You are on page 1of 11

Jurnal Abdimas Musi Charitas (JAMC) 71

Volume 7, Nomor 2, Oktober 2023, 71-81

“I LOVE MY SELF” : PSIKOEDUKASI MENGHARGAI DIRI SENDIRI


PADA KOMUNITAS REMAJA KATOLIK TIMOTIUS

Detricia Tedjawidjaja
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Email: detricia.t@ukwms.ac.id

Dessi Christanti
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Email: dessi@ukwms.ac.id

ABSTRACT
Adolescence are characterized by the process of exploring for identity. In this process, adolescents
are prone to compare themselves with others, which can lead to feelings of dissatisfaction and low
self-esteem. This condition is also experienced by adolescent who are members of the Timothy
Catholic Youth Community in the Waru, Sidoarjo. The purpose of this community service activity
is to increase self-esteem in adolescents, enabling them to know, accept, and respect themselves
better. This community service activity is divided into four stages: observation and interviews,
preparation, implementation, and evaluation. The activities are conducted in the form of
psychoeducation, including lectures, sharing sessions, group games, and assignments. The
activities was held on November 26, 2023, for two hours. The participants showed enthusiastic
responses during the activity, requiring more time than initially planned. Before and after activity,
self esteem questionnaire was distributed. The result of this activity showed that post test has
higher average score (M=4,22) than pre test average score (M=3,22). Based on the evaluation
results, providing psychoeducation about self-esteem to adolescents in the Timothy Catholic Youth
Community is considered effective. It helps participants to identify their strengths and weaknesses,
share their true selves with others, and provide positive affirmations to themselves.

Keywords: self-esteem, self-knowledge, psychoeducation, adolescents

ABSTRAK
Tahap perkembangan remaja ditandai dengan proses pencarian identitas. Dalam proses tersebut,
remaja rentan membandingkan diri sendiri dengan orang lain sehingga cenderung merasa tidak
puas dengan diri sendiri dan mengarah pada self-esteem yang rendah. Kondisi ini juga dialami
oleh para remaja yang tergabung dalam Komunitas Remaja Katolik Timotius, di Kecamatan
Waru, Sidoarjo. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan self-
esteem pada remaja sehingga remaja dapat mengenal, menerima, dan menghargai diri sendiri
dengan lebih baik. Kegiatan pengabdian masyarakat ini terbagi menjadi empat tahapan, yaitu
observasi dan wawancara, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan diberikan dalam
bentuk psikoedukasi yang terdiri dari ceramah, sharing, permainan kelompok, dan mengerjakan
tugas. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26 November 2023 selama dua jam. Respon peserta
tampak antusias selama kegiatan berlangsung sehingga para peserta membutuhkan waktu lebih
banyak daripada yang direncanakan. Sebelum dan setelah kegiatan dibagikan kuesionair
menghargai diri sendiri. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa setelah kegiatan rerata kuis
menghargai diri sendiri lebih tinggi (M=4,22) dibandingkan sebelum kegiatan (M=3,22).
Berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan ini, pemberian psikoedukasi tentang menghargai diri
sendiri pada para remaja dalam komunitas ReKat Timotius dinilai efektif karena dapat membantu
72 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

para peserta dalam mencari kelebihan dan kekurangannya, membagikan siapa dirinya kepada
peserta lain, dan memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri.

