You are on page 1of 15

PERANAN BIDANG INTELIJEN KEJAKSAAN NEGERI SIBOLGA

DALAM PENGUNGKAPAN DUGAAN TINDAK PIDANA

PENCUCIAN UANG

Andreas Siahaan
Universitas HKBP Nommensen Medan
andreas.siahaan@student.uhn.ac.id

August P. Silaen
Universitas HKBP Nommensen Medan
augustpsilaen@gmail.com

Abstract
Money Laundering in English (Money Laundering) is an attempt to hide or disguise the origin of
money/funds or assets resulting from criminal acts through various financial transactions so that the
money or assets appear as if they came from legitimate/legal activities. Money laundering is generally
carried out through three steps: 1. Namely, the money/funds generated from a criminal activity/crime
are changed into a form that is less or does not arouse suspicion through placement in the financial
system in various ways (placement stage). 2. Carrying out complex, layered and anonymous financial
transactions with the aim of separating the proceeds of criminal acts from their source into various
accounts so that it is difficult to trace the origin of the funds, in other words hiding or disguising the
origin of the assets resulting from the criminal act (layering stage). ). 3. Final, which is the stage where the
perpetrator re-invests funds whose origins have been unclear into assets that appear legitimate, either for
direct enjoyment, invested in various forms of material and financial wealth, used to finance legitimate
business activities or to finance return to criminal activity (integration stage). This research aims to
examine the role of District Attorney Intelligence in Efforts to Overcome the Crime of Money Laundering.
Keywords: Prosecutor's Office, Crime, Role of Prosecutor's Intelligence, Money Laundering

Abstrak

Pencucian Uang dalam Bahasa inggris (Money Laundering) adalah suatu upaya perbuatan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana
melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal
dari kegiatan yang sah/legal. Pencucian Uang umumnya dilakukan melalui tiga langkah tahapan: 1.
Yakni uang/dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana/kejahatan diubah ke dalam bentuk
yang kurang atau tidak menimbulkan kecurigaan melalui penempatan kepada sistem keuangan dengan
berbagai cara (tahap penempatan/placement). 2. Melakukan transaksi keuangan yang kompleks, berlapis
dan anonim dengan tujuan memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya ke berbagai rekening
sehingga sulit untuk dilacak asal muasal dana tersebut yang dengan kata lain menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan hasil tindak pidana tersebut (tahap pelapisan/layering). 3. Final
yaitu merupakan tahapan di mana pelaku memasukkan kembali dana yang sudah kabur asal usulnya ke
dalam harta kekayaan yang telah tampak sah baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam
berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegaiatan bisnis
yang sah ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana (tahap integrasi). Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji peranan Intelijen Kejaksaan Negeri dalam Upaya Penanggulangan Tindak
Pidana Pencucian Uang.

