You are on page 1of 17

SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH DI BANDUNG BARAT 1930-1970

Ahmad Faiz Rofii*


STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu*
Email: ahmadfaizrofii@gmail.com

Abstract
Tarekat Tijaniyah is a teaching of Sufism that emerged in the 18th century originating from Al-
Jazair. This order was taught by Sheikh Ahmad al-Tijani. The purpose of this study is to find out
in detail about the history and teachings of the Tijaniyah Order. The research method used is a
qualitative method with a social history approach. The results of this study show that tarekat is
one of the ways to get closer to God. Tarekat is also called an institution or organization to
accommodate people who want to take a spiritual path with God. One of them is the Tijaniyah
order. In its development, this order entered Indonesia in the early 20th century brought by
Sheikh Ali bin Abdullah Al-Thayyib. The movement first developed in Taksimalaya, Bogor and
Buntet Pesantren Cirebon. As for entering the West Bandung area, it began with the presence of
KH Usman Dhamiri and KH Badruzzaman. The teachings introduced by the Tijaniyah tarekat in
West Bandung have simple characteristics, namely wirid hailalah, wadzifah and shalawat faith.
According to the teachings of the Tijaniyah tarekat, it is considered as one of the solutions to
harmonize the life of the world and the hereafter. In addition, to cleanse the human soul to
become calm by taking various ways to be practiced so as to achieve the pleasure of Allah SWT.
Keywords: History, Teachings of Tarekat Tijaniyah, West Bandung.

149
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

Abstrak
Tarekat Tijaniyah adalah ajaran tasawuf yang muncul pada abad ke-18 berasal dari Al-Jazair.
Tarekat ini diajarkan oleh Syekh Ahmad al-Tijani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
secara rinci tentang sejarah dan ajaran tarekat Tijaniyah. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan pendekatan sejarah sosial. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa tarekat merupakan salah satu jalan untuk semakin dekat dengan Tuhan. Tarekat juga
disebut dengan lembaga maupun organisasi guna menaungi orang-orang yang ingin
menempuh jalan spritual dengan Tuhan. Salah satunya tarekat Tijaniyah. Pada
perkembangannya, tarekat ini masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 di bawa oleh Syekh
Ali bin Abdullah Al-Thayyib. Gerakan tarekat ini petama kali berkembang di Taksimalaya,
Bogor dan Buntet Pesantren Cirebon. Adapun masuk ke daerah Bandung Barat bermula dari
kehadiran KH. Usman Dhamiri dan KH. Badruzzaman. Ajaran yang dikenalkan tarekat
Tijaniyah di Bandung Barat ini memiliki ciri sederhana yaitu wirid hailalah, wadzifah dan
shalawat faith. Menurut ajaran tarekat Tijaniyah dianggap sebagai salah satu solusi untuk
menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat. Selain itu untuk membersihkan jiwa
manusia agar menjadi tenang dengan menempuh berbagai cara untuk diamalkan sehingga
mencapai keridhaan Allah SWT.
Kata Kunci: Sejarah, Ajaran Tarekat Tijaniyah, Bandung Barat.

PENDAHULUAN
Masyarakat Pengaruh Islam di Nusantara terlihat jelas dengan gencarnya
proses Islamisasi pada abad ke-15-16 M berbarengan dengan muncul dan
berkembangnya organisasi-organisasi tarekat. Sehingga seringkali disimpulkan
bahwa kesuksesan penyebaran agama Islam di Indonesia tidak lain karena aktivitas
gerakan tarekat. (Dhofier, 2011: 136). Aktivitas tarekat saat ini menunjukan jiwa
spiritual masyarakat tidak tertelan zaman. Zaman modern ternyata tidak
menyurutkan banyak orang untuk melakukan ritual keagamaan bahkan melakukan
“hijrah” dalam menempuh kehidupan spiritual. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan
spiritual seperti tarekat tidak lagi dianggap tabu dan mistik. Tarekat justu dianggap
sebagai salah satu solusi untuk menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Selain itu, tarekat bertujuan untuk membersihkan jiwa agar menjadi lebih dekat
dengan Tuhan melalui berbagai metode untuk diamalkan sehingga mencapai
keridhaan Allah SWT.