Kata kunci: menghargai diri, pengenalan diri, psikoedukasi, remaja

1. PENDAHULUAN kelebihan dan kekurangan dirinya. Kondisi ini


Masa remaja identik dengan masa rentan membuat remaja kurang menghargai diri
kebingungan mencari identitas diri. Sudah jamak sendiri atau memiliki harga diri yang rendah.
bila melihat remaja merasa tidak tahu siapa Harga diri yang rendah tentu membawa
dirinya (Hurlock, 2012). Pada fase pencarian konsekuensi negatif bagi remaja, Remaja
identitas diri ini, terkadang remaja melakukan menjadi kurang puas dengan dirinya sehingga
perbandingan social, yaitu membandingkan dapat mengalami kesulitan unntuk bergaul
dirinya dengan teman atau orang lain. (Baron & Byrne, 2011). Mengingat dampak
Perbandingan sosial ini dapat semakin membuat negatif tersebut perlu dilakukan tindakan
remaja menjadi tidak nyaman dan tidak puas preventif agar remaja dapat lebih menghargai
dengan dirinya ketika remaja mempersepsi dirinya sendiri.
dirinya lebih rendah dibandingkan teman atau Solusi yang sempat mucul dalam diskusi
orang lain (Panjaitan & Rahmasari, 2021). dengan para kakak pendamping adalah
Ketidakpuasan pada diri sendiri dapat diartikan memberikan pelatihan ketrampilan tertentu
bahwa remaja akhirnya kurang bisa menghargai seperti public speaking atau menyanyi. Namun
diri sendiri atau memiliki harga diri yang rendah. alternatif tersebut dipandang kurang sesuai
Harga diri atau self esteem merupakan karena remaja dalam komunitas Remaja Katolik
tanggapan individu terhadap diri individu yang Timotius memiliki beragam minat. Selain itu,
dinyatakan dalam bentuk sikap yaitu individu memberikan pelatihan ketrampilan juga
menyukai atau tidak dirinya (Coopersmith, memerlukan dana yang tidak sedikit karena
1967). Dengan kata lain harga diri adalah harus mengundang pelatih.
penilaian akan diri sendiri yang berada dalam Solusi yang kedua adalah menyentuh sisi
rentang dimensi positif – negative (Branscombe psikologisnya yaitu memberikan pemahaman
& Baron, 2017). Harga diri dapat muncul dari terlebih dahulu bahwa setiap individu memiliki
individu sendiri dan dapat pula dari pemgakuan kelebihan dan kekurangan. Setiap individu
dari orang lain. adalah istimewa karena ciptaan Tuhan
Kondisi umum remaja ini, juga dialami oleh (Sitanggang & Juantini, 2019). Bila remaja
remaja anggota komunitas Remaja Katolik memahami hakekat dirinya serupa dengan Allah
(selanjutnya disingkat ReKat) Timotius di penciptanya diharapkan remaja dapat menerima
kecamatan Waru, Sidoarjo. Komunitas remaja dirinya tanpa merasa malu dan minder. Remaja
Katolik merupakan komunitas yang selalu ada di akan lebih menghargai dirinya sendiri apapun
setiap gereja Katolik. Komunitas ini mewadahi kondisinya. Berdasarkan hasul diskusi, solusi
para remaja gereja Katolik unttuk berkumpul yang kedua ini yang kemudian dipilih untuk
dan belajar iman Katolik. Para anggota ReKat dilaksanakan.
Timotius berusia antara 11 – 16 tahun atau Kegiatan yang bersifat psikoedukasi ini
berada fase perkembangan remaja. Anggota merupakan yang pertama kali dilakukan.
ReKat Timotius masih dalam tahap pencarian Biasanya kegiatan remaja Katolik adalah
identitas diri sehingga belum mengenal mendalami kitab suci dan ajaran gereja. Namun
73 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

para kakak pendamping kemudian menyadari Pendampingan bagi remaja Katolik merupakan
bahwa para remaja ini juga memerlukan hal lain hal yang dianggap penting bagi gereja karena
untuk pengembangan diri selain mempelajari melalui pendampingan ini diharapkan remaja
ajaran gereja. Katolik mampu menghargai diri sendiri,
Setiap individu tentu pernah mengalami memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan
kegagalan atau keberhasilan. Dalam diri menyiapkan diri untuk masa depan sebaik
individu juga terdapat kelebihan dan mungkin (Wijaya, 2012). Melalui
kekurangan. Seharusnya setiap individu mampu pendampingan tersebut, remaja belajar
menerima diri sendiri apa adanya. Individu yang memahami kekurangan, kelebihan maupun
tidak bisa menerima dirinya akan memiliki harga keunikan dirinya. Dengan demikian remaja
diri yang rendah (Oktaviani, 2019). Harga diri dapat menilai bahwa dirinya juga berharga
yang rendah membawa konsekuensi negatif bagi karena indvidu dicptakan sesuai dengan citra
individu. Individu tidak yakin dengan Allah (Sitanggang & Juantini, 2019). Saran ini
kemampuan dirinya. Individu degan harga diri yang akan menjadi fokus pengabdian kepada
rendah cenderung merassa cemas bicara di masyarakat saat ini. Kegiatan pengabdian
depan umum (Lisanias et al., 2019) dan lebih kepada masyarakat ini tentunya akan dilakukan
sulit menjalin relasi dengan orang lain (Widodo kepada komunitas remaja katolik Timotius, yang
& Prastiti, 2003). berada di Kabupaten Sidoarjo.
Kurangnya menghargai kemampuan diri ini Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
tampak pada perilaku anggota ReKat Timotius. ini akan dilakukan dalam bentuk psikoedukasi.
Rata-rata para anggota kurang berani bicara di Beberapa kegiatan pengabdian kepada
depan umum. Salah satu contohnya adalah pada masyarakat sebelumnya menunjukkan
saat memulai kegiatan, kadang-kadang kakak keberhasilan psikoedukasi untuk meningkatkan
Pembina meminta anggota untuk memimpin pemahaman remaja akan dirinya (Suprihatin et
doa. Biasanya mereka saling melempar dengan al., 2021) dan meningkatkan harga diri remaja
temannya untuk memimpin doa. Mereka (Citra & Widyarini, 2015). Demikian pula
mengatakan tidak bisa memimpin doa dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang
menunjuk teman lain. Alasan yang sering character building (Leovani et al., 2022) dan
dikemukakan adalah “saya tidak bisa.” Contoh pembekalan bekal bagi anak migran dari Timor
lain adalah ketika mereka diminta memaparkan Leste (Anggraeni et al., 2020) dapat
hasil diskusi kelompok, mereka cenderung meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
menunjuk temannya untuk berbicara. bagi komunitas tersebut.
Setiap individu diharapkan memiliki harga Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
diri yang tinggi. Ketika individu memiliki harga ini juga merupakan upaya preventif sekaligus
diri yang tinggi, individu akan merasa bahagia kuratif agar anggota ReKat Timotius tidak
dan memiliki makna hidup (Du et al., 2017) mengalami dampak negatif bila memiliki harga
Indvidu juga akan memiliki rasa pecaya diri diri yang rendah. Tentunya diharapkan setelah
yang baik (Sholiha & Aulia, 2020). kegiata psikoedukasi ini, anggota ReKat
Berdasarkan paparan tersebut, penting bagi Timotius semakin mengenal dirinya dan
remaja untuk memiliki harga diri yang tinggi. kemudian menghargai diri mereka sendiri.
Salah satu saran yang diusulkan adalah agar
remaja khususnya anggota ReKat Timotus dapat 2. METODE PELAKSANAAN
mengenal diri mereka, menerima diri mereka apa Mitra dari kegiatan ini adalah komunitas
adanya, dan menghargai diri mereka. Remaja Katolik (Rekat) Timotius di kecamatan
74 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