Kata Kunci: Kejaksaan, Pidana, Peran Intelijen Kejaksaan, Pencucian Uang

PENDAHULUAN
Tindak pidana pencucian uang atau yang lebih dikenal dengan istilah money
laundering merupakan istilah yang sering didengar dari berbagai media massa. Pencucian
Uang (Money Laundering) merupakan proses menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
hasil kejahatan. Proses tersebut merupakan untuk kepentingan menghilangkan jejak sehingga
memungkinkan pelakuknya menikmati keuntungan-keuntungan itu dengan tanpa
mengungkap darimana sumbernya.1 Proses penyembunyian atau penyamaran harta kekayaan
yang dihasilkan dari tindak pidana seperti tindak pidana korupsi, tindak pidana perdagangan
narkoba atau tindak pidana perdagangan orang, baik melalui sistem keuangan maupun melalui
sistem non-keuangan, sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah menjadi sah.
Dalam hal penanganan kasus tindak pidana pencucian uang itu sendiri di Indonesia
dapat ditangani oleh Kepolisian Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Otoritas
Jasa Keuangan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, serta Kejaksaan Agung.
Diantara semua lembaga tersebut, kejaksaan merupakan kekuasaan eksekutif komponen dalam
urusan penegakan hukum dan langsung di bawah Presiden dan berhak dalam kasus tindak
pidana pencucian uang2.
Pengertian Kejaksaan Republik Indonesia dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.
Tugas organisasi dan fungsi Kejaksaan Tinggi dilaksanakan oleh pejabat yang ada di
lingkungan Kejaksaan Tinggi dan telah ditentukan dalam Keputusan Jaksa Agung yang
mengatur tiap-tiap pejabat yang ada di Kejaksaan Tinggi untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai aparat penegak hukum.
Di Indonesia, tindak pidana pidana pencucian uang ini diatur dalam UU No. 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Adapun
1
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 17.
2
Juni Sjafrien Jahja, Melawan Money Laundering, Visimedia, Jakarta, 2012, hlm. 4.
perbuatan-perbuatan yang menjadi tindak pidana pencucian uang menurut UU No. 8/2010
adalah sebagai berikut: 1.Menempatkan, mentransfer, mengalihkan membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan. 2. Menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan
yang sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan
hasil tindak pidana. 3. Menerima, menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.
Dalam prakteknya, kegiatan pencucian uang mencakup tiga langkah yang menjadi
dasar operasional pencucian uang, yaitu : Pertama Placement, merupakan tindakan awal dari
pencucian uang atau penempatan uang, yakni proses masuknya uang tunai ke dalam sistem
finansial. Pada tahapan ini, pergerakan uang sangat rawan untuk dideteksi, maka untuk
menghindari terdeteksinya pola ini, cara yang biasa dilakukan adalah dengan memecah uang
menjadi satuan yang lebih kecil agar tidak mudah dicurigai. Di samping itu, terdapat cara lain
yaitu dengan menempatkan uang tersebut ke dalam instrumen penyimpanan uang yang
berbeda-beda seperti cek dan deposito, menyelundupkan uang atau harta hasil tindak pidana
ke negara lain, melakukan penempatan secara elektronik, dan menggunakan beberapa pihak
lain dalam melakukan transaksi. Kedua Layering, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
menjauhkan uang yang diperoleh dari kejahatan tersebut. Cara yang biasa digunakan adalah
dengan membeli aset, berinvestasi, atau dengan menyebar uang tersebut melalui pembukaan
rekening bank di beberapa negara. Di sinilah tempat suaka pajak (tax havens) memperlancar
tindak pencucian uang. Defenisi tax havens adalah wilayah tertentu yang menyediakan fasilitas
penampungan aset atau investasi asing tanpa kewajiban membayar pajak. Ketiga Integration,
merupakan upaya menggabungkan atau menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah,
baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai jenis produk keuangan dan
bentuk material lainnya, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun
untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. Adapun cara yang biasa dilakukan adalah
dengan melakukan investasi pada suatu kegiatan usaha, penjualan dan pembelian aset.3

3
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10470
Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga penuntutan di bidang hukum
mempunyai peran utama dalam penegakan supremasi hukum dan mewujudkan keadilan bagi
seluruh bangsa di negeri ini.4 Sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan
Negara di bidang penuntutan, dan sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum
dan keadilan, peran Kejaksaan sebagai garda depan penegakan hukum demikian penting dan
strategis. Sebagai institusi peradilan, kewenangan Kejaksaan dapat langsung dirasakan oleh
masyarakat luas. Oleh karena itu, sebagai salah satu ujung tombak dalam penegakan hukum,
peran Kejaksaan diharapkan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Dalam proses penyelidikan pihak Intelijen Kejaksaan dalam mengungkap dugaan
tindak pidana pencucian uang masih sangat sulit untuk mendapatkan informasi tentang aset
yang dimiliki oleh terduga kasus tindak pidana pencucian uang walaupun disini pihak Intelijen
Kejaksaan telah mempunyai atau memiliki surat perintah penyelidikan, dikarenakan pihak
bank dalam hal ini masih berpedoman kepada Pasal 40 ayat (1) Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan yang berbunyi "Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya". 5Maka dari itulah pihak Intelijen Kejaksaan masih
mengalami kesulitan dalam mengungkap kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sulitnya mendeteksi atau menemukan terjadinya tindak pidana pencucian uang juga menjadi
satu permasalahan. Sulitnya menemukan atau membaca adanya indikasi tindak pidana
pencucian uang hampir sangat sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, dalam proses
pencegahan maupun penegakan hukum dibutuhkan adanya upaya-upaya yang luar biasa.
Penegakan hukum khususnya dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang
dilaksanakan salah satunya oleh Kejaksaan.
Kejaksaan sebagai salah satu institusi yang bertanggung jawab dalam proses
penuntutan juga memiliki satu peran yang cukup besar yakni bertanggung jawab pada bidang
ketertiban dan ketenteraman umum. Tanggung jawab tersebut dilaksanakan salah satunya oleh
bidang intelijen kejaksaan untuk melihat potensi gangguan akan ketertiban dan ketenteraman
umum sehingga terjadinya suatu kejahatan dapat diantisipasi secepatnya. Dalam hal tindak
pidana pencucian uang, terdapat kesulitan dalam menemukan atau melihat potensi terjadinya
pencucian uang diakibatkan sifatnya yang merupakan tindak pidana yang berkelanjutan
sehingga harta kekayaan dari tindak pidana asal harus lebih dahulu dideteksi. Berdasarkan

