You are on page 1of 15

DRAF ARTIKEL

BUDAYA TARI POH KIPAH PADA MASYARAKAT


LHOKSEUMAWE

Anwar Syawali Fitra ( 220501045 )

Alamat Korespondensi:
Anwarsyawali63@gmail.com

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2023

Abstract :

This study is a study of the existence of Poh Kipah dance in Lhokseumawe


community. In this discussion using the theories relating to the topic of research is the theory
of existence.The method used in this research is qualitative research method. The population
in this study as well as a research sample of artists and dancers. Data collection techniques
include literature study, interview, observation, and documentation.Based on the research
that has been done, the existence of Poh Kipah dance which is seen from three time span,
first from 1959-1979, Poh Kipah dance at this time become the beginning of the show
performed as entertainment on the implementation to commemorate the Prophet's Maulid
and the Circumcision. Where in the past this dance only has some movements such as hitting
the fan into the palm of the hand, tapping the fan handle to the floor palm. Music
accompaniment using internal music in the form of poetry in chant by syeh and in addition to
the fan tap. The pattern of the floor from the beginning of entry has been sitting on the stage,
with male dancers who numbered eight or the whole peoples, the clothing was only wearing
bay clothing and wearing a cap, where in the dance held in the field and on the yard of the
mosque, the purpose of dance Inn as an entertainment event at the Prophet's Maulid event.
Second from 1979-1999, Poh Kipah dance in this period nothing changed from its existence
in because at this time there is no data or documents that are clear for this dance
performance. Third 1999-present, in this period the existence of this dance has undergone
several changes that can be seen from the addition of varied motion, the music has been
changed with the addition of musical instruments serune kale and rapai, in the composition
of the accompaniment, from the side of the dancer has included a female dancer In the
composition of the dance, this event is still still encountered
in the entertainment event Prophet's Maulid and Circumcision but now we have found also in
festivals, and Culture Week of Aceh.

Keywords: Existence, Poh Kipah Dance In Lhokseumawe Society.

Abstrak :

Artikel ini merupakan kajian terhadap keberadaan tari Poh Kipah di masyarakat
Lhokseumawe. Dalam pembahasan ini menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan topik
penelitiannya adalah teori eksistensi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Populasi dalam penelitian ini sekaligus menjadi sampel
penelitian yaitu seniman dan penari. Teknik pengumpulan data meliputi studi pustaka,
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
keberadaan tari Poh Kipah yang dilihat dari tiga rentang waktu, pertama pada tahun 1959-
1979, tari Poh Kipah pada masa ini menjadi awal pertunjukan dilakukan sebagai hiburan
pada pelaksanaan peringatan Maulid Nabi dan Khitanan. Dimana dahulunya tarian ini hanya
mempunyai beberapa gerakan seperti memukulkan kipas ke telapak tangan, mengetukkan
gagang kipas ke lantai telapak tangan. Musik pengiringnya menggunakan musik internal
berupa puisi yang dilantunkan oleh syeh dan ditambah dengan ketukan kipas. Pola lantai dari
awal masuk sudah duduk di atas panggung, dengan penari laki-laki yang berjumlah delapan
orang atau seluruhnya, pakaiannya hanya memakai pakaian bay dan memakai peci, dimana
dalam tariannya diadakan di lapangan dan di atas panggung. halaman masjid, tujuan dari
Dance Inn sebagai acara hiburan pada acara Maulid Nabi. Kedua dari tahun 1979-1999, Tari
Poh Kipah pada periode ini tidak ada yang berubah dari keberadaannya di karenakan pada
saat ini belum ada data atau dokumen yang jelas untuk pertunjukan tari ini. Ketiga tahun
1999-sekarang, pada periode ini keberadaan tari ini mengalami beberapa kali perubahan yang
terlihat dari penambahan gerak yang bervariasi, musiknya mengalami perubahan dengan
penambahan alat musik serune kangkung dan rapai, pada komposisi pengiringnya. , dari sisi
penari sudah mengikutsertakan penari wanita. Dalam komposisi tariannya, acara ini masih
kita jumpai dalam acara hiburan Maulid Nabi dan Khitanan namun kini kita temukan juga
dalam festival- festival, dan Pekan Kebudayaan Aceh.

Kata Kunci : Eksistensi, Tari Poh Kipah Dalam Masyarakat Lhokseumawe.


