You are on page 1of 127

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ASPEK

EXPLANATION SISWA KELAS VIII AKHWAT SMP


MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL TARAKAN

SKRIPSI

Oleh :
SULISTYASNINGSIH
16.406040.23

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ASPEK
EXPLANATION SISWA KELAS VIII AKHWAT SMP
MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL TARAKAN

SKRIPSI

Oleh :
SULISTYASNINGSIH
16.406040.23

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Aspek

Explanation Siswa Kelas VIII Akhwat SMP

Muhammadiyah Boarding School Tarakan


Nama Mahasiswa : Sulistyasningsih
Nomor Pokok Mahasiswa : 16.406040.23
Program Studi : S1 Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Jero Budi Darmayasa, M.Pd.Si Setia Widia Rahayu, M.Pd


NIP. 198404162012121001 NIDN. 1109048702

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Eka Widyawati, M.Pd


NIDN. 112098601

ii
ABSTRACT

Sulistyasningsih, 2020. “Mathematical Critical Thinking Ability


Explanation Aspects of Class VIII Students Akhwat SMP Muhammadiyah
Boarding School Tarakan” (Case Study: Tarakan City, North Kalimantan). Thesis,
S1 Mathematics Education Study Program, Borneo Tarakan University. Advisor
by: Dr. Jero Budi Darmayasa, M.Pd.Si and Setia Widia Rahayu, M.Pd.
The purpose of this research is to describe the way Eight-grade Akhwat
students of SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan Practice critical
thinking ability explanation aspect. This research was conducted for three months,
starting on June 5 – September 4, 2020 at SMP Muhammadiyah Boarding School
Tarakan.
The kind of this research is case study with qualitative approaches. The
research subjects were two students of eighth-grade Akhwat who were selected by
using purposive sampling. Data collection is done by interviews, observation, and
documentation analysis that wrote by field note and then get analyze by using data
reduction, data display, and conclusions.
The result of the research showed that of one class of eightth-grade akhwat
in SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan, there are at least two students
who did have good critical thinking ability explanation aspect who have initials
AA and NZ. Based on the result of the research it was obtained that the four
students practised critical thinking ability explanation aspect on the indicator
stating the results by: always not giving up easily and always trying to find
answers to any difficult math problems. On the indicator state the explanation by:
having a sense of empathy and not just talking in giving explanations. On the
indicator present argument by: willing to accept other opinions if they are true.

Keywords: Critical Thinking, Explanation, and Mathematic

iii
ABSTRAK

Sulistyasningsih, 2020. “Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Aspek


Explanation Siswa Kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School
Tarakan” (Studi Kasus: Kota Tarakan, Kalimantan Utara). Skripsi, Program Studi
S1 Pendidikan Matematika, Universitas Borneo Tarakan. Dibimbing oleh: Dr.
Jero Budi Darmayasa, M.Pd.Si dan Setia Widia Rahayu, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara siswa kelas VIII Akhwat
SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan melatih kemampuan berpikir
kritis matematis pada aspek explanation. Penelitian ini dilakukan 3 bulan, yaitu
mulai 5 Juni 2020 – 4 September 2020 di SMP Muhammadiyah Boarding School
Tarakan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII
Akhwat sebanyak dua orang yang dipilih dengan purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara, observasi, dan analisis
dokumentasi yang ditulis di catatan lapangan kemudian dianilisis dengan reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari satu kelas VIII Akhwat di SMP
Muhammadiyah Boarding School Tarakan, ada dua siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis matematis aspek explanation yang bagus. Berdasarkan
hasil penelitian, maka didapatkan kedua subjek yang berinisial AA dan NZ
melatih kemampuan berpikir kritis matematis aspek explanation pada indikator
menyatakan hasil dengan cara: selalu tidak mudah menyerah dan selalu berusaha
mencari jawaban dari soal matematika sesulit apapun. Pada indikator menyatakan
penjelasan dengan cara: memiliki rasa empati dan tidak asal bicara dalam
memberikan penjelasan. Pada indikator menyajikan argumen dengan cara:
bersedia menerima pendapat teman yang lebih benar.

Kata Kunci: Berpikir Kritis, Explanation, Matematika

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Kemampuan Berpikir

Kritis Matematis Aspek Explanation Siswa Kelas VIII Akhwat SMP

Muhammadiyah Boarding School Tarakan” dan merupakan tugas akhir sebagai

syarat untuk kelulusan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo

Tarakan.

2. Bapak Dr. Suyadi, S.S., M.Ed selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Borneo Tarakan.

3. Bapak Dr. Jero Budi Darmayasa, M.Pd.Si selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan arahan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Setia Widya Rahayu, M.Pd selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan arahan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya

dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu

pengetahuan selama penulis melaksanakan perkuliahan.

v
6. Orang Tua tersayang Bapak Edy Soebyantoro dan Ibu Napiah serta saudara

perempuan Rizki Dessy Sofyah yang telah banyak memberikan do’a dan

dukungan yang sangat banyak

7. Bapak Abdul Rahmad, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMP Muhammadiyah

Boarding School Tarakan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian di SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan.

8. Bapak Arief Fadlansyah S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII Akhwat

yang telah bersedia memberikan informasi yang sangat membantu.

9. Seluruh siswa kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Universitas

Borneo Tarakan angkatan 2016 yang telah banyak membantu penulis

selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.

11. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan semuanya, terima kasih

banyak atas do’a, bantuan, dukungan dan perhatiannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat melengkapi

kekurangan pada skripsi ini. Akhir kata penulis memohon maaf atas segala

kekurangan dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Tarakan, September 2020

vi
Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Batasan Masalah........................................................................................7

C. Rumusan Masalah.....................................................................................8

D. Tujuan Penelitian.......................................................................................8

E. Manfaat Penelitian.....................................................................................8

F. Definisi Operasional..................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................10

A. Kajian Teori.............................................................................................10

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis..............................................10

2. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis.....................................................13

viii
3. Indikator Aspek Explanation..............................................................16

4. Kriteria dan Kebiasaan Individu dengan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Aspek Explanation............................................................19

5. Penelitian Relevan...............................................................................24

B. Kerangka Berpikir...................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................29

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..............................................................29

B. Fokus Penelitian......................................................................................29

C. Subjek Penelitian.....................................................................................30

D. Instrumen Penelitian................................................................................33

E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................35

F. Teknik Analisis Data...............................................................................37

G. Keabsahan Data.......................................................................................39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................43

A. Hasil Penelitian........................................................................................43

B. Pembahasan.............................................................................................74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................81

A. Kesimpulan..............................................................................................81

B. Saran........................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................83

LAMPIRAN...........................................................................................................86

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir.............................................................................28

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Perbedaan Individu dengan Kemampuan Berpikir Kritis dan Tanpa

Kemampuan Berpikir Kritis...................................................................................19

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Surat Izin Observasi...........................................................................87

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian..........................................................................88

Lampiran 3. Daftar Nilai Siswa Kelas VIII Akhwat Semester Ganjil....................89

Lampiran 4. Lembar Hasil Observasi....................................................................91

Lampiran 5. Transkrip Wawancara Pra Penelitian................................................93

Lampiran 6. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Aspek Explanation.....96

Lampiran 7. Soal Kemampuan Berpikir Kritis Aspek Explanation......................97

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Berpikir Kritis Aspek Explanation

................................................................................................................................98

Lampiran 9. Pedoman Wawancara Soal Siswa....................................................100

Lampiran 10. Pedoman Analisis Berpikir Kritis Aspek Explanation Siswa.......101

Lampiran 11. Format Penilaian............................................................................104

Lampiran 12. Transkrip Wawancara Siswa Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Aspek Explanation...............................................................................................106

Lampiran 13. Indikator Berpikir Kritis Aspek Explanation................................110

Lampiran 14. Pedoman Wawancara....................................................................112

Lampiran 15. Transkrip Wawancara..............................................................124

Lampiran 16. Catatan Lapangan..........................................................................129

Lampiran 17. Dokumentasi..................................................................................140

Lampiran 18. Riwayat Hidup...............................................................................141

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan untuk

mencerdaskan dan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang

berkarakter dan dapat menghadapi setiap tantangan yang semakin kompleks.

Setiap tantangan yang muncul selalu dipengaruhi oleh perkembangan dunia, oleh

karena itu sistem pendidikan yang ada harus melatih ketrampilan-ketrampilan

yang dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan tersebut.

Irianto (2017) mengemukakan ketrampilan yang diperlukan untuk

menghadapi tantangan agar dapat berjalan sesuai dengan perkembangan dunia

yaitu pemecahan masalah yang kompleks, berpikir kritis, kreativitas, manajemen

orang, kerjasama dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan

pengambilan keputusan, orientasi layanan, negosiasi dan fleksibilitas kognitif.

Berdasarkan ketrampilan yang ada, terdapat beberapa ketrampilan yang termasuk

beberapa jenis ketrampilan matematika diantaranya pemecahan masalah, berpikir

kritis, dan kreativitas (Latif & Akib, 2016: 208). Rozakis (1998) mengungkap

bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan yang diantaranya mencakup

pemecahan masalah, kreativitas, fleksibel, mampu menangkap dan menyebarkan

pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memilih ketrampilan

berpikir kritis dalam penelitian ini.

1
2

Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dan dituntut untuk dimiliki

siswa dalam pembelajaran. Pernyataan ini sesuai dengan Permendikbud No. 81 A

Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum yang menyebutkan bahwa

kemampuan peserta didik yang diperlukan antara lain kemampuan komunikasi,

berpikir kritis dan kreatif (Kemendikbud, 2013: 7). Pernyataan tersebut juga

sejalan dengan pidato kenegaraan Bapak Presiden Joko Widodo sebagai Presiden

Republik Indonesia pada hari HUT Kemerdekaan Indonesia tahun 2019 yang

berharap agar pendidikan harus membiasakan untuk mencari sumber belajar

sendiri dan berpikir kritis (Dikti, 2019: 12).

Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dikembangkan karena akan

sangat berguna bagi siswa dalam menghadapi suatu keadaan dan dapat

menentukan kebenaran dari suatu informasi sehingga dapat memutuskan langkah

selanjutnya. Sulistiani & Masrukan (2016) menyatakan bahwa salah satu alat yang

dapat digunakan untuk mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir kritis

siswa adalah matematika. Matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang

harus dipelajari di sekolah baik pada tingkat SD, SMP, dan SMA di Indonesia.

Salah satu sekolah di Indonesia yang menerapkan hal tersebut yaitu di SMP

Muhammadiyah Boarding School Tarakan. SMP Muhammadiyah Boarding

School Tarakan merupakan salah satu tempat untuk menempuh pendidikan

jenjang SMP di Indonesia yang menggabungkan pendidikan Islam dengan

pendidikan umum.

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti melaksanakan observasi selama

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada 17 Oktober 2019 sampai 21 Januari


3

2020 di kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan Tahun

Ajaran 2019/2020. Peneliti menemukan saat pembelajaran matematika

berlangsung, terdapat siswa yang tidak mau mencatat materi sehingga catatan

siswa banyak yang kosong, tidak mau berusaha untuk menyelesaikan soal,

memilih cara menyontek serta tidak memiliki rasa tertarik untuk mengetahui

bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut. Siswa juga saat diawal pembelajaran

diminta pendapatnya mengenai suatu materi, banyak yang tidak aktif dalam

memberikan penjelasan, pendapat maupun contoh. Dan saat ditanya apakah sudah

paham mengenai materi atau belum, siswa tidak mau jujur jika belum paham.

Hal seperti ini tentu saja tidak sesuai dengan ciri-ciri seorang pemikir kritis

secara umum menurut Ruggiero (2012: 21) karakteristik pemikir kritis

diantaranya jujur, mudah tertarik dan tertantang dalam melihat suatu masalah,

berusaha keras memahami dan meningkatkan rasa ingin tahunya, memberikan

pendapat sesuai bukti dan mempertimbangkan ide-ide orang lain, serta berpikir

sebelum bertindak. Selain itu, soal ujian yang diujikan pada Ujian Akhir Sekolah

semester ganjil kelas VIII Tahun Ajaran 2019/2020 adalah soal matematika

dengan tingkat kognitif C1 (Mengingat), C2 (Memahami) dan C3 (Menerapkan).

Sementara itu, Aulia & Mukhni mengatakan bahwa untuk menguji kemampuan

berpikir kritis siswa seharusnya menggunakan soal dengan level kognitif C4

(Menganalisis), C5 (Mengevaluasi), dan C6 (Menciptakan). Namun dari hasil

yang diperoleh hanya 6 orang siswa yang mencapai nilai KKM (70), sementara

sisanya tidak tuntas.


4

Menurut Facione (1990: 5) aspek kemampuan berpikir kritis yaitu

interpretation, analysis, inference, evaluation, explanation, dan self regulation.

Menurutnya, seseorang yang berpikir kritis tidak harus memenuhi semua aspek

kemampuan berpikir kritis yang ada, namun untuk melihat kemampuan berpikir

kritis seseorang boleh memilih salah satu aspek saja dari keenam aspek yang ada.

Fokus peneliti dalam hal ini yaitu pada aspek penjelasan (explanation),

sehingga untuk melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis yang dimiliki

siswa, peneliti menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis pada aspek

explanation. Peneliti memilih aspek explanation karena pada saat observasi yang

dilakukan peneliti, setelah siswa menulis jawaban di papan tulis, guru tidak

meminta penjelasan dari siswa terkait jawaban tersebut dan langsung meminta

siswa untuk kembali ke tempat duduknya. Selain itu, saat siswa melakukan

presentasi di kelas terkait hasil diskusinya, siswa bingung ingin memulai

penjelasan dari mana dan siswa tidak menyebutkan informasi awal yang

diketahui. Siswa juga bingung dan tidak bisa menjawab saat ditanya alasan

mengapa hasilnya bisa seperti itu. Siswa cenderung diam karena tidak bisa

menjelaskan dan memberikan pendapat Sementara menyebutkan informasi awal

yang diketahui, menyatakan penjelasan dan menyatakan argumen merupakan

indikator pada aspek explanation dalam berpikir kritis matematis.

Aspek explanation dalam berpikir kritis matematis ini sangat penting,

karena dengan aspek ini, akan dilihat kemampuan siswa dalam menyajikan hasil

terkait permasalahan, mampu memberikan penjelasan maupun deskripsi akurat

terkait permasalahan, dan memberikan alasan mengenai pendapat yang telah


5

disajikan (Facione, 1990: 11). Sehingga dalam hal ini, akan sangat diketahui

apakah siswa benar-benar paham terhadap materi dan latihan soal yang diberikan,

dan tidak asal melihat hasil dari pekerjaan teman.

Peneliti memiliki asumsi bahwa ada sebagian siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis matematis yang bagus. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan observasi pada saat peneliti mengajar di kelas VIII Akhwat SMP

Muhammadiyah Boarding School Tarakan Tahun Ajaran 2019/2020, peneliti

menemukan terdapat beberapa siswa yang masih tetap berusaha untuk

mengerjakan latihan soal sesulit apapun disaat teman-temannya putus asa dalam

mengerjakan soal tersebut, rajin mencatat, selalu bersungguh-sungguh dalam

mengikuti pelajaran, dan sering bertanya karena rasa ingin tahu dan

kepeduliannya terhadap pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu

karakteristik individu dengan kemampuan berpikir kritis yaitu gigih (tidak mudah

menyerah) dalam mencari hasil yang tepat, rajin mencari informasi dan memiliki

rasa ingin tahu. (Facione, 2015: 27).

Peneliti juga menemukan siswa yang selalu rajin mencari referensi buku

lain untuk membantunya dalam menemukan jawaban yang benar. Siswa tersebut

juga sering membantu siswa lain saat kesulitan memahami materi matematika

dengan memberikan penjelasan terkait materi tersebut. Hal ini tentu sesuai dengan

beberapa indikator berpikir kritis aspek explanation yaitu menyajikan hasil dan

menyatakan penjelasan.

Selain dari observasi untuk menguatkan data yang peneliti dapatkan,

peneliti melakukan wawancara terhadap guru pengampuh mata pelajaran


6

matematika kelas VIII Akhwat untuk merekomendasikan siswa yang memiliki

kemampuan matematika bagus, sehingga dari hasil tersebut diperoleh 7 siswa

yang dianggap memiliki kemampuan matematika yang lebih bagus daripada siswa

lainnya. Peneliti melakukan wawancara terhadap tujuh siswa tersebut dengan tiga

soal kemampuan berpikir kritis pada aspek explanation (Nuharini & Wahyuni,

2008) dan menggunakan indikator menyatakan hasil, menyatakan penjelasan, dan

memberikan argumen untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa

tersebut.

Dari hasil yang diperoleh, hanya beberapa siswa saja yang mampu

menyatakan informasi dari masalah yang diberikan dengan benar, mampu

menjelaskan dan menjabarkan proses-proses jawabannya dengan akurat dan

benar, dan mampu memberikan alasan dengan bukti terkait jawaban yang telah

diberikan secara logis. Sehingga peneliti memiliki asumsi bahwa beberapa anak

tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis aspek explanation yang bagus.

Sementara siswa yang lainnya masih kesulitan dalam menyebutkan

informasi yang diberikan dari soal karena siswa tidak terbiasa dan kesulitan dalam

menetukan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian soal, kesulitan dalam

menentukan langkah-langkah penyelesaian yang tepat, kesulitan menjelaskan

langkah-langkah penyelesaian, dan kesulitan membuat alasan dari jawaban yang

diberikan karena siswa tidak dibiasakan untuk menyajikan argumen terkait

penyelesaian soal tersebut.

Selain dari observasi dan wawancara dengan siswa, peneliti juga melihat

buku catatan dari siswa tersebut dan menemukan bahwa catatannya selalu penuh
7

serta terdapat catatan kecil pada buku catatan siswa sebagai tambahan penjelasan

mengenai materi matematika. Hal ini sesuai dengan Facione (2015: 7) salah satu

ketrampilan aspek explanation adalah menulis catatan langkah-langkah prosedur

ilmiah. Peneliti juga melihat daftar nilai matematika siswa dan peneliti

menemukan bahwa siswa tersebut memiliki nilai diatas KKM dan nilai tugas yang

tidak pernah kosong. Sehingga peneliti memiliki asumsi bahwa beberapa anak

tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis yang bagus. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Siti Komariyah dan Ahdinia Fatmala Nur Laili

pada siswa kelas VIII di SMP 1 Sumbergempol, bahwa kontribusi kemampuan

berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika adalah 59,8%.

