Professional Documents
Culture Documents
OLEH
NIM. A1I117113
KENDARI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
HASIL PENELITIAN
OLEH
ROSI CAHAYA AMIN
NIM. A1I117113
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
a.n. Dekan FKIP
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
ii
KATA PENGANTAR
iii
penelitian ini agar tepat pada waktunya. Kepada penguji- penguji penulis :
Bapak Drs. Busnawir, M.Si., Bapak Drs. La Masi, M.Pd., Bapak Salim,
S.Pd. M.Pd., dan Bapak Rahmat Prajono S.Pd, M.Sc., terima kasih telah
meluangkan waktu serta berbagai saran-saran yang diberikan yang dapat
membantu dalam penyelesian skripsi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sehinggaskripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, ungkapan terima kasih
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc. selaku
rektor Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Dr. H. Jamiludin, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Dr. Awaludin, S.Pd. M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika Universitas Halu Oleo.
4. Bapak Dr. La Ode Ahmad Jazuli, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Halu Oleo.
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen pengajar pada Jurusan Pendidikan
Matematika yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dan
selalu siap melayani segala urusan akademik penulis.
6. Seluruh staf di lingkup Jurusan Pendidikan Matematika maupun
lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atas segala
fasilitas dan pelayanannya.
7. Bapak Dr. H. Kodirun, M.Pd., dan Ibu Hj. Hasnawati, S.Si, yang
telah bersedia menjadi panelis dalam penelitian ini.
8. Bapak Daniel, S.Pd, selaku Guru Matematika Kelas VIII SMP
Negeri 2 Wakorumba Selatan yang telah bersedia menjadi panelis
dalam penelitian ini serta membantu penulis dalam proses
pelaksanaan penelitian ini.
9. Terima kasih kepada Kepala dan Wakil Kepala Sekolah SMPN 1
Lohia yang telah menyambut dan mengizinkan kegiatan penelitian
iv
ini.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan penulis yakni teman-teman
seangkatan (ALGEBRA 017), teman-teman sekelas (Math
Education C) serta senior pendidikan matematika yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar skripsi ini lebih baik dan bermanfaat. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemgembangan ilmu pengetahuan dan
bagi pembaca.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 28
A Kesimpulan........................................................................................... 28
B Saran ..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan secara umum merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi
antar manusia sehingga manusia tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia
tumbuh melalui kegiatan belajar, dan belajar bukan suatu tujuan melainkan suatu
proses mencapai tujuan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara
sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang
dapat memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan
keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Secara umum
pendidikan adalah proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan
yang dilakukan suatu individu dari satu generasi ke generasi lainnya. Proses
pembelajaran ini melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia. Tujuan pendidikan matematika disekolah
menekankan siswa supaya memiliki kemampuan yang berkaitan dengan
matematika, pelajaran lain atau pun masalah yang berkaitan dengan kehidupan
nyata, kemampuan dalam matematika sebagai alat komunikasi, kemampuan
menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihkan pada setiap
keadaan seperti berpikir logis, berpikir kritis, berpikir sistematis, jujur, disiplin
dalam memandang, dan semua itu bermanfaat dalam menyelesaikan masalah –
masalah kehidupan.
Kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika juga
penting untuk ditingkatkan. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi
dari seseorang kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dengan tujuan
tertentu. (Rakhmat Jannati et al., 2017) mengemukakan bahwa komunikasi adalah
suatu kegiatan sosial yang mengakibatkan adanya interaksi dengan manusia yang
1
lain. Sebagai makhluk sosial, sudah seharusnya menganggap bahwa komunikasi
adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan. Baroody (Husna et al., 2016)
mengungkapkan bahwa siswa perlu mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis. Terdapat dua alasan mengapa siswa harus memiliki kemampuan
tersebut, yaitu: 1) matematika tidak hanya sebagai alat untuk berpikir, menentukan
rumus, atau pun hanya menyelesaikan persoalan. Namun matematika juga sebagai
alat dalam berkomunikasi dari berbagai ide yang tepat. 2) matematika sebagai alat
dalam berinteraksi antar guru maupun siswa lainnya. Proses komunikasi membantu
membangun makna dan kelengkapan gagasan dan membuat hal ini menjadi milik
publik. Ketika seorang siswa ditantang berargumentasi untuk mengomunikasikan
hasil pemikiran mereka kepada orang lain secara lisan dan tertulis, maka mereka
belajar untuk menjelaskan dan meyakinkan orang lain, mendengarkan gagasan atau
penjelasan orang lain, serta memberikan kepada siswa untuk mengembangkan
pengalaman mereka.
Kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika sangat
penting untuk dikembangkan dalam diri siswa itu sendiri. Perlu diingat bahwa
matematika bukan alat untuk sekedar berpikir, tetapi juga alat untuk
menyampaikan ide yang jelas dan tepat. Komunikasi matematis merupakan aspek
yang sangat penting yang harus dimiliki siswa bila ingin berhasil dalam studinya,
sehingga komunikasi matematis memang perlu ditumbuhkembangkan di kalangan
siswa (Umar, 2012: 1). Oleh karena itu, matematika harus disampaikan sebagai
suatu bahasa yang bermakna sedangkan di luar aspek pembelajaran matematika
sendiri yaitu dalam lingkup kehidupan sehari-hari kita selalu berkomunikasi untuk
menjalani kehidupan yang bersosial. Komunikasi antara satu dengan yang lainnya
adalah kunci utama untuk membangun kehidupan yang lebih baik, tanpa
komunikasi tidak akan mungkin terjadinya pertukaran pola pikir untuk kemajuan
bangsa ini. Sehingga diharapkan para peserta didik mampu berkomunikasi dengan
baik dan benar ketika berinteraksi dengan individu lainnya dalam lingkungan
tempat tinggalnya dan dalam konteks matematika itu khususnya.
Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan
yang berisi konteks matematika. Komunikasi matematika adalah proses
2
penyampaian ide dan pengetahuan baik secara tertulis ataupun lisan (Dewi, 2014:
1). Komunikasi matematis siswa lisan adalah proses penyampaian gagasan atau ide
dalam bentuk ujaran seseorang. Seseorang dikatakan telah melakukan komunikasi
matematis lisan jika ia berbicara dan melibatkan konteks matematika. Komunikasi
matematis siswa tulisan adalah proses penyampaian gagasan siswa dalam bentuk
tulisan. Seseorang dikatakan telah melakukan komunikasi matematis siswa tulisan
apabila ia menyajikan idenya secara tertulis. Didalam setiap kelas dipastikan
terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Rendahnya
kemampuan siswa dikarenakan oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari
luar. Faktor dari dalam antara lain kemampuan mental, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengemukakan pendapat, dan percaya diri. Faktor dari luar biasanya
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Wahid Umar (2018) menyimpulkan bahwa
komunikasi matematis merupakan salah satu jantung dalam pembelajaran
matematika,sehingga perlu ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran
matematika. Kemampuan komunikasi merupakan kemampuan dasar yang perlu
diupayakan peningkatannya sebagai kemampuan dasar lainnya. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Norma Nur Hikmawati, dkk (2019) menyimpulkan
bahwa kemampuan kemunikasi matematis siswa dengan kemampuan tinggi dapat
dikatakan sangat baik dari kemampuannya dalam mengomunikasikan ide-ide
matematis dengan baik dalam tiga aspek komunikasi matematis yaitu menulis
(written text), menggambar (drawing), dan ekspresi matematika (mathematical
expression).
Jazuli (2009: 215) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis
adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik
untuk pemecahan masalah,kemampuan siswa mengkonstruksi dan menjelaskan
sajian fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata atau kalimat,persamaan,tabel
dan sajian secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang gambar-
gambar geometri. Komunikasi matematis merupakan cara bagi siswa untuk
mengkomunikasikan ide-ide,strategi maupun solusi matematika baik secara tertulis
maupun lisan.
3
Menurut Sumarno (Elida, 2012: 180) seseorang memiliki kemampuan
komunikasi matematis dapat terlihat dari kemampuan siswa dalam : a)
menghubungkan benda nyata,gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; b)
menjelaskan ide,situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan
benda nyata, grafik, dan aljabar; c) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa
atau simbol matematika; d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika; e) membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis;
f) membuat konjektur, menyusun argumen,merumsukan definisi, dan generalisasi;
dan g) menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi
matematis merupakan proses penyampaian ide matematis baik secara lisan maupun
tertulis sehingga orang lain dapat memahaminya. Komunikasi matematis lisan
merupakan proses interaksi aktif matematika yang melibatkan aktivitas
psikomotorik seperti membaca dan memahami masalah, menginterpretasi suatu
gambar atau grafik, tanya jawab, dan sebagainya. Komunikasi matematis tertulis
merupakan proses penyaluran ide atau pikiran tentang matematika secara tertulis
seperti ujian tertulis, latihan kuis, soa, dan sebagainya.
Kemampuan komunikasi matematis tidak terlepas dari perbedaan gender.
Perbedaan gender adalah perbedaan bawaan laki-laki dan perempuan yang dapat
berubah setiap saat melalui upaya yang dilakukan. Perbedaan gender tentu
menyebabkan perbedaan fisiologi dan mempengaruhi perbedaan psikologi dalam
belajar, sehingga siswa laki-laki dan perempuan tentu memiliki banyak perbedaan
dalam mempelajari matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana deskripsi kemampuan komunikasi
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lohia ?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis
siswa - siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Lohia .
D. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyebar lebih luas, maka
diperlukan adanya batasan masalah. Kemampuan komunikasi matematika yang
akan diteliti sesuai dengan indikator komunikasi matematis yaitu : kemampuan
menulis siswa dalam menjawab soal tes dan kemampuan membuat model
matematis siswa dalam menghitung atau mencari solusi dari soal matematika.
E. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Memberikan gambaran secara umum tentang pentingnya kemampuan
komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika sebagai
bahan rujukan bagi guru sehingga guru dapat menemukan metode pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
2. Bagi Siswa
Siswa dapat mengetahui seberapa besar kemampuan komunikasi matematika
yang dimilikinya dalam pembelajaran matematika. Dan diharapkan dapat
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar matematika sebagai upaya
meningkatkan kemampuan komunikasi yang dimilikinya
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pentingnya Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dengan interaksi antar
sesamanya. Aktivitas yang terjadi memerlukan adanya komunikasi, tidak hanya
dalam kehidupan dengan lingkungan sekitarnya manusia juga memerlukan
komunikasi dalam bidang pendidikan salah satunya keterampilan matematika.
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari seseorang kepada
orang lain baik secara lisan maupun tulisan dengan tujuan tertentu. (Rakhmat
Jannati et al., 2017) mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu kegiatan sosial
yang mengakibatkan adanya interaksi dengan manusia yang lain. Sebagai makhluk
sosial, sudah seharusnya menganggap bahwa komunikasi adalah suatu hal yang
penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan sehari – hari.
