You are on page 1of 32

LAPORAN

PRAKTEK KERJA
LAPANGAN

DI PT. PLN UPDK TELLO MAKASSAR


BIDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE – 162

DISUSUN OLEH:

AHMAD FARHAN MANDANG

PENYELENGGARA
PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI
MAKASSAR, 04 DESEMBER – 16 DESEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
kasih-Nya kami berhasil menyelesaikan penulisan laporan PKL ini tepat pada waktunya tanpa
kekurangan sesuatu apapapun dan dalam keadaan sehat. Laporan PKL ini disusun guna
memenuhi salah satu persyaratan dari pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(AK3) Umum yang diadakan oleh PJK3 PT. Indotama Jasa Sertifikasi.

Dalam penyusunan laporan PKL ini kami melakukan praktek kunjungan lapangan
(PKL) secara online di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Tello
Kota Makassar. Bidang yang kami teliti adalah bidang kelembagaan dan keahlian K3, SMK3,
bidan K3 lingkungan kerja, K3 kesehatan kerja dan B3, bidang K3 konstruksi bangunan, K3
penanggulangan kebakaran, K3 instalasi listrik, bidang K3 mekanik, (PAA ,PTP) & K3
pesawat uap & bejana tekan. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para instruktur
Ahli K3 Umum dan rekan- rekan panitia dari PT. Indotama Jasa Sertifikasi atas bimbingan
dan dorongannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PKL ini sesuai waktu yang
ditentukan. Kemudian kepada rekan-rekan calon AK3 Umum atas kebersamaan dan
dukungannya selama ini.

Dalam penyusunan laporan ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun sehingga tercapainya kesempurnaan isi maupun penulisan dari laporan ini.

Penyusun

AHMAD FARHAN MANDANG

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Maksud Dan Tujuan.................................................................................................2
C. Ruang Lingkup.........................................................................................................2
D. Dasar Hukum...........................................................................................................3
BAB II KONDISI PERUSAHAAN...................................................................................13
A. Gambaran Umum Perusahaan..................................................................................13
B. Visi dan Misi............................................................................................................14
C. Lokasi Perusahaan....................................................................................................14
D. Struktur Organisasi...................................................................................................15
E. Jumlah Tenaga Kerja................................................................................................15
F. Shift Kerja................................................................................................................15
G. Sarana Pokok dan Fasilitas Penunjang.....................................................................15
BAB III ANALISA TEMUAN HASIL OBSERVASI.....................................................17
A. Analisa Temuan Positif............................................................................................17
B. Analisa Temuan Negatif...........................................................................................28
BAB IV PENUTUP............................................................................................................34
A. Kesimpulan...............................................................................................................34
B. Saran.........................................................................................................................35
BAB V DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan adalah kebutuhan setiap manusia. Pegawai merupakan salah
satu jenis modal berupa sumber daya manusia yang keberadaannya sangat penting dalam
segala bidang kegiatan perusahaan. Perusahaan percaya bahwa staf yang profesional, handal,
kompeten dan pekerja keras adalah kunci sukses mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan
harus mengelola dan memelihara sumber daya manusianya dengan baik. Ditinjau dari segi
keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi perusahaan, karena merupakan salah satu
faktor pencegah terjadinya resiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu dan
wajib menerapkan langkah dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga dapat
mengurangi risiko kecelakaan kerja di perusahaan. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 86 (1) dan (2) yang menyatakan bahwa setiap pekerja berhak atas
perlindungan (kesehatan dan keselamatan kerja) untuk mencapai produktivitas yang optimal.
tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Aspek-aspek
yang berlaku terhadap keselamatan dan kesehatan kerja juga diatur dalam peraturan VV no. 50
Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSH3)
yang menyatakan bahwa kecelakaan kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan
sedikit lagi oleh faktor teknis.

Hal ini juga dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 yang menjelaskan
bahwa perusahaan wajib melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja, orang lain, dan sumber produksi. Menurut Widodo (2015), keselamatan
kerja adalah suatu bidang yang berkaitan dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan
orang-orang yang bekerja pada suatu lembaga atau lokasi proyek.

Kesehatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya mewujudkan tempat kerja yang
aman dan sehat yang tidak mencemari lingkungan untuk melindungi dan mencegah pekerja dari
kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan kerugian pribadi dan materil bagi pekerja dan
pengusaha, namun dapat mengganggu proses produksi secara keseluruhan dan merusak

4
lingkungan hidup yang pada akhirnya berdampak pada masyarakat luas. Apabila perusahaan
tidak memperhatikan pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan karyawan, maka
kemungkinan terjadinya kecelakaan akan tinggi dan kerugian yang dialami perusahaan akan
semakin besar.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. PLN
UPDK Tello Makassar sebagai berikut:
1. Mengimplementasikan ilmu-ilmu terkait kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
ditempat kerja secara langsung.
2. Untuk menganalisis implementasi penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3)
pada PT. PLN UPDT Tello Makassar
3. Untuk menganalisis regulasi yang berkaitan dengan temuan di PT. PLN UPDT
Tello Makassar

C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Kelembagaan K3 dan Keahlian K3 meliputi:
1. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
2. Pengesahan P2K3
3. Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3)
4. Organisasi dan Program Kerja
5. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Ruang Lingkup SMK3, meliputi:


1. Pengamatan dan Penerapan SMK3
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja
3. Kebijakan dan Komitmen K3
4. Audit SMK3
5. Penghargaan K3 (Zero Accident Award Sertifikat SMK3)

5
Ruang Lingkup Kesehatan Kerja, Ergonomi:

1. Dasar-dasar kesehatan kerja dan peraturan perundangan norma kesehatan


kerja
2. Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK)
3. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
4. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
5. Gizi kerja dan penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja
6. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja
7. Pencehagan penyakit di tempat kerja

Ruang Lingkup Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya:


1. Pengertian lingkungan kerja, iklim kerja, Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB), kebisingan, getaran, radiasi gelombang radio atau gelombang mikro,
radiasi ultra ungu (ultra violet), medan magnet statis, tekanan udara ekstrim,
pencahayaan, kualitas udara dalam ruangan (KUDR), Nilai Ambang Batas
(NAB), higiene, sanitasi, Bahan Kimia berbahaya, Nilai Ambang Kuantitas
(NAK), Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB), label, Globally
Harmonised Systems (GHS), Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya
(DPPB), ruang terbatas (confined spaces), bekerja pada ketinggian (working
at height) dan alat pelindung diri (APD).

Ruang Lingkup Konstruksi Bangunan:


1. Karakteristik kegiatan proyek konstruksi bangunan
2. Jenis-jenis bahaya pada kegiatan konstruksi bangunan
3. Unsur-unsur terkait pada kegiatan konstruksi bangunan
4. Strategi penerapan K3 pada proyek konstruksi bangunan
5. Elemen program K3 proyek konstruksi bangunan
6. Pengawasan pelaksanaan K3 proyek konstruksi bangunan
7. Personil dan peralatan
8. Inspeksi rutin internal

6
Ruang Lingkup K3 Listrik:
1. K3 Instalasi penyalur petir
2. K3 Elevator dan escalator
3. Personil K3 listrik
4. Perancangan, Pemasangan, pemeriksaan, pengujian, pelayanan, pemeliharaan
dan pengawasannya instalasi listrik Teg > 25 V dan dayanya > 100 W

Ruang Lingkup Objek Pengawasan Pesawat Angkat dan Angkut:


1. Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, penggunaan atau
pengoperasian, reparasiI modifikasi dan pemeliharaan pesawat angkat dan
angkut.
2. Personil K3 yang mengoperasikan pesawat angkat dan angkut.

Ruang Lingkup K3 Bejana Tekanan dan Tangki Timbun:


1. Sumber potensi bahaya pada bejana tekanan dan tangki timbun,
2. Persyaratan K3 bejana tekanan dan tangki timbun.
3. Tata cara pemeriksaan dan tata laksana teknis K3 bejana tekanan dan tangki
timbun.

D. Dasar Hukum
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum
pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dan Undang – Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

1. Dasar hukum Kelembagaan K3 , Keahlian K3 , SMK3


Dasar Hukum Kelembagaan K3, Keahlian K3
 Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

 Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3


 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 2 tahun 1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban Dan Wewenang Ahli Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja

7
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 4 tahun 1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 155 Tahun 1984 tentang
Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
kep-125/MEN/1982, tentang Pembentukan Susunan dan Tata Kerja Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasioanal, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 239 tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Calon Ahli
Keselamatan dan kesehatan Kerja Umum.
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 02 tahun
2011 tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan terhadap Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3)
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 03 tahun
2011 tentang Pelaksanaan Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 yang selanjutnya
disebut Ahli K3
 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
48 Tahun 2011 tentang Bidang Jasa Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
 Kepdirjen Binwasnaker dan K3 No. 69/PPK&K3/XII/2015 tentang Pedoman
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 4 tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Dasar Hukum SMK3