Oleh karena itu, peneliti ingin mencari tahu lebih mendalam terkait cara

siswa dengan ketrampilan berpikir kritis matematis aspek explanation yang bagus

melatih kemampuannya tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Aspek Explanation Siswa Kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah

Boarding School Tarakan”.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Penelitian hanya dilakukan pada siswa perempuan di kelas VIII Akhwat

SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan Tahun Ajaran 2019/2020

2. Kemampuan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini akan dibatasi

pada aspek explanation dengan indikator menyatakan hasil, menyatakan

penjelasan dan menyatakan argumen.


8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana siswa kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah

Boarding School Tarakan melatih kemampuan berpikir kritis matematis Aspek

Explanation?”

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara

siswa kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan melatih

kemampuan berpikir kritis matematis pada aspek explanation.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dibagikan kepada siswa lain agar dapat

melatih kemampuan berpikir kritisnya. Selain itu, hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat menambah ilmu pendidikan khususnya mengenai kempuan

berpikir kritis matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah

dalam upaya memberikan informasi kemampuan berpikir kritis matematis siswa,

serta sebagai masukan untuk guru-guru di SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan tentang pembinaan kemampuan berpikir kritis matematis.

b. Bagi Siswa
9

Penelitian diharapkan memberikan dampak positif bagi siswa, agar dapat

melatih kemampuan berpikir kritisnya sehingga dapat mencapai hasil belajar yang

maksimal.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh

pengalaman langsung dalam menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis

siswa ditinjau pada aspek explanation dalam pembelajaran matematika dan

sebagai bekal bagi peneliti ketika terjun di dunia pendidikan nanti.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai definisi yang akan

digunakan dalam penelitian ini, maka definisi yang perlu dijelaskan yaitu:

1. Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan seseorang dalam

mengelola pengetahuan untuk menentukan solusi dari permasalahan yang

ada dengan melibatkan aturan matematis.

2. Penjelasan (explanation) merupakan tahap menyatakan penalaran dengan

bukti, konseptual, metodologis, kritis, dan pertimbangan berdasarkan hasil

seseorang; dan menyampaikannya dengan argumen yang meyakinkan.


10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan kemampuan penting yang

harus dimiliki siswa dan telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Namun

sebelum dibahas mengenai kemampuan berpikir kritis, akan dibahas pengertian

berpikir dan kritis terlebih dahulu. Menurut Presseisen (dalam Abdullah 2013:

67), berpikir adalah suatu aktivitas mental agar memperoleh suatu pengetahuan.

Berpikir merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat. Pendapat lain datang

dari Sihotang (2019: 117) berpikir merupakan suatu aktivitas alamiah manusia

sebagai makhluk rasional. Berpikir dilakukan seseorang agar membantu membuat

keputusan yang sesuai dengan yang diinginkannya. Jadi, berpikir merupakan

aktivitas mental yang dilakukan sesorang untuk membuat suatu keputusan dan

memperoleh suatu pengetahuan.

Sedangkan untuk kata kritis, ada pendapat menurut Ennis (dalam

Rahmawati, 2019: 14-15), kata kritis berasal dari Bahasa yunani, yaitu kritikos

dan kriterion. Kritikos artinya mempertimbangkan, sedangkan kriterion artinya

standar atau ukuran baku. Secara etimologis kritis artinya pertimbangan yang

didasarkan pada suatu standar. Jika dikaitkan dengan kata berpikir, maka kata

berpikir kritis secara etimologi merupakan berpikir untuk memberi pertimbangan

dan menggunakan standar tertentu. Seorang pemikir kritis tidak menerima begitu
11

saja apa yang ia peroleh, namun melalui beberapa proses berpikir yang panjang

untuk menentukan langkah apa yang harus dilakukannya .

Facione (2015: 2) yang menegaskan berpikir kritis merupakan suatu

pemikiran yang baik, logis, dan rasional. Kemampuan berpikir kritis ini sangat

penting dimiliki oleh setiap individu karena dengan berpikir kritis seseorang akan

lebih berhati-hati dalam menghadapi kejadian di kehidupannya dan dapat

memutuskan dengan bijak apakah suatu informasi dapat dipercaya kebenarannya

sehingga memberikan suatu kesimpulan yang benar. Definisi lain datang dari

Ruggiero (2012: 19) yang mengatakan bahwa Kemampuan berpikir kritis adalah

suatu proses dimana seseorang dituntut untuk menentukan apakah pendapat

tersebut benar atau tidak, dengan kata lain untuk mencari suatu jawaban dari

pertanyaan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, berpikir kritis adalah kemampuan

berpikir secara logis untuk menentukan apakah suatu pendapat tersebut dapat

dipercaya kebenarannya atau tidak. Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang

untuk menentukan suatu keputusan mengenai informasi yang diperoleh sehingga

mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menghadapi permasalahan yang ada.

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menghadapi berbagai

permasalahan dalam kehidupan, dan dengan kemampuan berpikir kritis seseorang

dapat memutuskan suatu tindakan yang tepat.

Menurut Kline (dalam Runtukahu, 2016: 28), matematika adalah

pengetahuan yang tidak dapat berdiri sendiri, namun dapat membantu manusia

untuk memahami serta memecahkan permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Jika
12

matematika dihubungkan dengan kemampuan berpikir kritis, maka akan

melibatkan permasalahan yang matematis. Definisi berpikir kritis matematis lebih

lanjut dikemukakan oleh Glaser (dalam Rahmawati, 2019: 16-17) menyatakan

bahwa berpikir kritis matematis merupakan kemampuan dan disposisi matematis

yang melibatkan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, strategi kognitif

untuk menggeneralisasi, membuktikan, mengevaluasi situasi-situasi dalam

matematika yang tidak biasa. Ketika menemui persoalan matematika yang tidak

biasa, pemikir kritis akan menggunakan pengetahuan sebelumnya dan membuat

strategi untuk menemukan solusi dari persoalan matematika serta mampu

membuat kesimpulannya.

Pendapat lain diungkapkan oleh Krulik dan Rudnick (dalam Mahmuzah,

2015: 66), berpikir kritis matematis dalam matematika adalah berpikir yang

menguji, mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi setiap aspek dalam

suatu masalah atau situasi tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,

kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan seseorang dalam

mengelola pengetahuan untuk mencapai pemahaman yang mendalam dengan

membuktikan, mengevaluasi dan menggunakan aturan matematis. Seseorang

pemikir kritis tidak akan menerima begitu saja informasi yang ia dapat, namun

melalui proses berpikir yang panjang untuk membuat keputusan dan menentukan

langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Mengembangkan kemampuan

berpikir kritis matematis yaitu dari latihan-latihan, sehingga seorang pemikir kritis

mampu menyelesaikan masalah-masalah yang tidak biasa dalam permasalahan


13

matematika, kemudian akan diaplikasikan pada permasalahan di kehidupan

sehari-hari.

2. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

Sihotang (2019: 42) berpikir kritis meliputi interpretation, analysis,

evaluation, inference, explanation, serta self regulation. Aspek-aspek tersebut

menurut Facione (1990: 8-12) akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Interpretasi (interpretation) adalah proses memahami suatu makna dari

penilaian, peristiwa, pengalaman, situasi, data, konvensi, kriteria, aturan, dan

prosedur. Beberapa bentuk indikator yang menunjukkan tahap interpretasi yaitu,

mengkategorikan, menguraikan, dan menjelaskan makna.

b. Analisis (analysis) adalah proses mengidentifikasi apa yang dimaksud dan

mengidentifikasi hubungan aktual yang dapat dihubungkan antara konsep,

pertanyaan, deskripsi, pernyataan, atau bentuk lainnya dari gambaran untuk

menyatakan apa yang diyakini, hasil evaluasi, pengalaman yang diperoleh,

argumen, informasi, dan opini. Beberapa indikator yang menunjukkan tahap

analisis yaitu, menguji gagasan, menentukan gagasan, dan meneliti uraian.

c. Inferensi (inference) adalah proses mengidentifikasi dan memperoleh

elemen yang dibutuhkan untuk menggambarkan kesimpulan logis dalam bentuk

perkiraan, hipotesis dan mempertimbangkan informasi yang berkaitan serta

dengan mempertimbangkan akibat adanya data, pernyataan, prinsip, bukti,

keputusan, kepercayaan, argumen, konsep, deskripsi, dan bentuk lainnya dari

gambaran. Beberapa indikator yang menunjukkan tahap inference yaitu,

mendaftar bukti-bukti yang diragukan, membuat alternatif dugaan dan


14

menggambarkan kesimpulan dengan menggunakan penalaran deduktif atau

induktif.

d. Evaluasi (evaluation) merupakan tahap menilai kredibilitas pernyataan atau

bentuk representasi lain suatu catatan atau deskripsi dari tanggapan langsung

orang lain, hal yang pernah dialami, keadaan, penentuan, nilai yang dapat

dipercaya atau pendapat; dan juga untuk mengevaluasi kekuatan logis dari aktual

atau hubungan simpulan yang dimaksud diantara pernyataan, deskripsi,

pertanyaan atau bentuk lain dari gambaran. Beberapa indikator yang menujukkan

tahap evaluasi yaitu menilai kredibilitas hasil kerja, menilai kualitas dari gagasan

yang telah dibuat dengan menggunakan penalaran deduktif atau induktif.

e. Penjelasan (explanation) merupakan tahap menyatakan dan membenarkan

pernyataan dengan bukti, konseptual, metodologis, kritis, dan pertimbangan

secara kontekstual berdasarkan hasil seseorang; dan untuk menyampaikan hasil

pernyataan seseorang dengan bentuk argumen yang meyakinkan. Beberapa

indikator yang menunjukkan tahap explanation yaitu menetapkan hasil,

memberikan alasan prosedur, dan menyajikan argumen.

f. Pengaturan diri (self regulation) adalah tahap sadar mengenai dirinya sendiri

dalam memperhatikan kinerja ranah kognitifnya, elemen yang dipakai ketika

kinerja tersebut, dan hasil dari apa yang telah dikembangkan, terutama yang

diterapkan melalui keterampilan analisis, dan evaluasi terhadap kesimpulan

masing-masing penilaian dengan pandangan ke arah pertanyaan,

mengkonfirmasikan, memvalidasi, atau mengkoreksi salah satu alasan atau hasil


15

seseorang. Beberapa indikator yang menujukkan tahap pengendalian diri yaitu

pemeriksaan diri dan koreksi diri.

Adapun aspek dan indikator menurut kesepakatan secara internasional dari

para pakar mengenai berpikir kritis dalam pembelajaran menurut Anderson

(dalam Husnidar, dkk. 2014: 74) adalah:

a. Interpretation

1) Pengkategorian.

2) Mengkodekan (membuat makna kalimat).

3) Pengklasifikasian makna.

b. Analysis

1) Menguji dan memeriksa ide-ide.

2) Mengidentifikasi argumen.

3) Menganalisis argumen.

c. Evaluation

1) Mengevaluasi dan mempertimbangkan klien/pernyataan.

2) Mengevaluasi dan mempertimbangkan argumen.

d. Inference

1) Menyangsikan fakta atau data.

2) Membuat berbagai alternatif konjektur.

3) Menjelaskan kesimpulan.

e. Explanation

1) Menuliskan hasil

2) Mempertimbangkan prosedur.
16

3) Menghadirkan argumen.

f. Self Regulation

1) Melakukan pengujian secara mandiri.

2) Melakukan koreksi secara mandiri.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka aspek dari kemampuan berpikir kritis

terdiri dari interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, serta self

regulation Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada aspek

penjelasan (explanation).

Menurut Facione (1990: 11) explanation merupakan kemampuan untuk

menjelaskan atau menyatakan hasil pemikiran berdasarkan dari bukti dengan

argumen yang meyakinkan. Sedangkan menurut Fithriyah, dkk (2016)

explanation merupakan kemampuan yang dapat menetapkan dan memberikan

alasan secara logis berdasarkan hasil yang diperoleh. Berdasarkan pendapat para

ahli, maka aspek penjelasan (explanation) merupakan kemampuan untuk

menyatakan hasil dan memberi alasan berdasarkan bukti dan pertimbangan yang

meyakinkan.

3. Indikator Aspek Explanation

Retnowati, dkk (2019: 367) explanation yaitu kemampuan seseorang untuk

menyatakan penalaran seseorang ketika memberikan alasan atas pembenaran dari

suatu bukti, konsep, metedologi, dan kriteria logis berdasarkan informasi yang

ada, dan penalaran ini disajikan dalam bentuk argumen. Pada aspek ini siswa

mampu memberikan alasan mengenai kesimpulan yang diambil dengan

melakukan suatu pembuktian berdasarkan informasi yang telah dipelajari.


17

Indikator dari aspek explanation yang disampaikan Facione (1990: 11-12) yaitu,

menyatakan hasil, menjelaskan prosedur, dan menyajikan argumen.

a. Menyatakan hasil: untuk menghasilkan pernyataan, deskripsi atau

representasi akurat dari hasil kegiatan penalaran seseorang yang nantinya dapat

digunakan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan permasalahan

tersebut. Misalnya untuk menyatakan apa yang ditemukan seseorang mengenai

suatu permasalahan.

b. Menyatakan penjelasan: untuk menyajikan penjelasan, bukti, dan kriteologis

sehingga seseorang dapat secara akurat mencatat, mengevaluasi, menggambarkan

proses-proses itu untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain serta dapat

memperbaiki kekurangan yang diperoleh dari pandangan orang lain terhadap

penjelasan yang diberikan. Misalnya: membuat catatan langkah-langkah dari suatu

prosedur ilmiah, untuk menjelaskan pilihan seseorang dalam keperluan analisis

data; untuk menjelaskan bagaimana seseorang memahami konsep, dan untuk

menjelaskan strategi yang digunakan dalam upaya membuat keputusan dan

penyelesaian dengan cara yang masuk akal.

c. Menyatakan argumen: digunakan untuk memberikan suatu alasan,

menerima suatu pendapat, menjelaskan keberatan terhadap suatu metode, bukti

ataupun kriteria, dan untuk mempertahankan pendapat. Misalnya, seseorang

berpendapat untuk posisi atau kebijakan tertentu; untuk mengantisipasi dan

menanggapi kritik orang lain yang masuk akal, untuk mengidentifikasi dan

mengungkapkan bukti dan kontra-bukti terhadap suatu pemikiran orang lain

mengenai masalah yang terjadi.


18

Adapun indikator dari aspek explanation menurut kesepakatan secara

internasional dari para pakar mengenai berpikir kritis dalam pembelajaran

menurut Anderson (dalam Husnidar, dkk. 2014: 74) adalah:

a. Menuliskan hasil

b. Mempertimbangkan prosedur.

c. Menghadirkan argumen.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dalam penelitian ini indikator

berpikir kritis aspek explanation yang digunakan yaitu:

a. Menyatakan Hasil

Untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari aspek

explanation pada indikator ini, akan dilihat hasil penalaran siswa untuk

menganalisis dan menyimpulkan suatu permasalahan.

b. Menyatakan Penjelasan

Untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari aspek

explanation pada indikator ini, akan dilihat kemampuan siswa dalam menjelaskan

atau menjabarkan proses-proses secara akurat.

c. Menyajikan Argumen

Untuk melihst kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari aspek

explanation pada indikator ini, akan dilihat hasil dari alasan yang diberikan siswa

untuk memuaskan keberatan (bantahan) pada metode, konsep, bukti, serta kriteria

logis.
19

4. Kriteria dan Kebiasaan Individu dengan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Aspek Explanation

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat penting untuk

dimiliki siswa, namun kenyataannya tidak semua siswa memiliki kemampuan

berpikir kritis yang bagus. Seseorang perlu memiliki kemampuan berpikir kritis

dan perlu mempelajarinya, karena kemampuan tersebut sangat berguna dan

sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan sekarang dan di masa yang akan

datang (Hidayah, dkk. 2017: 129). Sihotang (2019: 62) menyatakan bahwa

karakter berpikir kritis adalah hasil pembiasaan dan terus-menerus.

Seseorang yang berpikir kritis biasanya memiliki kriteria berpengetahuan

yang luas, ingin tahu, dapat dipercaya penalarannya, berpikiran terbuka, fleksibel,

berpikiran adil dalam evaluasi, jujur dalam menghadapi sesuatu, bijaksana dalam

membuat penilaian, mau mempertimbangkan kembali, paham tentang masalah,

rajin mencari informasi yang relevan, masuk akal dalam pemilihan kriteria, fokus

dalam penyelidikan dan gigih dalam mencari hasil yang tepat (Facione, 2015: 27).

Selain itu dalam Mahmuzah (2015: 66), seseorang yang berpikir kritis akan selalu

peka terhadap informasi atau situasi yang sedang dihadapi, serta cenderung

bereaksi pada situasi atau informasi tersebut.

Berikut ini adalah tabel perbedaan individu dengan kemampuan berpikir

kritis dan individu tanpa kemampuan berpikir kritis menurut Ruggiero (2012: 21-

22).

Tabel 2. 1 Perbedaan Individu dengan Kemampuan Berpikir Kritis dan


Tanpa Kemampuan Berpikir Kritis
20

Individu Dengan Kemampuan Individu Tanpa Kemampuan

Berpikir Kritis Berpikir Kritis


Jujur pada diri sendiri dengan Berpura-pura tahu, mengabaikan

mengakui apa yang tidak ia tahu, keterbatasan dan menganggap

mengenali keterbatasannya, dan pendapatnya bebas dari kesalahan

menjadi pengawas atas kesalahan

yang dibuatnya
Menghargai masalah dan Menganggap masalah sebagai

menganggapnya tantangan ancaman atau gangguan


Selalu berusaha memahami, Berputus asa, tidak berusaha

mempertahankan rasa ingin tahu, memahami, dan tidak sabar

dan sabar terhadap kerumitan terhadap kerumitan masalah,

masalah,
Menghadapi sesuatu berdasarkan Menghadapi sesuatu berdasarkan

fakta daripada pendapat pribadi, perasaan dan tidak peduli terhadap

menunda penilaian saat bukti bukti yang ada

cukup
Tertarik dengan ide orang lain Lebih memilih ide sendiri dan

dan mau mendengarkan dengan menolak ide orang lain

baik ide tersebut meskipun tidak

sependapat dengannya,
Mengetahui bahwa setiap Mengabaikan yang benar dan

pendapat belum tentu benar selalu menerima apa yang ia lihat

sehingga harus pandai

menyaringnya
Berlatih menahan diri agar tidak Cenderung mengikuti perasaan dan
21

selalu mengikuti perasaan, dan bertindak hanya sesuai perasaan

berpikir sebelum bertindak


Sumber : Ruggiero (2012: 21-22).

