You are on page 1of 17

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono,

2009; 169). Pada konteks penelitian ini, peneliti ingin mengetahui dan

membuktikan pengaruh variabel independen kerjasama tim, motivasi kerja dan

komunikasi terhadap variabel dependen kinerja pegawai Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Donggala.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Donggala. Beralamat Jl. Eboni Kabonga Kecil Kecamatan Banawa

Kabupaten Donggala. Waktu penelitian ini dilakukan pada Februari - April 2023.

3.3 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif, berupa data dalam bentuk angka nomerik atau informasi

yang dapat dikuantitatifkan yang diproleh dari Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Donggala atau pustaka yang berkaitan dengan

judul yang diteliti.

b. Data Kualitatif, merupakan data yang tidak dalam bentuk angka misalnya

informasi tentang jumlah pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja


43

Kabupaten Donggala dan informasi lainnya yang diperoleh dari

responden.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu

terpilih, pada lokasi peneltian. Data primer diperoleh dengan cara memberi

daftar pertanyaan (Kuesioner) dan melakukan wawancara melalui

tanggapan pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Donggala.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait berupa data

dan informasi dari data Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Donggala guna mendukung penelitian tersebut.

3.4 Metode Pengumpulan Data

a. Pengamatan

Melakukan peninjauan langsung dan melakukan pengamatan pada obyek

penelitian untuk mendefinisikan masalah-masalah yang terjadi di lapangan

b. Wawancara

Mengumpulkan informasi dengan mewawancara sumber untuk

mendapatkan data tentang kepemimpinan dan komunikasi maupun kinerja

pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Donggala.

c. Kuesioner
44

Menyebarkan kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data-data

yang memberikan informasi tentang kenyataan yang terdapat di lapangan.

d. Dokumentasi

Membaca dan mempelajari teori-teori yang berhubungan erat dengan

penulisan ini.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2010; 115). Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristrik yang dimilki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010;116).

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pegawai Kantor Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Donggala yaitu ASN jumlah 29 orang,

honorer jumlah 23 orang jadi jumlah keseluruan pegawai yaitu berjumlah

52 orang pegawai.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi Sugiyono (2010; 46). Dalam penelitian ini menggunakan

teknik pengambilan sampel secara sederhana. Teknik pengambilan sampel

menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2008; 78);

n=
45

Di mana:

n = Jumlah Sampel

N = Ukuran Populasi

e = taraf kesalahan yaitu 5% atau 0,05

N 52 52 52
n = -------------- = --------------- = ---------------- = --------------- = 46,01
1 + Ne2 1+ 52(0,05)² 1 + 52(0,0025) 1,13

Jadi, jumlah sampel pada penelitian adalah 47 responden.

c. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yaitu menggunakan purposive sampling. Di

mana purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu

tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi

objek atau situasi sosial yang sedang di teliti yang menjadi kepedulian

dalam pengambilan sampel penelitian. Kualitatif adalah tuntasnya

pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan pada

banyaknya sampel sumber data. (Sugiyono, 2009; 219).

3.6. Definisi Operasional Variabel

Indentifikasi variabel penelitian, maka perlu definisi operasional dari

masing-masing variabel. Definisi variabel yang teliti adalah sebagai berikut:

a. Variabel Kerjasama Tim (X1)


46

Kerjasama tim tersebut menjelaskan bahwa kerjasama tim adalah

sekelompok orang-orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan

yang sama dan tujuan tersebut akan lebih mudah diperoleh dengan

melakukan kerjasama tim daripada dilakukan sendiri. Adapun skala

pengukur yang digunakan adalah Skala Likert. Adapun indikator

kerjasama tim menurut West (2012; 69) yaitu:

1. Kerjasama

2. Kepercayaan

3. Kekompakan

b. Variabel Motivasi Kerja (X2)

Motivasi sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai, Secara

psikologis menunjukan bahwa kegairahan semangat seseorang pegawai

dalam melaksanakan pekerjaannya sangat di penuhi oleh motivasi

kerja yang mendorongnya. Adapun skala pengukur yang digunakan

adalah Skala Likert. Adapun indikator motivasi kerja menurut Riduwan

(2002; 66) yaitu:

1. Upah/Gaji Yang Layak

2. Pemberian Insentif

3. Mempertahankan Harga Diri

4. Memenuhi Kebutuhan Partisipasi

5. Menempatkan pegawai pada tempat yang sesuai

c. Variabel Komunikasi (X3)


47

Komunikasi merupakan proses penyampaian pernyataan baik berupa

gagasan, fakta, pikiran, perasaan, dan nilai seseorang kepada orang lain.

