You are on page 1of 5

Jawaban Ulangan Tengah Semester 118

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Kamis, 6 April 2023

Nama : Alfian Wahyu Nugroho


NIM : 1405620042
Kelas : Pendidikan Sosiologi A 2020
Mata Kuliah : Sosiologi Kebudayaan
Dosen Pengampu : Achmad Siswanto, M.Si
Mayang Puti Seruni, M.Si

Jawaban UTS
(Soal Ibu Mayang Puti Seruni, M.Si)

1. Menurut saya sendiri, berdasarkan definisi para ahli yang ada, pada dasarnya budaya ialah
sesuatu yang kompleks yang diciptakan oleh manusia. Dalam pembahasan umum sosiologi,
kultur ataupun budaya dapat berupa pola ataupun cara berpikir sekelompok orang yang
sifatnya dinamis dan berfungsi sebagai pedoman hubungan antar kelompok tersebut. Namun,
tentu banyak tokoh yang menanggapi kultur atau budaya ini sebagai sesuatu yang lain.
Sosiologi kebudayaan merupakan cabang dari sosiologi yang mempelajari hubungan antara
masyarakat dan budaya yang fokus studinya meliputi analisis tentang bagaimana nilai-nilai,
norma, simbol, institusi, dan praktik budaya memengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku
individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Jadi, studi sosiologi kebudayaan memiliki relevansi terhadap dinamika hubungan antar
masyarakatnya. Contohnya, budaya bisa menjadi faktor penting yang membentuk identitas
masyarakat, sebagai contoh, beberapa "produk" budaya bisa menentukan identitas individu,
misalnya jika ada orang memakai Surjan atau Kebaya, mayoritas akan berpikir bahwa dia
berasal dari Jawa. Selain itu, budaya juga bisa mempengaruhi politik ataupun kebijakan publik,
contoh jika masyarakat adat lebih berpengaruh di suatu wilayah, maka bisa saja keputusan
politik harus mengikuti kemauan pimpinan adat. Dalam hal interaksi sosial, dengan memahami
norma, nilai, dan simbol dalam suatu kebudayaan, kita dapat memahami pola perilaku
masyarakat dan bagaimana mereka saling berinteraksi, hasilnya bisa saja hubungan yang
asosiatif seperti asimilasi kebudayaan atau akuturasi dan bisa saja hubungan yang disosiatif
seperti menimbulkan konflik antar budaya. Selain itu, nilai-nilai, norma, dan praktik
kebudayaan yang diterima dapat diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat agar
tetap lestari.

Pada dasarnya relevansi dari sosiologi kebudayaan terletak pada pemahaman tentang peran
budaya dalam pembentukan identitas individu dan kelompok dalam masyarakat. Jadi, sosiologi
kebudayaan sangat penting dalam memahami masyarakat dan kebudayaan yang ada di sekitar
kita.

2. Berikut analisa salah teori postmodern,

a. Halyu Wave atau sering disebut Korean Wave adalah istilah yang menjelaskan trend atau
kepopuleran kebudayaan Korea yang mengglobal seperti ombak yang menerjang (wave)
secara global, khususnya di bidang industri hiburannya contohnya musik seperti K-Pop,
program televisi seperti drama Korea, ada juga makanan-makanan khas Korea yang populer
seperti Kimchi ataupun Bulgogi hingga gaya hidup ke-Korean dan lain sebagainya. Banyak
teori sosiologi kebudayaan khususnya tentang postmodern yang bisa menjelaskan mengenai
fenomena Halyu Wave. Teori yang saya gunakan adalah teori postmodern dari pemikiran
Fredric Jameson, yaitu salah satu tokoh aliran Marxsisme yang mengkaji bidang
kebudayaan. Ringkasnya, pemikiran ini menjelaskan perilaku ataupun tindakan suatu
kelompok akibat dari Halyu Wave. Dari sumber yang didapat, Jameson beranggapan bahwa
perkembangan budaya di era postmodern ini akan mengalami percampuran dan
penggabungan antara berbagai elemen budaya yang berasal dari berbagai tempat dan waktu.
Dan tentu pengaruh globalisasi akan berperan penting dalam peyebarannya. Maka dari itu,
Jameson beranggapan bahwa dengan adanya pencampuran budaya tersebut akibatnya akan
menghilangkan identitas budaya lainnya. Dengan kata lain, Halyu Wave dalam konsep teori
ini bisa mengikis atau bahkan menghilangkan budaya lokal khususnya di Indonesia.
Misalnya, orang orang Indonesia lebih populer menggunakan produk budaya Korea.
Contohnya, Halyu Wave di Indonesia bisa membuat orang Indonesia khususnya penggemar
K-Pop lebih mengikuti budaya Korea daripada budaya lokal, hal itu terbukti seperti
banyaknya fans BTS, BlackPink, TWICE dan lain sebaginya daripada fans boyband
ataupun girlband asal Indonesia. Selain itu mulai berkembangnya fashion, makanan dan lain
sebagainya yang berbau Korea lebih banyak diminati ketimbang produk-produk lokal
Indonesia, misalnya jika ditanya ke remaja perempuan sekarang, lebih memiih memakan
Ramyeon atau Mie khas Aceh, maka mayoritas mungkin akan lebih memilih memakan
Ramyeon. Lalu jika ditanya lebih memilih memakai Hanbok atau Kebaya, mayoritas akan
lebih menjawab memkai Hanbok agar terlihat lebih ke Korea-koreaan.