 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Terdiri dari 11


Bab dan 18 Pasal

 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Terdiri dari 18


Bab dan 193 Pasal. Pasal yang mengatur tentang SMK3 pada pasal 87.
 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3;

8
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.26 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

2. Dasar Hukum Kesehatan Kerja, Ergonomi, Lingkungan Kerja Dan B3


Dasar Hukum Kesehatan Kerja, Ergonomi

 Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi


Perburuhan International Nomor 120 Mengenai Higiene Dalam Perniagaan
dan Kantor-kantor.
 Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor
Per-01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per01/Men/1979
tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan
 Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
 Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
 Permennakertrnas No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
 Permennakertrans No. Per. 11/Men/2005 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Tempat
Kerja

 Permennakertrans No. Per. 25/Men/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan


Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
 Permennakertrans No.Per.15/Men/2008 tentang Pertolongan pertama Pada
Kecelakaan di Tempat Kerja
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

9
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 333 Tahun 1989 Tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
 Kepmennakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan .
 Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
 Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/89 tentang Perusahaan Catering
Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.
 SE 280/2010 tentang Pandemi Influenza

 Kepdirjen PPK No. 20/DJPPK/2005 tentang Petunjuk Pelaksaan Pencegahan


dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
 Kepdirjen PPK No. 22/DJPPK/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
 Kepdirjen No. 44/DJPPK/2012 tentang Pedoman Pemberian Pengharaan
Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di Tempat Kerja

Dasar Hukum Lingkungan Kerja

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

Dasar Hukum Higiene Dan Sanitasi

 Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi


Perburuhan Internasional No.120 mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan
Kantor-kantor.
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

10
Dasar Hukum K3 Pada Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya

 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.187/MEN/1999 tentang


Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
 Keputusan Dirjen PPK No. Kep. 84/PPK/X/2012 tentang Tata Cara
Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan Menengah

Dasar Hukum Pada Penggunaan Bahan Kimia Khususnya Pestisida

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03/Men/1986 tentang tentang Syarat-


syarat K3 di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida

Dasar Hukum K3 Pada Pemakaian Asbes

 Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03/Men/1985 tentang

 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes.

 Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep.104/DJPPK/IX/2006 tentang

 Petunjuk Teknis Pelaksanaan K3 Pemakaian Bahan yang Mengandung


 Asbes di Tempat Kerja.

Dasar Hukum Syarat – Syarat K3 Bekerja Pada Ketinggian (Working At


Height)
 Undang – undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja b. Peraturan
Menteri Ketengakerjaan R.I. Nomor 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Dalam Ketinggian

Dasar Hukum Syarat – Syarat K3 Pekerjaan Pada Penyelaman Di Dalam Air


 Keputusan Dirjen PPK No. Kep. 64/PPK/XI/2013 tentang Pedoman
Pembinaan K3 Pekerjaan Penyelaman Di Dalam Air (Underwater Diving
Work).

11
Dasar Hukum Pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD)

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/2010


tentang Alat Pelindung Diri

Dasar Hukum Syarat–Syarat K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas (Confined


Spaces)
 Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang
Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas

3. K3 Konstruksi, Bangunan, Listrik, Dan Penanggulangan Kebakaran


Dasar Hukum dari K3 Konstruksi bangunan adalah :
 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1980 tentang K3 pada


Konstruksi Bangunan
 SKB Menaker dan Men PU ke-174/1986 dan No. 104/KPTS/1986 tentang K3
pada Tempat Kegiatan Konstruksi beserta Pedoman Pelaksanaan K3 pada
Tempat Kegiatan Konstruksi

 Surat edaran Dirjen Binawas No. 13/BW/1998 tentang Akte


Pengawasan Proyek Konstruksi bangunan
 Surat Dirjen Binawas No. 147/BW/KK/IV/1997 tentang Wajib Lapor
Pekerjaan Proyek Konstruksi.

Dasar Hukum K3 Pengawasan listrik, lift dan proteksi bahaya sambaran petir yaitu
:
 Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

 Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
 Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja

12
 Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
 Permenaker Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
 Permenaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker Nomor
2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
 Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 tentang K3 Elevator dan Eskalator

 Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3 Nomor Kep.