Komunikasi melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan

kelompok, organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Adapun skala

pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Adapun indikator

komunikasi menurut Mangkunegara (2011; 23) yaitu:

1. Kemudahan Informasi

2. Intensitas Komunikasi

3. Efektifitas Komunikasi

4. Tingkat Pemahaman Pesan

5. Perubahan Sikap

d. Variabel Kinerja Pegawai (Y)

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral maupun etika. Adapun skala pengukur yang digunakan adalah Skala

Likert. Adapun indikator kinerja menurut Mathis dan Jakson (2002; 379)

yaitu:

1. Kuantitas kerja

2. Kualitas kerja

3. Pemanfaatan waktu
48

4. Tingkat kehadiran

5. Kerjasama

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Indikator Skala


1. Kerjasama
2. Kepercayaan Interval
1 Kerjasama
3. Kekompakan
Tim (X1)
West (2012; 69)
1. Upah/Gaji Yang Layak
2. Pemberian Insentif
3. Mempertahankan Harga Diri Interval
Motivasi Kerja
2 4. Memenuhi Kebutuhan Partisipasi
(X2)
5. Menempatkan pegawai pada tempat
yang sesuai
Riduwan (2002; 66)
1. Kemudahan Informasi
2. Intensitas Komunikasi
Komunikasi 3. Efektifitas Komunikasi
3
(X3) 4. Tingkat Pemahaman Pesan Interval
5. Perubahan Sikap
Mangkunegara (2011; 23)
1. Kuantitas kerja
2. Kualitas kerja
3. Pemanfaatan waktu Interval
4 Kinerja (Y)
4. Tingkat kehadiran
5. Kerjasama
Mathis dan Jakson (2002; 379)

3.6.1. Skala Pengukur

Pengukur variabel dilakukan dengan mengukur variabel kerjasama tim,

motivasi kerja dan komunikasi terhadap kinerja pegawai dengan menggunakan

Skala Likert yaitu suatu alat ukur yang digunkan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2010; 86). Pengukuran variabel dengan skala Likert dapat diliat dalam

tabel berikut:
49

Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) Nilai 5

2. Setuju (S) Nilai 4

3. Ragu–Ragu (R) Nilai 3

4. Tidak Setuju (TS) Nilai 2

5. Sangat tidak Setuju (STS) Nilai 1

Sumber : Sugiyono, (2010; 87)

3.7. Instrumen Penelitian

3.7.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang

tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang

rendah (Arikunto, 2006; 168). Hasil pengujian instrumen menunjukkan bahwa

hasilnya valid dengan perolehan nilai koefisien corrected item-total corelation

lebih besar atau sama dengan 0,30 (Arikunto; 2006; 168).

Hasil pengujian instrumen dengan jumlah responden sebanyak 47 orang,

menunjukkan bahwa hasilnya valid dengan perolehan nilai koefisien corrected

item-total corelation lebih besar atau sama dengan 0,30 (Arikunto; 2006:168).

seperti terlihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3.3.
Validitas Instrumen Item-Total Statistics

Variabel Kerjasama Tim Corrected Item-Total Keterangan


50

Correlation
Kerjasama Tim1 .424 Valid
Kerjasama Tim2 .338 Valid
Kerjasama Tim3 .379 Valid
Kerjasama Tim4 .355 Valid
Kerjasama Tim5 .311 Valid
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 3.3. di atas bahwa seluruh instrumen pertanyaan pada

variabel kerjasama tim menunjukan bahwa hasilnya valid karena nilai koefisen

Corrected Item-Total Correlation lebih besar atau sama dengan 0,30.