Waru, Sidoarjo, Jawa Timur. Komunitas ini membuat anggota ReKat Timotius memiliki
merupakan bagian dari gereja Katolik di Waru harga diri yang belum baik.
Sidoarjo Jawa Timur. Dalam komunitas ini
terdapat tiga orang kakak pendamping yang 2. Persiapan
bertugas menyelenggarakan kegiatan rutin Tim Abdimas melakukan beberapa
ReKat Timotius. Anggota ReKat sendiri terdiri persiapan sebelum melakukan kegiatan
dari 12 orang remaja beragama Katolik. Abdimas. Persiapan yang dilakukan antara lain
Umumnya kegiatan rutin dilakukan setiap dua menyusun materi, menyusun run down kegiatan,
minggu sekali. merancang modul psikoedukasi menghargai diri
Dalam kegiatan pengabdian kepada sendiri, menyiapkan worksheet atau lembar
Masyarakat ini, melibatkan dua orang kakak kerja yang akan digunakan dalam kegiatan
pendamping dan tentunya remaja yang anggota abdimas, peralatan yang diperlukan (alat tulis,
ReKat Timotius. Kakak pendamping tidak hanya bel, kertas). Persiapan juga termasuk
hadir secara pasif namun juga terlibat aktif berkoordinasi dengan kakak pendampinng
selama kegiatan yaitu memimpin doa dan lagu. ReKat Timotius untuk menentukan tanggal
Sementara anggota Rekat yang hadir sebanyak 9 pelaksanaan. Setelah berdiskusi, semua sepakat
orang. Dua orang tidak hadir karena ada kegiatan kegiatan psikoedukasi dapat dilaksanakan
sekolah yang waktunya bersamaan dan satu tanggal 26 Novemebr 2022, pukul 15.30.
orang tidak hadir karena tidak ada yang Penentuan waktu kegiatan ini menyesuaikan
mengantar. Anggota ReKat yang hadir berperan dengan jadwal kegiatan rutin ReKat Timotius.
sebagai peserta pelatihan. Mereka secara aktif Tim Abdimas juga menyiapkan kuesionair
mengikuti kegiatan. menghargai diri sendiri yang akan diberikan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan. Kuesionair ini
kali ini dilakukan dalam bentuk psikoeduksi disusun berdasarkan teori self esteem. Berikut
yang terdiri dari ceramah, sharing, permainan contoh aitem dari kusionair menghargai diri
kelompok, dan mengerjakan tugas. Kegiatan sendiri.
pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan 1. Saya merasa kurang dibandinngkan
melalui beberapa tahapan, mulai dari observasi orang lain di sekitar saya.
dan wawancara awal hingga evaluasi, sebagai 2. Saya menerima diri saya apa adanya
berikut:
Peserta akan diminta merespon setiap aitem
1. Observasi dan wawancara awal
apakah ia sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-
Tim abdimas melakukan observasi dan
ragu, setuju, atau sangat setuju.
wawancara awal untuk melihat apakah anggota
ReKat Timotius juga mengalami msalah khas
remaja yaitu pencarian identitas diri. Observasi 3. Pelaksanaan
dilakukan dengan menghadiri salah satu Setelah persiapan matang, tim abdimas
pertemuan rutin ReKat Timotius. Wawancara melaksanakan psikoedukasi sesuai dengan
dilakukan pada salah satu kakak pendamping waktu yang disepakati yaitu Sabtu 26 November
(Pembina) ReKat Timotius. Berdasarkan hasil 2022, pukul 15.30 WIB. Psikoedukasi ini
observasi dan wawancara dengan kakak dilaksanakan di tempat pertemuan ReKat
pendamping, anggota ReKat Timotius sedang Timotius di kecamatan Waru Sidoarjo. Pemateri
berada dalam tahap mengembangkan identitas psikoedukasi adalah tim abdimas sendiri yang
diri. Proses membentuk identitas diri ini secara bergantian membawakan materi.
75 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