Aspek explanation dalam berpikir kritis tidak terlepas dari indikator

menurut Facione (2015: 6) yaitu menyatakan hasil, menyatakan penjelasan dan

menyajikan argumen, sehingga kriteria dan kebiasaan individu dengan berpikir

kritis dalam aspek explanation akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Menyatakan hasil

Indikator ini digunakan untuk menghasilkan pernyataan, deskripsi atau

representasi akurat dari hasil kegiatan penalaran seseorang yang nantinya dapat

digunakan untuk menganalisis, mengevaluasi, atau mengamati permasalahan

tersebut seperti untuk menyatakan apa yang ditemukan seseorang mengenai sutu

permasalahan (Facione, 1990: 11). Schlick (dalam Sihotang, 2019: 21), untuk

menilai sesuatu, seseorang perlu menemukan motivasi yang sesungguhnya dari

tindakan tersebut dan tidak terhenti pada penafsiran yang dangkal. Sihotang

(2019) dalam menyatakan hasil, seseorang perlu memiliki tujuan, melakukan

pertimbangan terus-menerus, kecermatan, keakuratan dan menerapkan metode-

metode berpikir sehingga menghasilkan hasil yang valid, kuat dan benar dan

menghindari sikap sok tahu (pura-pura paham). Bobot berpikir kritis juga

bertumpu pada kemampuannya dalam menghadapi realitas kehidupan dan

mengasah diri secara terus-menerus, ingin tahu, serta berpikir sebelum bertindak,

sehingga hasil yang diperoleh akan sangat meyakinkan. Untuk menyatakan hasil

dengan baik, tidak dapat dilakukan tanpa fakta data atau informasi, sehingga

sangat diperlukan sumber-sumber informasi yang dapat mendukung data.


22

Sehingga apapun hasil yang didapatkan, ia selalu yakin karena telah menemukan

alasan yang rasional. Facione (2015: 27) menambahkan seseorang yang berpikir

kritis biasanya memiliki kriteria, ingin tahu, fokus dalam penyelidikan, gigih

dalam mencari hasil yang tepat, rajin dalam mencari informasi yang relevan.

b. Menyatakan penjelasan

Indikator ini digunakan untuk menyajikan penjelasan, bukti, dan kriteologis

sehingga seseorang dapat secara akurat mencatat, dan menggambarkan proses-

proses itu untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, serta dapat memperbaiki

kekurangan yang diperoleh dari pandangan orang lain terhadap penjelasan yang

diberikan. Misalnya: membuat catatan langkah-langkah dari suatu prosedur

ilmiah, untuk menjelaskan bagaimana seseorang memahami konsep, untuk

menjelaskan strategi yang digunakan dalam upaya membuat keputusan dengan

cara yang masuk akal (Facione, 1990: 11). Dalam memberikan penjelasan

seseorang tidak boleh asal bicara dan tidak boleh menyampaikan hal yang tidak

jelas, melainkan harus ada dasarnya.

Indikator ini akan lebih baik jika disertakan dengan rasa empati, karena

seseorang dapat menjelaskan strategi yang digunakan untuk membuat keputusan

sehingga dapat membantu orang tersebut keluar dari permasalahannya. Hal ini

sejalan dengan Sihotang (2019: 40) yang menambahkan bahwa orang yang

berpikir kritis memiliki kepedulian (rasa empati) terhadap situasi buruk yang

dialami oleh orang lain dan berupaya untuk membantu orang itu keluar dari situasi

tersebut. Dengan rasa empati tersebut, dapat digunakan siswa untuk membantu

memberikan penjelasan materi kepada siswa lain yang belum paham.


23

c. Menyatakan argumen

Indikator ini digunakan untuk memberikan suatu alasan, menerima suatu

pendapat, menjelaskan keberatan terhadap suatu metode, bukti ataupun kriteria,

dan untuk mempertahankan pendapat. Misalnya, seseorang berpendapat terhadap

sesuatu; untuk mengantisipasi dan menanggapi kritik orang lain, untuk

mengungkapkan bukti dan kontra-bukti terhadap suatu pemikiran orang lain

mengenai masalah yang terjadi (Facione, 1990: 12). Individu yang berpikir kritis

pada indikator ini sering mengajukan berbagai pertanyaan jika ada kebingungan

pada suatu teori dan tidak asal menerima pendapat orang lain begitu saja,

melainkan menyaringnya terlebih dahulu. Salah satu karakter pemikir kritis

menurut Ruggiero (2012: 21-22) adalah menyatakan pendapat sesuai dengan

bukti, dan jika belum cukup bukti maka lebih baik menunda pernyataannya dulu.

Selain itu, menurutnya kriteria lain individu berpikir kritis adalah tertarik dengan

ide orang lain dan mau mendengarkan dengan baik ide tersebut meskipun tidak

sependapat dengannya. Tertarik disini bukan berarti menerima, sehingga orang

yang berpikir kritis akan selalu terbuka dalam melihat berbagai informasi dari

sudut pandang yang berbeda dan tidak menganggap bahwa pendapatnya adalah

yang terbaik. Sihotang (2019: 20-28) juga mengatakan bahwa salah satu

penghambat berpikir kritis adalah sikap egosentris. Artinya, boleh orang yang

berpikir kritis mengungkapkan pendapatnya, namun harus berhati-hati sikap

egosentris. Egosentris ini menganggap bahwa pandangan dan penilaian diri

sendiri lebih unggul dari pada orang lain. Sikap ini menjadikan pribadi seseorang

yang tidak ingin mendengarkan dan menerima pendapat orang lain, padahal bisa
24

saja kebenaran datang dari pendapat orang lain dan setiap penilaian akan sesuatu

harus selalu dilakukan dengan objektif bukan subjektif yang menurutnya benar

jika sesuai yang dia inginkan.

Indikator menyatakan argumen salah satunya juga digunakan untuk

mempertahankan pendapat, namun jangan sampai menganggap bahwa

pendapatnya adalah yang paling benar sehingga menolak kebenaran yang

sesungguhnya. Selain itu dalam menerima pendapat, haruslah melalui berbagai

pertimbangan, berpikir objektif, hati-hati, menyaringnya dan tidak langsung

menerima, karena jika langsung menerima pendapat yang belum teruji

kebenarannya, maka ini merupakan salah satu penghambat berpikir kritis.

Ruggiero (2012: 21-22) menambahkan bahwa salah satu kriteria berpikir

kritis pada indikator ini adalah mengakui keterbatasannya. Hal ini sejalan dengan

Sihotang (2019: 39) orang yang berpikir kritis sesungguhnya menyadari

keterbatasan diri dan karena keterbatasan tersebut ia membuka diri dengan mau

belajar dari orang lain sehingga selalu mendengarkan pendapat dari orang lain.

Orang ini tidak merendahkan orang lain dan selalu rendah hati.

5. Penelitian Relevan

Penelitian relevan yang berhubungan dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh Feridia, dkk (2017)

dengan judul “Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Aspek Explanation

Dalam Penyelesaian Masalah Perbandingan di SMP”. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk

memberikan gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari


25

aspek explanation dalam penyelesaian masalah materi perbandingan. Dalam

penelitian ini menggunakan 3 indikator, yaitu menyatakan hasil, menjelaskan

prosedur dan menyajikan argumen. Hasil dari penelitian ini yaitu kemampuan

berpikir kritis siswa ditinjau dari aspek explanation beragam, ada yang tinggi dan

sedang. Indikator yang tergolong tinggi adalah indikator menjelaskan prosedur,

sementara indikator menyatakan hasil dan menyatakan argumen tergolong sedang.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti

adalah sama-sama mengkaji kemampuan berpikir kritis pada aspek explanation,

namun yang berbeda dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan dan

tujuan penelitian. Pada penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif dengan

tujuan untuk untuk memberikan gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis

siswa ditinjau dari aspek explanation dalam penyelesaian masalah materi

perbandingan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan

menggunakan metode kualitatif studi kasus dengan tujuan mengetahui cara siswa

kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan melatih

kemampuan berpikir kritis matematisnya.


26

B. Kerangka Berpikir

Setiap tantangan yang muncul selalu dipengaruhi oleh perkembangan dunia,

oleh karena itu sistem pendidikan yang ada harus melatih ketrampilan-ketrampilan

yang dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan kemajuan dunia. Salah satu

ketrampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan agar dapat berjalan

sesuai dengan kemajuan dunia yaitu kemampuan berpikir kritis.

Menanggapi pernyataan tersebut, maka peneliti melaksanakan observasi

selama Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada 17 Oktober 2019 sampai 21

Januari 2020 di kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan tahun pembelajaran 2019/2020 semester genap. Peneliti menemukan saat

pembelajaran matematika berlangsung, terdapat siswa yang senang bila guru

langsung memberikan jawaban dari soal, malas mengerjakan latihan soal yang

diberikan oleh guru dan tidak ada rasa ingin tahu dan pensaran mengenai

pembelajaran. Namun peneliti memiliki asumsi bahwa ada sebagian siswa yang

memiliki kemampuan berpikir kritis matematis yang bagus. Hal ini dapat dilihat

dari siswa yang masih tetap berusaha untuk mengerjakan latihan soal sesulit

apapun disaat teman-temannya putus asa dalam mengerjakan soal tersebut, rajin

mencatat, selalu bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran, dan sering

bertanya karena rasa ingin tahu dan kepeduliannya terhadap pembelajaran.

Aspek kemampuan berpikir kritis yaitu interpretation, analysis, inference,

evaluation, explanation, dan self regulation. Menurutnya, seseorang yang berpikir

kritis tidak harus memenuhi semua aspek kemampuan berpikir kritis yang ada,

sehingga untuk melihat kemampuan berpikir kritis seseorang boleh memilih salah
27

satu aspek saja dari keenam aspek yang ada. Fokus peneliti dalam hal ini yaitu

pada aspek penjelasan (explanation).

Selain dari observasi, peneliti melakukan wawancara terhadap guru

pengampuh mata pelajaran matematika kelas VIII Akhwat untuk

merekomendasikan siswa yang memiliki kemampuan matematika bagus, sehingga

dari hasil tersebut diperoleh 7 siswa yang dianggap memiliki kemampuan

matematika lebih bagus daripada siswa lainnya. Peneliti melakukan wawancara

terhadap tujuh siswa tersebut dengan tiga soal kemampuan berpikir kritis pada

aspek explanation dan menggunakan indikator menyatakan informasi,

menyatakan penjelasan, dan memberikan argumen untuk melihat kemampuan

berpikir kritis matematis siswa tersebut. Dari hasil yang diperoleh, hanya

beberapa siswa saja yang memiliki kemampuan berpikir kritis aspek explanation

yang bagus.

Oleh karena itu, peneliti ingin mencari tahu lebih mendalam terkait cara

siswa dengan ketrampilan berpikir kritis matematis aspek explanation yang bagus

melatih kemampuannya tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Siswa Kelas VIII Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan (Studi Kasus Pada Aspek Explanation)”.


28

Pendidikan Tantangan
Perkembangan Dunia

Kemampuan yang
dibutuhkan

Kemampuan Berpikir
Kritis

Aspek Kemampuan
Berpikir Kritis

Aspek Explanation

Fakta Kemampuan Berpikir


Kritis Matematis Siswa

Cara Siswa Melatih Kemampuan Berpikir Kritis


Matematis (Aspek Explanation)

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir


29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Strauss (dalam Ahmadi, 2016), penelitian kualitatif adalah

suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak diperoleh dari alat

statistik atau alat kuantifikasi lainnya. Adapun jenis penelitian ini adalah studi

kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dibutuhkan untuk meneliti atau

mengungkap secara utuh dan menyeluruh terhadap kasus (Gunawan, 2013: 113).

Studi kasus pada umumnya merupakan suatu penelitian mengenai seseorang atau

satuan sosial dan peneliti berusaha untuk menyelidikinya secara mendalam

(Dantes, 2012: 51).

B. Fokus Penelitian

Fokus Penelitian adalah pembatasan masalah karena terlalu luasnya masalah

(Prastowo, 2016: 133). Adapun fokus penelitian ini adalah aspek explanation pada

kemampuan berpikir kritis matematis siswa, sehingga akan digunakan indikator

pada aspek explanation untuk melihat cara siswa melatih kemampuan berpikir

kritis matematis (aspek explanation) siswa kelas VIII Akhwat SMP

Muhammadiyah Boarding School Tarakan. Peneliti memilih aspek explanation

karena pada saat observasi yang dilakukan peneliti, setelah siswa menulis jawaban

di papan tulis, guru tidak meminta penjelasan dari siswa terkait jawaban tersebut

dan langsung meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya. Selain itu, saat
30

siswa melakukan presentasi di kelas terkait hasil diskusinya, siswa bingung ingin

memulai penjelasan dari mana dan siswa tidak menyebutkan informasi awal yang

diketahui. Siswa juga bingung dan tidak bisa menjawab saat ditanya alasan

mengapa hasilnya bisa seperti itu. Siswa cenderung diam karena tidak bisa

menjelaskan dan memberikan pendapat Sementara menyebutkan informasi awal

yang diketahui, menyatakan penjelasan dan menyatakan argumen merupakan

indikator pada aspek explanation dalam berpikir kritis matematis.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang penting perannya dalam penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Akhwat yang

sedang belajar di SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan. Dari siswa

kelas VIII Akhwat tersebut, peneliti meminta rekomendasi siswa yang memiliki

kemampuan matematika yang bagus dari guru pengampuh pelajaran matematika.

Peneliti mendapatkan tujuh siswa. Melalui observasi seperti melihat keseharian

siswa di kelas, apa saja yang dilakukan siswa di kelas, sikap siswa terhadap

pembelajaran matematika; wawancara dengan guru pengampuh mata pelajaran

matematika di kelas VIII Akhwat; wawancara dengan siswa melalui soal berpikir

kritis matematis aspek explanation dan analisis dokumentasi berupa nilai harian

siswa yang tidak pernah kosong dan selalu diatas KKM (70), serta buku catatan

matematika siswa yang selalu dilengkapi catatan tambahan dengan menggunakan

kata-kata sendiri, maka ditemukan siswa yang benar-benar memiliki kemampuan

berpikir kritis (aspek explanation), yaitu dua siswa yang berinisial AA dan NZ.

Pemilihan kedua subjek ini sesuai dengan pernyataan Creswell (2014:239) yaitu
31

dalam penelitian kualitatif biasanya peneliti hanya menggunakan satu hingga dua

subjek penelitian.

Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling. (Dantes, 2012: 46) teknik purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel berdasarkan pada ciri atau karakteristik (tujuan) yang

ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Teknik purposive sampling dilakukan

dengan pertimbangan yang cermat dan strategis dari peneliti untuk memilih

sampel. Pada penelitian ini, subjek dipilih berdasarkan rekomendasi dari guru

pengampuh matematika kelas VIII-Akhwat yang memberikan 7 siswa dengan

kemampuan matematika yang bagus.

Selain itu, terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan peneliti dalam

menentukan subjek penelitian yaitu dengan memilih siswa yang responsif dan

komunikatif. Selain siswa yang dijadikan subjek penelitian, peneliti juga

memerlukan beberapa informan untuk menambah data atau informasi mengenai

subjek yang diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa

Siswa merupakan informan yang peneliti pilih untuk memberikan informasi

mengenai subjek penelitian berdasarkan apa saja yang dilakukan siswa di kelas,

sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, dan cara belajar yang ia lakukan.

2. Guru

Guru merupakan informan yang peneliti pilih untuk memberikan informasi

mengenai subjek penelitian berdasarkan penilaian di lingkungan sekolah.

3. Musyrifah (Pengasuh Santri di Pesantren)


32

Musyrifah (pengasuh santri di pesantren) merupakan informan yang peneliti

pilih untuk memberikan informasi mengenai subjek penelitian berdasarkan

kebiasaan siswa di pesantren, apa saja yang dilakukan siswa di pesantren, sikap

siswa, dan cara belajarnya yang di pesantren.

4. Orang Tua

Orang tua merupakan informan yang peneliti pilih untuk memberikan

informasi mengenai subjek penelitian berdasarkan kebiasaan siswa di rumah, hal

apa saja yang dilakukan siswa di rumah, sikap siswa, dan cara belajarnya di

rumah.

5. Teman Dekat Siswa

Teman dekat siswa merupakan informan yang peneliti pilih untuk

memberikan informasi mengenai subjek penelitian berdasarkan apa saja yang

dilakukan siswa di kelas, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, dan

perilakunya saat di sekolah.

Berdasarkan subjek penelitian tersebut, berikut ini beberapa alasan mengapa

peneliti memilih lokasi penelitian di SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan, yaitu:

1. Adanya permasalahan yang didapatkan peneliti selama melakukan observasi

pada saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)

2. Karena lokasi SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan yang dekat

dengan tempat tinggal peneliti.


33

3. Peneliti cukup mengenal lingkungan sekolah dan warga sekolah terutama

guru matematika dan siswa di SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti

untuk pengambilan data di lapangan. Intrumen penelitian yang digunakan oleh

peneliti adalah instrumen utama (peneliti) dan alat bantu seperti lembar observasi

dan pedoman wawancara.

1. Instrumen utama

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitiannya adalah manusia, yaitu

peneliti sendiri (Ahmadi, 2014: 103). Hanya manusia sebagai instrumen yang

dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak wajah, serta

memahami perasaan dan nilai yang terdapat pada ucapan dan perbuatan responden

(Prastowo, 2016: 43). Menurut Putera (2011: 28-30) saat peneliti berada di

lapangan, maka peneliti harus memiliki karakteristik :

a. Bersikap terbuka, yaitu tidak menutup diri terhadap berbagai informasi yang

diperoleh di lapangan.

b. Sangat berhati-hati dalam berkomunikasi maupun membangun hubungan

dengan orang, apalagi dalam memilih subjek penelitian.

c. Sabar, yaitu menyadari sepenuhnya bahwa membangun komunikasi dengan

orang sampai diterima dan dipercaya sehingga mau memberikan informasi yang

diperlukan sangat membutuhkan waktu.


