You are on page 1of 21

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS TERJADINYA GO

PRIVATE DAN DELISTING SAHAM BAIK SECARA FORCED DELISTING DAN


VOLUNTARY DELISTING BERDASARKAN HUKUM PASAR MODAL

Kathrine Audrey, Meidana Pascadinianti, Gandhi Alfredo, Ivanovenska Ardya, Hatifa Manan1
Magister Ilmu Hukum Ekonomi Universitas Indonesia

Abstract
The development of the capital market is currently very rapid and affects as well as being a
strategic role in the development of the world economy, and so is the condition in Indonesia. In
addition to playing a role in business funding, the capital market is a means for the public to
invest in financial actors, in this case Limited Liability Companies. Companies seeking
additional capital in the capital market can go through the mechanism of listing shares on the
Stock Exchange. Companies listed on the Exchange must of course comply with applicable
regulations such as disclosing information, acting in accordance with established rules and
protecting the interests of their investors. These provisions if ignored can result in a lack of
performance from the company and even forced delisting from the Exchange. This will harm
shareholders who own shares in companies affected by forced delisting. Forced Delisting as the
name itself means the removal of shares from the securities listing by force, what if the company
does it voluntarily, or by going private? Therefore, legal protection for investors is needed if the
three scenarios occur. Currently, there is a regulation that addresses these concerns, namely
POJK No. 3/POJK.04/2021. This article will discuss the legal protection to Shareholders if a
Company goes private and or is subject to Delisting, both Forced and Voluntary Delisting.
Keywords: Capital Market, Go Private, Delisting, Legal Protection
Abstrak

Perkembangan pasar modal saat ini sangat pesat dan mempengaruhi sekaligus menjadi peranan
strategis dalam pembangunan perekonomian dunia, dan begitu pula kondisinya di Indonesia.
Selain berperan dalam pendanaan usaha, pasar modal merupakan sarana bagi masyarakat untuk
melakukan investasi pada pelaku keuangan, dalam hal ini kepada Perseroan Terbatas. Perusahaan
dalam mencari tambahan modal di pasar modal dapat melalui mekanisme listing saham di Bursa.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa tentunya harus mematuhi ketentuan yang berlaku seperti
pengungkapan informasi, bertindak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan melindungi
kepentingan investornya. Ketentuan tersebut jika diabaikan dapat mengakibatkan kurangnya
performa dari perusahaan bahkan dapat dilakukan forced delisting dari Bursa. Hal ini akan
merugikan pemegang saham yang memiliki saham di perusahaan yang terkena forced delisting.
Forced Delisting sesuai namanya sendiri berarti penghapusan saham dari pencatatan efek secara
paksa, bagaimana kalau memang perusahaan melakukan secara sukarela, ataupun dengan
melakukan Going Private? Maka dari itu diperlukan perlindungan hukum terhadap investor
apabila ketiga skenario tersebut sampai terjadi. Saat ini sudah ada peraturan yang mengatur
apabila terjadi hal tersebut, yakni POJK No. 3/POJK.04/2021. Artikel ini akan membahas terkait
perlindungan hukum kepada Pemegang Saham apabila sebuah Perseroan melakukan Go Private
dan ataupun terkena Delisting, baik Forced maupun Voluntary Delisting.

Kata Kunci: Pasar Modal, Go Private, Penghapusan Pencatatan, Perlindungan Hukum

1
Kelompok 18 Hukum Pasar Modal Kelas Ekonomi Khusus Universitas Indonesia
I. Pendahuluan
Pelaksanaan investasi hari ini semakin tenar di semua lini masyarakat yang disebabkan
oleh kemajuan teknologi informasi yang mempermudah akses untuk semakin mengenal
investasi. Kegiatan investasi yang menjadi opsi utama masyarakat saat ini adalah pasar modal,
yang mana menjadi sarana bagi perusahaan untuk menjual saham dan obligasi untuk dapat
digunakan sebagai tambahan modal perusahaan. Dalam Pasal 1 angka 13 Undang-Undang
Pasar Modal dijelaskan bahwa pasar modal merupakan suatu kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Selain sebagai
pendanaan usaha, pasar modal juga berfungsi sebagai sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrumen keuangan.2 Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.3 Saham
merupakan instrumen pasar modal yang paling penting dan popular. Instrument keuangan
(produk) yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia umumnya dalam bentuk: Saham,
Surat Utang (Obligasi), Reksa Dana, Exchange Traded Fund (ETF), dan Derivatif.4
Dalam menjalankan roda bisnis dalam perusahaan, tentu memerlukan modal. Modal
tersebut dapat bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Terhadap
emiten yang membutuhkan modal dari luar perusahaan melalui pasar modal, dilakukan dengan
penawaran umum. Penawaran umum adalah istilah hukum yang ditujukan bagi kegiatan suatu
emiten untuk memasarkan, menawarkan, dan menjual efek-efek yang diterbitkannya kepada
masyarakat luas.5 Untuk itu, penawaran umum dilakukan untuk melakukan penjualan terhadap
efek kepada masyarakat yang kemudian diharapkan emiten memperoleh dana yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan perseroan. Tahapan suatu perseroan tertutup
melakukan penawaran umum untuk kali pertama biasanya dinamakan dengan proses go public,
yang kemudian hal ini akan merubah perseroan tersebut menjadi perseroan terbuka. Walaupun
Otoritas Jasa Keuangan terus berupaya dalam memberikan dorongan terhadap perseroan dalam
memutuskan langkah untuk go public, namun hal ini terkendala karena terdapat beberapa
perseroan yang sudah dalam status go public justru melakukan langkah untuk mengikuti proses
menjadi perseroan tertutup, proses ini dikenal dengan istilah go private. 6
Transaksi jual beli efek yang diselenggarakan melalui Pasar Modal tidak terlepas dari
problematika yang muncul oleh perusahaan tercatat yang memiliki berbagai macam masalah
sebagai contoh adanya aktivitas perdagangan di luar kebiasaan (unusual market activity),
kesalahan pencatatan laporan keuangan, keterlambatan penyerahan laporan keuangan,
penyalahgunaan dana hasil penawaran umum, dan hal lainnya. Bursa Efek Indonesia
menyikapinya dengan melakukan pemberian sanksi terhadap perusahaan yang melakukan
pelanggaran atas kewajiban yang seharusnya dilakukan sebagai perusahaan publik. 7
Proses jual-beli efek suatu perusahaan di pasar modal melalui mekanisme pencatatan
(listing) nama perusahaan di bursa efek melalu penawaran umum perdana dalam pasar modal.
2
Kansil, C.S.T., Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004) hlm.1
3
M.Irsan Nasarudin et al, Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), hlm. 13
4
Dedi Junaedi, “Pandemi Covid-19 Terhadap Pasar Modal di Indonesia: Studi Kasus Indeks Saham
Komposit (IHSG),” Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, Vol. 2, No. 2 (2020), hlm. 112.
5
Ridwan Khairandy, Hukum Pasar Modal 1, (Yogyakarta: FH UII Press, 2010) hlm. 115
6
Dimas Andhika, R Kartikasari, Anita Afriana, “Keberadaan Saham Terlandar Milik Pemegag Saham
Publik Yang Berimplikasi Pada Pelaksanaan Go Private Dihubungkan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap
Perseroan Terbuka,” Acta Diurnal, Vol.3, No.2 (2020), hlm.190
7
Jessica Kandiawan, Christine Kansil, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Perusahaan
Tercatat Dalam Hal Diberlakukannya Suspensi Perdagangan Efek Oleh Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus: PT
Evergreen Invesco, Tbk (GREN) tahun 2017,” Jurnal Hukum Adigama, Vol.3, No.2 (2020), hlm. 547
Emiten yang melakukan listing memiliki konsekuensi`untuk mengungkapkan informasi terkait
keadaan bisnisnya termasuk keadaan keuangan, hukum dari harta kekayaan, persoalan hukum
yang dihadapi perusahaan dan manajemen. Keterbukaan informasi ini menjadi hal yang krusial,
sekalipun perseroan dalam keadaan finansial yang baik namun tidak diikuti dengan
keterbukaan informasi, maka investor tidak akan memberikan dananya ke emiten tersebut.
Apabila hal ini terjadi, bursa efek dapat melakukan delisting terhadap emiten. Delisting
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh otoritas bursa sehingga efek emiten perusahaan
tersebut tidak dapat diperdagangkan lagi di lantai bursa. Terdapat dua mekanisme delisting,
yaitu delisting yang dilakukan secara paksa (forced delisting) dan delisting yang dilakukan
secara sukarela (voluntary delisting). Dengan pencabutan status perseroan sebagai perusahaan
tercatat maka lepas kewajiban perseroan tesebut sebagai perseroan yang tercatat. Namun, yang
menjadi permasalahan apabila suatu perseroan dihapus pencatatannya oleh bursa maka investor
tersebut tidak dapat melakukan transaksi lagi dikarenakan adanya perubahan status menjadi
perseroan tertutup. Hal ini memiliki tendensi mengarah pada kerugian apabila dilihat dari sudut
pandang investor apabila investor tidak mendapat haknya kembali terhadap dana yang telah
diberikannya. Untuk itu menjadi hal yang menarik untuk menganalisis lebih lanjut terkait
aturan perlindungan bagi investor terhadap delisting suatu perseroan terbuka yang berujung
pada perubahan status perseroan menjadi tertutup (go private). Maka jurnal ini akan membahas
bagaimana suatu perusahaan terbuka melakukan aksi korporasi go private menjadi perusahaan
tertutup dan bagaimana dilakukannya penghapusan pencatatan pada BEI (delisting) sebagai
salah satu bagian proses dari go private.
II. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana pengaturan mengenai go private dan delisting berdasarkan POJK
Nomor 3/POJK.04/2021 Tentang Penyenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal?
2. Bagaimana penegakan hukum atas penghapusan pencatatan saham secara forced
delisting pada PT First Indo American Leasing Tbk dan voluntary delisting pada
PT Tunas Ridean Tbk. berdasarkan Hukum Pasar Modal?
3. Bagaimana perlindungan hukum bagi para pemegang saham di perusahaan terbuka
atas penghapusan pencatatan saham berdasarkan Hukum Pasar Modal?
III. Pembahasan
1. Pengaturan Mengenai Go Private dan Delisting berdasarkan POJK Nomor
3/POJK.04/2021 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal
Go Private
Go Private adalah suatu aksi perusahaan yang merupakan kebalikan dari Go Public.8
Jika pada Go Public suatu perusahaan menjual sahamnya kepada publik sehingga menjadi
perusahaan terbuka, maka pada Go Private, perusahaan terbuka statusnya berubah kembali
menjadi perusahaan tertutup.9 Go Private didefinisikan pada Black’s Law Dictionary sebagai
berikut :10
“The procces of changing A public corporation by terminating the
corporation’s status with Securities Exchange Commision as a publicly held
corporation and by having its outstanding publicly held shares acquiered by a
single shareholder or a small group.”