Rundown psikoedukasi menghargai diri sendiri


adalah sebagai beirkut: 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
Tabel 1 : Run down acara berupa psikoedukasi tentang menghargai diri
Acara Keterangan sendiri telah dilaksanakan Sabtu 26 November
Perkenalan Peserta dan Fasilitator saling 2022, pukul 15.30 WIB. Berdasarkan hasil
menyebut nama evaluasi, kegiatan ini telah berlangsung dengan
baik. Semua peserta hadir tepat waktu. Semua
Ice Breaking Permainan, gerak dan Lagu peserta antusias mengikuti kegiatan ini. Pada
Doa pembukaan saat pemateri memberikan ceramah, diselingi
dengan pertanyaan oleh beberapa peserta.
Materi 1: Mengisi pre test Meskipun secara umum kegiatan ini
Mengenal Peserta mendengarkan berlangsung dengan baik, terdapat catatan
Kelebihan dan ceramah tentang waktu pelaksanaan. Rencana awal,
Kelemahan Peserta mengisi worksheet psikoedukasi ini akan dilangsungkan selama 1
Diri Sendiri mengenal kelebihan dan jam 30 menit karena menyesuaikan dengan
kekurangan diri durasi kegiatan rutin ReKat Timotius. Pada saat
pelaksanaan psikoedukasi, ternyata kegiatan ini
Materi II : Pengantar bahwa setiap berlangsung selama kurang lebih 2 jam,
Memahami individu unik. sehingga kegiatan berakhir pada pukul 17.30
keunikan Diri Permainan kelompok : WIB. Penambahan waktu ini disebabkan oleh
Sendiri Peserta berpencar mencari dua hal yaitu (1) peserta kesulitan mencari
dengan Orang pasangan dan saling kelebihan dan kekurangannya sehingga
Lain menuliskan persamaan dan memerlukan waktu yang lebih lama dari yang
perbedaan dalam waktu 30 diperkirakan, (2) peserta sangat antusias waktu
detik. Kegiatan ini diulang permainan kelompok sehingga waktu yang
beberapa kali dengan dihabiskan dalam sesi ini juga lebih lama dari
ketentuan pasangan harus yang diperkirakan karena mengikuti dinamika
berbeda dari yang peserta.
sebelumnya. Panjang durasi pelaksanaan psikoedukasi
yang melebihi perkiraan dapat dimaknai sebagai
Penutup Peserta sharing. sesuatu yang positif. Peserta tertarik dan antusias
Fasilitator memberi mengikuti kegiatan psikoedukasi ini. Lebih jauh
peneguhan pentingnya lagi, dapat dimaknai peserta memanfaatkan
mengenal diri sendiri. momen ini untuk mengetahui potensi dan
Mengisi post test kekurangan dirinya. Peserta ingin menjadi sadar
Doa penutup bahwa setiap individu seharusnya menghargai
diri sendiri.
4. Evaluasi
Saat kegiatan psikoedukasi sudah selesai,
tim abdimas segera melakuan evaluasi
pelaksanaan kegiatan psikoedukasi. Evaluasi
dilakukan berdasarkan respon dari para peserta
psikoedukasi.
76 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

dipimpin oleh salah seorang pemateri.


Permainan yang dilakukan adalah melempar
bola imajiner sambil menyebut nama teman.
Tujuan dari permainan ini adalah untuk
membuat suasana lebih akrab. Selanjutnya, salah
satu kakak pendamping memimpin gerak dan
lagu yaitu “Kalau Kau Suka Hati”. Semua yang
hadir termasuk pemateri ikut menyanyikan lagu
dan melakukan gerakan yang sesuai lagu.
Setelah menyanyi, peserta diajak berdoa yang
dipimpin oleh salah satu kakak pendamping.
Sebelum materi pertama, para peserta
diminta mengisi kuesionair tentang menghargai
diri sendiri. Setelah semua mengisi, baru sesi
Gambar 1. Aktivitas Mengenal Kelebihan
pertama dimulai. Pada materi pertama yaitu
dan Kelemahan Diri Sendiri
mengenal diri sendiri, peserta diminta untuk
mengisi worksheet tentang kelebihan dan
kekurangannya. Beberapa peserta mengatakan
bahwa ia tidak tahu apa kelebihannya. Pemateri
kemudian memberikan petunjuk, hal-hal apa
yang bisa menjadi kelebihan seseorang,
misalnya sifat atau kebiasaan yang baik,
kemampuan tertentu yang dikuasai, atau selalu
mendapat nilai yang bagus di pelajaran tertentu.
Gambar 2. Aktivitas Memahami Keunikan Setelah semua peserta mengisi, dilakukan
Diri Sendiri dengan Orang Lain sharing oleh tiap peserta, yaitu menyebutkan
kelebihan dan kekurangannya. Pemateri
Sesi pertama adalahs sesi perkenalan dalam kemudian mengajak peserta melakukan afirmasi
sesi ini setiap orang yang hadir saling positif dengan memilih salah satu kelebihan
mengenalkan diri. Mulai dari tim abdimas yang ia miliki. Afirmasi berupa sebuah kalimat
(pemateri), kakak pendamping hingga para pendek yang mirip dengan doa atau sebuah
peserta yaitu remaja anggota komunitas ReKat pengharapan positif (Nababan, 2010). Tujuan
Timotius. Tim Abdimas selain menyebutkan dari afirmasi positif adalah meningkatkan harga
nama juga menjelaskan berasal dari Universitas diri individu. Beberapa studi terdahulu
Katolik Widya Mandala Surabaya. Tim penunjukan efetivitas terapi afirmasi positif
Abdimas juga menjelaskan tujuan pelatihan. untuk meningkatkan harga diri individu(Agustin
Kakak pendamping juga menyebutkan nama & Handayani, 2017).
masing-masing dan memberi kata sambutan Setelah selesai materi pertama, selanjutnya
serta menjelaskan juga bahwa kegiatan rutin langsung dilanjutkan materi kedua yaitu
ReKat kali ini berbeda dengan biasanya. Para memahami keunikan diri sendiri dengan orang
remaja kemudian menyebutkan nama dan asal lain. Materi ini menekankan bahwa setiap
sekolah masing-masing. individu unik. Setiap individu memiliki
Pada sesi ice breaking diisi dengan kesamaan dan perbedaan dengan individu lain.
permainan dan lagu. Pada sesi permainan Pada sesi ini, pemateri kedua mengajak peserta
77 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

