You are on page 1of 19

Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Research Article

Mendorong Lahirnya RUU Keamanan Laut dalam Penguatan Sistem Keamanan Laut
Nasional
Christina Aryani
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
ck.aryani@gmail.com

ABSTRACT

Indonesia as the largest maritime country in the world has a very large and diverse natural wealth.
Indonesia's strategic position of the sea makes it the global supply chain system, which creates
vulnerabilities that can disrupt the stability of national maritime security and this condition is exacerbated by a
national maritime security system that is not yet optimal. The research examines problems related to national
maritime security regulations and the importance of the presence of the Maritime Security Bill as a solution to
national maritime security problems. This study uses a normative juridical research method. The results of
this study indicate that there are four main problems with maritime security law enforcement, namely the
rules related to maritime security that are spread out, the variety of institutions in the marine security sector,
sectoral marine security facilities and infrastructure, and the not yet integrated maritime security information
system. The Maritime Security Bill is needed to regulate the formation of a single multi-tasked agency in
charge of maritime security, the establishment of the National Maritime Security Information Center and
management of marine security facilities and infrastructure.

Keywords: Maritime; Regulation; Security; System.

ABSTRAK

Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan
beragam. Posisi laut Indonesia yang strategis menjadikannya sebagai the global supply chain system, yang
menimbulkan kerawanan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan laut nasional dan kondisi ini
diperparah dengan sistem keamanan laut nasional yang belum optimal. Penelitian mengkaji permasalahan
terkait dengan regulasi keamanan laut nasional dan pentingnya kehadiran RUU Keamanan Laut sebagai
solusi permasalahan keamanan laut nasional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis
normative. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat empat permasalahan utama penegakan hukum
keamanan laut, yakni aturan terkait keamanan laut yang tersebar, beragamnya lembaga di sektor keamanan
laut, sarana dan prasarana keamanan laut yang bersifat sektoral, dan belum terintegrasinya sistem informasi
keamanan laut. RUU Keamanan Laut diperlukan untuk mengatur pembentukan single agency multi task
sebagai penanggung jawab keamanan laut, pembentukan National Maritime Security Information Center dan
manajemen sarana dan prasarana keamanan laut.

Kata Kunci: Laut; Regulasi; Keamanan; Sistem.

155
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN tersebar di seluruh perairan wilayah Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauan yang (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2021).
80% wilayahnya terdiri dari laut, dengan garis pantai Posisi Indonesia yang strategis berikut potensi
sepanjang 80.791 km, 17.504 pulau, dengan total kekayaan laut yang ada di dalamnya juga menjadi
wilayah perairan sebesar 5.800.000 km2. Secara tantangan dengan tingkat kerawanan yang tinggi,
geografis, Indonesia mempunyai letak yang strategis yang dapat mengganggu stabilitas keamanan laut
karena berada di persilangan antara benua Asia dan nasional dan menjadi sumber konflik regional
Australia, serta samudra Hindia dan Pasifik. Kondisi (Jamilah, & Disemadi, 2020). Letak geografis
tersebut menjadikan laut Indonesia sebagai the Indonesia mengundang risiko terbukanya akses bagi
global supply chain system dalam jalur perdagangan negara lain untuk memasuki dan beraktivitas di
dunia dan lalu lintas pelayaran internasional (Kartika, wilayah laut Indonesia dan memunculkan alasan
2016). Dilihat dari letak geografisnya, “Indonesia konflik teritorial dengan negara tetangga (Kurniasanti,
memiliki 4 selat strategis yang dikenal sebagai major & Setiyono, 2020). Kenyataan ini menjadikannya
straits, yaitu selat Sunda, selat Lombok, selat penting bagi Pemerintah untuk memberi perhatian
Makassar, dan selat Malaka. Selat Malaka yang lebih terhadap keamanan laut, termasuk menjamin
menghubungkan Laut Cina Selatan dengan pengelolaan kekayaan laut (Abbas, & Badaru, 2020).
Samudera Hindia, merupakan salah satu selat Praktiknya, berbagai pelanggaran sering
tersibuk di dunia dengan arus lalu lintas kapal terjadi di laut Indonesia, antara lain pelanggaran
mencapai lebih dari 90.000 kapal tiap tahunnya. wilayah (illegal entry), kegiatan perikanan yang tidak
Bahkan 1/3 barang perdagangan dan ½ poskan sah (illegal unregulated unreported fishing),
minyak dunia melewati selat yang sering kita dengar kejahatan lintas negara (transnational crime), serta
sebagai Chock Points ini” (Dzulqifli, Supriyadi & separatisme dan sengketa wilayah (Listiyono,
Jannah, 2020). Prakoso & Sianturi, 2021). Masalah-masalah di atas
Sebagai negara maritim terbesar di dunia, tentunya menciptakan ancaman serius terhadap
Indonesia memiliki kekayaan alam sangat besar dan lingkungan hidup (environmental security), keamanan
beragam (Azis, Setyawanto R, & Hardiwinoto, 2017). pangan (food security), keamanan ekonomi
Sumber daya ikan di laut Indonesia meliputi 37% dari (economic security), keamanan energi (energy
spesies ikan di dunia, dimana beberapa jenis security), hingga keamanan manusia (human
diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti security). Setiap tahunnya, diperkirakan Rp. 300
tuna, udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan Triliun kekayaan negara menguap melalui illegal
hias, kerang, dan rumput laut. Secara keseluruhan, fishing, pengangkutan illegal logging melalui laut,
potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia illegal mining, penyelundupan bahan bakar minyak,
diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per tahun yang

156
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dan berbagai kegiatan ekonomi ilegal di laut lainnya super dengan bobot 163.660 GT tersebut tertangkap
(Kartika, 2016). tangan melakukan transfer minyak secara ilegal ke
Salah satu eskalasi pelanggaran yurisdiksi kapal berbendera Panama, MT Freya, di perairan
oleh kapal asing terjadi di di wilayah Zona Ekonomi Kalimantan. Selain itu, kedua kapal tersebut
Eksklusif (ZEE) yang terletak di Laut Natuna Utara, mematikan sistem identifikasi kapal mereka atau
Kepulauan Riau (Novianto, Firmansyah & Pratama, Automatic Identification System (AIS) (BBC News
2020). Melalui radar, kapal coast guard Cina kerap Indonesia, 2021).
terdeteksi masuk ke wilayah tersebut. Menyikapi hal Meski tertangkap tangan, penanganannya
tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian memakan waktu yang lama dan melibatkan banyak
Luar Negeri telah melancarkan protes kepada lembaga. Untuk menangani dua kapal asing non
Pemerintah Cina, namun Cina menganggap militer ini, Pemerintah sampai harus membentuk tim
keberadaannya di wilayah tersebut sah secara gabungan untuk melakukan investigasi yang terdiri
hukum dengan mengklaim posisinya berada di area dari Badan Keamanan Laut, Kementerian Luar
nine dash line wilayah teritorial Cina (Yahya, 2020). Negeri, Kementerian Perhubungan, Direktorat
Adapun penyebab belum optimalnya Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM,
keamanan laut nasional ditengarai disebabkan oleh Kepolisian dan TNI AL. Bahkan, sejak kedua kapal
beberapa hal antara lain fragmentasi aturan hukum ditangkap pada 24 Januari 2021, hingga memasuki
wilayah laut, lemahnya koordinasi antar aparat akhir Maret 2021 kasusnya masih belum selesai
penegak hukum di laut, dan banyaknya instansi diproses (Rohadian, 2021).
penegakan hukum di laut yang kemudian sering Banyaknya instansi dan ketidakjelasan
dikeluhkan oleh pengguna laut (Humas FHUI, 2020). regulasi keamanan laut juga dikeluhkan oleh pelaku
Sering terjadi satu kapal yang sama ditangani oleh usaha dalam negeri. Perusahaan pelayaran yang
berbagai kementerian/lembaga, dimana satu pihak tergabung dalam Indonesian National Shipowners
menangkap sementara pihak lainnya terkadang Association mengungkapkan tumpang-tindih
membebaskan (Akbar, 2020). Kondisi ini diperparah kewenangan menjaga keamanan di laut telah
dengan ketiadaan satu undang-undang khusus yang merugikan operasi kapal maupun kualitas muatan.
mengatur sistem keamanan laut nasional secara Waktu berlayar menjadi tidak jelas karena kapal
komprehensif sebagai acuan bagi lembaga penegak sewaktu-waktu dapat dihentikan oleh badan yang
hukum di laut (Ramadhan, & Winarno, 2020). berbeda-beda. Terlebih, setelah dihentikan tidak ada
Kasus penangkapan Kapal MT Horse milik kejelasan lamanya waktu penahanan. Padahal,
National Iranian Tanker Company pada awal tahun sebagai gambaran, tongkang batu bara dengan
2021 menjadi cermin lemahnya penegakan hukum kapasitas angkut 300.000 Ton dan nilai kargo
dan pengaturan keamanan laut Indonesia. Kapal sebesar Rp. 1 miliar hingga Rp. 1,5 miliar harus

