You are on page 1of 11

PENGENDALIAN SUHU BETON MASSA 3500M3

MENGGUNAKAN BALOK ES DAN PENGARUHNYA


TERHADAP BETON
(Studi Kasus : Pondasi Raft Gedung PPAG2)

M. Dede Pardede, Fatmawati Oemar


Program Studi Teknik Sipil Universitas Jayabaya
e-mail : mdedepardede@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine how to control the temperature of mass concrete, with a
cooling method using ice cubes. With the target to be achieved is a maximum fresh
concrete temperature of 32 ° C, workability slump 16 ± 2, peak temperature 81 ° C,
temperature between layers of concrete 20 ° C, concrete quality of 35 MPa. A raft
foundation is a raft-shaped foundation that spreads to all parts of the base of the building
with a certain thickness as a compressive force leveler that bears the overall load of the
structure above it. In its manufacture, the Raft Foundation uses mass concrete. Mass
concrete is concrete with a large enough volume so that steps are needed to overcome the
increased heat from the cement hydration process and volume changes that can cause
cracking. Concrete with a thickness greater than 1 meter or 3 feet requires special
attention to temperature changes. All research activities are carried out in the field, from
the planning and implementation of the raft foundation which refers to the technical
specifications of the structural consultant - Davy Sukamta Konsultan, ACI 207.1R - guide
to mass concrete, ACI 207.4R - cooling and insulation system for mass concrete. Can be
concluded with the following data results; The highest fresh concrete temperature was
29ºC, workability was achieved with an average slump at 16 ± 2, the peak temperature
reached 79.5ºC, the temperature between concrete layers, with the highest temperature
was 19.2ºC, the 7 day old concrete compressive strength test reached 37 MPa.
Key words: Mass concrete, temperature, concrete compressive strength.

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

158
1. PENDAHULUAN normal suhu 29oC yaitu 6,348 MPa, Pada
Pengecoran konstruksi beton hubungan kuat tekan dengan kuat tarik
volume besar dan tebal diperlukan belah dan kuat tarik lentur diperoleh nilai
perlakuan khusus, mulai dari proses koefisien (k) diatas nilai cakupan yang
persiapan dan pelaksanaan, pada dikemukakan Nilson dan Winter (1986 :
umumnya perbedaan suhu (lebih dari 41 ) yaitu 0,5 – 0,67 dalam satuan MPa.
20℃) diantara layer beton akan
menyebabkan retak thermal. Untuk itu
perlu dijaga agar perbedaan suhu antar 2. IDENTIFIKASI
layer tidak melebihi ketentuan, maka PERMASALAHAN
bagian tepi atas perlu dicuring dengan
Pengontrolan temperatur dilakukan
curing compound dan ditambah sistem
untuk mencegah terjadinya kerusakan
insulasi permukaan.
terhadap beton. Perbedaan temperatur
Penelitian ini bertujuan untuk
antara layer yang diijinkan untuk
mengetahui cara pengendalian suhu
konstruksi beton massa memiliki ambang
beton massa 3500 m3 dengan
batas 20℃ dan suhu maksimum beton
menggunakan balok es dan pengaruhnya
adalah 81℃. Adapun rumusan masalah
terhadap beton. Secara garis besar, suhu
yang akan diteliti adalah pengendalian
beton massa yang kami amati tidak boleh
suhu beton massa 3500 m3 yang
melebihi yang diisyaratkan, dimana suhu
menggunakan air es dan sejauh mana
maksimum beton adalah 81ºC dan
pengaruhnya terhadap beton massa
perbedaan temperatur antar layer
tersebut.
maksimal 20ºC. Oleh karena itu
diperlukan pengendalian suhu permukaan
beton atau bagian beton yang terkena
3. METODE PENELITIAN
udara.
Untuk pembuktian apakah Penelitian beton massa yang
pengendalian suhu yang dilakukan dilakukan berupa studi kasus raft
berhasil atau tidak dan target kuat foundation Gedung Kampus Universitas
betonnya tercapai atau tidak, maka dibuat Katolik Parahyangan – PPAG2, Jl.
benda uji silinder yang berukuran 15 cm Ciumbuleuit, Bandung – Jawa Barat
x 30 cm. Benda uji yang telah dibuat dengan dikaji dan dianalisa berdasarkan
sebelum beton segar dituang, diberi bidang ilmu teknik sipil. Oleh karena itu
nama, tanggal pengecoran dan tanggal penelitian ini bersifat analitis.
akan dilakukan pengujian, kemudian Kegiatan penelitian dilaksanakan
benda uji dimasukkan ke dalam bak melalui ;
perendaman air dilakukan perawatan 7  Studi Lapangan Studi lapangan untuk
hari dan 28 hari. memperoleh data primer. Data
Pengujian kuat tekan beton primer adalah data yang diperoleh
dilakukan pada umur 28 hari. Hasil secara langsung dari sumber data,
penelitian menunjukkan bahwa pada baik melalui pengamatan,
pengujian kuat tekan beton dengan wawancara, maupun hasil
menggunakan air es suhu 13,8o C yaitu pengukuran langsung.
40 MPa lebih tinggi dibandingkan  Studi Kepustakaan Studi kepustakaan
dengan menggunakan air normal suhu untuk memperoleh teori-teori dan
3oC yaitu 36 MPa pada umur beton 28 data sekunder yang relevan dengan
hari, dan pada pengujian kuat lentur permasalahan yang diteliti. Data
beton menunjukan bahwa penggunaan air sekunder adalah data yang diperoleh
es suhu 13,8oC yaitu 5,993 MPa lebih dengan memanfaatkan data yang
rendah pada umur beton 28 hari terlebih dahulu dikumpulkan dan
dibandingkan dengan menggunakan air dilaporkan pihak lain, dalam bentuk

