You are on page 1of 12

Floriberta Binarti.

dkk, Peranan Unsur-Unsur Ruang Terbuka pada Tingkat Kenyamanan Termal Outdoor:
Antara Persepsi dan Pengetahuan

PERANAN UNSUR-UNSUR RUANG TERBUKA PADA TINGKAT


KENYAMANAN TERMAL OUTDOOR: ANTARA PERSEPSI DAN
PENGETAHUAN
Floriberta Binarti1,2),
Hanson E. Kusuma2), Surjamanto Wonorahardjo2), Sugeng Triyadi2)
Program Studi Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta 1), Sekolah Arsitektur, Perencanaan
dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung2)
Email: flo.binarti@gmail.com, binarti@mail.uajy.ac.id, flo.binarti@students.itb.ac.id 1)

Abstract: Surface morphology, surface material, greenery, anthropogenic heat and air pollutants
are known as the elements that determine the thermal environment performance. These elements,
hence, should determine the outdoor thermal comfort level. However, previous studies mentioned
that the role of psychological adaptation in outdoor thermal comfort is greater than in the indoor.
Therefore, exploring perceived elements, which determine the thermal environment, could enrich
the perspective of a design approach of thermally comfortable open spaces. This study aims to
explore the perceived elements of thermal environment, which contribute to the outdoor thermal
comfort using open-ended questions of an online questionnaire. Several keywords obtained by the
content analysis of 101 respondents’ answers affirm the role of the thermal environment elements
in modifying the thermal environment. Tree or greenery, the most frequently appeared keyword,
showed as the strongest perceived element. New keywords that significantly appeared; i.e. visual
aspects, supporting facilities, and tranquility; indicate the importance of thermo-spatial perception
approach in designing livable and thermally comfortable outdoor environment.

Keywords: elements of thermal environment, outdoor thermal comfort, perception, psychological


adaptation,

Abstraksi: Morfologi permukaan, permukaan material, area hijau, panas antropogenik dan polutan
udara diketahui sebagai elemen-elemen yang menentukan performansi lingkungan termal. Dengan
demikian, elemen-elemen tersebut seharusnya menentukan tingkat kenyamanan termal outdoor.
Namun, beberapa studi menyebutkan peranan adaptasi psikis pada kenyamanan termal outdoor
yang lebih besar dibandingkan pada kenyamanan termal indoor. Oleh karenanya, eksplorasi
elemen-elemen yang dipersepsikan menentukan lingkungan termal dapat memperkaya perspektif
pendekatan studi ruang terbuka yang nyaman secara termal. Studi ini bertujuan untuk menggali
elemen-elemen lingkungan termal yang dipersepsikan berperan pada kenyamanan termal outdoor
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat open-ended di dalam kuesioner online.
Beberapa kata kunici yang dihasilkan oleh analisis konten dari 101 responden mengkonfirmasi
peranan elemen-elemen lingkungan termal di dalam memodifikasi lingkungan termal. Pohon atau
greenery, kata kunci yang paling sering muncul, menunjukkan sebagai elemen yang dipersepsikan
paling kuat. Kata kunci baru yang muncul secara signifikan, yaitu: aspek visual, fasilitas penunjang,
dan ketenangan; mengindikasikan pentingnya pendekatan persepsi termo-spasial di dalam
merancang lingkungan outdoor yang hidup dan nyaman secara termal.

Kata kunci: adaptasi psikis, kenyamanan termal outdoor, persepsi, unsur-unsur lingkungan termal

PENDAHULUAN mendukung tercapainya kota yang hidup dan


berkelanjutan. Rancangan lingkungan termal
Penduduk kota yang semakin dinamis yang nyaman dinilai penting karena
membutuhkan sirkulasi antar bangunan yang kenyamanan termal menjadi kriteria utama
lancar serta ruang untuk kegiatan mengisi waktu untuk memutuskan berkegiatan di ruang luar
luang yang nyaman. Penyediaan ruang luar yang atau untuk memilih ruang luar yang akan
nyaman merupakan salah satu bentuk akomodasi digunakan (Hamilton & Lau, 2005; Lin dkk.
kegiatan-kegiatan tersebut yang selanjutnya akan 2006; Lin & Matzarakis, 2008). Banyak studi
41
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

