You are on page 1of 10

Ave at:

PERDEBATAN ANTARA AL-‘AWAMIL DAN AT-TARAKIB


DI DALAM KITAB AL-INSHAF
Ferry Saputra
UIN Imam Bonjol Padang
ferrysa@uinib.ac.id

Abstract

The most well-known schools of Arabic linguistics are the Kufa school and the Basra school, both
of which are the founders of Nahwu scholarship. In the book al-inshaf fii masail al-khilaf baina an-
nahwiyiin: al-Bashriyin, al-Kufiyin. From Sheikh al-Imam kamal ad-din Abi al-Barkaat
'abdurrahman bin Muhammad Abi Sa'id al-An-Bariy. There was a debate between al-awamil and
at-tarakib. Methods This research uses library research by reading, studying, translating and
selecting topics of discussion in this research. The data obtained will be described in this article.

‫ في الكتاب اﻹنصاف‬،‫ التراكب‬،‫ العوامل‬،‫ اﻹختﻼف‬:‫الكلمات المفاتح‬


Abstrak
Aliran yang paling terkenal dalam keilmuan kaedah bahasa Arab yaitu aliran Kufah dan aliran
bashrah, yang mana kedua aliran ini sebagai pencetus ilmu nahwu. Di dalam buku al-inshaf fii
masail al-khilaf baina an-nahwiyiin : al-Bashriyin, al-Kufiyin. Karangan syaikh al- Imam kamal
ad-din Abi al-Barkaat ‘abdurrahman bin Muhammad Abi Sa’id al- An-Bariy. Terdapat Perdebatan
antara al-awamil dan at-tarakib. Metode Penelitian ini menggunakan penelitian pustaka dengan
menggunakan membaca, menelaah, menterjemah, menyeleksi topik pembahasan pada kajian ini.
Data yang diperoleh didiskripsikan dalam artikel ini.
Kata Kunci: Perdebatan, AL-‘Awamil, Tarkib, di dalam kitab Al-Inshaf

PENDAHULUAN terletak sebagai mubtada (subjek) diakhiri


Bahasa Arab memiliki keistimewaan dari dengan harakat dhamah. Pada kalimat kedua
segi nahwu, didalamnya terdapat beberapa topik kata ‫ القَلَم‬terletak sebagai maf’ul bih (objek)
diantaranya i’rab yakni perobahan akhir kalimat diakhiri dengan harakat fatah, sedang pada
karena berbeda ‘amil yang bekerja terhadapnya kalimat ketiga, kata ‫ القَلَم‬terletak sebagai hal
secara lafal atau takdir (Syaikh Musthofa Al- (keterangan) diakhiri dengan harakat kasrah.
Ghulayain, 1994). Sebagai contoh kata ‫القلم‬: Jika berbicara tentang ‘amil dan tarkib,
akan ditemukan perbedaan antara orang-orang
(Pulpen di atas meja) ‫علَى ال َم ْكتَب‬
َ ‫القَلَ ُم‬ kufah dan Bashrah sebagaimana dalam kitab al-
(Saya membeli pulpen) ُ‫القَلَ َم ا ْشت ََريْت‬ inshaf misalnya tentang persoalan ‫ لوﻻ‬. menurut
(Saya menulis dengan pulpen) ‫َكتَبْتُ بِالقَلَ ِم‬ orang-orang kufah ‫ لوﻻ‬itu merafakan isim
sesudahnya seperti:
Mari kita simak I’rab kata ‫ ال َق َلم‬dalam tiga
kalimat di atas. Pada kalimat pertama, kata ‫القَلَم‬ ‫لوﻻ زيدٌ ﻷكرمتك‬

97
98 Perdebatan antara Al-‘Awamil dan At-Tarakib…
Sedangkan orang-orang Bashrah berpendapat bahwa penyebab setiap makna
berpendapat bahwa rafaknya karena ibtida’, dalam sebuah kata adalah pembicara dan
karena itu penulis akan mencoba membahas pencipta tanda-tanda (I'rabnya). Tapi kemudian
masalah ini dengan topik “perdebatan antara al- kata tanda dengan sifat I'rab dipindahkan ke
‘awamil dan at-tarakib di dalam kitab Al- kata sebagai media tempat tinggalnya. Dengan
Inshaf”. demikian predikat 'amil dalam mutakalim
Menurut Tamam Hasan (Tamam Hasan, (orang) berpindah ke kata (bahasa).
1991) dalam bukunya bahwa aliran kufah Dan teori Ibnu Madha tidak digunakan dan
cendrung menggunakan metode Riwayah dalam tidak ada yang melihat teori tersebut, sedangkan
memberi hukum pada kajian An-nahwu, daerah kejeniusan pemikirannya diakui hingga
kufah dulunya banyak didomisili oleh sahabat datangnya era modern. Kemudian mereka yang
nabi, para pakar nahwu/an-nahwiyiin. Dan menghidupkan kembali pemikiran Ibn Madha
mereka merupakan pakar qiraah. Tidak salah muncul kembali. Setelah itu, mengikuti kata-
mereka berpendapat penggunaan riwayah lebih katanya dan dibimbing oleh mereka, beberapa
penting dari pada paham falsafi. Muhaddisin meramaikan pemikiran Ibn Madha,
Pendapat Ulama Klasik dan Modern seperti Ibrahim Mustafa dan Tamam Hasan.
tentang permasalahan" ‘Amil". METODE PENELITIAN
Pada periode klasik Imam Khalil Ahmad al- Penelitian ini menggunakan penelitian
Farahidi dan muridnya Sibawaih sebagai pustaka dengan menggunakan metode deskriptif
pencetus ilmu Nahwu. Mereka mengembangkan kualitatif. Dalam hal ini mengkaji tentang
teori 'amil sebagai interpretasi fenomena i'rab perdebatan al -awamil dan at-tarakib dalam
dalam kaedah bahasa Arab. Pada periode kitab al-Inshaf fii masail al-khilafi baina an-
berikutnya, teori ‘Amil Khalil dikembangkan Nahwiyiin: al-Bashriyy dan al-Kuffiyyin.
oleh para ulama Nahwu dan digunakan sebagai Karangan Syaikh al- Imam kamaluddin Aby al-
teori "mutlak" untuk studi Nahwu, seperti Barkat ‘Abdurrahman bin Muhammad Aby
halnya Ibnu Malik dan Ibn Ajurum. Dan pada Sa’id, Al-Anbary lahir 513H- wafat pada tahun
awal abad ke-11 M, seorang ulama Nahwu 577H.
bernama Abdul Qahir Al-Jurjani menyusun HASIL DAN PEMBAHASAN
sebuah buku yang diberi judul Awamil al- Dalam buku Al-Inshaf (Anbari, 1964)
Jurjani, yang secara khusus membahas tentang karangan Abi Barakaat al- Anbariy tahun Wafat
'Amil. tahun 577 H. menjelaskan perdebatan mengenai
Sebuah pemikiran yang dianggap superior permasalahan tentang permasalahan kajian
di bidangnya tidak akan mudah diterima oleh Nahwu menurut mazhab kufah dan mazhab
orang-orang yang lahir setelah mereka. Oleh Basrah. Di dalam kitab al-Inshaf terdapat ada
karena itu dengan teori 'Amil, tidak semua 121 permasalahan. Dari permasalahan tersebut
ulama Nahwu menerima pemikiran para terdapat 48 perdebatan yang mengkaji tentang
pendahulunya. Di antara ulama yang menolak Amil dan tarkib. dilihat berikut ini:
teori 'Amil adalah Ibnu Jinni (330-392 H),
seorang ulama besar Nahwu setelah Sibawaih 1. Pada kode 4 tentang Apakah boleh isim
(Jinni, n.d.). Dia berpendapat bahwa sebenarnya ‘alam yang muannas dengan ta’ menjadi
mutakallim (pembicara) sendiri yang bertanda jamak muzakkar salim1?
mengucapkan, mengatur, mengajar dan menurut aliran Kufah Boleh. bahwasanya isim
mengucapkan kata-kata. yang berakhiran Ta at-taknis yang bernama
Pendapat Ibn Jinni ini kemudian disusul laki-laki boleh dijamak dengan waw dan nun
oleh Ibn Madha al-Qurtubi, seorang ulama contoh :
Nahwu dari Andalusia. Bahkan beliau
menambahkan bahwa 'amil untuk i'rab semua َ‫ط ْل ُح ْون‬
َ menjadi ٌ‫ط ْل َحة‬
َ
perkataan adalah Allah swt karena pada Sedangkan menurut aliran Bashrah Tidak boleh.
dasarnya semua perbuatan manusia adalah Karena tidak mungkin satu isim memiliki dua
ciptaan Allah swt (MADHA, 1979).
Di kalangan ulama Nahwu ada yang
berkompromi, termasuk al-Rahi. Dia 1
Masalah ini terangkat saat membahas jamak
mudzkar salim.

Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora


Ferry Saputra 99
tanda yang saling bertentangan. Dalil melarang ‫لوﻻ حددتُ وﻻ عذري لمحدود‬
jamak dengan waw dan nun karena kata‫ط ْل َحة‬
َ ini
merupakan kata taknis sedangkan waw dan nun 5. Pada kode 11 pebedaan pendaapat tentang
tanda mudzakar ‘amil yang menasabkan maf’ul5?

2. Pada kode 6 tentang Merafakkan isim yang Pendapat Aliran Kufah tentang ‘amil yang
terletak sesudah zarf. Apakah Zarf menashabkan maf’ul yaitu Fi’il dan fa’il yang
merafakkan isim setelahnya2? menasabkan maf’ul contoh :‫ ظننت زيدا قائما‬Kata
‫ زيد‬Nasb oleh ‫ ت‬sedangkan ‫ قائما‬nasab oleh
Menurut aliran Kufah apabila isim terletak ‫ظن‬. Aliran Bashrah berpendapat bahwasanya
setelah zarf dalam kalimat. Mereka menamakan Fi’il saja yang beramal terhadap fail dan maful.
zarf keterangan dan ada juga yang Karena maful itu biasanya berada setelah fi’il
menamakannya dengan sifat. contoh: dan fail
‫ع َم ٌرو‬ ِ َ‫أ َ َما ُمكَ زَ ْيدٌ َوفِ ْي الد‬
َ ‫ار‬ 6. Pada kode 12 perbedaan pendapat tentang
yang menasabkan isim masygul6?
Aliran Bashrah berpendapat bahwasanya
zarf tidak merafa’kan isim apabila terletak Menurut aliran kufah Seperti kalimat ‫زيدا‬
sesudahnya. Rafaknya karena ibtidak saja. ‫ ضربته‬kata ‫ زيدا‬itu nasab akibat fi’il yang
Tidak mungkin zarf keluar dari fungsinya. Zaraf bekerja pada ‫الهاء‬Menurut aliran Bashrah Kata
tidak beramal apa-apa. ‫ زيدا‬Mansub dengan fi’il yang ditakdirkan
sebelumnya yakni‫ضربت زيدا ضربته‬
3. Pada kode 9 yaitu Mendahulukan
khabar dari mubtada’3? 7. pada kode 13 ‘Amil yang paling utama
beramal terhadap tanazu’7?
Aliran kufah berpendapat Tidak boleh,
khabar mendahului mubtada. baik khabarnya Menurut Aliran Kufah Keduanya fi’il
itu berbentuk tunggal maupun jumlah/kalimat beramal bahkan yang paling utama beramal itu
contoh: ٌ‫ قَائِ ٌم زَ ْيد‬Sebenarnya pada kata ‫ قائم‬itu adalah fi’il yang pertama contoh: ‫اكرمني وأكرمت‬
terdapat dhamir pengganti ‫زيد‬. Sedangkan ‫ زيدا وأكرمت وأكرمني زيد‬alasannya adalah an-naqlu
menurut Aliran Bashrah membolehkan karena wa al- qiyas banyak contohnya dari syir-syir.
dalam perkataan bahasa arab sangat banyak Contoh syir Amr Qais :
ditemukan.
ّ ‫فلو‬
‫ قليل من المال‬،‫ولم أطلب‬،‫أن ما أسعى ﻻدنى معيشة كفانى‬
4. Di kode 10 tentang ‘amil terhadap isim
yang rafa’ setelah ? 4‫لوﻻ‬ Menurut Aliran Bashrah Fi’il yang
paling utama beramal itu adalah fi’il yang
Aliran Kufah berpendapat kata ‫لوﻻ‬ kedua. Alasannya yaitu an-naqlu wa al-qiyas
merafakkan isim setelahnya contoh: ‫لوﻻ زيد‬ banyak contohnya di alam alqur’an. Salah satu
‫ ﻷكرمتك‬Karena ‫ لوﻻ‬dianggap sebagai pengganti contoh ayatnya:
fi’il, jika takdir fi’il itu di nyatakan dalam
penulisan akan menjadi ( 96 ‫آتونر أفرغ عليه قطرا )الكهف‬

‫لو لم يمنعني زيد من إكرامك ﻷكرمتك‬ 8. pada kode 17 didalam buku al-inshaf
Mendahulukan khabar ‫ مازال‬dan sandara-
Sedangkan Aliran Bashrah berpendapat Isim saudaranya.
setelah ‫ لوﻻ‬rafa’ dengan sebab ibtida’. Karena
jika biasanya huruf yang bekerja terhadap isim Menurut Aliran Kufah Boleh, Alasannya
itu adalah huruf yang khusus masuk ke isim karena ia bukan menafikan fi’il. Sedangkan
saja. Sedangkan ‫ لوﻻ‬ada yang masuk ke fi’il Menurut Aliran bashrah Tidak boleh, Karena ‫ما‬
seperti itu berfungsi untuk menafikan dan nafi itu
merupakan sumber kalimat sehingga
memfaedahkan suatu makna
2
Lihat pada masalah Mughny al-Labib Libni Hisyam
5
(Hal. 423 ) dan juga lihat di syuruh al-fiyah pada wuqu’ Syarah al-Mufashil (H 153) syarah al-Kafiyah(1/115)
6
al-khabar zharaf aw jar wa majrur. Al-Tashrih lilsyaikh khalid(1/350 bulaq)
3 7
Syrah Ibnu Ya’isy ala al-mufashal (h. 112) Tanazu’ dua kata kerja yang saling berebut yang
4
Hasyiyah al-shobany ala al-asymuny(1/207/dan 4/40) mempengaruhi fa’il.