untuk saling melihat kelebihan dan kekurangan Mengenal dan menghargai diri sendiri
pserta lain kemudian membandingkan dengan merupakan hal yang penting bagi remaja.
dirinya. Kegiatan ini dilakukan dengan meminta Dengan demikian sungguh tepat melakukan
peserta berdiri dan mencari pasangan lalu psikoedukasi tentang menghargai diri sendiri
membandingkan dirinya dengan temannya. pada para remaja yang tergabung dalam
Membandingkan diri dengan teman ini dibatasi komunitas ReKat Timotius. Psikoedukasi
hanya 30 menit kemudian pemateri kedua merupakan pemberian informasi yang berkaitan
membunyikan bel dan meminta peserta dengan bidang psikologi. Berdasarkan penelitian
berpencar kembali mencari pasangan yang baru. dan pelaksanaan abdimas terdahulu,
Demikian seterusnya, kegiatan ini diulang psikoedukasi efektif meningkatkan pemahaman
hingga lima kali. Dengan demikian setiap seseorang tentang suatu materi. Hal ini sejalan
peserta mendapat kesempatan membandingkan dengan keberhasilan pelaksanaan pengabdian
dirinya dengan lima orang berbeda. Setelah masyarakat yang pernah dilakukan sebelumnya,
selesai, pemateri kedua meminta peserta sharing antara lain psikoedukasi yang bertujuan unuk
kesamaan dan perbedaan dirinya dengan teman- meningkatkan pemahaman individu akan dirinya
temannya. Setelah itu, pemateri memberikan (Febriani et al., 2019).
penekanan bahwa setiap individu di dunia sama Dengan demikian, pemberian edukasi
yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan. Setiap menghargai diri sendiri pada remaja Katolik
individu unik karena bisa berbeda dengan orang Timotius merupakan hal yang tepat. Melalui
lain kegiatan ini diharapkan peserta memahami diri
Terakhir peserta melakukan sharing yaitu sendiri, mengetahui kekurangan diri sendiri, dan
mengungkapkan apa yang mereka dapatkan menghargai diri sendiri serta orang lain.
setelah mengikuti pelatihan ini. Setelah itu salah Diharapkan pula, setelah mampu mengrhargai
satu pemateri memberikan peneguhan bahwa diri sendiri, peserta menjadi remaja yang percaya
.setiap individu seharusnya bisa menghargai diri dan memiliki kepribadian yang positif dan
dirinya sendiri. Bangga dengan dirinya sendiri. tangguh.
Bila ada kekurangan, maka individu dapat Mengenal dan menghargai diri sendiri
meningkatkan dirinya. Bila ada kelebihan, maka memiliki fungsi penting dalam kehidupan
harus disyukuri. individu sebab ia akan berhadapan dengan
Setelah itu, peserta kembali diminta dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum
kuesionair yang sama dengan yang tadi berhadapan dengan orang lain (Wibawanto,
diberikan di awal. Ketika semua sudah selesai 2021). Ketika individu mengenal diri sendiri,
mengisi, salah seorang pemateri mengucapkan individu dapat mengetahui kelebihan dan
terima kasih dan memuji keaktifan peserta. kekurangan dirinya. Individu mengetahui
Terakhir, salah seorang kakak pendamping potensi dirinya sekaligus kelemahannya.
menutup dengan doa. Individu dapat menghargai dirinya sendiri apa
Setelah dilakukan penghitungan rerata, adanya. Individu akan memiliki self esteem atau
ternyata rerata skor pre test adalah 3,22. harga diri yang baik. Dengan demikian, individu
Sementara rerata skor post test adalah 4,22. Dari dapat menaklukkan egonya dan mampu
kedua rerata tersebut, rerata post test lebih tinggi mengembangkan potensi dirnya (Wibawanto,
dibandingkan pre test. Data ini mengindikasikan 2021).
bahwa pemberian psikoedukasi ini mendorong Bagi remaja Katolik, menghargai diri
peserta untuk menghargai diri mereka sendiri. sendiri juga merupakan hal yang penting untuk
dilakukan karena sejalan dengan ajaran Katolik.
78 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