dilakukan untuk membuktikan besarnya peranan saat panas tersebut dilepaskan (Evola dkk.,
unsur-unsur lingkungan termal di dalam 2017; Santamouris, 2014). Keberadaan badan
menentukan tingkat kenyamanan termal outdoor air, yang memiliki kapasitas termal yang tinggi,
(Wong & Jusuf, 2010; Santamouris, 2014; akan meregulasi temperatur udara di sekitarnya
Koerniawan, 2016: 1-186; Bahar, 2017: 28- serta memodulasi aliran angin (Steeneveld dkk.,
313). Studi tentang Urban Heat Island (UHI) 2014; Syafii dkk., 2016). Tidak banyak studi
dan iklim mikro ruang luar memaparkan unsur- yang berbicara tentang peranan panas
unsur tersebut secara skematik sebagai antropogenik dan polutan udara pada tingkat
morfologi permukaan atau topografi, properti kenyamanan termal outdoor. Namun, pengaruh
material permukaan, area hijau (vegetasi), panas panas yang dihasilkan oleh kegiatan manusia
antropogenik dan polutan udara (Memon dkk., baik indoor maupun outdoor (panas
2008; Wonorahardjo, 2009: 7-258; Pijpers-Van antropogenik) serta polutan udara pada
Esch, 2015: 53-278; Oke dkk., 2017: 14-41). intensitas UHI (Memon dkk., 2008; Pijpers-Van
ASHRAE (2013) menyebutkan enam param- Esch, 2015: 131-134, 172-176; Oke dkk., 2017:
eter tingkat kenyamanan termal outdoor; yakni: 14-27) tentunya juga akan berpengaruh pada
temperatur udara, kelembaban relatif, tingkat kenyamanan termal outdoor.
temperatur radiasi dan kecepatan angin sebagai Sementara itu, Lenzholzer (2010)
elemen lingkungan termal, serta metabolisme menegaskan bahwa persepsi termal tidak hanya
tubuh manusia dan insulasi pakaian sebagai ditentukan secara fisik dan fisiologis, melainkan
faktor fisik dan fisiologis manusia. Radiasi dan juga psikis. Studi yang dilakukan dua dekade
angin adalah dua parameter iklim utama yang terakhir mengidentifikasi pentingnya adaptasi di
menentukan kenyamanan outdoor secara fisik dalam merasakan kondisi nyaman. Adaptasi
(Reiter & de Herde, 2003; Mahmoud, 2011; termal manusia mencakup tiga proses yang
Sangkertadi & Syafriny, 2016). Sementara, berbeda, yaitu: adaptasi perilaku (fisik), adaptasi
Marakemi dkk. (2012) menyebutkan bahwa fisiologis dan adaptasi psikis (Nikolopoulou &
radiasi memiliki efek yang lebih kuat pada Steemers, 2003; Reiter & de Herde, 2003).
lingkungan termal di daerah tropis lembab Penyesuaian melalui pakaian, kegiatan, postur
daripada angin. tubuh, makanan dan minuman merupakan
Di daerah tropis lembab, pembayangan adaptasi perilaku (fisik). Tanggapan fisiologis
melalui vegetasi dan morfologi ruang luar dari tubuh adalah bentuk adaptasi manusia
merupakan upaya efektif menciptakan secara fisiologis. Sedangkan, adaptasi psikis
kenyamanan termal ruang luar dengan merupakan modifikasi dari persepsi informasi
mencegah radiasi langsung (Krüger dkk., 2011; sensorik. Persepsi termal ini secara langsung
Johansson & Yahia, 2012; Makaremi dkk., 2012; ditentukan oleh pengalaman masa lampau dan
Scarano & Sobrino, 2015; Koerniawan, 2016: ekspektasi pengguna ruang (Nikolopoulou &
1-186; Bahar, 2017: 28-313; Johansson dkk., Steemers, 2003; Reiter & de Herde, 2003).
2017). Penataan morfologi ruang kota untuk Beberapa studi menyebutkan bahwa adaptasi
ventilasi angin mampu memperbaiki tingkat psikis pada kondisi termal di outdoor lebih kuat
kenyamanan termalnya (Chen & Ng, 2008; Niu daripada di indoor (Nikolopoulou & Steemers,
dkk., 2015). Selain efek pembayangan, vegetasi 2003; Reiter & de Herde, 2003). Hal ini
juga berperan menurunkan temperatur udara dikonfirmasi oleh Nikolopoulou & Lykoudis
lingkungan melalui proses evapotranspirasi (2006) yang menyatakan bahwa pendekatan
(Wong & Yu, 2005; Tauhid, 2008: 56-83). fisiologis hanya berperan sebesar 50% dari
Sedangkan, material permukaan dengan albedo variasi antara persepsi termal outdoor secara
tinggi mencegah penyimpanan panas material subyektif dan obyektif, dan selebihnya
yang akan meningkatkan temperatur udara pada dipengaruhi oleh pendekatan psikis.

42
Floriberta Binarti.dkk, Peranan Unsur-Unsur Ruang Terbuka pada Tingkat Kenyamanan Termal Outdoor:
Antara Persepsi dan Pengetahuan

Lebih lanjut, di dalam Reiter & de Herde di dalam menentukan tingkat kenyamanan
(2003), Nikolopoulou & Steemers (2003), dan termal ruang terbuka kota sebagai panduan di
Coccolo dkk. (2016) dirumuskan lima param- dalam perancangan ruang kota yang tanggap
eter penting dari adaptasi psikis sebagai berikut: terhadap kondisi iklim.
kealamiahan (naturalness) tempat, ekspektasi,
pengalaman (jangka pendeknga dan panjang), METODE PENELITIAN
rentang waktu terpapar, kendali yang
dipersepsikan, dan stimulasi lingkungan. Studi ini bertujuan untuk menggali persepsi
Lingkungan termal yang lebih alami akan pengguna ruang terbuka akan peranan unsur-
dipersepsikan lebih nyaman. Sedangkan, unsur lingkungan termal pada tingkat
ekspektasi menjelaskan bahwa ketika berada di kenyamanan termal yang mereka rasakan. Studi
ruang luar orang sudah memiliki ekspektasi yang mencakup persepsi kondisi termal (tingkat
kondisi termal yang lebih bervariasi daripada di kenyamanan termal outdoor) dan spatial (unsur-
indoor, sehingga orang lebih toleran terhadap unsur ruang terbuka) disebut sebagai studi
perubahan kondisi termal outdoor. Pengalaman persepsi termo-spatial outdoor. Jika pada studi
terhadap suatu ruang luar akan terkonstruksi di yang dilakukan oleh Lenzholzer (2010) peta
dalam pikiran yang berpengaruh pada adapatasi kognitif setting spatial digunakan untuk
secara fisik. Keputusan tentang rentang waktu mengingatkan kondisi termal ruang tersebut,
orang berada di ruang luar ditentukan oleh studi ini menggunakan peta kognitif kondisi
persepsi termalnya yang terbentuk oleh dua termal dari suatu ruang terbuka untuk
faktor, yaitu: sensasi termal saat itu dan mengingatkan unsur-unsur spatial-nya.
pengalaman termal jangka pendek. Sementara,
Metode kuesioner merupakan cara yang tepat
kendali yang dipersepsikan menjelaskan bahwa
untuk mengumpulkan informasi persepsi termo-
orang yang memiliki kendali kondisi tidak
spatial secara subyektif dari responden sebagai
nyaman yang lebih tinggi akan lebih toleran
pengguna ruang. Keterbatasan waktu dan dana
terhadap kondisi termal outdoor. Stimulasi
penelitian mengarahkan penggunaan web-based
lingkungan kemungkinan menjadi alasan utama
questionnaire. Kuesioner online dibuat dengan
bagi sebagian besar orang untuk berada di ruang
google form dan didistribusikan melalui grup-
luar. Kebutuhan akan variasi kondisi merupakan
grup di media sosial yang dimiliki penulis yang
salah satu faktor stimulasi lingkungan. Lima pa-
kemudian dengan bantuan dari beberapa
rameter ini diturunkan dari hasil wawancara
anggota grup disebarkan ke anggota grup lain
dengan 1431 responden di pusat kota Cambridge
(snowball-non-random-sampling).
(Nikolopoulou & Steemers, 2003). Untuk daerah
iklim yang berbeda mungkin akan menghasilkan Menurut Lenzholzer dkk. (2016) persepsi
parameter yang berbeda. termo-spatial dipengaruhi durasi pengalaman
akan kondisi termo-spatialnya. Untuk kuesioner
Perkembangan kegiatan masyarakat kota di
yang disebarkan melalui media sosial, persepsi
ruang terbuka saat ini yang semakin dinamis dan
termo-spatial yang dibangun oleh pengalaman
mengarah ke peningkatan produktivitas maupun
jangka panjang (long-term perception atau per-
kualitas hidup membutuhkan ruang terbuka yang
ceptual schemata) lebih sesuai dibandingkan
nyaman dan atraktif. Untuk mengakomodasi
dengan pengalaman akan kondisi termal dan
tuntutan tersebut, ruang terbuka yang nyaman
spatial yang berjangka pendek (momentary).
secara termal tentunya tidak hanya dicapai
Momentary termo-spatial perception
dengan pendekatan fisik. Kekuatan adaptasi
membutuhkan data tentang jenis pakaian dan
psikis pada persepsi kenyamanan termal outdoor
kegiatan, usia, jenis kelamin dan kondisi fisik
menunjukkan pentingnya pendekatan aspek
pengguna saat wawancara/mengisi kuesioner
persepsi pengguna mengenai unsur-unsur spasial
yang didukung oleh hasil pengukuran kondisi

