You are on page 1of 10

Business Perspective Journal

Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

PELANGGARAN ETIKA BIROKRASI


DALAM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Bureaucratic Ethics Violation in Government in Indonesia

Lies Kumara Dewi


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai
lieskumaradewi13@gmail.com

ABSTRACT

In government ethics, there is a prevailing assumption that through the appreciation of good
ethics, an apparatus will be able to build a commitment to make himself an example of goodness
and maintain government morality. Good government officials and have high morals, will
always guard themselves in order to avoid disgraceful acts, because they are called to maintain
the mandate given, through imaging the behavior of daily life. Within the scope of the
government profession, for example, there are certain values that must be upheld in order to
maintain the image of a government capable of carrying out its duties and functions.
Trends or symptoms that arise today, many bureaucratic apparatus in carrying out their duties
often violate the rules of the game that have been set. Cases related to ethical violations in the
government bureaucracy such as corruption and gratification (bribery) involve many
professions in violating ethics such as state administration officials, regional heads, legislators,
prosecutors, judges, police, tax officials, and so on.
Bureaucratic Ethics is part of the rules of the game in the Bureaucracy or Civil Service
organization which structurally has regulated the rules of the game, which we know as. Code of
Ethics for Civil Servants, which has been regulated by the Civil Service Act. To be more
effective in delivering the code of ethics, the code of ethics can be read together -the same on
certain occasions which is sometimes followed by a discourse from a ceremonial leader called a
ceremonial inspector, the intention is to create favorable moral conditions in experienced
organizations and to cultivate the necessary mental attitude, as well as to create good morals.
The Code of Ethics is usually read in flag ceremonies, monthly ceremonies or ceremonies
anniversary of the organization concerned, and national ceremonies.
In order to create a more ethical Bureaucratic Apparatus according to the above expectations,
it is necessary to make efforts and training in that direction as well as to enforce strict and clear
sanctions for those who violate the code of ethics regardless of their rank and position. Anyone
who violates the code of ethics, whether it's superiors or subordinates, must be dealt with firmly
to create a deterrent effect. Therefore, in relation to the Code of Ethics for Civil Servants, it
must really animate, appreciate and implement the employment rules that have been determined
or set as the rules of the game for the Bureaucratic apparatus.

Keywords: bureaucratic ethics, government

ABSTRAK

Dalam etika pemerintahan, terdapat asumsi yang berlaku bahwa melalui penghayatan etika yang
baik, seorang aparatur akan dapat membangun komitmen untuk menjadikan dirinya sebagai
teladan tentang kebaikan dan menjaga moralitas pemerintahan. Aparatur pemerintahan yang
baik dan bermoral tinggi, akan senantiasa menjaga dirinya agar dapat terhindar dari perbuatan
tercela, karena ia terpanggil untuk menjaga amanah yang diberikan, melalui pencitraan perilaku
hidup sehari-hari. Dalam lingkup profesi pemerintahan misalnya, ada nilai-nilai tertentu yang

84
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

harus tetap ditegakkan demi menjaga citra pemerintah yang mampu menjalankan tugas dan
fungsinya.
Kecenderungan atau gejala yang timbul dewasa ini banyak aparat birokrasi dalam pelaksanaan
tugasnya sering melanggar aturan main yang telah ditetapkan. Kasus yang berhubungan dengan
pelanggaran etika dalam birokrasi pemerintahan seperti korupsi dan gratifikasi ( suap ) banyak
melibatkan beberapa profesi dalam melakukan pelanggaran terhadap etika seperti pejabat
administrasi negara, kepala daerah, anggota legislatif, jaksa, hakim, kepolisian, pegawai
perpajakan, dan lain sebagainya.
Etika Birokrasi merupakan bagian dari aturan main dalam organisasi Birokrasi atau Pegawai
Negeri yang secara struktural telah diatur aturan mainnya, dimana kita kenal sebagai
Kode Etik Pegawai Negeri, yang telah diatur lewat Undang-undang Kepegawaian. Untuk lebih
efektif dalam penyampaian kode etik maka kode etik itu dapat dibaca secara bersama –
sama pada kesempatan tertentu yang kadang–kadang diikuti oleh suatau wejangan dari seorang
pimpinan upacara disebut inspektur upacara , maksudnya adalah untuk menciptakan kondisi–
kondisi moril yang menguntungkan dalam organisasi yang berpengalaman dan
mempertumbuhkan sikap mental yang diperlukan, juga untuk menciptakan moral yang baik.
Kode Etik tersebut biasanya dibaca dalam upacara bendera, upacara bulanan atau upacara
ulang tahun organisasi yang bersangkutan, dan upacara – upacara nasional.
Agar tercipta Aparat Birokrasi yang lebih beretika sesuai harapan di atas, maka perlu usaha dan
latihan ke arah itu serta penegakkan sangsi yang tegas dan jelas kepada mereka yang melanggar
kode Etik tanpa memandang pangkat dan jabatannya. Siapapun yang melanggar kode etik, entah
itu atasan ataupun bawahan harus ditindak dengan tegas untuk menimbulkan efek jera. Oleh
karena itu dalam hubungannya dengan Kode Etik Pegawai Negeri maka harus betul-betul
menjiwai, menghayati dan melaksanakan aturan-aturan kepegawaian yang telah ditentukan atau
ditetapkan sebagai aturan main para aparat Birokrasi.