47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik
 Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3 Nomor Kep.
48/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Teknisi K3 Listrik

Dasar hukum yang berkaitan dengan K3 Penanggulangan Kebakaran yaitu :


 Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/Men/1980


tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 02/Men/1983
tentang Instalasi Kebakaran Alarm Automatik

 Keputusan Menteri Tenaga Nomor 186/Men/1999 tentang Unit


Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
 Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
 Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan RI No. 13/MEN/XI/2015 tentang

Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Bidang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

4. K3 Mekanik, (PAA ,PTP) Pesawat Uap & Bejana Tekan


Dasar Hukum Pengawasan Pesawat Angkat dan Angkut
 Undang- Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 86 dan
87);

13
 Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Kesehatan Kerja (pasal 2, 3, 4 dan
5);
 Permenaker No.Per.05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut;

 Kepmenaker No. 452/MEN/1996 tentang Pesawat Angkat dan Angkut Jenis


Rental
 Permenakertrans No.Per.09/Men/VII/2010 tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.
 Permenaker No. 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan.

Dasar Hukum Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

 Undang - Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tata


Cara Pengawasan Ketenagakerjaan.

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 37 Tahun 2016 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana tekanan dan Tangki Timbun.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER
02/MEN/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las di Tempat Kerja

Tabel I.1 Bidang K3 Yang di Analisa Pada PKL di PT. PLN UPDK Tello
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

No Bidang Analisa Temuan K3 Keterangan

1 Kelembagaan & Keahlian K3 Ada

2 SMK3 Ada

3 K3 Mekanik PAA & PTP Ada

4 K3 Pesawat Uap Bejana Tekanan dan Tangki Timbun Ada

14
5 K3 Instalasi Listrik Ada

6 K3 Penanggulangan Kebakaran Ada

7 K3 Konstruksi Bangunan Ada

8 K3 Elevator & Eskalator Tidak Ada

9 K3 B3 Ada

10 K3 Lingkungan Kerja Ada

11 K3 Kesehatan Kerja Ada

15
BAB II
KONDISI
PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Perusahaan


PT. PLN (Persero) adalah badan usaha milik negara yang bertugas menangani
semua aspek ketenagalistrikan di Indonesia. Berdiri pertama kali pada 27 Oktober
1945, PT. PLN (Persero) berkembang dengan pesat, menyesuaikan dengan
bertambahnya konsumsi listrik di indonesia. Unit PT. PLN (Persero) dibagi dalam
beberapa wilayah untuk mengurusi, pembangkitan, penyaluran (transmisi), pengaturan
beban, dan distribusi kepada pelanggan.
PLTU Tello mulai beroperasi dan diresmikan oleh Bapak Presiden RI, Soeharto
pada tahun 1973, dipasang 2 buah mesin diesel dengan daya terpasang masing-
masing sebesar 2,84 MW yang berlokasi di dekat PLTU Tello. Pada tahun 1976,
tepatnya bulan Juni dibentuk unit-unit Sektor Tello. Dengan nama PLN Wilayah VIII
dengan unit asuhan PLTD Bontoala dan Gardu Induk Transmisi. Pada tahun yang
sama PT. PLN Wilayah VIII Sektor Tello mendapat tambahan 1 unit PLTG dengan
daya terpasang 14,66 MW. Dengan berkembangnya pembangunan di Kota
Makassar, serta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, PLN
mendapat tambahan beberapa pembangkit, yaitu:

1) Tahun 1982 dibangun 2 unit PLTG Alston dengan daya terpasang 21,35 MW.
2) Tahun 1984 dibangun 2 unit PLTD Mitsubishi dengan daya terpasang 2 x
12,6 MW.
3) Tahun 1989 dibagun 2 unit PLTD SWD dengan daya terpasang 2 x 12,4 MW.
4) Tahun 1997 dibangun 2 unit PLTG GE dengan daya 2 x 33,4 MW.

Untuk menyalurkan saluran energi dan pembangkit-pembangkit yang berasa di


lingkungan kerja PT. PLN Makassar kepada Pelanggan, serta untuk menunjang dan
mengantisipasi peningkatan beban pada daerah-daerah baru, maka tahap pertama sejak
tahun 1969 dibangun saluran transmisi sistem tegangan 30 KV dan Gardu Induk
(Tello, Bontoala, Kalukuang, Sungguminasa, Parangloe, Mandai, dan Tonasa I).
Selanjutnya di bangun saluran transmisi sistem tegangan 70 KV dan sistem tegangan
150 KV dan Gardu Induk (Pangkep, Tonasa II, Daya, Tello, dan Tello Lama) serta
perluasan Gardu Induk Existing.