150
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

Banyak tarekat yang berkembang di Indonesia, diantaranya Qadiriyah,


Naqsyabandiyah, dan Syattariyah. Penyebaran tarekat-tarekat tersebut pada
umumnya melalui pesantren dan pedesaan. (Dhofier, 2011: 135). Begitupun dengan
tarekat Tijaniyah. Menurut G.F. Pijper, kehadiran tarekat Tijaniyah di Indonesia
datang pada awal abad ke-20 di bawa oleh Syekh Ali al-Thayyib hingga menyebar di
Tasikmalaya, Bogor, dan Cirebon. G.F. Pijfer menyebut kehadiran Syekh Ali al-
Thayyib tidak diketahui secara pasti antara tahun 1918-1928. Namun, pada tahun
1928 di Cirebon misalnya, gerakan tarekat ini pengaruhnya cukup kuat di bawa oleh
KH. Abbas dan KH. Anas dari Buntet Pesantren Cirebon. (Pijfer, 1987: 82-111).
Adapun tarekat Tijaniyah masuk ke daerah Bandung Barat bermula dari kehadiran
KH. Usman Dhamiri yang mengembangkan tarekat Tijaniyah sekitar tahun 1930-
1955, dan K.H. Badruzzaman pada tahun 1940-1970. Keduanya disebut-sebut sebagai
pejuang dan perintis berkembangya tarekat Tijaniyah di Bandung bagian barat.
Ajaran tarekat Tijaniyah memiliki ciri sederhana yaitu wirid hailalah, wadzifah
dan shalawat fatih. Menurut Djamaludin, tarekat Tijaniyah sangat efektif
membentengi diri setiap insan, apalagi di Era Globalisasi saat ini yang penuh dengan
tantangan lahiriyah maupun tantangan batiniyah, sehingga tarekat Tijaniyah
dianggap sebagai tarekat yang sederhana dan praktis serta efektif oleh para
pengikutnya. (Djamaluddin, 2000: 2). Oleh karena itu perkembangan tarekat
Tijaniyah di Bandung Barat cukup diminati hingga menyebar ke daerah Cimahi,
Ciheulang, Padalarang, Cikalong, Ciwedey. Hal ini tidak lepas dari pengaruh KH.
Usman Dhamiri dan KH. Badruzzaman. Sepeninggal keduanya, ajaran tarekat
Tijaniyah kemudian dilanjutkan oleh keluarganya hingga badal atau orang yang
dipercaya dan dekat dengan dua tokoh di atas diantaranya KH. Mahfud (murid KH.
Badruzzaman), KH. Imam Abdussalam (sepupu KH. Badruzzaman), KH. Ismail
Badruzzaman, KH. Engking Baqir Badruzaman (putra KH. Badruzzaman), KH. Athory
(murid KH. Usman Dhamiri), dan Raden Iyen (cucu KH. Usman Dhamiri).

151
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

Berangkat dari uraian di atas, tulisan ini berusaha mengungkap kemunculan


sejarah dan ajaran tarekat Tijaniyah di Bandung Barat Untuk menfokuskan
pembahasan, maka lingkup temporal dalam tulisan ini adalah tahun 1930 sampai
tahun 1971. Tahun 1930 sebagai batas awal dengan alasan bahwa pada tahun ini
aktivitas tarekat Tijaniyah di Bandung Barat bermula kehadiran KH. Usman Dhamiri
yang menyebarkan ajaran tarekat Tijaniyah pertama kali di Desa Cisangkan Cimahi.
Tahun 1970 dipilih sebagai batas akhir karena pada tahun ini KH. Ismail
Badruzzaman dingkat sebagai muqoddam oleh ayahnya yaitu KH. Badruzzaman
untuk menggantikan posisinya, setahun sebelum KH. Badruzzaman wafat. Pada
periode KH. Ismail Badruzzaman disebut dengan masa konsolidasi. Pada masa ini
pengembangan yang dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan ikhwan
Tijaniyah baik dalam bidang agama, sosial, budaya dan politik. Sementara untuk
lingkup spasial adalah Bandung Barat. Oleh karena itu, kajian ini merupakan
pembahasan sejarah lokal yang cukup menarik karena setiap daerah memiliki
karakteristik tersendiri ditinjau dari sudut ruang dan waktu.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah bertujuan untuk
merekonstruksi kejadian masa lampau secara sistematis, objektif dan kritis
berdasarkan sumber-sumber sejarah dengan menggunakan empat tahapan yaitu:
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menggunakan sumber
studi pustaka.
Selain itu, menggunakan sumber dokumen yang tersimpan di Zawiyah
(majelis) atau kediaman muqoddam Tijaniyah seperti Ijazah tarekat Tijaniyah, teks
amalan wirid dan lain sebagainya. Sumber-sumber yang diperoleh kemudian dikritik
secara internal, ekternal, ditafsirkan dan dianalisis kemudian disusun menjadi
serangkaian cerita yang utuh dan kronologis menjadi sebuah karya historiografi.