Kata Kunci: etika birokrasi, pemerintahan

1. Pendahuluan pemerintahan. Aparatur pemerintahan


yang baik dan bermoral tinggi, akan
Dalam suatu masyarakat agar senantiasa menjaga dirinya agar dapat
hubungan antar manusia dapat terhindar dari perbuatan tercela, karena
terlaksana sebagaimana yang ia terpanggil untuk menjaga amanah
diharapkan, maka dirumuskan etika atau yang diberikan, melalui pencitraan
norma-norma masyarakat. Oleh karena perilaku hidup sehari-hari. Dalam
itu nilai-nilai etika yang hidup dan lingkup profesi pemerintahan misalnya,
berlaku dalam suatu masyarakat, ada nilai-nilai tertentu yang harus tetap
bukanlah sekedar menjadi keyakinan ditegakkan demi menjaga citra
pribadi bagi para anggotanya, akan pemerintah yang mampu menjalankan
tetapi juga menjadi seperangkat norma tugas dan fungsinya.
yang terlembagakan. Dengan kata lain,
suatu nilai etika atau norma harus Berbicara tentang pelanggaran
menjadi acuan dan pedoman berperilaku etika birokrasi dewasa ini menjadi topik
yang membawa akibat dan pengaruh yang sangat menarik dibahas, terutama
secara moral. Dalam etika dalam mewujudkan aparatur yang
pemerintahan, terdapat asumsi yang bersih dan berwibawa. Kecenderungan
berlaku bahwa melalui penghayatan atau gejala yang timbul dewasa ini
etika yang baik, seorang aparatur akan banyak aparat birokrasi dalam
dapat membangun komitmen untuk pelaksanaan tugasnya sering melanggar
menjadikan dirinya sebagai teladan aturan main yang telah ditetapkan. Etika
tentang kebaikan dan menjaga moralitas Birokrasi dalam penyelenggaraan