Dalam Kitab Kejadian 1:26-27 dikatakan bahwa Timotius di Waru, Sidoarjo adalah
manusia diciptakan Allah sesuai dengan meningkatkan pemahaman diri remaja dan
gambarNya. Ini artinya individu diberikan menghargai diri sendiri dengan lebih baik.
Tuhan karakter dan kualitas diri yang baik Pemberian psikoedukasi yang terdiri dari
(Sitanggang & Juantini, 2019). Menghargai diri beberapa kegiatan, seperti ceramah, sharing,
sendiri dalam perspektif Alkitab adalah permainan kelompok, dan mengerjakan tugas,
mengetahui bahwa kita diciptakan sesuai citra dinilai efektif. Hal ini terlihat dari antusiasme
Allah (Koehuan et al., 2022) sehingga sudah para peserta. Selain itu, metode kegiatan berupa
sewajarnya kita menghargai diri kita. Melalui psikoedukasi dapat membantu meningkatkan
pemahaman ini, diharapkan alih alih merasa pemahaman remaja tentang dirinya. Aktivitas
rendah diri akan kekurangannya, indvidu memberikan afirmasi positif juga menjadi cara
mampu menerima kelemahannya tanpa merasa untuk dapat meningkatkan harga diri remaja.
rendah diri dan menerima kelebihannya tanpa Psikoedukasi menghargai diri sendiri ini juga
harus menyombongkan diri, Individu akan sejalan dengan ajaran Katolik.
mengembangkan potensi dirinya sebagai salah Saran yang dapat diberikan berdasarkan
satu cara bersyukur pada Tuhan. hasil pengabdian masyarakat ini adalah
Bila peserta dan remaja pada umumnya sebaiknya memberikan alat ukur kepada peserta
memiliki mengenal dirinya sendiri maka akan sebelum dan sesudah kegiatan untuk mengetahui
dapat mengembangkan sisi positif dirinya. tingkat pemahaman dan rasa berharga yang
Remaja akan memiliki perilaku yang positif. Hal dimiliki sehingga dapat menjadi perbandingan
ini tentunya juga berdampak positif bagi dalam melihat apakah tujuan pengabdian
lingkungan di mana remaja tersebut tinggal. masyarakat ini sudah dapat tercapai atau belum.
Lingkungan menjadi kondusif dan aman. Secara Selain itu, meningkatkan harga diri remaja
makro, remaja sebagai generasi penerus bangsa tentunya tidak cukup hanya dalam sekali
akan mampu kelak membawa Indonesia menjadi pertemuan. Adanya pertemuan lanjutan dapat
negara yang aman, Makmur, adil dan sejahtera. memperkuat manfaat yang akan diperoleh
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan remaja dalam psikoedukasi ini.
abdimas ini adalah ruangan yang cukup kecil.
Sebenarnya ruangan tersebut cukup menampung 5. UCAPAN TERIMA KASIH
peserta. Tidak masalah jika kegiatan hanya Ucapan terima kasih disampaikan kepada
dirancang dalam bentuk ceramah saja. Namun berbagai pihak yang telah mendukung
ketika dilakukan aktivtas mencari pasangan berjalannya kegiatan pengabdian masyarakat ini,
untuk membandingkan kelebihan dan antara lain: pimpinan dan LPMM Universitas
kekurangan diri dengan temannya, para pseserta Katolik Widya Mandala Surabaya, para dosen di
kurang leluasa bergerak. Hal ini menjadi catatan Fakultas Psikologi, pendamping ReKat
untuk pelaksanaan abdimas ke depan, yaitu Timotius, serta para peserta yang terlibat dalam
harus mensurvey terlebih dahulu tempat kegiatan pengabdian masyarakat ini.
kegiatan akan dilaksanakan sehingga bentuk
penyampaian psiedukasi dapat disesuaikan 6. REFERENSI
dengan kondisi ruangan.
Agustin, I. M., & Handayani, S. (2017). Case
4. KESIMPULAN Report: Afirmasi Positif Pada Harga Diri
Tujuan dari pemberian kegiatan pengabdian Rendah Situasional Pasien Fraktur Femur.
masyarakat ini kepada anggota komunitas ReKat Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
79 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