43
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

termal yang dilakukan pada waktu yang sama berada di sekitar tempat kerja/studi yang berbeda
(Chow dkk., 2016; Mahmoud, 2011; Mustika dengan kota yang ditinggali. Untuk itu disusun
& Sastrawan, 2017) yang tidak dapat diperoleh pertanyaan pada atribut responden tentang kota
secara valid dengan metode kuesioner online. kelahiran, kota tempat tinggal, lokasi studi/
Schemata sendiri didasarkan pada proses bekerja, usia responden, dan lama studi/bekerja
belajar dan interpretasi dari banyak stimulus di lokasi tersebut.
yang berbeda (Lenzholzer & Koh, 2010). Di Pertanyaan kuesioner cenderung bersifat
dalam studi ini, persepsi spatial/lingkungan kualitatif dengan pertanyaan terbuka (open-
dapat berupa unsur-unsur spatial yang ended). Beberapa pertanyaan tertutup (closed-
berpengaruh pada iklim mikro. Schemata yang ended) hanya bersifat mendukung. Open-ended
dihasilkan sesaat cenderung tidak akan cocok digunakan untuk menggali persepsi pengguna
dengan situasi yang diterapkan, karena schemata ruang (Creswell, 2013: 1–26; Kothari dkk., 2014:
cenderung berada pada ingatan seseorang untuk 100-104) akan unsur-unsur ruang terbuka yang
jangka waktu yang lama bahkan ketika situasi menentukan tingkat kenyamanan termalnya.
aktual yang nyata telah berubah (Lenzholzer & Bagian ini terdiri dari dua pertanyaan utama
Koh, 2010). Dengan demikian, persepsi termo- tentang ruang terbuka yang dianggap paling
spatial dari sebuah ruang terbuka diharapkan teduh/sejuk/nyaman secara termal yang sering
dibangun berdasarkan frekuensi dan durasi dikunjungi dan sebaliknya, serta unsur-unsur
kunjungan pada ruang tersebut yang tidak ruang terbuka yang dianggap menentukan
bersifat sesaat atau berjangka pendek. kondisi tersebut (diminta menyebutkan tiga
Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang unsur yang diurutkan berdasarkan efek yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: atribut dirasakan). Negasi pertanyaan pertama
responden dan pertanyaan kuesioner. Responden digunakan untuk mengkonfirmasi unsur-unsur
tidak dibatasi lokasi/domisilinya, sehingga ruang (dalam arti sebaliknya). Untuk
persepsi responden tentang unsur-unsur menghindari jargon (Creswell, 2013: 1–26),
lingkungan termal yang menentukan tingkat istilah sejuk dan teduh didahulukan daripada
kenyamanan termal dapat dikumpulkan istilah nyaman secara termal.
berdasarkan pengalaman mereka akan sebuah Berikutnya, responden diminta untuk
tempat di kota manapun yang dianggap paling menyebutkan jenis kegiatan dan berapa lama
nyaman secara termal atau sebaliknya. Area berada di ruang terbuka tersebut untuk setiap
studi hanya dibatasi dalam skala nasional agar kategori kualitas termal tempat tersebut. Jenis
dapat diperoleh gambaran tentang persepsi kegiatan ini untuk menunjukkan kondisi kinetis
kenyamanan termal ruang terbuka di daerah responden saat berada di ruang terbuka. Menurut
yang beriklim sama. Informasi tentang (Lenzholzer dkk., 2016) ada perbedaan persepsi
pendidikan dan profesi responden penting untuk spatial pengguna ruang yang signifikan antara
melihat kemungkinan keterkaitan antara tingkat saat dalam kondisi statis dan dalam kondisi
pendidikan dan jawaban yang cenderung bergerak.
perseptual atau berdasarkan pengetahuan Agar lebih efektif jawaban untuk durasi dan
mereka tentang kenyamanan termal outdoor. saat berada di ruang terbuka dibuat closed ended.
Untuk memperoleh gambaran tentang per- Tersedia tiga jawaban untuk durasi, yaitu: (a)
ceptual schemata dari ruang dan iklim mikro kurang dari 1 jam, (b) 1-3 jam, (c) lebih dari 3
secara tepat, perlu mencari responden yang tahu jam, dan (d) yang lain (responden boleh
tempat tersebut berdasarkan kunjungan reguler menuliskan keterangan tambahan).
dalam jangka waktu lama (Lenzholzer dkk., Pengelompokan durasi ini didasarkan pada
2016). Ada kemungkinan tempat tersebut tidak waktu yang dibutuhkan oleh pengguna ruang
berlokasi di kota tempat tinggalnya, melainkan untuk beradaptasi secara termal di ruang yang