8
Condro Hadi Purnomo, “Tinjauan Yuridis Tentang Mekanisme Go Private”, Jurnal Ilmu Hukum Legal
Opinion, Ed. 1, Vol. 4 (2016). hlm. 2.
9
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private Di Indonesia, ed. 1, cet.
1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 2.
10
Brian A. Garner, editor in chief. Black's Law Dictionary. (New York: West, 2009).
Perubahan tersebut mengakibatkan perubahan kewajiban perusahaan sebagai Perseroan
Terbuka menjadi Perseroan Tertutup, sehingga hanya cukup mematuhi kewajiban sebagai
Perseroan Tertutup. Go Private dapat pula terjadi secara on purpose, yakni jika ada pihak
investor memborong saham-saham dari suatu Perusahaan Efek, lewat Penawaran Tender,
dan berhasil membeli saham-saham dalam jumlah yang besar, sehingga akibatnya jumlah
pemegang saham efeknya juga menjadi kurang dan akibatnya tidak lagi mencukupi
persyaratan Perusahaan Terbuka. Cara Go Private dapat dilakukan dengan cara take over
baik secara kurang bersahabat (hostile take over) ataupun secara take over bersahabat
(friendly take over).11
Peraturan mengenai Go Private di Indonesia diatur pada Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 3/POJK.04/2021 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
(“POJK No.3/2021”). Pada Pasal 64 POJK No.3/2021 dijelaskan bahwa, Perusahaan Terbuka
yang akan mengubah status dari Perusahaan Terbuka menjadi Perseroan yang tertutup wajib:12
a. memperoleh persetujuan Pemegang Saham Independen dalam RUPS;
b. melakukan pembelian kembali atas seluruh saham yang dimiliki oleh pemegang saham
publik sehingga jumlah pemegang saham menjadi kurang dari 50 (lima puluh) Pihak atau
jumlah lain yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan;
c. mengumumkan keterbukaan informasi kepada masyarakat dan menyampaikan kepada
Otoritas Jasa Keuangan bersamaan dengan pengumuman RUPS sebagaimana dimaksud
dalam huruf a; dan
d. menyampaikan permohonan pencabutan efektifnya Pernyataan Pendaftaran dalam rangka
Penawaran Umum Efek bersifat ekuitas atau Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Berikut adalah tahapan dalam melakukan Go Private di Indonesia berdasarkan aturan di atas:
1. Persetujuan Pemegang Saham Independen Dalam RUPS
Berdasarkan Pasal 64 POJK No.3/2021, Perusahaan Terbuka harus memperoleh
persetujuan pemegang saham independen dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).13
Mekanisme pelaksanaan RUPS untuk Perusahaan Terbuka, saat ini diatur melalui Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.04/2020 Tentang Rencana dan Penyelenggaraan
Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka (“POJK No.15/2020”). Sebagaimana
yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 2 POJK No.15/2020, RUPS adalah organ Perusahaan
Terbuka yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai perseroan terbatas
dan/atau anggaran dasar Perusahaan Terbuka.14 Untuk dapat melaksanakan Go Private, bukan
hanya sekedar persetujuan pemegang saham yang perlu diperoleh dalam RUPS, akan tetapi
secara spesifik yaitu Pemegang Saham Independen. Pemegang Saham Independen adalah
pemegang saham yang tidak mempunyai kepentingan ekonomis pribadi sehubungan dengan
suatu transaksi tertentu serta bukan salah satu dari pengurus Perseroan seperti Direksi dan
Dewan Komisaris maupun pemegang saham utama atau pengendali serta afiliasi dari pihak-

11
Abigail Frida Christine Chiquita Pasaribu, Pelaksanaan Penawaran Tender Dalam Pasar Modal dan
Akibat Hukumnya di Indonesia, Jurnal Hukum, Vol. 36. No. 1 (2020), hlm. 101.
12
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, POJK
Nomor 3/POJK.04/2021, LN.2021/NO.71 TLN NO.6663, Pasal 64.
13
POJK Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, Pasal 64.
14
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang
Saham Perusahaan Terbuka, POJK Nomor 15/POJK.04/2020, LN.2020/NO.103 TLN NO.6490, Pasal 1 angka 2.
pihak tersebut.15 Perseroan Terbuka wajib membuat risalah RUPS dan ringkasan risalah RUPS.
Untuk RUPS Independen, risalah RUPS wajib dibuat dalam bentuk akta berita acara RUPS
yang dibuat oleh seorang notaris yang namanya terdaftar di OJK. 16
2. Pembelian kembali saham atau Penawaran Tender Sukarela
Setelah memperoleh persetujuan Pemegang Saham Independen untuk melakukan
tindakan Go Private melalui keputusan RUPS Independen, proses berikutnya adalah pembelian
kembali saham. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah pemegang saham
yang terdapat pada perseroan terbuka. Pengurangan jumlah pemegang saham ini dilakukan
hingga mencapai angka kurang dari 50 (lima puluh) atau jumlah lain yang ditetapkan OJK.
Berikut penjelasan mengenai pembelian kembali saham atau penawaran tender sukarela:
a. Pembelian kembali saham
Pelaksanaan pembelian kembali saham dalam rangka go private diatur dalam Pasal 73-
78 POJK Nomor 3 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan kegiatan di bidang Pasar Modal.
Pembelian kembali saham dapat dilakukan setelah perusahaan terbuka mendapat persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham. Namun, terdapat pengecualian apabila perubahan status
disebabkan oleh perintah OJK atau atas permohonan Bursa Efek dapat dilaksanakan tanpa
perlu persetujuan terlebih dahulu.17 Dalam proses pembelian kembali terdapat aturan yang
mengakomodir terkait penentuan harga pembelian kembali Perseroan Terbuka. Penentuan
harga pembelian kembalian ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) hal berdasarkan alasan atau
landasan perubahan status menjadi perusahaan tertutup, yaitu dalam Pasal 76 POJK No.3 tahun
2021 apabila perubahan status atas keinginan perusahaan itu sendiri, kemudian dalam Pasal 77
POJK No. 3 tahun 2021 perubahan status dalam hal adanya perintah dari OJK, dan terakhir
dalam Pasal 78 POJK No. 3 tahun 2021 ketika perubahan status tersebut sebagai akibat
permohonan Bursa.
b. Penawaran Tender Sukarela
Peraturan OJK di bidang Penawaran Tender Sukarela diatur melalui POJK No.
54/2015. Penawaran Tender sukarela atau yang biasa dikenal dengan voluntary tender offer.
Pada prinsipnya, penawaran tender sukarela (voluntary tender offer) dan Penawaran tender
wajib (mandatory tender offer) memiliki perbedaan mendasar, penawaran tender wajib
dilakukan tanpa adanya keharusan pengendali baru namun sebaliknya penawaran tender wajib
mutlak harus ada, sehingga tujuan pelaksanaan keduanya tidak sama18. Kembali pada voluntary
tender offer, dilakukan dengan proses yang diawali dengan penyampaian pernyataan
penawaran tender sukarela kepada OJK oleh Pihak yang akan melakukan penawaran tender.
Pernyataan tersebut kemudian dibuat dengan tembusan kepada Bursa Efek dimana efek bersifat
ekuitas yang menjadi objek penawaran tender sukarela dicatatkan, lalu kepada Perusahaan
yang menjadi sasarannya, dan terakhir kepada pihak lan yang menyampaikan pengumuman
penawaran tender sukarela atas efek bersifat ekuitas dari perusahaan sasaran yang sama yang
masa penawarannya belum berakhir.19 Penawaran Tender dalam hal pelaksanaan Go Private
maka harga penawarannya mengacu pada ketentuan Pasal 79 jo Pasal 76, Pasal 77, dan Pasal
78 POJK No. 3/2021, yang mana dijelaskan bahwa harga penawaran tender mengikuti harga
pembelian kembali dengan penyesuaian terhadap inisiasi dari dilaksanakannya Perubahan