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

159
publikasi ilmiah, jurnal, buku, dan 3.3 Analisis Data Pendahuluan
sebagainya.
 Data-data, yaitu dokumentasi baik Analisis data pendahuluan adalah
berupa foto, tabel dan gambar yg data yang kami peroleh dari konsultan
diperoleh dari konsultan struktur, Struktur (Davy Sukamta Konsultan),
kontraktor, sub kontraktor atau berupa dokumen acuan yang meliputi :
diambil langsung dari lokasi proyek.
3.3.1 Pembuatan Beton
3.1 Foundation Gedung PPAG2 Beton dari bahan campuran dan
Beton massa yang ditinjau adalah raft design mixes yang disebut disini sebelum
foundation sebuah proyek bangunan dispesifikasikan harus diukur,
tinggi, Gedung Kampus Universitas dikumpulkan dan dicampur di plant,
Katolik Parahyangan - PPAG2, Jl. sesuai dengan SNI 2847 dan ACI.
Ciumbuleuit, Bandung – Jawa Barat.
Pengecoran raft foundation gedung 3.3.1.1. Batching :
PPAG2 menggunakan Beton massa fc’ a. Proporsi campuran diukur tersendiri
35 MPa, fly ash tipe F 26%, slump 16±2, dengan timbangan dan alat yang sesuai
dengan design initial concrete corong dan mekanisme penimbangan
temperature (Tf) = ± 32℃. harus disediakan. Jika semen borongan
digunakan, alat kedap air terpisah, corong
3.2 Pengumpulan Data Temperatur dan mekanisme penimbang harus
Temperatur puncak beton massa disediakan juga. Satu set lengkap dari
terjadi pada 1-3 hari awal setelah pemberat untuk pengujian mekanisme
pengecoran. Sifat beton yang “Poor penimbangan harus disimpan pada
Thermal Conductivity” menyebabkan batching plant
panas hidrasi yang terlepas berlangsung b. Mekanisme penimbangan harus akurat
lambat sehingga diperlukan monitoring sampai setengah dari satu persen pada
selama waktu tertentu hingga perbedaan kondisi operasional dan skala-skala harus
temperatur dibawah dari standar yang disediakan dan dapat dibaca dengan
disyaratkan dalam konstruksi. mudah oleh operator
Monitoring yang dilakukan untuk beton c. Air harus ditambahkan kedalam
massa raft foundation di proyek Gedung campuran dari reservoir terpisah dan
Kampus Universitas Katolik harus benar-benar dikontrol dengan
Parahyangan – PPAG2 Bandung penyesuaian terhadap kelembaban
dilakukan dengan : agregat. Jika bahan aditif diijinkan,
 Alat pembacaan sensor temperatur dispenser terpisah, seperti yang
(Thermocouple) Pembacaan suhu disediakan atau direkomendasikan oleh
beton secara manual dilakukan manufaktur bahan aditif dan disetujui
intensif untuk 24 jam pertama oleh Manajer Konstruksi, harus
dikarenakan peak temperature terjadi digunakan.
pada fase ini.
 Pengamatan temperatur raft 3.3.1.2. Pencampuran :
foundation dilakukan dengan fase a. Mixing plant harus mempunyai wadah
yang berbeda. berikut jadwal (drum) yang dapat menampung
monitoring : keseluruhan material dari batch dan air
o Setiap 30 menit sekali selama 24 dan mencampurnya hingga tercapai
jam konsistensi yang homogen dalam jangka
o Setiap 1 jam sekali, sampai suhu waktu yang dapat diterima. Jangka waktu
menunjukan penurunan yang ini harus ditetapkan di lapangan dengan
konsisten. percobaan yang didasarkan pada
rekomendasi dari manufaktur mixer-plant