4
Tim MaPPI-FHUI., 2015, Bunga Rampai Kejaksaan Republik Indonesia, Badan Penerbit FH UI, Jakarta, hal. 1.
5
Bintang, JURNAL PERANAN INTELIJEN KEJAKSAAN DALAM PENGUNGKAPAN DUGAAN TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG, Limbungan, hal 3
uraian diatas maka penulis tertarik ingin membahas dan melakukan penelitian terkait dengan
peranan Intelijen dalam Mengungkap Tindak Pidana Pencucian uang, maka penulis
memfokuskan Judul “PERANAN BIDANG INTELIJEN KEJAKSAAN NEGERI DALAM
PENGUNGKAPAN DUGAAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG”

METODE PENELITIAN
Jenis Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelelitian
yuridis empiris. Metode Pendekatan yuridis empiris adalah suatu cara atau prosedur yang
digunakan untuk memecahkan masalah dengan meneliti data, mengambil fakta fakta yang ada
di Kejaksaan Negeri Sibolga. Tipe metode penelitian empiris yang menggambarkan hukum dan
juga sebagaimana hukum mengamati kehidupan masyarakat yang nyata serta metode
penelitian empiris ini langsung didapat dari masyarakat serta permasalahannya yang terjadi
dilapangan.
Adapun yang menjadi lokasi penelitian penulis dilakukan di Kejaksaan Negeri
Sibolga, yang beralamat di Jl. Sutomo No.11, Simare-Mare, Kec. Sibolga Utara, Kota Sibolga,
Sumatera Utara 22513 . Dengan mengumpulkan Informasi yang ada dan pada akhirnya penulis
akan menarik kesimpulan dari data yang telah di dapatkan. Alasan penulis melakukan
penelitian di Kejaksaan Negeri Sibolga adalah karena sudah mensurvei langsung ke lokasi
penelitian selama dua bulan setelah mengikuti Program Magang di Kejaksaan Negeri Sibolga.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1 PERANAN BIDANG INTELIJEN KEJAKSAAN NEGERI SIBOLGA DALAM
PENGUNGKAPAN DUGAAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Intelejen kejaksaan memainkan peran yang penting dalam pengungkapan dugaan
tindak pidana pencucian uang (TPPU). Badan-badan intelijen di bidang penegakan hukum,
termasuk yang terkait dengan penuntutan, mempunyai peran penting dalam mengungkap dan
memberantas berbagai kegiatan kriminal, termasuk pencucian uang. Pencucian uang adalah
proses yang rumit dan rahasia yang melibatkan penyamaran asal-usul dana yang diperoleh
secara ilegal agar tampak sah.
Berikut adalah beberapa peran penting yang dimainkan oleh badan intelijen yang
terkait dengan penuntutan, seperti Kejaksaan dalam mengungkap dugaan pencucian uang:
1. Pengumpulan Informasi dan Analisis Data :
 Badan intelijen mengumpulkan dan menganalisis sejumlah besar informasi
terkait transaksi keuangan, individu, dan entitas yang dicurigai terlibat dalam
pencucian uang. Intelijen kejaksaan bertanggung jawab untuk mengumpulkan
informasi terkait kegiatan yang mencurigakan dan analisis data yang dapat
mengarah pada dugaan pencucian uang. Hal ini melibatkan pemantauan
aktivitas keuangan yang mencurigakan, identifikasi pola transaksi yang tidak
wajar, dan pemahaman terhadap hubungan antarpihak yang terlibat.
 Mereka memanfaatkan berbagai sumber, termasuk catatan keuangan, laporan
transaksi, dan data relevan lainnya, untuk mengidentifikasi pola, anomali, dan
potensi kaitannya dengan kegiatan kriminal.