16
B. Visi dan Misi Visi Perusahaan:
“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang,
Unggul, dan Terpercaya dengan Bertumpu pada Potensi Insan”.
Misi Perusahaan:
 Menghimpun dan menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang
terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
 Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat
 Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi
 Menjadikan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

C. Lokasi Perusahaan
Lokasi : Jl. Urip Sumoharjo No. Km 5, Tello Baru, Panakkukang,
Makassar, Sulawesi Selatan

Gambar II.1 Lokasi PT. PLN UPDK Tello Makassar

17
D. Struktur Organisasi
Berikut Struktur Organisasi Susunan Pengurus P2K3 PT. PLN (Persero) UPDK
Tello Makassar

Gambar II.2 Struktur Organisasi Pengurus P2K3 PT. PLN UPDK Tello Makassar

E. Jumlah Tenaga Kerja


Jumlah Tenaga Kerja di PT. PLN (Persero) UPDK Tello Makassar sebanyak
241 Orang. Laki-laki sebanyak 222 orang dan perempuan sebanyak 19 orang.

F. Shift Kerja
Terdapat tiga shift kerja di PT PLN UPDK Tello Makassar, yakni shift
pagi,sore, dan malam. Hal ini dikarenakan khusus pada site PT PLN UPDK Tello
Makassar hampir beroperasi sekitar 24 jam dengan resiko kerja yang berada pada
kategori bahaya besar.

G. Sarana Pokok dan Fasilitas Penunjang


Berikut Sarana Pokok dan Fasilitas Penunjang PT. PLN (Persero) UPDK Tello
Makassar:
a. Pos Pengamanan (Pos Security)
b. Area Parkir Kendaraan
c. Aula Sikarannuang
d. Klinik Perusahaan (1 Dokter Pemeriksa dan 2 Tenaga Paramedis)
e. Kantin
f. Musholla
g. Toilet

18
h. Jalur Pejalan Kaki & Assembly Point
i. Rumah Pompa (Pump House)
j. Fire Fighting Station & Fire Hydrant Station
k. Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Cair
l. APAR, Hydrant (Barel & Box), Selang Hydrant
m. Gantry Crane & Overhead Crane
n. Alat Perlindungan Diri
o. Kotak P3K
p. Tempat Sampah
q. Electric Forklif

Gambar II.3 Denah Lokasi dan Plank Perintah Penerapan SMK3 PT. PLN UPDK
Tello Makassar

19
BAB III
ANALISA TEMUAN HASIL OBSERVASI

A. ANALISA TEMUAN POSITIF

No DOKUMENTASI TEMUAN ANALISIS DASAR HUKUM


1. PT. PLN PT. PLN Peraturan Pemerintah
UPDK (persero) Nomor 50 tahun 2012,
Tello UPDK pemerintah
Makassar Tello telah menetapkan penerapan
telah menerapkan sistem manajemen
membuat SMK3 keselamatan dan
dan dengan kesehatan kerja
melaksanak memenuhi (SMK3) yang
an program persyaratan merupakan kebijakan
kerja K3 SMK3 pemerintah yang wajib
dan dilaksanakan oleh
menerapka perusahaan dalam
n SMK3 di upaya menurunkan
perusahaan angka kecelakaan kerja
dan penyakit akibat
kerja.
2. Pemberian Alatpelindu PERATURAN
APD ng diri MENTERI TENAGA
kepada digunakan KERJA DAN
tamu untuk untuk para TRANSMIGRASI
mereka dari pekerja atau REPUBLIK
bahaya pengunjung INDONESIA NOMOR
yang ada di terhindar PER.08/MEN/VII/201
tempat dari bahaya 0 TENTANG
kerja di PT.PLN ALAT PELINDUNG
UPDK DIRI
Tello Pasal 6