85
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

pemerintahan sangat terkait dengan konsultan hukum Wiranatakusumah


moralitas dan mentalitas aparat bernama Ahmad Yani, yang diduga
birokrasi dalam melaksanakan tugas- memberikan uang 28 dolar Singapura
tugas pemerintahan itu sendiri yang kepada Santoso. Adapun uang tersebut
tercermin lewat fungsi pokok berasal dari Raoul Adhitya
pemerintahan , yaitu fungsi pelayanan, Wiranatakusumah, pengacara PT
fungsi pengaturan atau regulasi dan Kapuas Tunggal Persada, yang ingin
fungsi pemberdayaan masyarakat. Jadi memenangkan gugatan dari PT Mitra
berbicara tentang Etika Birokrasi berarti Maju Sukses.
kita berbicara tentang bagaimana aparat
Birokrasi tersebut dalam melaksanakan Sebagai catatan, sebelum operasi
fungsi tugasnya sesuai dengan itu berlangsung, pada hari yang sama
ketentuan aturan yang seharusnya dan majelis hakim memberi putusan yang
semestinya, yang pantas untuk memenangkan pihak tergugat, yaitu PT
dilakukan dan yang sewajarnya dimana Kapuas Tunggal Persada. Dan yang
telah ditentukan atau diatur untuk ditaati baru-baru ini kita dengar adalah kasus
dilaksanakan. Kasus yang berhubungan suap di Pengadilan Negeri Medan yaitu
dengan pelanggaran etika dalam Hakim ad hoc Pengadilan Tindak
birokrasi pemerintahan seperti yang Pidana Korupsi yaitu Merry Purba yang
disebutkan di atas melibatkan beberapa dituntut 9 ( Sembilan ) tahun penjara
profesi dalam melakukan pelanggaran dan denda Rp 350 juta subside 3 bulan
terhadap etika seperti pejabat kurungan. Merry sebelumnya diduga
administrasi negara, kepala daerah, menerima suap sebesar Sin$280 ribu
anggota legislatif, jaksa, hakim, dari Tamin selaku terdakwa korupsi
kepolisian, pegawai perpajakan, dan penjualan tanah yang masih berstatus
lain sebagainya. asset Negara (CNN Indonesia, 25 April
2019) dan masih banyak kasus-kasus
Dari Korps Adyaksa, beberapa lagi yang kita baca baik di media massa
waktu yang lalu terdapat kasus santer maupun elektronik yang melibatkan
tentang penyuapan jaksa Urip Tri korps Adyaksa tersebut. Hal ini
Gunawan yang menerima suap sebesar menunjukkan betapa pelanggaran etika
660 ribu dolar AS atau lebih dari Rp. 6 penegak hukum sudah sangat
Miliar dari Arthalita Suryani. Kemudian memprihatinkan sampai-sampai kasus-
berita kasus suap yang melanda Kepala kasus dapat dipermainkan untuk
Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Sudung memenangkan perkara demi uang
Situmorang dan Asisten Tindak Pidana walaupun kasus tersebut merugikan
Khusus Kejaksaan Tinggi DKI Tomo masyarakat. Oleh karena itu, wajar bila
Sitepu disebut sebagai penerima suap dalam masyarakat timbul suatu sikap
dari direksi PT Brantas Abipraya. pesimis yang mengatakan bahwa hukum
Tujuan pemberian suap agar kejaksaan di Indonesia tumpul keatas dan runcing
menghentikan penyelidikan dugaan ke bawah. Dan itu merupakan suatu
tindak pidana korupsi yang dilakukan kasus yang harus menjadi koreksi
Sudi Wantoko. Korupsi itu diduga penegakan hukum di Indonesia dan
merugikan negara sebesar Rp 7 terutama dalam bidang korupsi, kolusi
miliar. Selain dari itu Kasus suap dan nepotisme yang rentan terhadap
panitera terbaru terjadi pada saat kasus penyuapan.
penyidik KPK melakukan operasi
tangkap tangan terhadap panitera Dilain pihak pelanggaran etika
pengganti Pengadilan Negeri Jakarta juga banyak menimpa anggota legislatif
Pusat Muhammad Santoso dan staf seperti kaus suap untuk meng-goal-kan