A. Pendahuluan sementara dan dalam jangka waktu pendek
Negara Indonesia merupakan sebuah ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana
negara kepulauan yang memiliki kekayaan mereka biasanya hidup dan bekerja serta
alam yang luar biasa yang sangat berpotensi kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di
untuk pengembangan pariwisata dengan tempat-tempat tujuan itu.
banyaknya potensi wisata dan potensi Pariwisata merupakan salah satu
budaya yang dimiliki. Sumber daya alam industri baru yang mampu menyediakan
yang dimiliki berupa hutan dengan segala pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal
isinya, daratan dengan segala bentuknya, kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup
serta lautan dengan segala potensinya yang dan dalam mengaktifkan sektor produksi
akan dimanfaatkan secara terus-menerus lain di dalam negara penerima wisatawan.
untuk kepentingan pembangunan (Alfian, Pariwisata sebagai suatu industri yang
2008 : 17). kompleks, meliputi industri-industri lain
seperti industri perhotelan, industri rumah
Perkembangan suatu daerah kini
makan, industri kerajinan/cinderamata,
semakin canggih diterapkan, terutama dalam
industri perjalanan dan sebagainya.
hal persaingan dunia yang semakin
mengglobal, bahkan pengelolaan Pembangunan pariwisata pada
pembangunan yang tepat sasaran dan umumnya memberikan berbagai dampak
mampu mendukung perwujudan kapabilitas baik dampak positif maupun dampak
nasional, ditunjukkan dengan negatif. Dampak positif dari pembangunan
berkembangnya ide-ide cemerlang oleh pariwisata dapat meningkatkan pendapatan
kemampuan manusia dalam menghasilkan daerah, menciptakan lapangan pekerjaan
suatu keberhasilan yang didasarkan atas serta dapat memunculkan kegiatan ekonomi
potensi sumber daya manusia. di daerah dan merangsang pertumbuhan
kebudayaan asli Indonesia. Namun,
Negara Indonesia yang sudah
pembangunan tersebut juga memiliki
termasuk ke dalam era liberalisasi
dampak negatif dari pengembangan
perekonomian global, sehingga sudah
pariwisata yang kurang dianalisis efeknya,
merupakan konsekuensi logis untuk
seperti pencemaran lingkungan, perubahan
mengikuti aturan main (rule of the game)
norma sosial, eksploitasi sumber daya alam
perdagangan internasional yang sedang
secara berlebihan serta adanya perubahan
bergulir. Sehingga dalam hal ini berbagai
keaslian kualitas keanekaragaman hayati
destinasi di Indonesia saling berlomba
dan ekosistem.
mempersiapkan diri sedemikian rupa untuk
memenuhi target kunjungan wisatawan agar Berbagai macam objek dan daya
dapat tercapai. Pariwisata menurut A.J. tarik wisata tersebut menawarkan berbagai
Burkart dan S. Medlik dalam Soekadijo macam pesona yang dimiliki masing-masing
(2009 : 3) adalah perpindahan orang untuk objek wisata yang dapat menarik
wisatawan baik
wisatawan domestik maupun wisatawan budaya adalah pendekatan antropologi yang
mancanegara, khususnya pada objek wisata berbasis kepada sosial budaya ekonomi
waduk Jeulikat. masyarakat yang berada di sekitar wilayah
waduk Jeulikat Kecamatan Blang Mangat
Waduk Jeulikat merupakan salah
Kota Lhokseumawe. Sumber data penelitian
satu objek wisata yang terletak di Kota
terdiri atas sumber data primer dan sumber
Lhokseumawe yang ramai dipenuhi dengan
data skunder. Serta teknik dalam
wisatawan. Objek wisata ini merupakan
pengumpulan data penelitian ini adalah
salah satu pembangunan yang dikelola oleh
observasi, wawancara, studi dokumensi dan
Pemerintah Kota Lhokseumawe. Terbentang
kajian literatur
di Gampong Jeulikat Kecamatan Blang
Mangat Kota Lhokseumawe, waduk Jeulikat C. Kajian Teori
kini menjelma menjadi salah satu objek Antropologi Budaya
wisata baru di kota itu. Sejak dua tahun
belakangan, waduk yang terbentuk secara Dalam kenyataannya antropologi
alami sejak puluhan tahun lalu itu sangat mempelajari semua mahluk manusia yang
ramai dikunjungi oleh berbagai domestik. pernah hidup pada semua waktu dan semua
tempat yang ada di muka bumi ini. Mahluk
Fenomena yang terjadi sekarang, manusia ini hanyalah satu dari sekian
banyak tempat wisata yang menimbulkan banyak bentuk mahluk hidup yang ada di
dampak positif dan negatifnya. Nilai bumi ini yang diperkirakan muncul lebih
positifnya bisa menjadi sebuah pemasukan dari empat milyar tahun yang lalu. Istilah
dan pandapatan bagi daerah dan bermanfaat “antropologi” berasal dari bahasa Yunani
bagi warga sekitar yang mengelolanya. asal kata “anthropos” berarti “manusia” dan
Namun dari sisi negatifnya jika tidak dijaga “logos” berarti “ilmu”, dengan demikian
dan dirawat dengan baik, wisata alam secara harfiah “antropologi” berarti ilmu
tersebut menjadi rusak. Bahkan dulunya tentang manusia. Para ahli antropologi
waduk tersebut berfungsi sebagai mengairi (antropolog) sering mengemukakan bahwa
sawah hingga ke Gampong Blang Weu antropologi merupakan studi tentang umat
Panjoe tetangga Jeulikat. Waduk ini manusia yang berusaha menyusun
menampung air hujan kemudian dialiri ke generalisasi yang bermanfaat tentang
sawah saat musim tanam padi yang manusia dan perilakunya, dan untuk
merupakan lahan pribadi milik masyarakat. memperoleh pengertian ataupun
pemahaman yang lengkap tentang
B. Metode Penelitian
keanekaragaman manusia (Koentjaraningrat,
Metode penelitian ini adalah sosial 2007: 1-2). Menurut