(1) Pekerja/buruh dan


orang lain yang
memasuki tempat kerja
wajib memakai atau
menggunakan APD
sesuai dengan potensi
bahaya dan risiko.
3. Adanya Dari adanya Adanya kotak P3K
kotak P3K tersedia Dari adanya tersedia
kotak P3K kotak P3K ini untuk
ini untuk memudahkan para
memudahka petugas P3K untuk
n para memberikan
petugas Penanganan
P3K untuk pertolongan pertama
memberika pada kecelakaan untuk
n pekerja yang
Penanganan Permenakertrans
pertolongan
28
pertama No.Per.15/Men/VIII/
pada 2008 Tentang P3K Di
kecelakaan Tempat Kerja Pasal
untuk 10 :
pekerja
yang 1) pada tempat yang
mengalami mudah dilihat dan
kecelakaan dijangkau, diberi
kerja ringan tanda arah yang
di PT.PLN jelas, cukup cahaya
UPDK serta mudah
Tello diangkat apabila
tersebut akan digunakan;
2) disesuaikan dengan
jumlah
pekerja/buruh, jenis
dan jumlah kotak
P3K sebagaimana
tercantum dalam
Lampiran III
Peraturan Menteri
ini;
3) dalam hal tempat
kerja dengan unit
kerja berjarak 500
meter atau lebih
masing-masing unit
kerja harus
menyediakan kotak
P3K sesuai jumlah
pekerja/buruh;
4) dalam hal tempat
kerja pada lantai
yang berbeda di
gedung bertingkat,
maka masing-
masing unit kerja
harus menyediakan
kotak P3K sesuai
jumlah
pekerja/buruh.
4. a. Terdap Terdapat UU no 1 tahun 1970
at SOP tentang keselamatan
sebuah (Standard kerja BAB X
poster Operating kewajiban pengurus
dan Procedure) pasal 14
rambu- dan Pengurus diwajibkan :
rambu pelabelan di a. Secara tertulis
K3 control menempatkan dalam
b. Terdap room tempat kerja yang
at dipimpinnya, semua
rambu- syarat keselamatan
rambu kerja yang diwajibkan,
peringa sehelai Undang-
tan undang ini dan semua
teganga peraturan
28
n tinggi pelaksanaannya yang
berlaku bagi tempat
kerja yang
bersangkutan, pada
tempat-tempat yang
mudah dilihat dan
terbaca dan menurut
petunjuk pegawai
pengawas atau ahli
kesehatan kerja;

b. Memasang dalam
tempat kerja yang
dipimpinnya, semua
gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan
dan semua bahan
pembinaan lainnya,
pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan
terbaca menurut
petunjuk pegawai
pengawas atau ahli
keselamatan kerja;

c. Memasang dalam
tempat kerja sebagai
media komunikasi
visual berupa
pictogram/symbol dan
teks/pesan yang
berguna untuk
menyampaikan
informasi bahaya atau
pesan-pesan K3 kepada
pekerja, kontraktor,
dan tamu yang berada
di area Perusahaan.
5. Perusahaan SIO dan Berdasarkan
memiliki SILO Permenakertrans
operator sebagai No.PER.09/MEN/VII/
PAA tandabukti 2010 tentang Operator
(forklift & pada Dan Petugas Pesawat
Crane) Perusahaan Angkat Dan Angkut
memiliki tersebut Pada
SIO dan bahwa
PAA operator Pasal 1 Ayat 10 Lisensi
(Forklift & dan alat Keselamatan dan
Crane ) telah layak Kesehatan Kerja yang
memiliki selanjutnya disingkat
SILO Lisensi K3 adalah
kartu tanda
kewenangan seorang
operator untuk
mengoperasikan
pesawat angkat dan
28
angkut sesuai dengan
jenis dan
kualifikasinya atau
petugas untuk
penanganan pesawat
angkat dan angkut.

Berdasarakan
Permenaker 8 Tahun
2020 Pasal 180 ayat 3
Hasil pemeriksaan dan
pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
wajib dituangkan
dalam surat keterangan
memenuhi syarat K3
atau surat keterangan
tidak memenuhi syarat
K3 yang diterbitkan
oleh pimpinan unit
yang membidangi
pengawasan norma K3
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Perusahaan Gantry Permen 8 Tahun 2020
memiliki Crane dan pasal 176 tentang riksa
Gantry Overhead uji berkala pesawat
Crane dan Crane yang angkat dan angkut ayat
dengan telah di 2 :“Pemeriksaan dan
kapasitas riksa uji pengujian berkala
20 ton dan setahun sebagaimana dimaksud
overhead sekali dalam Pasal 174 ayat
crane 5 dan sehingga (1) huruf b untuk Alat
20 ton. dapat Bantu Angkat dan
berfungsi Angkut serta Alat
dengan baik kelengkapannya
dan layak dilakukan paling
untuk lambat 1 (satu) tahun
dioperasika sekali.