13(2), 94–98. Berdasarkan Iman Kristen Melalui Peranan


https://doi.org/10.26753/jikk.v13i2.215 Pendidikan Kristen. AoEJ Academy of
Anggraeni, D. W., Mustika, S. W. A., Educational Journal, 13(1), 63–73.
Widyastuti, T., & Devi, N. R. (2020). Leovani, E., Clara, C., Ismadi, F. H., Inharjanto,
Pembekalan Bagi Anak Para Migran Dari A., & Pranoto, Y. H. (2022). Character
Timor Leste. Jurnal Abdimas Musi Building dan Bahasa Inggris di Media
Charitas, 4(1), 13–17. Sosial Siswa Sekolah Vokasi di New
https://journal.ukmc.ac.id/index.php/jpm/a Normal Era. Jurnal Abdimas Musi
rticle/view/553/500 Charitas, 6(April), 54–63.
Baron, R., & Byrne, D. (2011). Psikologi Sosial https://journal.ukmc.ac.id/index.php/jpm/a
(A. Abbas & Z. Naeemi (eds.)). Erlangga. rticle/view/553/500
Branscombe, N. R., & Baron, R. A. (2017). Lisanias, C., Loekmono, & Yustinus, W. (2019).
Sosial psychology 14th Ed. In Pearson. Hubungan antara kepercayaan diri dengan
Citra, A., & Widyarini, M. (2015). Pelatihan kecemasan progdi pendidikan sejarah uksw
Peningkatan Harga Diri Pada Remaja Panti salatiga. Jurnal Psikologi Konseling,
Asuhan Sub Unit Perlindungan Sosial 15(2), 462–473.
Asuhan Anak, Cibalagung, Bogor. Jurnal https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php
Ilmiah Psikologi Gunadarma, 8(2), /Konseling/article/view/16192
178729. Oktaviani, M. A. (2019). Hubungan Penerimaan
https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.ph Diri Dengan Harga Diri Pada Remaja
p/psiko/article/view/1641/1400 Pengguna Instagram. Psikoborneo: Jurnal
Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self- Ilmiah Psikologi, 7(4), 549–556.
esteem. W.H. Freeman and Company. - https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v7i4
References - Scientific Research .4832
Publishing. Panjaitan, M. E., & Rahmasari, D. (2021).
https://www.scirp.org/(S(i43dyn45teexjx4 Hubungan antara Social Comparison
55qlt3d2q))/reference/ReferencesPapers.a dengan Subjective Well-Being pada
spx?ReferenceID=534674 Mahasiswi Psikologi UNESA Pengguna
Du, H., King, R. B., & Chi, P. (2017). Self- Instagram. Jurnal Penelitian Psikologi,
esteem and subjective well-being revisited: 8(5), 1–14.
The roles of personal, relational, and https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/char
collective self-esteem. PLoS ONE, 12(8), acter/article/view/41318
1–17. Sholiha, S., & Aulia, L. A.-A. (2020). Hubungan
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0183 Self Concept dan Self Confidence. Jurnal
958 Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas
Febriani, Z., KInanthi, M. R., & Ranakusuma, O. Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan,
. (2019). Psikoedukasi Perilaku Online 7(1), 41–55.
Beresiko Bagi Remaja. Empowering, https://doi.org/10.35891/jip.v7i1.1954
3(Agustus), 30–40. Sitanggang, M. H., & Juantini, J. (2019). Citra
Hurlock, E. . (2012). Psikologi Perkembangan, Diri Menurut Kejadian 1:26-27, Dan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Aplikasinya Bagi Pengurus Pemuda
Kehidupan. Erlangga. Remaja GPdI Hebron-Malang.
Koehuan, N. A., Hidayat, D., & Apitula, C. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan
(2022). Penanaman Konsep Identitas Diri Pembinaan Warga Jemaat, 3(1), 49.
80 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