15
POJK Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka, Pasal 1
angka 12.
16
POJK Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka, Pasal 49.
17
POJK Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, Pasal 75 ayat (1)
18
Areta Artauli, “Perbandingan Pengaturan Penawaran Tender (Studi Komparatif: Amerika Serikat,
Thailand dan Indonesia),” Dharmasisya, Vol.2, No.22 (2022), hlm. 292
19
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penawaran Tender Sukarela, POJK Nomor 54 tahun 2015,
LN tahun 2015 No. 405 TLN No. 5823, Pasal 3
Status Perusahaan Terbuka menjadi Perseroan yang Tertutup, apakah dari Perseroan Terbuka
atau Perintah Otoritas Jasa Keuangan atau Permohonan Bursa. 20
c. Mengumumkan keterbukaan informasi kepada masyarakat dan OJK
Tahapan berikutnya adalah menyampaikan keterbukaan informasi terhadap masyarakat
dan OJK. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan
Publik, dan Pihak lain untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat
seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.21 Perseroan
dalam mengumumkan keterbukaan informasi kepada masyarakat dan OJK wajib
menyampaikan detil dari pelaksanaan Go Private seperti jadwalnya, serta biaya dalam
melakukan pembelian kembali. Selain itu disampaikan juga penjelasan dari dilaksanakannya
Go Private tersebut, serta bagaimana performa pendapatan Perseroan Terbuka pasca
dilakukannya Go Private apakah akan menurun serta dampak-dampak lainnya.22
d. Perubahan Anggaran Dasar
Perubahan status Perseroan Terbuka dalam proses go private berimplikasi pada
kewajiban perseroan untuk melakukan perubahan terhadap anggaran dasarnya. Hal yang
mendasar dapat dilihat dari pencantuman “Tbk.” pada akhir namanya harus dihapus.
Kemudian, perseroan tersebut gugur kewajibannya untuk melakukan penyesuaian muatan
anggaran dasar yang sesuai dengan Peraturan No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar
Perseroan Yang melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.
Secara teknis, Perseroan Terbuka yang akan melakukan perubahan statusnya menjadi tertutup
memiliki kewajiban untuk mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia. 23 Untuk itu, perubahan status tersebut diawali dengan kewajiban
untuk dimuat dalam suatu akta notaris dengan penggunaan bahasa Indonesia. 24Permohonan
pengajuan perubahan status kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dilakukan dengan
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris terkait perubahan
anggaran dasar.25 Efektifnya perubahan anggaran dasar ini terhitung sejak Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia terkait perubahan anggaran dasar telah terbit.26 Terakhir,
Keputusan Menteri tersebut dilampirkan dalam pengajuan permohonan pencabutan efektifnya
pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum efek bersifat ekuitas atau pernyataan
pendaftaran perusahaan publik kepada Otoritas Jasa Keuangan. 27
e. Permohonan pencabutan efektifnya Pernyataan Pendaftaran
Sebagaimana diatur di dalam Pasal 64 ayat (4) POJK No. 3/202, Otoritas Jasa Keuangan
akan mencabut efektifnya Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum Efek
bersifat ekuitas dan/atau Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik paling lama 14 (empat
belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Lebih lanjut permohonan ini
dikenal sebagai salah satu proses delisting, yaitu penghapusan saham perusahaan di Bursa Efek
sehingga saham perusahaan tidak dapat lagi diperdagangkan di Bursa Efek.

20
POJK Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, Pasal 79
21
Undang Undang Tentang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN. 1995/ No. 64 TLN NO. 3608, Pasal
1 angka 25.
22
POJK Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, Pasal 80.
23
Undang Undang Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 tahun 2007, LN Tahun 2007 No. 106 TLN
NO. 4756, sebagaimana diubah oleh UU Nomor 11 tahun 2020 Tentang Cipta Kerja,, LN Tahun 2020 No.245,
TLN No. 6573, selanjutnya disebut UU PT sebagaimana diubah oleh UU CK, Pasal 21 ayat (2) huruf f jo. ayat
(1)
24
UU PT sebagaimana diubah oleh UU CK, Pasal 21 ayat (4)
25
UU PT sebagaimana diubah oleh UU CK, Pasal 21 ayat (7)
26
UU PT sebagaimana diubah oleh UU CK, Pasal 23 ayat (1)
27
POJK Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, Pasal 64 ayat (1) huruf d jo. Pasal 64 ayat
(2) huruf e
Dalam melaksanakan proses go private akan terdapat kendala-kendala yang mungkin
dihadapi oleh Perusahaan Terbuka, berikut upaya yang dapat dilakukan oleh perseroan.
Pertama mengajukan permohonan penetapan kuorom kehadiran dalam RUPS Independen
kepada OJK dalam hal kuoram RUPS pertama dan kedua tidak mencapai kuorum kehadiran,
menetapkan harga penawaran yang lebih tinggi dari harga (nilai) wajar saham berdasarkan
Penilai Independen dalam proses Tender Offer, dan mengajukan permohonan kebijakan
penetapan kepada OJK mengenai jumlah pemegang saham yang melebihi batas yang
dipersyaratkan oleh OJK pada saat go private efektif.28
Secara fundamental, terdapat berbagai alasan bagi tiap Perseroan Terbuka yang hendak
melakukan go private itu. Berikut beberapa alasan yang dapat merangkum latar belakang
tindakan go Private suatu Perseroan Terbuka, antara lain: 29 Perusahaan merasa lebih untung
jika melakukan go private, Biaya menjadi perusahaan terbuka lebih mahal, Kinerja dan
keuangan perusahaan sudah kuat sehingga tidak membutuhkan dana dari publik, Perusahaan
tidak perlu membagi keuntungan dengan publik dan tidak perlu melakukan pemenuhan
beberapa persyaratan lain yang berhubungan dengan pemilikan saham, Perusahaan
beranggapan bahwa listing tidak lagi memiliki prospek karena kinerja usaha terus memburuk,
Adanya konsensi tertentu yang dilakukan pemegang saham mayoritas dengan investor baru
yang memberikan syarat bagi perusahaan untuk go private, Prinsip keterbukaan yang
diharuskan sebagai suatu perusahaan terbuka, dapat memberikan keuntungan bagi para
kompetitor, Controlling function, dengan go private dapat dihindari kemungkinan pihak luar
(outsider) untuk membeli saham pengendali.
Kemudian, apabila ditinjau dari segi keuntungannya terdapat beberapa hal yang
mendasari perseroan melakukan Go Private, yaitu: Perusahaan tidak perlu melakukan tindakan
yang harus didasari oleh perubahan harga saham, Dapat melakukan tindakan yang berisiko
tinggi di mana apabila tindakan tersebut dilakukan dalam statusnya sebagai perseroan terbatas
terbuka dapat dikenakan sanksi oleh Otoritas Jasa Keuangan, Kembali pada perhitungan
akuntansi yang konservatif, sehingga pembayaran pajaknya lebih rendah, Perusahaan tidak
perlu mempersiapkan surat-surat yang diwajibkan oleh OJK, Perusahaan tidak perlu
menerapkan kewajiban keterbukaan informasi, Tidak terlalu wajib untuk melakukan
pembayaran dividen sehingga dapat melakukan pengembangan permodalan jangka panjang
maupun melakukan investasi spekulatif, dan Pemilik lama dapat mempertahankan statusnya
sebagai pengendali perusahaan 30
Ketika sebuah Perseroan Terbuka melakukan Go Private maka akan ada konsekuensi
terhadap emiten, investor, maupun terhadap efek itu, yaitu: 31
a. Bagi Emiten, konsekuensinya adalah Emiten tidak akan lebih mudah dalam memperoleh
pendanaan alternatif selain dari Bank, selain itu citra dari Emiten juga tidak akan mudah
untuk dinilai dibanding saat Emiten Go Public, hal ini karena selama Go Public Emiten
memiliki tanggung jawab untuk melakukan Keterbukaan Informasi.
b. Bagi Investor, dengan dilaksanakannya Go Private maka investor tidak lagi dapat memiliki
saham dari Emiten yang bersangkutan ataupun untuk memperoleh keuntungan dari
kepemilikan saham tersebut, baik itu dari pembagian dividen, ataupun dalam berpartisipasi
untuk menentukan arah pelaksanaan Perseroan Terbuka. Selain itu saham yang dimiliki
oleh investor nantinya harus dijual kepada Perseroan Terbuka, dengan adanya ketentuan

28
Dimas Andhika Anindhita, Keberadaan Saham Terlantar Milik Pemegang Saham Publik yang
Berimplikasi Pada Pelaksanaan Go Private dihubungkan dengan Perlindungan Hukum Terhadap Perseroan
Terbuka, Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan Fakultas Hukum Unpad, Vol. 3, No.2, Juni 2020, hal 198-199.
29
Iswi Hariyani dan R. Serfianto D.P., Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, (Jakarta: Transmedia
Pustaka, 2010), hlm.299.
30
Ibid., hlm.300
31
Ibid., hlm. 33
POJK No. 3/2021 diatur mengenai Penawaran Tender, dengan harapan dapat memberikan
perlindungan kepada investor agar saham yang dibeli kembali oleh Emiten adalah harga
yang bersaing serta tidak menyebabkan kerugian kepada investor.
c. Bagi Efek, ketika Emiten melakukan Go Private maka sudah pasti Efek yang terdaftar di
Bursa harus dihapuskan (Delisting), sehingga efek tersebut tidak lagi dapat diperdagangkan
di dalam bursa ataupun di luar bursa, hal ini diakibatkan status PT yang sudah menjadi
Perseroan Tertutup.

Delisting
Kegiatan dalam penyelenggaraan pasar modal terdapat 3 pola pencatatan yaitu listing,
delisting dan relisting. Penghapusan pencatatan (delisting) adalah penghapusan Efek dari
daftar Efek yang tercatat di Bursa sehingga Efek tersebut tidak dapat diperdagangkan di
Bursa.32Terdapat beberapa alasan jika suatu perusahaan terbuka melakukan delisting dari
Bursa Efek Indonesia. Beberapa alasan tersebut yaitu diakuisisi, merger dengan perusahaan
lain, atau kegagalan mematuhi peraturan pencatatan, seperti pembayaran biaya pencatatan
(yang akibatnya dikeluarkan dari bursa). Perusahaan terbuka dengan skala kecil mungkin
memilih untuk meninggalkan bursa karena biaya yang harus dikeluarkan untuk pencatatan. 33
Delisting merupakan tahap akhir dari proses perubahan status Emiten menjadi
perusahaan tertutup (going private). Delisting saham tidak bertujuan untuk mematikan
perusahaan atau menghilangkan perusahaan dari kegiatan pasar modal, melainkan memberikan
kesempatan untuk mengadakan perbaikan bagi perusahaan sehingga perusahaan yang
bersangkutan dapat masuk kembali ke bursa (relisting) guna kepentingan para pemegang
sahamnya.34 Delisting saham perusahaan menjadi efektif setelah perusahaan tercatat memenuhi
seluruh kewajibannya kepada Bursa, membayar biaya delisting sebesar dua kali biaya
pencatatan efek tahunan terakhir dan Bursa memberikan persetujuan delisting dan
mengumumkannya.35 Sebelum dilakukan delisting ada berapa hal yang terlebih dahulu
dilakukan oleh pihak bursa efek yang bersangkutan seperti memberikan peringatan tertulis
yang diberikan hingga tiga kali dihitung sejak pertama kali diberikan, setelah itu jika tidak ada
perubahan atau respon juga dari emiten maka akan diberikan suspensi oleh pihak bursa dan
jika masih tidak ada respon apa-apa maka sanksi yang diterima adalah delisting.36 Sehingga,
delisting yang dilakukan oleh Bursa tidak dilakukan secara tiba-tiba, diawali dengan suspensi
atau penghentian sementara terhadap perdagangan saham perusahaan yang bersangkutan. 37 Di
mana suspensi saham tersebut adalah suspensi saham yang berkepanjangan terhadap suatu
perusahaan, serta memiliki kemungkinan tinggi untuk berakhir dengan penghapusan
pencatatan pada Bursa Efek Indonesia.