2. Koordinasi dengan Pihak Lain : Intelijen kejaksaan perlu bekerja sama dengan lembaga
intelijen lainnya, seperti kepolisian, lembaga keuangan, dan lembaga terkait lainnya.
Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran informasi dan sumber daya yang diperlukan
untuk menyelidiki dugaan pencucian uang secara efektif.
3. Penyamaran dan Pemantauan : Intelijen kejaksaan dapat melakukan penyamaran atau
pemantauan terhadap individu atau entitas yang dicurigai terlibat dalam pencucian
uang. Tindakan ini membantu memahami metode dan jalur yang digunakan untuk
menyembunyikan asal-usul dana ilegal.
4. Analisis Jejak Digital : Dengan perkembangan teknologi, intelijen kejaksaan juga dapat
menggunakan analisis jejak digital untuk melacak transaksi keuangan secara elektronik
dan mengidentifikasi jejak digital yang terkait dengan pencucian uang.
5. Penyelidikan dan Pengungkapan Bukti : Intelijen kejaksaan bertanggung jawab untuk
menyelidiki secara menyeluruh dugaan tindak pidana pencucian uang. Hal ini
melibatkan pemeriksaan bukti, wawancara, dan kerjasama dengan otoritas lainnya guna
memastikan bahwa kasus ini memiliki dasar hukum yang kuat.
6. Pemberian Dukungan Proses Hukum : Badan-badan intelijen memberikan dukungan
kepada jaksa dengan menyediakan bukti-bukti dan informasi intelijen yang diperlukan
untuk proses hukum terhadap individu atau badan yang dicurigai melakukan
pencucian uang. Intelijen kejaksaan juga memberikan dukungan hukum untuk
memastikan bahwa proses pengungkapan dan penuntutan tindak pidana pencucian
uang berjalan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
7. Preventif dan Edukasi : Selain itu, intelijen kejaksaan juga dapat terlibat dalam upaya
preventif dan edukatif untuk mencegah tindak pidana pencucian uang dengan
memberikan informasi kepada masyarakat dan sektor bisnis tentang risiko dan
konsekuensi dari kegiatan pencucian uang.
8. Pengawasan dan Pemantauan : Pengawasan memainkan peran penting dalam melacak
pergerakan dana dan mengidentifikasi individu yang terlibat dalam pencucian uang.
Hal ini mencakup metode pengawasan fisik dan elektronik.
9. Pengembangan Kebijakan : Badan-badan intelijen berkontribusi pada pengembangan
kebijakan dan strategi yang bertujuan mencegah dan memberantas pencucian uang. Hal
ini termasuk merekomendasikan perubahan legislatif dan perbaikan mekanisme
penegakan hukum.
10. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas : Memberikan pelatihan kepada aparat penegak
hukum dan peradilan mengenai tren, teknik, dan teknologi terkini terkait pencucian
uang sangatlah penting. Hal ini membantu meningkatkan kapasitas keseluruhan untuk
memerangi kejahatan keuangan secara efektif.

Dengan peran-peran ini, bidang intelijen kejaksaan dapat berkontribusi secara


signifikan dalam upaya pengungkapan dan pencegahan tindak pidana pencucian uang.
Ringkasnya, badan intelijen yang terkait dengan kantor kejaksaan memainkan peran
penting dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi intelijen
terkait pencucian uang. Upaya mereka berkontribusi pada identifikasi, investigasi, dan
penuntutan individu dan entitas yang terlibat dalam aktivitas pencucian uang,
sehingga memperkuat kerangka hukum secara keseluruhan untuk memerangi
kejahatan keuangan.

Kejaksaan memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan


terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang-undang. Dalam kapasitasnya
sebagai penyelidik dan penyidik, Kejaksaan dilengkapi dengan seksi Intelijen yang
bertugas untuk menjalankan fungsi ini terutama dalam hal pengumpulan data dan
bahan keterangan. Intelijen Kejaksaan mempunyai tugas menyediakan atau
memberikan data, informasi atau bahan keterangan kepada Pimpinan untuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan dan tindakan serta membuat perencanaan kegiatan
selanjutnya.