86
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

proyek-proyek tertentu maupun birokrasi pemerintahan terus mendapat


pelanggaran etika yang merusak citra kepercayaan dari masyarakat.
moral karena untuk menguntungkan diri
pribadi manupun golongan. Contoh 2. Permasalahan
beberapa waktu yang lalu, seperti kasus
“Papa minta saham” oleh Setya Yang menjadi permasalahan
Novanto yang pada saat itu menjabat sekarang ini bagaimana proses
sebagai Ketua DPR RI. Kemudian penentuan Etika dalam Birokrasi itu
seperti yang dikatakan oleh Ketua KPK sendiri, siapa yang akan mengukur
Agus Raharjo kepada wartawan yang seberapa jauh etis atau tidak, bagaimana
dilansir detik.com Jumat (6/9/2019) dengan kondisi saat itu dan tempat
bahwa Pelaku pejabat public terbanyak daerah tertentu yang mengatakan bahwa
dalam perkara korupsi adalah para itu etis saja di daerah kami atau dapat
anggota DPR dan DPRD yaitu 255 dibenarkan, namun ditempat lain belum
perkara. Padahal sebagai seorang ketua tentu. Dapat dikatakan bahwa Etika
DPRatau anggota DPR yang notabene Birokrasi sangat terpergantung dari
wakil rakyat sangat tidak pantas dengan seberapa jauh melanggar di tempat atau
adanya kasus tersebut. daerah mana, kapan dilakukannya dan
pada saat yang bagaimana, serta sangsi
Dalam bidang eksekutif, terdapat apa yang akan diterapkan sangsi sosial
beberapa kepala daerah yang tersandung moral ataukah sangsi hukum, semua ini
kasus korupsi, yaitu berjumlah 110 sangat temporer dan bervariasi di
perkara, termasuk di Provinsi Lampung, negara kita sebab terkait juga dengan
seperti Bupati Tanggamus, Bupati aturan, norma, adat dan kebiasaan
Lampung Selatan dan Bupati Lampung setempat.
Tengah serta baru baru ini Bupati
Lampung Utara. Ratu Atut Chosiyah, 3. Pembahasan
Gubernur Banten yang tersangkut kasus Dalam bahasa Indonesia “Etika”
pengadaan alat kesehatan dan dugaan berarti “kesusilaan” yang terdiri dari
suap terkait penanganan sengketa bahasa Sanskerta “Su” yang berarti
pilkasa Lebak, Banten, kemudian baik, dan “Sila” yang berarti norma atau
Gubernur Sumatera Utara yang dasar kehidupan. Etika berkaitan
tersandung kasus korupsi Dana Bantuan dengan tingkah laku manusia untuk
Sosial (Bansos), Bantuan Daerah bertindak secara benar. Jadi etika selalu
Bawahan (BDB) dan Bantuan condong pada perbuatan baik.
Operasional Sekolah (BOS) dll.
Prof. Dr. Muh. Said menjelaskan
Pihak-pihak yang terlibat dalam bahwa Secara etimologis etika berasal
kasus-kasus yang terjadi di dalam dari perkataan Yunani “Etos” yang
konteks etika berasal dari seluruh berarti adat atau watak. Kata ini identik
elemen pemerintahan baik eksekutif, dengan asal kata moral dari bahasa latin
legislatif maupun yudikatif. Padahal “Mos” (Jamaknya adalah Mores) yang
pejabat pemerintah baik eksekutif, juga berarti adat atau cara hidup. Jadi
legislatif maupun yudikatif harus kedua kata tersebut ( etika dan Moral)
mematuhi etika jabatannya masing- menunjukkan cara berbuat yang
masing. Etika dalam birokrasi menjadi adat karena persetujuan atau
pemerintahan merupakan hal yang praktek sekelompok manusia. Dengan
sangat penting untuk keberlangsungan demikian etika dapat di artikan sebagai
penyelenggaraan pemerintahan dan suatu sikap kesediaan jiwa seseorang
untuk menjaga citra birokrasi agar untuk senantiasa taat dan patuh kepada

87
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

seperangkat peraturan-peraturan saja tetapi bahkan diterima sebagai


kesusilaan. norma pengatur maka kebiasaan tadi
disebut sebagai tata kelakuan (more).
Dilain pihak dalam penentuan Tata kelakuan ini pada sebagian
suatu etika baik dalam birokrasi itu masyarakat memaksa untuk
sendiri maupun dalam masyarakat, mematuhinya apabila ada anggota
siapa yang mengukurnya suatu masyarakat yang melanggarnya maka
pelanggaran etika atau norma dikatakan dianggap melanggar norma yang ada
etis atau tidak sangat tergantung dari sehingga anggota masyarakat harus
aturan, norma, adat dan kebiasaan mematuhi tata kelakuan (mores)
masyarakat setempat. Menurut tersebut.
Soerdjono Soekanto, norma-norma
dalam masyarakat itu sendiri Adat-istiadat (custom) ini
mempunyai kekuatan mengikat yang merupakan norma yang paling kuat /
berbeda-beda. Ada norma yang lemah, tinggi mengikatnya. Suatu pelanggaran
yang sedang sampai yang terkuat daya terhadapnya akan menderita sanksi yang
ikatnya. Untuk dapat membedakan keras. Adat istiadat berasal dari tata
kekuatan norma-norma tersebut, secara kelakuan (mores) yang kekal serta kuat
sosiologis dikenal adanya 4 (empat) integrasinya dengan pola perilaku
pengertian yaitu: masyarakat maka lama kelamaan
menjadi adat-istiadat, contoh adanya
1. Cara (usage) hukum adat yang melarang terjadinya
2. Kebiasaan (folkways) perceraian. Dalam ini tidak hanya yang
3. Tata Kelakuan (Mores) bersangkutan tercemar namanya, tetapi
4. Adat- istiadat (custom) seluruh keluarga dan bahkan seluruh
sukunya .
Cara (usage) menunjuk pada suatu
bentuk perbuatan. Norma ini Norma-norma tersebut diatas
mempunyai kekuatan yang sangat setelah mengalami suatu proses yang
lemah bila dibandingkan dengan norma dinamakan proses pelembagaan
yang lain. Cara (usage) lebih menonjol (institutionalization) yaitu suatu proses
dalam hubungan antar individu dalam yang dilewati oleh suatu norma yang
masyarakat. Suatu penyimpangan baru untuk menjadi bagian dari salah
terhadapnya tidak akan mengakibatkan satu norma yang ada di masyarakat
hukuman yang berat, akan tetapi yang dikenal, diakui, dihargai dan
sekedar celaan dari individu lainnya, kemudian ditaati dalam kehidupan
contoh cara makan, cara minum dll. sehari-hari. Dengan sendirinya, selain
mengetahui maka seharusnya manusia
Kebiasaan (Folkways) mempunyai juga memahami mengapa ada etika /
kekuatan mengikat yang lebih besar norma yang mengatur kehidupan
daripada cara. Kebiasaan diartikan bersama dengan orang lain atau dalam
sebagai perbuatan yang diulang-ulang kelompok. Artinya di dalam berperilaku
dalam bentuk yang sama, yang manusia terikat oleh batas-batas tertentu
merupakan bukti bahwa orang banyak yang tidak boleh dilanggar. Apabila
menyukai perbuatan tersebut, contoh batas-batas tersebut dilanggar maka
kebiasaan menghormat kepada orang orang yang bersangkutan akan
yang lebih tua. dihukum.
Tata Kelakuan ( Mores) adalah Aristoteles juga memberikan
apabila kebiasaan tersebut tidak semata- istilah Ethica yang meliputi dua
mata dianggap kebagai cara berperilaku pengertian yaitu etika meliputi