34

d. Menjadi pendengar yang baik dan efektif sehingga dapat memperoleh

informasi yang mendalam dan dapat menggali lebih dalam lagi.

e. Jangan mudah percaya dan terburu-buru dalam membuat kesimpulan,

artinya setiap informasi yang diperoleh harus dibuat kesimpulan sementara atau

hipotesis yang perlu diuji lagi dengan triangulasi.

f. Adaptif, yaitu cerdas menempatkan diri, seperti menggunakan pakaian yang

sesuai dengan komunitas yang sedang diteliti.

g. Ramah, sopan dan mudah tersenyum dari awal hingga akhir penelitian.

h. Sensitif, yaitu sangat memahami apa yang terjadi meskipun tidak dikatakan

oleh subjek penelitian.

i. Toleran, dapat memahami perbedaan yang ada dalam realitas dan di antara

banyak orang, serta mampu memanfaatkan perbedaan untuk menggali informasi

atau data.

j. Empati, yaitu mampu memahami dan menghayati apa yang orang lain

rasakan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan alat bantu yang digunakan sebagai lembar

pengamatan dan berisi catatan yang diperoleh peneliti saat melakukan observasi di

lapangan. Lembar observasi akan membantu peneliti dalam mengingat apa yang

terjadi saat berada di lapangan dan dapat dijadikan bukti oleh peneliti.

3. Pedoman Wawancara
35

Pedoman wawancara merupakan alat bantu yang digunakan sebagai bahan

untuk melakukan wawancara dan berisi beberapa pertanyaan yang digunakan saat

mencari dan menggali data di lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu observasi,

wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan triangulasi teknik.

1. Observasi

Guritno, dkk (2011: 134) menjelaskan observasi merupakan suatu kegiatan

pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian untuk

mengetahui kegiatan yang dilakukan objek. Observasi dapat dibedakan menjadi

partisipasi pasif dan partisipasi aktif. Ahmadi (2014: 171) menjelaskan bahwa

dalam partisipasi pasif, peneliti hadir di lapangan namun tidak terlibat dalam

aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian. Sementara partisipasi aktif,

peneliti terlibat dalam kegiatan subjek yang sedang diamati. Observasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah partisipasi pasif, yaitu peneliti berada di

lapangan saat subjek melakukan kegiatannya, namun peneliti tidak ikut terlibat

dalam kegiatan tersebut.

2. Wawancara

Herdiansyah (2013: 34) menjelaskan wawancara adalah proses interaksi

komunikasi yang dilakukan dengan melibatkan setidaknya dua orang dimana arah

pembicaraannya mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Wawancara yang

dilakukan merupakan proses untuk bertukar informasi melalui tanya jawab antara
36

pewawancara dengan informan atau narasumber. Wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang sering digunakan pada penelitian kualitatif.

Pada penelian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi

terstruktur. Wawancara tersebut lebih tepat digunakan pada penelitian kualitatif,

hal ini dikarenakan peneliti membuat garis besar pokok pembicaraan, namun

dalam pelaksanaannya peneliti diberikan kebebasan dalam bertanya, dan pokok-

pokok pertanyaan yang telah dirumuskan tidak perlu secara berurutan

dipertanyakan kepada subjek. Tujuan dari melakukan wawancara jenis ini yaitu

untuk menemukan permasalahan dengan lebih terbuka, dimana narasumber

diminta pendapat dan idenya (Sugiyono, 2015: 320).

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari

dokumen dan rekaman (Gunawan, 2013: 176). Dokumentasi bertujuan untuk

memperoleh data langsung dari lapangan, seperti buku-buku yang relevan,

peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, serta data yang

berkaitan dengan penelitian. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, maupun kebijakan.

Sementara yang berbentuk gambar seperti foto, gambar hidup, dan sketsa

(Guritno, dkk. 2011: 137). Teknik dokumentasi dapat berguna karena memberikan

latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian dan dapat dijadikan

bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data (Prastowo, 2016: 229).

Dokumentasi merupakan pelengkap dari wawancara dan observasi yang dilakukan

oleh peneliti di lapangan.


37

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Catatan lapangan dibuat oleh peneliti setiap kali

melakukan observasi (pengamatan), wawancara atau pada setiap kegiatan yang

berhubungan dengan penelitian. Peneliti harus mencatat setiap kejadian yang

dilakukan dalam penelitiannya. Catatan lapangan juga dilengkapi dengan catatan

pribadi, dugaan-dugaan peneliti yang timbul saat penelitian, dan refleksi yang

dapat membantu peneliti untuk menjaga dan menggambarkan apa saja yang telah

didapatkan saat penelitian (Gunawan, 2013: 185).

5. Triangulasi Teknik

Denzin (dalam Gunawan, 2013: 218), menyatakan triangulasi adalah

penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu.

Sedangkan triangulasi teknik (Sugiyono, 2015: 330) adalah teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, yaitu

dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Susan Stainback

(Sugiyono, 2015: 330) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk

mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, namun lebih pada peningkatan

pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

F. Teknik Analisis Data

Brannen (dalam Munawaroh, 2012: 83) menjelaskan analisis data adalah

rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan dan penafsiran data agar sebuah

fenomena memiliki nilai akademis dan ilmiah. Tahap analisis data dilakukan

sebelum, selama dan setelah selesai di lapangan. Pada tahap ini, data diolah
38

sedemikian rupa sehingga peneliti berhasil menentukan kebenaran yang dapat

dipakai sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik analisis data antara lain data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verifikation.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data (Prastowo, 2016: 242) adalah suatu proses pemilihan,

penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Data yang didapatkan dari lapangan memiliki jumlah yang cukup banyak,

sehingga perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data

berarti membuat ringkasan, memilih hal-hal pokok, dan dicari polanya. Sehingga

setelah data direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

Cara mereduksi data pada penelitian ini adalah dengan memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, memisahkan yang tidak perlu dan

dicari polanya dari data yang diperoleh. Setelah selesai mereduksi data, maka

dapat dilanjutkan ke langkah analisis selanjutnya yaitu penyajian data.

2. Data Display (Penyajian Data)

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah penyajian data. Miles dan

Huberman (dalam Munawaroh, 2012: 85) mengemukakan bahwa penyajian data

adalah menyajikan sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data yang

sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif (Prastowo, 2016: 245). Dengan menyajikan data, maka akan lebih

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencakan langkah

selanjutnya berdasarkan dari apa yang telah dipahami. Cara penyajian data yang
39

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teks naratif sehingga

dapat memudahkan peneliti dalam menganalisis data.

3. Conclusion Drawing/Verifikation (Kesimpulan/Verifikasi)

Langkah selanjutnya dalam teknik analisis data adalah penarikan

kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan sifatnya masih sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan adanya bukti yang kuat dan mendukung pada

tahap pengumpulan berikutnya (Sugiyono, 2015: 345). Kesimpulan pada

ppenelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada dan

temuan ini dapat berupa gambaran atau deskripsi suatu objek yang sebelumnya

masih belum jelas sehingga setelah diselidiki menjadi lebih jelas (Prastowo, 2016:

250).

G. Keabsahan Data

Sugiyono (2015: 368-378) mengemukakan uji keabsahan dalam penelitian

kualitatif yakni, uji kredibility, transferability (validitas eksternal), dependability,

dan konfirmability.

1. Uji Kredibility

Uji kredibility adalah uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif. Dalam penelitian ini, uji kredibilitas yang digunakan adalah triangulasi

dan member check.

a. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari sumber-sumber dengan

berbagai cara serta berbagai waktu. triangulasi dapat dibedakan menjadi

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.


40

1) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu guru, teman murid yang bersangkutan

dan orang tuanya. Data yang telah ada dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan yang selanjutnya diminta kesepakatan (member

check) dengan tiga sumber data tersebut.

2) Triangulasi teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama namun dengan teknik yang berbeda, yaitu observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Jika dengan teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda,

maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan untuk memastikan data yang dianggap benar.

3) Triangulasi waktu

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama namun pada waktu dan situasi yang berbeda. Peneliti melakukan

wawancara di pagi hari, siang hari maupun di sore hari sesuai dengan waktu yang

disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian.

b. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti dari

informan. Tujuan dari member check ini yaitu untuk mengetahui kesesuaian data

yang diberikan oleh pemberi data. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan

data kepada siswa sebagai subjek penelitian. Data yang diperoleh peneliti harus

diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi dan informan lainnya,
41

sehingga data yang diperoleh benar-benar memiliki kesesuaian oleh pemberi data

(Satori & Komariah, 2011: 172)

2. Pengujian Transferability

Pengujian transferability menunjukkan derajad ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Suatu

penelitian yang memiliki tranferbilitas yang tinggi, akan banyak dicontoh dan

dipelajari lebih lanjut untuk penelitian yang lain. Oleh karena itu, peneliti dalam

membuat laporannya harus memberikan uraian yang detail, jelas, rinci dan dapat

dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian

tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan

hasil penelitian tersebut ditempat lain atau bisa diaplikasikan kepada orang-orang

yang berada disekitarnya. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran

yang sedemikian jelasnya, maka dapat diberlakukan (tranferability), maka laporan

tersebut memenuhi standar transferabilitas.

3. Pengujian Dependability

Uji Dependability pada penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian. uji ini dilakukan dengan meminta

auditor atau pembimbing untuk mengaudit aktivitas yang dilakukan oleh peneliti

ketika melakukan penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat

menunjukkan proses saat melakukan penelitian namun dapat menghasilkan data,

maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.

Cara pengujian ini dapat dilakukan oleh auditor yang independen atau

pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan


42

penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki

lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh

peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan jejak aktivitas

lapangannya, maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan

Berdasarkan urauian tersebut, maka pengujian depenabilitas dalam

penelitian ini yaitu dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian yang

dilakukan oleh seorang auditor atau pembimbing.

4. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability hampir sama dengan uji

dependability, sehingga dapat dilakukan secara bersama. Pengujian konfirmability

artinya menguji hasil penelitian dan dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila

hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak

orang. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan

proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses

penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

konfirmability.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pengujian konfirmability dalam

penelitian ini yaitu dengan cara melaporkan proses pengumpulan data dan adanya

audit dari pembimbing yang dilakukan bersamaan dengan pengujian

depenabilitas.
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh peneliti selama penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan

yang dimulai sejak tanggal 5 Juni 2020 sampai 4 September 2020. Peneliti akan

memaparkan gambaran umum subjek penelitian dan dilanjutkan dengan deskripsi

hasil yang peneliti peroleh di lapangan.

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

a. Subjek AA

AA merupakan salah satu siswa yang bersekolah di SMP Muhammadiyah

Boarding School Tarakan dan merupakan seorang anak perempuan berumur 13

tahun yang lahir di Tarakan pada tanggal 1 Februari 2007. AA beragama Islam

dan bersuku Bugis. AA adalah anak tunggal dari pasangan Bapak HA dan ibu ER.

AA dan keluarganya tinggal di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pekerjaan ayah AA

adalah sebagai PNS Bandara, sedangkan ibu AA adalah ibu rumah tangga. AA

memiliki hobi membaca buku. Menurutnya, mata pelajaran yang disukai oleh AA

di kelas adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Keadaan jasmani dari AA

yaitu ia memiliki tinggi badan 154 cm dengan berat badan 56 kg. AA merupakan

anak yang pendiam dan ramah. AA juga memiliki aktivitas rutin mengaji dan

menghapal Al-Qur’an. AA termasuk santri yang cepat dan tidak sulit untuk

menghapal Al-Qur’an.
44

b. Subjek NZ

NZ merupakan salah satu siswa yang bersekolah di SMP Muhammadiyah

Boarding School Tarakan dan merupakan seorang anak perempuan berumur 15

tahun yang lahir di Tarakan pada tanggal 7 Oktober 2005. NZ beragama Islam dan

bersuku Bugis. NZ adalah anak tunggal dari pasangan bapak BA dan ibu RO. NZ

dan keluarganya tinggal di Selumit Pantai No. 63. Pekerjaan ayah NZ adalah

swasta, sedangkan ibu AA adalah guru honor. NZ memiliki hobi menonton anime.

Mata pelajaran yang disukai oleh NZ adalah Matematika dan Bahasa Inggris.

Keadaan jasmani dari NZ yaitu memiliki tinggi badan 160 cm dengan berat badan

54 kg. NZ merupakan anak yang pintar dan rajin. NZ juga memiliki aktivitas rutin

mengaji dan menghapal Al-Qur’an. NZ termasuk santri yang hapalannya mutqin.

2. Proses Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data terlebih

dahulu dari wawancara pada subjek dan beberapa informan, analisis dokumentasi

dengan melihat buku catatan siswa dan observasi. Setelah data dikumpulkan,

penulis melakukan reduksi data dengan memilih hal-hal penting dan

menuliskannya ke dalam catatan lapangan. Namun untuk wawancara, peneliti

menuliskan hasil wawancara ke dalam transkrip wawancara kemudian

menuliskannya ke dalam catatan lapangan. Dari kumpulan catatan lapangan

tersebut, peneliti kemudian mengecek keabsahan data untuk mendapatkan data

yang benar-benar valid. Wawancara dengan subjek penelitian berlangsung secara

fleksibel yaitu berdasarkan kesepakatan waktu yang telah disetujui oleh peneliti

dan subjek penelitian.


45

Peneliti mewawancarai subjek AA untuk pertama kali pada hari Rabu, 17

Juni 2020 (pukul 13.14 – 13.24), wawancara kedua pada Sabtu, 27 Juni 2020

(pukul 16.10 – 16.18), dan dilanjutkan wawancara ketiga pada Minggu, 5 Juli

2020 (pukul 16.28-16.42). Waktu wawancara tersebut merupakan waktu yang

telah disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Proses wawancara

berlangsung di rumah masing-masing dengan menggunakan via telephon.

Selain melakukan wawancara dengan subjek AA, peneliti juga melakukan

triangulasi sumber yaitu untuk memastikan kebenaran dan memperkuat

pernyataan dari subjek AA dengan bertanya kepada guru matematika subjek AA

yang berinisial AR di perpustakaan SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan pada Selasa, 14 Juli 2020 (pukul 10.50 – 11.20); wawancara dengan

teman dekat subjek AA yang berinisial AF pada hari Rabu, 8 Juli 2020 (pukul

16.08 – 16.26) yang berlangsung di rumah masing-masing dengan menggunakan

via telephon; wawancara dengan musyrifah selaku pengasuh santri di asrama yang

berinisial ND pada Rabu, 5 Agustus 2020 (pukul 16.46 - 17.01) berlangsung di

rumah masing-masing dengan menggunakan via telephon; dan wawancara dengan

orang tua subjek AA yang berinisial ibu ER pada Selasa, 18 Agustus 2020 (pukul

14.10-14.30) yang berlangsung di rumah masing-masing dengan menggunakan

via telephon.

Sedangkan peneliti mewawancarai subjek NZ untuk pertama kali pada hari

Jum’at, 12 Juni 2020 (pukul 14.11 – 14.20), wawancara kedua pada Senin, 15 Juni

2020 (pukul 16.08 – 16.17), dan dilanjutkan wawancara ketiga pada Minggu, 12

Juli 2020 (pukul 11.46-11.55). Waktu wawancara tersebut merupakan waktu


46

yang telah disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian. Proses wawancara

berlangsung di rumah masing-masing dengan menggunakan via telephon.

Selain melakukan wawancara dengan subjek NZ, peneliti juga melakukan

triangulasi sumber yaitu untuk memastikan kebenaran dan memperkuat

pernyataan dari subjek NZ dengan bertanya kepada guru matematika subjek NZ

yang berinisial AR di perpustakaan SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan pada Selasa, 14 Juli 2020 (pukul 10.20 – 10.50); wawancara dengan

teman dekat subjek NZ yang berinisial NR pada hari Jum’at, 26 Juni 2020 (pukul

16.24 - 16.35) yang berlangsung di rumah masing-masing dengan menggunakan

via telephon; wawancara dengan musyrifah selaku pengasuh santri di asrama yang

berinisial ND pada Kamis, 6 Agustus 2020 (pukul 17.02-17.18) berlangsung di

rumah masing-masing dengan menggunakan via telephon; dan wawancara dengan

orang tua subjek NZ yang berinisial ibu RO pada Rabu, 19 Agustus 2020 (pukul

08.56-09.07) yang berlangsung di rumah masing-masing dengan menggunakan

via telephon.

3. Deskripsi Hasil

Siswa kelas IX Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan

yang memiliki kemampuan berpikir kritis aspek explanation yang bagus selalu

tidak mudah menyerah dalam keputusasaan yang dialaminya saat mengerjakan

soal yang sulit. Rasa putus asa yang dialami oleh siswa biasanya dikarenakan soal

yang sulit dan siswa tersebut kurang bisa mengerjakannya. Meskipun ada yang

pernah sesekali merasa putus asa, namun mereka selalu berhasil menjaga

semangatnya sehingga berusaha kembali untuk menyelesaikan soal tersebut.


47

Semangat tersebut diperoleh dari dukungan orang tua, teman dan guru, yang

menyemangatinya sehingga mereka selalu kembali berusaha. Hal ini sesuai

dengan kutipan wawancara berikut :

“Pernah. Biasanya ana di semangatin lagi sama AF biar semangat lagi cari
jawaban. Jadi ngitung-ngitung lagi” (AA)

“Kalo misalnya dia ngalamin kesusahan kesulitan itu dia tetap cari dia usahakan
bagaimana caranya dia buka buku kah atau apa gitu dia usahakan sendiri. Jadi
sampai sampai dia benar-benar dapat sambil juga dia ini apa tukar ee tukaran
sama temannya bertanya jika ada yang tidak tau, seperti itu, konsultasi dengan
temannya sendiri” (RO)

Meskipun mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika,

mereka akan tetap selalu berusaha untuk mencari hasilnya. Namun jika memang

sudah tidak bisa, maka usaha lain yang akan dilakukan adalah bertanya kepada

guru dan berdiskusi bersama teman-temannya untuk menemukan hasilnya.

Mereka juga selalu berusaha mengerjakan setiap tugas matematika yang diberikan

dengan selalu menjawab setiap soal yang diberikan tanpa membiarkan satu soal

kosong. Meskipun terdapat soal yang sulit namun selalu dikerjakan dengan

semampunya. Hal ini sesuai dengan potongan wawancara :

“Biasanya ana isi aja ustadzah walaupun ndak sesuai sama cara yang penting
ana isi” (AA)

Peneliti juga melakukan analisis dokumentasi dengan melihat salah satu

hasil pekerjaan siswa untuk tugas yang diberikan pada senin, 27 Juli 2020 (11.00-

12.20). Tugas yang diberikan mengenai pangkat sebenarnya dengan soal yang

berjumlah 5 nomor. Terlihat bahwa setiap nomor diisi semua dengan jawaban

yang telah dikerjakan.