32
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta tentang Peraturan Nomor I-I Tentang Penghapusan
Pencatatan (Delisting) Dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham Di Bursa, Keputusan Nomor Kep-
308/BEJ/07-2004, Ketentuan I.14.
33
Ian M. Ramsay dan Nicholas Lew, Corporate Law Reform and Delisting in Australia, Virginia Law
and Business Review, (2007), hlm. 265.
34
E. A. Koetin, Analisis Pasar Modal (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992), hlm. 95.
35
Apsari Ratna Kurniawati, Budiharto dan Paramita Prananingtyas, “Tanggung Jawab Emiten yang
Mengajukan Permohonan Voluntary Delisting Terhadap Pemegang Saham Emiten,” Diponegoro Law Journal,
Vol. 5, No. 3 (2016), hlm. 3.
36
I Dewa Gede Angga Bhasudeva, I Nyoman Putu Budiartha, Ni Made Puspasutari Ujianti,
“Perlindungan Hukum Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Investor Pasar Modal Atas Diberlakukannya Delisting
Saham Oleh Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Preferensi Hukum, Vol. 3, No. 2 (2022), hlm. 273.
37
Sri Agung Surya Saputra, Budiharto, Paramitha Prananingtyas, “Perlindungan Hukum Terhadap
Investor Atas diberlakukannya Forced Delisting oleh Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus PT Davomas Abadi
Tbk”, Diponegoro Law Journal, Vol.5, No.3 (2016), hlm. 8.
Macam-Macam Delisting dan Akibatnya
Pada dasarnya suatu peristiwa delisting ditempuh melalui 2 cara yaitu secara sukarela dan
secara paksa. 38
Delisting sukarela (voluntary delisting/VD) adalah permohonan penghapusan
pencatatan saham yang diajukan oleh perusahaan tercatat sendiri.39 Beberapa penyebab
Voluntary Delisting seperti emiten menghentikan operasi, kerugian secara berturut-turut yang
tentunya akan berdampak pada return yang akan diterima oleh pemodal, dalam hal ini adalah
deviden yang diterima oleh pemodal akan turun bahkan nol40, terjadi merger, cost reduction,
buy out, faster decision making, atau ingin menjadi perusahaan tertutup. Voluntary delisting
mengindikasikan kesehatan keuangan perusahaan atau tata kelola perusahaan yang kurang
baik. Selain itu, delisting bisa terjadi karena volume perdagangan saham yang
rendah. Voluntary Delisting dapat membantu perusahaan mengurangi biaya-biaya material
yang wajib dipenuhi dalam ketentuan listing yang menjadi beban Emiten
Dalam delisting sukarela ini, pemegang saham akan menerima hak-haknya karena ada
kewajiban emiten untuk menyerap saham di publik pada harga yang wajar. Sebelum
mengajukan permohonan voluntary delisting saham, Emiten wajib menyampaikan rencana
delisting saham ke Bursa, kemudian melakukan keterbukaan informasi awal ke publik dengan
mengikuti ketentuan informasi dalam ketentuan III.2.2.1. Keputusan Direksi PT Bursa Efek
Jakarta Tentang Peraturan Nomor I-I Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) Dan
Pencatatan Kembali (Relisting) Saham Di Bursa, Keputusan Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004.
Penyampaian informasi ini dilakukan secara bersamaan dengan pengumuman RUPS dan
disampaikan kepada Bursa pada kesempatan pertama. Selanjutnya, Emiten wajib mengajukan
permohonan voluntary delisting saham ke Bursa disertai laporan pelaksanaan buyback saham
dan opini konsultan hukum independen.41 Kewajiban buyback saham harus selesai dilakukan
dalam kurun waktu 1 tahun 6 bulan (paling lambat) setelah melakukan pengumuman
keterbukaan informasi kepada publik (masyarakat) serta OJK. 42
Delisting paksa (forced delisting/FD) adalah dihapus pencatatannya oleh bursa sesuai
dengan ketentuan bursa karena tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
bursa.43 FD ini biasanya terjadi karena emiten tidak menyampaikan laporan keuangan,
keberlangsungan bisnis perusahaan dipertanyakan, dan tidak ada penjelasan selama 24
bulan. Ketika perusahaan tidak memenuhi aturan, maka BEI akan mengeluarkan peringatan
ketidakpatuhan. Jika hal ini berlanjut, maka Bursa dapat menghapus saham itu dari pasar
saham. Sebelumnya aksi FD Saham hanya dapat dilakukan berdasarkan permohonan Bursa
Efek44, namun seiring berlakunya Peraturan Nomor I.A.745 ditambah POJK terbaru tahun 2021

38
Yusrifat Taqirozan, Resiko Perubahan Status Perusahaan Penanaman Modal Asing menjadi Tertutup
bagi Penanam Modal Asing berdasarkan Regulasi Ekonomi (Regulation of The Economy) di Indonesia, JURNAL
HUKUM, POLITIK DAN ILMU SOSIAL (JHPIS), Vol.2, No.1 Maret 2023.
39
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07/2004, Pasal III.1.
40
Isabelle Martinez, et.al.,“Reasons for Delisting and Consequences: A Literature Review and Research
Agenda”, Journal of Economic Surveys, Vol. 31, Issue 3 (2016), hlm. 7.
41
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07/2004, Ketentuan III.2.2.5.
42
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, POJK
Nomor 3 /POJK.04/2021, LN No. 71 Tahun 2021 TLN No. 6663, Pasal 73 ayat 2.
43
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-308/BEJ/07/2004, Pasal III.1.
44
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Tentang Peraturan Nomor I-I Tentang Penghapusan Pencatatan
(Delisting) Dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham Di Bursa, Keputusan Nomor: Kep-308/BEJ/07-2004,
Ketentuan III.I.2. dan Ketentuan III.3
45
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Surabaya tentang Perubahan Kedua Peraturan Pembatalan Pencatatan
Efek (Delisting), Keputusan Nomor SK-023/LGL/BES/XI/2004, Bagian A.1.
maka aksi FD dapat juga dilakukan berdasarkan Perintah OJK dalam kondisi tertentu.46
Apabila emiten pernah di forced delisting oleh bursa, biasanya memiliki image yang lebih
negatif dibandingkan dengan voluntary delisting. Hal ini disebabkan karena emiten yang di
forced delisting memiliki kinerja perusahaan yang buruk sehingga mempengaruhi harga saham
dan bursa tidak likuid.47
Proses pelaksanaan Forced Delisting berbanding terbalik dengan mekanisme Voluntary
Delisting. Apabila voluntary delisting memiliki sifat yang mengarah pada proses musyawarah,
sementara forced delisting dilakukan oleh BEI (Bursa Efek Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa
Keuangan). Pengaturan terkait lembaga yang berwenang melakukan penghapusan pencatatan
mengalami perubahan dimana sebelumnya dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan, kini semua tugas dan wewenangnya beralih kepada OJK. OJK
menjelaskan bahwa Forced Delisting dilakukan jika ditemukan pelanggaran oleh perusahaan
publik dan ketidakmampuannya dalam mencapai standar keuangan yang telah ditetapkan oleh
Bursa.48 Mekanisme pengembalian dana investasi milik investor yang mengalami forced
delisting di awali dengan terjadinya kesepakatan pasar negosiasi. Hasil dari kesepakatan dari
tawar menawar tersebut diproses melalui JATS. Waktu penyelesaian transaksi di pasar
negosiasi juga dilakukan berdasarkan kesepakatan penjual dan pembeli, akan tetapi jika tidak
terdapat kesepakatan maka transaksi mengikuti aturan bursa (T+2). Siklus Penyelesaian Bursa
T+2 merupakan Penyelesaian dimana penyerahan efek oleh pihak penjual dan penyerahan dana
oleh pihak pembeli dilakukan pada hari bursa ke 2 (dua) setelah terjadinya transaksi bursa.49
Baik voluntary delisting maupun forced delisting akan berdampak hukum terhadap
status perusahaan tercatat sebagai Perusahaan Terbuka. Delisting tidak demi hukum mengubah
status perusahaan tercatat sebagai Perusahaan Terbuka menjadi Perseroan Terbatas yang
tertutup (go private).50 Perusahaan yang bangkrut dan dilikuidasi maka prosesnya harus
melalui penetapan pengadilan. Caranya adalah dengan menjual seluruh asetnya dan hasilnya
digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan (membayar utang). Selanjutnya, pemegang
saham adalah pihak paling terakhir yang menerima hasil likuidasi tersebut. Pada praktiknya,
jarang terjadi dana hasil likuidasi sampai ke pemegang saham emiten tersebut, karena
umumnya dana tersebut akan habis dipakai untuk membayar utang perusahaan terlebih dahulu.

Tabel 1.1 Perbandingan Antara Go Private dengan Delisting


No. Go Private Delisting
1 Go private merupakan perubahan status Delisting adalah penghapusan pencatatan
suatu perusahaan, dari perusahaan terbuka saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
menjadi perusahaan tertutup melalui yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang
prosedur tertentu. sahamnya tercatat di Bursa.
2 Go private hanya dapat dilakukan secara Delisting dapat dilakukan baik secara
sukarela. sukarela maupun paksa.