Intinya, konsep Postmodern Jameson dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana


perkembangan budaya Korea menghasilkan produk yang berbeda dari budaya lokal.
Namun, konsep ini juga menyoroti tentang isu identitas budaya aslinya agar bisa
menghindari "homogenisasi" budaya.

b. Sebenarnya, ketiga konsep postmodern yang digagas oleh tokoh besar yaitu Lyotard,
Jameson dan Baudrillard bisa menjelaskan mengenai fenomena Halyu Wave. Menurut saya,
ketiganya bisa saja menjelaskan fenomena tersebut. Mulai dari pemikiran Lyotard yang
memfokuskan pada meta-narasi. Lyotard menjelaskan di era postmodern, narasi atau cerita
yang dianggap benar dan otoritatif semakin tidak dapat dipercaya karena disebabkan oleh
perbedaan sudut pandang dan kepentingan yang berbeda-beda. Dalam konteks Halyu Wave,
industri hiburan Korea Selatan seperti K-Pop dan drama Korea atau drakor mencoba
bersaing dengan narasi lain seperti Hollywood dalam pasar global. Lalu Jameson lebih
menegaskan bahwa budaya-budaya yang ada didunia di era postmodern akan "bersaing"
karena adanya konsep ekspansi budaya global. Halyu Wave menurut saya bisa dikaitkan
dengan konsep tersebut, contohnya Halyu Wave seakan-akan mengikis budaya lokal yang
ada. Contoh mudahnya seperti yang sudah dijelaskan di poin nomor 2a. Terakhir, ada
postmodern menurut pemikiran Braudillard yang menjelaskan "simulakrum" budaya pop
atas realitas dunia nyata. Mudahnya, contoh Halyu Wave seperti drama Korea sering
memberikan tontonan kehidupan sekolah yang penuh dengan romansa, dalam drama
diperlihatkan seakan akan realita kehidupan sekolah di Korea Selatan memang seperti itu,
penuh dengan kecerian dan kisah romantis. Sehingga, penggemar drama tersebut
menganggap bahwa realita kehidupan sekolah disana sesuai yang dengan yang dia ditonton.
Padahal aslinya tidak, kehidupan sekolah disana tidak seindah romansa seperti di drama-
drama, banyaknya pembullyan, stress belajar, kasus bunuh diri, dan lain sebagainya.
Makannya sering ada orang yang mengatakan "kehidupan tak seindah drama Korea".

Ketiga konsep tersebut menurut saya bisa menjelaskan Halyu Wave, tergantung topik
perincian seperti apa yang ingin dijelaskan. Namun, saya lebih memilih pemikiran Jameson
karena menurut saya, konsep postmodern beliau skala nya pas. Konsepnya Lyotard lebih
kearah persaingan pasar global. Sedangkan Jameson lebih ke arah perubahan perilaku
kelompok masyarakat akibat adanya Halyu Wave tersebut. Selain itu Braudillard lebih
fokus ke individunya dan impact atau pengaruhnya sangat kecil, karena Halyu Wave
mempengaruhi realitas individu (penggemar) dari K-Pop ataupun K-drama di dunia
nyatanya. Karena saya lebih ingin menjelaskan bagaimana perubahan kelompok yang
terjadi akibat Halyu Wave khususnya masyarakat Indonesia, maka saya memilih
menggunakan teori Jameson.

3. Menurut saya perbedaan yang paling jelas antara cara berpikir lama dan baru mengenai
kebudayaan adalah kebebasan dalam mengartikan budaya itu sendiri. Bisa dibilang cara
berpikir lama mengenai kebudayaan lebih bersifat mengekang atau mengikat. Cara berpikir
yang bersifat statis, seperti mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai tradisi yang dianut
sejak nenek moyang. Sebagai contoh, cara berpikir lama melihat kebudayaan sebagai sesuatu
yang telah ada sejak zaman dahulu kala dan harus dijaga agar lestari serta tidak hilang atau
terlupakan.

Sedangkan cara berpikir yang baru dalam melihat kebudayaan lebih cenderung bebas atau
tidak mengikat. Selain itu, cara pandang ini lebih terbuka terhadap perubahan dan pengaruh
luar. Pandangan ini menganggap kebudayaan itu dinamis, terus berkembang dan akan berubah,
serta perubahan dalam kebudayaan tersebut bisa saja membawa manfaat dan bisa juga
mendatangkan hal yang negatif. Cara berpikir ini lebih progresif dan menghargai kemajuan
serta kreativitas dalam menjaga perkembangan kebudayaan.

Pada intinya, cara berpikir lama dapat membantu untuk mempertahankan nilai-nilai dan
menghargai warisan budaya, sementara cara berpikir baru dapat membuka pikiran untuk
memahami kebudayaan dalam konteks yang lebih luas dan beragam, serta memungkinkan
untuk terus beradaptasi dan berkembang dalam menghadapi perubahan zaman.

Referensi Jawaban

Barker, Chris & Emma A. Jane. 2016. Cultural Studies Theory and Practice 5th Edition.
London: Sage Publication

Jones, Pip., Liz Bradbury & Shaun le Bouttilier; Alih Bahasa: Achmad Fedyani Syaifudin. 2016.
Pengantar Teori-Teori Sosial Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Storey John. 2018. Cultural Theory and Popular Culture Fifth Edition. Oxon: Routledge

You might also like