157
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

mengeluarkan biaya operasional minimal Rp 20 juta dan Steve Hamilton berfokus pada kejahatan
per hari. Apabila dihentikan oleh aparat hingga waktu perikanan di laut sebagai kejahatan transnasioanal
yang tidak dapat diprediksi, biaya operasional kapal terorganisir di Indonesia (Chapsos, & Hamilton,
akan membengkak dan kualitas muatan akan 2019); serta oleh Amanda Hsiao yang mengkaji
menurun karena terpapar hujan (Sari, 2019). peluang kerjasama penegakan hukum hukum
Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan perikanan di Laut Cina Selatan (Hsiao, 2020).
reformulasi regulasi dalam rangka penguatan Merujuk pada beberapa penelitian tersebut, maka
keamanan laut nasional. Penelitian ini bertujuan fokus kajian pada penelitian ini lebih mendorong
untuk mengkaji permasalahan terkait dengan regulasi penguatan sistem keamanan laut Nasional dengan
keamanan laut nasional dan pentingnya kehadiran menghadirkan Rancangan Undang-Undang
undang-undang khusus keamanan laut nasional Keamanan Laut di Indonesia.
sebagai solusi permasalahan keamanan laut
nasional. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan B. METODE PENELITIAN
masalah yang hendak diangkat dalam tulisan ini Tulisan ini disusun berdasarkan data
adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana permasalahan sekunder. Data tersebut dikumpulkan dan dianalisis
terkait dengan regulasi keamanan laut nasional?; dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang baik dan
2) Bagaimana Rancangan Undang-Undang memenuhi persyaratan. Teknik utama yang
Keamanan Laut dapat menjadi solusi permasalahan digunakan untuk memperoleh data sekunder tersebut
keamanan laut nasional?. adalah dengan cara menginventarisasi berbagai
Penelitian terdahulu yang berhubungan ketentuan atau peraturan hukum yang mengatur
dengan penelitian saat ini telah dilakukan oleh Alfin tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemerintah yang
Ramadhan dan Djoko Wahyu Winarno yang berwenang melaksanakan kegiatan penegakan
kajiannya berfokus pada kewenangan Badan hukum di laut. Di samping itu, juga dikumpulkan
Keamanan Laut dalam menjaga keamanan laut di berbagai informasi yang berkaitan dengan
Indonesia (Ramadhan, & Winarno, 2020); oleh permasalahan yang terjadi dalam kegiatan
Manahan Budiarto Pandjaitan, Panji Suwarno dan penegakan hukum di perairan Indonesia yang telah
Gunardi yang berfokus pada peran Pangkalan dibahas atau ditulis oleh peneliti sebelumnya. Analisa
Tentara Nasional Angkatan Laut Bangka Belitung data dilakukan secara kualitatif dan disajikan dalam
dalam menyokong keamanan laut (Pandjaitan, bentuk deskripsi untuk mengungkapkan informasi,
Suwarno & Gunardi, 2019); oleh Ioannis Chapsos proses dan hasil analisis yang memiliki kelayakan
dan James Malcolm yang mengkaji agenda akademik.
komprehensif menuju keamanan maritim Indonesia
(Chapsos, & Malcolm, 2017); oleh Ioannis Chapsos

158
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

C. HASIL DAN PEMBAHASAN keinginan untuk mewujudkan pemeliharaan tatanan


1. Permasalahan Terkait Regulasi Keamanan di laut (maintaining good order at sea) yang
Laut Nasional menyimpan sumber daya alam, berperan sebagai
Keamanan laut (maritime security) adalah media transportasi, serta menjadi aspek penting dari
kombinasi langkah pencegahan dan penegakan lingkungan hidup (Samiaji, 2015).
hukum untuk melindungi maritim dari ancaman dan Perwujudan keamanan laut pada hakikatnya
tindakan ilegal yang diarahkan kepada penegak memiliki 2 (dua) dimensi yang saling berkaitan, yaitu
hukum, baik sipil maupun militer, serta operasi penegakan kedaulatan dan penegakan hukum.
pertahanan seperti angkatan laut (Sagena, 2013). Kewenangan untuk menegakkan kedua hal tersebut
Ditinjau dari segi ekonomi, Natalie Klein menjelaskan bersumber pada yurisdiksi yang dimiliki suatu negara
bahwa keamanan laut menekankan pentingnya laut berdasarkan instrumen hukum nasional maupun
dalam pembangunan suatu negara, khususnya internasional yang berlaku (Arletiko, 2017).
pengelolaan potensi-potensi sumber-sumber daya Menurut Marry Ann Palma, ancaman
laut yang bermanfaat bagi kelangsungan suatu keamanan laut terbagi dalam 2 (dua) kategori.
bangsa, sehingga harus menjadi perhatian untuk Pertama, keamanan laut sebagai keamanan
dikembangkan dan dilindungi. Pada akhirnya, nasional, yang mempunyai tujuan melindungi
sumber daya laut menjadi suatu aset yang harus integritas wilayah dari sumber ancaman internal
dipertahankan keberlanjutannya oleh suatu negara (konflik komunal dan separatisme). Kedua,
sehingga dapat dinikmati hingga generasi yang akan keamanan laut sebagai kepentingan keamanan yang
dating (Widyoutomo, 2020). berdampak regional. Setiap negara pasti memiliki
Pasca perang dingin, konsep keamanan laut kebijakan terhadap adanya ancaman eksternal
mengalami perluasan makna dan ruang lingkup. (transnational crime), kebijakan atau yurisdiksi
Secara konvensional, masalah keamanan tradisional nasional mana berimplikasi pada dinamika regional di
biasanya muncul karena masing-masing suatu kawasan (Setiawan, 2017).
menganggap negara lain sebagai pesaing, serta Berdasarkan Report on Oceans and the Law
dipersepsikan dengan adanya suatu ancaman dan of the Sea, beberapa indikasi yang dapat dinyatakan
kekhawatiran terhadap pengembangan kekuatan sebagai suatu ancaman terhadap maritime security,
militer antar negara (Susetyo, 2008). antara lain (Setiawan, 2017): 1) Pembajakan
Menurut Geoffrey Till, saat ini keamanan laut (Piracy). Merupakan kejahatan laut yang
tidak hanya bersifat tradisional seperti keinginan membahayakan keselamatan para pelaut serta
untuk melakukan pengendalian (sea control) dan keamanan jalur navigasi dan komersil; 2)
pengiriman ekspedisi operasi militer jangka pendek Perampokan Bersenjata (Armed Robbery). Kejahatan
(expeditionary operations), melainkan mencakup perampokan bersenjata sekilas terlihat sama dengan