44
Floriberta Binarti.dkk, Peranan Unsur-Unsur Ruang Terbuka pada Tingkat Kenyamanan Termal Outdoor:
Antara Persepsi dan Pengetahuan

panas (Reiter & de Herde, 2003). Dimungkinkan memiliki pengalaman yang cukup lama akan
responden yang berada di ruang terbuka selama ruang terbuka yang disebutkan.
kurang dari 1 jam memiliki daya adaptasi yang
berbeda dengan responden yang berada di ruang
terbuka dalam jangka waktu yang lebih lama.
Pakaian, kondisi fisik responden dan kapan
responden berada di ruang terbuka tidak perlu
ditanyakan karena perceptual schemata yang
terbentuk pada responden didasarkan pada Tabel 1. Profil Responden
gambaran dari keseluruhan atau kondisi rata-rata
kunjungan yang pernah dilakukan yang mungkin
saat kunjungan responden menggunakan jenis
pakaian dan kondisi fisik yang berbeda.
Setelah data terkumpul dilakukan analisis.
Analisis konten merupakan metode yang cocok
untuk menganalisis jawaban pertanyaan yang
open ended (Kothari dkk., 2014: 100-104).
Analisis konten juga cocok dipakai untuk
memperkaya indikator yang terkait dengan
persepsi individu (Krippendorff, 2004: 96). Di
dalam studi ini, analisis konten digunakan untuk
menggali persepsi pengguna ruang terbuka
mengenai unsur-unsur lingkungan termal dengan
mengidentifikasi kata kunci (open coding) dan
selanjutnya melakukan kategorisasi kata kunci
(axial coding).
Hasil kategorisasi dengan kata kunci
dianalisis dengan analisis distribusi untuk
mengetahui frekuensi kemunculannya. Analisis
korespondensi (selective coding) merupakan
analisis penunjang yang dilakukan untuk melihat
apakah tingkat pendidikan berpengaruh di dalam
menjawab pertanyaan. Dalam arti apakah
jawaban cenderung perseptual atau lebih
menunjukkan pengetahuan. Diasumsikan
pendidikan terakhir responden menentukan
tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Jika jenis kegiatan yang dilakukan
dikelompokkan berdasarkan tingkat
HASIL metabolismenya (Gambar 1), maka sebagian
besar responden melakukan jalan-jalan yang
Dari 104 responden yang mengisi kuesioner, 101 dikategorikan sebagai kegiatan dengan
responden menjawab pertanyaan utama. Persepsi metabolisme sedang (moderate). Kegiatan
jangka panjang membutuhkan setidaknya enam duduk, santai dan membaca termasuk kegiatan
bulan tinggal di lokasi tempat survei. Dengan dengan metabolisme rendah (low). Kegiatan
lama tinggal 1-62 tahun (Tabel 1), dapat dengan metabolisme tinggi (high) berupa
dikatakan kemungkinan besar semua responden bersepeda, olahraga, serta jogging.
45
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

Hasil kategorisasi kata kunci tentang unsur-


unsur ruang terbuka yang dianggap berpengaruh
pada kenyamanan termalnya digambarkan
dalam Gambar 3. Beberapa jawaban yang tidak
relevan (bukan unsur-unsur ruang terbuka) tidak
ikut dikelompokkan.

Gambar 1. Jumlah responden untuk setiap jenis


kegiatan yang dilakukan di ruang terbuka
berdasarkan metabolismenya (tanda (+) untuk
ruang terbuka yang paling nyaman dan tanda (-
) untuk ruang terbuka yang paling tidak nyaman)
Durasi kegiatan yang dilakukan di ruang
terbuka yang paling nyaman maupun yang pal-
ing tidak nyaman ditunjukkan pada Gambar 2.
Sebagian besar kegiatan di ruang terbuka yang Gambar 3. Frekuensi munculnya kata kunci yang
paling nyaman berlangsung 1-3 jam, sedangkan menggambarkan persepsi unsur-unsur ruang
kegiatan di ruang terbuka yang paling tidak terbuka yang menentukan tingkat kenyamanan
nyaman sebagian besar dilakukan kurang dari 1 termalnya
jam.

Gambar 4. Hasil analisis korespondensi antara


pendidikan terakhir responden dan unsur-unsur
Gambar 2. Jumlah responden untuk setiap durasi yang dianggap berperan pada kenyamanan
kegiatan yang dilakukan di ruang Terbuka termal outdoor dengan p (Pearson) = 0,0091
46
Floriberta Binarti.dkk, Peranan Unsur-Unsur Ruang Terbuka pada Tingkat Kenyamanan Termal Outdoor:
Antara Persepsi dan Pengetahuan