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

160
b. Wadah mixcer harus berupa konstruksi a. Mutu beton yang dispesifikasikan
yang sedemikian rupa sehingga dapat harus dicapai jika hasil uji individu dan
mengeluarkan keseluruhan campuran hasil rata-rata dari seluruh overlapping
dengan cepat tanpa adanya tumpahan. set dari 3 uji yang berurutan (setiap uji
terdiri dari 2 silinder) mengikuti kriteria
3.3.1.3. Silinder yang dispesifikasikan dalam mutu beton.
a. Kuat tekan beton harus ditentukan b. Jika ada lebih dari 4 hasil uji, rata-rata
dengan pengujian silinder standar dari setiap set yang terdiri dari empat uji
diameter 150mm, 28 hari setelah yang berurutan harus diperiksa dan
pecampuran dan dilakukan oleh pihak dihitung untuk memenuhi setiap kali
independen ketiga yang telah disetujui hasil uji baru diperoleh, dengan
oleh Manajer Konstruksi. menggunakan hasil uji itu dan 3 hasil uji
b. Sample yang mewakili harus diambil terdahulu.
dari beton segar untuk membuat silinder c. Jika hanya ada 2 atau 3 hasil uji yang
uji dan setiap sampel harus diambil dari tersedia, hasil-hasil tersebut harus
satu batch. disajikan untuk kepentingan dari butir ini
c. Sample harus diambil tepat sebelum seakan-akan ada 4 uji yang berurutan
beton dituangkan. d. Tingkat kekuatan dari kelas individual
d. Jumlah sample dari beton segar harus beton dianggap memenuhi jika kedua
sedikitnya seperti yang dispesifikasikan persyaratan berikut dipenuhi:
dan sedikitnya satu sample harus diambil  Rata-rata kekuatan dari semua set
dari setiap mutu beton yang diproduksi yang terdiri dari 3 uji kekuatan yang
pada setiap harinya berurutan sama atau melebihi fc.
e. Dari setiap beton, minimum 4 silinder  Tidak ada uji kekuatan individu
harus diambil sesuai dengan ASTM. (rata-rata dari 2 silinder) dibawah fc
f. Setiap silinder beton harus diberi dengan lebih dari 3.5 MPa jika fc 35
nomor dalam urutan seri dan nomor seri MPa atau kurang atau denan lebih
tidak boleh digandakan atau dihilangkan. dari 0.1 fc jika fc lebih besar dari 35
g. Setiap silinder harus cukup mengalami MPa.
curing (perawatan) di lapangan atau di
laboratorium sampai siap untuk diuji. 3.3.1.5. Pengujian Core
h. Tujuh (7) hari setelah pencampuran,
satu silinder harus diuji untuk a. Jika beton yang diperiksa secara visual
mengetahui kuat tekan beton. di curigai atau mutu beton yang
i. Dua puluh delapan (28) hari setelah dispesifikasikan tidak memenuhi
pencampuran 2 silinder harus diuji kuat persyaratan. Kuat tekanan beton dalam
tekanannya sesuai dengan ASTM dan struktur dapat ditentukan dengan
rata-rata kuat tekanan setiap pasangan mengebor sejumlah cores beton pada
silinder yang dibuat dari sampel yang lokasi yang cocok.
sama harus diambil sebagai hasilnya. b. Jika disyaratkan, cores dengan
Silinder keempat harus disimpan sebagai diameter sekurang-kurangnya 2” harus
cadangan. diuji sesuai dengan ASTM C42.
j. Silinder tambahan harus dibuat untuk Sekurang-kurangnya tiga cores yang
menunjukan kekuatan beton pada umur mewakili harus diambil dari tiap elemen
awal untuk memungkinkan terjadinya atau daerah yang dianggap berpotensi
fromwork cycling. kurang baik. Lokasi dari cores harus
k. Silinder tambahan harus dibuat untuk ditentukan oleh Engineer di tempat yang
menunjukan kekuatan beton 56 hari yang terjadi pengurangan kekuatan struktur.
dispesifikasikan. Jika, sebelum pengujian, sati atau lebih
cores menunjukan bukti telah terjadi
3.3.1.4. Kriteria Penerimaan kerusakan atau selama pemindahan
struktur, semuanya harus digantikan
dengan core baru. Beton pada daerah