159
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

pembajakan, namun terdapat perbedaan terkait locus laut dan konflik pengelolaan sumber daya laut yang
atau lokasi kejadiannya. Jika pembajakan terjadi di dipolitisasi dan diikuti dengan penggelaran kekuatan
laut lepas, maka perampokan bersenjata terjadi di militer; 3) Ancaman pelanggaran hukum (law
dalam yurisdiksi suatu negara, sehingga tidak dikenal transgression threat), yaitu tidak dipatuhinya hukum
adanya yurisdiksi universal dalam penanganannya. nasional maupun hukum internasional yang berlaku
Perampokan seringkali terjadi ketika kapal sedang di perairan, seperti illegal fishing, pengangkutan
berlabuh di pelabuhan, atau berada dekat dengan illegal logging melalui laut, dan penyelundupan; dan
daratan, maupun saat melakukan transit di choke 4) Ancaman navigasi (navigation hazard), yaitu
point; 3) Tindakan Terorisme (Terrorist Acts). ancaman yang timbul oleh kondisi geografis maritim
Terdapat beberapa unsur dalam tindakan terorisme dan hidrografi akibat kurang memadainya sarana
maritim, antara lain: dilakukan dalam lingkungan bantu navigasi sehingga dapat membahayakan
maritim; menggunakan kapal yang berada di laut keselamatan pelayaran.
lepas atau pelabuhan; dan aksi teror dilakukan Keamanan laut merupakan aspek yang sangat
terhadap fasilitas pantai atau pemukiman, termasuk penting, terutama bagi negara kepulauan seperti
resor wisata dan kawasan Pelabuhan; 4) Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai alasan,
Perdagangan Senjata Ilegal (Trafficking in Weapon antara lain (Indonesia Ocean Justice Initiative, 2020):
Mass Destroyed); 5) Perdagangan Narkotika dan 1) Laut adalah wilayah kedaulatan (sovereignty) dan
Psikotropika (Trafficking in Narcotic Drugs and hak berdaulat (sovereign right) yang menjadi satu
Psychotropic Substance); 6) Penyelundupan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Perdagangan Manusia (Smuggling and Trafficking of Indonesia; 2) Kemampuan negara untuk menjaga
Persons) ; 7) Penangkapan Ikan dengan melanggar sekaligus mempertahankan kedaulatan dan hak
hukum (Illegal, Unreported and Unregulated berdaulat di wilayah lautnya berdampak pada
Fishing/IUU); dan 8) Pencemaran lingkungan laut optimalisasi kegiatan perekonomian negara tersebut,
secara sengaja (Intentional and Unlawful Damage to yang meliputi perikanan, angkutan, transportasi antar
the Environment). pulau, pariwisata, energi terbarukan, jalur
Adapun dari konteks Indonesia, ancaman telekomunikasi (kabel bawah laut) dan lain-lain; 3)
keamanan laut yang sering terjadi meliputi (Kartika, Keamanan laut yang terjamin akan memberikan
2016): 1) Ancaman Kekerasan (violence threat), yaitu kondisi ekosistem yang mendukung dan membantu
ancaman dengan menggunakan kekuatan bersenjata memastikan keberlanjutan sumber daya ekonomi
terorganisasi, seperti pembajakan, perampokan, dan kelautan. Dari konteks ini, pemerintah dan
aksi teror; 2) Ancaman terhadap sumber daya laut masyarakat memiliki kewajiban untuk mencegah
(natural resources tribulation), yaitu ancaman berupa berbagai bentuk pencemaran dan perusakan
pencemaran dan pengrusakan terhadap ekosistem ekosistem laut.

160
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Menyikapi pentingnya keamanan laut nasional, Pertama, Aturan keamanan laut yang
Pemerintah telah menyampaikan konsep sektor tersebar. Hambatan penegakan hukum di laut
kelautan yang disebut sebagai Poros Maritim Dunia bersumber dari keberadaan berbagai undang-undang
atau Global Maritime Nexus (GMN). Pengembangan di bidang kelautan yang memberikan kewenangan
sektor kelautan menjadi fokus Indonesia pada abad kepada beberapa kementerian/lembaga (K/L) untuk
ke-21 yang menekankan pada 5 pilar utama dalam menegakkan hukum di laut. Berdasarkan hasil
Poros Maritim Dunia, yaitu (Yani, & Montratama, pemetaan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
2015): 1) Budaya maritim, yaitu membangun kembali Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), saat
budaya maritim Indonesia melalui redefinisi identitas ini terdapat 24 undang-undang yang melibatkan
nasional Indonesia sebagai sebuah negara maritime; sejumlah K/L dalam penegakan hukum di laut (Akbar,
2) Ekonomi maritim, yaitu mengelola dan sekaligus 2020). Sebagai gambaran, pengaturan keamanan
melestarikan sumber daya maritim bangsa; 3) laut yang tersebar yakni: 1) Undang-Undang Nomor
Konektivitas maritim, yang memprioritaskan 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
pembangunan infrastruktur maritim, serta sarana dan menentukan bahwa wilayah perairan Indonesia
prasarana perhubungan dan pariwisata laut; 4) meliputi: laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan,
Diplomasi maritim, dalam konteks optimalisasi soft perairan pedalaman, ruang udara di atas laut
power untuk menangani ancaman regional, serta teritorial dan perairan pedalaman, dasar laut dan
peningkatan kerja sama bilateral dan multilateral di tanah di bawahnya, serta sumber kekayaan alam di
bidang maritime; dan 5) Keamanan laut, yang dalamnya. Adapun penegakan kedaulatan dan
mempersiapkan hard power untuk memperkuat hukum di wilayah-wilayah tersebut, termasuk
kekuatan pertahanan maritim Indonesia dalam usaha pengenaan sanksi atas pelanggaran, dilaksanakan
pengamanan wilayah Indonesia. sesuai dengan ketentuan konvensi hukum
a. Permasalahan Penegakan Hukum Keamanan internasional dan peraturan perundang-undangan
Laut Indonesia yang berlaku; 2). Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Secara garis besar, belum optimalnya 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
keamanan laut nasional ditengarai disebabkan oleh memberikan kewenangan pada Tentara Nasional
adanya fragmentasi aturan hukum di wilayah laut, Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) untuk menegakan
lemahnya koordinasi antar aparat penegak hukum di hukum dan kedaulatan negara di laut. Pasal 13
laut, dan banyaknya instansi penegakan hukum di mengatur untuk melaksanakan hak berdaulat,
laut yang kerap dikeluhkan oleh pengguna laut yurisdiksi, hak-hak lain, serta kewajiban berdasarkan
(Humas FHUI, (2020). Tinjauan permasalahan Konvensi Hukum Laut, aparat penegak hukum yang
menyangkut penegakan hukum di laut disajikan lebih berwenang dapat mengambil tindakan penegakan
lanjut dibawah ini. hukum sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-