Selain itu, siswa kelas IX Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan yang memiliki kemampuan berpikir kritis aspek explanation yang bagus
48

selalu bersedia membantu untuk mengajari temannya yang sedang kesulitan

memahami materi matematika. Mereka dengan sabar mengajari temannya sampai

temannya paham. Adanya rasa peduli dan ingin membantu teman yang sedang

kesulitan tersebut, dikarenakan mereka ingin temannya juga dapat memahami

materi matematika. Mereka bukan anak yang tidak mau berbagi akan ilmu yang

dimilikinya. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu potongan wawancara dari

respon yang diberikan untuk menjawab pertanyaan peneliti.

“Ngajarin. Sesuai kemampuan. Supaya mereka juga bisa, biar bisa paham. Ndak
mau dibilang bisa sendiri”. (AA)
Peneliti juga melakukan observasi pada kelas online google classroom

matematika (20 Juli 2020 dan 27 Juli 2020, pukul 11.00-12.20). Berdasarkan

video perekam layar HP yang dilakukan oleh kedua subjek pada saat

pembelajaran online berlangsung, terlihat bahwa terdapat pesan WhatsApp dari

teman yang meminta bantuan kepada mereka untuk menjelaskan materi terkait

matematika. Kedua subjek bersedia membalas pesan tersebut dengan memberikan

penjelasan kepada temannya sampai temannya paham.

Penjelasan yang diberikan kepada temannya, hanya sesuai dengan

pemahaman yang dimiliki kedua subjek. Mereka mengetahui batasan pemahaman

yang dimilikinya sehingga tidak asal menjelaskan materi kepada temannya.

Ketika diminta teman untuk menjelaskan materi yang tidak dipahami, maka

mereka akan menolak. Hal ini disebabkan karena adanya rasa tidak mau untuk

berpura-pura paham dan merasa takut apabila penjelasan yang diberikan salah.

Dari pada berpura-pura mengerti, mereka akan lebih memilih berdiskusi dengan
49

temannya untuk mencari tau dan mendapatkan solusi bersama. Hal ini dapat

dilihat dari potongan transkrip wawancara berikut,

“Menolak. Karena masih belum paham, jadi takutnya salah kalau diajari”. (AA)
“Tapi ya itu, sesuai kemampuannya aja. Kalau dia tidak tau, pasti dia bilang
tidak tau. Sesuai kemampuannya maksudnya. Dibantu kalau dia bisa, kalau ndak
bisa ya sama sama belajar, gitu maksudnya”. (ER)

Kemudian, siswa kelas IX Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan yang memiliki kemampuan berpikir kritis aspek explanation yang bagus

selalu bersedia menerima setiap pendapat teman yang lebih benar. Pada saat

diskusi matematika mereka dapat memberikan pendapat dan mempertahankan

pendapatnya saat berbeda dengan temannya yang lain. Pendapat yang diberikan

juga tidak langsung diganti atau mengikuti pendapat dari teman jika terjadi

perbedaan dengan temannya. Namun ada dari mereka yang terkadang terpengaruh

dengan pendapat teman. Hal ini disebabkan karena merasa pendapat teman lebih

benar dan kurang yakin dengan pendapat sendiri. Jika tenyata pendapat mereka

terbukti salah, maka keduanya bersedia untuk menerima pendapat dari temannya

yang lebih benar. Kedua subjek bukan anak yang tetap kokoh dengan pendapatnya

meskipun pendapatnya salah dan tidak memaksa yang lain untuk selalu menerima

pendapatnya. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut :

“Biasanya ustadzah, ana tetap sama jawaban ana. Tapi kalo pada saat diskusi
baru ada pendapat temen lain yang ana rasa benar ana tetap ikuti ustadzah. Ana
ndak maksa mereka buat harus ikutin jawaban ana.” (AA)

B. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah peneliti peroleh di lapangan,

maka ditunjukkan bahwa siswa kelas IX Akhwat SMP Muhammadiyah Boarding

School Tarakan yang memiliki kemampuan berpikir kritis aspek explanation yang
50

bagus memiliki kegigihan dalam mencari hasil yang tepat. Hal ini ditunjukkan

kedua subjek selalu tidak mudah menyerah dalam keputusasaan yang dialaminya

saat mengerjakan soal yang sulit. Meskipun ada yang pernah sesekali merasa

putus asa, namun mereka selalu berhasil menjaga semangatnya sehingga berusaha

kembali untuk menyelesaikan soal tersebut. Kedua subjek akan tetap selalu

berusaha untuk mencari hasilnya. Namun jika sudah kesulitan, maka usaha lain

yang akan dilakukan yaitu bertanya kepada guru dan berdiskusi bersama teman-

temannya untuk menemukan hasilnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka kedua subjek memiliki sikap yang gigih

dalam mencari hasil yang tepat dengan selalu tidak mudah menyerah dan selalu

berusaha mencari jawaban dari soal matematika sesulit apapun. Hal ini sesuai

dengan Paul, dkk (1989: 58) bahwa salah satu dimensi dari gagasan berpikir kritis

adalah strategi afektif yaitu mengembangkan sikap gigih. Sejalan dengan Facione

(2015: 27) orang yang berpikir kritis biasanya memiliki sikap gigih dalam

mencari hasil yang tepat. Anderson, dkk (dalam Huntly, dkk. 2009: 211) bahwa

gigih dipandang sebagai berpegang teguh pada hal itu dan tidak menyerah. Yaitu

kesediaan untuk berjuang dengan tugas dan kemudian menemukan cara lain.

Duckworth, dkk (2007: 1087) mendefinisikan gigih sebagai ketekunan dan

semangat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

salah satu dimensi kegigihan adalah perseverance of effort (kegigihan dalam

berusaha) yang artinya adanya kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah

yang sedang dikerjakan. Gigih memerlukan kerja keras menghadapi tantangan,

mempertahankan usaha dan minat meskipun gagal dan sulit dalam prosesnya.
51

Kemudian jika dilihat dari indikator menyatakan penjelasan, kedua subjek

bersedia membantu untuk mengajari temannya yang sedang kesulitan memahami

materi matematika. Adanya rasa peduli dan ingin membantu teman yang sedang

kesulitan, dikarenakan mereka ingin temannya juga dapat memahami materi

matematika. Penjelasan materi yang diberikan pun sesuai dengan batasan

pemahaman masing-masing yaitu mengetahui apa yang dipahami dan apa yang

tidak dipahami, sehingga tidak asal menjelaskan materi kepada temannya. Kedua

subjek sama sama menolak mengajari temannya dan tidak berpura-pura paham

apabila mereka tidak memahami materi tersebut karena khawatir salah dalam

memberi penjelasan.

Berdasarkan hal tersebut ditunjukkan bahwa kedua subjek mampu

menyatakan penjelasan dengan memiliki rasa empati dan tidak asal bicara dalam

memberikan penjelasan. Walton (2004: 77) menyatakan bahwa penjelasan yang

berhasil (successful explanation) adalah penjelasan yang mentransfer pemahaman

yang sesuai untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penanya dan

mengembangkan apa yang telah dipahami oleh penanya dengan empati yang

gagal dipahami oleh penanya. Lebih lanjut menurutnya, terdapat dua persyaratan

utama dari teori penjelasan (theory of explanation) yaitu penjelas harus memiliki

pemahaman mengenai sesuatu yang ditanyakan oleh penanya dan menunjukkan

empati yang sangat penting dalam penjelasan. Hal ini juga sesuai dengan Sihotang

(2019: 40), bahwa orang yang berpikir kritis memiliki kepedulian terhadap situasi

buruk yang dialami oleh orang lain dan berusaha untuk membantu orang tersebut

keluar dari situasi yang dialaminya.


52

Selanjutnya, kedua subjek selalu bersedia menerima setiap pendapat teman

yang lebih benar. Pada saat diskusi matematika mereka dapat memberikan

pendapat dan mempertahankan pendapatnya saat berbeda dengan temannya yang

lain. Namun jika ternyata pendapat mereka terbukti salah, maka keduanya

bersedia untuk menerima pendapat teman yang lebih benar dan tidak egois dengan

pendapatnya.

Berdasarkan hasil tersebut, maka kedua subjek dapat menyajikan argumen

dengan bersedia menerima pendapat teman yang lebih benar. Hal ini sesuai

dengan Correia (2012: 237) menyatakan bahwa salah satu etika saat berargumen

adalah menggunakan strategi pengendalian diri argumentatif (argumentative self-

control). Adler (dalam Correia, 2012: 231) mendefinisikan pengendalian diri

argumentatif adalah kemampuan untuk menolak keyakinan diri sendiri demi

melanjutkan tujuan kebenaran mereka. Lazarou, dkk (dalam Hasnunidah, dkk.

2020: 3) pendidik sains berpendapat bahwa argumen berkontribusi pada

perkembangan pemikiran kritis siswa.


53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

mengenai kemampuan berpikir kritis matematis aspek explanation siswa kelas

VIII akhwat SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan dengan dua subjek

yaitu siswa dengan inisial AA dan NZ yang memiliki kemampuan berpikir kritis

aspek explanation yang bagus, maka diperoleh bahwa kedua subjek tersebut

melatih kemampuan berpikir kritis matematis aspek explanation dalam belajar

matematika pada:

1. Indikator menyatakan hasil dengan cara: selalu tidak mudah menyerah dan

selalu berusaha mencari jawaban dari soal matematika sesulit apapun.

2. Indikator menyatakan penjelasan dengan cara: memiliki rasa empati dan

tidak asal bicara dalam memberikan penjelasan.

3. Indikator menyajikan argumen dengan cara: bersedia menerima pendapat

teman yang lebih benar

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat diberikan beberapa

saran yaitu:

1. Bagi Guru dan sekolah


54

Bagi guru dan sekolah diharapkan dapat lebih memperhatikan mengenai

kemampuan berpikir kritis aspek explanation siswa agar selalu dilatih dan

dikembangkan terus-menerus.

2. Bagi Siswa

Bagi siswa diharapkan selalu berupaya untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis aspek explanation karena akan sangat berguna bagi

siswa dalam menghadapi suatu keadaan dan dapat menentukan kebenaran dari

suatu informasi sehingga dapat memutuskan langkah selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut mengenai

kemampuan berpikir kritis aspek explanation siswa, karena pemilihan subjek yang

berbeda dalam penelitian akan menghasilkan informasi baru terkait kemampuan

berpikir kritis aspek explanation.


55

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. AR-RUZZ MEDIA:


Yogyakarta.

Alfrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Aulia, R. & Mukhni. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Padang. Vol. 7, No. 4. Padang:
Universitas Padang.

Correia, Vasco. 2012. The ethics of Argumentation.Vol. 32. No.2. Universitas


Nova de Lisboa

Creswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed


Methods Appraches (Fourth Edition). Sage Publications, Inc.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET

Duckworth, dkk. 2007. Grit: Perseverance and Passion for Long-Term Goals.
Vol. 92, No. 6, 1087–1101.

Dikti. 2019. Retrieved from https://www.ristekdikti.go.id. [Diakses 30 Desember


2019].

Feridia, dkk. 2017. Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Aspek Explanation
Dalam Penyelesaian Masalah Perbandingan Di SMP. Vol. 6, No. 8.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Facione, Peter. 1990. Critical Thinking: A Statement of Expert Consensus for


Purposes of Educational Assessment and Instruction. California. Diakses
tanggal 15 Desember 2019.

Facione, Peter. 2015. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. California.
Diakses tanggal 12 Desember 2019.

Fithriyah, dkk. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX-D
SMPN 17 Malang. Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika
dan Pembelajarannya. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
56

Guritno, dkk. 2011. Theory and Application of IT Research. Yogyakarta: ANDI


OFFSET.

Hasnunidah, dkk. 2020. The contribution of argumentation and critical thinking


skills on students’ concept understanding in different learning models. Vol.
17. Universitas Lampung dan Universitas Malang.

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups. Jakarta:


Rajawali Pers.

Hidayah, dkk. 2017. Critical Thinking Skill: Konsep dan Indikator Penilaian.
Jurnal Taman Cendekia Vol. 01 No. 02. Universitas Sebelas Maret.

Huntly, dkk. 2009. Supporting the Development of Persistence: Strategies for


Teachers of First Year Undergraduate Students. Vol. 21, No. 2.

Husnidar, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa.
Jurnal Didaktik Matematika Vol. 1, No. 1. Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh.

Irianto, Dradjad. 2017. Industry 4.0: The Challenges of Tomorrow. Disampaikan


pada Seminar Nasional Teknik Industri, Batu-Malang.

Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013. Jakarta:


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Kholid, Idham. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pemecahan


Masalah Matematika (Studi Multi Kasus pada Siswa Kelas V MI Miftahul
Ulum Batu dan MI Wahid Hasyim 03 Malang). Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.

Latif, Sriwahyuni & Akib, Irwan. 2016. Mathematical Connection Ability In


Solving Mathematics Problem Based On Initial Abilities Of Students At
Smpn 10 Bulukumba. Jurnal Daya Matematis, Vol. 4 No. 2

Mahmuzah, Rihfaatul. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Peluang Vol 4, No.
1. Universitas Serambi Mekah. Universitas Negeri Makassar.

Munawaroh. 2012. Panduan Memahami Metodologi Penelitian. Malang:


Intimedia.

Nuharini & Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: CV.
Usaha Makmur
57

Paul, dkk. 1989. Critical Thinking Handbook: 6th-9th grades. Sonoma State
University

Prastowo, Andi. 2016. Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. AR-RUZZ MEDIA: Yogyakarta

Purwati, dkk. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam


Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat Pada Pembelajaran Model
Creative Problem Solving. Kadikma: Vol. 7 No. 1, hal 84-93. Universitas
Jember.
Rahmawati, Yuli. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Thinking
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Ditinjau Dari Disposisi Matematis Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 7 Tarakan. Universitas Boreno Tarakan, Skripsi: Tidak
Dipublikasikan.
Retnowati, Sri, dkk. 2019. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 2
Puring Pada Materi Segi Empat. Prosiding Sendika: Vol 5, No 1.
Universitas Sebelas Maret.
Rozakis. 1998. 81Fresh & Fun Critical-Thinking Activities. U.S.A. Diakses
tanggal 25 Februari 2020.
Ruggiero, Vincen Ryan. 2012. Beyond Feelings: A Guide to Critical Thinking
Ninth Edition. New York: McGraw-Hill Companies Inc.
Runtukahu, tombokan J. & Selpius Kandou. 2016. Pembelajaran Matematika
Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Satori, D & Komariah, A. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sihotang, Kasdin. 2019. Berpikir Kritis Kecakapan Hidup Di Era Digital. D.I.
Yogyakarta: PT. Kanisius.
Sugiyono. (2015). Metode Penenltian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistiani, E. & Masrukan. 2016. Pentingnya Berpikir Kritis dalam pembelajaran
Matematika untuk Menghadapi Tantangan MEA. Disampaikan dalam
Seminar Nasional Matematika X. Universitas Negeri Semarang
Susilowati, dkk. 2017. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah
Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains. Unversitas Sebelas Maret.

Walton, Douglas. 2004. A New Dialectical Theory Of Explanation. Vol. 7. No. 1.


University of Windsor
58

LAMPIRAN
59

Lampiran 1.Surat Izin Observasi


60

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian


61
62

Lampiran 3. Daftar Nilai Siswa Kelas VIII Akhwat Semester Ganjil

PENILAIAN HARIAN RATA-RATA HASIL


NAMA KK
No HP HP HP HP
SISWA M 1 2 3 4 5 6
H TS AS A
10
1 AD 70 75 80 30 47 75 68 65 34 59
0
10
2 AA 70 75 80 97 83 95 88 75 75 82
0
10
3 AU 70 75 80 90 95 85 88 90 47 78
0
4 AS 70 75 80 30 30 95 80 65 65 78 66
10
5 AF 70 75 80 97 73 80 84 70 46 71
0
10
6 CM 70 75 95 90 60 70 82 60 41 66
0
10
7 DA 70 75 80 84 75 80 82 65 39 67
0
8 FA 70 75 80 90 77 95 90 85 80 52 75
9 FN 70 75 70 30 30 90 83 63 75 53 63
10 FI 70 75 70 94 47 95 69 75 60 22 58
11 KA 70 75 80 84 60 95 65 77 50 25 57
12 MP 70 75 70 92 63 95 90 81 60 41 66
13 MN 70 75 80 92 47 85 83 77 60 70 62
63

10
14 NK 70 75 80 92 30 65 74 75 64 71
0
15 NM 70 75 70 30 63 95 70 67 40 32 51
10
16 NR 70 75 95 90 40 95 83 65 84 68
0
17 NS 70 75 80 97 57 95 69 79 50 54 65
18 N 70 75 70 94 67 95 65 78 60 39 64
19 NA 70 75 80 94 30 90 70 73 65 20 58
10
20 NH 70 75 80 84 47 80 78 50 47 63
0
21 NF 70 75 95 90 80 90 75 84 75 35 70
10 10
22 NZ 70 75 80 90 85 88 80 89 85
0 0
23 RD 70 70 80 84 57 97 78 78 65 26 62
24 RA 70 75 70 94 62 80 78 77 50 37 60
25 RN 70 75 70 92 30 95 80 74 40 30 54
26 TN 70 75 80 97 53 85 65 76 60 24 59
27 UK 70 75 80 70 93 90 88 83 75 75 79
28 WS 70 70 70 84 30 90 65 68 60 33 57
29 YA 70 75 80 92 60 90 78 79 50 62 68
30 ZA 70 75 95 90 73 85 80 83 80 48 74
Catatan : (KKM = 70)
HPH : Hasil Penilaian Harian
HPTS : Hasil Penilaian Tengah Semester
HPAS : Hasil Penilaian Akhir Semester
64

HPA : Hasil Penilaian Akhir


65

Lampiran 4. Lembar Hasil Observasi


LEMBAR HASIL OBSERVASI

Lama Pengamatan : 17 Oktober 2019 s/d 21 Januari 2020


Sekolah : SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan
Kegiatan : Pembelajaran Matematika
Objek Pengamatan : VIII – A
Deskripsi :
Berdasarkan observasi ketika peneliti mengajar di kelas VIII Akhwat saat

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Muhammadiyah Boarding School

Tarakan saat pembelajaran matematika berlangsung terdapat siswa yang tidak

mau mencatat materi sehingga catatan siswa banyak yang kosong, tidak mau

berusaha untuk menyelesaikan soal, memilih cara menyontek serta tidak memiliki

rasa tertarik untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut. Siswa

juga saat diawal pembelajaran diminta pendapatnya mengenai suatu materi,

banyak yang tidak aktif dalam memberikan penjelasan, pendapat maupun contoh.

Dan saat ditanya apakah sudah paham mengenai materi atau belum, siswa tidak

mau jujur jika belum paham.