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

161
yang diwakili oleh core test akan Manajer Konstruksi 48 jam sebelum
dipertimbangkan memenuhi syarat penempatan coran beton.
kekuatan apabila rata-rata kekuatan core c. Deposit beton sedekat mungkin dengan
sama dengan paling sedikit 85%. posisi final pada lapisan yang seragam
Kekuatan fc yang dispesifikasikan dan tidak boleh melebihi kedalaman 30cm.
apabila tidak ada satu core pun yang tinggi jatuh maksimum adalah 1.5m.
lebih kecil dari 75% kekuatan fc yang Pisahkan form dan tulangan dari percikan
dispesifikasikan. beton sebelum pengangkatan berikutnya.
c. Core yang dibor dari dalam beton d. Jangan alirkan beton dengan vibrator.
harus disiapkan dan diuji sesuai dengan Gunakanlah elephan trunks, tremie atau
“Method of Obtaining and Testing alat lainnya yang disetujui di mana drop
Drilled Cores and Saved Beams of melebihi 1.5m disyaratkan. Segregasi
Concrete (ASTM C42). Pada kasus tidak diijinkan.
tertentu, core tersebut harus diambil e. Cor plat lantai dan plat-plat lainnya
untuk setiap uji kekuatan yang melebihi sesuai ACI 302.
500 psi pada fc yang ditentukan. Tidak f. Jangan digunakan peralatan alumunium
ada penyesuaian yang boleh dilakukan dalam penempatan finishing beton.
untuk kekuatan yang didapat dari g. Cor pelat yang dipertebal untuk partisi
pengukuran ini sehubungan dengan umur menyatu dengan pelat lantai.
core pada saat diuji. h.Siapkan tempat untuk deposit, mix,
pengangkutan, penempatan dan
3.3.2. Pengiriman dan Pengangkutan perawatan beton sesuai ACI 301, ACI
304 dan ACI 318. Basahkan from work
Beton
sebelum penempatan coran beton.
a. Pengiriman beton dari mixing plant
kelapangan harus dilaksanakan 3.3.5. Batas Waktu
sedemikian sehingga segregasi dan
Beton harus dituangkan kedalam
kehilangan beton tidak terjadi.
waktu 90 menit setelah batching. Waktu
b. Rata-rata pengiriman, haul time, waktu
yang lebih lama antara batching dengan
pencampuran dan kapasitas corong yang
penulangan diijinkan, dengan syarat
harus sedemikian rupa sehingga semua
bahwa tidak ada efek negatif yang
campuran beton yang dikirim harus
ditimbulkan terhadap campuran beton.
ditempatkan dalam waktu yang tidak
lebih dari sembilan puluh menit dari saat
3.3.6. Konsolidasi Beton
semen dan air dicampurkan ke dalam
mixer. a. Konsolidasikan beton sesuai ACI 301
dan ACI 309 segera sesudah dicor.
3.3.3. Penambahan Air b. Sediakan vibrator cadangan untuk
keperluan mendadak di lapangan selama
Penambahan air pada lapangan tidak
pengecoran beton
c. Vibrator yang digunakan baik elektrik
diijinkan.
maupun pneumatik, jenis immersion
yang bekerja pada 7.000 rpm untuk
3.3.4. Pengecoran Beton
diamter kepala vibrator <180mm dan
a. Sediakan jadwal pengecoran dan 6.000 rpm untuk diameter kepala vibrator
serahkan kepada Manajer Konstruksi >180mm. Vibrator-vibrator tersebut
untuk disetujui sebelum pekerjaan beton harus mempunyai amplitudo yang cukup
dimulai. menghasilkan konsolidasi yang cukup.
b. Sebelum pengecoran beton, formwork,
tulangan dan material yang akan 3.3.7. Curing
dibenamkan harus diteliti dan disetujui
a. Aplikasikan prosedur curing sesuai
oleh Manajer Konstruksi. Permintaan
persyaratan khusus.
untuk penelitian harus diserahkan kepada

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

162
b. Beton dicuring sesuai dengan ACI saat pengecoran tidak melampaui 32°C
308. Pertahankan agar permukaan beton pada saat discharge, dan suhu maksimum
tetap lembab. Apabila digunakan acrylic beton selama curing tidak melebihi 81°C.
curing compund gunakan sesuai dengan Tindakan pencegahan seperti itu harus
rekomendasi dari manufaktur untuk dipertimbangkan, tetatpi tidak terbatas
permukaan beton yang tidak terlindungi pada hal-hal di bawah ini dan dimasukan
selama 5 hari oleh fromwork. Jangan dalam biaya Kontraktor :
gunakan curing compound pada daerah a. Low-heat-of-hydran portland atau
yang akan diaplikasikan material yang blended cement.
tidak menempel pada beton yang telah b. Pozzolan
dicuring dengan curing compound c. Pengurangan suhu beton awal sampai
kecuali apabila curing compound dapat ±10°C dengan cara mendinginkan bahan-
larut dalam air. bahan campuran beton.
c. Prosedur curing basah adalah sebagai • Mendinginkan mixing water (air
berikut; Tempatkan kain basah dan pencampuran)
polyethylene curing blankets pada • Meletakan es pada campuran
permukaan dan usahakan agar tetap • Mendinginkan agregat
lembab dengan menggunakan sprinkler d. Mendinginkan beton dengan
selama 7 hari. Pada suhu tinggi dan menggunakan pipa pendingin yang
kondisi berangin, hindari penguapan air dibenamkan.
campuran dengan cepat dan plastic e. Menggunakan fromwork untuk rapid
shrinkage craking yang mungkin terjadi head dissipation.
dengan menggunakan penghambat f. Water curing.
penguapan atau fog spray. Pada cuaca
dingin ikuti prosedur yang 2. Uji laboratorium dari Manajer
direkomendasikan pada ACI 306 dan Konstruksi harus memonitor peningkatan
ACI 308. Apabila sealer tidak digunakan panas yang terjadi pada mass concrete
setelah curing blanket dilepaskan, selama periode perawatan sampai saat
semprotkan 2 lapis liquid membrane tertentu yang memperhatikan bahwa suhu
curing compound. Apabila digunakan maksimum beton telah tercapai.
sealer curing compound tidak diperlukan. Perbedaan suhu maksimum antara bagian
d. Fromwork yang berhubungan dengan dalam dan permukaan beton tidak boleh
beton harus dijaga agar tetap basah lebih dari 20°C
selama periode curing. Apabila formwork 3. Uji laboratorium harus menyerahkan
dipelaskan dalam periode curing, beton metode monitoring peningkatan suhu
harus di curing sampai berakhirnya masa mass concrete kepada Manajer
curing tersebut dengan water curing atau Konstruksi dan Engineer untuk disetujui.
bahan lain sesuai dengan persetujuan Laporan akhir harus diserahkan dimana
Manajer Konsturuksi. laporan tersebut memperlihatkan hasil
dari monitor suhu tersebut.
3.3.8. Kondisi Lingkungan
Laksanakan pengecoran pada
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
cuaca panas sesuai dengan ACI 305.
Lindungi beton dari kekeringan dan suhu Analisa dan pembahasan
berlebihan untuk 7 hari pertama. peliputi beberapa tahapan yang
Lindungi beton segar dari angin. meliputi ;
3.3.9.Kontrol dan Monitor Suhu 4.1. Mix Design dan Trial Mix
1. Tindakan pencegahan yang diperlukan Pelaksanaan penelitian di lapangan
seperti yang diisyaratkan, harus diawali dengan pembuatan Mix Design,
dilaksanakan oleh Kontraktor untuk Mix Design beton adalah pemilihan
meyakini bahwa suhu mass concrete pada