Gambar 4 menunjukkan hasil analisis Hasil analisis korespondensi menjelaskan


korespondensi antara pendidikan terakhir bahwa sebagian besar responden dengan
responden dan jawaban atas pertanyaan tentang pendidikan terakhir SD (terutama), SLTA, Di-
unsur-unsur ruang terbuka (positif) yang ploma dan S1 cenderung memberikan jawaban
berperan di dalam kenyamanan termal ruang unsur-unsur yang bukan pengetahuan.
terbuka. Unsur-unsur ruang terbuka yang Sedangkan jawaban unsur-unsur yang termasuk
terdapat di ruang terbuka yang paling dianggap pengetahun cenderung dijawab oleh responden
tidak nyaman secara termal tidak dilakukan dengan pendidikan terakhir S2. Nilai p (Pearson)
analisis konrespondensi karena banyak = 0,0091 menunjukkan bahwa korelasi antara
responden yang tidak menjawab pertanyaan. pendidikan responden dan jawaban ada di
persepsi/pengetahuan memiliki hubungan yang
PEMBAHASAN
sangat kuat. Meskipun demikian, sangat
mungkin jawaban-jawaban tentang unsur-unsur
Kondisi Kinetis dan Durasi Kunjungan
yang terdapat dalam pengetahuan didasarkan
Data tentang jumlah responden berdasarkan
pada persepsi, bukan didasarkan pada
jenis kegiatan menunjukkan bahwa sebagian
pengetahuan.
besar pengguna ruang melakukan kegiatan
berjalan. Meskipun ada pembedaan kondisi Antara Pengetahuan dan Persepsi
kinetis pengguna ruang di dalam studi persepsi Proses open coding menghasilkan delapan
termal outdoor, tidak disebutkan apakah kategori unsur-unsur ruang terbuka yang
perbedaan kondisi kinetis akan berpengaruh pada dianggap berpengaruh besar pada tingkat
persepsi termo-spatial jangka panjang. kenyamanan termalnya. Lima kategori
Pembedaan kondisi kinetis pengguna ruang disebutkan juga di dalam teori tentang unsur-
penting dilakukan untuk mengakomodasi unsur yang menentukan kondisi termal outdoor.
kebutuhan ruang terkait dengan persepsi “Pohon” merupakan kategori yang paling
termalnya (Lenzholzer dkk., 2016). sering disebutkan baik sebagai unsur positif
Durasi menjadi penting bagi momentary per- (“banyak pohon”) sebanyak 89 kali maupun
ception karena akan mempengaruhi adaptasi negatif (“tidak ada / sedikit pohon”) sebanyak
individu terhadap kondisi termal ruangan (out- 45 kali. Di dalam Kleerekoper dkk. (2012),
door atau indoor). Untuk persepsi termal jangka Memon dkk. (2008), dan Wonorahardjo (2012:
panjang, belum diketahui bagaimana proses 7-258) disebutkan berkurangnya vegetasi
adaptasi atau lebih spesifik durasi kunjungan menyebabkan penurunan evaporasi di ruang
berpengaruh besar pada persepsi termo-spatial. terbuka yang kemudian meningkatkan
temperatur udara di sekitarnya. Banyak studi
tentang peranan greenery, seperti: green roof,
Berdasarkan Persepsi atau Pengetahuan?
green wall, dan taman dilakukan untuk melihat
Pada proses selective coding, responden
dampaknya pada besarnya penurunan
dengan pendidikan terakhir S3 tidak diikutkan.
temperatur ruang luar (Djedjig dkk., 2013;
Ada dua responden (<5%) yang memberikan
Klemm dkk., 2015; Santamouris, 2014; Wong
jawaban tentang unsur-unsur yang yang bukan
dkk., 2010) atau tingkat kenyamanan termal
termasuk pengetahuan. Dengan jumlah
outdoor (Koerniawan, 2016: 1-186). Hasil studi
responden yang sedikit dua jawaban dapat
tersebut menyebutkan kemampuan vegetasi di
diinterpretasikan bahwa ada kecenderungan yang
dalam menurunkan temperatur udara ruang
cukup besar responden dengan pendidikan S3
terbuka sangat beragam (0,3-3,33 oC)
menjawab lebih didasarkan pada persepsi
tergantung dari jenis vegetasi dan aplikasinya.
daripada pengetahuan. Proses exclude dapat
Kemampuan vegetasi di dalam menyerap CO2
dilakukan untuk mengurangi bias dalam
menjadikan vegetasi sebagai unsur yang
interpretasi data (Garson, 2015: 19).
47
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

membantu menurunkan polusi udara langsung maupun yang dipantulkan secara


(Mahmoud, 2011). Hasil studi persepsi sesaat berulang-ulang oleh permukaan ruang kota
(momentary) pengguna pedestrian terhadap (Memon dkk., 2008; Wonorahardjo, 2009: 7-
pohon di tepi jalan menunjukkan bahwa 258). Sedangkan, rumput (green cover) secara
keberadaan vegetasi mampu meningkatkan nilai fisik berperan menurunkan suhu lingkungan
estetik pedestrian yang selanjutnya (Santamouris, 2014) dan secara psikologis
mempengaruhi persepsi termalnya (Klemm berfungsi sebagai unsur estetik alamiah yang
dkk., 2015). Vegetasi juga merupakan unsur membentuk persepsi pengguna ruang akan
yang hadir sebagai kealamiahan (naturalness) kondisi termal ruang kota yang nyaman
yang berpengaruh besar pada adaptasi psikologis (Nikolopoulou & Steemers, 2003; Reiter & de
di dalam proses persepsi termo-spatial Herde, 2003).
pengguna ruang kota (Nikolopoulou & Kolam/air sebenarnya berperan sebagai unsur
Steemers, 2003; Reiter & de Herde, 2003). yang mirip (sifat alaminya) seperti “rumput”,
Kategori “kepadatan” mencakup kata kunci meskipun perilaku penurunan suhu lingkungan
“terbuka”, “kepadatan rendah”, “luas”, “lebar”, secara fisiknya berbeda. Melalui proses
“lapangan terbuka”, “suasana lapang”, “luasan evaporasi air mampu menurunkan suhu
ruang”, “ketinggian bangunan rendah”, lingkungan, tetapi juga meningkatkan
“kerapatan bangunan”, “bangunan masif”, dan kelembabannya (Mahmoud, 2011). Dengan
“jarak bangunan”. Kata kunci ini muncul kapasitas termalnya yang tinggi, air mampu
sebagai unsur positif sebanyak 17 kali dan meregulasi perbedaan suhu harian (diurnal tem-
sebagai unsur negatif sebanyak 25 kali. Kata perature) (Steeneveld dkk., 2014).
kunci-kata kunci ini menegaskan faktor Kategori “peneduh” muncul sebagai unsur
geometri ruang terbuka (Memon dkk., 2008; positif sebanyak 13 kali dan sebagai unsur
Wonorahardjo, 2009: 7-258; Kleerekoper dkk., negatif sebanyak 11 kali. Peneduh tidak
2012) dan kepadatan bangunan (Wonorahardjo, disebutkan secara eksplisit sebagai unsur yang
2009: 7-258) sebagai unsur-unsur pembentuk berkontribusi pada mitigasi UHI. Namun
UHI. Faktor geometri ruang terbuka secara lebih demikian, dapat dijelaskan bahwa secara fisik
spesifik dapat direpresentasikan sebagai rasio peneduh akan mencegah pancaran radiasi
tinggi terhadap lebar street/urban canyon (H/W matahari secara langsung pada obyeknya,
ratio) yang besar atau derajat keterbukaan (Sky walaupun radiasi panas gelombang panjang
View Factor) yang tinggi (Koerniawan, 2016; (akibat pemantulan) akan bekerja di dalam
Memon dkk., 2008; Oke, 1988; Scarano & street/urban canyon (tergantung pada posisinya)
Sobrino, 2015). Di dalam Memon dkk. (2008) dan berkontribusi pada peningkatan suhu
disebutkan bahwa ruang terbuka dengan H/W lingkungan. Koerniawan (2016: 1-186) dan
ratio yang tinggi atau SVF yang rendah akan Bahar (2017: 28-313) menyebutkan bahwa
memerangkap radiasi panas matahari yang jatuh peneduhan (H/W tinggi atau SVF rendah)
di dalam street/urban canyon. diperlukan untuk mengendalikan kenyamanan
Kategori “material permukaan” muncul termal ruang kota.
sebagai unsur positif sebanyak 26 kali dan unsur Kategori “polusi” mencakup kata kunci
negatif sebanyak 18 kali. Kategori ini mencakup “kendaraan”, “kepadatan lalu lintas padat”,
kata kunci: “paving”, “ground cover”, “rumput” “dekat jalan raya”, dan “asap kendaraan”. Kata
dan “kolam”. Studi tentang unsur-unsur yang kunci ini muncul sebanyak 55 kali sebagai unsur
membentuk UHI menjelaskan bagaimana negatif dan hanya muncul 13 kali sebagai unsur
perkerasan, beton ataupun aspal sebagai mate- positif. Polusi udara, terutama aerosol,
rial permukaan yang menyerap dan menyerap dan memantulkan kembali radiasi
memerangkap radiasi gelombang pendek secara gelombang panjang yang kemudian