Volume 26 No. 2 Edisi Juli-Desember 2022


100 Perdebatan antara Al-‘Awamil dan At-Tarakib…
9. Pada kode 18 masalah tentang Menurut aliran Bashrah mereka sepakat
Mendahulukan khabar ‫ليس‬ bahwa ّ‫ إن‬dan saudaranya merafa’kan khabar.
Karena sesungguhnya huruf itu menyerupai fi’il
Menurut aliran Kufah tentang dari segi pelafalan dan pemaknaannya. Ada lima
mendahulukan khabar ‫ ليس‬yaitu Tidak boleh. bentuk:
Karena ‫ ليس‬bukan fi’il yang dapat ditashrifkan.
1. Sesungguhnya harfu ‫ إن‬berbentuk wazan
Menurut Aliran Bashrah mengenai fi’il.
mendahulukan khabar ‫ ليس‬Boleh saja 2. Sesungguhnya harfu ‫ إن‬mabni dengan
sebagaimana mendahulukan khabar ‫كان‬ fathah sebagaimana fi’il madhi mabni
sebagaiman dalilnya dalam Al-Quran. dengan Fathah.
‫أﻻ يوم يأتيهم ليس مصروفا عنهم‬ 3. Sesungguhnya ‫ إن‬memerlukam isim sama
juga fi’il memerlukan isim.
10. Pada kode 19 tentang ‘amil pada khabar 4. Sesungguhnya ‫ إن‬bisa dimasuki nun
setelah ‫ ما‬nafi wiqayah contoh ‫ كأنى‬،‫ إننى‬sebagaimana nun
Menurut aliran kufah bahwa ‫ ما‬dalam wiqayah masuk ke fi’il contoh : ‫أكرمنى‬
bahasa Hijaz tersebut beramal pada khabar dan ‫ وأعطانى‬dan lain sebainya
dia mansub dengan hazaf huruf khafad. Menurut 5. ّ
Sesungguhnya ‫ إن‬bermakna fi’il, maka ( ‫إن‬
aliran Bashrah bahwa ‫ ما‬tersebut beramal pada ‫ )وأ ّن‬maknanya tercapai. ‫ كأن‬maknanya
khabar dan khabar itu mansub dengan ‫ما‬ menyerupai, ‫ لكن‬maknanya tetapi, ‫ليت‬
maknanya harapan dan ‫ لعل‬maknannya
11. Pada kode 20 tentang mendahulukan memohon.
ma’mul khabar ‫ ما‬nafi.
Jadi semua inna dan saudaranya itu
Menurut aliran kufah boleh mendahulukan menyerupai amalan fi’il menrut aliran bashrah.
َ
ma’mul khabar ‫ ما‬nafi contohnya: ٌ‫ط َعا َمكَ َما زَ ْيد‬
ً‫آ ِكﻼ‬. Menurut aliran Bashrah mendahulukan 14. Pada kode 23 tentang ‘athaf isim ّ‫ إن‬dengan
ma’mul khabar ‫ ما‬tidak boleh. Karena ‫ما‬ rafa’ sebelum datang khabar
maknanya nafi biasanya diiringi oleh isim dan Menurut aliran kufah Boleh ‘athafnya pada
fi’il. Ia menyerupai huruf istifham dan huruf ّ sebelum sempurna khabar, abu hasan
posisi ‫إن‬
istifham tidak beramal ali bin hamzah al-kasa’i berbendapat
12. Pada kode 21tentang mendahulukan membolehkan dibeberapa keadaan, baik dalam
ma’mul fi’il yang maksur ‘alaih keadaan ‘amilnya jelas, atau tidak jelas. Contoh

Menurut aliran Kufah tidak boleh Semisal ‫ وإنك وبكرمنطلقان‬،‫إن زيدا وعمروقائمان‬
kalimat ‫ ما طعامك أكل إﻻ زيد‬Sesungguhnya asal ‫زيد‬ Menurut aliran bashrah bahwa tidak boleh
adalah sebagai fa’il sedangkan fa’il disini ‘athafnya pada posisi ّ‫ إن‬sebelum sempurna
mahzuf seperti ‫ما أكل أحد طعامك إﻻ زيد‬. Menurut khabar dalam bentuk keadaan apapun. Dalil
aliran Bashrah Boleh mendahulukan ma’mul yang membolehkan pendapat aliran kufah yaitu
fi’il yang Maksur ‘alaihi karena ‫ زيد‬marfu’ dalil Naqli dan Qiyas. Dalil Naqli sebagaimana
dengan fi’il sedangkan fi’il yang dapat firman Allah SWT:
ditashrifkan boleh didahului ma’mulnya.
‫ا ﱠِن الﱠ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َوالﱠ ِذيْنَ هَاد ُْوا َوالنﱠصٰ ٰرى َوال ﱠ‬
َ‫صابِــيْن‬
13. Pada kode 22 tentang yang merafakkan
ّ
khabar setelah ‫إن‬ Bentuk alasannya yaitu ‘athaf pada
( َ‫صابِــيْن‬ ّ sebelum khabarnya
‫ )ال ﱠ‬terhadap harfu ‫إن‬
Menurut aliran kufah mereka berpendapat sempurna sebagaimana Allah SWT telah
bahwa ‫إن‬ ّ dan saudranya tidak merafa’kan isim berfirman :
tetapi hanya menasabkan isim serupa amalan
fi’il. Dan khabar nya itu sudah rafa’ juga ٰ ْ ‫َم ْن ٰا َمنَ بِا ﱣ ِ َوا ْليَ ْو ِم‬
‫اﻻخِ ِر‬
sebelum dimasuki ‫ إن‬contoh : ‫ ِإنﱠ زَ ْيدًا قائم‬begitu Dari segi Qiyas mereka berpendapat
pula dengan contoh-contoh yang lainnya.
bahwa kami sepakat membolehkan ‘athaf

Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora


Ferry Saputra 101
sebelum sempurna khabarnya bersama Laa. ، َ‫)و َب ْك ًراد ُْونَك ِع ْندَك‬
َ mereka sepakat alasan untuk
contoh : membolehkan mendahulukan ma’mul yaitu dalil
Naqli dan dalil Qiyas : (‫ )كتاب ﷲ عليكم‬taqdirnya
َ ‫َﻻ َر ُج َل َو ْام َرأَة ٌ أَ ْف‬
َ‫ض ُل مِ ْنك‬ yaitu (‫كتاب ﷲ‬ َ ‫ )عليكم‬maka nashabnya kitab
Menurut aliran Bashrah mereka sepakat dengan dengan ‘alaikum, maka ia boleh
bahwa athaf isim ّ‫ إن‬tidak diperbolehkan contoh didahulukan. Menurut aliran bashrah Tidak
ِ ‫ ِإنﱠكَ َوزَ ْيدٌ قَا ِئ َم‬wajib (‫ )زيد‬marfu’ dan menjadikan
‫ان‬ boleh mendahulukan ma’mul darinya
ّ ‘amil pada khabar dhamir al-Kaf, dan ini
‫إن‬ sesungguhnya beberapa alfadz itu cabang
tergabung dalam satu lafaz. Adapun menjawab terhadap ‘amil fi’il.
dari alasan aliran kufah tentang 17. Pada kode 29 tentang ‘amil mensabkan
‫ اِ ﱠن الﱠ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َوا ﱠل ِذيْنَ هَاد ُْوا َوالنﱠصٰ ٰرى َوال ﱠ‬tidak ada
َ‫صا ِبــيْن‬ zaraf yang terletak pada posisi khabar
alasan bagi mereka dalam tiga hal: Aliran kufah berpendapat bahwa Zharaf
1. pada ayat ini taqdim dan takhir ayat. menashab apabila berada pada posisi khabar
2. Menjadikan firman allah SWT mubtada’ contoh :
ٰ ْ ‫ َم ْن ٰا َم َن بِا ﱣ ِ َو ْاليَ ْو ِم‬khabar untuk
‫اﻻخِ ِر‬ ‫الصابئينو‬ ( َ‫ وعمرو َو َرا َءك‬، َ‫)زَ ْيدٌ أ َ َما َمك‬
‫النصارى‬ Aliran bashrah beralasan bahwa Zharaf
3. Dia harus jadi athaf marfu’ yang tersirat nasab dengan fi’il yang ditakdirkan Seperti:
bagi ‫ هادوا‬dan ‫ هادوا‬maknanya ‫تابوا‬. ini ‫زَ ْيدٌ اِ ْستَقَ ﱠر أَ َما َمك وعمرو استقر وراءك‬
versi lemahnya, karena athaf marfu’
yang tersirat itu jelek ini biasa terjadi Dan sebagian mereka berpendapat bahwa
dalam aliran kufah. Karena athaf marfu’ zaraf nashab ditakdirkan dengan isim fa’il dan
yang tersirat menurut kufah bukanlah takdirnya pada contoh berikut ini:
jelek. dan pendapat ini fasad pada
konteks ini. ‫ وعمرو مستقر وراءك‬،‫زيد مستقر أ َ َما َمك‬
18. Pada kode ke 30 ‘Amil yang menashabkan
15. Pada kode 24 tentang ‘Amil ‫ إن‬mukhafafah maf’ul ma’ah.
nasab pada isim.
Aliran kufah berpendapat bahwa maf’ul
Menurut aliran kufah bahwa inna al- ma’ah mansub dengan masih adanya
mukhaffafah atsaqilah tidak beramil nasab pada perselisihan pendapat. Sebagaiman contoh
isim. Alasannya bahwa inna tidak beramal berikut ini:
karena ia bertasydid. sesungguhnya ia beramil
sebagaimana fi’il madhi dari segi lafaz, terdiri َ ‫استوى الماء والخشبَةَ وجاء البرد والطيا ِل‬
‫سة‬
dari tiga huruf, dan ia mabni dengan fathah Aliran bashrah berpendapat bahwa
sebagaimana mabninya fi’il madhi dengan sesungguhnya maf’ul ma’ah mansub dengan
fathah. fi’il sebelumnya.
Menurut aliran bashrah inna mukhaffafah 19. Pada kode 31 Mendahulukan hal dari fi’il
itu beramal. Alasan yang benar itu dalam a’mil yang beramal kepadanya.
sebagaimana firman Allah SWT :
Aliran kufah berpendapat bahwa tidak
‫َو ِإ ﱠن ُكﻼ لﱠ ﱠما لَي َُوفِّ َينﱠ ُه ْم َربﱡكَ أ َ ْع ٰ َملَ ُه ْم‬ boleh mendahulukan haal dari pada fi’il yang
Dalam bacaannya dibaca dengan takhfif beramal kepadanya dengan isim zhahir Seperti:
(ringan) sebagaimana bacaan ibnu katsir. ‫ راكبا جاء زيد‬dan boleh juga dengan dhomir ‫راكبا‬
ُ‫جئت‬. Aliran bashrah berpendapat bahwa
16. Pada kode 27 tentang Mendahulukan sesungguhnya boleh mendahulukan haal dari
ma’mul isim fi’il. fi’il yang beramal kepadanya dengan isim
Menurut aliran kufah Boleh, contoh: zhahir dan dhomir contohnya: ‫راكبا جاء زيد‬
( ‫عندك‬،‫دونك‬،‫ )عليك‬boleh mendahulukan ma’mul 20. Pada kode 34 ‘amil pada mustasna yang
َ ‫ َو‬، َ‫علَيْك‬
darinya contoh dalam kalimat ( ‫ع ْم ًرا‬ َ ‫زَ ْيدًا‬ nasab