161
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Adapun penegakan hukum. Terkait dengan penegakan
Pasal 14 ayat (1) mengamanatkan perwira TNI AL kedaulatan diatur dalam Pasal 7 ayat (1), yaitu
yang ditunjuk oleh Panglima Angkatan Bersenjata menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
Republik Indonesia sebagai penyidik di ZEE keutuhan wilayah NKRI berdasarkan Pancasila dan
Indonesia; 3) United Nations Convention on The Law Undang-Undang Dasar 1945, serta melindungi
of the Sea (UNCLOS), sebagaimana telah diratifikasi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia melalui melalui Undang-Undang Nomor 17 Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
Tahun 1985, mengatur seluruh aspek hukum laut keutuhan bangsa dan negara. Sementara Pasal 9
termasuk penegakan hukum di laut. Namun, aturan mengatur tentang penegakan hukum di laut yang
tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan instansi memberikan kewenangan kepada TNI AL untuk
yang berwenang. Secara tersirat, UNCLOS menegakkan hukum dan menjaga keamanan di
memaknai angkatan bersenjata suatu negara wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan
sebagai instansi yang paling berwenang di laut. ketentuan hukum nasional dan hukum internasional
Pasal 224 UNCLOS menyebutkan bahwa pelaksana yang telah diratifikasi; 6) Undang-Undang No. 6
pemaksaan penaatan di laut adalah pejabat-pejabat, Tahun 2011 tentang Keimigrasian memberikan
kapal perang, pesawat udara militer, kapal laut kewenangan penegakan hukum kepada Menteri
lainnya, atau pesawat udara yang mempunyai tanda Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Pejabat
jelas dan dapat dikenal, serta berada dalam dinas Imigrasi dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
pemerintah; 4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun Keimigrasian untuk selanjutnya berkoordinasi dengan
2002 tentang Pertahanan Negara menentukan kepolisian dalam melakukan pengawasan terhadap
bahwa pertahanan negara disusun dengan keimigrasian sebagaimana diatur dalam Pasal 66
memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai ayat (1), Pasal 69, Pasal 105, dan Pasal 107; 7)
negara kepulauan. Selain itu, undang-undang ini Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
memaktubkan bahwa TNI dan Kepolisian Negara Pelayaran memberikan amanat kepada syahbandar
Republik Indonesia (POLRI) berperan sebagai sistem untuk bertanggung jawab terhadap fungsi
utama pertahanan negara yang salah satu tugas keselamatan dan keamanan pelayaran. Selain itu,
pokoknya adalah menegakan kedaulatan negara, syahbandar juga melaksanakan tugas sebagai PPNS
keutuhan wilayah NKRI serta melindungi segenap yang berkoordinasi dan berada di bawah
bangsa dan tumpah darah Indonesia dari ancaman pengawasan penyidik Polri, sebagaimana diatur
dan/atau gangguan; 5) Undang-Undang Nomor 34 dalam Pasal 80 ayat (3) dan Pasal 207, dan Pasal
Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia 282; dan 8) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
mengatur mengenai tugas pokok TNI yang secara tentang Kepabeanan juncto Undang-Undang Nomor
tegas membedakan penegakan kedaulatan dengan 39 Tahun 2007 tentang Cukai menentukan bahwa

162
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

kewenangan mengamankan hak-hak negara dan (Dirjen PSDKP KKP); Direktorat Jenderal Bea Cukai
mengambil tindakan yang diperlukan terhadap Kementerian Keuangan (Dirjen Bea Cukai
barang kena bea dan cukai diantaranya berupa Kemenkeu); dan Badan Keamanan Laut (Bakamla).
penghentian, pemeriksaan, pencegahan, dan Adapun, 7 (tujuh) lembaga penegakan hukum di laut
penyegelan, dibebankan kepada pejabat Direktorat tidak memiliki armada atau kapal patroli, yang mana
Jenderal Bea dan Cukai, sebagaimana diatur dalam meliputi: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Pasal 74 UU Pabean dan Pasal 33 UU Cukai. Kedua Kreatif; Kementerian Kesehatan; Kementerian
undang-undang juga memberikan wewenang khusus Hukum dan HAM; Kementerian Lingkungan Hidup
pada PPNS di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Kehutanan; Kementerian Energi dan Sumber
dan Cukai untuk melakukan penyidikan sesuai Daya Mineral; Kementerian Pertanian, dan
KUHAP sebagaimana diatur dalam Pasal 112 UU Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
Pabean dan Pasal 63 UU Cukai. Adapun 13 Kementerian/Lembaga (K/L) di
Kedua, Terdapat beberapa lembaga yang atas memiliki kewenangan tersendiri sebagaimana
berkaitan keamanan laut. Di Indonesia, penegakan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
hukum keamanan dan keselamatan di laut berlaku, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dilaksanakan oleh berbagai Kementerian/Lembaga penegakan hukum di laut dilaksanakan dengan
(K/L). Kondisi ini menjadikan pengamanan laut tidak menggunakan sistem Multi Agency Single Task
optimal. Hal ini dikarenakan masing-masing (Kartika, 2016). Kewenangan ke-13 K/L tersebut
instansi/kementerian memiliki strategi, kebijakan, dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut (Kartika,
sarana prasarana, serta sumber daya manusia yang 2016): 1) TNI AL, bertugas menjaga keamanan dan
berbeda. Lembaga-lembaga tersebut tidak berada pertahanan teritorial serta kedaulatan wilayah NKRI
dalam satu sistem yang terintegrasi, maupun di laut dari ancaman internal maupun eksternal; 2)
kesatuan menyangkut komando dan kendali Direktorat Kepolisian Perairan POLRI, bertugas
(Wasisto, 2015). melakukan penyidikan terhadap kejahatan di wilayah
Secara keseluruhan, Indonesia memiliki 13 K/L perairan Indonesia; 3) Direktorat Jenderal Bea Cukai
sebagai aparat penegak hukum di laut, 6 (enam) K/L Kemenkeu, bertugas mengawasi pelanggaran lalu
di antaranya sudah memiliki armada/kapal untuk lintas barang impor/ekspor (penyelundupan); 4)
menunjang kegiatan patroli di laut, yaitu: TNI AL; Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian
Direktorat Kepolisian Perairan POLRI; Direktorat Perhubungan, bertugas sebagai penjaga pantai dan
Jenderal Perhubungan Laut Kementerian penegakan hukum di wilayah laut; 5) Dirjen PSDKP
Perhubungan (Dirjen Hubla Kemenhub); Direktorat KKP, bertugas sebagai penyidik kasus yang
Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan berkaitan dengan kekayaan laut dan perikanan; 6)
Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Bakamla, bertugas sebagai lembaga koordinasi