kualitatif, karena data yang diperoleh Haviland (2009 : 12) cabang antropologi
dengan cara mengkaji dan menggambarkan budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga
proses antropologi sosial budaya. Studi bagian, yakni : arkeologi, antropologi
sosial linguistik dan etnologi. Untuk memahami
pekerjaan para ahli antropologi budaya, Istilah pariwisata terlahir dari bahasa
maka kita harus mengetahui tentang : Sansekerta yang komponenkomponennya
terdiri dari “Pari” yang berarti penuh,
1) Hakikat kebudayaan yang
lengkap, berkeliling. “Wis (man)” yang
menyangkut tentang konsep
berarti rumah, properti, kampung,
kebudayaan dan karakteristik-
komunitas dan “ata” berarti pergi terus-
karakteristiknya.
menerus, mengembara (roaming about)
2) Bahasa dan komunikasi,
yang bila dirangkai menjadi satu kata
menyangkut; hakikat bahasa, bahasa
melahirkan istilah pariwisata berarti : pergi
dalam kerangka kebudayaan
secara lengkap meningggalkan rumah
3) Kebudayaan dan kepribadian.
(kampung) berkeliling terus menerus dan
Antropologi budaya mengkaji tidak bermaksud untuk menetap di tempat
tentang praktik-praktik sosial, bentuk- yang menjadi tujuan perjalanan (Pendit,
bentuk ekspresif, dan penggunaan bahasa, 2012 : 3).
dimana makna diciptakan dan diuji sebelum
Konsep pariwisata menurut Burkart
digunakan masyarakat. Istilah ini biasanya
dan Medlik dalam Pitana (2005 : 46) bahwa
dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan
wisatawan memiliki empat ciri, diantaranya
antropologi di Amerika. Antropologi budaya
adalah :
juga merupakan studi tentang praktik-
praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif dan a. Wisatawan adalah orang yang
penggunaan bahasa, dimana makna melakukan perjalanan dan tinggal
diciptakan dan diuji sebelum digunakan oleh diberbagai tempat tujuan.
masyarakat manusia (Saifuddin, 2005 : 193). b. Tempat tujuan wisatawan berbeda
dari tempat tinggal dan tempat
Dari beberapa pengertian tersebut,
kerjanya sehari-hari, karena itu
ditemukan konsep yang sesuai studi ini
kegiatan wisatawan tidak sama
bahwa antropologi budaya yang dimaksud
dengan kegiatan penduduk yang
adalah ilmu yang mempelajari tentang
berdiam dan bekerja di tempat tujuan
karakteristik, perilaku dan kehidupan
wisata.
seseorang, dimana orang tersebut dapat
c. Wisatawan bermaksud pulang
dimengerti oleh orang lain dalam
kembali dalam beberapa hari atau
berinteraksi dengan masyarakat. Sehingga
bulanbulanan, karena perjalanan itu
dalam konsep ini antropologi budaya
bersifat sementara dan berjangka
memegang peranan yang kuat dalam
panjang.
menggambarkan keadaan masyarakat
d. Wisatawan melakukan perjalanan
sebagai obyek dan waduk Jeulikat Kota
bukan untuk mencari tempat tinggal
Lhokseumawe sebagai lokasi penelitian.
untuk menetap di tempat tujuan atau
D. Pengertian Pariwisata bekerja untuk mencari nafkah.
Menurut Cohen (2004 : 533) seorang f. Tidak sebagai alat, untuk
wisatawan adalah seorang pelancong yang membedakan dari perjalanan sebagai
melakukan perjalanan atas kemauan sendiri cara untuk mencapai tujuan lain,
dan untuk waktu sementara dengan harapan seperti perjalanan dalam rangka
mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan usaha, perjalanan yang dilakukan
perubahan yang dialami selama dalam pedagang dan orang yang berziarah.
perjalanan yang relatif lama dan tidak g. Untuk sesuatu yang baru dan
berulang. Menurut Cohen (2004 : 533), berubah, untuk membedakan dari
konsep pariwisata adalah sebuah konsep perjalanan untuk tujuan-tujuan lain
yang jernih, garisgaris batas antara peran seperti misalnya menuntut ilmu.
wisatawan dan bukan peran wisatawan h. Istilah pariwisata berhubungan erat
sangat kabur, dan banyak mengandung dengan pengertian perjalanan wisata,
kategori antara. Ada tujuh ciri perjalanan yaitu sebagai suatu perubahan
wisata, menurut pendapatnya yang tempat tinggal seseorang diluar
membedakan wisatawan dari orang-orang tempat tinggalnya karena suatu
lain yang juga bepergian adalah sebagai alasan untuk melakukan kegiatan
berikut : yang bukan untuk menghasilkan
upah.
a. Sementara, untuk membedakan
perjalanan tiada henti yang Menurut Robinson dalam Pitana
dilakukan petualang (Tramp) dan (2005 : 40), pariwisata berkembang karena
pengembara (Nomad). adanya gerakan manusia dalam mencari
b. Sukarela atau atas kemauan sendiri, sesuatu yang belum diketahuinya,
untuk membedakan perjalanan yang menjelajahi wilayah yang baru, mencari
harus dilakukan orang yang perubahan suasana, atau untuk mendapat
diasingkan dan pengungsi. perjalanan baru. Dengan demikian dapat
c. Perjalanan pulang pergi, untuk dikatakan bahwa wisata merupakan suatu
membedakan dari perjalanan satu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
arah yang dilakukan orang yang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk
pindah ke negara lain (Migran). mendapatkan kenikmatan dan memenuhi
d. Relatif lama, untuk membedakan hasrat ngin mengetahui sesuatu. Dapat juga
dari perjalanan pesiar (excursion) karena kepentingan yang berhubungan
bepergian (Tripper). dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan,
e. Tidak berulang-ulang, untuk konvensi, keagamaan dan keperluan usaha
membedakan perjalanan berkali-kali lainnya.
yang dilakukan orang yang memiliki
rumah istirahat (Holiday house E. Wisatawan
owner).
Bila diperhatikan, orang-orang yang
datang berkunjung disuatu tempat atau