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

163
bahan campuran beton dengan Sedangkan untuk temperatur puncak
mempertimbangkan kuantitas atau adalah :
perbanding material, agar beton dapat
mencapai mutu yang diisyaratkan. Tmax = Ti+12(Wc:100)+6(Wfa:100)
Selanjutnya untuk pembuktian apakah Tmax = 36+12(391:100)+6(130:100)
Mix Design itu berhasil atau tidak, maka
dilakukan Trial Mix. Adapun yang Tmax = 90ºC (peak temperature tanpa es)

menjadi dasar acuan Mix Design dan Sedang untuk metode PCA yang
Trial Mix adalah spesifikasi teknis dari menggunakan balok es adalah sebagai
perencana struktur. Target utama dalam berikut ; dimana ; Ta : aggregate
pembuatan Mix Design adalah mutu temperature = 32ºC, Tc : cement
beton Fc’35, Slump 16+/-2, Suhu beton temperature = 80ºC, Tfa : fly ash
segar mak. 32°C dan setting time 7jam. temperature = 45ºC, Tw : water
Spesifikasi beton yang akan dibuat temperature = 28ºC, Twa : water in
adalah sebagai berikut ; tipe beton Fc’35, aggregate temperatur = 29ºC, Wa : mass
slump 16 ±2, target strength di 28 hari 35 of aggregate = 1579 kg, Wc : mass of
mpa, semen konten 391 kg, fly ash cement = 391 kg, Wfa = mass of fly ash
konten 130 kg, free water konten 179 kg, = 130 kg, Ww : mass of water = 179 kg,
balok es 50 kg, agregat kasar ex. Wwa : mass of water in aggegate = 15
Batujajar 750 kg, agregat halus ex. kg, Wi : mass of ice = 50 kg. Dari data
Cimalaka 829 kg, admixtures tipe D 1,82 tersebut, dapat dihitung temperatur awal
liter, admixtures tipe F 4,17 liter, water beton tanpa es adalah :
cement ratio 0.44, suhu maksimum beton
segar 32ºC, peak temperature 81ºC. Ti =
0,22((Ta.Wa)+(Tc.Wc)+(Tfa.Wfa))+(Tw.Ww)+Twa+Wwa-
112Wi
4.2. Perhitungan Temperatur Beton 0,22(Wa+Wc+Wfa)+Ww+Wwa+Wi

Metode yang umum dipakai oleh Ti = 0,22((30.1579)+(80.391)+(45.130))+(28.179)+29+15-


kontraktor dan suplayer beton adalah (112x50)
0,22(1579+391+130)+179+15+50
metode PCA, metode ini sangat
sederhana untuk memprediksi suhu pada
Ti = ± 26ºC (suhu beton segar dengan balok es)
pekerjaan beton massa, dimana ; Ta :
aggregate temperature = 32ºC, Tc :
cement temperature = 80ºC, Tfa : fly ash Sedangkan untuk temperatur puncak
temperature = 45ºC, Tw : water adalah :
temperature = 28ºC, Twa : water in
Tmax = Ti+12(Wc:100)+6(Wfa:100)
aggregate temperatur = 29ºC, Wa : mass
of aggregate = 1579 kg, Wc : mass of Tmax = 26+12(391:100)+6(130:100)