28
7 Bejana Bejana Permenaker No.37
Tekan tekan sudah Tahun
Telah layak dan 2016 tentang K3
dilakukan dapat bejana tekanan dan
Riksa uji berfungsi tangki Timbun. Pasal
berkala dengan baik 75 ayat 1 ”.
sesuai
ketentuan Pemeriksaan dan/atau
pengujian berkala
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70 huruf b
dilakukan sesuai
dengan Lampiran yang
merupakan bagian
tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini

28
B. ANALISA TEMUAN NEGATIF

No Foto Analisa Saran Dasar hukum

1 Personil tidak dapat Sebaiknya Surat edaran menteri


memperlihatkan SKP perusahaan dapat tenaga kerja dan
dan sertifikat ahli K3 memperlihatkan transmigrasi RI
listrik dan kimia SKP dan sertifikat nomor 03 tahun 2011
ahli K3 listrik dan tentang pelaksanaan
kimia penunjukan ahli
keselamatan kerja
sebagaimana
dimaksud dalam
undang-undang
nomor 1 tahun 1970
yang disebut Ahli K3
2 Kurangnya tanda Harusnya UU No 1 thn 1970
larangan pada area ditambah lagi Pasal 2
listrik bertegangan simbol-simbol ayat 1 huruf
tinggi bahaya agar (Q) pasal 3 ayat 1
pekerja dan tamu huruf (i)
bisa mengatahui
bahwa terdapat
area listrik
bertegangan
tinggi

28
3 Petunjuk jalur evakuasi Dilakukan pemangkasan Permen PUPR No. 14
yang tertutup pohon ranting pohon atau tahun 2017
sehingga tidak terlihat memindahkan tanda jalur
evakuasi ketempat yang
mudah dilihat

4 Marka Jalan area titik Harus di lakukan penambahan Permen PUPR No. 14
kumpulnya kurang jelas dan peberbaikan markajalan tahun 2017
sehingga sesuai lokasi yang di
pekerja/karyawan sulit tentukan
mengetahui letak posisi
titik kumpulnya

26
5 Tidak mematikan lampu Efisiensi energi UU No 1 Thn 1970/PP No. 33
pada siang hari Tahun 2023

6. Selang berserakan, tidak Dengan tidak disusun atau PERATURAN MENTRI


tertaata dengaan rapi, diletakan selang sebagai mana KETEGANAGAKERJAAN
dan tidak di tempatkan mestinya, maka akan REPUBLIK INDONESIA NO.
padaa tempat yang mengakibatkan orang atau 5 TAHUN 2018 TENTANG
semestinya perkerja yang lalu lalang KESELAMATAN DAN
didaerah tersebut bias KESEHAAN KERJA DI
tersandung dan terjatuh. PASAL 43 DAN PASAL 44
TENTANG TATA LAKSANA
KERUMAHTANGGAAN

27
7. a. Isolasi kabel lampu a.Sebaiknya dilakukan Permenaker No. 12 tahun 2015
yang mulai terlepas pengecekan dan perawatan tentang Keselamatan dan
pada kabel yang sudah mulai Kesehatan Kerja Listrik di
b. Kabel yang terlalu rusak/terkelupas isolasinya Tempat Kerja Pasal 4 Bab 2
rendah “Pelaksanaan K3 listrik yang
b. Sebaiknya dilakukan merupakan pelaksanaan K3
pengecekan pada kabel yang yang meliputi :
terlalu rendah agar tidak a. perencanaan, pemasangan,
terjadi kejadian yang tidak di penggunaan, pemeliharaan
inginkan b. pemeriksaan dan pengujian

Pada Pasal 10 ayat 2


Pemeriksaan dan pengujian
dilakukan :
a. sebelum penyerahan
b. setelah ada perubahan
c. secara berkala

8. Tidak adanya tanda area Tanpa adanya area lintasan hal Berdasarakan Permenaker
lintasan forklift ini dapat menyebabkan RI no. 8 tahun 2020
potensi bahaya kecelakaan Tentang K3 pesawat angkat dan
kerja pesawat angkut. Pasal 81 point
(b) “Landasan Forklift harus
mempunyai lintasan”