88
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

Kesediaan dan Kumpulan peraturan, dapat pula dinyatakan sebagai Etika


yang mana dalam bahasa Latin dikenal yang dalam Organisasi Birokrasi
dengan kata Mores yang berati disebut sebagai Etika Birokrasi.
kesusilaan, tingkat salah saru perbuatan
(lahir, tingkah laku), Kemudian Dengan melihat paparan diatas
perkataan Mores tumbuh dan mengenai pelanggaran etika birokrasi
berkembang menjadi Moralitas yang dalam penyelenggaran pemerintahan
mengandung arti kesediaan jiwa akan maka kita dapat melihat kenyataan
kesusilaan. (Haryanto, 2012, Hal 8-9). bahwa apa yang masyarakat inginkan
Dengan demikian maka Moralitas jauh dari harapan , maka tentulah hal ini
mempunyai pengertian yang sama sangat menimbulkan kekecewaan dalam
dengan Etika atau sebaliknya, dimana masyarakat. Para aparat birokrasi yang
kita berbicara tentang Etika Birokrasi seharusnya mementingkan kepentingan
tidak terlepas dari moralitas aparat rakyat, justru sebaliknya mencari
Birokrasi penyelenggara pemerintahan keuntungan pribadi dan golongan.
itu sendiri. Dalam etika atau norma masyarakat
yang berlaku bahwa seorang aparatur
Etika dan moralitas secara teoritis birokrasi harus amanah dalam
berawal dari pada ilmu pengetahuan memegang tampuk kekuasaan untuk
(cognitive) bukan pada efektif. memperjuangkan kepentingan rakyat.
Moralitas berkaitan pula dengan jiwa Rakyat menginginkan pemimpin yang
dan seamangat kelompok masyarakat. jujur, amanah dan dapat dipercaya.
Moral terjadi bila dikaitkan dengan Itulah etika atau norma yang berlaku
masyarakat, tidak ada moral bila tidak dalam masyarakat Indonesia. Akan
ada masyarakat dan seyogyanya tidak tetapi etika dan norma tersebut banyak
ada masyarakat tanpa moral, dan dilanggar oleh aparat birokrasi itu
berkaitan dengan kesadaran kolektif sendiri. Proyek –proyek dengan nilai
dalam masyarakat. Immanuel Kant, ratusan miliar atau bahkan triliuan
teori moralitas tidak hanya mengenai rupiah dipotong untuk kepentingan
hal yang baik dan yang buruk, tetapi sejumlah pejabat yang mereka sebut
menyangkut masalah yang ada dalam sebagai “ commitment fee “. Padahal
kontak social dengan masyarakat, ini seharusnya uang rakyat Indonesia yang
berarti Etika tidak hanya sebatas menjadi sumber utama anggaran, harus
moralitas individu tersebut dalam artian dapat dinikmati secara penuh oleh
aparat birokrasi tetapi lebih dari itu masyarakat. Niat baik pemerintah untuk
menyangkut perilaku di tengah-tengah membangun negeri ini diselewengkan
masyarakat dalam melayani masyarakat oleh para pelaku korupsi “ kata ketua
apakah sudah sesuai dengan aturan KPK Agus Raharjo yang banyak
main atau tidak, apakah etis atau tidak. menanggani kasus-kasus korupsi
tersebut. Inilah protret etika birokrasi
Dari beberapa pendapat yang kita ketika masyarakat mengharapkan
menegaskan tentang pengertian Etika di agar para aparatur Birokrasi bekerja
atas jelaslah bagi kita bahwa dengan penuh rasa tanggungjawab,
Etika terkait dengan moralitas dan kejujuran dan keadilan dijunjung,
sangat tergantung dari penilaian sementara yang kenyataan yang terjadi
masyarakat setempat, jadi dapat mereka yang melanggar Etika Birokrasi
dikatakan bahwa moral merupakan sama sekali tidak bermoral atau
landasan normative yang didalamnya beretika, maka disitulah kita
mengandung nilai-nilai moralitas itu mengharapkan adanya aturan yang
sendiri dan landasan normative tersebut dapat ditegakkan yang menjadi norma