46
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, POJK
Nomor 3 /POJK.04/2021, LN No. 71 Tahun 2021 TLN No. 6663, Pasal 66 ayat 1.
47
Haykel Widiasmoko, “Analisa Delisting: Penerapan Delisting di PT. Bursa Efek Jakarta dan Akibat
Hukum Suatu Perseroan yang Terkena Sanksi Delisting,” (Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta, 1999), hlm. 50.
48
Ida Bagus Rama Pratistha, I Nyoman Putu Budiartha, Desak Gde Dwi Arini, “Akibat Hukum Terhadap
Investor Karena Adanya Penghapusan Pencatatan (Forced Delisting) Perusahaan Terbuka Di Pasar Modal, Jurnal
Konstruksi Hukum, Vol.3, No.1 (2022), hlm. 141.
49
Citra Senna, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Atas diberlakukannya Forced Delisting di Bursa
Efek Indonesia dan Akibat Hukumnya”, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, Vol.26, No. 1 (2020), hlm. 34.
50
Lastuti Abubakar dan Tri Handayani, “Penguatan Regulasi Penghapusan Pencatatan Efek Oleh Bursa
(Forced Delisting)”, Jurnal RechtIdee, Vol. 15, No. 1, Juni 2020, hal 84.
3 Alasan perusahaan publik melakukan go Delisting saham dapat terjadi karena
private biasanya karena perusahaan ingin berbagai alasan, seperti tidak likuidnya
fokus pada strategi dan tujuan jangka saham yang tercatat di Bursa yang
panjang atau karena tujuan jangka pendek disebabkan kepemilikan saham oleh publik
perusahaan mengalami kegagalan. yang tidak signifikan atau karena perusahaan
tercatat tersebut tidak lagi membutuhkan
pendanaan yang bersumber dari pasar
modal.
4 Go private dapat mengakibatkan Delisting karena Go Private ini
perusahaan dihapus dari daftar perusahaan mengakibatkan saham perusahaan tidak bisa
pada bursa efek (delisting). diperdagangkan kembali dalam pasar modal
karena telah dihapus dalam pasar efek.
5 Dalam go private, perusahaan publik akan Mengacu pada POJK No. 3/POJK.04/2021
membeli kembali saham yang dimiliki oleh mengenai Penyelenggaraan Kegiatan di
pemegang saham publik untuk mengurangi Bidang Pasar Modal, OJK sebagai regulator
jumlah pemegang saham menjadi kurang di pasar modal wajib bertanggung jawab
dari 50 (atau jumlah lain yang ditentukan untuk melindungi investor ritel. Bentuk
oleh OJK). perlindungan untuk terjadinya delisting dari
POJK tersebut adalah membuat ketentuan
mewajibkan emiten untuk membeli kembali
(buyback) saham dari investor
apabila delisting.

2. Penegakan hukum atas penghapusan pencatatan saham secara forced delisting pada
PT First Indo American Leasing Tbk dan voluntary delisting pada PT Tunas Ridean
Tbk. berdasarkan Hukum Pasar Modal
PT First Indo American Leasing Tbk (FINN)

PT First Indo American Leasing Tbk (FINN) merupakan Perseroan Terbatas yang
didirikan pada tanggal 03 Juli 1981. Perusahaan ini bergerak di bidang pembiayaan, yaitu:
pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, pembiayaan multiguna dan kegiatan usaha
pembiayaan lainnya.51 PT First Indo American Leasing Tbk diketahui tidak memenuhi
kewajibannya sebagai Emiten, yang menyebabkan perusahaan ini harus melakukan delisting
dan go private. Dalam hal terjadinya suatu pencabutan izin usaha perusahaan pada
perusahaan terbuka, maka suatu Penghapusan Pencatatan (delisting) sahaim akan diberlakukan
delisting. Pada PT First Indo American Leasing Tbk (FINN) termasuk ke dalam kategori forced
delisting. Hal ini dikarenakan FINN sebagai perusahaan publik telah melanggar aturan yang
telah ditetapkan otoritas Bursa. Hal ini sebagaimana yang tertulis pada Surat Pengumuman
Bursa Delisting Saham PT First Indo American Leasing Tbk Papan Pencatatan Pengembangan
dengan nomor Peng-DEL-00001/BEI.PP2/01-2021. Dengan dicabutnya status Perseroan
sebagai Perusahaan Tercatat (Delisting), Perseroan tidak lagi memiliki kewajiban sebagai
Perusahaan Tercatat dan Bursa Efek Indonesia akan menghapus nama Perseroan dari daftar
Perusahaan Tercatat yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

PT First Indo American Leasing Tbk, belum menyampaikan bukti keterbukaan


informasi kinerja dan kondisi keuangan kepada investor, kreditur, dan seluruh stakeholders

51
PT First Indo American Leasing Tbk, “Prospektus PT First Indo American Leasing Tbk”, tersedia pada
https://www.idx.co.id/media/2909/finn_prospektus-ipo_2017_pp2.pdf, diakses pada 12 November 2023.
pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu bentuk dari kepatuhan oleh perusahaan
terbuka.52 Dalam hal ini, PT First Indo American Leasing Tbk tidak memenuhi Pasal 83 POJK
Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan yaitu :
“Perusahaan Pembiayaan dalam melakukan kegiatan usahanya dilarang menggunakan
informasi yang tidak benar yang dapat merugikan kepentingan Debitur, Kreditur, dan
Pemangku Kepentingan termasuk Otoritas Jasa Keuangan.53” Sesuai dengan ketentuan Pasal
115 ayat (1) Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 Tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Pembiayaan, dinyatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 POJK Nomor 35/POJK.05/2018, akan
diberikan sanksi administratif berupa peringatan, pembekuaan kegiatan usaha dan/atau
pencabutan izin usaha, maka dengan ini PT First Indo American Leasing Tbk dikenakan sanksi
Pembekuaan Kegiatan Usaha. FINN telah diberikan surat peringatan sebanyak tiga kali, namun
tetap tidak memenuhi ketentuan Pasal 83 POJK Nomor 35/POJK.05/2018 tersebut. Maka dari
itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan kegiatan usaha PT First Indo American
Leasing Tbk karena tidak memenuhi ketentuan di bidang Perusahaan Pembiayaan. Keputusan
tersebut dituangkan dalam Surat Nomor S-89/NB.2/2020 tanggal 27 Februari 2020.54
Sehubungan dengan sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha tersebut, PT First Indo American
Leasing Tbk, diberikan sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha, yaitu:55

a. PT First Indo American Leasing Tbk dilarang melakukan kegiatan usaha;


b. Dalam hal sebelum berakhirnya jangka waktu Pembekuan Kegiatan Usaha PT First Indo
American Leasing Tbk telah memenuhi ketentuan Pasal 83 POJK Nomor
35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, Otoritas Jasa
Keuangan mencabut sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha; dan
c. Dalam hal sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha masih berlaku dan PT First Indo American
Leasing Tbk tetap melakukan kegiatan usaha pembiayaan, Otoritas Jasa Keuangan dapat
langsung mengenakan sanksi Pencabutan Izin Usaha.

Selanjutnya dilakukan monitoring oleh OJK terhadap PT First Indo American Leasing Tbk,
dan diketahui bahwa FINN tidak memenuhi beberapa ketentuan, yaitu :
1. Pasal 46 ayat (1) POJK 35/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan
, yaitu : “Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Debitur
terkait dengan pengembalian bukti kepemilikan atas agunan paling lambat 1 (satu) bulan
sejak tanggal pelunasan piutang pembiayaan.”
2. Pasal 64 ayat (1) Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Pembiayaan, yaitu “Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan
laporan strategi anti-fraud kepada Otoritas Jasa Keuangan."
3. Pasal 79 ayat (1) Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Pembiayaan, yaitu “Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi
ketentuan gearing ratio paling rendah 0 kali dan paling tinggi 10 kali.”

52
Otoritas Jasa Keuangan, “Pengumuman Nomor Peng-3/NB.2/2020 Tentang Pembekuan Kegiatan
Usaha Perusahaan Pembiyaan”, tersedia pada https://ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/pengumuman/Documents/Pengumuman%20-
%20%20PT%20First%20Indo%20American%20Leasing%20Tbk.pdf, diakses pada 11 November 2023.
53
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan,
POJK Nomor 35 /POJK.05/2018, LN.2022/NO.125 TLN NO.6795, Pasal 83.
54
Ibid.
55
Otoritas Jasa Keuangan, “Lampiran Pembekuan Kegiatan Usaha”, Tersedia pada
https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/pengumuman/Documents/Lampiran%20-
%20%20PT%20First%20Indo%20American%20Leasing%20Tbk.pdf, diakses pada 12 November 2023
4. Pasal 85 ayat (1) Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Pembiayaan, yaitu “Perusahaan Pembiayaan wajib menetapkan target
rasio Saldo Piutang Pembiayaan (Outstanding Principal) netto terhadap total pendanaan
yang diterima dalam rencana bisnis.”
Akan tetapi, PT. First Indo American Leasing Tbk tetap tidak dapat memenuhi kewajibannya
hingga menimbulkan suatu permasalahan pencabutan izin usaha perusahaan pembiayaan pada
tanggal 20 Oktober 2020 dengan Pengumuman Otoritas Jasa Keuangan No. Peng-
51/NB.1/2020. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 115 ayat (7) POJK Nomor
35/POJK.05/2018, bahwa apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak ditandatanganinya
Pembekuan Kegiatan Usaha PT First Indo American Leasing Tbk belum memenuhi ketentuan
Pasal 83 POJK Nomor 35/POJK.05/2018, maka akan dikenakan sanksi berupa Pencabutan Izin
Usaha.