Volume 26 No. 2 Edisi Juli-Desember 2022


102 Perdebatan antara Al-‘Awamil dan At-Tarakib…
Aliran kufah Masih berbeda pendapat pada dan orang arab telah menyepakati tentang aliran
‘amil mustasna yang nasab contoh ( ‫قام القوم إﻻ‬ ini.
‫ )زيدا‬Sebagiannya berpendapat bahwa ‘amilnya
adalah ‫ إﻻ‬dan mereka berkata nasabnya Menurut aliran bashrah mereka Tidak
mustasna itu karena dia menyerupai maf’ul. membolehkan kata ‫ عشر‬dimasuki alif lam, dan
Aliran bashrah berpendapat bahwa ‘amil pada juga pada kata ‫درهم‬. Mereka telah bersepakat
mustasnaadalah fi’il. Atau makna fi’il ‘amilnya bahwa yang dibolehkan dimasuki alif lam yaitu
adalah ‫إﻻ‬. Sebagaimana yang kami sampaikan kata ‫ الخمسة‬saja tidak dengan kata ‫ عشر درهما‬jadi
bahwa ‘amil pada mustasna itu adalah fi’il kalimat yang benar menurut aliran bashrah yaitu
lazim asli contoh : (‫ وما عمرو إﻻ يذهب‬،‫)مازيد إﻻيقوم‬ ‫الخمسة عشر درهما‬. aliran bashrah hanya
membolehkan isim yang dimasuki alif lam
21. Pada kode 36 Mendahulukan huruf istisna hanya pada isim yang pertama karena dua isim
pada awal kalam. itu ketika digabungkan dengan yang lain
menjadi satu isim.
Aliran kufah berpendapat bahwa Boleh
mendahulukan harfu istisna pada awal kalam 24. Pada kode 44 tentang Mengidhafahkan
contonya: (‫ )إﻻ طعامك ما أكل زيد‬mereka beralasan ‘adad yang murakkab kepada misalnya
boleh mendahulukannya, sesungguhnya orang
arab telah menggunakannya terlebih dahulu Menurut aliran kufah Tidak boleh
sebagaimana dala syair: mengidhafahkan ‘adad yang murakkab kepada
misalnya, contoh:
‫خﻼ أن العتاق من المطايا حسين فهن إليه شوس‬
َ َ‫عش ََر ﺛَ َﻼﺛَة‬
‫عش ََر‬ َ ‫ﺛَال‬
َ ‫ِﺚ‬
Aliran basrah berpendapat Tidak boleh,
karena huruf nafi mengikuti isim dan fi’il Dalilnya yaitu tidak mungkin idhafah
sebagaimana huruf istifham. Sebagaimana َ َ‫ ﺛَ َﻼﺛَة‬sebagai fa’il, mungkin
mabni dari kata ‫عشَر‬
mendahulukan huruf istisna pada awal kalam ia mabni dari salah satu lafaz, yaitu pada ‘adad
tidak boleh ia beramil sebagaimana huruf yang pertama kata ‫ ﺛ َ َﻼﺛَة‬. dan tidak mungkin
istifham sebelumnya. Contohnya: mabni dari lafaz ‘adad yang kedua kata ‫العشر‬.
Menurut aliran bashrah Boleh mengidhafahkan
.‫ َوإِ ﱠﻻ زَ ْيدًا‬،ٌ‫َما َجا َءنِى أَ َحدٌ إِ ﱠﻻ زَ ْيد‬ ‘adad murakkab pada misalnya dalil yang
menguatkan yaitu karena itu kalimat asli
22. Pada kode 42 tentang Idhafah “nayyif” ke contoh:
kata ‫عشرة‬
َ َ‫عش ََر ﺛَ َﻼﺛَة‬
‫عش ََر‬ َ ‫ﺛَال‬
َ ‫ِﺚ‬
Menurut aliran kufah Boleh idhafah nayyif
ke ‫ عشرة‬contoh َ َ‫سة‬
‫عش ٍَر‬ َ ‫ َخ ْم‬mereka berdalil Menurut aliran bashrah ini sesuai dengan
karena nayyif isim muzhar seperti isim muzhar dalil naqli dan qiyas karena ini kata asli dan
yang lain, maka boleh idhafah. Menurut aliran boleh mengidhafahkan ‘adad .
Bashrah Tidak boleh idhafah nayyif ke ‫عشرة‬.
Mereka berdalil karena ia sudah menjadi dua 25. Pada kode 48 tentang mentarkhim mudhaf
isim jadi satu. Sebagaimana tidak boleh dengan menghazafkan akhir mudhaf ilaih
mengidhafah satu bagian isim ke bagian lainnya. Menurut aliran kufah Boleh mentarkhim
Penjelasan ini menjadikan dua isim jadi satu mudhaf, mereka mentarkhim pada akhir isim
makna, dan idhafah ini membatalkan makna mudhaf ilaih seperti: ‫ يا آل عام‬dan lain-lainnya.
coba perhatikan contoh berikut ini: َ‫سة‬ َ ‫َقبِضْتُ َخ ْم‬ Dalil yang memperkuat alasan aliran kufah
‫عش ََر‬
َ ini tanpa idhafah. yaitu telah banyaknya kalimat seperti ini
23. Pada kode 43 tentang ‘adad yang murakkab digunakan. Contoh pada syir :
beserta tamyiznya ّ ‫خذوا ح‬
‫ظكم يا آل عكرم واحفظوا أواصرنا والرحم بالغيب‬
Menurut aliran kufah ‘adad murakkab ‫ تذكر‬asal katanya yaitu ‫ يا آل عكرمة‬menghapus
beserta tamyiz nya Boleh dikasih alif dan lam harfu Ta liltarkhim.
Seperti kata ‫ خمسة عشر درهما‬menjadi ‫الخمسة العشر‬ Menurut aliran bashrah pada kalimat ‫يا آل‬
‫ درهما‬dan ‫ الخمسة العشر الدرهم‬mereka berpendapat ‫ عامر‬Tidak boleh mentarkhim mudhaf, tidak
‘adad murakkab berserta tamyiz sudah benar adanya syarat tarkhim, untuk syarat tarkhim itu

Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora


Ferry Saputra 103
harus isim munada, isim mufrad, isim ma’rifah, dan Ha tanbih seperti ‘iwad harfu qasam. Pada
dan lebih dari tiga huruf. contoh diatas tidak boleh karena sangat jelas
bersama harfu qasam. Dan tidak boleh
26. Pada kode 49 Mentarkhim isim tsulasi. mengabungkan ‘iwad dengan mu’awidnya ( ‫أ‬
Menurut aliran kufah Boleh mentarkhim isim ‫)ها وﷲ( )وﷲ‬.
tsulasi apabila pada tengah kata berharakat 30. Pada kode 58 tentang Lam yang masuk
contoh kata: kepada mubtada’ lam ibtida’ atau lam
(‫عنق )ياعن( حجر )ياحج( كتف )ياكت‬ jawab qasam