negara, biasanya mereka disebut sebagai
pengunjung (visitor) yang terdiri dari b. Hubungan dagang (business),
beberapa orang dengan bermacam-macam keluarga, konferensi, misi dan
motivasi kunjungan termasuk di dalamnya lain sebagainya.
adalah wisatawan, sehingga tidak semua 2) Pelancong (Exursionist) yaitu
pengunjung termasuk wisatawan. Menurut pengunjung sementara yang tinggal
International Union of Offical Travel di suatu negara yang dikunjungi
Organization (IOUTO) (2007 : 14) dalam dalam waktu kurang dari 24 jam.
Soekadijo (2009 : 32), menjelaskan bahwa
pengunjung yaitu setiap orang yang datang Dari beberapa pengertian tersebut,
ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan dalam studi ini yang dimaksud dengan
biasanya dengan maksud apapun kecuali pengunjung adalah seseorang yang
untuk melakukan pekerjaan yang menerima melakukan kunjungan pada obyek dan daya
upah. tarik wisata, dimana dalam hal ini adalah
obyek dan daya tarik wisata waduk Jeulikat
Pengertian yang sama disampaikan Kota Lhokseumawe sebagai lokasi
oleh World Tourism Organization (WTO, penelitian dalam pengertian wisatawan.
2004) dalam Pitana (2005 : 18), bahwa yang
dimaksud dengan pengunjung (visitor) F. Objek Wisata
untuk tujuan statistik merupakan setiap
Wisata adalah kegiatan perjalanan
orang yang mengunjungi suatu negara yang
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
bukan merupakan negaranya sendiri dengan
dilakukan secara sukarela serta bersifat
alasan apapun juga kecuali untuk
sementara untuk menikmati obyek dan daya
mendapatkan pekerjaan yang dibayar oleh
tarik wisata. Seorang wisatawan berkunjung
negara yang dikunjunginya.
ke suatu tempat/daerah/Negara karena
Dengan demikian ada dua kategori tertarik oleh sesuatu yang menarik dan
pengunjung yaitu : menyebabkan wisatawan berkunjung ke
suatu tempat/daerah/Negara disebut daya
1) Wisatawan (Tourist) yaitu tarik dan atraksi wisata (Mappi , 2010 : 30).
pengunjung yang tinggal sementara
sekurangkurangnya selama 24 jam di Menurut Mappi (2010 : 30-33) objek wisata
negara yang dikunjunginya dan dikelompokan ke dalam tiga jenis, yaitu :
tujuan perjalanannya dapat
a. Objek wisata alam, misalnya : laut,
digolongkan kedalam klasifikasi
pantai, gunung (berapi), danau,
sebagai berikut :
sungai, fauna (langka), kawasan
a. Pesiar (Leasure) untuk
lindung, cagar alam, pemandangan
kepentingan rekreasi, liburan,
alam dan lainlain.
kesehatan, studi, keagamaan dan
b. Objek wisata budaya, misalnya :
olah raga.
upacara kelahiran, tari-tari
(tradisional), musik (tradisional),
pakaian adat, perkawinan adat, norma sosial, eksploitasi sumber daya alam
upacara turun ke sawah, upacara secara berlebihan serta adanya perubahan
panen, cagar budaya, bangunan keaslian kualitas keanekaragaman hayati
bersejarah, peninggalan tradisional, dan ekosistem.
festival budaya, kain tenun
(tradisional), tekstil lokal, Permasalahan yang terjadi dalam
pertunjukan (tradisional), adat kepariwisataan perlu mendapatkan
istiadat lokal, museum dan lain-lain. tanggapan dari berbagai publik. Hal-hal
c. Objek wisata buatan, misalnya : yang dapat dilakukan antara lain, memiliki
sarana dan fasilitas olahraga, pemikiran baru yang belum pernah
permainan (layangan), hiburan dilakukan sebelumnya, menanggulangi
(lawak atau akrobatik, sulap), lingkungan yang telah mengalami
ketangkasan (naik kuda), taman perubahan serta dapat mengembangkan
rekreasi, waduk, taman nasional, suatu alasan yang diperlukan sebagai dasar
pusat-pusat perbelanjaan dan lain- landasan bagi pelaksanaan
lain. pengembangannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis
Dalam membangun obyek wisata mengangkat tempat wisata waduk Jeulikat
tersebut harus memperhatikan keadaan Kecamatan Blang Mangat Kota
sosial ekonomi masyarakat setempat, sosial Lhokseumawe sebagai subjek yang
budaya daerah setempat, nilai-nilai agama, dilakukan dalam penelitian ini.
adat istiadat, lingkungan hidup, dan obyek
wisataitu sendiri. Pembangunan obyek dan A. Pembahasan
daya tarik wisata dapat dilakukan oleh
Waduk Jeulikat merupakan salah
Pemerintah, Badan Usaha maupun
satu objek wisata baru yang terletak di
Perseorangan dengan melibatkan dan
daerah Gampong Jeulikat Kecamatan Blang
bekerjasama pihak-pihak yang terkait.
Mangat Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh.
Pembangunan tempat wisata Waduk tersebut terkurung di kaki
memberikan berbagai dampak baik dampak perbukitan yang hijau dan lokasi ini
positif maupun dampak negatif. Dampak tentunya menawarkan pemandangan alam
positif dari pembangunan pariwisata dapat yang mempesona, sehingga membuat
meningkatkan pendapatan daerah, pengunjung merasa betah dengan berlama-
menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat lama di tempat wisata ini untuk menikmati
memunculkan kegiatan ekonomi di daerah pemandangan dari lereng bukit sebelah
dan merangsang pertumbuhan kebudayaan timur.
asli Indonesia. Namun juga menimbulkan
Di waduk Jeulikat ini pula para
dampak negatif dari pengembangan
pengunjung bisa menaiki wahana air seperti
pariwisata yang kurang dianalisis efeknya,
bebek dayung sambil menikmati panorama
seperti pencemaran lingkungan, perubahan
alam di sekitar waduk Jeulikat dengan
membayar biaya sebesar Rp. 20.000 untuk
bisa memanfaatkan fasilitas bebek dayung dekat ke waduk ini yaitu dari jalur Cot