Dalam hal terjadinya suatu pencabutan izin usaha perusahaan pada perusahaan terbuka,
maka terjadi suatu Penghapusan Pencatatan (delisting) saham, yang mana hal ini akan
dilakukan pada PT First Indo American Leasing Tbk. BEI melakukan penghapusan pencatatan
efek (delisting) PT First Indo American Leasing Tbk efektif mulai tanggal 2 Maret 2021. BEI
akan membuka perdagangan saham FINN di pasar negosiasi pada 1 Februari-1 Maret 2021.
Setelah itu pada 2 Maret, saham FINN efektif delisting dari bursa.56 Berkaitan dengan
pencabutan izin usaha ini, PT First Indo American Leasing Tbk harus melakukan:
- penyelesaian hak dan kewaijban kepada debitur, kreditur, atau pemberi dana yang
berkepentingan mengenai mekanisme penyelesaian hak dan kewajiban;
- menyediakan pusat informasi dan pengaduan nasabah internal perusahaan.
- Selain itu, sesuai dengan ketentuan Pasal 73 POJK 28/POJK.05/2014 tentang Perizinan
Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan, perusahaan yang telah dicabut izin
usahanya dilarang untuk menggunakan kata finance, pembiayaan, kata yang mencirikan
kegiatan pembiayaan atau pembiayaan syariah, dalam nama perusahaan. 57

PT Tunas Ridean Tbk (TURI)


PT Tunas Ridean Tbk (TURI) sudah berdiri sejak tanggal 7 April 1981 berdasarkan
pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/140/1
tanggal 7 April 1981, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 84
tanggal 21 Oktober 1983. PT TURI seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasarnya bergerak
di bidang ruang lingkup kegiatan keagenan, distributor, industri, perdagangan, pengangkutan
yang berhubungan dengan kendaraan bermotor, dan kontraktor. PT Tunas Ridean
menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia ("BEI") tanggal 25 Mei 2022 mengenai
Permohonan Suspensi Perdagangan Saham PT Tunas Ridean Tbk. yang memuat rencana
Perseroan untuk melakukan go private dan delisting. Pada tanggal bursa berikutnya, BEI
melalui pengumuman No.S-04209/BEI.PP1/05-2022 memutuskan untuk mengabulkan
penghentian sementara perdagangan saham Perseroan di BEI, yang dilakukan terhitung sejak
sesi pertama perdagangan efek hari Jumat, 27 Mei 2022 hingga pengumuman lebih lanjut
("Suspensi Perdagangan").

56
Otoritas Jasa Keuangan, “Pengumuman Bursa Delisting Saham”, tersedia pada
https://idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/202101/aafd54
eddb_490580ac31.pdf, diakses pada 12 November 2023.
57
Lestari Ningsih, Investing.com, Lika-Likku Nasib First Indo American Leasing: Izin Usaha Dicabut
dan Terancam Hengkang dari BEI, tersedia pada https://id.investing.com/news/stock-market-news/likaliku-nasib-
first-indo-american-leasing-izin-usaha-dicabut-dan-terancam-hengkang-dari-bei-2037918, diakses pada 12
November 2023.
PT Tunas Ridean pun menyatakan akan mengikuti seluruh ketentuan yang tercantum
dalam Peraturan OJK No.3/POJK.04/2021 tanggal 22 Februari 2021 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal (“POJK No.3/2021”) dan dengan ini Perseroan menerbitkan
Keterbukaan Informasi serta Perubahan dan/atau Tambahan Informasi atas Keterbukaan
Informasi Kepada Pemegang Saham dalam rangka pelaksanaan Rencana Go Private Perseroan.
Alasan dilakukannya Go Private adalah karena Jumlah saham yang dimiliki oleh Pemegang
Saham publik saat ini relatif kecil (yaitu kurang lebih 7,52% dari modal ditempatkan
Perseroan), dengan jumlah Pemegang Saham publik saat ini kurang lebih 356 Pemegang
Saham. Saham Perseroan tersebut tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid.
Oleh karena itu, Perseroan mengajukan Rencana Go Private karena mereka meyakini bahwa
Go Private dapat menjadi jalan yang terbaik bagi Perusahaan. Go Private sendiri dilakukan
melalui Pembelian Kembali Saham dengan alasan-alasan sebagai berikut:58
1. Saham Perseroan tidak aktif diperdagangkan di BEI;
2. Tidak terdapatnya kebutuhan khusus untuk penggalangan dana dari publik;
3. Jumlah pemegang saham publik yang sangat minimal;
4. Sejalan dengan angka (i) di atas, oleh karena relatif tidak likuidnya perdagangan saham
Perseroan, tidak mudah bagi Pemegang Saham untuk melakukan transaksi atas saham
mereka melalui BEI. Dengan Rencana Go Private, Pemegang Saham akan memiliki
kesempatan untuk menjual kepemilikan saham mereka dengan harga premium terhadap
harga pasar.

RUPSLB pun dilaksanakan pada 29 Juli 2022 yang menghasilkan keputusan untuk
menyetujui rencana go Private dan delisting saham Perseroan dari Bursa Efek Indonesia.59
BEI pun pada akhirnya resmi menghapus pencatatan (Delisting) saham PT Tunas Ridean
Tbk. (TURI) per Kamis, 6 April 2023 seiring dengan perubahan dari Perseroan Terbuka
Menjadi Perseroan Tertutup.
Delisting yang dialami oleh PT Tunas Ridean sendiri dapat dikategorikan sebagai
Voluntary Delisting. Hal ini dikarenakan delisting PT TURI ini adalah keputusan dari
RUPSLB. PT TURI pada awalnya melakukan tindakan Go Private terlebih dahulu dan
menerbitkan Keterbukaan Informasi Kepada Pemegang Saham dalam rangka pelaksanaan
Rencana Go Private Perseroan. Berdasarkan POJK No.3/2021 jo. POJK No.15/2020, untuk
melindungi kepentingan para Pemegang Saham publik Perseroan, pelaksanaan Rencana Go
Private harus mendapatkan persetujuan dari Pemegang Saham Independen dalam suatu
RUPSLB yang dihadiri oleh Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih dari 1/2 bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham
Independen.60 Rencana Go Private harus disetujui oleh Pemegang Saham Independen yang
mewakili lebih dari 1/2 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang
dimiliki oleh Pemegang Saham Independen.
Dalam hal Rencana Go Private disetujui oleh RUPSLB, penawaran untuk membeli
saham yang dimiliki oleh para Pemegang Saham publik akan dilakukan melalui Pembelian
Kembali oleh PT Tunas Ridean Tbk (“Perseroan”). Pembelian Kembali Saham dilaksanakan

58
PT Tunas Ridean Tbk, “Perubahan Dan/Atau Tambahan informasi Atas Keterbukaan Informasi Kepada
Pemegang Saham Terkait Rencana Perubahan Status TURI Dari Perusahaan Terbuka Menjadi Perusahaan
Tertutup” tersedia pada
https://www.tunasgroup.com/_files/ugd/5a6c1c_96f48be535c54c1f94e34116b308915b.pdf , diakses pada 22
November 2023.
59
PT Tunas Ridean Tbk, “Hasil RUPSLB 29 Juli 2022” tersedia pada
https://www.tunasgroup.com/_files/ugd/5a6c1c_e2cc5bc5cc8c4e2ab96ee4ce8547c216.pdf , diakses pada 22
November 2023
60
Condro Hadi Purnomo, “Tinjauan Yuridis Tentang Mekanisme Go Private ,”Jurnal Ilmu Hukum Legal
Opinion, Edisi I, Vol.4, Tahun 2016, hlm.6
dalam rangka rencana Perseroan untuk melakukan perubahan status dari perusahaan terbuka
menjadi perusahaan tertutup sehingga jumlah pemegang saham menjadi kurang dari 50 (lima
puluh) Pihak atau jumlah lain yang ditetapkan oleh OJK sesuai dengan POJK 3/2021.
Para Pemegang Saham publik yang tidak bersedia menjual sahamnya dalam Periode
Pembelian Kembali akan tetap menjadi Pemegang Saham perusahaan tertutup. Dengan
demikian, para Pemegang Saham publik tersebut tidak dapat lagi menjual sahamnya melalui
BEI. Prosedur Delisting yang dilakukan oleh PT TURI ini sudah sesuai dengan Keputusan
Direktur Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-308/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-I
tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) saham di
Bursa.

3. Perlindungan Hukum Bagi Para Pemegang Saham Publik atas Delisting, secara Forced
Delisting pada PT First Indo American Leasing Tbk. dan Voluntary Delisting pada PT
Tunas Ridean Tbk. berdasarkan Hukum Pasar Modal
Delisting dapat berimplikasi pada suatu kerugian bagi investor. Investor dalam hal ini
pemegang saham publik memiliki hak terhadap dana yang telah dia tanam sehingga
perlindungan hukum atas investor menjadi hal yang sangat krusial.61 Menarik salah satu contoh
kasus di atas, yaitu FINN. PT First Indo Americang Leasing dalam hal pencabutan izin usaha
perusahaan yang berujung pada delisting saham, lebih memprioritaskan pembayaran hutang
terlebih dahulu. Disamping itu, tentu investor mengharapkan dana yang sebelumnya telah
dimiliki beserta hak yang melekat padanya berupa keseimbangan dan keadilan. Walaupun
investor dapat melakukan langkah menjual sahamnya pada pasar negoisasi namun dalam
praktiknya terdapat kesulitan dalam menjualnya, maka dari itu perlu adanya suatu tanggung
jawab secara berimbang kepada investor maupun pemilik utang62. Berikut aturan-aturan yang
dapat melandasi perlindungan pemegang saham publik atas terjadinya delisting :
a) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
Meskipun tidak mengatur terkait dengan perlindungan pemegang saham secara
spesifik, namun membahas beberapa kewajiban emiten (dalam hal ini FINN dan TURI) yang
seharusnya akan menimbulkan suatu hak-hak yang akan diperoleh oleh pemegang saham
publik sehingga hal tersebut menjadikan suatu perlindungan hukum bagi pemegang saham
publik. Berdasarkan Pasal 111 UU Pasar Modal bahwa setiap Pihak yang menderita kerugian
sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya
dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang
memiliki tuntutan yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang merugikan khususnya
oleh tindakan Perusahaan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Pasar Modal dan
Peraturan terkait dalam melaksanakan kegiatan Pasar Modal. Hal ini dapat dijadikan sebagai
landasan upaya perlindungan atas tindakan pelanggaran di kegiatan Pasar Modal khususnya
pada suatu permasalahan yang berakibat terjadinya delisting saham.

b) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


Meskipun tidak membahas secara signifikan mengenai Perusahaan Terbuka hingga
Pasar Modal, tetapi memiliki pengaturan sebagaimana terdapat pada Pasal 154 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT) yang