Menurut aliran bashrah tidak boleh Tarkhim Menurut aliran kufah Lam pada kalimat ‫لزيد‬
pada kata yang hanya tiga huruf. ‫ أفضل من عمرو‬jawab qasam yang ditaqdirkan
dan taqdirnya ‫وﷲ لزيد أفضل من عمرو‬, maka
27. Pada kode 50 tentang Mentarkhim ruba’i menyembunyikan qasam sudah diwakili oleh
yang huruf ke tiganya suku lam. Dalil terhadap Lam jawab qasam bukan
Menurut aliran kufah Menghazafkan huruf Lam Ibtida ini boleh mengikuti maf’ul yang
sukun dan membuang huruf setelahnya seperti: wajib nashab. Contoh (‫ )لطعامك زيدآكل‬walau Lam
‫ في قمطر‬menjadi ‫ ياقم‬contoh lain ‫ سبطر‬jadi ‫يا سب‬. ini Lam ibtida’ tetapi wajib huruf sesudahnya
Menurut aliran bashrah bahwa mentarkhim marfu’, dan juga boleh mengikuti maf’ul wajib
ruba’i cukup dengan Menhazafkan huruf akhir nashab. Menurut aliran bashrah Lam itu ibtida’.
saja seperti: Dalilnya apabila Lam ibtida’ masuk ke manshub
dengan kata dzannatu atau jabat harus marfu’
(‫برﺛن )يابرث( جعفر )يا جعف‬ contoh (‫)ظننت زيدا قائما‬
28. Pada kode 55 tentang apakah ‫ واو‬dan ّ‫رب‬ 31. Pada kode 60 tentang Fashal pada mudhaf
beramal menjarkan dan mudhaf ilaih
Menurut aliran kufah ‫ واو‬dan ّ‫ رب‬beramil Menurut aliran kufah Boleh fashal antara
menjarkan isim nakirah dengan sendirinya. mudhaf dan mudhaf ilaih dengan tanpa zaraf
Menurut aliran Bashrah ‫ واو‬dan ّ‫ رب‬tidak dan huruf khafad karena darurat sya’ir. Dalilnya
baramil yang menjarkan adalah ‘amil ّ‫ رب‬yang sudah banyak digunakan dalam syir-syir arab.
ditakdirkan. Sebaliknya harfu waw adalah harfu Contoh:
‘athaf, harfu ‘athaf tidak beramil. Harfu ini
beramil jika ia khusus, padahal harfu ini tidak ‫فزججتها بمزجة زج القلوص أبي مزاده‬
khusus. Oleh karena itu ia tidak beramil. Maka takdirnya ، ‫ج أبي مزادة القلوص‬ ّ ‫ز‬. Fashal
29. Pada kode 57 Apakah huruf qasam beramal antara mudhaf dan mudhaif ilaih ‫ بالقلوص‬dan
secara mahzuf tanpa gantinya maf’ulnya tidak zaraf dan tidak huruf khafad.
Menurut aliran bashrah Tidak boleh fashal
Menurut aliran kufah Boleh khafad pada antara mudhaf dan mudhaf ilaihi dalilnya
qasam dengan menyembunyikan huruf khafad mudhaf dan mudhaf ilaih dalam satu bahasan
tanpa diganti dengan yang lain contoh ّ‫آ لتفعلن‬ dan tidak boleh dipisah antara keduanya. Boleh
boleh juga ّ‫ ﷲ ﻷفعلن‬dengan menggunakan alif dipisah antara keduanya dengan zhoraf dan
maqshurah pada yang kata yang kedua, di huruf jar. Contoh syir
dikhafadkan dengan taqdir harfu khafad.
‫در اليوم من ﻻ مها‬ ‫لما رأت ساتيدما استعبرت‬
Menurut aliran bashrah Tidak boleh huruf
qasam beramal secara mahzuf tanpa gantinya Fashal antara mudhaf dan mudhaf ilahi dengan
kecuali dengan ada pengganti seperti alif zharof. Karena taqdir ‫ در اليوم من ﻻ مها‬.
istifham. Dalil terhadap pendapat ini bahwa 32. Pada kode 61 tentang Idhafah isim kepada
huruf jar tidak beramil dengan mahzuf. Apabila isim yang berkesesuaian makna?
beramil dengan mahzuf dibeberapa perkara jika
ada ‘iwad, sedangkan ‘iwad tidak ada. Apabila Menurut aliran kufah Boleh idhafah isim
dimasuki alif istifham dan Ha Tanbih pada kepada isim yang berkesesuaian makna jika
contoh ini (‫ )وها ﷲ مافعلت( )آ مافعل‬alif istifham berbeda lafaznya berbeda. Dalilnya yaitu sudah

Volume 26 No. 2 Edisi Juli-Desember 2022


104 Perdebatan antara Al-‘Awamil dan At-Tarakib…
ada dalam al-quran dan kalam arab. Menurut aliran kufah boleh athaf kepada
Sebagaimana firman allah SWT dalam al-quran: dhamir muttasil marfu’ dalam pemilihan kalam
ِ ‫ إِنﱠ ٰ َهذَا لَ ُه َو َح ﱡق ٱ ْليَق‬dan ‫ ٱ ْليَقِين‬dimaknai na’at
‫ِين‬ Seperti ‫قمت وزيد‬. Menurut aliran bashrah
kepada ‫ َح ﱡق‬, karena aslinya ‫ َح ﱡق ٱ ْليَقِين‬dan na’at Tidak boleh athaf kepada dhamir muttasil
dima’nai juga dengan man’ut, dan idhafah marfu’ kecuali dharurat sya’ir.
man’ut kepada na’at ‫الدار‬, dan asli dari ‫للدار اﻵخرة‬
kebaikan sebagaimana firman Allah SWT 36. Pada kode 68 tentang Athaf dengan ‫لكن‬
(‫ )وللدار اﻵخرة خير‬dan idhafah ad-dar ke al- setelah ijab?
akhirah dan kedua-dua ini kata satu makna. Menurut aliran kufah Boleh ‘athaf dengan
Menurut aliran bashrah Tidak boleh idhafah lakin setelah ijab seperti ‫أتاني زيد لكن عمرو‬.
isim kepada isim yang berkesesuaian makna. Menurut aliran bashrah Tidak boleh Bahkah
Dalil yang menguatkan pendapat Bashrah harus keadaannya berbeda dengan jumlah yang
bahwa idhafah sebagai ta’rif dan juga takhshis. sebelumnya contoh ‫أتاني زيد لكن عمرو لم يأت‬
Jika ta’rif nya tidak ada dia idhafah ke isim 37. Pada kode 75 tentang ‘Amil yang
yang jauh. (‫ )ولدار اﻵخرة خير‬ditaqdirkan ke ‫ولدار‬ menasabkan fi’il mudhari setelah waw
‫الساعة اﻵخرة‬ maiyyah.
33. Pada kode 64 tentang Waw athaf sebagai Menurut aliran Kufah ‘amil yang
tambahan menashabkan setelah waw ma’iyyah Fi’il
Menurut aliran kufah Boleh waw athaf mudhari seperti : ‫وتشرب اللبن‬
َ ‫ ﻻ تأكل السمك‬mansub
sebagai tambahan. Dalil sudah ada dalam al- dengan kesepakatan. Menurut aliran Bashrah
quran dan banak juga dari kalam arab. ‫َحت ﱠ ٰ ٓى إِذَا‬ ‘amil yang menashabkan fi’il mudhari’ setelah
‫ َجا ٓ ُءوهَا َوفُتِ َحتْ أَب ٰ َْوبُ َها‬maka waw dzaidah karena waw ma’iyyah Mansub dengan ‫أن‬ yang
ditaqdirkan ke ‫ فُ ِت َحتْ أَب ٰ َْوبُ َها‬karena jawab qaul dari ditakdirkan. Hakekatnya waw itu harfu ‘athaf,
dan asli harfu ‘athaf tidak beramil dan juga
‫ َحت ﱠ ٰ ٓى إِذَا َجا ٓ ُءوهَا‬. Menurut aliran Bashrah Tidak
tidak mengkhususkan. harfu ‘athaf masuk ke
boleh, pada aslinya waw adalah huruf dan isim dan juga ke fi’il.
bermakna. Maka tidak boleh berhukum dzaidah.
Dari firman Allah SWT ‫ت أَب ٰ َْوبُ َها‬ ْ ‫َحت ﱠ ٰ ٓى إِذَا َجا ٓ ُءوهَا َوفُتِ َح‬ 38. Pada kode 76 tentang ‘Amil yang
huruf waw pada ayat ini bukanlah waw zaidah menasabkan fi’il mudhari setelah fa’
melaikan waw athaf. sababiyah
34. Pada kode 65 tentang Athaf ke dhamir yang Menurut aliran kufah Fi’il mudhari’ tentang
makhfud? amil yang menashabkan setelah fa sababiyah
jawab yang enam perkara: amar, nahi, nafi,
Menurut aliran kufah Boleh athaf ke istifham, tamanni dan ‘arad, mansub dengan
dhamir makhfud seperti ‫مررت بك وزيد‬. Dalil yang sebab yang masih diperselisihkan. Menurut
menurut kufah diambil dari tanzil dan kalam aliran bashrah Mansub dengan
arab. Firman Allah SWT ‫سا َءلُونَ ِب ِه‬ َ َ‫َواتﱠقُوا ﱠ َ الﱠذِي ت‬ menyembunyikan An, kalau menurut Abu Umar
‫ َو ْاﻷَرْ َحا َم‬dengan khafad pada salah satu qiraat al-Jarmy yang menasabkan adalah fa’ itu
sab’ah hamzah ziyat. Menurut aliran Bashrah sendiri.
Tidak boleh athaf ke dhamir makhfud karena
jar wa majrur dalam satu tempat, apabila athaf 39. Pada kode 77 tentang Apakah An
ke dhamir majrur. Dan apabila dhamirnya masdhariyyah beramal terhadap fi’il
majrur tersambung dengan jarnya, tidak mudhari’.
tersambung jika tersambung dengan dhamir
Menurut aliran kufah An khafifah beramal
marfu’ dan manshub, seakan-akan athaf isim ke
menasabkan fi’il mudhari’ bersama hadzaf
huruf jar, dan athaf isim ke harfu jar tidak
badal. Dalil membolehkan ‘amil besama hadzaf
boleh.
sebagaimana bacaan ‘Abdullah bin Mas’ud
35. Pada kode 66 Athaf kepada dhamir ٰ
(َ ‫ِى ِإس ٰ َْٓرءِ ي َل َﻻ تَ ْعبُدُوا ِإ ﱠﻻ ٱ ﱠ‬
ٓ ‫ ) َوإِذْ أ َ َخذْنَا مِ يثَقَ بَن‬maka
muttashil yang marfu’
menashabkan kata ‫ َﻻ تَ ْعبُدُوا‬dengan An yang
ditaqdirkan. karena ditaqdirkan pada ( ‫أن ﻻ تعبدوا‬

Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora


Ferry Saputra 105
‫ )إﻻ ﷲ‬maka di hadzaf An dan beramil ‫ زيد‬dan fi’il yang muzhar tafsir ditaqdir pada fi’il
sebagaimana hadzaf, maka ia beramil nashab muqaddar.
ma’a hadzaf.
44. Pada kode 86 tentang Mendahulukan isim
Menurut aliran bashrah An Khafifah Tidak yang marfu’ atau manshub pada jumlah
beramal terhadap fi’il mudhari’ ma’a hadzaf jawab syarat?
badal. Dalil sesungguhnya An tidak boleh
beramil ma’a hadzaf badal. Sesungguhnya Menurut aliran kufah apabila
harfu An beramil untuk fi’il dan Amil fi’il dha’if. mendahulukan isim marfu’ pada jawab syarat
maka tidak boleh terdapat jazam. Dan wajib
40. Pada kode 78 tentang Bolehkah ‫ كي‬sebagai rafa’ contoh ( َ‫ )إن ت َأْتِنِى زَ ْيدٌ يُ ْك ِر ُمك‬mereka berbeda
huruf jar? pendapat dalam mendahulukan manshub pada
jawab syarat contoh ( ‫)إن تأتنى ويدا أكرم‬. Menurut
Menurut aliran kufah tidak boleh ‫ كي‬sebagai aliran Bashrah sesungguhnya mendahulukan
harfu jar, ‫ كي‬Hanya sebagai harfu nawasib dan isim marfu’ dan isim manshub dari jawab syarat
tidak boleh menjadi huruf jar. Dalil kufah semuanya boleh. Dalil wajib mentaqdirkan pada
menyatakan bahwa ‫ كي‬tidak boleh sebagai huruf fi’il sebagaimana mentakdirkan pada isim pada
jar. Karena ‫ كي‬beramil kepada fi’il. Dan yang fi’il syarat.
beramil pada fi’il tidak boleh hurfu jar, karena
hurfu jar beramil kepada isim. Menurut aliran 45. Pada kode 87 tentang Mendahulukan maf’ul
bashrah ‫ كي‬boleh sebagai huruf jar sebagaimana dengan jaza’ atas huruf syarat.
‫ كي‬bisa di smaukin isim ‫ ما‬al-istifhamiyah
seperti ‫كيمه‬. Menurut aliran Kufah Boleh mendahulukan
maf’ul dengan jaza’ Seperti: ْ‫ض ِرب‬ ْ َ‫ض ِربْ أ‬ ْ َ‫زَ ْيدًا إِ ْن ت‬
41. Pada kode 79 tentang Yang menasabkan Dan mereka berbeda tentang boleh nasabnya
fi’il mudhari’ setelah lam ta’lil. dengan syarat. Dalil kufah sesungguhnya boleh
mendahulukam jaza’ atas harfu syarat.
Menurut aliran kufah Lam kay lah yang Sesungguhnya asli pada jaza’ mendahulukan
menasabkan fi’il tanpa taqdir An. ( ‫)جئتك لتكرمنى‬ ْ َ‫)أ‬. Tidak boleh
atas (‫ )إِ ْن‬contoh ( ْ‫ض ِربُ إِ ْن تَض ِْرب‬
Menurut aliran basrah Yang menasabkannya maful nasab dengan syarat dan jaza’. Karena
adalah an yang ditakdirkan setelah Lam kay. syarat manzilahnya ke istifham, dan istifham
(‫)جئتك ﻷن تكرمنى‬ sumber kalam, sebagaimana tidak boleh beramil
42. Pada kode 84 tentang ‘amil jazam pada ma’a setelah huruf istifham. Contoh ( َ‫)زَ ْيدًا أَض َْربت‬
jawab syarat. dan juga tidak boleh ( ْ‫)زَ ْيدًا إِ ْن تَض ِْربْ أَض ِْرب‬.