selama satu jam. Pengunjung yang ingin Sabong dibandingkan lintasan simpang elak.
menyeberangi waduk bisa menaiki sebuah
rakit yang dioperasikan oleh sejumlah warga 1. Pandangan Masyarakat Terhadap
Jeulikat. Rakit tersebut memuat kapasitas Wisata Waduk Jeulikat
sejumlah sepuluh orang yang di tarik
Dalam pengembangan suatu daerah
dengan mengunakan tali dari sebuah pondok
atau kawasan untuk ekowisata pada
di sudut kanan waduk tersambung ke
dasarnya perlu dilakukan berbagai konsep
seberang di sebelah selatan dengan tarif Rp.
untuk mengetahui perkembangan potensi
2.000 per orang.
wisatanya. Umumnya wisata alam yang
Tempat wisata waduk Jeulikat juga ditemukan di suatu daerah atau kawasan
baru saja dibangun rumah panggung (rumah pengembangan ekowisata adalah sungai,
adat Aceh) yang masih dalam proses danau, waduk, pantai, hutan, goa, air terjun.
pembuatan, nantinya rumah panggung ini Hal ini dilakukan untuk memudahkan
akan di isi dengan barang unik yang berasal pengelolaan dalam mengevaluasi tempat
dari Aceh. Di sebelah kanan juga sedang di wisata secara menyeluruh dan
bangun jembatan gantung untuk bisa memperhatikan proses pengembangan
menyeberangi kawasan area water boom. dalam menarik pasar wisata.
Waduk ini juga memiliki taman yang sangat
Sesuai dengan kondisi daerah dan
indah dengan ditanami tanaman nan hijau
keindahan alamnya, kawasan waduk
dan bunga-bunga yang menarik seperti
Jeulikat yang terletak di Kecamatan Blang
mawar, melati dan jenis bunga lainnya.
Mangat ini mempunyai peluang yang baik
Untuk menempuh lokasi pada waduk untuk dikembangkan, karena masih banyak
Jeulikat bisa di tempuh lewat dua jalur. potensi alam yang belum dimanfaatkan
Pertama dari jalan lintasan Medan-Banda secara serius dan profesional, keindahan
Aceh yaitu daerah Cunda yang masuk ke alam dan potensi wisata yang terkandung di
arah Cot Sabong dengan melintasi jalan dalam kawasan wisata waduk ini belum
aspal yang membelok Gampong Blang semuanya tergali. Selain itu Pemerintah
Poroh hingga tembus ke Gampong Lhok Kota Lhokseumawe berupaya menjadikan
Mon Puteh Kecamatan Muara Dua sampai wisata waduk Jeulikat sebagai salah satu
ke Gampong Jeulikat. Kedua dari arah jalan sektor unggulan untuk meningkatkan
Medan-Banda Aceh masuk ke simpang jalan pendapatan asli daerah dan masyarakat.
elak kawasan Alue Awe atau depan
Pengelolaan waduk yang baik tentu
komplek kampus STAIN Malikussaleh,
akan menimbulkan pandangan masyarakat
melintasi jalan elak hingga ke Jeulikat. Jika
dengan konsekuensi yang logis bahwa setiap
masuk melalui jalur Cot Sabong – Blang
kebijakan dan langkah- langkah harus bisa
Poroh – Lhok Mon Puteh ke waduk Jeulikat
mengakomodasi berbagai aspek yang
hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit.
Maka jalur yang lebih
bersinggungan langsung alam sekitar, yang baik akan menjadi sarana penting
sehingga tercapainya tujuan dan sasaran dalam meningkatkan kesejateraan
yang diharapkan. masyarakatnya. Untuk mewujudkan itu,
pemerintah harus semaksimal mungkin
Pandangan masyarakat tidak terlepas
mendukung pengembangan potensi alam ini.
dari pada arahan, bimbingan maupun
Apalagi dalam era reformasi, waduk
masukan dari Pemerintah Kota
Jeulikat telah menjadi daerah wisata baru
Lhokseumawe dalam mewujudkan tempat
yang diharapkan dengan potensi alam
wisata yang handal di Kecamatan Blang
berupa pariwata dapat menjadi alasan untuk
Mangat Gampong Jeulikat. Pandangan
menciptakan kemakmuran yang menyeluruh
masyarakat tentang keberadaan potensi objek
bagi masyarakat di Kota Lhokseumawe ini.
wisata sebenarnya tercermin dari hal
pendapat, keinginan, harapan dan tanggapan 2. Dampak Sosial Ekonomi
masyarakat atas kegiatan pengembangan di Terhadap Masyarakat Sekitar
wilayah yang mereka tempati. Pandangan Waduk
masyarakat yang berinteraksi langsung
dengan objek wisata waduk berkaitan erat Sektor pariwisata merupakan salah
dengan pendapat mengenai pengembangan satu sektor yang cukup memiliki potensi
objek wisata, pengetahuan serta keterlibatan untuk dikembangkan di Kota Lhokseumawe
antara Pemerintah Kota Lhokseumawe dan sektor ini merupakan salah satu sektor
dengan masyarakat. yang dapat mendukung pertumbuhan suatu
wilayah. Pengembangan sektor pariwisata
Mengelola suatu tempat wisata pada dijadikan sebagai salah satu sektor andalan
umumnya tidak terlepas dari pada yang mampu memberikan kontribusi besar
pandangan masyarakat dalam menanggapi bagi peningkatan pendapatan asli daerah dan
dilema dan problema yang terjadi di suatu menggerakkan perekonomian daerah.
daerah. Demi mencapai pengembangan
objek wisata yang handal sesuai dengan Waduk Jeulikat yang terletak di Kota
keinginan yang diharapkan, maka untuk itu Lhokseumawe merupakan salah satu tempat
perlu dilakukan keterlibatan masyarakat wisata yang memiliki daya tarik wisata
dalam proses perencanaan dan dengan ciri khas wisata buatan yang mampu
pengembangan objek wisata baik dalam hal menarik wisatawan. Tempat wisata ini
penyedia jasa bagi wisatawan maupun tentunya mempunyai potensi yang cukup
sebagai pengelola dalam menjaga baik yang dapat memberikan pemasukan
kelestarian objek wisata (Ross dan Glen F, bagi pendapatan daerah. Objek wisata
2008 : 31). Ross dan Glen F (2008 : 63) tersebut menampilkan pesona alam yang
menjelaskan bahwa dalam konteks wisata, luar biasa serta memberikan prospek yang