163
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

nasional untuk meningkatkan koordinasi kegiatan terintegrasi, kesatuan menyangkut komando maupun
pengawasan dan penegakan hukum di perairan laut kendali antar lembaga (Wasisto, 2015). Banyaknya
Indonesia; 7) Kementerian Energi dan Sumber Daya pemangku kepentingan yang menangani masalah
Mineral, bertugas mengawasi pekerjaan usaha keamanan dan keselamatan laut juga menimbulkan
pertambangan dan pengawasan hasil pertambangan kebingungan bagi para pengguna jasa di wilayah
sebagai sumber daya kelautan; 8) Kementerian laut. Adanya pemeriksaan ganda yang dilakukan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bertugas mengawasi berbagai K/L terhadap pelanggar menimbulkan
benda cagar budaya serta pengamanan terhadap kerugian bagi pengguna jasa, baik materil maupun
keselamatan wisatawan, kelestarian, dan mutu non-materil. Ujungnya, beragamnya lembaga yang
lingkungan, termasuk benda muatan kapal terlibat memungkinkan terjadinya miskoordinasi yang
tenggelam (BMKT); 9) Direktorat Jenderal Imigrasi pada akhirnya mengakibatkan penegakan hukum
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan keamanan di laut tidak berjalan efisien dan
bertugas sebagai pengawas, penyelenggara efektif (Wulansari, 2014).
keimigrasian dan penyidikan tindak pidana Berikut ini beberapa gambaran
keimigrasian; 10) Kejaksaan Agung Republik ketidakharmonisan dalam penegakan hukum di
Indonesia, bertugas untuk penuntutan mengenai bidang perikanan Indonesia akibat implementasi
tindak pidana yang terjadi di wilayah seluruh sistem Multi Agency Single Task tanpa adanya
Indonesia; 11) Kementerian Pertanian, bertugas kesatuan komando (Samiaji, 2015): 1) Pembagian
untuk pengamanan praktik penyelundupan komoditas operasi aparat penyidik perikanan di laut tidak
pertanian melalui jalur laut; 12) Kementerian terkoordinasi dengan baik. Seringkali ditemukan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bertugas penumpukan kapal patroli dari tiga instansi (POLRI,
melakukan penegakan hukum atas penyelundupan KKP dan TNI AL) pada suatu sektor, sementara
satwa dan illegal logging melalui jalur laut; dan 13) ditemukan kekosongan kapal patroli pada sektor
Kementerian Kesehatan, bertugas melakukan lainnya. Hal ini menunjukkan tingkat koordinasi
pengawasan/pemeriksaan kesehatan di kapal patroli yang rendah antar K/L yang memiliki
meliputi awak kapal, penumpang, barang, dan kewenangan pengawasan kegiatan perikanan; 2)
muatan. Tidak adanya harmonisasi dalam penggunaan
Sistem Multi Agency Single Task sebagaimana peralatan dan armada (kapal/pesawat udara).
tergambar dalam pembagian kewenangan di atas Misalnya, kapal perang TNI AL yang difungsikan
menyebabkan terfragmentasinya penegakan hukum untuk pertahanan pada praktiknya juga digunakan
di laut sebagai akibat adanya perbedaan strategi untuk menunjang pengawasan perikanan. Dengan
atau kebijakan, sarana prasarana, dan sumber daya kondisi tersebut, armada yang ada tidak dapat
manusia di setiap K/L tanpa adanya satu sistem yang dioptimalkan guna melakukan tugas patroli

164
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

pengamatan (surveillance) terhadap keberadaan tentang Kelautan (UU Kelautan) yang mengatur
kapal-kapal perikanan yang diduga melanggar penegakan hukum perikanan diharapkan menjadi
hukum. Selanjutnya, kapal patroli POLRI juga tidak solusi permasalahan di bidang perikanan. Namun,
secara khusus menangani perkara perikanan, pembentukan Bakamla melalui Peraturan Presiden
melainkan perkara tindak pidana tertentu di laut yang Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan Keamanan
membutuhkan kehadiran POLRI, sehingga Laut (Perpres Bakamla) justru menambah panjang
penanganan tindak pidana illegal fishing yang birokrasi dalam penyelesaian illegal fishing, sebab
merugikan negara tidak dapat ditangani secara pada dasarnya tugas pokok yang diemban
optimal. Beberapa kapal perikanan dari Ditjen difokuskan pada aspek pengamanan pelayaran dan
Tangkap Kementerian Perikanan dengan bantuan search and rescue (SAR) di laut
kemampuan patroli terbatas (Class PC 36 Ship sebagaimana diatur pada Pasal 2. Selain itu, sebagai
Patrol/ KP HIU) belum memiliki kemampuan peraturan turunan dari UU Kelautan, Perpres
melakukan pelayaran dengan medan dan jarak Bakamla tidak memberikan Bakamla kewenangan
tempuh di luar laut teritorial. Kenyataan ini dalam penindakan illegal fishing. Pasal 73 Undang-
menunjukkan bahwa PPNS Perikanan belum Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
memiliki kemampuan melaksanakan penyidikan juga tidak mengatur kewenangan Bakamla sebagai
illegal fishing hingga Zona Ekonomi Eksklusif penyidik perikanan. Oleh karenanya, setelah
sebagaimana diatur dalam Pasal 73 Undang-Undang penindakan illegal fishing dari Bakamla, harus
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan; 3) diteruskan kepada instansi lain yang berwenang.
Keberadaan Pengadilan Perikanan yang masih Ketiga, Sarana dan prasarana keamanan laut
terbatas di Medan, Batam, Jakarta, Aru dan yang bersifat sectoral. Sarana dan prasarana yang
Pontianak. Hal ini menyebabkan penyelesaian dibangun oleh masing-masing K/L terdiri atas
perkara perikanan di beberapa daerah yang memiliki berbagai jenis, tipe, dan fungsi peralatan
potensi perikanan terpaksa diselesaikan di berdasarkan lingkup tugas dan fungsinya masing-
Pengadilan Negeri (PN) setempat, dengan masing (bersifat sektoral). Kondisi ini menyebabkan
Jaksa/Hakim yang tidak sepenuhnya memiliki tumpang tindih sarana dan prasarana keamanan laut
kemampuan menangani perkara illegal fishing, di satu wilayah pengawasan yang sama dan
sehingga kemudian mengkategorikan kasus tersebut menyebabkan inefisiensi penggunaan anggaran.
sebagai tindak pidana ringan. Hal ini tentu saja tidak Sebagai contoh, peralatan pengawasan yang
memenuhi rasa keadilan dan tidak memberikan efek dimiliki oleh Direktorat Jenderal Hubungan Laut
jera bagi pelaku illegal fishing lainnya; dan 4) Kementerian Perhubungan lebih ditujukan untuk
Penanganan illegal fishing yang tidak efektif. memantau kapal-kapal yang telah dilengkapi dengan
Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Automatic Identification System (AIS). Sementara itu,