48
Floriberta Binarti.dkk, Peranan Unsur-Unsur Ruang Terbuka pada Tingkat Kenyamanan Termal Outdoor:
Antara Persepsi dan Pengetahuan

menciptakan efek rumah kaca semu (Memon Fasilitas penunjang dan aspek visual
dkk., 2008). Terkait dengan unsur-unsur yang menjelaskan sebagian kecil tentang bagaimana
menentukan UHI, kendaraan sendiri merupakan proses persepsi termo-spatial bekerja. Balcer
salah satu sumber aliran panas antropogenik dan (2014: 22-33) di dalam thesisnya menjelaskan
penghasil polusi udara. bagaimana informasi visual mempengaruhi
“Aspek visual”, “fasilitas penunjang”, dan rangsangan temperatur. Kesadaran akan
“ketenangan“ merupakan kategori yang tidak temperatur atau persepsi termal manusia dapat
disebutkan pada berbagai pustaka dan studi dinyatakan melalui banyak modalitas. Modalitas
tentang faktor-faktor penyebab UHI maupun auditori (: ketenangan) dan visual (: kebersihan,
kenyamanan termal outdoor. Aspek visual kerapian, pemandangan) memiliki kemampuan
diturunkan dari kata kunci “kebersihan”, untuk memperkaya maupun menurunkan
“pemandangan”, dan “kerapian”. Kata kunci persepsi raba yang berperan utama di dalam
tersebut memiliki frekuensi kemunculan paling penentuan persepsi termal karena semua
tinggi (sebanyak 29 sebagai unsur positif dan 38 modalitas akan berinteraksi di dalam simpul
sebagai unsur negatif) dibandingkan kategori penggerak sensor. Menarik untuk diteliti bahwa
fasilitas penunjang dan ketenangan. Hasil survei tidak satupun responden yang menyebut warna
tentang kenyamanan termal di ruang terbuka sebagai unsur yang mempengaruhi suhu
hijau di area kampus yang dilakukan oleh (Wang lingkungan, meskipun secara fisik warna ikut
dkk., 2017) menyebutkan pemandangan alam, menentukan daya pantul radiasi panas matahari
di samping ketenangan, sebagai faktor subyektif dan secara sensorik, warna merupakan atribut
berperan lebih penting di dalam persepsi termal visual yang kuat.
outdoor daripada kondisi termal yang aktual.
Peranan aspek visual (estetika) di dalam KESIMPULAN
mempengaruhi persepsi termal jangka panjang
juga disebutkan oleh (Lenzholzer dkk., 2016). Hasil survei dengan menggunakan kuesioner
Kategori “ketenangan” memiliki frekuensi online mendukung pustaka dan hasil banyak
kemunculan yang paling rendah. “Ketenangan” studi tentang unsur-unsur ruang terbuka yang
sebagai unsur negatif yang diturunkan dari kata menentukan tingkat kenyamanan termalnya.
“bising” lebih banyak disebutkan (7) daripada Unsur-unsur tersebut dikategorikan sebagai
“tenang” yang merupakan unsur positif (2). Hal “pohon”, “material permukaan”, “polusi udara”,
yang sama berlaku pada “aspek visual”. Mungkin “kepadatan”, dan “peneduh”. Kata kunci
impresi “ketenangan” dan “aspek visual” “pohon” yang paling sering muncul dan
tersimpan sebagai peta kognitif termo-spatial disebutkan sebagai unsur/unsur-unsur pertama
ruang luar ketika terasa mengganggu. menegaskan pengaruh pohon/greenery pada
penurunan suhu lingkungan (kondisi nyaman
Berbeda dengan “aspek visual” dan “bising”
secara termal) tidak saja secara fisik, tetapi juga
yang lebih sering disebutkan sebagai unsur
secara psikis (persepsi termal).
negatif, “fasilitas penunjang” lebih sering
disebutkan sebagai unsur positif (28) daripada Aspek visual dan fasilitas penunjang yang
sebagai unsur negatif (11). “Fasilitas penunjang” muncul dengan frekuensi tinggi, menjelaskan
sebagai unsur positif diturunkan dari kata kunci sebagian kecil tentang bagaimana persepsi
“street furniture”, “internet”, dan “fasilitas termo-spatial bekerja, yang tidak lepas dari
bermain/olahraga”. Tampaknya fasilitas ini pengaruh modalitas sensorik yang lain. Aspek
menjadikan pengguna ruang merasa betah berada psikis memiliki pengaruh yang kuat di dalam
di ruang terbuka tersebut, sehingga ruang terbuka pembentukan persepsi termo-spatial. Dengan
dengan fasilitas penunjang dipersepsikan sejuk demikian, upaya perancangan ruang terbuka
atau nyaman secara termal. yang nyaman secara termal juga perlu