Pemerintah dan masyarakat memiliki peran cerah ke depannya, sehingga tempat wisata
yang penting dalam memanfaatkan potensi ini mampu menarik wisatawan baik
alam yang dimiliki oleh daerah ini. Objek wisatawan domestik maupun wisatawan
wisata yang memiliki potensi wisata mancanegara
dan tentunya memberikan dampak terhadap mengembangkan atau meningkatkan objek
sosial ekonomi masyarakat sekitar. wisata untuk lebih baik dan menarik yang
ditinjau dari segi tempat maupun fasilitas,
Dalam pengembangan harus
sarana dan prasarana yang terdapat di
menjalin hubungan yang harmonis antar
dalamnya mampu menarik minat wisatawan
sesama pihak dalam suatu wilayah memang
untuk mengunjunginya. Alasan utama dalam
sangatlah sulit dilakukan, namun upaya
pengembangan pariwisata pada suatu daerah
dalam menjalankan suatu program bagi
tujuan wisata, baik secara lokal maupun
setiap pemerintahan tidak terlepas dari pada
regional atau ruang lingkup nasional pada
pendekatan terhadap masyarakat sekitar,
suatu negara sangat erat kaitannya dengan
karena dengan menjalin kerjasama yang
pembangunan perekonomian daerah atau
baik merupakan langkah awal dalam
negara tersebut.
membina keakraban dan menentukan
keberhasilan dalam suatu wilayah. Dari Dalam mengelola tempat wisata,
hasil observasi wawancara di atas dapat perlu dilakukan pengembangan yang
penulis gambarkan bahwa upaya yang maksimal bagi masyarakat lokal maupun
dilakukan Pemerintah Kota Lhokseumawe khusus yang menjadi pelaku wisata di
dalam meningkatkan pengunjung pada kawasan objek wisata, sehingga dapat
objek wisata berjalan dengan maksimal serta mengembangkan kawasan waduk jeulikat
upaya pengelola waduk dalam melakukan sesuai dengan visi ekowisata yaitu menjaga
pendekatan dengan masyarakat dilakukan kelestarian sumberdaya alam dan budaya
sesuai dengan harapan. serta mampu mensejahterakan kehidupan
masyarakat.
Sehingga pengembangan yang
dilakukan Pemerintah Kota Lhokseumawe Masyarakat harus memiliki
terhadap waduk Jeulikat merupakan suatu keyakinan bahwa pengembangan ekowisata
usaha efektif yang memberikan dampak mampu meningkatkan kesejahteraan hidup
sosial ekonomi budaya bagi para mereka dan pada akhirnya juga akan
pengunjung dan masyarakat. Jika ditinjau meningkatkan pendapatan daerah Kota
dari segi kepariwisataan, terlihat bahwa Lhokseumawe. Peningkatan kesejahteraan
upaya pengelola dalam mengembangkan masyarakat akan memotivasi partisipasi
tempat wisata dapat dilaksanakan menuju ke mereka dalam menjaga dan melestarikan
arah yang lebih baik, meskipun di sisi lain, sumber daya alam yang ada
terhambatnya aktivitas masyarakat dalam sehingga menjadi daya tarik
menanam padi di sawah, karena tempat kegiatan ekowisata. Berdasarkan hasil
wisata waduk Jeulikat berkaitan dengan penelitian yang telah penulis lakukan
lahan masyarakat sekitar waduk. dilapangan, diketahui bahwa sebahagian
masyarakat bersedia terhadap pengelolaan
Pengembangan pariwisata
dan pengembangan ekowisata waduk
merupakan suatu usaha untuk
Jeulikat yang telah dilakukan, karena di
samping penduduk Gampong Jeulikat
menjadi ramai, selain itu juga dengan buruknya citra negeri ini di mata dunia
adanya pengembangan suatu daerah internasional. Indonesia dianggap sebagai
memberikan peluang yang lebih besar bagi negeri yang tidak aman, sarang teroris,
masyarakat untuk berusaha dalam bisnis gemar berdemo serta gejala politik yang
wisata serta mengurangi angka sering menimbulkan konflik di berbagai
pengangguran dan kemiskinan dalam desa. daerah. Dapat dibayangkan berapa besar
kerugian yang dialami, apabila hal ini
Kehadiran ekowisata dalam era
dikaitkan dengan banyaknya jumlah
pembangunan berwawasan lingkungan
wisatawan yang akan berkunjung pada
merupakan suatu misi dalam pengembangan
tempat wisata dalam suatu daerah.
kepariwisataan alternatif yang tidak
Timbulnya konflik sosial dan kerusuhan
menimbulkan dampak negatif baik terhadap
sosial secara sporadis di beberapa daerah
lingkungan maupun sosial budaya
serta situasi dan kondisi politik yang masih
masyarakat. Karena Pada dasarnya dalam
memanas meskipun belum menyentuh
mengembangkan pariwisata diperlukan
daerah tujuan wisata akan berakibat pada
sebuah usaha perencanaan. Perencanaan itu
kurang terjaminnya keamanan bagi para
dimaksudkan agar pengembangan
wisatawan.
pariwisata dapat berjalan sesuai dengan apa
yang telah dirumuskan dan berhasil Fenomena globalisasi telah membuat
mencapai sasaran yang dikehendaki. pergerakan ekonomi maupun politik
Pengembangan wisata jika tidak berkembang semakin cepat. Globalisasi jika
dikembangkan dapat menimbulkan masalah ditelisik lebih dalam, bukanlah sesuatu hal
terhadap sosial budaya dan menurunnya yang bebas nilai. Begitu sebaliknya dengan
perekonomian suatu daerah serta ekonomi poliltik pada wisata waduk
mundurnya kualitas kesenian. jeulikat, terlihat bahwa pengaruh globalisasi
memiliki kepentingan sebagai kendaraan
3. Konflik yang Hadir di Tempat
sebuah proyek besar. Penulis melihat bahwa
Wisata Waduk Jeulikat
dalam ruang lingkup wisata waduk jeulikat
Pariwisata merupakan salah satu terdapat konsep ekonomi yang
sektor yang berkaitan erat dan pendekatan mementingkan unsur politik di dalamnya,
dengan dunia politik. Meskipun keduanya dimana unsur tersebut lebih dikenal dengan
adalah dua kajian yang berbeda, namun perspektif ekonomi politik.