152
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Akar Historis Tarekat Tijaniyah di Bandung Barat
Sejak kehadiran Syekh Ali al-Tahyyib di Indonesia sekitar tahun 1918-1928
membawa ajaran tarekat Tijaniyah di Tasikmalaya, Bogor dan Cirebon. Tarekat ini
kemudian menyebar hingga wilayah Bandung bagian barat. Adapun proses masuknya
tarekat Tijaniyah di Bandung Barat menurut beberapa sumber lisan, penulis
membagi 3 (tiga) periode: Pertama, Periode KH. Usman Dhamiri (1930-1955 M.)
Kedua, Periode K.H. Badruzzaman (1940-1971 M.) Ketiga, Periode KH. Imam
Abdussalam, K.H. Mahfud, KH. Ismail Badruzzaman dan K.H. Engking Baqir
Badruzaman (1970-2004 M). (Rofi’i, 2018: ).
Pertama, Periode KH. Usman Damiri atau disebut dengan masa perintisan
ajaran tarekat Tijaniyah. KH. Usman Dhamiri adalah ulama terkemuka di Cimahi. KH.
Usman Dhamiri mendapat talqin tarekat Tijaniyah dari Syekh Ali al-Thayyib sewaktu
berada di Makkah. Sekitar 1930-1955, K.H. Usman Dhamiri berperan dalam
menyebarkan dan mengembangkan tarekat Tijaniyah di Desa Cisangkan Kecamatan
Cimahi hingga menyebar ke Banjaran, Soreang, Cililin dan di Ciwidey serta beberapa
Kota di Jawa Barat diantaranya Banten yang saat ini menjadi Provinsi Banten,
dikembangkan KH. Surya yang diangkat menjadi muqoddam oleh KH. Usman Dhamiri.
Sepeninggal KH. Usman Dhamiri, pengembangan tarekat Tijaniyah di Cimahi di
lanjutkan oleh Raden Iyen, yaitu cucu KH. Usman Dhamiri. (Badruzzaman, 2007: 138-
139). Salah satu peninggalan K.H. Usman Dhamiri adalah Masjid Baiturrokhmah
berlokasi di Jalan KH. Usman Dhamiri, RT 04/08, Kelurahan Padasuka, Kecamatan
Cimahi Tengah, Kota Cimahi, menjadi bukti sejarah panjang perjuangan KH. Usman
Dhamiri dalam menyebarkan ajaran Islam. Masjid dua lantai dengan enam kubah itu
didirikan oleh KH. Usman Dhamiri sekitar tahun 1930. (Rofi’i, 2018: ).
Kedua, era perjuangan KH. Badruzzaman (1940-1971). KH. Badruzzaman
adalah salah satu kiai kharismatik berasal dari Garut pimpinan pondok pesantren al-
Falah Biru. Pada awalnya, Kiai Badruzzaman menolak ajaran tarekat Tijaniyah karena