89
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

atau rambu-rambu dalam melaksanakan baik kalau birokrasi memiliki kesadaran


tugasnya. Sesuatu yang kita inginkan itu dan pemahaman yang tinggi mengenai
adalah Etika yang yang perlu besarnya kekuasaan yang dimiliki dan
diperhatikan oleh aparat Birokrasi tadi. implikasi dari penggunaan kekuasaan
itu bagi kepentingan masyarakatnya.
Ada beberapa alasan mengapa Kesadaran dan pemahaman yang tinggi
Etika Birokrasi penting diperhatikan mengenai kekuasaan dan implikasi
dalam pengembangan pemerintahan penggunaan kekuasaan itu hanya dapat
yang efisien, tanggap dan akuntabel, dilakukan melalui pengembangan etika
menurut Agus Dwiyanto, bahwa birokrasi.
: Pertama masalah – masalah yang
dihadapi oleh birokrasi pemerintah Walaupun pengembangan etika
dimasa mendatang akan semakin birokrasi sangat penting bagi
kompleks. Modernitas masyarakat yang pengembangan birokrasi namun belum
semakin meningkat telah melahirkaan banyak usaha dilakukan untuk
berbagai masalah – masalah publik mengembangkannya. Sejauh ini baru
yang semakin banyak dan komplek dan lembaga peradilan dan kesehatan yang
harus diselesaikan oleh birokrasi telah maju dalam pengembangan etika,
pemerintah. Dalam memecahkan seperti terefleksikan dalam etika
masalah yang berkembang birokrasi kedokteran dan peradilan. Etika ini
seringkali tidak dihadapkan pada pilihan dapat menjadi salah satu sumber
– pilihan yang jelas seperti baik dan tuntunan bagi para professional dalam
buruk. Para pejabat birokrasi seringkali pelaksanaan pekerjaan mereka.
tidak dihadapkan pada pilihan yang Pengembangan etika birokrasi ini
sulit, antara baik dan buruk, yang tentunya menjadi satu tantangan bagi
masing – masing memiliki implikasi para sarjana dan praktisi administrasi
yang saling berbenturan satu sama lain. publik dan semua pihak yang
Misalnya dalam kasus pembebasan menginginkan. Dari alasan yang
tanah terkadang pilihan yang dihadapi dikemukakan di atas ada sedikit
oleh para pejabat birokrasi seringkali gambaran bagi kita mengapa Etika
bersifat dikotomis dan dilematis. Birokrasi menjadi suatu tuntutan yang
Mereka harus memilih antara harus sesegera mungkin dilakukan
memperjuangkan program pemerintah sekarang ini, hal tersebut sangat terkait
dan memperhatikan kepentingan dengan tuntutan tugas dari aparat
masyarakatnya. birokrasi itu sendiri yang seiring dengan
semakin komplesnya permasalahan
Kedua, keberhasilan yang ada dalam masyarakat dan seiring
pembangunan yang telah meningkatkan dengan fungsi pelayanan dari Birokrat
dinamika dan kecepatan perubahan itu sendiri agar dapat diterima dan
dalam lingkungan birokrasi. Dinamika dipercaya oleh masyarakat yang
yang terjadi dalam lingkungan tentunya dilayani, diatur dan diberdayakan.
menuntut kemampuan birokrasi untuk
melakukan adjustments agar tetap Untuk itu para Birokrat harus
tanggap terhadap perubahan yang merubah sikap perilaku agar dapat
terjadi dalam lingkungannya. dikatakan lebih beretika atau bermoral
Kemampuan untuk bisa di dalam melaksanakan tugas dan
melakukan adjustment itu fungsinya, dengan demikian harus ada
menuntut discretionary power yang aturan main yang jelas dan tegas yang
besar. Penggunaan kekuasaan direksi ini perlu ditaati yang menjadi landasan
hanya akan dapat dilakukan dengan