61
Nuhansa Mikrefin Yuedo Putra, “Emiten Delisting Berpotensi Rugikan Investor, Mengapa?,”
Bisnis.com, 04 Agt 2022.
62
Sendi Arrazak, Richard C. Adam, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Publik PT First
Indonesia American Leasing Tbk Atas Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham Menurut Hukum Pasar
Modal,” Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 7, No.11 (2022), hlm. 17850
menjelaskan, mengenai Bagi Perusahaan Terbuka berlaku ketentuan UUPT jika tidak diatur
lain dalam peraturan Perundang-Undangan di bidang Pasar Modal. Berikut merupakan hukum
yang mengatur mengenai perlindungan bagi pemegang saham publik berdasarkan UUPT.
Menurut Pasal 61 ayat (1) UUPT menyatakan, bahwa setiap pemegang saham berhak
mengajukan gugatan terhadap Perusahaan ke pengadilan negeri apabila terdapat haknya
dirugikan karena tindakan Perusahaan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai
akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. Kemudian pada Pasal 61 ayat (2)
UUPT menyatakan, bahwa gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut diajukan ke
pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Perusahaan. Pemegang saham publik PT. First Indo American Leasing Tbk. dalam hal
melindungi hak terhadap kepemilikan sahamnya yang terdampak delisting, maka pemegang
saham publik berhak juga untuk meminta kepada Perseroan untuk dapat dilakukan pembelian
saham yang dimilikinya, hal ini termuat dalam Pasal 62 ayat (1) UUPT yang menyatakan,
bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perusahaan untuk membeli kembali
sahamnya dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan
Perusahaan yang merugikan pemegang saham atau Perusahaan, berupa perubahan anggaran
dasar, pengalihan atau penjaminan kekayaan Perusahaan yang mempunyai nilai lebih dari 50%
(lima puluh persen) kekayaan bersih Perusahaan; atau penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan.
Kemudian berdasarkan Pasal 62 ayat (2) UUPT, menyatakan dalam hal saham yang
diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi batas ketentuan pembelian
kembali saham oleh Perusahaan, maka Perusahaan wajib mengusahakan untuk saham tersebut
dapat dibeli oleh pihak ketiga. Walaupun pemegang saham publik dapat meminta Perusahaan
untuk membeli saham yang telah ditanamkannya sebagaimana terdapat pada Pasal 62 UU PT,
namun hal tersebut tidak dapat melindunginya juga maka pemegang saham publik PT First
Indo American Leasing Tbk dapat mengajukan gugatan derivatif. Gugatan derivatif sendiri
merupakan perlindungan pemegang saham dari kesalahan suatu perusahaan, diketahui bahwa
derivatif dalam dunia perusahaan merupakan hak yang diberikan oleh pemegang saham publik
agar dapat melakukan suatu tindakan tertentu apabila terdapat suatu kesewenangan hingga
permasalahan yang dapat merugikan kepentingan perusahaan. Apabila terdapat hal itu dapat
mengajukan gugatan derivatif yang sebagaimana termuat juga pada UU PT Pasal 61.63
c) POJK Nomor 3/POJK.04/2021
Pada umumnya upaya tanggung jawab suatu Perusahaan Terbuka merupakan hal yang
wajib untuk dilakukan, pemegang saham publik dapat melakukan suatu gugatan sebagaimana
terdapat dalam Pasal 61 UU PT, tetapi dalam hal ini terdapat pengaturan mengenai bahwa
emiten yang telah di delisting wajib membeli kembali (buyback) saham pada investor
khususnya pemegang saham publik.64 Adapun mekanisme upaya buyback saham diatur
berdasarkan Pasal 73 POJK Nomor 3/POJK.04/2021 dengan pelaksanaan buyback saham
karena perubahan status Perusahaan Terbuka menjadi Perseroan yang Tertutup, dalam Pasal
ini dengan merujuk pada prosedur sebagaimana diatur dalam Pasal 64 POJK Nomor
3/POJK.04/2021. Selanjutnya terdapat juga Pasal 74 POJK Nomor 3/POJK.04/2021 yang
mengatur mengenai buyback saham dengan merujuk pada prosedur dalam Pasal 66 POJK
Nomor 3/POJK.04/2021, yaitu perubahan status Perusahaan berdasarkan Perintah Otoritas Jasa
Keuangan. Dan Pasal 78 POJK Nomor 3/POJK.04/2021 yang mengatur buyback saham
sebagaimana merujuk pada Pasal 69 POJK Nomor 3/POJK.04/2021, yang merupakan
Perubahan status berdasarkan Permohonan oleh Bursa Efek. Dimana dalam hal ini dapat

63
Riska Fitriani, “Gugatan Derivatif Oleh Pemegang Saham Minoritas Pada Perseroan Terbatas,” Jurnal
Ilmu Hukum Riau, Vol.2 No.1 (2011), hlm.183
64
Maureen Linus dan Christine Kansil, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Terkait Forced
Delisting Oleh Bursa Efek Indonesia,”Kertha Semaya Jurnal Ilmu Hukum, Vol.12 No.1 (2023)
disimpulkan bahwa, berdasarkan Pasal-Pasal yang telah diuraikan diatas, maka suatu
Perlindungan Hukum Pemegang Saham Publik PT First Indo American Leasing Tbk dalam
upaya buyback saham akibat delisting menurut POJK Nomor 3/POJK.04/2021 Tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal diatur dalam Pasal 73, Pasal 74, dan Pasal
78 yang merupakan Pasal-Pasal yang mengatur bagaimana perlindungan bagi pemegang saham
publik apabila terdampak suatu delisting, maka pelaksanaan kewajiban pembelian kembali
saham dapat dilakukan dengan melakukan pembelian kembali atas seluruh saham yang dimiliki
oleh pemegang saham publik, sehingga jumlah pemegang saham menjadi kurang dari 50 (lima
puluh) pihak atau jumlah lain yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dalam konteks
delisting tersebut, kewajiban untuk melakukan buyback saham mengacu pada tanggung jawab
perusahaan yang mengalami delisting untuk buyback berdasarkan POJK Nomor
3/POJK.04/2021 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal terhadap saham yang
dimiliki oleh pemegang saham publik. Mekanisme Buyback Saham yang melibatkan
pembelian kembali saham oleh perusahaan dengan harga yang disepakati antara perusahaan
dan pemegang saham publik dengan mengacu pada harga pasar yang adil menjadi hal penting
untuk digarisbawahi dalam proses buyback. Dalam keadaan delisting, perusahaan seharusnya
dapat melakukan interaksi dua arah dengan pemegang saham publik dan memberikan paparan
penjelasan terkait rencana buyback saham secara transparan. OJK telah mengatur
Perlindungan dana investor dalam POJK Nomor 49/POJK.04/2016 tentang Dana
Perlindungan Pemodal demi memberi rasa aman bahkan OJK juga mendirikan perusahaan
Indonesia Securities Investor Protection Fund (SIPF Indonesia).65
IV. KESIMPULAN
Adanya pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan atas rumusan masalah yaitu:
1. Pengaturan go private dan delisting berdasarkan Pasal 64 dan Pasal 66 POJK No. 3/2021,
dimulai dengan persetujuan pemegang saham independen dalam RUPS pada go private dan
persetujuan dalam RUPS pada delisting, pembelian Kembali saham atau penawaran tender
sukarela, pengumuman kepada masyarakat dan OJK, perubahan anggaran dasar, pencabutan
efektif pernyataan pendaftaran.
2. Berdasarkan hukum yang mengatur kegiatan di bidang pasar modal, penegakan hukum atas
penghapusan pencatatan saham secara forced delisting pada PT First Indo American Leasing
Tbk dan penghapusan pencatatan saham secara voluntary delisting pada PT Tunas Ridean
Tbk adalah pemegang saham publik dapat meminta kepada Perseroan untuk melakukan
pembelian saham yang dimilikinya. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh Perusahaan,
maka Perseoran wajib mengusahakan untuk saham tersebut dapat dibeli oleh pihak ketiga.
Perseroan yang telah di delisting wajib membeli kembali (buyback) saham pada investor
khususnya pemegang saham publik. Kemudian yang terakhir, pemegang saham publik dapat
mengajukan gugatan derivatif.
3. Perlindungan hukum bagi para pemegang saham di perusahaan terbuka atas penghapusan
pencatatan saham yakni dapat mengajukan gugatan sesuai Pasal 61 UU Perseroan Terbatas.
kemudian terdapat pengaturan mengenai emiten yang telah delisting wajib membeli kembali
(buyback) saham pada investor khususnya pemegang saham publik.

65
Aidil Rakha Nurul Hadi dan Frency Siska, Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Pengembalian
Dana Investor atas Delisting Saham Emiten di BEI Akibat Praktik Manipulasi Pasar di Pasar Modal Ditinjau
dari UU OJK Dihubungkan dengan UU Pasar Modal, Jurnal Bandung Conference Series : Law Studies, Vol. 2.
No. 1, 2022, hlm. 678.
V. SARAN
1. Bursa Efek Indonesia dapat melakukan penyempurnaan terkait pengaturan-pengaturan
mengenai go private dan delisting. Khususnya mengenai tanggung jawab Emiten dalam
forced delisting agar perlindungan hukum terhadap Investor lebih maksimal.
2. Bursa Efek Indonesia dapat melakukan sosialiasi edukasi mengenai keuntungan dan
konsekuensi go private dan delisting. Hal ini agar masyarakat dapat memperhatikan
risiko dari setiap langkah aksi korporasi yang dilakukan, sehingga tidak hanya berfokus
pada keuntungan yang diperoleh.
3. Perlindungan hukum bagi pemegang saham bagi perusahaan terbuka yang melakukan
go private dan delisting masih minim. Sehingga perlu diberikan edukasi kepada
investor terkait dengan langkah-langkah yang harus dilakukan apabila suatu perusahaan
terbuka mengalami go private dan delisting.
DAFTAR RUJUKAN
Peraturan
Undang-Undang Tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, LN Tahun 1995 No. 64
TLN No. 3608
Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN Tahun 2007 No.
106, TLN No. 4756, sebagaimana diubah oleh UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja, LN Tahun 2020 No. 245, TLN No. 6573
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum
Pemegang Saham Perusahaan Terbuka, POJK Nomor 15/POJK.04/2020, LN Tahun
2020 No. 103, TLN No. 6490
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal, POJK Nomor 3/POJK.04/2021, LN Tahun 2021 No. 71, TLN No. 6663
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penawaran Tender Sukarela, POJK Nomor 54
Tahun 2015, LN Tahun 2015 No. 405, TLN No. 5823

Buku
Irsan, Nasarudin. Et al. Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010
Khairandy, Ridwan. Hukum Pasar Modal 1, Yogyakarta: FH UII Press, 2010
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis. Go Publik dan Go Private di Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara, 2019
Garner, Brian A. Black’s Law Dictionary. New York : West, 2009.
Hariyani, Iswi dan R. Serfianto D.P. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta :
Transmedia Pustaka, 2010.
E. A. Koetin. Analisis Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1992.