Matematika merupakan suatu bahasa. Matematika sebagai suatu bahasa
tentunya sangat diperlukan untuk dikomunikasikan baik secara lisan maupun
tulisan , sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh
orang lain. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu
communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Khairani (2015:6)
dalam bukunya yang berjudul (psikologi komunikasi dalam pembelajaran) terdapat
pendapat para ahli tentang definisi komunikasi, yaitu :
1. Effendy, mendefinisikan bahwa komunikasi adalah sebagai proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menngunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam
situasi tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah
sikap atau tingkah laku seseorang atau sejumlah orang sehingga ada efek
tertentu yang diharapkan.
6
2. Evertt M. Rogers, mengatakan bahwa komunikasi adalah sebagai proses yang
didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber ke penerima
dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
3. Theodore Herbert, mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses yang
didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang ke
orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi berupa ide, gagasan dari satu pihak ke
pihak lain.
Komunikasi merupakan bentuk pelemparan pesan atau lambang yang mau
tidak mau akan menimbulkan pengaruh pada proses umpan balik, sebab dengan
adanya umpan balik, sudah membuktikan adanya jaminan bahwa pesan telah
sampai pada pendengar. Sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa mata pelajaran Matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
B. Komunikasi Matematika
Menurut Turmudi (Haerudin:2013, 184) bahwa komunikasi adalah bagian
yang essensial dari matematika dan pendidikan matematika. Bisa difahami bahwa
tanpa adanya komunikasi yang baik sangat sulit bisa mengembangkan matematika
sebagaimana tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini karena proses
komunikasi akan membantu siswa dalam membangun makna, menyampaikan
gagasan dengan benar, dan memudahkan dalam menjelaskan gagasan-gagasan
tersebut kepada orang lain sehingga informasinya mudah dimengerti dan dipahami.
Menurut Guerreiro (Izzati dan Suryadi, 2010) menyebutkan bahwa
komunikasi matematis merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan
matematika atau sebagai pondasi dalam membangun pengetahuan matematika.
Selain itu, Lindquist mengemukakan matematika merupakan suatu bahasa terbaik
dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi
7
dari mengajar, belajar, dan mengakses matematika. Dari kedua pendapat ini, bahwa
komunikasi merupakan alat bantu berupa bahasa yang sangat diperlukan dan
penting dalam proses pembelajaran, karena tanpa komunikasi matematis maka
proses pembelajaran tidak dapat terjadi. Pada proses kegiatan belajar dan mengajar
(KBM) terjadi interaksi antara guru dan siswa dengan saling berkomunikasi baik
secara lisan, tulisan, kontak mata, bahasa tubuh, dan gambar. Melalui interaksi guru
dan siswa yang baik, seorang guru dapat mengetahui kemampuan atau potensi
setiap siswa pada materi tersebut yang dilihat dari bagaimana siswa tersebut
menjawab, siswa tersebut bertanya, dan siswa tersebut dapat menginformasikan ide
matematika kepada teman atau guru. Melalui komunikasi, ide-ide dan gagasan
menjadi objek-objek refleksi dan diskusi serta pemahaman. Dengan proses
komunikasi dapat membantu membangun makna suatu gagasan untuk diketahui
publik pada proses kegiatan belajar dan mengajar, siswa dan guru.
Kemampuan komunikasi matematis mempunyai indikator pencapaian yang
perlu diraih siswa dalam pembelajaran matematika, Sumarmo (Sugandi & Benard,
2018) menjelaskan indikator tersebut yaitu: 1) mengilustrasikan suatu gambar
dalam bentuk model matematis. 2) menjelaskan ide-ide matematis baik secara lisan
maupun tulisan dalam model matematis. 3) menyusun simbol matematis
berdasarkan peristiwa sehari-hari. 4) berdiskusi tentang matematika. 5) mengulang
suatu ide matematika dengan bahasa sendiri.
Asikin (2013) berpendapat bahwa kemampuan komunikasi matematik
mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika karena :
1. Alat untuk mengeksploitasi ide matematika dan membantu kemampuan siswa
dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika.
2. Alat untuk mengukur pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan
pemahaman matematika pada siswa.
3. Alat untuk mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran
matematika siswa.
4. Alat untuk mengeksploitasi ide matematika dan membantu kemampuan siswa
dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika.
8
5. Alat untuk mengukur pertumbuhan pemahaman dan merefleksikan
pemahaman matematika pada siswa.
6. Alat untuk mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran
matematika siswa.
7. Alat untuk mengkonstruksikan pengetahuan matematika, pengembangan
pemecahan masalah, peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri,
serta peningkatan keterampilan sosial.
Menurut Sumarmo (2014), kemampuan komunikasi matematika merupakan
kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk
berkomunikasi dalam bentuk:
a. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika
b. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis,
konkrit, grafik, dan aljabar
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis
Kemampuan komunikasi matematika dapat dilihat dari dua aspek yaitu
komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan
diungkap melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Sementara yang dimaksud dengan
komunikasi matematika tulisan adalah kemampuan dan keterampilan siswa
menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk
menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan
masalah. Kemampuan ini diungkap melalui representasi matematika. Representasi
matematika siswa diklasifikasikan dalam tiga kategori:
a. Pemunculan model konseptual, seperti gambar, diagram, tabel dan grafik
(aspek drawing)
b. Membentuk model matematika (aspek mathematical expression)
c. Argumentasi verbal yang didasari pada analisis terhadap gambar dan konsep-
konsep formal (aspek written texts).