90
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

dalam bertindak dan berperilaku di dalam penyampaian kode etik maka


tengah-tengah masyarakat. kode etik itu dapat dibaca secara
bersama – sama pada kesempatan
Di negara kita yang masih kental tertentu yang kadang–kadang diikuti
budaya paternalistik atau tunduk dan oleh suatau wejangan dari seorang
taat kepada Bapak atau pemimpin pimpinan upacara disebut inspektur
pemerintahan yang juga merupakan upacara , maksudnya adalah untuk
pemimpin birokrasi, sehingga sangat menciptakan kondisi–kondisi moril
sulit bagi masyarakat untuk menegur yang menguntungkan dalam organisasi
para pemimpin Birokrasi bahwa yang yang berpengalaman dan
dilakukannya itu tidak etis atau tidak mempertumbuhkan sikap mental yang
bermoral, mereka lebih banyak diam diperlukan, juga untuk menciptakan
dan malah manurut saja melihat moral yang baik. Kode Etik tersebut
perilaku yang ada dalam jajaran aparat biasanya dibaca dalam upacara bendera,
birokrasi. upacara bulanan atau upacara ulang
tahun organisasi yang bersangkutan,
Dalam kondisi seperti di atas, dan upacara – upacara nasional.
inisiatif penetapan Etika bagi aparat
Birokrasi atau penyelenggara Pegawai Negeri Sendiri
pemerintahan hampir sepenuhnya adalah setiap warga negara Republik
berada di tangan pemerintah. Dimana Indonesia yang telah memenuhi syarat
pemerintah atau organisasi yang disebut yang ditentukan, diangkat oleh pejabat
birokrasi merasa paling berkuasa dan yang berwenang dan diserahi tugas
merasa dialah yang mempunyai dalam suatu jabatan negara atau diserahi
kewenangan untuk menentukan sesuatu tugas negara lainnya, dan digaji
itu etis atau tidak bagi dirinya menurut berdasarkan peraturan perundang-
versi atau pandangannya sendiri, tanpa undangan yang berlaku.
mempedulikan apa yang aturan main di
dalam masyarakat. Permasalahan ini Setiap organisasi, misalnya PNS
sangat rumit karena Etika Birokrasi atau TNI dan lain-lain ada usaha untuk
cenderung diseragamkan melalui membentuk Kode Etik yang
peraturan Kepegawaian yang telah lebih mengikat atau mengatur
diatur dari Birokrasi tingkat atas atau anggotanya agar lebih beretika dan
pemerintah pusat, sementara dalam bermoral. Namun sampai sekarang
pelaksanaan tugasnya dia berada di belum diketahui sampai seberapa jauh
tengah-tengah masyarakat, yang jadi dan juga belum dapat dipantau secara
pertanyaan sekarang apakah yang jelas dari perbuatan seseorang apakah
dikatakan Etis menurut peraturan yang bersangkutan melanggar Etika
kepegawaian yang mengatur Aparat atau Kode Etik atau tidak, karena belum
Birokrasi dapat dapat dikatakan Etis jelas batasannya dan apa sangsinya,
pula dalam masyarakat ataupun sehingga benar-benar dapat
sebaliknya. dipergunakan sebagai ukuran atau
criteria untuk menilai perilaku atau
Etika Birokrasi merupakan bagian tingkah laku aparat Birokrasi sehingga
dari aturan main dalam organisasi disebut beretika atau tidak.
Birokrasi atau Pegawai Negeri yang
secara struktural telah diatur aturan Tetapi apapun dan bagaimanapun
mainnya, dimana kita kenal sebagai maksud yang hendak dicapai dengan
Kode Etik Pegawai Negeri, yang telah membentuk, menanamkan Kode Etik
diatur lewat Undang-undang tersebut adalah demi terciptanya Aparat
Kepegawaian. Untuk lebih efektif Birokrasi lebih jujur, lebih bertanggung