153
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

dianggap menyimpang (ghairu mu’tabaroh). Bahkan ia bersikap menentang dengan


para muqoddam Tijaniyah antara lain berdebat dengan KH. Usman Dhamiri di Cimahi,
Syekh Ali al-Thayyib di Tasikmayala, KH. Muhammad Abbas Abdul Jamil di Buntet
Cirebon hingga mendapat saran dari KH. Fauzan (Pendiri Pondok Pesantren
Bayongbong-Garut) untuk melakukan istikharah dan mendapat petunjuk untuk
ziarah ke makam Rasulullah bersama Syekh Ali Al-Thayyib. Pada saat di Mekkah
sekitar tahun 1932, KH. Badruzzaman menerima dan menyakini ajaran tarekat
tersebut dan di talqin langsung oleh Syekh Ali Al-Thayyib sekaligus diangkat sebagai
muqoddam. Sementara di Indonesia, ia mendapat ijazah dari KH. Usman Dhamiri, KH.
Abbas dan KH. Sya’roni Brebes. (Badruzzaman, 2007: 139-141).
Sejak di angkat sebagai muqoddam Tijaniyah, KH. Badruzzaman kemudian
mengajarkan dan menyebarkan ajaran tarekat Tijaniyah pertama kali di Garut. Pada
masa perjuangannya, KH. Badruzzaman mengalami fase sulit. Dari era kolonialisme,
masa pergerakan nasional hingga kemerdekaan. Ada dua gerakan yang paling
menonjol yang dilakukan KH. Badruzzaman yaitu gerakan “khalwat” dan “hijrah”.
Gerakan ini berpusat di pondok pesantren al-Falah Biru yang merupakan pusat
gerakan tarekat untuk melawan kolonialisme. Bagi Kiai Badruzzaman, gerakan hijrah
ini seperti perang gerilya sekaligus menyebarkan ajaran tarekat di beberapa tempat.
Pada awalnya hijrah dilakukan antar Desa di Garut kemudian menyebar antar
Kabupaten, dari Garut ke Cikalong, Padalarang, Tasikmalaya bahkan ke Majenang
Jawa Tengah. Hasil perjuangan yang dilakukan Kiai Badruzzaman kurang lebih
selama 32 tahun berhasil membawa dampak positif. Pada masa kepemimpinanya
sebagai tokoh pejuang kemerdekaan sekaligus penyebar ajaran tarekat Tijaniyah, KH.
Badruzzaman menghasilkan ribuan murid ikhwan Tijaniyah yang tersebar di Garut,
Bandung, Tasikmalaya, Sumedang, Karawang, Subang, dan Cianjur sekaligus
mengangkat 10 muqaddam Tijaniyah diantaranya KH. Mukhtar Gazali, KH. Endung
Muslih, KH. Bahrudin, KH. Ma’mun, KH. Zaenudin, KH. Masduqi, KH. Samsudin, KH.
Ma’sum, KH. Mahmud, dan Kiai Surur. (Badruzzaman, 2007: 141-146).

154
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

Sementara aktivitas ajaran tarekat Tijaniyah di Bandung Barat cukup pesat


setelah Kiai Badruzzaman mengangkat muridnya KH. Mahfud sebagai muqoddam.
Pada tahun 1971 Kiai Badruzzaman tutup usia. Namun setahun sebelum ia wafat
tepatnya tahun 1970, Kiai Badruzzaman mengangkat putranya KH. Ismail
Badruzzaman sebagai muqoddam untuk menggantikan posisinya di Garut juga di
Bandung Barat. Aktivitas tarekat Tijaniyah di Bandung Barat berpusat di Desa
Babakan Kertamulya Padalarang. Kehadiran KH. Ismail Badruzzaman sebagai
penerus ayahnya disebut dengan periode konsolidasi. Pada masa ini pengembangan
yang dilakukan di tingkat internal maupun eksternal.
Pengembangan internal diantaranya melakukan pembinaan jamaah secara
intensif melalui agenda pengajian rutin, wirid hailalah secara bergiliran yang
dilaksanakan diberbagai daerah. Selain itu penataan administrasi tarekat. Artinya
melakukan pendataan anggota (ikhwan) murid Tijaniyah. Sementara dalam bidang
eksternal melakukan kerjasama dengan ikhwan Tijaniyah baik dalam bidang agama,
sosial dan budaya. Bahkan ajaran tarekat Tijaniyah terbuka dengan organisasi sosial-
politik maupun menjalin hubungan dengan pemerintah. Pada masa
kepemimpinannya, KH. Ismail Badruzzaman mengangkat beberapa muqoddam
antara lain KH. Dadang Ridwan, KH. Ramdan, KH. Ghazali, KH. Ibrahim, KH.
Muhammad, K. Ojo, K. Satibi. Pada tahun 1975-1980 KH. Ismail Badruzzaman
menugaskan adiknya KH. Engking Baqir Badruzzaman untuk membina para ikhwan
Tijaniyah, seperti di daerah Cililin. (Rofi’i, 2018: ).
Hasil dari pengembangan yang dilakukan oleh para muqaddam yang secara
bergilir mengembangkaan tarekat ini dari desa ke desa maupun dari wilayah
Bandung keseluruhanya menghasilkan persatuan antar ikhwan Tijaniyah. Dalam hal
ini muncullah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mempertemukan sesama ikhwan
Tijaniyah yaitu dilaksanakanya acara Ijtima’ tarekat Tijaniyah yang pertama kali pada
tahun 1997 M, di Gantungan Padalarang dengan jumlah kisaran 2.000 jama’ah,
kemudian acara ini terus berlanjutnya pada tahun 2004 di Zawiyah Abi Samghun,