9
Menurut Sumarmo (Sumarmo,2013:20) mengidentifikasi indikator
komunikasi matematik yang meliputi kemampuan :
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika.
f. Menyusun konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan
generalisasi.
g. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam
bahasa
Untuk melihat kemampuan siswa dalam berbagai aspek komunikasi, dapat
dilihat dengan bagaimana cara siswa membuat ekspresi matematika dan
mendiskusikan masalah, baik secara tertulis maupun gambar, model matematika,
maupun dengan menggunakan bahasa sendiri. Menurut Fachruazi (2011 : 81), salah
satu model komunikasi matematis yang dikembangkan adalah komunikasi model
Cai, Lane, dan Jacobsin meliputi :
1. Menulis Matematis
Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan dari
jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara
logis dan sistematis.
2. Menggambar Secara Matematis
Pada kemampuan ini, siswa dituntuk untuk dapat melukiskan gambar,
diagram, dan tabel secara lengkap dan benar.
3. Ekspresi Matematis
Pada kemampuan ini siswa diharapkan mampu untuk memodelkan
permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau
mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.
Menurut Kadir (Hodiyanto, 2017 : 13), kemampuan komunikasi matematis
siswa dapat dilakukan dengan memberikan skor terhadap kemampuan siswa dalam
10
memberikan jawaban dari soal dengan menggambar (drawing), membuat ekspresi
matematik (mathematical expression), dan menuliskan jawaban dengan bahasa
sendiri (written). Pemberian skor jawaban siswa dapat dilihat dari :
1. Menulis (Written), Menjelaskan ide atau solusi dari suatu permasalahan
matematika atau gambar dengan menggunakan bahasa sendiri.
2. Menggambar (Drawing), Menjelaskan ide atau solusi dari suatu
permasalahan dalam bentuk gambar.
3. Ekspresi Matematika (Mathematical Expression), menyatakan masalah atau
peristiwa sehari-hari menggunakan bahasa model matematika.
Dengan demikian, berdasarkan hal tersebut tentang komunikasi matematika,
dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis dan
didukung oleh kemampuan komunikasi lisan (wawancara) yang meliputi
kemampuan menulis (written), menggambar (drawing), dan ekspresi matematika
(mathematical expression). Dengan indikator kemampuan komunikasi tertulis :
1. Menyatakan dan mengekspresikan situasi, benda nyata, dan gambar ke dalam
bahasa simbol atau model matematika mennggunakan bahasa sendiri.
2. Menyatakan, mengekspresikan, dan melukiskan ide-ide matematika ke dalam
bentuk gambar, benda nyata, grafik atau model matematika lain.
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
untuk menyajikan ide dan menyelesaikan suatu masalah matematis.
B. Proses Komunikasi Matematika
Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis.
Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha
mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Pengirim pesan melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang akan
disampaikannya dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh
penerima pesan. Penerima pesan kemudian menafsirkan atau men-decode code
yang disampaikan oleh pengirim pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai
tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen tersebut.
Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan
11
menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan
komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak- gerik,
gambar, lambing, mimik muka, dan sejenisnya. Ketercapaian tujuan merupakan
keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi tergantung pada faktor-faktor,
yaitu komunikator, pesan yang disampaikan, komunikan, konteks, dan sistem
penyampaian.
Peran faktor-faktor tersebut dalam mencapai keberhasilan komunikasi dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Komunikator (pengirim pesan) ; merupakan sumber dan pengirim pesan.
Kredibilitas komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi
pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.
b. Pesan yang disampaikan ; pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai
dengan kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang
pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima
c. Komunikan (penerima pesan) ; agar komunikasi berjalan lancar, komunikan
harus mampu menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan
kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.
d. Konteks ; komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu.
Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan komunikasi.
e. Sistem Penyampaian ; sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan
media. Metode dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus
disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik penerima pesan.
C. Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Peran guru sebagai ujung tombak keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum,
memegang peran yang sangat penting demi ketercapaian tujuan yang diharapkan.
Dalam pembelajaran matematika, seorang guru selain dituntut harus memiliki
pengetahuan yang luas, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang tidak
monoton dan membosankan, mereka juga harus memiliki keinginan yang kuat
untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Guru harus memberikan
peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan- kemampuan ini, salah satu
12
diantaranya yaitu dengan memberikan tugas-tugas matematika. Guru merupakan
bagian penting yang turut andil dalam menciptakan komunitas matematika di kelas.
Berbagai cara bisa dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis siswa, adalah sebagai berikut. Pertama, merancang
pembelajaran berupa pemilihan metode, pendekatan, strategi, dan model
pembelajaran yang meningkatakan intensitas interaksi guru dengan siswa dan antar
siswa dengan cara membuat kelompok-kelompok kecil dalam mengerjakan soal
pemecahan masalah. Karena jika siswa mengerjakan soal pemecahan masalah
matematika dengan berkelompok, siswa diberi kesempatan untuk mengamati pola,
melihat dan membuat hubungan dalam pola, membuat generalisasi, membuat
ekspresi matematikanya, dan belajar mengkomunikasikan ide/gagasan mereka
dalam menjawab soal pemecahan masalah tersebut. Ketika siswa membuat dan
berbagi beberapa representasi dari masalah yang sama, mereka akan belajar
mempertahankan pemikiran mereka dan memahami dan menerima gagasan/ ide
matematika orang lain secara cermat, analisis, kritis, dan evaluatif untuk
mempertajam membangun pemahaman konsep mereka.