91
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

jawab, lebih berdisiplin, dan lebih rajin bagaimana ketentuan-ketentuan tersebut


serta yang terpenting lebih memiliki dapat dihayati dan diamalkan dalam
moral yang baik terhindar dari berperilaku sebagai Aparat Birokrasi
perbuatan tercela seperti korupsi, kolusi, dan yang tidak kalah penting yaitu
nepotisme dan lain-lain. bagaimana penegakkan hukum atau
sangsi yang tegas bagi para pelanggar
Agar tercipta Aparat Birokrasi aturan yang telah disepakati dan
yang lebih beretika sesuai harapan di ditentukan tersebut. Hukuman atau
atas, maka perlu usaha dan latihan ke sangsi perlu ditegakkan secara merata
arah itu serta penegakkan sangsi yang tanpa pandang bulu apakah dia atasan
tegas dan jelas kepada mereka yang atau bawahan semuanya harus sama di
melanggar kode Etik tanpa memandang mata hukum.
pangkat dan jabatannya. Siapapun yang
melanggar kode etik, entah itu atasan Masyarakat juga berhak
ataupun bawahan harus ditindak dengan menentukan kode Etik atau aturan
tegas untuk menimbulkan efek jera. dalam masyarakat yang juga turut
Oleh karena itu dalam hubungannya mengatur keberadaan seorang Aparat
dengan Kode Etik Pegawai Negeri Birokrasi di lingkungannya, kalau
maka harus betul-betul menjiwai, memang melanggar harus ada
menghayati dan melaksanakan aturan- komitmen bersama untuk mentaati
aturan kepegawaian yang telah aturan yang ada di tengah-tengah
ditentukan atau ditetapkan sebagai masyarakat. Jadi yang disebut Etika
aturan main para aparat Birokrasi. Birokrasi merupakan norma aturan yang
melekat pada anggota atau aparat
4. Penutup Birokrasi itu sendiri di manapun dan
kapan dia berada, baik di kantor
Etika Birokrasi merupakan hal maupun di tengah-tengah masyarakat.
yang sangat penting dan harus
diimplementasikan kepada para aparat
birokrasi pemerintah agar tercipta aparat
yang jujur, bersih dan berwibawa sesuai DAFTAR PUSTAKA
dengan aturan – aturan yang telah
ditetapkan dalam kode etik birokrasi. Agus Dwiyanto, Pemerintah Yang Baik,
Walaupun dalam kenyataan sekarang Tanggap, Efisien, dan Akuntabel,
hal-hal tersebut hanya merupakan Kontrol atau Etika, Seminar
konsep ideal yang diharapka dari aparat Forum Kebijakan Publik, Pasca
pelaksana pemerintahan di Indonesia Sarjana, UGM, Yogyakarta, 2000.
yang merupakan aparat birokrasi di
negara kita yang mempunyai tugas dan Inu Kencana Syafiie, Etika
fungsi pokok untuk melayani Pemerintahan, Bandung , Rineka
masyarakat, mengatur masyarakat dan Cipta, 1994.
memberdayakan masyarakat. Fungsi-
fungsi ini dapat dilaksanakn dengan Haryanto, Drs, MA, Makalah Etika
baik apabila Aparat Birokrasi tersebut Pemerintahan, Staf Pengajar
memiliki Etika dalam bekerja. Jurusan Ilmu Pemerintahan
FISIPOL, UGM, Yogyakarta. hal.
Etika Birokrasi bukan hanya 8,9.
sekedar retorika yang didengungkan
saja melalui Undang-undang atau Muhammad Said. Etika Masyarakat
Peraturan Pemerintah Tentang Indonesia. Jakarta, Pradnya
kepegawaian, tetapi lebih dari itu Pramita 1960, halaman 23.

92
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.
Business Perspective Journal
Available at: http://jurnal.utb.ac.id/index.php/bpj/index Volume 1. No. 1 edisi Juni 2021

Soerdjono Soekanto, Sosiologi Suatu


Pengantar, Rajawali, Jakarta,
2006.

Haryantousia.blogspot.co.id./2012/11/Et
ika Birokrasi Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Di
Indonesia (Analisis PP No : 53
Tahun 2010).

93
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0.

You might also like