49
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

mempertimbangkan unsur-unsur yang secara 2017].


psikis akan mempengaruhi persepsi termo-spa- Creswell, J. 2013. Research Design: Qualita-
tial pengguna ruang. tive, quantitative, and mixed methods ap-
proaches. London: SAGE.
UCAPAN TERIMA KASIH Djedjig, R., Belarbi, R., Bozonnet, E., Crépeau,
A. M. & Rochelle, L. 2013. Experimental
Terima kasih disampaikan kepada semua Study of a Green Wall System Effects in Ur-
responden yang telah berpartisipasi dengan ban Canyon Scene. Makalah disajikan dalam
mengisi kuesioner dan rekan-rekan yang ikut Clima 2013: 11th Rehva World Congress and
membantu mencari responden. the 8th International Conference on Indoor
Air, 16 December 2016, 1-9.
DAFTAR RUJUKAN
Evola, G., Gagliano, A., Fichera, A., Marletta,
L., Martinico, F., Nocera, F. & Pagano, A.
ASHRAE (2013): ANSI/ASHRAE Standard 55
2017. UHI effects and strategies to improve
-- Thermal Environmental Conditions for
outdoor thermal comfort in dense and old
Human Occupancy. Atlanta: American So-
neighborhoods. Energy Procedia 134: 692–
ciety of Heating, Refrigerating and Air-Con-
701.
ditioning Engineers (ASHRAE) Inc.
Garson, D.G. 2015. Missing Value Analysis and
Bahar, F. F. 2017. Model Pembayangan dan
Data Imputation. Asheboro: Statistical Pub-
Lansekap Ruang Kota dalam Sistem
lishing Associates.
Lingkungan Termal Perkotaan di Daerah
Tropis Lembab. Disertasi tidak diterbitkan. Hamilton, J. M. & Lau, M. A. 2005. The role of
Surabaya: Program Doktor Fakultas Teknik climate information in tourist destination
Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi choice decision-making. Proceedings of the
Surabaya. 17th International Congress of Biometeorol-
ogy (ICB 2005), Garmisch-Partenkirchen,
Balcer, C. A. 2014. Visual Cues Effects on Tem-
Germany, 9–5 September 2005. Offenbach
perature Perception. Tesis tidak diterbitkan.
am Main: Deutscher Wetterdienst.
Michigan: Office of Graduate Study and Re-
search, Northern Michigan University. Johansson, E. & Yahia, M. W. 2012. Improving
outdoor thermal comfort in warm-humid
Cheng, V. & Ng., E. 2008. Wind for comfort in
Guayaquil, Ecuador through urban design.
high density cities. Makalah disajikan dalam
Makalah disajikan dalam ICUC8 – 8th Inter-
PLEA 2008 – 25th Conference on Passive
national Conference on Urban Climates, 6-
and Low Energy Architecture, 22- 24
10 Agustus 2012, Dublin: UCD.
Oktober, Dublin.
Johansson, E., Yahia, M. W., Arroyo, I. & Bengs,
Chow, W. T. L., Akbar, S. N. A. B. A., Heng, S.
C. 2017. Outdoor thermal comfort in public
L. & Roth, M. 2016. Assessment of measured
space in warm-humid Guayaquil, Ecuador. In-
and perceived microclimates within a tropi-
ternational Journal of Biometeorology, DOI
cal urban forest. Urban Forestry and Urban
10.1007/s00484-017-1329-x.
Greening 16: 62–75.
Kleerekoper, L., Van Esch, M. & Salcedo, T. B.
Coccolo, S., Kaempf, J., Scartezzini, J-L. &
2012. How to make a city climate-proof, ad-
Pearlmutter, D. 2016. Outdoor human com-
dressing the urban heat island effect. Re-
fort and thermal stress: a review on models
sources, Conservation and Recycling 64: 30–
and standards. Urban Climate. Tersedia:
38.
http://dx.doi.org/10.1016/
j.uclim.2016.08.004 [diunduh 20 November Klemm, W., Heusinkveld, B. G., Lenzholzer, S.

50
Floriberta Binarti.dkk, Peranan Unsur-Unsur Ruang Terbuka pada Tingkat Kenyamanan Termal Outdoor:
Antara Persepsi dan Pengetahuan