Dalam hal ini, guru bertugas membantu siswa dalam memahami ide
matematika dan memonitor pemahaman matematika mereka. Kedua, memberikan
motivasi kepada siswa. Motivasi guru merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sehingga siswa terdorong belajar
dengan kemauan sendiri, menjawab pertanyaan disertai dengan alasan yang
relevan, dan mengomentari pernyataan matematika yang diungkapkan siswa
sehingga siswa menjadi memahami konsepkonsep matematika dan argumennya
bermakna. Ketiga, menyeleksi tugas-tugas yang akan diberikan. Bentuk tugas-tugas
yang diberikan harus menuntut siswa berpikir dan bernalar tentang ide-ide dan
konsepkonsep matematika, memberikan alasan (justifikasi), membuat konjektur,
menginterpretasikan, dan membuat korelasi ide-ide matematika yang penting
sehingga siswa akan termotivasi dalam mengungkapkan ide/ gagasan yang dia
miliki dalam menyelesaikan masalah. Keempat, mengukur kemampuan matematis
siswa melalui pemberian soal uraian. Beberapa soal urain yang dapat digunakan
antara lain, soal uraian eksploratif, transfer, elaboratif, dan aplikatif (Ansari, 2012).
13
Pengukuran kemampuan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan
memberikan skor terhadap kemampuan siswa dalam menjawab soal melalui
menggambar (drawing), membuat ekspresi matematik (mathematical expression),
dan menuliskan jawaban dengan bahasa sendiri (written text) (Kadir, 2008).
Pemberian skor jawaban siswa disusun berdasarkan tiga kemampuan tersebut,
yaitu: 1) Menulis (written text), yaitu menjelaskan ide atau solusi dari suatu
permasalahan atau gambar dengan menggunakan bahasa sendiri. 2) Menggambar
(drawing), yaitu menjelaskan ide atau solusi dari permasalahan matematika dalam
bentuk gambar. 3) Ekspresi matematika (mathematical expression), yaitu
menyatakan masalah atau peristiwa sehari-hari dalam bahasa model matematika
(Hodiyanto, 2016).
D. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Norma Nur Hikmawat, Dkk, 2019) dengan
judul “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Geometri Kubus Dan Balok” menyimpulkan bahwa Kemampuan
Komunikasi matematis siswa dengan kemampuan tinggi dapat dikatakan
sangat baik dari kemampuannya dalam mengkomunikasikan ide-ide
matematis dengan baik ke dalam tiga aspek komunikasi matematis yaitu
Aspek menulis (Written Text), aspek menggambar (Drawing) dan aspek
ekspresi matematika (Mathematical Expression).
2. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas IX SMP Negeri 1 Karawang Barat masih tergolong kategori rendah. Hal
ini dapat terlihat dari indikator kemampuan komunikasi matematis siswa
yang belum tercapai. Menurut Sumarmo (2017) kemampuan komunikasi
matematis dapat diukur dari enam kriteria, yaitu : a) menyatakan situasi,
gambar, diagram, atau benda lainnya ke dalam bahasa, simbol, ide atau model
matematika; b) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara lisan
atau tulisan; c) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematik, d)
membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis, e)
14
membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan desinisi, dan
generalisasi, f) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf
matematika dalam bahasa sendiri.
3. Terkait dengan metode pengembangan komunikasi matematis, Bagi tenaga
pendidik disaranka agar dapat menerapkan pendekatan pembelajaran
matematika realistik sebagai alternatif pendekatan pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar matematika dengan lebih memperhatikan siswa
kelompok yang memiliki kemampuan rendah agar siswa tersebut tidak
mengalami ketertinggalan dalam mencapai target dan tujuan pembelajaran
matematika. (Marzuki Ahmad dkk, 2018).
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Lohia yang berlokasi
di Jalan Poros Raha – Napabhale, Desa Waara, Kec. Lohia, Kab. Muna.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.1 , VIII.2 ,VIII.3 dan VIII.4
dengan jumlah siswa setiap kelasnya sebanyak 20 siswa. Kelas – kelas ini diambil
dari 7 kelas yang tersedia dan dijadikan sampel yang diasumsikan dapat mewakili
secara keseluruhan siswa yang ada di kelas VIII dan diangggap lebih kooperatif
mengingat adanya hubungan yang hangat antara guru dikelas – kelas tersebut
dengan peneliti sehingga dapat memperlancar jalannya penelitian. Berikut daftar
kelas yang menjadi sampel.