Penyelidikan dari Intelijen muncul dari informasi yang didapat dari temuan jaksa
maupun temuan yang didapat oleh bagian Intelijen itu sendiri. Setelah mendapat laporan atau
ada kecurigaan telah terjadi suatu tindak pidana pencucian uang maka dikeluarkan surat
perintah dari Kepala Kejaksaan melakukan Tinggi penyelidikan di untuk tempat mendapatkan
informasi. Penyelidikan ini masih bersifat rahasia, dalam tahap ini dilakukan pencarian data,
keterangan, dan alat bukti sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut dari proses
penyelidikan yang dilakukan. Kemudian setelah dikumpulkan data akurat yang cukup dari
penyelidikan tertutup maka diadakan pra ekspose di kejaksaan sebelum menuju ke
penyelidikan terbuka.
Dalam melakukan proses penyelidikan Intelijen Kejaksaan mempunyai beberapa tahap
awal, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk
merumuskan kebutuhan dari keinginan Pimpinan Kejaksaan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas pokok di lapangan untuk memberikan pengarahan kegiatan intelijen,
sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan sistematis guna mendapatkan hasil yang
maksimal. Tahap perencanaan dilakukan oleh Intelijen setelah menerima petunjuk atau
perintah dari Pimpinan Kejaksaan. Tahap ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
tugas pokok.
b. Tahap Pengumpulan Keterangan Setelah menyiapkan perencanaan mengenai
kegiatan dilakukan, yang selanjutnya akan Intelijen melakukan kegiatan pengumpulan
bahan keterangan. Dalam proses pengumpulan keterangan Intelijen Kejaksaan harus
melengkapi data-data yang diperlukan dalam melakukan tahap selanjutnya.
c. Tahap Pengolahan Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengolahan dari hasil
pengumpulan data dan keterangan yang telah dilakukan oleh Satuan Intelijen Kejaksaan.
Dalam hal ini bahan keterangan yang telah diterima akan diolah melalui proses pencatatan,
penilaian dan penafsiran, sehingga bahan keterangan yang awalnya masih merupakan
bahan mentah akan diolah menjadi data yang berguna bagi Kejaksan dalam mengungkap
tindak pidana pencucian uang.
d. Tahap Penyampaian dan Penggunaan Tahap penyampaian dan penggunaan
merupakan tahap atau langkah akhir dari tahapan pengumpulan data intelijen, pada tahap
ini merupakan lanjutan dari langkah pengolahan data yang telah disusun dalam bentuk
produk Intelijen untuk di sampaikan kepada pengguna. Bagaimanapun baiknya produk
Intelijen yang telah disusun dan disiapkan tidak akan ada artinya apabila tidak dapat
digunakan oleh pengguna. Agar dapat digunakan maka produk Intelijen yang telah
disusun harus diberikan tepat waktu dan dapat menjawab tuntutan tugas. Untuk itu data
yang telah dihasilkan harus segera disampaikan kepada pengguna, selanjutnya digunakan
untuk Penyusunan Rencana, Penentu Kebijaksanaan dan Pengambilan Keputusan.6

1.2 HAMBATAN YANG DIHADAPI BIDANG INTELIJEN KEJAKSAAN NEGERI


SIBOLGA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN
UANG
Bidang intelijen kejaksaan negeri sibolga dapat menghadapi sejumlah hambatan dalam
upaya penanggulangan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Berikut adalah beberapa
hambatan yang mungkin dihadapi, yaitu meliputi :
1. Keterbatasan Sumber Daya : Faktor Minimnya Alokasi Dana Setiap kegiatan
penyelidikan yang dilakukan oleh Intelijen Kejaksaan pasti mebutuhkan dana yang
cukup besar, sedangkan alokasi dana yang dimiliki oleh Intelijen Kejaksaan terbatas dan
di rasa belum mencukupi untuk mendukung tugas dan fungsi Intelijen Kejaksaan
tersebut. Apalagi dalam hal penyelidikan secara tertutup dan pengadaan alat yang
dibutuhkan Intelijen Kejaksaan dalam mengungkap suatu tindak pidana yang sedang di
tangani mengingat tindak pidana pencucian uang ini merupakan kejahatan yang hanya
dapat dilakukan oleh orang tertentu dengan modus atau tipologi yang semakin hari
semakin canggih.
Keterbatasan anggaran dan personel dapat menjadi hambatan utama. Penyelidikan
pencucian uang memerlukan sumber daya yang cukup besar untuk melakukan analisis
keuangan mendalam dan memeriksa jejak transaksi yang kompleks. Sumber daya yang
terbatas, baik dari segi keuangan maupun personel, dapat menghambat efektivitas
operasional intelijen kejaksaan. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi kemampuan
untuk melakukan penyelidikan yang mendalam dan mencakup berbagai aspek kegiatan
pencucian uang.

2. Kompleksitas dan Inovasi Teknologi : Pelaku TPPU terus mengembangkan metode


baru dan menggunakan teknologi canggih untuk menyembunyikan jejak kegiatan ilegal
mereka. Intelijen kejaksaan harus terus menerus meningkatkan kemampuan teknologi
mereka agar dapat menghadapi tantangan ini. Dan Penggunaan teknologi oleh pelaku
kejahatan terus berkembang, termasuk penggunaan cryptocurrency dan teknik enkripsi.