cement = 391 kg, Wfa = mass of fly ash Tmax = ± 75ºC (peak temperature dengan balok es)
= 130 kg, Ww : mass of water = 179 kg,
Wwa : mass of water in aggegate = 15
4.3. Perhitungan TM dan Cycle Time
kg. Dari data tersebut, dapat dihitung
temperatur awal beton tanpa es adalah : Satu Truck Mixer (TM) dengan
kapasitas 6 m3, membutuhkan waktu
untuk loading beton sekitar 30 menit
Ti = (pembersihan TM 10 menit, Mixing time
0,22((Ta.Wa)+(Tc.Wc)+(Tfa.Wfa))+(Tw.Ww)+Twa+W
wa 15 menit, cek slump dan suhu beton
0,22(Wa+Wc+Wfa)+Ww+Wwa segar 5 menit). Kemudian beton dikirim
ke proyek yang berjarak 20 km dari
Ti =
0,22((30.1579)+(80.391)+(45.130))+(28.179)+29+15 batching plant, dibutuhkan waktu 90
0,22(1579+391+130)+179+15 menit untuk pengiriman tersebut. Setelah
Ti = ± 36ºC (suhu beton segar tanpa es)
TM sampai diproyek dibutuhkan waktu
unloading beton sekitar 30 menit (cek

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

164
slump dan suhu beton segar 10 menit, beton segar yang tidak boleh melebihi
parkir 10 menit, penuangan beton ke 32ºC dan rata-rata didapat hasil di bawah
concrete pump 10 menit) Jika beton 30ºC. Kemudian dilanjutkan dengan
sudah selesai dituang maka TM akan pengecekan kelecakan beton dan nilai
kembali ke batching plant, dengan waktu slump, dari pengecekan slump didapat
tempuh 90 menit. Jadi waktu yang nilai slump rata-rata adalah 16±2, dan
diperlukan untuk 1 Cycle Time Truck kelecakan beton segar cukup baik, namun
Mixer adalah 240 menit atau 4 jam. demikian tidak semua TM membawa
Pada pengecoran Pondasi Raft di beton segar mutu yang diisyaratkan,
proyek PPAG2, menggunakan 4 unit untuk beton yang tidak memenuhi
Concrete Pump, namun yang persyaratan maka beton akan dinyatakan
dioperasikan hanya 3 unit saja, dan 1 unit reject (dikembalikan ke batching plant).
tersisa untuk cadangan bila terjadi Setelah beton segar dinyatakan lolos test
masalah dengan salah satu concrete pump (suhu dan slump) kemudian dibuatkan
yang dioperasikan. Satu unit Concrete sample benda uji sebanyak 4 buah
Pump mampu memompakan beton segar silinder, untuk pengetesan kuat tekan
sebanyak 20 m3/jam. Jika menggukan 3 beton pada umur 7 hari dan 28 hari, tidak
unit Concrete Pump berarti 60 m3/jam. semua TM diambil sample untuk benda
Karena volume pengecoran Pondasi Raft uji. Pembuatan benda uji berjumlah 35
±3500 m3, maka waktu yang diperlukan set ( 1 set = 4 slinder ) dan diambil setiap
untuk pengecoran tersebut adalah 100m3.
3500:60 = 58 jam atau sekitar 2,4 hari. Truck Mixer yang sudah
Dengan perhitungan di atas dapat dinyatakan lolos test, diijinkan masuk ke
disimpulkan bahwa pengecoran Pondasi area proyek untuk proses penuangan
Raft tersebut membutuhkan TM beton segar ke Concrete Pump yang telah
sebanyak 40 unit ((60:6)x4). ditentukan. Waktu yang dibutuhkan
Plant-I (Cimareme) dan Plant-II selama penuangan ± 10 menit, setelah
(Soekarno Hatta) dengan jarak 20 km. selesai TM langsung kembali ke batching
Adapun kapasitas produksi dari kedua plant dan begitu seterusnya (sampai
Plant tersebut adalah 84 m3/jam (@ 42 pengecoran dinyatakan selesai)
m3/jam). Selama pengecoran pondasi raft Beton akan mulai ada ikatan
berlangsung, batching plant hanya setelah 7 jam, dimana 3 jam (maksimal)
melayani proyek PPAG2 diasumsikan untuk perjalanan dari
Kapasitas produksi > total produksi batching plant menuju lokasi pengecoran,
pompa Ok! maka tersisa waktu 4 jam saja sebelum
ikatan awal beton terjadi.
4.4. Perinsip Urutan Pengecoran Pada prinsipnya Pompa-1 dan
Pompa-3 bersifat sebagai pompa utama
Pada prinsipnya pengecoran
dimana pompa tersebut hanya melayani
pondasi raft (beton massa) tahapannya
pengecoran pada “jalurnya” saja.
pengecorannya sama dengan pengecoran
Sementara Pompa-2 bersifat sebagai
biasa namun yang membedakannya
pompa topping dan “service” untuk
adalah durasi pengecoran yang lama dan
membantu overlayer pengecoran Pompa-
dikerjakan secara terus menerus (tidak
1 dan Pompa-3 sebelum terjadi ikatan
boleh berhenti sebelum selesai),
awal beton. Segmen 1 akan dicor selama
perlakuan material dan perawatan setelah
206 menit dengan Pompa-1. Pompa-2
selesai pengecoran, setiap TM yang
disini berperan sebagai pompa suport
datang akan diperiksa dokumennya
dan topping, untuk pompa utama yaitu
(mutu beton yang dimuat) jam berapa
Pompa-1 dan Pompa-3 sehingga besar
selesai loading dan berapa jam
kemungkinan pengecoran ditiap
perjalanan, setelah pengecekan dokumen
segmennya kurang dari 206 menit.
selesai kemudian beton dituang pada troli
Sebelum melakukan pengecoran segmen
besi untuk dilakukan pengecekan suhu
3 terlebih dahulu segmen 2 harus sudah