Tabel 3.1 Sampel Kelas sebagai Subjek Penelitian
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes komunikasi matematis yang berupa
beberapa butir soal yang dibuat oleh peneliti dalam bentuk isian yang memuat dari
16
beberapa materi yang terdiri dari materi perbandingan, segiempat dan segitiga ,dan
aritmetika sosial. Dimana setiap satu contoh soal terdapat satu indikator. Dan setiap
satu contoh soal mewakili satu materi yang akan dibagikan kepada seluruh siswa
sehingga kemampuan komunikasi matematis para siswa dapat diketahui dengan
menganalisa jawaban-jawaban yang telah dituangkan oleh para siswa atas soal yang
diberikan oleh peneliti.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Teks Kemampuan Komunikasi
Indikator Komunikasi
Materi No. Soal
No. Matematis
Menyelesaikan masalah
1 yang berkaitan dengan Perbandingan 1 (satu)
perbandingan ( rasio )
Menyesaikan soal
Segi Empat dan
2 penerapan bangun datar 2 (dua)
segitiga
segi empat
Menentukan Bunga
3 Aritmetika social 3 (tiga)
tunggal dan pajak
17
Hanya sedikit,
Hanya sedikit dari
Hanya sedikit dari gambar, diagram
1 model matematika
penjelasan yang benar atau tabel yang
yang benar
benar
Membuat model
matematika
dengan benar,
Melukiskan
Penjelasan secara namun kurang
diagram, gambar,
matematis masuk akal lengkap ketika
2 atau tabel namun
namun hanya sebagian menghitung dan
kurang lengkap
lengkap dan benar mendapatkan
dan benar
solusi sehingga
kurang lengkap
dan benar
Membuat model
Penjelasan secara
matematika
matematis masuk akal Melukis diagram,
dengan benar, lalu
dan benar meskipun tidak gambar, atau tabel
3 menghitung atau
tersususun baik atau secara lengkap
mendapatkan
terdapat kesalahan bahasa dan benar
solusi secara
sedikit
lengkap dan benar
18
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Skor kemampuan komunikasi matematis siswa : = x 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑎𝑙
19
Median diperoleh dari jumlah keseluruhan data dibagi 2 untuk data genap
sedangkan pada data ganjil rumus median menjadi jumlah keseluruhan data
ditambah 1 dan dibagi dua. Berikut rumus median :
𝑛
X = ( data genap )
2
𝑛 +1
X = (data ganjil ), (Satriawan, 2018).
2
Keterangan :
X = Median
n = Jumlah data.
2. Pengkategorian
Analisis pengkategorian adalah proses pengelompokkan data sesuai dengan
kategori - kategori yang telah dibuat sehingga dapat diperoleh data yang jelas dan
dapat disajikan dalam ragam tingkatan berdasarkan penilaian terhadap hasil tes para
siswa.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 80 orang siswa (absensi) yang terdiri dari 4
kelas VIII mulai dari kelas VIII (1) sampai kelas VIII (4) SMPN 1 LOHIA pada
Senin, 4 Oktober
1 Pukul 07.30-08.20 Pembagian soal tes
2022
2. Penyajian Data
Penelitian dilakukan kepada siswa kelas VIII SMPN 1 Lohia diperoleh data
yang memuat indikator komunikasi matematis seperti segi empat dan segitiga,
B. Analisis Data
21
a. Tingkat Penguasaan Siswa Kelas VIII 1
Berdasarkan hasil analisis data hasil tes kemampuan komunikasi matematis
yang dilakukan diperoleh tingkat penguasaan siswa kelas VII (1) SMP Negeri 2
Kendari untuk ketiga indikator kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dan grafik 4.1
Tabel 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Kelas VIII (1) SMP Negeri 1 Lohia
menurut Indikator Komunikasi Matematis
Tingkat Tidak
No. Indikator Kategori
Penguasaan (%) Menguasai (%)
1 Menulis 64 36 Sedang
Membentuk
2 68 32 Sedang
Model
3 Menggambar 65 35 Sedang
Dari tabel diatas, diperoleh tingkat penguasaan siswa kelas VIII 1 dari tiga
indikator yaitu menggambar, membentuk model, dan menulis dengan persentase
penguasaan siswa terhadap indikator menulis 64% dengan 36% tidak menguasai.
Tinggkat penguasaan siswa terhadap indikator membentuk model 68% dengan 32%
tidak menguasai, sedangkan tingkat penguasaan siswa terhadap indikator
menggambar 65% dengan 35% tidak menguasai.
22
Tidak
Tingkat
No Indikator Menguasai Kategori
Penguasaan (%)
(%)
1 Menulis 55 45 Sedang
Membentuk
2 68 32 Sedang
Model
3 Menggambar 64 36 Sedang
Dari tabel diatas, diperoleh tingkat penguasaan siswa kelas VIII 1 dari tiga
indikator yaitu menggambar, membentuk model, dan menulis dengan persentase
penguasaan siswa terhadap indikator menulis 55% dengan 45% tidak menguasai.
Tinggkat penguasaan siswa terhadap indikator membentuk model 68% dengan
32% tidak menguasai, sedangkan tingkat penguasaan siswa terhadap indikator
menggambar 64% dengan 36% tidak menguasai.
c. Tingkat Penguasaan Siswa Kelas VIII 3
Berdasarkan hasil analisis data hasil tes kemampuan komunikasi matematis
yang dilakukan diperoleh tingkat penguasaan siswa kelas VIII (3) SMP Negeri 1
Lohia untuk ketiga indikator kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3. Tingkat penguasaan Siswa Kelas VIII (3) SMP Negeri 1 Lohia
menurut Indikator Komunikasi Matematis
Tingkat Tidak
No. Indikator Kategori
Penguasaan (%) Menguasai (%)
1 Menulis 64 36 Sedang
Membentuk
2 68 32 Sedang
Model
3 Menggambar 60 40 Sedang
23
Dari tabel diatas, diperoleh tingkat penguasaan siswa kelas VIII 1 dari tiga
indikator yaitu menggambar, membentuk model, dan menulis dengan persentase
penguasaan siswa terhadap indikator menulis 64% dengan 36% tidak menguasai.