Jurnal
Linus, Maureen, & Christine S.T Kansil, “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Terkait
Forced Delisting oleh Bursa Efek Indonesia.” Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum
(2023).
Arrazak Sendi, Adam Richard C. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Publik PT
First Indonesia American Leasing Tbk Atas Penghapusan Pencatatan (Delisting) Saham
Menurut Hukum Pasar Modal. Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 7, No.11 (2022)
Artauli, Areta. Perbandingan Pengaturan Penawaran Tender (Studi Komparatif: Amerika
Serikat, Thailand dan Indonesia). Jurnal Dharmasisya, Vol.2, No.22 (2022)
Bhasudeva, I Dewa Gede Angga, I Nyoman Putu Budiartha, Ni Made Puspasutari Ujianti.
“Perlindungan Hukum Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Investor Pasar Modal Atas
Diberlakukannya Delisting Saham Oleh Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Preferensi
Hukum. Vol. 3. No. 2. (2022).
Rakha Nurul Hadi, Aidil dan Frency Siska. Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam
Pengembalian Dana Investor atas Delisting Saham Emiten di BEI Akibat Praktik
Manipulasi Pasar di Pasar Modal Ditinjau dari UU OJK Dihubungkan dengan UU Pasar
Modal. Jurnal Bandung Conference Series : Law Studies. Vol. 2. No. 1 (2022)
Nugraha, Ahmad Wirayudha. “Perlindungan Hukum Terhadap Investor atas Tindakan Forced
Delisting Perusahaan Tercatat Oleh Bursa Efek Indonesia.” Lex Librum: Jurnal Ilmu
Hukum 7, No.2 (2021).
Abubakar, Lastuti dan Tri Handayani. Penguatan Regulasi Penghapusan Pencatatan Efek Oleh
Bursa (Forced Delisting). Jurnal RechtIdee. Vol. 15. No.1 (2020).
Pasaribu, Abigail Frida Christine Chiquita. “Pelaksanaan Penawaran Tender Dalam Pasar
Modal dan Akibat Hukumnya di Indonesia”. Jurnal Hukum. Vol. 36. No. 1 (2020).
Andhika Dimas, Kartikasari R, dan Afriana Anita. Keberadaan Saham Terlantar Milik
Pemegang Saham Publik Yang Berimplikasi Pada Pelaksanaan Go Private Dihubungkan
Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Perseroan Terbuka. Jurnal Acta Diurnal. Vol. 3.
No.2 (2020)
Taqirozan, Yusrifat. Resiko Perubahan Status Perusahaan Penanaman Modal Asing menjadi
Tertutup bagi Penanam Modal Asing berdasarkan Regulasi Ekonomi (Regulation of The
Economy) di Indonesia. JURNAL HUKUM, POLITIK DAN ILMU SOSIAL (JHPIS).
Vol.2. No.1 Maret (2023).
Junaedi, Dedi. “Pandemi Covid-19 Terhadap Pasar Modal di Indonesia: Studi Kasus Indeks
Saham Komposit (IHSG).” Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah.
Vol. 2. No. 2. (2020).
Senna, Citra. “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Atas diberlakukannya Forced Delisting
di Bursa Efek Indonesia dan Akibat Hukumnya”. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. Vol. 26.
No. 1 (2020).
Kandiawan Jessica, Kansil Christine. “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham
Perusahaan Tercatat Dalam Hal Diberlakukannya Suspensi Perdagangan Efek Oleh
Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus: PT Evergreen Invesco , Tbk (GREN) tahun 2017”.
Jurnal Hukum Adigama. Vol.3. No.2 (2020)
Widiasmoko, Haykel. “Analisa Delisting: Penerapan Delisting di PT. Bursa Efek Jakarta dan
Akibat Hukum Suatu Perseroan yang Terkena Sanksi Delisting.”
Bonjou, Katerine Septia Ulina dan Muryanto, Yudho Taruno. ”Penerapan Peraturan
Penghentian Sementara Perdagangan Saham (Suspensi) Oleh Bursa
Efek Indonesia Kaitanya Terhadap Perlindungan Hukum Investor.” Jurnal Privat Law
7, No.1 (2019)
Sitorus, Louise Ruselis. “Tinjauan Yuridis Tindakan Delisting oleh Bursa Efek Indonesia dan
Perlindungan Pemegang Saham (Studi Kasus: PT Berau Coal Energy, Tbk).” Jurnal
Dialogia Iuridica. Vol. 10. No. 2 (2019).
Rahadiyan, Inda dan Ambarsari, Diah Ayu. “Ketiadaan Batas Waktu Suspensi dan Implikasinya
Terhadap Perlindungan Investor Pasar Modal Indonesia.” Jurnal JH Ius Quia Iustum 25,
No.2 (2018)
Kurniawati, Apsari Ratna, Budiharto dan Paramita Prananingtyas. “Tanggung Jawab Emiten
yang Mengajukan Permohonan Voluntary Delisting Terhadap Pemegang Saham
Emiten.” Diponegoro Law Journal. Vol. 5. No. 3 (2016).
Martinez Isabelle, et.al. “Reasons for Delisting and Consequences: A Literature Review and
Research Agenda.” Journal of Economic Surveys. Vol. 31. Issue 3 (2016).
Saputra, Sri Agung Surya. “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Atas diberlakukannya
Forced Delisting oleh Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus PT Davomas Abadi Tbk”.
Diponegoro Law Journal. Vol.5. No. 3. (2016).
Pratistha, Ida Bagus Rama, I Nyoman Putu Budiartha, Ni Made Puspasutari Ujianti. “Akibat
Hukum Terhadap Investor Karena Adanya Penghapusan Pencatatan (Forced Delisting)
Perusahaan Terbuka Di Pasar Modal. Jurnal Konstruksi Hukum. Vol.3, No.1 (2022)
Purnomo, Condro Hadi. “Tinjauan Yuridis Tentang Mekanisme Go Private”. Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion. Ed. 1. Vol.4 (2016).
Fitriani, Riska. Gugatan Derivatif Oleh Pemegang Saham Minoritas Pada Perseroan Terbatas.
Jurnal Ilmu Hukum Riau. Vol. 2 No.1 (2014)
Dimyati, Hilda Hilmiah. “Perlindungan Hukum Bagi Investor Pasar Modal”. Jurnal Citra
Hukum, Volume 1 Nomor 2 (2014)
Ramsay, Ian M. dan Nicholas Lew. Corporate Law Reform and Delisting in Australia. Virginia
Law and Business Review (2007).

Internet
PT First Indo American Leasing Tbk. Prospektus PT First Indo American Leasing Tbk.
idx.co.id. Tersedia pada https://www.idx.co.id/media/2909/finn_prospektus-
ipo_2017_pp2.pdf. Diakses pada 12 November 2023.
Otoritas Jasa Keuangan. Pengumuman Nomor Peng-3/NB.2/2020 Tentang Pembekuan
Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiyaan. Tersedia pada https://ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/pengumuman/Documents/Pengumuman%20-
%20%20PT%20First%20Indo%20American%20Leasing%20Tbk.pdf. Diakses pada 11
November 2023.
Otoritas Jasa Keuangan. Lampiran Pembekuan Kegiatan Usaha. Tersedia pada
https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/pengumuman/Documents/Lampiran%20-
%20%20PT%20First%20Indo%20American%20Leasing%20Tbk.pdf. Diakses pada 12
November 2023.
Otoritas Jasa Keuangan. Pengumuman Bursa Delisting Saham”, tersedia pada
https://idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/Fro
m_EREP/202101/aafd54eddb_490580ac31.pdf. Diakses pada 12 November 2023.
Ningsih, Lestari. Lika-Likku Nasib First Indo American Leasing: Izin Usaha Dicabut dan
Terancam Hengkang dari BEI. Investing.com. Tersedia pada
https://id.investing.com/news/stock-market-news/likaliku-nasib-first-indo-american-
leasing-izin-usaha-dicabut-dan-terancam-hengkang-dari-bei-2037918. Diakses pada 12
November 2023.
PT Tunas Ridean Tbk. Perubahan Dan/Atau Tambahan informasi Atas Keterbukaan Informasi
Kepada Pemegang Saham Terkait Rencana Perubahan Status TURI Dari Perusahaan
Terbuka Menjadi Perusahaan Tertutup. Tersedia pada
https://www.tunasgroup.com/_files/ugd/5a6c1c_96f48be535c54c1f94e34116b308915b.
pdf. Diakses pada 22 November 2023.
PT Tunas Ridean Tbk. Hasil RUPSLB 29 Juli 2022. Tersedia pada
https://www.tunasgroup.com/_files/ugd/5a6c1c_e2cc5bc5cc8c4e2ab96ee4ce8547c216.
pdf. Diakses pada 22 November 2023.
Putra, Nuhansa Mikrefin Yuedo. Emiten Delisting Berpotensi Rugikan Investor, Mengapa?.
Bisnis. com. Tersedia pada https://market.bisnis.com/read/20220804/7/1563231/emiten-
delisting-berpotensi-rugikan-investor-mengapa. Diakses pada 7 Desember 2023.

You might also like