155
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

tempat tinggal KH. Engking Baqir Badruzaman dengan jumlah 3.000 jama’ah ikwan
Tijaniyah yang berasal dari daerah Bandung dan sekitarnya seperti, Ciwidey,
Gantungan, Andir, Tagog, Cijeunjing, Soreang, Padasuka, Sadang Sarang dan masih
banyak lagi daerah-daerah yang mengikuti acara tersebut. (Rofi’i, 2018: ).
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut rute penyebaran tarekat Tijaniyah di
Bandung. (Rofi’i, 2018: );
1. KH. Usman Dhamiri (1930-1955 M.), mendapatkan sanad dari Syekh Ali al-
Thayyib dan mengembankan terkat Tijaniyah di Cimahi dan sekitarnya.
2. KH. Badruzzaman (1940-1970 M.), mendapatkan sanad dari Syekh Ali al-
Thayyib, KH. Usman Dhamiri dan KH. Abbas Buntet dan mengembangkan di
Cikalong, Cijeunjing, Tagog dan Andir.
3. KH. Mahfud bersama KH. Badzruzaman mengembangkan tarekat Tijaniyah
di Cikalong dan Pasirhelang Kabupaten Bandung, sekarang menjadi
Kabupaten Bandung Barat tahun 1950-1966. Kemudian dilanjutkan oleh
KH. Anas (putra KH. Mahfud) tahun 1975 di daerah Tagog Padalarang.
4. KH. Imam Abdussalam wakil KH. Badruzaman yang mendapatkan perintah
untuk mengembangkan tarekat di Bandung tepatnya di Ciheulang Bandung
Selatan Jawa Barat.
5. KH. Engking Baqir putra KH. Badzruzaman moqaddam Tijaniyah Garut.
Mengembangkan tarekat kisaran tahun 1975-1980 di daerah Babakan kerta
Mulya Padalarang sekaligus berdirinya Zawiyah Abi Samghun.
6. KH. Maman Abdurrahman putra KH. Engking Baqir Badruzaman
mengembangkan tarekat Tijaniyah di daerah Cijeunjing, Padalarang
Kabupaten Bandung Barat.
7. KH. Ajid Muhammad Ridwan wakil dari KH. Engking Baqir Badruzaman
mengembangkan tarekat Tijaniyah di Gantungan, Padalarang.
8. KH. Budi Ali Hidayat mengembangkan tarekat Tijaniyah di Cimahi.
9. KH. Syaikhon mengembangkan tarekat Tijaniyah di Ciwidey.