Tinggkat penguasaan siswa terhadap indikator membentuk model 68% dengan
32% tidak menguasai, sedangkan tingkat penguasaan siswa terhadap indikator
menggambar 65% dengan 35% tidak menguasai.
d. Tingkat Penguasaan Siswa Kelas VIII 4
Berdasarkan hasil analisis data hasil tes kemampuan komunikasi matematis
yang dilakukan diperoleh tingkat penguasaan siswa kelas VIII (4) SMP Negeri 1
Lohia untuk ketiga indikator kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada
Tabel 4.4. dan grafik 4.4
Tabel 4.4. Tingkat Penguasaan Siswa Kelas VIII (4) SMP Negeri 1 Lohia
menurut Indikator Komunikasi Matematis
No. Indikator Tingkat Penguasaan (%) Kategori
1 Menulis 50 Sedang
2 Membentuk Model 52 Sedang
3 Menggambar 61 Sedang
Dari tabel diatas, diperoleh tingkat penguasaan siswa kelas VIII 1 dari tiga
indikator yaitu menggambar, membentuk model, dan menulis dengan persentase
penguasaan siswa terhadap indikator menulis 64% dengan 36% tidak menguasai.
Tinggkat penguasaan siswa terhadap indikator membentuk model 68% dengan 32%
tidak menguasai, sedangkan tingkat penguasaan siswa terhadap indikator
menggambar 65% dengan 35% tidak menguasai.
e. Tingkat Penguasaan Siswa Keseluruhan
Dari ke- 4 tabel dan grafik sebelumnya, maka dapat ditampilkan hasil analisis
tingkat penguasaan siswa secara menyeluruh kelas VIII (1 – 4) berdasarkan
indikator sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tingkat Penguasaan Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lohia Keseluruhan
No Indikator Tingkat Penguasaan (%) Kategori
24
1 Menulis 58,25 Sedang
2 Membentuk Model 64 Sedang
3 Menggambar 62,5 Sedang
Grafik 4.5 Tingkat Penguasaan Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lohia Keseluruhan
80
70
60
50
40
30
20
10
0
VIII 1 VIII 2 VIII 3 VIII 4
Dari diagram diatas, diperoleh hasil pada kelas VIII 1 penguasaan siswa pada
indikator menggambar sebanyak 64% dengan 36% tidak menguasai. Penguasaan
terhadap indikator membentuk model sebanyak 68% dengan 32% tidak menuasai.
Tingkat penguasaan pada indikator menulis sebanyak 65% dengan 35% tidak
menguasai. Kemudian pada kelas VIII 2 penguasaan siswa pada indikator
menggambar sebanyak 55% dengan 45% tidak menguasai. Tingkat penguasaan
pada indikator membentuk model sebanyak 68% dengan 32% tidak menguasai.
Tingkat penguasaan pada indikator menulis sebanyak 64% dengan 36% tidak
menguasai. Selanjutnya pada kelas VIII 3 penguasaan siswa pada indikator
menggambar sebanyak 64% dengan 36% tidak menguasai. Tingkat penguasaan
pada indikator membentuk model sebanyak 68% dengan 32% tidak menguasai.
Tingkat penguasaan pada indikator menulis sebanyak 60% dengan 40% tidak
menguasaai. Pada kelas VIII 4 penguasaan pada indikator menggambar sebanyak
25
50% dengan 50% tidak menguasai. Tingkat penguasaan pada indikator membentuk
model sebanyak 52% dengan 48% tidak menguasai. Tingkat penguasaan pada
indikator menulis sebanyak 61% dengan 49% tidak menguasai.
2. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis
26
1 Tinggi 14 70
2 Sedang 0 0
3 Rendah 0 0
Tidak Hadir 6 30
Jumlah 20 100
Tabel 4.9. Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII (4) SMP
Negeri 1 Lohia menurut kategori tinggi, sedang dan rendah.
No. Kategori Kemampuan Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Tinggi 10 50
2 Sedang 2 10
27
3 Rendah 3 15
Tidak Hadir 5 25
Jumlah 20 100
Dari tabel 4.6 sampai 4.9 diatas, dapat dilihat bahwa kelas VIII (1) memiliki
jumlah siswa dengan kemampuan komunikasi matematis terbanyak yaitu 15 siswa,
disusul oleh kelas VIII (2) dan VIII (3) dengan jumlah siswa berkemampuan
komunikasi tinggi sama yaitu 14 siswa dan kelas VIII (4) menjadi kelas dengan
kemampuan komunikasi terendah dengan hanya 10 siswa berkemampuan
komunikasi tinggi. Selain itu, hanya di kelas VIII (4) terdapat siswa yang
berkemampuan komunikasi rendah yaitu sebanyak 3 siswa. Dari kesemua tabel
diatas, kelas VIII (1,3 dan 4) sama sama memiliki margin error 5% sedangkan kelas
VIII (2) memiliki margin error 6%.