Tabel 3.4
Validitas Instrumen Item-Total Statistics

Variabel Motivasi Kerja Corrected Item-Total Keterangan


Correlation
Motivasi Kerja1 .334 Valid
Motivasi Kerja2 .390 Valid
Motivasi Kerja3 .389 Valid
Motivasi Kerja4 .322 Valid
Motivasi Kerja5 .316 Valid
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 3.4. di atas bahwa seluruh instrumen pertanyaan pada

variabel motivasi kerja menunjukan bahwa hasilnya valid karena nilai koefisen

Corrected Item-Total Correlation lebih besar atau sama dengan 0,30.

Tabel 3.5
Validitas Instrumen Item-Total Statistics
51

Variabel Komunikasi Corrected Item-Total Keterangan


Correlation
Komunikasi1 .328 Valid
Komunikasi2 .554 Valid
Komunikasi3 .409 Valid
Komunikasi4 .305 Valid
Komunikasi5 .396 Valid
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 3.5. di atas bahwa seluruh instrumen pertanyaan pada

variabel komunikasi menunjukan bahwa hasilnya valid karena nilai koefisen

Corrected Item-Total Correlation lebih besar atau sama dengan 0,30.

Tabel 3.6
Validitas Instrumen Item-Total Statistics

Variabel Kinerja Corrected Item-Total Keterangan


Correlation
Kinerja1 .404 Valid
Kinerja2 .418 Valid
Kinerja3 .458 Valid
Kinerja4 .367 Valid
Kinerja5 .306 Valid
Sumber: Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 3.6. di atas bahwa seluruh instrumen pertanyaan pada

variabel kinerja menunjukan bahwa hasilnya valid karena nilai koefisen Corrected

Item-Total Correlation lebih besar atau sama dengan 0,30.

3.7.2. Uji Reliabilitas


52

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keandalan atau konsistensi

dari instrumen dalam memberikan hasil pengukuran. Jika hasil pengukuran sama

nilainya dalam pengukuran yang berulang kali maka instrument tersebut

dinyatakan andal sehingga baik digunakan sebagai instrumen pengukuran.

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan

(kuesioner) menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama

(Sugiyono, 2010; 219). Suatu instrumen dinyatakan reliabel bila kooefisien

reabilitas minimal 0,6 (Sugiyono, 2010; 220). Uji Validitas dan Reliabilitas

kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 18.00 For

Windows.

Tabel 3.7.
Reliability Instrument
No Variabel Cronbach’s Keterangan
Alpha
1 Kerjasama Tim .631 Reliabel
2 Motivasi Kerja .642 Reliabel
3 Komunikasi .697 Reliabel
4 Kinerja .641 Reliabel
Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan Tabel 3.7. menunjukan bahwa intrumen secara realibilitas

pada penelitian ini dinyatakan andal, sebab memiliki koefisien Cronbach Alpha

lebih besar dari nilai rtabel (0,6). Hal ini menunjukkan bahwa koesioner cukup

andal apabila digunakan untuk mengukur kembali objek yang sama, hasil yang

ditunjukkan relative tidak beda.

3.8. Metode Analisis Data


53

Metode analisis data merupakan penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang mudah dibaca, dipahami dan diinterprestasikan. Data yang akan dianalisis

merupakan data hasil penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan, serta diikuti

dengan pengujian terhadap hipotesis penelitian, kemudian peneliti melakukan

analisis untuk menarik kesimpulan.

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data

primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian

sehingga mendapat gambaran umum. Adapun kriteria interpretasi mean (Umar,

2007; 18), yaitu:

1.00 – 1.80 = sangat tidak tinggi

1.81 – 2.60 = tidak tinggi

2.61 – 3.40 = netral

3.41 – 4.20 = tinggi

4.21 – 5.00 = sangat tinggi

3.8.2 Metode Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel independen yang jumlahnya dua atau lebih (X1, X2, X3) terhadap

variabel dependen Y.

