggal akses 26 Januari 2007 Dekstrin Dan Suhu Inlet Spray
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Dryer Terhadap Stabilitas Warna
Puspitasari, Sedarnawati, dan S. Bubuk Pewarna Dari Ekstrak
Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Angkak. Tesis, Universiats
IPB Press, Bogor Brawijaya, Malang
Astawan, M. 2000. Khasiat dan Nilai Onwulata, C. I., P. W. Smith and V. H.
Gizi Yoghurt. http://www.halal- Holsinger. 1995. Physical Properties
mui.or.id/pustaka/yoghurt.htm. of Encapsulated Dpray-Dryer
Tanggal akses 31 Maret 2005 Mulkfat. J. of Food Sci. Didalam. T.
Barile D., J.D. Coïsson, F. Massara, F. Estiasih. Peran Natrium Kaseinat
Travaglia, P. Malfa and M. Arlorio. dan Fosfolipida dalam Emulsifikasi
2006. Effect of Whey Protein dan Mikroenkapsulasi Trigliserida
Concentrate on the Survival of L. Kaya Asam Lemak ω-3. Disertasi.
plantarum. http:/ / milkgenomics. Universitas Gadjah Mada,
fil-idf-pr.com/Poster06Barile.pdf. Yogyakarta
Tanggal 18 Oktober 2006 Pahlevi, Y. W. 2006. Mikroenkapsulasi
Brady, J.E. 1994. Kimia Universitas Ekstrak β-karoten dari Kapang
Asas dan Struktur Jilid 1. Edisi Oncom Merah (Neurospora sp)
Kelima. Diterjemahkan oleh A. H. dengan Metode Pengeringan
Pudjaatmaka dan S. Achmadi. PT. Semprot. Skripsi. Fakultas
Erlangga. Jakarta. Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya, Malang

129
Efektivitas Konsentrat Whey dan Dekstrin untuk Viabilitas BAL (Karinawatie dkk)

Ranggana, S. 1979. Manual Analysis of


Fruit and Vegetable Product. Mc
Graw Hill Publishing Company Ltd,
New Delhi
Salminen, S. and A.V. Wright. 1998.
Lactic Acid Bacteria: Microbiology
and Functional Aspects. Marcel
Dekker Inc., New York
Suarni. 1990. Mempelajari Pengaruh
Umur Kultur Starter terhadap
Mutu Yoghurt. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan
Suhardi. 1997. Prosedur Analisis
untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty,
Yogyakarta
Sulandari, L. 2001. Penambahan
Ekstrak Tempe untuk
Mempertahankan Viabilitas Bakteri
Asam Laktat pada Yoghurt Bubuk.
Tesis. Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya,
Malang
Supardi, I. dan Sukamto. 1999.
Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Penerbit
Alumni, Bandung.
Tamime, A.Y. and Deeth. 1980. Yoghurt,
dalam I. Setyaningsih. 1992.
Pengaruh Jenis Kultur L. casei,
Penambahan Susu Skim dan
Glukosa terhadap Mutu Yakult
Kedelai. Skripsi. Fateta, IPB, Bogor
Tamime, A.Y. and R.K. Robinson. 1989.
Yoghurt Science and Technology.
Pergamon Press Ltd, England
Troller, J.A. and J.H.B. Christian. 1978.
Water Activity and Food. Academic
Press, New York
Yuwono, S dan T. Susanto.1998.
Pengujian Fisik Pangan. Jurusan
THP. Universitas Brawijaya.
Malang.
Zisu, B. and N.P. Shah. 2003. Effects of
pH,Temperature, Supplementation
with Whey Protein Concentrate, and
Adjunct Cultures on the Production
of Exopolysaccharides by
Streptococcus thermophillus 1275.
http://jds.fass.org/ cgi/content
/full/86/11/3405. Tanggal akses
26 Juli 2006.

130

You might also like