6
https://kejari-fakfak.kejaksaan.go.id/bidang-intelijen/
Ini dapat menjadi hambatan bagi intelijen kejaksaan dalam melacak dan membongkar
jaringan pencucian uang.
3. Kurang matangnya perencanaan yang dilakukan oleh Intelijen Kejaksaan : Kurang
matangnya perencanaan yang dilakukan dikarenakan tenggang waktu yang diberikan
dalam proses penyelidikan dirasa sangat sedikit dan hasilnya juga dianggap kurang
maksimal.
4. Kurangnya Kerjasama Antarinstansi : Kerjasama yang buruk atau minim dengan
lembaga lain, seperti kepolisian, lembaga keuangan, dan lembaga pemerintah lainnya,
dapat menghambat pertukaran informasi yang vital. Keterlibatan banyak pihak
seringkali diperlukan untuk memahami sepenuhnya pola pencucian uang.
5. Kerahasiaan dan Perlindungan Data: Beberapa informasi terkait TPPU bersifat sangat
rahasia. Oleh karena itu, perlindungan data dan menjaga kerahasiaan informasi menjadi
tantangan, terutama ketika bekerja dengan berbagai pihak dan lembaga. Perlindungan
terhadap saksi dan informan adalah prioritas, dan kekurangan dalam hal ini dapat
menghambat proses hukum.
6. Kurangnya Akses Informasi : Ketidakmampuan untuk dengan cepat mendapatkan
akses ke informasi dari lembaga keuangan atau instansi lainnya dapat menghambat
proses penyelidikan. Kolaborasi dan pertukaran informasi yang efektif antar lembaga
menjadi krusial dalam menangani kasus pencucian uang.
7. Ketidakpastian Hukum : Adanya kebijakan dan regulasi yang kurang jelas atau belum
terstandarisasi dapat menciptakan ketidakpastian hukum, memperlambat proses
penegakan hukum terkait TPPU. Beberapa kasus pencucian uang dapat melibatkan
kendala hukum dan regulasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Perbedaan
regulasi antar-negara dan kendala hukum dapat membuat penyelidikan dan
penuntutan menjadi sulit.
8. Tantangan Internasional : Kegiatan TPPU sering melibatkan transaksi lintas batas, dan
perbedaan hukum antarnegara dapat menjadi hambatan. Kurangnya kerjasama
internasional dalam hal ini dapat menyulitkan penanggulangan TPPU.
9. Kurangnya Keahlian dan Pelatihan : Keberhasilan intelijen kejaksaan dalam
menanggulangi TPPU juga bergantung pada keahlian dan pengetahuan personelnya.
Pelatihan yang tidak memadai dapat menjadi hambatan dalam memahami dan
mengatasi taktik baru yang digunakan oleh pelaku TPPU.
10. Kurangnya Kesadaran dan Pelibatan Masyarakat : Kesadaran masyarakat terkait
dengan ancaman TPPU mungkin rendah. Intelijen kejaksaan perlu berpartisipasi aktif
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan melibatkan mereka dalam melaporkan
kegiatan yang mencurigakan.
11. Kompleksitas Kasus : Kasus pencucian uang sering kali sangat kompleks, melibatkan
jaringan transaksi dan perusahaan fiktif. Memahami dan membongkar skema pencucian
uang yang rumit memerlukan waktu, keahlian, dan koordinasi yang cermat.
12. Tingkat Korupsi : Keberadaan tingkat korupsi dalam sistem hukum atau lembaga
penegak hukum bisa menjadi hambatan serius dalam penanggulangan pencucian uang.
Korupsi dapat mempengaruhi proses penyelidikan dan penuntutan.
13. Perlindungan Saksi dan Kolaborator : Pemberian perlindungan kepada saksi atau
kolaborator yang ingin memberikan informasi tentang tindak pidana pencucian uang
dapat menjadi masalah. Keamanan dan perlindungan terhadap mereka menjadi faktor
kunci dalam memastikan kerjasama yang efektif.
14. Kesulitan Mendapatkan Bukti yang Kuat : Kehadiran bukti yang kuat seringkali
menjadi tantangan dalam kasus TPPU. Pelaku cenderung menyembunyikan jejak
dengan cermat, sehingga memerlukan upaya ekstra untuk mengumpulkan bukti yang
dapat diterima di pengadilan. Serta sulitnya bagi pihak Intelijen Kejaksaan dalam
memperoleh bukti bukti berupa surat, dokumen-dokumen berharga, maupun tentang
aset-aset yang dimiliki oleh pelaku tindak pidana pencucian uang.