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

165
tercor agar sekat penahan beton tidak TC2, TC3 dan TC4 diinput datanya
rubuh. selama 8 hari dan dibuat tabel monitoring
Urutan pengecoran nya adalah sbb: 1-2- suhu, tabel monitoring suhu tersebut
3-4-5-6. Setelah segmen 5 selesai dicor dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel
maka Pompa-2 dapat melanjutkan tersebut tercatat suhu tertinggi dari
pengecoran topping segmen 6 , dimana pengecoran Pondasi Raft tersebut adalah
Pompa utama Tetap terus mundur untuk 79,5ºC, dari tersebut beton dinyatakan
melanjutkan pengecoran. aman dari retak thermal.
Setelah pengendalian suhu dianggap
4.5. Perawatan dan Monitoring berhasil lalu dilakukan test kuat tekan
beton, pada benda uji yang sudah dibuat
Temperatur
sebelumnya. Test tersebut dilakukan
Perawatan dilakukan dengan : umur beton 7 hari dan didapat hasil
a. Curing compound, setelah beton terendah 37 Mpa. Untuk memastikan
dinyatakan setting kemudian dilakukan mutu beton yang sesungguhnya maka
trowel (perataan permukaan beton) dilakukan test pada benda uji dengan
setelah rata dan permukaan beton keras umur 28 hari dan hasil rata-rata yang
dilajutkan curing coumpound, yang dicapai pada pengujian tersebut mencapai
diaplikan dengan cara roll. lebih dari 50 Mpa.
b. Plastik cor, setelah proses curing
coumpound dinyatakan selesai, maka
4.6. Pembahasan
permukaan beton tersebut akan ditutup
dengan plastik cor untuk mencegah Melihat hasil pelaksanaan
proses penguapan panas, agar suhu penelitian yang didapat dari perkerjaan
permukaan beton tidak turun secara pengendalian suhu beton massa 3500 m3,
drastis. menggunakan balok es dan pengaruhnya
c. Styrofoam 5 cm, proses penutupan terhadap beton,
permukaan beton dengan styrofoam a. Suhu beton segar yang direncanakan
dilakukan suhu permukaan beton tidak maksimum 32ºC, dapat dicapai dengan
dipengaruhi oleh udara yang berada di hasil rata-rata dibawah 30ºC. Artinya
permukaan beton, agar antar lapisan bahwa temperatur beton segar yang akan
beton tidak terjadi perbedaan suhu yang dituang pada pekerjaan beton massa
diisyaratkan yaitu maksimum 20ºC. tersebut dapat di-reduce hingga 7ºC.
Proses selanjutnya adalah waktu b. Nilai slump yang direncanakan 16±2,
monitoring temperatur setelah beton area workability tercapai dengan nilai yang
thermocopule setting : sama yaitu ada dikisaran 16±2, dimana
• Setiap 30 menit selama 24 jam nilai slump tersebut bertujuan untuk
pertama memudahkan aliran beton pada saat
• Setiap 1 jam sampai suhu masih didalam pipa Concrete Pump,
menunjukan penurunan yang memudahkan penuangan beton segar ke
konsisten dalam pondasi dan memudahkan
• Styrofoam berfungsi sebagai kontrol pekerjaan pemadatan beton, mengingat
suhu, dimana ketika suhu terlalu penulangan pondasi ramp yang
tinggi (sudah mencapai 75ºC) dapat cenderung rapat.
dilepas sementara, dan jika suhu c. Temperatur puncak yang direncanakan
sudah turun ke 70ºC maka styrofoam adalah 81ºC, dapat dicapai dengan nilai
harus ditutup kembali. atau dapat temperatur tertinggi adalah 79,5ºC,
dikatakan styrofoam tersebut artinya panas hidrasi puncak pada
digunakan untuk menjaga temperatur pekerjaan pondasi raft tersebut dapat di-
antar lapisan beton agar tidak lebih reduce hingga 10ºC. Tentunya hal
dari 20°C. tersebut dapat mengurangi potensi
Pencatatan suhu di ambil dari 4 keretakan pondasi
titik Thermo Couple, data suhu dari TC1,