165
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

fasilitas pengawasan laut yang dibangun oleh TNI AL citra kompetensi Indonesia di mata internasional
lebih diutamakan untuk mendeteksi illegal shipping karena ancaman dari berbagai negara untuk
yang tidak dilengkapi dengan AIS. Artinya, masing- menggunakan kapal perang dalam mengawal kapal
masing Kementerian Perhubungan dan TNI AL niaganya akibat ketidakmampuan Indonesia dalam
membeli peralatan pengawasan yang sejatinya sama memelihara keamanan dan keselamatan di perairan,
dengan peruntukan yang berbeda. Apabila utamanya di Selat Malaka; 2) Besarnya kerugian
dipadukan untuk kepentingan keamanan laut negara yang harus ditanggung Indonesia karena
nasional, tentunya cukup digunakan satu peralatan maraknya penyelundupan dan pencurian kekayaan
pengawasan untuk memantau berbagai kapal, baik alam. Jumlah tersebut belum memperhitungkan
yang dilengkapi AIS maupun tidak (Susanto, & kerugian jiwa serta kerusakan lingkungan laut dan
Munaf, 2015). pantai; 3) Pembelanjaan uang negara yang tidak
Keempat, Belum terintegrasinya sistem efisien untuk membiayai pembangunan kapal patroli
informasi keamanan laut. Masing-masing data yang dan operasi sistem penegakan hukum yang bersifat
dimiliki setiap instansi penegak hukum di laut belum multi institusi; dan 4) Peningkatan beban asuransi
saling terintegrasi meski secara teknologi sangat maritim di perairan Indonesia karena perairan
memungkinkan untuk diintegrasikan. Sebagai contoh, Indonesia dinyatakan sebagai wilayah navigasi laut
peralatan sistem pengawasan (surveillance system) yang rawan.
IMSS dari TNI Angkatan Laut, VMS dari Direktorat 2. Rancangan Undang-Undang Keamanan Laut
Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sebagai Solusi Permasalahan Keamanan Laut
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, AIS dari Nasional
Direktorat Jenderal Hubungan Laut, RCC dari Berbagai permasalahan di atas menimbulkan
Bakamla masih terbatas dan belum terintegrasi. urgensi bagi Indonesia untuk memiliki regulasi
Sehingga, data yang ada sebatas digunakan oleh khusus yang bersifat tunggal dan integratif untuk
kementerian atau lembaganya sendiri dan belum mengatur tata kelola keamanan laut (Dewi,
dibagikan kepada stakeholder terkait lainnya. Hal ini Afriansyah, & Darmawan, 2020). Regulasi tersebut
menyebabkan banyak permasalahan di laut belum harus dapat mensinergikan ke-13
dapat diselesaikan secara tuntas dan komprehensif Kementerian/Lembaga yang memiliki kewenangan di
serta memakan waktu penyelesaian yang lama laut untuk menghilangkan permasalahan tumpang
(Susanto, & Munaf, 2015). tindih sebagai implikasi sistem penegakan keamanan
b. Dampak Lemahnya Keamanan Laut Nasional dan keselamatan yang masih bersifat sektoral
Dampak yang dirasakan oleh Indonesia dari (Darajati, & Syafei, 2018). Regulasi tersebut harus
inefisiensi pelaksanaan penegakan hukum di laut meliputi pemantauan (monitoring), pengamatan
antara lain (Darajati, & Syafei, 2018): 1) Menurunnya (surveillance), komando dan pengendalian

166
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

(command and control), pemeriksaan (controlling), proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
serta penegakan hukum (law enforcement) di wilayah peradilan yang berwawasan maritim.
yurisdiksi Indonesia secara terpadu (Susanto, & Konsep Single Agency Multi Tasks dapat
Munaf, 2015). mengatur proses penegakan hukum dari berbagai
Adapun bentuk regulasi yang sesuai untuk jenis pelanggaran dan kejahatan di laut (pidana,
mengatur substansi tersebut adalah undang-undang, perdata, dan administrasi). Secara ideal,
agar dapat mengikat secara nasional, dengan penyelidikan dan penyidikan tetap dilakukan oleh K/L
memuat dasar filosofis, sosiologis, dan yuridis yang terkait sesuai dengan pelanggaran hukum yang
disesuaikan dengan konsepsi geopolitik dan terjadi, atau dilakukan dengan koordinasi apabila
kebutuhan hukum Indonesia. Secara lebih lanjut, permasalahan hukum tersebut berada di bawah
muatan-muatan yang harus diatur dalam undang- kewenangan 2 (dua) instansi atau lebih. Leading
undang khusus keamanan laut tersebut antara lain: sector dapat berperan menjalankan supervisi
Pertama, Pembentukan “Single Agency Multi terhadap pelanggaran hukum berskala besar. Hasil
Tasks” dalam Penegakan Hukum di Laut. Penerapan penyelidikan dan penyidikan disampaikan pada
sistem "Single Agency Multi Tasks” akan menjawab Kejaksaan untuk dilakukan penuntutan, dengan
persoalan tersebarnya K/L penegak hukum di laut. muara akhir pada pemeriksaan di pengadilan
Sistem ini menghendaki adanya 1 (satu) lembaga (Kartika, 2016).
atau badan yang bersifat tunggal, integratif, dan Penerapan konsep Single Agency Multi Tasks
memiliki kesatuan komando dalam operasinya. di Indonesia dapat dilakukan dengan
Konsep Single Agency Multi Tasks sejatinya telah mengoptimalkan seluruh kewenangan, kekuatan dan
dipraktikkan oleh berbagai negara, seperti Malaysia kemampuan yang dimiliki K/L terkait dalam
Maritime Enforcement Agency (MMEA), Japan Coast penegakan hukum di laut, tanpa menghapus
Guard (JCG), United States Coast Guard (USCG), kewenangan yang sudah dimiliki, namun
dan Indian Coast Guard (ICG) (Samiaji, 2015). menyerahkan komando dan kendali pada 1 (satu)
Keberadaan leading sector melalui satu institusi untuk memudahkan koordinasi antar K/L
kesatuan komando diperlukan agar penegakan (Wasisto, 2015). Artinya, penerapan konsep tersebut
hukum di laut berjalan dengan efektif dan efisien. mengubah paradigma keamanan laut Indonesia dari
Saat ini, masing-masing K/L menjalankan tugasnya unity of effort menjadi unity of command. Secara
secara atributif sesuai dengan kewenangan yang sederhana, unity of effort dimaknai dengan
diberikan oleh undang-undang. Keberadaan leading harmonisasi kekuatan dari berbagai instansi yang
sector diharapkan akan sanggup memberikan garis berbeda untuk mencapai satu tujuan yang sama,
kewenangan yang jelas di setiap K/L, mulai dari sedangkan unity of command dimaknai sebagai
keseluruhan kekuatan berada di bawah kendali 1

167
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

(satu) komando (Indonesia Ocean Justice Initiative, Hasil pengolahan dan analisis data nantinya akan
2020). didistribusikan kembali kepada stakeholder
Kedua, Sinkronisasi sistem informasi kemaritiman terkait untuk digunakan sebagai bahan
keamanan laut nasional melalui National Maritime informasi. Informasi tersebut menjadi bahan tindak
Security Information Center (NMIC). Upaya lanjut, baik untuk kepentingan operasional
pelaksanaan keamanan laut memerlukan informasi penegakan hukum maupun untuk pelayanan public
yang akurat dan aktual. Integrasi sistem informasi terpadu (Susanto, & Munaf, 2015).
keamanan dan keselamatan di laut diperlukan untuk Dilihat dari konteks penegakan hukum,
membentuk sebuah pusat informasi yang informasi yang didapatkan melalui sistem informasi
komprehensif. Keberadaan pusat informasi di satu tersebut dapat dianalisis dan digunakan untuk
institusi akan menciptakan layanan satu pintu bagi memantau sasaran atau target yang dicurigai telah
siapapun yang memerlukan informasi. Hal ini juga melakukan kegiatan yang menyimpang dari aturan.
sekaligus memastikan data yang ada institusi Sebagai bagian dari pelayanan masyarakat,
tersebut adalah data resmi dan dapat dipertanggung informasi seperti cuaca, tinggi gelombang laut, arah
jawabkan (Humas FHUI, 2020). dan kekuatan arus laut, hingga lokasi chlorophyl atau
Guna mewujudkan integrasi sistem informasi plankton sebagai makanan ikan di laut, dapat
tersebut, Indonesia perlu untuk membentuk National disampaikan kepada masyarakat yang memiliki
Maritime Security Information Center (NMIC). kepentingan, seperti agen-agen perusahaan
Pembentukan NMIC atau pusat informasi keamanan pelayaran nasional, nelayan, pejabat di daerah, dan
maritim nasional sejatinya sudah digagas sejak 1994 lain sebagainya terpadu (Susanto, & Munaf, 2015).
oleh Kementerian Luar Negeri. Namun, ide tersebut Integrasi sistem informasi juga akan
hanya sebatas wacana yang belum direspons serius mendorong terwujudnya pertukaran informasi
oleh para pemangku kepentingan terpadu (Susanto, (sharing information) terkait permasalahan bidang
& Munaf, 2015). kemaritiman dengan stakeholder lain, baik dalam dan
Pentingnya NMIC dapat kita lihat dari praktik di luar negeri (counterpart). Bentuk kerja sama yang
negara lain. Misalnya, Singapura yang telah dapat dilakukan antara lain berupa forum diskusi
membentuk Information Fusion Center (IFC) dan dengan coast guard negara-negara sahabat,
telah berhasil menyelesaikan insiden yang terjadi misalnya forum Head of Asian Coast Guard Agency
pada berbagai ancaman keamanan maritim, seperti Meeting (HACGAM) dan Maritime Security Desktop
terorisme. Selain itu, negara-negara Uni Eropa Exercise (MSDE) yang diselenggarakan secara
bekerja sama dengan negara-negara di sepanjang terjadwal terpadu (Susanto, & Munaf, 2015).
Samudra Hindia juga membangun The Maritime Badan Keamanan Laut (Bakamla) sendiri telah
Support Services terpadu (Susanto, & Munaf, 2015). meluncurkan Indonesia Maritime Information Centre