28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Lampiran 1 Perhitungan Standar Deviasi dan Varian kelas VIII 1
No. Pengurangan Pangkat 2 Hasil Pangkat 2
1 81 - 61,4 19,62 384,16
2 81 - 61,4 19,62 384,16
3 78 - 61,4 16,62 275,56
4 81 - 61,4 19,62 384,16
5 78 - 61,4 16,62 275,56
6 81 - 61,4 19,62 384,16
7 92 - 61,4 30,62 936,36
8 96 - 61,4 34,62 1.197,16
9 96 - 61,4 34,62 1.197,16
10 85 - 61,4 23,62 556,96
11 92 - 61,4 30,62 936,36
12 92 – 61,4 30,62 936,36
13 92 - 61,4 30,62 936,36
14 92 - 61,4 30,62 936,36
15 96 - 61,4 34,62 1.197,16
Jumlah 10.142,44
𝟏𝟎.𝟏𝟒𝟐,𝟒𝟒
Sehingga nilai varian kelas VIII 1 =
𝟐𝟎
= 507,122
Sehingg nilai standar deviasinya = √507,122
= 22,386
31
Lampiran 2 Perhitungan Standar Deviasi dan Varian kelas VIII 2
No. Pengurangan Pangkat 2 Hasil Pangkat 2
1 96 – 62,4 33,6 2 1.128,96
2 100 – 62,4 37,62 1.413,76
3 96 – 62,4 33,62 1.128,96
4 92 – 62,4 29,62 876,16
5 89 – 62,4 26,62 707,56
6 92 – 62,4 29,62 876,16
7 92 – 62,4 29,62 876,16
8 81 – 62,4 18,62 345,96
9 100 – 62,4 37,62 1.413,76
10 89 – 62,4 26,62 707,56
11 81 – 62,4 18,62 345,96
12 81 – 62,4 18,62 345,96
13 78 – 62,4 15,62 243,36
14 81 – 62,4 18,62 345,96
Jumlah 10.756,24
𝟏𝟎.𝟕𝟓𝟔,𝟐𝟒
Sehingga nilai varian kelas VIII 2 = 𝟐𝟎
= 537,812
Sehingg nilai standar deviasinya = √537,812
= 23,191
32
Lampiran 3 Perhitungan Standar Deviasi dan Varian kelas VIII 3
No. Pengurangan Pangkat 2 Hasil Pangkat 2
1 78 – 59,4 18,62 345,96
2 78 – 59,4 18,62 345,96
3 78 – 59,4 18,62 345,96
4 96 – 59,4 36,62 1.339,56
5 85 – 59,4 25,62 655,36
6 78 – 59,4 18,62 345,96
7 78 – 59,4 18,62 345,96
8 89 – 59,4 29,62 876,16
9 92 – 59,4 32,62 1.062,76
10 81 – 59,4 21,62 466,56
11 78 – 59,4 18,62 345,96
12 89 – 59,4 29,62 876,16
13 92 – 59,4 32,62 1.062,76
14 92 – 59,4 32,62 1.062,76
15 100 – 59,4 40,62 1.648,36
Jumlah 11.126,2
𝟏𝟏.𝟏𝟐𝟔,𝟐
Sehingga nilai varian kelas VIII 3 = 𝟐𝟎
= 556,31
Sehingg nilai standar deviasinya = √556,31
= 23,586
33
Lampiran 4 Perhitungan Standar Deviasi dan Varian kelas VIII 3
No. Pengurangan Pangkat 2 Hasil Pangkat 2
1 92 – 53,20 38,82 1.505,44
2 85 – 53,20 31,82 1.011,24
3 96 – 53,20 42,82 1.831,84
4 96 – 53,20 42,82 1.831,84
5 85 – 53,20 31,82 1.011,24
6 100 – 53,20 46,82 2.190,24
7 92 – 53,20 38,82 1.505,44
8 81 – 53,20 27,82 772,84
9 100 – 53,20 46,82 2.190,24
10 78 – 53,20 24,82 615,04
11 30 – 53,20 -23,22 -538,24
12 30 – 53,20 -23,22 -538,24
13 30 – 53,20 -23,22 -538,24
14 70 – 53,20 16,82 282,24
Jumlah 13.132,92
𝟏𝟑.𝟏𝟑𝟐,𝟗𝟐
Sehingga nilai varian kelas VIII 4 = 𝟐𝟎
= 656,646
Sehingg nilai standar deviasinya = √656,646
= 25,625
34
Lampiran 9
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
Petunjuk :
1.Sebuah pabrik sepatu di Bali memiliki mesin pembuat sepatu. 5 mesin memiliki
waktu pembuatan 8 hari. Apabila mesin yang digunakan berjumlah 10. Berapakah
waktu yang diperlukan untuk sepatu?
2. Diketahui sebuah kubus dengan Panjang diagonal 2√3 cm. Gambarkan kubus
berdasarkan ukuran tersebut.
3.Jika Fiki menabung uang sebesar Rp1.000.000,00 dan mendapatkan bunga 7%
pertahun. Hitunglah besarnya bunga dan tabungan akhir Fiki setelah 3 Tahun
menabung ?
“Selamat Mengerjakan”
35
Lampiran 10
NO JAWABAN SKOR
1 Diketahui : a1 = 5; b1 = 8 ; a2 = 10
Ditanyakan : b2 =?
Maka nilai b2
a1/b2 = a2/b1 (Lihat rumus perbandingan
berbalik nilai)
5/b2 = 10/8 (Lakukan pengalian nilai secara
menyilang) 35
5 × 8 = 10 × b2
b2 = 40/10
b2 = 4
Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk membuat
sepatu yaitu selama 4 hari.
2 Penyelesaian :
30
3 Penyelesaian :
M = Rp1.000.000,00
P% = 7% / tahun
Lama menabung 3 tahun, artinya t = 3
Besarnya Bunga setelah 3 tahun
p
B = 𝑀 × 100 × t 35
7
B = 1.000.000,00 × 100 × 3
B = 1.000.000,00 × 0,07 × 3
36
B = Rp210.000,00
Jadi, besarnya bunga selama 3 Tahun =
Rp210.000,00
Tabungan akhir (Mn) setelah 3 Tahun
Mn = M + B
Mn = Rp1.000.000,00 + Rp210.000,00
Mn = Rp1.210.000,00
Jadi, tabungan akhirnya setelah 3 Tahun =
Rp210.000,00
37