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

166
d. Temperatur antar lapisan beton Dengan demikian pengendalian
direncanakan maksimum 20ºC, diperoleh suhu beton massa dengan menggunakan
nilai rata-rata dibawah 20ºC. Hal ini balok es dapat direkomendasikan pada
terbantu oleh lapisan insulasi styrofoam proyek mass concrete selanjutnya.
yang dapat dibuka tutup, sesuai arahan
inspektor perencana. Karena nilai suhu 5.1. Saran-Saran Penulis
rata-rata di bawah 20ºC, maka
Dari seluruh kegiatan pengecoran
pengecoran pondasi raft tersebut aman
dan pengendalian suhu beton massa yang
dari keretakan yang disebabkan oleh
terbilang sukses. Karena dalam proses
panas hidrasi beton.
pengecoran dan pengendalian suhu beton
e. Target strength di 28 hari adalah 35
massa menggunakan balok es, yang mana
Mpa, hasil pengetesan kuat tekan beton
sifat leleh balok es tersebut banyak di
pada benda uji umur 7 hari diperoleh
pengaruhi oleh faktor cuaca, maka pada
nilai terendah 37 Mpa dan pengetesan
saat pengecoran siang dengan terik
kuat tekan beton pada benda uji umur 28
matahari tidak terjadi “bleeding”
hari diperoleh nilai rata-rata diatas 50
sedangkan pengecoran siang dengan
Mpa. Artinya kuat tekan beton pada
cuaca hujan atau pengecoran malam
pekerjaan pondasi raft atau beton massa
dengan cuaca dingin agak sedikit terjadi
pada proyek PPAG2 lebih tinggi 15 Mpa
bleeding (walaupun hal ini dapat diatasi
dari target perencanaan. Dengan
oleh arahan dari inspektor perencana
demikian penelitian “pengendaliaan suhu
struktur, sebaiknya untuk pengecoran
beton massa 3500 m3, menggunakan
beton massa selanjutnya ;
balok es dan pengaruhnya terhadap
• Perlu dipertimbangkan kondisi cuaca.
beton” pada pekerjaan pondasi raft
• Diameter pecahan balok es harus
proyek PPAG2 dengan hasil yang cukup
mengikuti kondisi cuaca.
baik.
DAFTAR PUSTAKA
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran ACI Committee 207.1R-05, 2006, Guide to
merupakan hal yang penting dari Mass Concrete.
Available : https://www.concrete.org
suatu penelitian dan jika ada yang ACI Committee 207.4R-93, 1993, Cooling
belum tuntas dari penelitian ini dapat and insulating System for Mass
dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya ; Concrete.
Available : https://www.concrete.org
5.1. Kesimpulan Penelitian ASTM Committee ASTM C 186, 2017,
Heat of hydration for selected
Seluruh kegiatan penelitian yang portland cements.
dilakukan di lapangan, dari perencanaan Available : https://astm.org
dan pelaksanan raft foundation yang BSN Committee SNI 2847-2019, 2019,
mengacu kepada ; Spesifikasi teknis Persyaratan Beton Struktural Untuk
konsultan struktur - Davy Sukamta Bangunan Gedung.
Konsultan, ACI 207.1R - Guide to Mass Available : https://www.bsn.go.id
Ir. Davy Sukamta, 2017, Spesifikasi Teknis
Concrete, ACI 207.4R - Cooling and
Proyek PPAG2
insulating System for Mass Concrete. Ir. Eri Setia Romadhon, MT, , buku
Dapat disimpulkan dengan data ajar teknologi beton Universitas
sebagai berikut ; Suhu beton segar Jayabaya
tertinggi adalah 29ºC, Workability Portland Cement Association, 1997,
tercapai dengan slump rata-rata 16±2, Concrete and Heat Hydration.
Temperatur puncak mencapai 79,5ºC, Available at :
Temperatur antar lapisan beton dengan https://www.philadelphia.edu.jo/aca
suhu tertinggi 19,2ºC, Test kuat tekan demics/aalfraihat/uploads/heat%20o
beton umur 7 hari mencapai 37 Mpa. f%20hydration

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

167
Santhosh R & Dr.P.Shivananda, 2017, A
review of Concrete Mix Designs.
Available at :
https://www.ijraset.com/fileserve.ph
p?FID=11045
John Gajda & Martha Vangeem, 2012,
Controlling temperatures in Mass
Concrete.
Available at :
https://gab.wallawalla.edu/~larry.
aamodt/engr325/concrete_heatin
g
S. Swaddiwudhipong, D. Chen and M. H.
Zhang, 2002, Simulation of the
exothermic hydration process of
Portland cement.
Available :
https://www.researchgate.net/figure/Specific-
heat-of-hydration-of-individual-
compounds_tbl1_250071355

Jurnal Teknik Sipil-Arsitektur Vol. 19 No. 2 (2020): November 2020

168

You might also like