Setelah siswa menulis jawaban di papan tulis, guru tidak meminta

penjelasan dari siswa terkait jawaban tersebut dan langsung meminta siswa untuk

kembali ke tempat duduknya. Selain itu, saat siswa melakukan presentasi di kelas

terkait hasil diskusinya, siswa bingung ingin memulai penjelasan dari mana dan

siswa tidak menyebutkan informasi awal yang diketahui. Siswa juga bingung dan

tidak bisa menjawab saat ditanya alasan mengapa hasilnya bisa seperti itu. Siswa

cenderung diam karena tidak terbiasa memberikan penjelasan dan pendapat.


66

Namun terdapat beberapa siswa yang masih tetap berusaha untuk

mengerjakan latihan soal sesulit apapun disaat teman-temannya putus asa dalam

mengerjakan soal tersebut, rajin mencatat, selalu bersungguh-sungguh dalam

mengikuti pelajaran, dan sering bertanya karena rasa ingin tahu dan

kepeduliannya terhadap pembelajaran. Terdapat siswa yang selalu rajin mencari

referensi buku lain untuk membantunya dalam menemukan jawaban yang benar.

Siswa tersebut juga sering membantu siswa lain saat kesulitan memahami materi

matematika dengan memberikan penjelasan terkait materi tersebut. Peneliti juga

melihat buku catatan dari siswa tersebut dan menemukan bahwa catatannya selalu

penuh dan berisi catatan catatan tambahan yang dibutuhkan dan nilai

matematikanya selalu diatas KKM serta nilai tugas yang tidak pernah kosong.
67

Lampiran 5. Transkrip Wawancara Pra Penelitian

TRANSKRIP WAWANCARA PRA PENELITIAN


Pewawancar : Sulistyasningsih

a
Narasumber : Adhi Guntur S.Pd
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Maret 2020
Waktu : 13.00 – 13.25
Tempat : Perpustakaan SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan

P : Sejauh ini bagaimana minat belajar siswa ketika pembelajaran matematika

dan apa sajakah kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran ?


N : Minat belajarnya ada, Cuma kesulitannnya pada perubahan soal. Kalau

soalnya berbeda dengan contoh biasanya mereka kesulitan. Kelemahannya

karena mereka tidak paham betul materinya. Tapi mereka ada yang

semangat, ada yang bagus minatnya, ada yang rendah.


P : Apakah siswa mengalami kesulitan jika diberikan persoalan yang sedikit

berbeda dari yang ustad contohkan, seperti soal sulit?


N : Iya
P : Apakah ustad sering memberikan soal – soal yang terbilang sulit kepada

siswa, kalau boleh tahu bagaimana respon siswa, apakah siswa tertantang,

berapa banyak siswa yang bisa mengerjakannya ?


N : Ya karena point pertama tadi mereka sudah kesulitan pada perbedaan contoh

dengan latihan soal, maka ketika diberikan soal yang sulit maka mereka itu

responnya tidak terlalu baik, ada yang yang tertantang dalam mengerjakan,

ada yang bertanya. Cuma lebih banyak yang kesulitan dalam mengerjakan.
P : Apakah siswa sering mengikuti cara yang diajarkan guru dan jarang belajar

atau mencari informasi dari sumber lainnya ?


N : Karena mereka terbiasanya melihat dan mengikuti apa yang guru ajarkan,

maka ya mereka jarang mencari informasi dari sumber lain, mereka


68

cenderung dari buku paket sekolah.


P : Menurut ustad bagaimana kebanyakan siswa memandang pembelajaran

matematika ?
N : Pandangannya sulit, mereka kalau sama gurunya santai, namun menurut

mereka matematika itu sulit.


P : Siapa saja siswa yang sering memberikan pertanyaan dan argumen terkait

pembelajaran matematika?
N : Ini banyak, artinya kalau mereka tidak tahu mereka bertanya, seperti AA,

UK, AS, MN.


P : Apakah ustad sering meminta siswa memberikan penjelasan terkait hasil

yang diperoleh siswa?


N : Belum, selama saya mengajar belum pernah
P : Pada saat pembelajaran matematika apakah semua siswa antusias bertanya

atau berani memberikan argumen serta maju ke papan tulis untuk

mengerjakan soal ?
N : Kadang antusias kadang tidak, kalau soalnya sulit mereka tidak antusias

menjawab. Sedikit sekali yang berusaha mengerjakan, kayak NZ itu masih

usaha dia.
P : Apakah siswa sudah mampu mengetahui atau menilai benar salahnya suatu

hal selama proses pembelajaran matematika berlangsung dan apakah siswa

dapat membenarkan jika terjadi kesalahan pada suatu hal ?


N : Ada, kadang mereka bertanya ulang atau mempertanyakan kekeliruan tadi,

mereka bisa menyampaikan pendapat mereka.


P : Bagaimana sikap siswa, jika dilihat dari rasa percaya diri siswa apakah

mereka percaya diri baik bertanya mengenai pelajaran maupun percaya

dengan kemampuan mereka sendiri, ?


N : Mereka kurang percaya diri dengan kemampuannya. Pada saat mereka sudah

selesai mengerjakan, mereka masih bertanya sama temannya, apakah sudah

benar atau belum, ya ada yang nyontek malah.


P : Bagaimana sikap siswa ketika mengerjakan soal-soal sulit? Apakah siswa
69

tidak mudah putus asa dengan soal-soal sulit ?


N : Kalau mereka bertemu soal-soal sulit, mereka mudah putus asa, mengeluh,

sedikit berusaha tetap kerjakan.


P : Bagaimana kemampuan siswa disetiap kelas?
N : Ada beberapa yang tinggi, tapi kebanyakan yang rendah. Berbeda-beda

setiap siswanya.
P : Jadi ustad, siapa saja siswa siswa yang memiliki kemampuan matematika

yang bagus?
N : Ada MN, NZ, UK, AS, AA, NR, MP
70

Lampiran 6. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Aspek Explanation

KISI – KISI TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ASPEK

EXPLANATION

Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah Boarding School Tarakan


Kelas/Semester : VIII/1
Mata Pelajaran : Matematika
No.
Kompetensi Dasar Indikator
Soal
3.3 Mendeskripsikan dan Diberikan suatu diagram panah, siswa

menyatakan relasi dan dapat menentukan apakah termasuk relasi 1

fungi dengan atau bukan dengan tepat


Diberikan suatu pernyataan mengenai
menggunakan berbagai
fungsi, siswa dapat menentukan apakah
representasi (kata-kata, 2
terdapat kesalahan dari pernyataan
tabel, grafik, diagram,
tersebut dengan benar
dan persamaan). Diberikan suatu nilai fungsi, siswa dapat

menentukan apakah terdapat kesalahan 3

dari pernyataan tersebut dengan benar


71

Lampiran 7. Soal Kemampuan Berpikir Kritis Aspek Explanation

SOAL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ASPEK EXPLANATION

1. Perhatikan gambar berikut ini !

A B

a 1
b 2
c 3
d 4

Apakah diagram tersebut termasuk relasi ? jelaskan alasanmu !

2. Diketahui B adalah himpunan bilangan genap 1 sampai 7 dan C adalah

himpunan bilangan asli.

Fungsi dari B ke C dirumuskan dengan f ( x )=x + 4

Fungsi ini digunakan untuk memperoleh nilai f ( x )=8 untuk nilai x=4

Apakah pernyataan tersebut sudah benar? Jika belum, bagaimana seharusnya?

Jelaskan alasanmu!

3. Diketahui suatu fungsi f dengan rumus f (x)=ax+ b. Nilai fungsif untuk x=3

adalah7 dan nilai fungsi f untuk x=2adalah6 . Fungsi ini digunakan untuk

memperoleh nilai f ( 0 )=4.

Apakah pernyataan tersebut sudah benar? Jika belum, bagaimana seharusnya?

Jelaskan alasanmu!

Sumber : Nuharini & Wahyuni, 2008 (Matematika Konsep dan Aplikasinya)


72

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Kemampuan Berpikir Kritis Aspek


Explanation
KUNCI JAWABAN SOAL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ASPEK

EXPLANATION

1. Perhatikan gambar berikut ini !

A B

a 1
b 2
c 3
d 4

Apakah diagram tersebut termasuk relasi ? jelaskan alasanmu !

JAWAB :

Dik : Terdapat suatu diagram panah

Dit : Apakah diagram panah tersebut relasi? Jelaskan

Penyelesaian :

Ya, diagram panah tersebut merupakan relasi karena memasangkan anggota

dari himpunan A dengan anggotan dari himpunan B.

Jadi, diagram panah tersebut adalah relasi

2. Diketahui B adalah himpunan bilangan genap 1 sampai 7 dan C adalah

himpunan bilangan asli.

Fungsi dari B ke C dirumuskan dengan f ( x )=x + 4

Fungsi ini digunakan untuk memperoleh nilai f ( x )=8 untuk nilai x=4

Apakah pernyataan tersebut sudah benar? Jika belum, bagaimana seharusnya?

Jelaskan alasanmu!
73

JAWAB :

Dik : B adalah himpunan bilangan genap 1 sampai 7

C adalah himpunan bilangan asli.

f ( x )=x + 4, Nilai f ( x )=8 untuk nilai x=4

Dit : Apakah pernyataan tersebut sudah benar ? Jelaskan

B= {2,4,6 } f ( x )=x + 4

C={ 1 ,2,3 , … } f ( 4 ) =4 +4 = 8
Jadi, Pernyataan tersebut sudah benar

3. Diketahui suatu fungsi f dengan rumus f (x)=ax+ b. Nilai fungsif untuk x=3

adalah7 dan nilai fungsi f untuk x=2adalah6 . Fungsi ini digunakan untuk

memperoleh nilai f ( 0 )=4.

Apakah pernyataan tersebut sudah benar? Jika belum, bagaimana seharusnya?

Jelaskan alasanmu!

JAWAB :

Dik : f ( x )=ax+ b, f ( 3 )=7, f ( 2 ) =6, f (0) = 4

Dit : Apakah pernyataan tersebut sudah benar? Jika belum, bagaimana

seharusnya? Jelaskan alasanmu!

Penyelesaian :

f ( x )=ax+ b f ( x )=ax+ b=x + 4

f ( 3 )=3 a+b=7 f ( 0 )=x +4=0+ 4=4

f ( 2 ) =2 a+b=6 -
a=1

Jadi, pernyataan tersebut sudah benar, karena nilai dari f (0) adalah 4.
74

Lampiran 9. Pedoman Wawancara Soal Siswa


PEDOMAN WAWANCARA SOAL SISWA

No. Pertanyaan
1. Informasi apa yang anda dapatkan dari soal?
2. Apa yang ditanyakan dari soal?
3. Bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut?
4. Jelaskan jawaban yang anda tulis?
5. Mengapa Anda memberikan jawaban seperti itu?
6. Apakah anda yakin dengan jawaban tersebut?
75

Lampiran 10. Pedoman Analisis Berpikir Kritis Aspek Explanation Siswa


PEDOMAN ANALISIS BERPIKIR KRITIS ASPEK EXPLANATION

SISWA

Indikator

Kemampuan
No
Berpikir Respon Siswa Kategori
.
Kritis Aspek

Explanation
1. Kemampuan Siswa tidak dapat menyebutkan apa yang

Siswa Dalam diketahui dan apa yang ditanyakan dengan


Sangat
Menyatakan lengkap, tidak dapat menyajikan hasil dengan
Kurang
Hasil benar dan tidak menyebutkan kesimpulan

dengan tepat
Siswa mampu menyebutkan apa yang diketahui

dengan lengkap dan tidak menyebutkan apa yang

ditanyakan dengan lengkap, tidak mampu Kurang

menyajikan hasil dengan benar dan tidak

menyebutkan kesimpulan dengan tepat


Siswa mampu menyebutkan apa yang diketahui

dan yang ditanyakan dengan lengkap, tidak


Cukup
mampu menyajikan hasil dengan benar dan tidak

mampu menyebutkan kesimpulan dengan tepat


Siswa mampu menyebutkan apa yang diketahui Baik

dan yang ditanyakan dengan lengkap, mampu

menyajikan hasil dengan benar dan tidak mampu


76

membuat kesimpulan dengan tepat


Siswa mampu menyebutkan apa yang diketahui

dan yang ditanyakan dengan lengkap, mampu Sangat

menyajikan hasil dengan benar dan kesimpulan Baik

dengan tepat
Sangat
Siswa tidak mampu menjelaskan jawabannya
Kurang
Siswa mampu menjelaskan jawabannya dengan

benar, Siswa tidak mampu menjelaskan Kurang

jawabannya dengan komunikatif dan tidak lancar


Siswa mampu menjelaskan jawabannya dengan

benar, Siswa mampu menjelaskan jawabannya


Kemampuan Cukup
dengan menggunakan kata-kata sendiri, namun
Siswa Dalam
2. tidak komunikatif dan tidak lancar
Menjelaskan Siswa mampu menjelaskan jawabannya dengan

Prosedur benar, Siswa mampu menjelaskan jawabannya


Baik
dengan menggunakan kata-kata sendiri,

komunikatif dan tidak lancar


Siswa mampu menjelaskan jawabannya dengan

benar, Siswa mampu menjelaskan jawabannya Sangat

dengan menggunakan kata-kata sendiri, Baik

komunikatif dan lancar


3. Kemampuan Siswa tidak mampu memberikan alasan

Siswa Dalam mengenai jawaban dengan tepat dan percaya diri, Sangat

Menyajikan siswa tidak mampu mempertahankan jawaban Kurang

Argumen dengan yakin


Siswa mampu memberikan alasan mengenai Kurang
77

jawaban dengan tepat dan tidak percaya diri,

siswa tidak mampu mempertahankan jawaban

dengan yakin
Siswa mampu memberikan alasan mengenai

jawaban dengan tepat dan percaya diri, siswa


Cukup
tidak mampu mempertahankan jawaban dengan

yakin
Siswa mampu memberikan alasan mengenai

jawaban dengan tepat dan percaya diri, siswa


Baik
mampu mempertahankan jawaban dengan tidak

yakin
Siswa mampu memberikan alasan mengenai
Sangat
jawaban dengan tepat dan percaya diri, siswa
Baik
mampu mempertahankan jawaban dengan yakin
78

Lampiran 11. Format Penilaian


FORMAT PENILAIAN

No Skor Soal
Nama Indikator
Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3
.
Sangat
Menyatakan Hasil Baik Cukup
Kurang
1. MN Menjelaskan Prosedur Baik Cukup Cukup
Sangat Sangat
Menyajikan Argumen Cukup
Kurang Kurang
Sangat Sangat
Menyatakan Hasil Baik
Baik Baik
Sangat
2. NZ Menjelaskan Prosedur Baik Baik
Baik
Sangat
Menyajikan Argumen Baik Baik
Baik
Menyatakan Hasil Baik Baik Baik
Sangat
3. UK Menjelaskan Prosedur Kurang Cukup
Baik
Menyajikan Argumen Baik Kurang Cukup
Menyatakan Hasil Baik Cukup Cukup
4. AS Menjelaskan Prosedur Baik Baik Baik
Menyajikan Argumen Baik Baik Cukup
Menyatakan Hasil Baik Baik Cukup
5. AA Menjelaskan Prosedur Baik Baik Baik
Menyajikan Argumen Baik Baik Baik
Menyatakan Hasil Cukup Baik Baik
Menjelaskan Prosedur Baik Cukup Cukup
6. NR Sangat
Menyajikan Argumen Baik Cukup
Kurang
7. MP Menyatakan Hasil Cukup Cukup Cukup
Sangat
Menjelaskan Prosedur Baik Cukup
Kurang
Menyajikan Argumen Baik Cukup Sangat
79

Kurang
80

Lampiran 12. Transkrip Wawancara Siswa Soal Kemampuan Berpikir


Kritis Aspek Explanation
Wawancara Subjek NZ

Peneliti (P) : Sulistyasningsih


Nama Informan : NZ
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 28 November 2019
Tempat : Perpustakaan SMP Muhammadiyah Boarding

School Tarakan
(1) P : Informasi apa yang adek dapatkan dari soal ?
(2) NZ : Ada diagram panah
(3) P : Domainnya siapa ?
(4) NZ : Domain yang A, kodomainnya yang B
(5) P : Domainnya siapa saja anggotanya ?
(6) NZ : a,b,c ,d
(7) P : Anggota dari kodomainnya siapa saja ?
(8) NZ : 1 ,2 , 3,4
(9) P : Yang ditanyakan dari soal apa ?
(10) NZ : Apakah diagram tersebut termasuk relasi ? jelaskan alasanmu
(11) P : Jawaban adek apa ?
(12) NZ : Iya
(13) P : Jelaskan kenapa adek bilang iya?
(14) NZ : Karena, relasi itu hubungan, hubungan antara anggota A dan
anggota B. Anggota A dipasangkan ke anggota B
(15) P : Anggotanya boleh ada yang tidak ada pasangannya ?
(16) NZ : Iya, boleh milih, boleh tidak
(17) P : Kalau fungsi ?
(18) NZ : Kalau fungsi semuanya harus punya pasangan, dan satu kali
pilih domainnya.
(19) P : Kalau relasi boleh punya 2 pasangan ?
81

(20) NZ : Boleh, kalau fungsi tidak boleh


(21) P : Jadi, diagram ini bisa termasuk fungsi?
(22) NZ : Tidak bisa, kan ada anggota dari A yang tidak ada
pasangannya
(23) P : Adek yakin dengan jawaban adek ?
(24) NZ : Iya
(25) P : Oke, lanjut soal kedua, informasi apa yang adek dapatkan dari
soal ?
(26) NZ : B adalah himpunan bilangan genap 1 sampai 7, C adalah
himpunan bilangan asli, f ( x )=8 untuk nilai x=4

(27) P : Apa yang ditanyakan dari soal ?


(28) NZ : Apakah pernyataan tersebut sudah benar ? jika belum,
bagaimana seharusnya? Jelaskan alasanmu!
(29) P : Siapa saja B nya ?
(30) NZ : Himpunan bilangan genap 1 sampai 7 ; 2, 4,6
(31) P : Kalau C ?
(32) NZ : Himpunan bilangan asli, 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya
(33) P : f ( x )=x + 4 itu apanya ?

(34) NZ : ee… rumusnya


(35) P : Untuk yang ini (menunjuk pernyataan ke 3 soal nomor 2) apa
maksudnya ya ?
(36) NZ : ee… nilai 4 dimasukkan ke rumusnya, yang ini (menunjuk
f ( x )=8¿ itu hasilnya

(37) P : Kenapa bukan 8 dimasukkan ke rumus ?