Untuk mengatasi hambatan ini, diperlukan upaya koordinasi, pelatihan yang lebih
baik, peningkatan keamanan informasi, dan reformasi hukum dan regulasi yang mendukung
langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan tindak pidana pencucian uang.

1.3 UPAYA YANG DILAKUKAN INTELIJEN KEJAKSAAN NEGERI SIBOLGA DALAM


MENGATASI HAMBATAN PENGUNGKAPAN DUGAAN TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG
Dalam menghadapi hambatan hambatan yang dialami oleh Intelijen Kejaksaan Negeri
Sibolga dalam mengungkap dugaan tindak pidana pencucian uang ada beberapa upaya
yang dilakukan oleh Intelijen Kejaksaan, berikut adalah upaya yang dilakukan Intelijen
Kejaksaan dalam mengungkap dugaan tindak pidana pencucian uang:
1. Dalam peranananya terhadap pengungkapan dugaan tindak pidana pencucian uang,
Kejaksaan Negeri Sibolga melakukan koordinasi secara baik dengan Kejaksaan Negeri yang
ada dibawah ruang lingkup Kejaksaan Tinggi dan juga melakukan tukar pendapat secara
informal dengan para ahli hukum pidana dan tata negara apakah dalam pengungkapan
kasus tindak pidana pencucian uang tersebut sudah sesuai dengan peraturan-peraturan
hukum yang ada, dan untuk mengindari kesalahan dalam pengungkapan kasus tindak
pidana pencucian uang tersebut.
2. Perekrutan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan oleh Intelijen Kejaksaan harus
dilakukan dengan transparan dan pegawai tersebut harus mempunyai kapasitan dan
kapabilitas di bidang Intelijen.
3. Sistem mutasi dan rolling jabatan harus benar-benar memperhatikan prinsip keadilan dan
kualitas SDM, sudah menjadi rahasia umum bahwa sistem mutasi dan rolling jabatan yang
ada sekarang tidak didasarkan pada kemampuan dan latar belakang pendidikan seseorang
maupun prestasinya, namun lebih didasarkan pada kedekatan dan loyalitas seseorang
dengan pimpinan sehingga prinsip keadilan dan profesionalisme menjadi terabaikan.
4. Sistem pelatihan Intelijen Kejaksaan harus lebih ditingkatkan sehingga anggota Intelijen
Kejaksaan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti peningkatan pelatihan
kualitas bagi dan profesioanlismenya sehingga akan meningkatkan kinerja Intelijen
Kejaksaan.
5. Penempatan personil harus sesuai bidang dan diklat yang diikuti oleh pegawai. Oleh
karena itu pemegang jabatan struktural di intel harus pernah mengikuti diklat intel atau
paling tidak setelah menduduki jabatan struktural di intelijen yang bersangkutan harus
diikutkan diklat intel agar lebih memahami tugasnya.