Menjawab permasalahan dan menguji hipotesis dalam penelitian ini

digunakan analisis kuantitatif dengan memaparkan hasil-hasil penelitian di

lapangan secara Deskriptif dan analisis Kuantitatif dengan menggunakan angka-

angka statistik melalui penggunaan alat analisis statistik Regresi Linear Berganda
54

(Multiple Linear Regression). Model umum bentuk persamaan alat analisis

statistik parametrik Regresi Linear Berganda (Multiple Regression linaer)

menurut Supranto (2000; 177) dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 …….. + bn Xn + e

Di mana:

Y = Variabel tak bebas (dependen variabel)

a = Konstanta (intercept)

X1-Xn = Variabel bebas (independen variabel)

e = error

Bila formulasi matematis Regresi Linear Berganda tersebut diaplikasikan

dalam penelitian ini, maka akan diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e

Di mana:

Y = Kinerja Pegawai

a = Kostanta

X1 = Kerjasama Tim

X2 = Motivasi Kerja

X3 = Komunikasi

e = error
55

Metode analisis regresi berganda merupakan pengumpulan data hasil

kuesioner yang diolah dalam bentuk angka dengan menggunakan pengolahan data

sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar perkiraan menjadi tidak bias,

maka dilakukan beberapa uji asumsi klasik yang harus dipenuhi:

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis

grafik dilihat dari titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal

yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut

tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan

dengan mengunakan pendekatan Kolmogorv Sminorv. Dengan

mengunakan tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig.

(2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel Standardized

Residual berdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Untuk menguji Heteroskedastisitas dilakukan dengan analisis grafik.

Melaui analisis grafik suatu model regresi diangap tidak terjadi

Heteroskedastisitas jika titik-titik menyebar secara acak dan tidak


56

membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun di

bawah angka nol pada sumbu Y.

c. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau

pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari

model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinearitas

dapat diketahui dengan melihat toleransi variabel dan variance inflation

factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a) VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas

b) Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas

Menurut Sugiyono (2010) Gejala Multikolinieritas dapat dilihat dari

besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua

ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance adalah mengukur

variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan

variabel independen lainnya. Nilai yang dipakai untuk Tolerance > 0,1

dan VIF <10, maka tidak terjadi Multikolinieritas.

2. Uji Fsig (Uji Simultan)

Kriteria pengambilan keputusan uji simultan didasarkan atas pedoman yang

dikemukakan oleh Santoso (2001; 204) yaitu perbandingan antara nilai

probabilitas (Fsig) dengan taraf signifikansi 0,05, adalah:

a. Jika nilai Fsig < α 0,05 maka terbukti secara serempak ketiga variabel

bebas yaitu kerjasama tim, motivasi kerja dan komunikasi berpengaruh


57

serempak terhadap kinerja pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Donggala Atau dengan kata lain keputusan uji hipotesis

menerima H1 dan menolak H0.

b. Jika nilai Fsig > α 0,05 maka tebukti secara serempak ketiga variabel

bebas yaitu kerjasama tim, motivasi kerja dan komunikasi berpengaruh

tidak serempak terhadap kinerja pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Donggala atau dengan kata lain keputusan uji hipotesis

menerima H0 dan menolak H1.

3. Uji tsig (Uji Parsial)

Untuk menguji signifikan parsial dilakukan dengan membandingkan nilai-

nilai probabilitas koefisien regresi parsial (t sig) dengan taraf signifikansi

0,05 (Santoso, 2001; 203), melalui kriteria pengambilan keputusan sebagai

berikut:

a. Jika nilai tsig < α 0,05 maka terbukti signifikan diantara ketiga variabel

bebas yaitu kerjasama tim, motivasi kerja dan komunikasi berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Donggala.

b. Jika nilai tsig > α 0,05 maka terbukti signifikan diantara kedua variabel

bebas yaitu kerjasama tim, motivasi kerja dan komunikasi tidak ada

yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Donggala.


58

4. Koefisien Korelasi (R)

Koefisien korelasi (R) yaitu keeratan hubungan antara variabel X dengan

variabel Y. Dalam penelitian ini menurut Sugiyono (2010) keeratan terdiri

dari beberapa tingkatan yaitu:

0,000 – 0,199 = Sangat Lemah

0,200 – 0,399 = Lemah

0,400 – 0,599 = Sedang

0,600 – 0,799 = Kuat

0,800 – 1,000 = Sangat Kuat

5. Koefesien Determinasi (R2)

Koefesien diterima menunjukan besarnya konstribusi variabel bebas

terhadap variabel terikat. Semakin besar koefesien determinasi, maka

semakin baik kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat. Jika

determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan

bahwa pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Hal

ini berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan

pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya

jika determinan (R2) semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan

bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kecil.

Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

You might also like