(38) NZ : Kan nilai x nya 4. Jadi yang dimasukkan ke rumus 4 nya,
bukan 8. 8 itu hasilnya
(39) P : Jadi, ada yang salah dengan pernyataannya ?
(40) NZ : Tidak tau ustadzah, dihitung dulu
(41) P : Ada yang perlu dihitung ?
82

(42) NZ : Iya
(43) P : Silahkan
(44) NZ : (Menghitung)
(45) P : Coba jelaskan apa yang adek tulis ?
(46) NZ : f ( x )=x + 4, xnya diganti4, 4 + 4=8

(47) P : Jadi, yang dimasukkan nilai 4 atau 8 ?


(48) NZ : Yang 4 disini (menunjuk x), yang 8 disini (menunjuk hasil)
(49) P : Jadi, apakah pernyataannya ada yang salah ?
(50) NZ : Tidak ada,
(51) P : Adek yakin ?
(52) NZ : Ya ustadzah
(53) P : Lanjut ke pertanyaan selanjutnya, apa yang adek ketahui dari
soal nomor 3 ?
(54) NZ : Rumus f ( x )=ax+ b, nilai fungsif untuk x=3 adalah7 dan nilai
fungsi f untuk x=2adalah6 . Fungsi ini digunakan untuk
memperoleh nilai f ( 0 )=4.

(55) P : Apa yang ditanyakan dari soal ?


(56) NZ : Apakah pernyataan tersebut sudah benar? Jika belum,
bagaimana seharusnya? Jelaskan alasanmu!
(57) P : Bagaimana cara adek menyelesaikannya ?
(58) NZ : Sebentar ustadzah (menghitung)
(59) P : Coba jelaskan apa yang adek tulis ?
(60) NZ : f ( x )=ax+ b, f ( 3 )=7, 3 nya dimasukkan ke f ( x ), jadinya
3 a+b=7 , f ( 2 ) =6 , 2nya dimasukkan ke f ( x ) jadinya 2 a+b=6,
lalu dikurangkan. Jadinya a=1
(61) P : a=1 diperoleh darimana ?
(62) NZ : 7−6=1 ustadzah. 3 a−2 a=a. Jadi a=1
(63) P : Nilai b nya diperoleh darimana ?
(64) NZ : Pakai yang ini ustadzah (menunjuk 2 a+b=6)
83

(65) P : Lalu ?
(66) NZ : Jadi 2+b=6 , b=6−2, b=4
(67) P : Darimana 2+b=6 ?
(68) NZ : Kan nilai a=1, jadi 2 x 1 = 2
(69) P : Lalu nilai f ( 0 ) nya ?

(70) NZ : a nya 1, x nya 0, b nya4. Jadi 0+ 4=4


(71) P : Kenapa adek tidak pakai 3 a+b=7 atau 2 a+b=6 untuk
mencari f ( 0 ) ?

(72) NZ : Bukan ustadzah, pakai rumus yang baru, yang barusan didapat
nilai a nya1, b nya 4.

(73) P : Jadi, apakah pernyataannya sudah benar?


(74) NZ : Bebar ustadzah. Tak ada yang salah
(75) P : Adek yakin dengan jawabannya ?
(76) NZ : Ya ustadzah
84

Lampiran 13. Indikator Berpikir Kritis Aspek Explanation

Indikator Berpikir Kritis Aspek Explanation

No. Indikator Sub Indikator


1. Menyatakan Hasil 1. Memiliki rasa ingin tahunya dalam

pembelajaran matematika

2. Mampu mengasah kemampuan matematikanya

secara tetus-menerus

3. Mampu mencari berbagai informasi atau

referensi yang menyangkut pembelajaran

matematika

4. Memiliki sikap yang gigih dalam mencari

hasil yang tepat

5. Memiliki keyakinan terhadap hasil yang

diperoleh dalam pembelajaran matematika


2. Menyatakan 1. Mampu memberikan penjelasan materi dalam

Penjelasan pembelajaran matematika

2. Memiliki rasa empati terhadap teman yang

belum memahami materi sehingga membantu

memberikan penjelasan pembelajaran

matematika

3. Mampu menghindari sikap sok tahu dalam

pembelajaran matematika

4. Tidak menyampaikan penjelasan dengan asal

terkait pembelajaran matematika


85

5. Mampu membuat catatan dengan kata-kata

sendiri dalam pembelajaran matematika


3. Menyajikan 1. Memiliki keberanian menyatakan pendapat

Argumen dalam pembelajaran matematika

2. Memiliki keberanian bertanya dalam

pembelajaran matematika

3. Mampu menghindari sikap egosentris dalam

pembelajaran matematika

4. Memiliki rasa menghargai terhadap pendapat

orang lain dalam pembelajaran matematika

5. Mampu mempertahankan hasil pekerjaan yang

disajikan dalam pembelajaran matematika

6. Dapat meminta bantuan jika menemukan

kesulitan dalam pembelajaran matematika

Sumber : Penjabaran dari Kajian Pustaka


86

Lampiran 14. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara Siswa

No. Indikator Sub Indikator


1. Menyatakan 1. Apa yang membuat anda tertarik dengan

Hasil pembelajaran matematika?

2. Bagaimana cara anda dalam menjaga rasa

ketertarikan terhadap matematika?

3. Apakah anda selalu memiliki rasa ingin tahu

mengenai materi matematika ?

4. Bagaimana cara anda dalam menjaga rasa ingin tahu

terhadap matematika?

5. Bagaimana keyakinan diri anda dalam memahami

materi pada pembelajaran matematika?

6. Bagaimana anda mengatur jadwal belajar

matematika?

7. Bagaimana sikap yang anda lakukan jika menemukan

soal matematika yang sulit?

8. Apa yang anda lakukan saat mengerjakan soal

matematika dan tidak menemukan jawabannya?

9. Apa yang anda lakukan jika mendapat soal

matematika yang sulit ?

10. Bagaimana cara anda mempertahankan rasa pantang

menyerah terhadap soal matematika yang sulit

dikerjakan?
87

11. Apa yang anda lakukan ketika memperoleh PR

matematika ?

12. Bagaimana cara anda agar dapat selalu konsisten

mengerjakan PR matematika tepat waktu?

13. Apa yang anda lakukan jika materi yang anda

perlukan tidak tersedia di buku catatan atau buku

paket yang digunakan pada pelajaran matematika di

kelas ?

14. Bagaimana cara anda agar menjaga rasa selalu rajin

dalam mencari sumber referensi yang dibutuhkan?

15. Apakah anda lebih percaya dengan jawaban sendiri

atau mudah terpengaruh dengan jawaban teman

anda?

16. Bagaimana cara anda dalam menjaga rasa agar tetap

percaya dengan jawaban matematika yang anda

kerjakan?
2. Menyatakan 17. Apa yang anda lakukan agar selalu bisa menjelaskan

Penjelasan setiap materi matematika dengan baik?

18. Bagaimana cara anda agar dapat menjelaskan setiap

materi matematika dengan baik?

19. Apa yang Anda lakukan ketika teman Anda meminta

tolong untuk diajarkan matematika ?

20. Bagaimana cara anda menjaga rasa empati anda agar

selalu membantu siswa yang kesulitan matematika?


88

21. Bagaimana cara anda untuk selalu membuat catatan

matematika yang lengkap?

22. Apakah anda pernah menuliskan catatan kecil di buku

catatan matematika sebagai tambahan penjelasan ?

23. Mengapa anda menuliskan catatan kecil di buku

catatan matematika sebagai tambahan penjelasan ?

24. Bagaimana cara anda menjaga setiap informasi

matematika yang anda dapatkan ?

25. Bagaimana anda memandang kemampuan

metematika anda ?

26. Bagaimana cara anda agar mampu menguasai

matematika selain dari yang diajarkan dari guru di

sekolah ?
3. Menyajikan 27. Apakah anda berani untuk mengajukan pertanyaan

Argumen terkait materi matematika yang anda tidak pahami di

kelas?

28. Bagaimana cara anda agar berani mengajukan

pertanyaan di kelas?

29. Bagaimana cara anda agar mampu mengajukan

pendapat, bukti, atau jawaban di depan kelas?

30. Apakah anda pernah merasa bahwa jawaban anda

adalah yang paling benar?

31. Bagaimana cara anda menjaga rasa untuk tidak

memiliki rasa egosentris?


89

32. Apa yang anda lakukan jika anda merasa keberatan

terhadap suatu penjelasan terkait matematika yang

disampaikan oleh teman anda ?

33. Bagaimana cara anda mengajukan keberatan terhadap

suatu penjelasan yang disampaikan oleh teman anda?

34. Bagaimana cara anda agar tidak mudah mempercayai

informasi yang diberikan oleh orang lain ?

35. Bagaimana sikap anda jika tidak sejalan dengan

pendapat mengenai informasi matematika yang

diberikan oleh teman anda ?

36. Bagaimana cara anda menghargai informasi

matematika yang diberikan oleh teman anda

meskipun anda tidak sejalan dengan pendapat

tersebut ?

37. Apakah anda cenderung bertanya sebelum mencoba

atau mencoba terlebih dahulu lalu bertanya dalam

pembelajaran matematika?

Sumber :Penjabaran dari Indikator Berpikir Kritis Aspek Explanation


90

Pedoman Wawancara Guru

No. Indikator Sub Indikator


1. Menyatakan 1. Apakah bapak mengenal siswa a.n …. di kelas VIII-

Hasil Akhwat?

2. Bagaimana siswa a.n …. ketika belajar matematika di

kelas?

3. Bagaimana ketepatan waktu siswa a.n …. dalam

mengumpulkan tugas atau PR matematika ?

4. Bagaimana tanggapan bapak mengenai nilai

matematika yang diperoleh siswa a.n ….?

5. Bagaimana ketertarikan siswa a.n …. dalam mengikuti

pelajaran matematika?

6. Bagaimana rasa ingin tahu siswa a.n …. mengenai

materi matematika ?

7. Bagaimana keyakinan diri siswa a.n …. mengenai

materi matematika ?

8. Bagaimana sikap siswa a.n …. lakukan jika

menemukan soal matematika yang sulit?

9. Apa yang siswa a.n …. lakukan saat mengerjakan soal

matematika dan tidak menemukan jawabannya?

10. Apa yang siswa a.n …. Lakukan jika mendapatkan

tugas matematika ?

11. Bagaimana ketepatan waktu siswa a.n …. dalam

mengumpulkan tugasnya?
91

12. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika materi yang

diperlukan tidak tersedia di buku catatan atau buku

paket yang digunakan pada pelajaran matematika di

kelas ?

13. Apakah siswa a.n …. lebih percaya dengan jawaban

sendiri atau mudah terpengaruh dengan jawaban

temannya?

14. Bagaimana sikap siswa a.n …. Jika menemukan soal

matematika yang sulit?

15. Apakah siswa a.n …. selalu mempertimbangkan

kembali jawaban yang ia kerjakan ?


2. Menyatakan 16. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika diminta untuk

Penjelasan menjelaskan jawabannya di kelas?

17. Bagaimana cara siswa a.n …. Agar bisa menjelaskan

setiap materi matematika dengan baik?

18. Apa yang siswa a.n …. lakukan ketika temannya

meminta tolong untuk diajarkan matematika ?

19. Bagaimana cara siswa a.n …. Agar selalu memiliki

catatan yang lengkap?


3. Menyajikan 20. Apakah siswa a.n …. berani untuk mengajukan

Argumen pertanyaan terkait materi matematika yang tidak

dipahami ?

21. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika jawaban yang ia

kerjakan belum benar?


92

22. Bagaimana cara siswa a.n …. dalam mempertahankan

jawabannya?

23. Apakah siswa a.n …. cenderung bertanya sebelum

mencoba atau mencoba terlebih dahulu lalu bertanya

dalam pembelajaran matematika ?

24. Bagaimana sikap siswa a.n …. apabila bapak sedang

menjelaskan materi matematika di kelas?

Sumber :Penjabaran dari Indikator Berpikir Kritis Aspek Explanation


93

Pedoman Wawancara Teman Siswa

No. Indikator Sub Indikator


1. Menyatakan 1. Bagaimana sikap siswa a.n …. terhadap pembelajaran

Hasil matematika?

2. Apa yang membuat siswa a.n …. tertarik dengan

pembelajaran matematika?

3. Bagaimana keyakinan diri siswa a.n …. dalam

memahami materi pada pembelajaran matematika?

4. Bagaimana siswa a.n …. mengatur jadwal belajar

matematika?

5. Bagaimana sikap siswa a.n …. lakukan jika

menemukan soal matematika yang sulit?

6. Apa yang siswa a.n …. lakukan saat mengerjakan soal

matematika dan tidak menemukan jawabannya?

7. Bagaimana sikap siswa a.n …. saat mengerjakan soal

matematika dan tidak menemukan jawabannya?

8. Apa yang siswa a.n …. lakukan jika mendapat tugas

matematika? Apakah pernah ia tidak mengerjakannya?

9. Bagaimana sikap siswa a.n …. ketika memperoleh PR

matematika ?

10. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika materi yang

diperlukan tidak tersedia di buku catatan atau buku

paket yang digunakan pada pelajaran matematika di

kelas ?
94

11. Bagaimana kepercayaan diri siswa a.n …. terhadap

jawaban yang ia kerjakan? Apakah siswa a.n …. selalu

percaya dengan jawaban matematika yang anda

kerjakan ?
2. Menyatakan 12. Bagaimana cara siswa a.n …. agar selalu bisa

Penjelasan menjelaskan setiap materi matematika dengan baik?

13. Bagaimana sikap siswa a.n …. ketika teman Anda

meminta tolong untuk diajarkan matematika ?

14. Bagaimanacara siswa a.n …. dalam melengkapi catatan

matematikanya?

15. Bagaimana cara siswa a.n …. dalam mencari informasi

lain selain di buku paket matematika yang digunakan di

sekolah ?

16. Bagaimana sikap siswa a.n …. memandang

kemampuan metematikanya ?
3. Menyajikan 17. Bagaimana sikap siswa a.n …. dalam mengajukan

Argumen pertanyaan terkait materi matematika yang tidak

dipahami ?

18. Bagaimana cara siswa a.n …. agar berani mengajukan

pendapat atau maju ke depan kelas untuk menjawab

soal saat pembelajaran matematika?

19. Apakah siswa a.n …. pernah merasa bahwa

jawabannya adalah yang paling benar?

25. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika jawaban yang ia


95

kerjakan belum benar?

20. Apakah siswa a.n …. mudah terpengaruh dengan

jawaban matematika temannya?

21. Apa yang siswa a.n …. jika menemukan soal yang sulit

dipahami?

22. Bagaimana cara siswa a.n …. dalam menghargai

informasi matematika yang diberikan oleh temannya

meskipun siswa a.n… tidak sejalan dengan pendapat

tersebut ?

23. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika terdapat perbedaan

pendapat maupun jawaban matematika dengan

temannya?

Sumber :Penjabaran dari Indikator Berpikir Kritis Aspek Explanation


96

Pedoman Wawancara Orang Tua

No. Indikator Sub Indikator


1. Menyatakan 1. Bagaimana keyakinan diri siswa a.n …. dalam

Hasil memahami materi pada pembelajaran matematika?

2. Bagaimana siswa a.n …. mengatur jadwal belajar

matematika?

3. Bagaimana sikap siswa a.n …. lakukan jika

menemukan soal matematika yang sulit?

4. Bagaimana cara siswa a.n …. dalam melatih

kemampuan matematikanya?

5. Bagaimana cara siswa a.n …. mengatur diri agar dapat

menyelesaikan PR tepat waktu?

6. Bagaimana cara siswa a.n …. melengkapi kebutuhan

pelajarannya?
2. Menyatakan 7. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika ada temannya yang

Penjelasan meminta tolong untuk diajarkan matematika ?

8. Bagaimana cara siswa a.n …. menjaga setiap informasi

matematika yang ia dapatkan ?

9. Bagiamana cara siswa a.n …. dalam mencari informasi

lain selain di buku paket matematika yang digunakan di

sekolah ?

10. Bagaimana siswa a.n …. memandang kemampuan

metematikanya ?
3. Menyajikan 11. Bagaimana keberanian siswa a.n …. dalam mengajukan

Argumen pertanyaan terkait materi matematika yang anda tidak


97

pahami ?

12. Bagaimana keberanian siswa a.n …. dalam mengajukan

pendapat atau maju ke depan kelas untuk menjawab

soal saat pembelajaran matematika?

13. Bagaimana sikap siswa a.n … dalam mempertahankan

pendapatnya?

14. Bagaimana sikap siswa a.n …. jika jawaban yang ia

kerjakan belum benar?

15. Apakah siswa a.n …. cenderung bertanya sebelum

mencoba atau mencoba terlebih dahulu lalu bertanya

dalam pembelajaran matematika ?