168
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

(IMIC). Pada hakekatnya maksud dari IMIC adalah Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1996,
memberikan dukungan informasi maritim yang valid yang antara lain memuat terpadu (Susanto, & Munaf,
dan kredibel kepada penegak hukum di laut 2015): 1) Maritime SAR, yaitu sarana dan prasarana
(Mulyana, 2020). Namun, legitimasinya belum kuat keselamatan laut. Salah satu alat minimalnya adalah
karena IMIC sebatas amanat dari Surat Keputusan Global Maritime Distress Security and Safety System
Bersama (SKB) delapan kementerian dan lembaga (GMDSS); 2) Traffic monitoring, yaitu peralatan
tentang Pertukaran Data dan Informasi Terkait pemantauan berbasis satelit untuk mengetahui
Penegakan Hukum di Laut. Sudah seharusnya SKB keberadaan setiap kapal yang berada di laut
ini menjadi langkah sementara untuk kemudian Indonesia, yang terdiri atas Automatic Identification
diperkuat melalui RUU Keamanan laut (Kementerian System (AIS), Base Station, Long Range Camera
Koordinasi Bidang Kemaritiman Dan Investasi, 2019). (LRC), dan Radar Coastal Surveillance (RCS); 3)
Ketiga, Manajemen sarana dan prasarana Fisheries protection, yang meliputi Vessel Monitoring
keamanan laut. RUU Keamanan Laut perlu mengatur Ships (VMS) dan Ground Station (GS); 4) Marine
manajemen sarana dan prasarana keamanan laut Safety Broadcast atau peralatan komunikasi; dan 5)
Indonesia terpadu (Susanto, & Munaf, 2015), antara Marine pollution monitoring, yaitu alat portable
lain sistem tata kelola kapal patroli dan fasilitas manual untuk pengukuran kadar pH air laut.
pendukung guna mengoptimalkan pelaksanaan
fungsi peringatan dini, operasi pengamanan dan D. SIMPULAN
penyelamatan, serta operasi pencarian dan Berdasarkan pembahasan di atas dapat
pertolongan di wilayah perairan laut Indonesia. disimpulkan bahwa keamanan laut tidak hanya
Manajemen tersebut meliputi perencanaan, sebatas menangani ancaman militer, tetapi juga
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, ancaman non militer seperti perdagangan ilegal,
pemeliharaan, perbaikan, dan pemindahtanganan pelayaran yang melanggar batas, hingga
aset. pencemaran lingkungan. dikarenakan letaknya yang
RUU Keamanan Laut harus dapat menjamin strategis, indonesia rentan terhadap ancaman
pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) dalam kekerasan, ancaman terhadap sumber daya laut,
hal personil, armada kapal, armada udara, ancaman pelanggaran hukum, hingga ancaman
persenjataan, instalasi bangunan, teknologi, dan bahaya navigasi. Namun, penegakan keamanan laut
peralatan pendukung lainnya. RUU Keamanan Laut nasional masih belum optimal karena beberapa
juga perlu mengakomodasi standarisasi peralatan permasalahan yakni, tersebarnya regulasi terkait
dan prosedur yang ditetapkan International Maritime keamanan laut nasional, banyaknya lembaga yang
Organization (IMO) Flyers No. 79 sebagaimana telah terlibat dalam penegakan keamanan laut nasional,
disahkan Pemerintah Indonesia melalui Keputusan sarana dan prasarana keamanan laut yang belum

169
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

terintegrasi, dan belum terintegrasinya sistem Perairan Indonesia. Diponegoro Law


informasi keamanan laut. Journal, Vol.5, (No.4), pp.1-13.
Menyikapi permasalahan tersebut, diperlukan Chapsos, Ioannis., & Hamilton, Steve. (2019). Illegal
satu regulasi khusus yang bersifat tunggal dan fishing and fisheries crime as a transnational
integratif untuk mengatur tata kelola keamanan laut organized crime in Indonesia. Trends in
bernama RUU Keamanan Laut. Nantinya, aturan Organized Crime, Vol. 22, (No.3), pp.255-273.
tersebut sekurang-kurangnya mengatur 3 hal, yakni Chapsos, Ioannis., & Malcolm, James. (2017).
pembentukan “Single Agency Multi Tasks” dalam Maritime security in Indonesia: Towards a
penegakan hukum di laut, sinkronisasi sistem comprehensive agenda?. Marine Policy, Vol.
informasi keamanan laut nasional melalui National 76, pp. 178-184.
Maritime Security Information Center (NMIC), dan Darajati, Muhammad Rafi., & Syafei, Muhammad.
pengaturan manajemen sarana dan prasarana (2018). Politik Hukum Pembentukan Badan
keamanan laut. Diharapkan RUU Keamanan Laut Keamanan Laut Dalam Menjaga Keamanan
bisa menjadi solusi dalam perwujudan keamanan laut Maritim di Indonesia. Era Hukum-Jurnal Ilmiah
nasional yang optimal. Ilmu Hukum, Vol.16, (No.1), pp.107-127.
Dewi, Yetty Komalasari., Afriansyah, Arie., &
DAFTAR PUSTAKA Darmawan, Aristyo Rizka. (2020).
JURNAL Comparative Law Enforcement Model at Sea:
Abbas, Ilham., & Badaru, Baharuddin. (2020). Lesson Learned for Indonesia. Indonesian
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Journal of International Law, Vol.18, (No.1),
Tindak Pidana Di Bidang Perikanan. Journal of pp.83-104.
Lex Generalis (JLG), Vol.1, (No.7), pp.1044- Hsiao, A. (2020). Opportunities for fisheries
1059. enforcement cooperation in the South China
Arletiko, T. (2017). Penegakan Hukum di Perairan Sea. Marine Policy, Vol. 121.
Indonesia oleh Badan Keamanan Laut https://doi.org/10.1016/j.marpol.2019.103569
Menurut UU No.32 Tahun 2014 tentang Jamilah, Asiyah., & Disemadi, Hari Sutra. (2020).
Kelautan. Lex Et Societatis, Vol.5, (No.10), Penegakan Hukum Illegal Fishing dalam
pp.86-93. Perspektif UNCLOS 1982. Mulawarman Law
Azis, Nazili Abdul., Setyawanto R, Lazarus Tri., & Review, Vol.5, (No.1), pp.29-46.
Hardiwinoto, Soekotjo. (2017). Kewenangan Kartika, Shanti D. (2016). Keamanan Maritim Dari
Badan Keamanan Laut (Bakamla) dalam Aspek Regulasi Dan Penegakan Hukum.
Pelaksanaan Pengamanan di Wilayah Negara Hukum: Membangun Hukum untuk