28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan PT. PLN UPDK (persero) Tello Makassar, kami
dapat menarik kesimpulan mengenai keselamatan dan Kesehatan kerja dalam kaitannya
dengan kelembagaan dan keahlian K3 serta SMK3:
1) PT. PLN UPDK Tello Makassar telah memiliki P2K3 yang sistem dan struktur
kepengurusannya sudah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dimana salah
satunya menyatakan bahwa harus memiliki Ahli K3 Umum didalam kepengurusan yang
ada
2) PT. PLN UPDK Tello Makassar memiliki program-program K3 yang sudah berjalan
dengan baik dan dilakukan secara berkala, baik dalam hal simulasi tanggap darurat atau
pelatihan K3 kepada setiap karyawan / tenaga kerja di perusahaan
3) PT. PLN UPDK Tello Makassar membuktikan bahwa penerapan SMK3 dapat berjalan
dengan baik jika ada kebijakan serta kerja sama yang terintegrasi satu sama dengan
yang lain antar bidang terkait didalamnya, dibuktikan bahwa dalam pelaksanaan
penerapan K3, perusahaan mendapatkan beberapa penghargaan di bidang K3 salah
satunya sertifikat emas SMK3
4) Penerapan pengawasan K3 di bidang pesawat mekanik, pesawat angat dan angkut, K3
Pesawat uap dan bejana tekan sudah berjalan dengan baik. Telah di lakukan riksa uji
dan sudah layak operasi sesuai ketentuan yang berlaku. Operator Mekanik dan Mesin
produksi sudah memiliki surat ijin operasi (SIO) sesuai ketentuan yang berlaku

29
B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan PT. PLN UPDK (persero) Tello Makassar, kami
dapat menyampaikan beberapa saran mengenai keselamatan dan Kesehatan kerja dalam
kaitannya dengan kelembagaan dan keahlian K3 serta SMK3 di perusahaan tersebut
diantaranya:
1) PT. PLN UPDK Tello Makassar perlu terus melakukan fungsi pengawasan dalam hal ini
oleh P2K3 terhadap penerapan K3 di lingkungan kerja
2) PT. PLN UPDK Tello Makassar perlu untuk memperhatikan syarat-syarat administrasi
kepegawaian yang bergerak dibidang K3 agar disesuaikan dan dilengkapi syarat-
syaratnta sesuai dengan peraturan atau regulasi yang berlaku
3) PT. PLN UPDK Tello Makassar perlu untuk menjaga dan memastikan baik itu alat
utama atau alat pelengkap yang ada disekitar perusahaannya agar terjamin kebersihan
dan kondisi alat-alat ini tetap dalam keadaan optimal bebas dari segala bentuk
kerusakan minor ataupun mayor
4) PT. PLN UPDK Tello Makassar perlu untuk meningkatkan performa penerapan SMK3
di lingkungan kerja akan tetap terlaksana kondisi kerja yang aman, nyaman, produkti
serta tentunya berkelanjutan
5) PT. PLN UPDK Tello Makassar perlu untuk terus bekerja-sama dengan pihak-pihak
baik ditingkat regional atau nasional dalam aspek penerapan serta pengawasan K3 yang
berlaku di perusahaan, agar tetap terjaganya hubungan yang saling membangun antar
instansi

30
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan


Internasional No.120 mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Terdiri dari 18 Bab dan 193
Pasal. Pasal yang mengatur tentang SMK3 pada pasal 87..
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: Per.02/MEN/1992 Tentang Tata
Cara Penunjukan, Kewajiban, Dan Wewenang Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: Per.04/MEN/1995 Tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan Dan KesehatanKerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:Per.04/MEN/1987 Tentang Panitia
Pembina Keselamatan Dan KesehatanKerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:
Per.01/MEN/I/2007 Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3).
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.26 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan
beserta Pedoman Pelaksanaan K3 pada Tempat Kegiatan Konstruksi Permenakertrans No. 140
Tahun 2004 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Industri Kimia dengan Potensi Bahaya
Besar Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran

31
Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
Permenaker Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir Permenaker
Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker Nomor 2
Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir Permenaker Nomor
6 Tahun 2017 tentang K3 Elevator dan Eskalator
Permenaker No. 8 Tahun 2020 tentang K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Permenaker No. 38 Tahun 2016 tentang K3 Pesawat Tenaga Produksi Permenaker No. 37
Tahun 2016 tentang K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/2010 tentang Alat Pelindung
Diri
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan R.I. Nomor 05 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3 Nomor Kep.
47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor kep-125/MEN/1982, tentang
Pembentukan Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasioanal, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 239 tahun 2003tentang Pedoman
Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Calon Ahli Keselamatan dan kesehatan Kerja
Umum.
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor 48 Tahun 2011
tentang Bidang Jasa Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keputusan Menteri Tenaga
Kerja R.I. No. Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian

32

You might also like