keduanya terlepas satu sama lain. Pariwisata
Kelemahan dari wisata waduk
tidaklah berada dalam ruang hampa yang
Jeulikat diantaranya adalah keterbatasan
bebas dari pengaruh dinamika politik,
sumber daya masyarakat sekitar waduk,
demikian juga politik tidak bisa lepas dari
selain itu juga keterbatasan dalam
dinamika pariwisata.
pengelolaan wisata waduk tersebut.
Pembicaraan mengenai pariwisata Sedangkan hambatan yang muncul dalam
kini telah sampai kepada hal baik maupun pengembangan objek wisata waduk Jeulikat
antara lain adalah kebersamaan dalam
membangun tempat wisata serta dukungan tidak menimbulkan permasalahan, bahkan
dari masyarakat yang masih minim. Hal ini wisata tersebut justru menjadi daya dukung
disebabkan karena sebahagian lahan dari yang diandalkan, karena dapat memperkaya
masyarakat yang dahulu dipergunakan kepariwisataan itu sendiri.
sebagai aktivitas bertani para warga,
sekarang telah dipergunakan sebagai lahan Dilema yang terjadi saat ini bahwa
untuk perluasan waduk, akibatnya dalam ruang lingkup tempat wisata waduk
sebahagian aktivitas masyarakat terhenti Jeulikat terdapat konflik yang menyebabkan
karena waduk tersebut tidak berfungsi lagi timbulnya permasalahan yang tidak
sebagai saluran irigasi. Jika permasalahan diharapkan, baik itu terhadap pembebasan
ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan lahan, perebutan lahan maupun problema
berakibat fatal terhadap pengembangan yang berbaur politik. Gampong Jeulikat
waduk dan tingkat wisatawan yang merupakan daerah yang mayoritasnya
berkunjung. bekerja sebagai petani, sebahagian
masyarakat merasa khawatir dengan
Pada hakikatnya, suatu Negara pengairan irigasi yang dulunya memadai
maupun wilayah tidak bisa berjalan sendiri. dan dimanfaatkan masyarakat dalam
Dalam suatu wilayah demokrasi, terdapat aktivitas menanam padi di sawah, kini tidak
dua entitas yang tidak dapat dipisahakan dapat berfungsi karena waduk tersebut
yaitu antara Pemerintah sebagai representasi dipergunakan sebagai sarana tempat wisata
dan masyarakat sebagai kelompok. Kedua (http://travel.kompas.com) (tanggal akses :
unsur ini harus berjalan bersama serta saling 10/01/2017).
melengkapi satu sama lain. Pemerintah
membutuhkan masyarakat untuk saling bahu Dalam menarik para wisatawan yang
membahu dalam melaksanakan program- akan berkunjung ke suatu daerah, faktor
programnya. Kehadiran dan dukungan utama yang sangat berpengaruh adalah
masyarakat yang kuat juga dapat menjadi faktor keamanan, yaitu sejauh mana para
alat kontrol Pemerintah agar tidak terjadi wisatawan mendapatkan kenyamanan dan
penyimpangan dari tujuan penyelenggaraan. jaminan keamanan selama berada di tempat
Demikian juga masyarakat yang tidak bisa wisata. Sedangkan faktor kedua yaitu politik
berjalan sendiri tanpa pemerintah. Terlebih dalam negeri. Jika ingin menarik wisatawan
pemerintah melalui mekanisme pemilihan yang ramai maka faktor kondisi dan situasi
umum (kontrak sosial) telah dipercayai politik perlu dibenahi terlebih dahulu, agar
sebagai wakil yang dapat mengurusi dan tidak menimbulkan kebingungan pada
membantu pemenuhan hak-hak masyarakat. masyarakat serta memenuhi keinginan
masyarakat sekitar. Selain itu, Pemerintah
Ketika pariwisata mengalami Kota Lhokseumawe bersama seluruh elemen
perkembangan seperti yang diharapkan oleh masyarakat saling bahu membahu untuk
semua pihak, ada beberapa faktor yang perlu memperbaiki keadaan suatu wilayah yang
mendapat perhatian dan penanganan yang semakin porak poranda. Mudahmudahan
serius demi pengelolaan wisata, sehingga
Kota Lhokseumawe aman dan tentram demi kesempatan lapangan kerja, berdagang atau
menanti datangnya secercah harapan bagi berbisnis serta prospek yang menjanjikan
terciptanya keamanan dan situasi politik terhadap Gampong Jeulikat, sehingga
yang aman di daerah kita, sehingga seluruh membantu memperlancar perekonomian
lapisan masyarakat dapat mendukung masyarakat. Namun disisi lain berdampak
bangkitnya wisata waduk Jeulikat. kurang menguntungkan bagi masyarakat
sekitar, hal ini dikarenakan aktivitas
Kesimpulan
masyarakat terhambat karena tidak
Pandangan masyarakat terhadap berfungsi lagi saluran irigasi sawah. Konflik
wisata waduk Jeulikat sejauh ini dirasakan yang hadir di tengah-tengah tempat wisata
masih stabil, selama Pemerintah Kota waduk Jeulikat yaitu adanya permasalahan
Lhokseumawe mampu mengelola waduk dari faktor keamanan dalam hal pembebasan
Jeulikat sebaik mungkin, mengutamakan lahan yang terjadi antara Pemerintah Kota
kepentingan umum demi masyarakat sekitar, Lhokseumawe dengan masyarakat setempat,
melakukan kerjasama dan komunikasi yang karena waduk yang sebelumnya
baik dengan masyarakat setempat, sehingga dipergunakan sebagai pengairan irigasi, kini
pengembangan wisata berjalan dengan yang telah dijadikan sebagai tempat wisata yang
diharapkan. Dampak sosial ekonomi handal. Selain itu juga hadir permasalahan
terhadap masyarakat sekitar dengan adanya dari faktor yang berbaur politik, dimana
wisata waduk Jeulikat pada umumnya waduk Jeulikat yang dulunya milik
membawa perubahan dalam membangun masyarakat, kini telah dijadikan sebagai
roda perekonomian masyarakat, membuka tempat rekreasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian. 2008. Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan. PT Gramedia. Jakarta.