https://doi.org/10.46445/ejti.v3i1.118 Asuhan Anak, Cibalagung, Bogor. Jurnal


Suprihatin, T., Arjanggi, R., & Fitriani, A. Ilmiah Psikologi Gunadarma, 8(2),
(2021). Psikoedukasi Untuk Penyadaran 178729.
Potensi Positif Siswa Smk Dalam https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.ph
Mencegah Kenakalan Remaja. Abdimas p/psiko/article/view/1641/1400
Unwahas, 6(2), 126–131. Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-
https://doi.org/10.31942/abd.v6i2.5548 esteem. W.H. Freeman and Company. -
Wibawanto, S. (2021). Pemahaman " Who am I References - Scientific Research
" sebagai Upaya Mengetahui Potensi Diri. Publishing.
Journal of Community Service https://www.scirp.org/(S(i43dyn45teexjx4
Empowerment, 2(2), 116–122. 55qlt3d2q))/reference/ReferencesPapers.a
Widodo, A. ., & Prastiti, N. . (2003). Harga Diri spx?ReferenceID=534674
dan Interaksi Sosial Ditinjau Dari Status Du, H., King, R. B., & Chi, P. (2017). Self-
Sosial Ekonomi Orang Tua. Persona: esteem and subjective well-being revisited:
Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 131–138. The roles of personal, relational, and
https://jurnal.untag- collective self-esteem. PLoS ONE, 12(8),
sby.ac.id/index.php/persona/article/view/1 1–17.
00 https://doi.org/10.1371/journal.pone.0183
Wijaya, A. I. K. D. (2012). Remaja Masa 958
Depannya: Sebuah Upaya Pastoral Bagi Febriani, Z., KInanthi, M. R., & Ranakusuma, O.
Remaja. Jurnal Pendidikan Agama . (2019). Psikoedukasi Perilaku Online
Katolik, 7(4), 142–154. Beresiko Bagi Remaja. Empowering,
https://ejournal.widyayuwana.ac.id/index. 3(Agustus), 30–40.
php/jpak/article/view/164/134 Hurlock, E. . (2012). Psikologi Perkembangan,
Agustin, I. M., & Handayani, S. (2017). Case Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Report: Afirmasi Positif Pada Harga Diri Kehidupan. Erlangga.
Rendah Situasional Pasien Fraktur Femur. Koehuan, N. A., Hidayat, D., & Apitula, C.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, (2022). Penanaman Konsep Identitas Diri
13(2), 94–98. Berdasarkan Iman Kristen Melalui Peranan
https://doi.org/10.26753/jikk.v13i2.215 Pendidikan Kristen. AoEJ Academy of
Anggraeni, D. W., Mustika, S. W. A., Educational Journal, 13(1), 63–73.
Widyastuti, T., & Devi, N. R. (2020). Leovani, E., Clara, C., Ismadi, F. H., Inharjanto,
Pembekalan Bagi Anak Para Migran Dari A., & Pranoto, Y. H. (2022). Character
Timor Leste. Jurnal Abdimas Musi Building dan Bahasa Inggris di Media
Charitas, 4(1), 13–17. Sosial Siswa Sekolah Vokasi di New
https://journal.ukmc.ac.id/index.php/jpm/a Normal Era. Jurnal Abdimas Musi
rticle/view/553/500 Charitas, 6(April), 54–63.
Baron, R., & Byrne, D. (2011). Psikologi Sosial https://journal.ukmc.ac.id/index.php/jpm/a
(A. Abbas & Z. Naeemi (eds.)). Erlangga. rticle/view/553/500
Branscombe, N. R., & Baron, R. A. (2017). Lisanias, C., Loekmono, & Yustinus, W. (2019).
Sosial psychology 14th Ed. In Pearson. Hubungan antara kepercayaan diri dengan
Citra, A., & Widyarini, M. (2015). Pelatihan kecemasan progdi pendidikan sejarah uksw
Peningkatan Harga Diri Pada Remaja Panti salatiga. Jurnal Psikologi Konseling,
Asuhan Sub Unit Perlindungan Sosial 15(2), 462–473.
81 Detricia Tedjawidjaja, Dessi Christanti

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php sby.ac.id/index.php/persona/article/view/1
/Konseling/article/view/16192 00
Oktaviani, M. A. (2019). Hubungan Penerimaan Wijaya, A. I. K. D. (2012). Remaja Masa
Diri Dengan Harga Diri Pada Remaja Depannya: Sebuah Upaya Pastoral Bagi
Pengguna Instagram. Psikoborneo: Jurnal Remaja. Jurnal Pendidikan Agama
Ilmiah Psikologi, 7(4), 549–556. Katolik, 7(4), 142–154.
https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v7i4 https://ejournal.widyayuwana.ac.id/index.
.4832 php/jpak/article/view/164/134
Panjaitan, M. E., & Rahmasari, D. (2021).
Hubungan antara Social Comparison
dengan Subjective Well-Being pada
Mahasiswi Psikologi UNESA Pengguna
Instagram. Jurnal Penelitian Psikologi,
8(5), 1–14.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/char
acter/article/view/41318
Sholiha, S., & Aulia, L. A.-A. (2020). Hubungan
Self Concept dan Self Confidence. Jurnal
Psikologi : Jurnal Ilmiah Fakultas
Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan,
7(1), 41–55.
https://doi.org/10.35891/jip.v7i1.1954
Sitanggang, M. H., & Juantini, J. (2019). Citra
Diri Menurut Kejadian 1:26-27, Dan
Aplikasinya Bagi Pengurus Pemuda
Remaja GPdI Hebron-Malang.
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan
Pembinaan Warga Jemaat, 3(1), 49.
https://doi.org/10.46445/ejti.v3i1.118
Suprihatin, T., Arjanggi, R., & Fitriani, A.
(2021). Psikoedukasi Untuk Penyadaran
Potensi Positif Siswa Smk Dalam
Mencegah Kenakalan Remaja. Abdimas
Unwahas, 6(2), 126–131.
https://doi.org/10.31942/abd.v6i2.5548
Wibawanto, S. (2021). Pemahaman " Who am I
" sebagai Upaya Mengetahui Potensi Diri.
Journal of Community Service
Empowerment, 2(2), 116–122.
Widodo, A. ., & Prastiti, N. . (2003). Harga Diri
dan Interaksi Sosial Ditinjau Dari Status
Sosial Ekonomi Orang Tua. Persona:
Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 131–138.
https://jurnal.untag-

You might also like