PENUTUP
Berdasarkan uraikan yang telah penulis pada hasil penelitian dan pembahasan, maka
dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Peranan Intelijen Kejaksaan Negeri Sibolga dalam pengungkapan dugaan tindak pidana
pencucian uang yaitu melakukan kegiatan dan operasi intelijen yustisial atau penyelidikan
untuk mengumpulkan data atau keterangan yang dapat dijadikan alat bukti tentang benar atau
tidaknya telah terjadi suatu tindak pidana pencucian uang yang selanjutnya bukti tersebut
diserahkan kepada Pimpinan atau pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan
selanjutnya. Penyelidikan dari Intelijen muncul dari informasi yang didapat dari temuan jaksa
maupun temuan yang didapat oleh bagian Intelijen itu sendiri. Setelah mendapat laporan atau
ada kecurigaan telah terjadi suatu tindak pidana pencucian uang maka dikeluarkan surat
perintah dari Kepala Kejaksaan Negeri untuk melakukan penyelidikan di tempat mendapatkan
informasi. Dalam melakukan proses penyelidikan Intelijen Kejaksaan mempunyai beberapa
tahap awal yaitu tahap perancanaan, pengumpulan keterangan, tahap tahap pengolaan, dan
tahap penyampaian dan penggunaan. Sebelum melakukan tugas sebagaimana yang telah
disebutkan di atas Intelijen Kejaksaan harus mempunyai Surat Perintah Tugas yang selanjutnya
disebut dengan SP.TUG yang menjadi dasar bagi Intelijen Kejaksaan dalam melakukan
Kegiatan Intelijen. Apabila Intelijen Kejaksaan belum mempunyai SP.TUG maka Intelijen
Kejaksaan belum dapat melakukan proses Penyelidikan maupun Intelijen lainnya. kegiatan
Dalam prosses penyelidikan biasanya Intelijen menggunakan Kejaksaan teknik penyelidikan
secara terbuka maupun secara tertutup.
2. Hambatan yang dihadapi oleh Intelijen Kejaksaan Negeri Sibolga dalam mengungkap
dugaan tindak pidana pencucian uang yaitu faktor sumber daya manusia (SDM), faktor
ketentuan perundang-undangan yang dirasakan sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, faktor Sulitnya bagi pihak Intelijen Kejaksaan dalam memperoleh
bukti bukti berupa surat, dokumen-dokumen berharga, maupun aset-aset yang berkaitan,
faktor minimnya alokasi dana, faktor kurangnya koordinasi oleh Intelijen Kejaksaan dengan
Instansi terkait, dan faktor Kurang matangnya perencanaan yang dilakukan oleh Intelijen
Kejaksaan Negeri Sibolga.
3. Upaya yang dilakukan oleh Intelijen Kejaksaan, berikut adalah upaya yang dilakukan
Intelijen Kejaksaan dalam mengungkap dugaan tindak pidana pencucian uang. perekrutan
sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Intelijen Kejaksaan harus dilakukan dengan
transparan dan pegawai tersebut harus mempunyai kapasitan dan kapabilitas di bidang
Intelijen, Sistem mutasi dan rolling jabatan harus benar-benar memperhatikan prinsip keadilan
dan kualitas SDM, peningkatan pelatihan terhadap Intelijen Kejaksaan Negeri Sibolga.

B. Saran
1. Peranan Intelijen Kejaksaan Negeri Sibolga di tingkat penyelidikan sesuai dengan yang
diamanatkan oleh Peraturan Jaksa Agung Nomor Pasal 516 Peraturan Jaksa Agung Nomor
009 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia. Namun
masih harus ditingkatkan lagi dalam hal sinkronisasi atau koordinasi antar instansi terkait
dalam proses penyelidikan oleh Intelijen Kejaksaan Negeri Sibolga, sehingga dalam
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat diselesaikan dengan maksimal.
2. Intelijen Kejaksaan Negeri Sibolga dalam pengungkapan kasus tindak pidana pencucian
uang di tingkat penyelidikan banyak menuai hambatan baik dalam ruang lingkup internal
maupun eksternal. Sehingga dalam penggungkapan kasus tindak pidana pencucian uang
dibutuhkan perancanaan strategi yang matang melalui sumber daya manusia yang
profesional, serta dibutuhan teknologi yang memadai dalam hal penggungkapan kasus
tindak pidana pencucian uang, mengingat tindak pidana pencucian merupakan tindak
pidana dengan modus ataupun tipologi yang sudah sangat berkembang dan sulit untuk
mengungkapnya.
3. Upaya yang dilakukan oleh Intelijen Kejaksaan Negeri Sibolga dalam penggungkapan kasus
tindak pidana pencucian uang semestinya memperoleh perhatian khusus, hal ini tersebut
mengingat bahwa kasus tindak pidana pencucian uang merupakan suatu tindak pidana
kejahatan luar biasa (extraordinary Crime), oleh sebab itu perlu adanya perhatian khusus
terhadap Sistem pelatihan Intelijen Kejaksaan yang harus lebih ditingkatkan lagi sehingga
anggota Intelijen Kejaksaan mempunyai kemampuan yang baikdalam menganalisa setiap
permasalahan yang sedang dihadapinya. sehingga akan meningkatkan kinerja Intelijen
Kejaksaan serta penempatan personil yang harus sesuai dengan kemampuannya.

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana khusus, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 17.
Juni Sjafrien Jahja, Melawan Money Laundering, Visimedia, Jakarta, 2012, hlm. 4.
Tim MaPPI-FHUI., 2015, Bunga Rampai Kejaksaan Republik Indonesia, Badan Penerbit FH UI,
Jakarta, hal. 1.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara

C. Jurnal
Bintang, JURNAL PERANAN INTELIJEN KEJAKSAAN DALAM PENGUNGKAPAN DUGAAN
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG, Limbungan, hal 3.

D. Website
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10470
https://kejari-fakfak.kejaksaan.go.id/bidang-intelijen/

You might also like