& van Hove, B. 2015. Street greenery and its reation Association, Taipei, 120-126.
physical and psychological impact on ther- Lin, T. -P. & Matzarakis, A. 2008. Tourism cli-
mal comfort. Landscape and Urban Planning mate and thermal comfort in Sun Moon Lake,
138: 87–98. Taiwan. International Journal of Biometeo-
Koerniawan, M. D. 2016. Effect of Urban Struc- rology 52: 281–290.
ture on Thermal Comfort And Walking Com- Mahmoud, A. H. A. 2011. Analysis of the mi-
fort in Jakarta, Disertasi tidak diterbitkan. croclimatic and human comfort conditions
Kitakyushu: Faculty of Environmental Engi- in an urban park in hot and arid regions.
neering, the University of Kitakyushu. Building and Environment 46(12): 2641–
Kothari, C., Kumar, R. & Uusitalo, O. 2014. Re- 2656.
search Methodology. New Age International. Marakemi, N., Salleh, E., Jaafar, M. Z. &
Tersedia: https://doi.org/http:// Hoseini, A. H. G. H. 2012. Thermal comfort
196. 29.172. 66:8080/jspui /bitstream/ conditions of shaded outdoor spaces in hot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 / 2 5 7 4 / 1 / and humid climate of Malaysia. Building and
Research%20Methodology.pdf [diunduh 27 Environment 48: 7–14.
September 2017].
Memon, R. A., Leung, D. Y. C., & Chunho, L.
Krippendorff, K. 2004. Content Analysis: An In- I. U. 2008. A review on the generation, de-
troduction to Its Methodology. London: termination and mitigation of Urban Heat
SAGE. Island. Journal of Environmental Science 20:
Krüger, E. L., Minella, F. O. & Rasia, F. 2011. 120–128.
Impact of urban geometry on outdoor ther- Mustika, N. W. M. & Sastrawan, I. W. W. 2017.
mal comfort and air quality from field mea- Persepsi Tingkat Kenyamanan Termal Ruang
surements in Curitiba, Brazil, Building and Luar Pada Ruang Publik (Studi Kasus:
Environment 46: 621–634. Taman Kota I Gusti Ngurah Made Agung).
Lenzholzer, S. 2010. Engrained experience-a Jurnal Arsitektur Warmadewa 5(1): 45–56.
comparison of microclimate perception sche- Nikolopoulou, M. & Lykoudis, S. 2006. Ther-
mata and microclimate measurements in mal comfort in outdoor urban spaces: Analy-
Dutch urban squares. International Journal of sis across different European countries.
Biometeorology 54(2): 141–150. Building and Environment 41(11): 1455–
Lenzholzer, S., Klemm, W. & Vasilikou, C. 2016. 1470.
Qualitative methods to explore thermo-spa- Nikolopoulou, M. & Steemers, K. 2003. Ther-
tial perception in outdoor urban spaces. Ur- mal comfort and psychological adaptation as
ban Climate. Tersedia: https://doi.org/ a guide for designing urban spaces. Energy
10.1016/j.uclim.2016.10.003 [Diunduh 28 and Building 35(1): 95–101.
September 2017].
Niu, J., Liu, J., Lee, T-c., Lin, Z., Mak, C., Tse,
Lenzholzer, S. & Koh, J. 2010. Immersed in K-T., Bo-sin Tang, B-s., Kenny C. S. &
microclimatic space: Microclimate experi- Kwok, K. C. S. 2015. A new method to as-
ence and perception of spatial configurations sess spatial variations of outdoor thermal
in Dutch squares. Landscape and Urban comfort: onsite monitoring results and im-
Planning 95(1–2): 1–15. plications for precinct planning. Building and
Lin, T. P., Hwang, C. C. & Cheng, H. Y. 2006. Environment, Tersedia: http://hdl.handle.net/
The influence of climate information on travel 10722/209950 [Diunduh 25 November
arrangements. Proceedings of the 8th Leisure, 2017].
Recreation and Tourism Research Sympo- Oke, T. R., Mills, G., Christen, A. & Voogt, J.
sium, Taipei, 7 Oktober 2006. Outdoor Rec-
51
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 12, Nomor 1, April 2018

A. 2017. Urban Climates. Cambridge: Cam- Universitas Diponegoro.


bridge University Press. Wang, Y., de Groot, R., Bakker, F., Wortche, H.
Pijpers-Van Esch, M. M. 2015: Designing the & Leemans, R. 2017. Thermal comfort in ur-
Urban Microclimate, Delf: Architecture and ban green spaces: a survey on a Dutch uni-
the Built Environment. versity campus. International Journal of Bi-
Reiter, S. & de Herde, A. 2003. Qualitative and ometeorology 61(1): 87–101.
quantitative criteria for comfortable urban Wong, N. H. & Yu, C. 2005. Study of green ar-
public spaces. 2nd International Conference eas and urban heat island in a tropical city.
on Building Physics, 1001–1009. Tersedia: Habitat International 29: 547–558.
http://orbi.ulg.ac.be/handle/2268/20554 Wong, N. H. & Jusuf, S. K. 2010. Air tempera-
[Diunduh 28 September 2017]. ture distribution and the influence of sky view
Sangkertadi, S. & Syafriny, R. 2016. Pair influ- factor in a Green Singapore Estate. Journal
ence of wind speed and mean radiant tem- of Urban Planning and Development 136(3):
perature on outdoor thermal comfort of hu- 261–272.
mid tropical environment. Journal of Urban Wong, N. H., Kwang Tan, A. Y., Chen, Y., Sekar,
and Environmental Engineering 10(2): 177- K., Tan, P. Y., Chan, D., Wong, N. C. 2010.
185. Thermal evaluation of vertical greenery sys-
Santamouris, M. 2014. Cooling the cities - A tems for building walls. Building and Envi-
review of reflective and green roof mitiga- ronment 45(3): 663–672.
tion technologies to fight heat island and Wonorahardjo, S. 2009. Pengaruh Karakteristik
improve comfort in urban environments. Fisik Terhadap Fenomena Pulau Panas
Solar Energy 103: 682–703. (Heat Island) Kawasan Kota di Bandung.
Scarano, M. & Sobrino, J. A. 2015. On the rela- Disertasi tidak diterbitkan, Bandung: Pro-
tionship between the sky view factor and the gram Doktor Sekolah Arsitektur,
land surface temperature derived by Landsat- Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,
8 images in Bari, Italy. International Jour- Institut Teknologi Bandung.
nal of Remote Sensing 36(19–20): 4820–
4835.
Steeneveld, G. J., Koopmans, S., Heusinkveld,
B. G. & Theeuwes, N. E. 2014. Refreshing
the role of open water surfaces on mitigat-
ing the maximum urban heat island effect.
Landscape and Urban Planning 121: 92–96.
Syafii, N. I., Ichinose, M., Wong, N. H.,
Kumakura, E., Jusuf, S. K. dan Chigua, K.
2016. Experimental study on th influence of
urban water body on thermal environment at
outdoor scale model. Procedia Engineering
169: 191–198.
Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek
Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara pada
Siang Hari di Perkotaan (Studi Kasus:
Kawasan Simpang Lima Semarang). Tesis
tidak dipublikasi. Semarang: Program Studi
Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana,
52

You might also like