Menurut aliran kufah Jawab syarat itu 46. Pada kode 113. Tentang Wazan fi’il
sudah ditetapkan majzum. Menurut aliran khumasi yang berulang huruf kedua dan
bashrah Ada yang berpendapat huruf syarat, ada yang ke tiganya
yang berpendapat huruf syarat dan fi’il syarat, Menurut aliran kufah tentang wazan fi’il
ada yang mengatakan huruf syarat beramal khumasi yang berulang huruf kedua dan ketiga
terhadap fi’il syarat dan fi’il syarat beramal pula
َ Atas wazan ‫فَعَلﱠ َل‬. Dalil
contoh ‫ص َمحْ َمح ودَ َم ْك َمك‬
terhadab jawab syarat menurut aliran kufah wazannya ‫ فَعَلﱠ َل‬. oleh
43. Pada kode 85 tentang ‘amil yang karena itu asli dari kata ( ‫ص َم ْح َمح ودَ َم ْك َمك‬
َ ) yaitu
merafakkan isim marfu’ setelah in ( َ‫ص َم ﱠح ٌح ودَ َم ﱠكك‬
َ ) kecuali mereka memberatkan
syartiyyah. jamak tiga Haaat dan tiga Kaafat, dan
menjadikan haruf tengahnya Mim.
Menurut aliran kufah tentang merafa’kan
isim marfu’ dengan tidak mentakdirkan fi’il. Menurut aliran bashrah tentang wazan fi’il
Seperti: ‫ إن زيد أتاني آته‬sesungguhnya ia marfu’ khumasi yang berulang huruf kedua dan ketiga
kembali pada fi’il tanpa ditakdirkan pada fi’il. pada wazan ‫ فَعَ ْلعَ َل‬. karena sudah jelas bahwa
Menurut aliran bashrah tentang merafa’kan isim ‘ain dan lam fi’ilnya itu berulang contoh ( ‫ب‬ َ ‫ض ﱠر‬
َ
marfu’ setelah in syartiyyah. Menurut aliran ini ‫)و َقت َلﱠ‬pada wazan ‫ فعّل‬atau pengulangan pada lam
Rafa’ dengan mentakdirkan fi’il. Seperti: ‫إن أتاني‬ fi’ilnya (‫واصفر‬ ّ ‫)احمر‬
ّ pada wazan ‫أفع ّل‬,
berulangnya ain dan lam fi’ilnya contoh

Volume 26 No. 2 Edisi Juli-Desember 2022


106 Perdebatan antara Al-‘Awamil dan At-Tarakib…
َ ) wajib dengan wazan ‫ فَ َع ْل َع َل‬dalam saling bertentangan kata ٌ‫ ﻃَﻠْ َﺤﺔ‬sebagai isim
( َ‫ص َم ﱠح ٌح ودَ َم ﱠكك‬
pengulangannya Ini hukumnya jelas. muannas yang terdapat tanda muannasnya,
47. Pada kode 114 tentang tambahan huruf hakikatnya sebagai mudzakkar/laki-laki.
pada isim ruba’i dan khumasi? Begitu juga dengan perdebatan yang lain
yang merafa’kan khabar setelah Inna. Menurut
Menurut aliran kufah jika isim lebih dari aliran kufah inna dan saudaranya tidak
tiga huruf maka ada tambahan, Jika empat huruf merafa’kan khabar sedangkan aliran bashrah
seperti ‫ جعفر‬maka tambahannya adalah satu mengatakan Inna dan saudaraanya yang
huruf yakni satu huruf sebelum akhir. Ada yang merafa’kan khabar.
mengatakan satu huruf terakhir, jika lima huruf
maka dua huruf terakhir, seperti: ‫سفرجل‬ DAFTAR PUSTAKA
Menurut aliran bashrah bahwa Tidak ada
Al Anbaaryi, I. A.-. (1964). Al-inshaf Fii Masail
tambahan pada isim tersebut, jika empat huruf
atau lima, berarti dasar katanya yang memang al-Khilaf. Mathba’ah Al-Istiqomah.
begitu, dan tidak berasal dari tiga huruf.
Al Anbaariy, I. A. Al- Inshaaf fi Masa’il al-
48. Pada kode 120 tentang Mendahulukan Khilaf Bain al- Nahwiyiin al- Bashriyiin
tamyiz apabila amilnya fi’il mutasarrif wa al Kufiyin, Daar Fikr Beirut.
Menurut aliran kufah Boleh, mendahulukan Al Suyuthi.(1987) Al Iqtiraah fi ‘Ilm al Ushul
tamyiz apabila amilnya fi’il mutasarrif
seperti:‫تصبب زيد عرقا وتفقأ الكبش شحما‬. Menurut An Nahwi. Beirut : Jarus Burs.
aliran bashrah Tidak boleh tamyiz apabila Madha, I. (1979). Ar-Radd ’Ala Al-Nuhat. Daar
amilnya fi’il mutasarrif karena dia sebagai fai’il
I’tisam.
pada makna.
SIMPULAN Mahmud Ahmad Nahlah (2002) Ushul An
Dari pembahasan di atas bahwa ada Nahwi Al ‘Arabi. Birut Daar ma’rifah Al-
perdebatan tentang 'Amil dan Tarkib dalam Jami’iyah.
Kitab al-Inshaf menurut dua mazhab besar
keilmuan Nahwu, yaitu mazhab Kufah dan Mahmud Fajjal (1989) Al Ishbah fi syarh al
mazhab Basrah. Dari pembahasan ini dapat Iqtiraah. Daar Qalam Damaskus
disimpulkan bahwa 'amil lafzhi, yaitu 'amil
dalam bentuk lafazh, seperti isim-isim, fi'il, atau Jinni, I. (n.d.). Al-Khashais.
huruf. ‘Amil ma’nawi, yaitu ‘amil yang tidak Al-Afghaniy, sa’idu (1987) Fii Ushul al-
berbentuk lafazh, artinya ada pengaruh
(terhadap i’rab) tapi tidak ada bentuknya. ‘Amil Anahwi, Beirut, Al- maktabah Al- Islamiy
ini biasanya hanya merofakan saja. Contohnya Syaikh Musthofa Al-Ghulayain. (1993). Jami’
adalah ‘amil yang merofakan mubtada.
ad-Durus al-‘Arabiyah, Beirut, mansyuraat
Kekosongan (tajarrud) dari ‘amil lafzhi
merupakan penyebab maknawi bagi rofa’nya al-Maktabah al-‘ahriyah- Shaidan .
mubtada dan fi’il mudhari. Tamam Hasan. (1991). Al- Ushul: Dirasah
Point penting dalam perdebatan aliran
kufah dan aliran bashrah yaitu tidak pada Ibistimulijiyah li al-Fikr al- Lughawiy
masalah yang pokoknya tetapi pada ’Inda al-’arab. Daar tsaqafah.
permasalahan bagiannya. Seperti Apakah boleh
Yahya Bin Muhammad As Syawi (2005) Al
isim ‘alam yang muannas dengan ta’ menjadi
bertanda jamak muzakkar salim? menurut aliran Mukhtashar Fi ushul An Nahwi. Qahirah :
kufah boleh isim alam berakhiran Ta at-taknis jami’ah Al Azhar.
laki-laki dijamak mudzakkar salim contoh ٌ‫ﻃَﻠْ َﺤﺔ‬
menjadi ‫ ﻃَﻠْ ُﺤ ْﻮ َن‬sedangkan menurut aliran bashrah
tidak boleh satu isim memiliki dua tanda yang

Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora

You might also like