170
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Keadilan dan Kesejahteraan, Vol.5, (No.2), pp. Samiaji, R. (2015). Harmonisasi kewenangan
143-167. lembaga negara dalam menanggulangi tindak
Kurniasanti., & Setiyono, Joko. (2020). pidana Illegal Fishing di perairan
Penanggulangan Kejahatan Perompakan Laut Indonesia. Kumpulan Jurnal Mahasiswa
di Indonesia Berdasarkan Perspektif Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, pp. 1-
Pidana Internasional. JCH (Jurnal Cendekia 22.
Hukum), Vol.6, (No.1), pp.29-47. Setiawan, A. (2017). Keamanan Maritim di Laut Cina
Listiyono, Yudi., Prakoso, Lukman Yudho., & Sianturi, Selatan: Tinjauan Atas Analisa Barry Buzan.
Dohar. (2021). Membangun Kekuatan Laut Jurnal Keamanan Nasional, Vol.3, (No.1),
Indonesia Dipandang Dari Pengawal Laut Dan pp.33-61.
Detterence Effect Indonesia. Jurnal Strategi Susetyo, H. (2008). Menuju Paradigma Keamanan
Pertahanan Laut, Vol.5, (No.1), pp.73-84. Komprehensif Berperspektif Keamanan
Novianto, Rizal Dwi., Firmansyah, Dimas Agung., & Manusia Dalam Kebijakan Keamanan
Pratama, Naufal Adi. (2020). Penyelesaian Nasional Indonesia. Lex Jurnalica, Vol.6,
Sengketa di Laut Natuna Utara. Jurnal Hukum (No.1), pp.1-10.
Bisnis Bonum Commune, Vol.3, (No.1), pp.69- Wasisto, G. (2015). Kewenangan Bakamla dalam
78. Penegakan Hukum Tindak Pidana Tertentu
Pandjaitan, Manahan Budiarto., Suwarno, Panji., & Dilaut Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2014
Gunardi. (2019). Peran Pangkalan Tentara Tentang Kelautan. Kumpulan Jurnal
Nasional Indonesia Angkatan Laut Bangka Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Belitung Dalam Mendukung Operasi Brawijaya, pp. 1-23.
Keamanan Laut Di ALKI I. Jurnal Pertahanan Wulansari, Eka M. (2014). Penegakan Hukum Di
& Bela Negara, Vol.9, (No.3), pp. 21-30. Laut Dengan Sistem Single Agency Multy
Ramadhan, Alfin., & Winarno, Djoko Wahju. (2020). Tasks. Jurnal Rechtsvindning; Media
Tinjauan Yuridis Kewenangan Badan Pembinaan Hukum Nasional, pp. 1-6.
Keamanan Laut Dalam Menjaga Keaman Yani, Yanyan M., & Montratama, Ian. (2015).
Laut. Jurnal Discretie, Vol.1, (No.1), pp.31-41. Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia: Suatu
Sagena, Uni W. (2013). Memahami Keamanan Tinjauan Geopolitik. Jurnal Pertahanan & Bela
Tradisional dan Non-Tradisional di Selat Negara, Vol.5, (No.2), pp.1-18.
Malaka: Isu-Isu dan Interaksi Antar Aktor.
Jurnal Interdependence Hubungan BUKU & MAKALAH
Internasional, Vol.1, (No.1), pp.77-90. Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2021).
Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan

171
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Perikanan 2020. Jakarta: Kementerian https://law.ui.ac.id/v3/sinergi-kelembagaan-


Kelautan dan Perikanan. dalam-tata-kelola-keamanan-laut-oleh-arie-
Susanto., & Munaf, Dicky R. (2015). Komando dan afriansyah-s-h-m-i-l-ph-d/.
Pengendalian Keamanan dan Keselamatan Indonesia Ocean Justice Initiative. (2020). Penguatan
Laut: Berbasis Sistem Peringatan Dini. Sistem Keamanan Laut. Retrieved from
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. www.oceanjusticeinitiative.org
Widyoutomo, A. (2020). Pengamanan Laut Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman Dan
Mewujudkan Keamanan Maritim Indonesia. Investasi. (2019). Penegakan Hukum di Laut,
Makalah dipaparkan pada 23rd Asia Pacifik Kemenko Marves Inisiasi Kesepakatan
Naval College Seminar 2020 di Tokyo Jepang. Bersama Pertukaran Data dan Informasi
Antara 8 K/L, Retrieved from
SUMBER ONLINE https://maritim.go.id/penegakan-hukum-laut-
Akbar, Norvantry B. (2020). Satu Pintu Penegakan kemenko-marves-inisiasi-kesepakatan-
Hukum di Laut. Retrieved from bersama/
https://infopublik.id/kategori/sorot-politik- Mulyana, C. (2020). IMIC Tingkatkan Keamanan dan
hukum/441359/satu-pintu-penegakan-hukum- Keselamatan Laut. Retrieved from
di-laut. https://mediaindonesia.com/politik-dan-
BBC News Indonesia. (2021). Kapal tanker Iran dan hukum/330868/imic-tingkatkan-keamanan-
Panama 'langgar hak lintas dan lakukan dan-keselamatan-laut
pemindahan minyak ilegal' di perairan Rohadian, Andi R. (2021). Maritime Institute
Kalimantan. Retrieved from Pertanyakan Kelanjutan Kasus Dua Tanker
https://www.bbc.com/indonesia/dunia- Asing. Retrieved from
55761108. https://nasional.sindonews.com/read/376690/1
Dzulqifli, Mohamad Afif., Supriyadi, Agustinus Risco 3/maritime-institute-pertanyakan-kelanjutkan-
Rahndaru., & Jannah, Rikhul. (2020). Kapal kasus-dua-tanker-asing-1616717037
Asing Bebas Melintas Laut Indonesia, Sari, Sri M. (2019). Ternyata Ada 18 Instansi
Indonesia Dapat Apa? Retrieved from Penegakan Hukum di Laut, INSA: Perlu Badan
https://kmip.faperta.ugm.ac.id/kapal-asing- Tunggal!. Retrieved from
bebas-melintas-laut-indonesia-indonesia- https://ekonomi.bisnis.com/read/20190820/98/
dapat-apa/. 1138527/ternyata-ada-18-instansi-penegakan-
Humas FHUI. (2020). Sinergi Kelembagaan Dalam hukum-di-laut-insa-perlu-badan-tunggal.
Tata Kelola Keamanan Laut Oleh Arie Yahya, Achmad Nasrudin. (2020). Saat Bakamla dan
Afriansyah, S.H., M.I.L., Ph.D. Retrieved from Coast Guard China Bersitegang di Laut

172
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2021, halaman 155-173 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Natuna Utara. Retrieved from


https://nasional.kompas.com/read/2020/09/15/
06205561/saat-bakamla-dan-coast-guard-
china-bersitegang-di-laut-natuna-
utara?page=all.

173

You might also like