Annisa Widayati. 2012. Bali Sebagai Salah Satu Destinasi Pariwisata Favorit
Wisatawan Jepang. Skripsi. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Program Studi Jepang.
Universitas Indonesia. Depok.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 10 Tentang Kepariwisataan. Indonesia. Jakarta.

Haviland, William A. 2009. Antopologi. Jilid 1. Alih Bahasa : R.G. Soekadijo. Erlangga.
Jakarta.

Koentjaraningrat. 2007. Sejarah Teori Antropologi, Jilid 1. Univesitas Indonesia Press.


Jakarta.

Mappi. 2010. Manajemen Kepariwisatan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Moleong, Lexy, J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Deddy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (paradigma baru ilmu komunikasi
dan ilmu sosial lainya). Rosdakarya. Bandung.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKIS Pelangi Aksara. Yogyakarta. Pendit,
S. Nyoman. 2012. Ilmu Kepariwisataan. Pradanya Paramita. Jakarta.

Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta.

Ross, Glen F. 2008. Psikologi Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Sara Oziliana. 2015. Goa Jepang dan Daya Tarik Pariwisata Sejarah. Skripsi. Program
Studi Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Malikussaleh.
Lhokseumawe.

Saifuddin, Achmad, F. 2005. Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis


Mengenai Paradigma, Prenada Media. Jakarta.

Soekadijo, R.G. 2009. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai Sistemic


Lingkage. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suwantoro G. 2014. Dasar-dasar Pariwisata. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wahab, Salah. 2013. Manajemen Kepariwisataan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

13

You might also like