You are on page 1of 1

The Untold Story

Dulu, Ya Dulu...
Pas pesta kelulusan MAN BUNTET PESANTREN berakhir, Juni 2000, pas usia menginjak angka
20, Saya langsung pulang. Ternyata di rumah sudah menunggu pamanda
Dalilmachmud
(paman dari garis mimi). Beliau berkata, berkemaslah.. Kita akan berjuang di rantau.
Kami berangkat, saat itu juga menuju Babelan Indah, Bekasi. Kami sampai sekitar jam 10 malam.
Ketika sampe kami di sambut pamanda
Syafruddin Mahmud
(paman dari garis mimi juga ~ Adik pamanda Dalil).
Di gubuk berukuran 3x6 itulah kami bercengkrama sekaligus merancang apa dan bagaimana saya
bisa merubah garis hidup.
Di gubuk berukuran 3x6 saya lihat 3x3 meter di depan berjejer dagangan kami, 3x3 meter di
belakang tempat tidur, Shalat dan berjejer buku buku pesantren dan kuliah yang tebal milik Pamanda
Syafruddin..yang kemudian jadi bahan bacaan keseharian saya selama di Babelan, Bekasi.
Saya diminta kedua paman untuk istirahat, sedang beliau berdua ngobrol di depan. Terdengar salah
satu dari mereka mengatakan, semoga Umar jadi sarjana yang ketiga dari warung ini.
Saya rebahkan tubuh lelah saat itu mencoba tidur. Tapi pandangan mata ini menabrak buku yang
sudah tidak ada sampulnya.
Entah karena apa, tetiba saya bangun dan meraih buku tersebut dan membuka secara acak tanpa
melihat apa yang tertulis di lembar depan buku itu.
Saya baca satu kutipan dan tertulis tebal: "Jadilah Job Creator bukan Job Seeker".~ KH Saifuddin
Zuhri.
Saya tertegun dan berpikir keras, apa itu Job Creator? Apa itu Job Seeker? Karena saat itu, saya saat
itu hanya bisa bernilai di raport bahasa inggris 9 tapi nilai kemampuan 3 atau 4.
Saya sapu rak buku itu dengan pandangan saya dengan harapan bisa ketemu satu bentuk buku yang
tidak begitu asing, Kamus. Ketemu.
Saya coba konsultasikan katakata bahasa inggris tersebut dengan kamus yang baru saya temukan itu.
Saya temukan satu persatu arti kata JOB CREATOR DAN JOB SEEKER Walaupun hanya mengerti
secara harfiah saat itu tapi kutipan itu langsung menancap di hati.
Akan saya usahakan itu terwujud, Kiai. Begitu kata batin saya...
To be continued

You might also like