Sumber :Penjabaran dari Indikator Berpikir Kritis Aspek Explanation


98

Lampiran 15. Transkrip Wawancara

Transkrip Wawancara Subjek AA

Peneliti (P) : Sulistyasningsih


Nama Subjek : AA
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 17 Juni 2020
Tempat : Rumah Peneliti
Waktu : 13.14 – 13.30
(1) P : Assalaamu’allaikum dek
(2) AA : Walaikumsalam ustadzah
(3) P : Ini Ustadzah mau wawancara adek, apakah adek bisa sekarang?
(4) AA : Bisa Ustadzah
(5) P : Kita mulai ya, pelajaran apa yang adek suka di kelas?
(6) AA : Biasanya sih bahasa Indonesia, bahasa Arab
(7) P : Kalau matematika?
(8) AA : Ndak terlalu
(9) P : Kenapa ndak terlalu?
(10) AA : Kadang ada bagian materi yang susah dipahami
(11) P : Oke. Kan adek ndak terlalu suka nih, apa motivasi adek supaya
bisa belajar matematika?
(12) AA : Selalu usaha aja kayak teman ana yang bisa, pelajari setiap
rumus yang ada.
(13) P : Ada ndak adek punya rasa ingin tahu di matematika?
(14) AA : Ada
(15) P : Biasanya apa yang buat adek ingin tahu?
(16) AA : Kadang kalau rumusnya susah ditau, kita harus cari tau sendiri
(17) P : Terus bagaimana keyakinan diri adek saat memahami atau
mengerjakan soal matematika? Adek merasa yakin ndak dengan
kemampuan adek mendapatkan hasilnya?
(18) AA : Kadang sih ndak yakin ustadzah
99

Transkrip Wawancara Guru Subjek AA

Peneliti (P) : Sulistyasningsih


Nama Subjek : AR
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 14 Juli 2020
Tempat : Perpustakaan SMP Muhammadiyah Boarding
School Tarakan
Waktu : 10.50 – 11.20
(1) P : Assalaamu’alaikum ustad
(2) AR : Wa’alaikumsalam
(3) P : Saya ingin mewawancarai ustad, apakah ustad ada waktu?
(4) AR : Iya insya Allah
(5) P : Apakah ustad mengenal AA dari kelas IX-Akhwat ?
(6) AR : Kenal
(7) P : Bagaimana keseharian AA di kelas ustad?
(8) AR : Memperhatikan saat pelajaran, anaknya baik, pendiam, tidak
ribut
(9) P : Bagaimana persiapannya pada saat memasuki pembelajaran
matematika ustad ?
(10) AR : Insya Allah siap, buku tulis siap, selalu ada
(11) P : Kemudian bagaimana sikap AA saat ustad menjelaskan materi?
(12) AR : Ya memperhatikan yang jelas, mencatat juga
(13) P : Kemudian ustad bagaimana sikap AA ketika ada materi yang
tidak dipahaminya di kelas?
(14) AR : Kalau AA terkadang bertanya, memang anaknya pemalu juga.
Kepercayaan dirinya agak kurang
(15) P : Pernahkah ustad melihat AA bertanya kepada temannya?
(16) AR : Pernah
(17) P : Biasanya sama siapa ustad?
(18) AR : Biasanya dia bertanya sama temannya yang sebangku.
Duduknya di belakang
Transkrip Wawancara Teman Dekat Subjek AA

Peneliti (P) : Sulistyasningsih


Nama Subjek : NR
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Juli 2020
Tempat : Rumah Peneliti
Waktu : 16.08 – 16.26
(1) P : Assalaamu’allaikum dek
(2) AF : Walaikumsalam ustadzah
(3) P : Ini Ustadzah mau minta waktu adek untuk wawancara, apakah
100

adek bisa ?
(4) AF : Alhamdulillah bisa ustadzah
(5) P : Apa benar adek ini teman dekat AA?
(6) AF : Iya benar ustadzah
(7) P : Menurut adek nih, bagaimana kesehariannya AA di kelas?
(8) AF : Dia itu, apa ya, baik terus pintar, partner ana dalam diskusi
belajar, dia tu bisa tau apa yang ana rasakan, teman curhat
juga
(9) P : Biasanya kalau lagi jam pelajaran matematika AA nya
gimana?
(10 AF : Dia ni bagus orangnya ustadzah, kalau misalnya mau ujian,
) kami ini komitmen ndak mau kasi tau jawaban, cuman
sebelumnya belajarnya sama sama. Kalau ana belum ngerti,
dia bilang “kayak gini na caranya”. kalau ana ada rumus yang
ndak paham dia yang bantu ana. Kalau waktunya kerjakan
soal, dia suka kok coba-coba soal.
(11 P : Biasa AA berani ndak bertanya sama guru?
)
(12 AF : Berani. Kadang kadang biasanya gini kan, kalau kelas lagi
) hening, terus ustad nya lagi tanya sesuatu, dia bilang “ayolah
kita tanya pertanyaan, biar ndak terasa sepi kelasnya”

Transkrip Wawancara Orang Tua Subjek AA

Peneliti (P) : Sulistyasningsih


Nama Subjek : ER
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 18 Agustus 2020
Tempat : Rumah Peneliti
Waktu : 14.10-14.30
(1) P : Assalamualaikum,
(2) ER : Walaikumsalam
(3) P : ini bu perkenalkan saya mahasiswa Unversitas Borneo
Tarakan. Saya sedang melakukan penelitian terkait AA.
Apakah saya boleh melakukan wawancara kepada ibu?
(4) ER : Boleh
(5) P : Kalau boleh tau, nama ibu siapa ya?
(6) ER : ER
(7) P : Bagaimana keseharian AA di rumah ya bu?
101

(8) ER : Kalau kesehariannya sih, ya mungkin ini karena bawaan


dari pondok ya, jadi AA ini kalau dengan kami ini kurang
interaksinya. Jadi maksudnya dia itu di kamar saja, paling
keluar kalau kek mau makan, mau cuci piring, selebihnya
dia di kamar.
(9) P : Kemudian bu, terkait jam belajarnya, bagaimana jam
belajarnya AA?
(10) ER : Kalau jam belajarnya ya kalau hari sekolah mengikuti
jadwal sekolah sih saya liat. Ya itu mulai bangunnya itukan
bangun solat tengah malam tu, na bangun solat, solat
subuh, nah biasanya kurang lebih 15 menit itu dia tidur.
Nah nanti bangunnya itu sekitar jam jam setengah 7.
Mandi, siap untuk sekolah, gitu
102

Lampiran 16. Catatan Lapangan


Catatan Lapangan Subjek AA

Teknik Pengumpulan Data : Wawancara 1


Nama : AA
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juni 2020
Waktu : 13.14 – 13.24

Deskripsi :

Peneliti mewawancarai AA untuk pertama kali pada hari Rabu 17 Juni

2020. Berdasarkan wawancara, peneliti mendapatkan beberapa informasi. Ketika

peneliti bertanya apakah AA pernah menyerah atau putus asa saat mengerjakan

soal matematika yang sulit, AA mengatakan, “Pernah. Biasanya ana di

semangatin lagi sama AF biar semangat lagi cari jawaban. Jadi usaha ngitung-

ngitung lagi”(19-20). Kemudian peneliti menanyakan alasan apa yang membuat

AA putus asa dalam mengerjakan soal matematika, respon AA “Biasanya

ustadzah ana kesusahan ngerjainnya”(21-22). Peneliti juga menanyakan apa yang

AA lakukan jika tidak mendapatkan jawaban soal dan alasannya, AA menjawab

“ana coba dulu, kadang tanya ustad juga, tanya-tanya teman. Ini gimana. Ana

lebih suka diskusi sama teman daripada tanya ustad.” (29-32).

Refleksi :

Berdasarkan wawancara Rabu, 17 Juni 2020, AA meskipun pernah

menyerah ketika menghadapi soal matematika yang susah, namun AA tetap

kembali semangat setelah disemangati oleh temannya. AA selalu berusaha dalam

mencari jawaban dari suatu soal matematika dan jika tidak paham, maka akan

bertanya ke teman atau guru.


103

Catatan Lapangan Guru Matematika Subjek Aa

Teknik Pengumpulan Data : Wawancara


Nama : AR
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Juli 2020
Waktu : 10.50 – 11.20
Deskripsi :
Peneliti mewawancarai ustad AR pada hari Selasa yang merupakan guru

matematika AA. Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mendapatkan beberapa

informasi mengenai AA . Ketika peneliti bertanya apakah AA pernah menyerah

saat mengerjakan soal matematika, ustad AR mengatakan “Biasanya AA kalau

mengatakan “menyerah ustad saya ndak bisa”, ya saya ngasi petunjuk lagi, ya

kembali lagi semangatnya.”(25-26). Peneliti juga menanyakan mengenai

bagaimana usaha AA pada saat kesusahan memahami materi pada pelajarannya,

ustad AR menjawab “Kalau AA terkadang bertanya, memang anaknya pemalu

juga…””(13-14).

Lebih lanjut peneliti bertanya bagaimana sikap AA saat diminta temannya

menjelaskan materi, ustad AR mengatakan “Mau membantu, bersedia,

welcome”(37-38). Kemudian peneliti bertanya bagaimana sikap AA saat diminta

mengajari temannya namun AA tidak aham materinya, ustad AR merespon “Bisa

jadi menolak, kalau misalnya dia tidak tau materinya karena takut sok tau”(45-

46).

Peneliti lebih lanjut menanyakan bagaimana sikap AA jika pendapat AA

berbeda dari teman yang lain, ustad AR mengatakan “Itu harus diskusi dulu

pastinya. AA diskusi dulu, dia ndak langsung ngikut aja kalau misalnya temannya

beda.”(47-48). Kemudian peneliti menanyakan bertanya bagaimana sikap AA


104

ketika saat diskusi ternyata pendapat temannya lebih benar, ustad AR mengatakan

“AA akan ikuti pendapat temannya”(83-84).

Refleksi :

Berdasarkan keterangan yang peneliti peroleh dari ustad AR, AA memiliki

sikap yang tidak menyerah dan selalu berusaha dalam mengerjakan soal yang

sulit, meskipun awalnya AA menyerah, namun dengan pemberian semangat, AA

kembali berusaha. AA juga bersedia menjelaskan materi matematika kepada

teman yang belum paham dan menolak jika AA tidak paham materinya. AA juga

tidak mudah mengganti pendapatnya meskipun berbeda dengan temannya dan

melakukan diskusi dengan temannya untuk mencari jawaban yang benar. Namun

ketika pendapat temannya lebih benar, AA bersedia mengikuti pendapat

temannya.

.
105

Catatan Lapangan Teman Dekat Subjek AA

Teknik Pengumpulan Data : Wawancara


Nama : AF
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Juli 2020
Waktu : 16.08 – 16.26
Deskripsi :
Peneliti mewawancarai AF pada hari Rabu yang merupakan teman dekat

dari AA. Berdasarkan hasil wawancara peneliti mendapatkan beberapa informasi

mengenai AA. Ketika ditanya apakah AA pernah putus asa atau menyerah pada

saat mengerjakan soal matematika yang susah, AF mengatakan, ” pernah, tapi

sekali dua kali, abis itu ndak, kalau misalnya dia bilang “susahnya matematika

ni”. Ana bilang “ndak, bisa aja tu kerjakan”, nah langsung kembali lagi

semangatnya gitu. ”(27-28). Ketika ditanya bagaimana sikap AA pada saat

mengerjakan soal matematika yang susah, AF mengatakan, “Dia itu kayak ndak

gampang nyerah, selalu dia cari jawabannya. Dia suka coba coba kerjakan aja.

Kadang-kadang tu kalau misalnya rumusnya berbeda, kalau soalnya berbeda

dari pada soal yang dikasi ustad arif tu, dia coba-coba pakai rumus yang

berbeda, tapi hasilnya betul juga.”(31-32).

Kemudian ketika peneliti bertanya apakah AA mau memberikan bantuan

penjelasan materi kepada teman yang belum memahami materi matematika, AF

mengatakan, “Pernah. Dia mau. Palingan kadang-kadang dia tu, kalau misalnya

ana bilang “ ih susah, anti ngerti kah?”, “ngerti” langsung dia ajarilah gini

gimana caranya.”(45-46). Saat peneliti bertanya bagaimana sikap AA saat

diminta temannya untuk mengajari materi yang AA tidak paham, respon AF

“Kalau misalnya dia ndak paham, kami kayak saling diskusi. Kalau sama sama

ndak ngerti, ya cari sama sama.”(49-50).


106

Ketika peneliti bertanya bagaimana sikap AA ketika ada temannya yang

ndak setuju sama pendapatnya saat diskusi matematika, AF Menjawab “Gini

ustadzah, dia tetap pada pendiriannya karna dia bilang dia ingin mencari cara

cara yang baru atau misalnya ada cara lain seperti yang dicontohkan ustadz”(86-

87). Ketika ditanya bagaimana sikap AA saat diskusi matematika ternyata

pendapat temannya lebih benar daripada punya AA, AF menjawab, “dia mau

menerima ustadzah, dia malah bilang “oh cara kamu benar berati ini cara saya

salah”. Dia mencoba bagaimana caranya itu menjadi benar dengan usahanya,

nanti kalo dia udah benerin baru ditanya gini kah yang benar.”(89-90).

Refleksi :

Berdasarkan keterangan yang peneliti peroleh dari AF, AA tidak mudah

menyerah saat mengerjakan soal matematika yang sulit meskipun awalnya AA

menyerah, namun dengan semangat yang diberikan teman dekatnya, AA kembali

semangat. AA juga bersedia membantu temannya yang kesulitan dalam

memahami materi matematika dan menolak jika AA tidak paham materinya. AA

juga tidak mudah mengganti pendapatnya meskipun berbeda dengan temannya

dan melakukan diskusi dengan temannya untuk mencari jawaban yang benar.

Namun ketika pendapat temannya lebih benar, AA bersedia mengikuti pendapat

temannya
107

Catatan Lapangan Orang Tua Subjek AA

Teknik Pengumpulan Data : Wawancara


Nama : ER
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Agustus 2020
Waktu : 14.10-14.30

Deskripsi :
Peneliti mewawancarai ibu ER pada hari Selasa yang merupakan orang tua

dari subjek AA. Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mendapatkan beberapa

informasi mengenai AA . Ketika ditanya apakah AA pernah menyerah tentang

pembelajarannya, ibu ER mengatakan “Matematika ya? Pernah. Kalau itu pasti

ya pernah. Biasanya kalau dia sudah seperti itu seperti itu ya, kadang ibu liat sih

kalau sudah seperti itu, kalau dia sudah keluar menenangkan diri, menenangkan

diri, sudah mulai ni o pasti ada kesulitan ini anak-anak. Kesulitan ya? Iya. Kalau

itu terbatas, kembali lagi ke ini, karna ibu ndak bisa bantu dia sampai dimana,

paling cukup semangat aja, jadi setelah itu saya liat dia masuk lagi, coba kerja

lagi itu. Mungkin kalo sudah kesulitan sekali bertanya sama temannya mungkin

ya”(33-34). Lebih lanjut peneliti menanyakan bagaimana usaha AA pada saat

kesusahan memahami materi pada pelajarannya, ibu ER mengatakan “Paling

biasanya ke abinya, cuman abinya kan paling malam baru bisa. Karna dia kerja,

Itu aja. Di rumah kami Cuma bertiga, nah biasanya dia paling ke temannya kali.

Ya selama online ini. Paling ke temannya.”(13-16).

Peneliti juga menanyakan bagaimana sikap AA saat diminta temannya

menjelaskan materi, ibu ER mengatakan “E kalau bersedia iya. Tapi ya itu, sesuai

kemampuannya aja. Kalau dia tidak tau, pasti dia bilang tidak tau. Sesuai

kemampuannya maksudnya. Dibantu kalau dia bisa, kalau ndak bisa ya sama
108

sama belajar, gitu maksudnya”(35-36). Peneliti juga bertanya bagaimana sikap

AA ketika ada temannya yang tidak setuju dengan pendapatnya AA pada saat

diskusi dengan temannya, ibu ER mengatakan “Na kalau ibu liat dari sikapnya

dia ya, sikapnya ke ibu dulu di ini, itukan termasuk keras ya, kalau saya bilang

begitu, mempertahankan ini, keras kepala, apa ya, egois apa ya. Itu sisi

kasarnya.”(41-42). kemudian peneliti melanjutkan dengan bertanya bagaimana

sikap AA ketika dalam diskusi ternyata pendapat temannya lebih benar daripada

AA, ibu ER mengatakan “A kalau sudah seperti itu dia pasti ikut, ikut temannya.

Bukan tipikal anak yang ini yang kalau misalnya sudah punya pendirian ini ya

tetap itu walaupun salah tetap itu mungkin kasarnya egois atau ini ya.”(43-44).

Refleksi :

Berdasarkan keterangan yang peneliti peroleh dari ibu ER sebagai orang

tua AA, AA memiliki sikap yang meskipun pernah menyerah namun selalu

berusaha dalam menyelesaikan kesulitan. AA juga bersedia menjelaskan materi

kepada teman yang belum paham namun dengan sebatas pemahamannya saja. AA

juga dapat mempertahankan pendapatnya dan jika memang pendapatnya salah,

maka AA bersedia untuk menerima pendapat temannya yang lebih benar.


109

CATATAN LAPANGAN OBSERVASI SUBJEK AA

Teknik Pengumpulan Data : Observasi


Nama : AA
Hari/Tanggal : Senin, 20 Juli 2020
Waktu : 09.40-11.00

(Gambar 1)

(Gambar 2)

Deskripsi :
110

Peneliti melaksanakan observasi kepada subjek AA kedua kalinya melalui

aplikasi kelas online google classroom di kelas IX-Akhwat. Materi yang

disampaikan pada pertemuan tersebut adalah lanjutan materi perpangkatan pada

pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan tersebut siswa diminta untuk merangkum

materi yang diberikan oleh guru matematika ustad AR (Gambar 1).

Berdasarkan video perekam layar HP (Gambar 2) yang dilakukan oleh subjek

AA pada saat pembelajaran online berlangsung, terlihat bahwa subjek AA

mendapatkan pesan dari teman yang meminta bantuan kepada AA untuk

menjelaskan materi terkait matematika. AA bersedia membalas pesan tersebut

dengan memberikan penjelasan kepada temannya sampai temannya paham.

Refleksi :

Berdasarkan observasi tersebut, terlihat bahwa AA bersedia memberi

penjelasan kepada temannya sampai temannya paham. Observasi AA pada saat itu

juga sesuai dengan wawancara peneliti kepada subjek AA dan teman dekat AA.
111

CATATAN LAPANGAN ANALISIS DOKUMENTASI SUBJEK AA

Teknik Pengumpulan Data : Analisis Dokumentasi


Nama : AA
Hari/Tanggal : Senin, 27 Juli 2020
Waktu : 13.12-13.30

Foto Tugas :

Deskripsi :

Salah satu tugas matematika ini diberikan pada senin, 27 Juli 2020. Tugas

tersebut diberikan sebagai latihan materi pangkat sebenarnya. Soal terdiri dari 5

nomor esay. Setiap nomornya dapat AA kerjakan. Tidak terdapat satu nomor pun

yang kosong atau tidak diisi dengan jawaban.

Refleksi :

AA selalu mengerjakan tugas yang diberikan dengan menjawab setiap soalnya. Ia

selalu mengisi penuh tugasnya dan tidak membiarkannya kosong.


112

Lampiran 17. Dokumentasi

Buku Catatan Subjek AA Buku Catatan Subjek NZ

Wawancara Soal Subjek AA Wawancara Soal Subjek NZ


113

Lampiran 18. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Sulistyasningsih lahir pada tanggal 19

September 1998 di Samarinda. Merupakan anak kedua dari dua

bersaudara, dari Bapak Edy Soebyantoro dan Ibu Napiah.

Memulai pendidikan pada tahun 2003 di TK Budi Utomo

Tarakan, memperoleh ijazah pada tahun 2004.

Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri II Bago Tulungagung Jawa

Timur, lulus pada tahun 2010.Meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah

Pertama Negeri II Tarakan dan lulus pada tahun 2012. Meneruskan pendidikan ke

Sekolah Menengah Atas Negeri II Tarakan dan lulus pada tahun 2016.

Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2016 di Universitas Borneo Tarakan

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar. Pada tahun 2019 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung

Hulu Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan.

You might also like