156
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

10. KH. Yusuf (PP. Darul Arqom) mengembangkan tarekat Tijaniyah di daerah
Ciparay dan sekitarnya.

B. Struktur Kelembagaan dan Keanggotan Tarekat Tijaniyah


Struktur kelembagaan menunjukan hierarki kepemimpinan. Struktur
kepemimpinan dalam ajaran terakat Tijaniyah tidak terlembagakan secara istimewa
tetapi hanya menentukan lapisan-lapisan kepemimpinan yang menunjukan
hubungan murid dengan guru atau sesama murid. Dalam ajaran tarekat Tijaniyah
terdapat istilah-istilah penyebutan nama yang mempunyai tugas, fungsi dan hak
kewajiban, diantaranya Syekh, Khalifah, Muqaddam, dan Murid (ikhwan). Syekh
merupakan kedudukan bagi guru utama yang mendirikan ajaran tarekat Tijaniyah
(Syekh Ahmad al-Tijani) disebut juga sebagai shahibul al-Thariqat. Syekh dalam arti
kultural digunakan sebagai gelar kehormatan bagi guru yang tinggi ilmunya. Gelar
demikian digunakan untuk para ulama besar tarekat Tijaniyah. Khalifah adalah orang
yang diberi wewenang dan tugas untuk menyampaikan kepada murid apa yang telah
disampaikan oleh seorang Syekh baik berupa ilmu-ilmu ma’rifah, asrar dan lain-lain.
Muqoddam adalah figur yang diberi tugas untuk dan memiliki wewenang untuk men-
talqin atau mengijazahi suatu amalan dalam ajaran tarekat Tijaniyah berupa wirid-
wirid yang harus dilakukan oleh murid Tijaniyah. Ikhwan atau murid Tijaniyah
adalah orang yang menerima talqin ijazah dari seorang muqoddam.
Struktur kelembagaan ajaran tarekat Tijaniyah pada dasarnya bukan
organisasi formal melainkan organisasi ibadah yang memusatkan progamnya pada
orientasi komunikasi dengan sang pencipta. Para pengamal ajaran ini cukup besar di
wilayah Bandung Barat. Meskipun belum ditemukan data pasti jumlah anggota
tarekat Tijaniyah di Bandung Barat. Namun, penyebarannya cukup pesat
sebagaimana dijelaskan pada bagian awal. Latar belakang anggota tarekat ini cukup
beragam, dari petani, pedagang, pegawai negeri, buruh, guru, dan lain sebagainya. Di
Bandung Barat sebagian anggotanya berprofesi sebagai pedagang. Sementara latar

157
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

belakang dan motivasi mereka didasari untuk memenuhi kebutuhan rohaniyah juga
menambah banyak kerabat, saling membantu, gotong royong, dan saling mendoakan.
Sehingga dalam ajaran ini terdapat nilai dan kolektifitas dan solidaritas yang tinggi.

C. Ajaran Tarekat Tijaniyah di Bandung Barat


Dalam setiap pelaksanaan kegiatan, para muqaddam selalu memberikan
motivasi kepada murid-muridnya untuk selalu aktif dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan. Dalam ajaran tarekat Tijaniyah terdapat tiga unsur pokok yaitu
istigfar, salawat, dan dzikir. Ketiga unsur tersebut adalah substansi dalam
kerangka teori tasawuf yang saling berkaitan demi mencapai keridhaan Allah SWT.
Istigfar pada dasarnya berfungsi membersihkan diri dari segala macam maksiat.
Tujuanya adalah taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Sementara
Salawat berfungsi sebagai li at-Tabaruk untuk mendapatkan keberkahan dan
washilah (perantara) melalui Nabi Muhammad SAW menuju sang pencipta juga
berfungsi sebagai penerang hati. Sedangkan dzikir dimaksudkan untuk
menyatakan taubat sesungguhnya atas segala kesalahan yang disengaja maupun
tidak sengaja. Ketiga unsur tersebut merupakan serangkaian tahap persiapan yang
bersambungan.
Dalam ajaran tarekat Tijaniyah ada tiga bentuk amalan yaitu wirid lazimah,
wadzifah, dan hailallah. Dimana dari ketiga macam wirid tersebut merupakan
kegiatan pokok yang harus dilaksanakan oleh setiap murid tarekat Tijaniyah.
Amalan tersebut dilaksanakan setiap hari kecuali wirid Hailalah. Wirid lazimah
dilaksanakan setelah salat subuh dan setelah salat ashar secara munfarid (tidak
berjamaah) dan pembacaannya tidak dikeraskan. Wirid wadifah dibaca dengan
Jahar dan berjamaah. Adapun waktunya setelah salat isya atau setelah salat
maghrib. Sementara wirid hailalah dilaksanakan setiap hari Jumat setelah salat
Ashar sampai tenggelam matahari (maghrib) baik secara munfarid atau
berjamaah. Wirid lazimah dan wadifah itu wajib dilaksanakan dan jika terlewat
wajib di qadha sedangkan wirid hailalah sangat dianjurkan untuk dilaksanakan
158
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

namun apabila terlewat tidak perlu di qadha.


Ajaran tarekat Tijaniya di berbagai daerah, dalam mengamalkan wirid
terkadang bervariasi bentuknya, tapi isinya pasti sama. Hal ini menunjukan
keluwesan dan kelapangan doktrin Tijaniyah kepada para pengikutnya. Namun
yang jelas mereka tidak akan terlepas dari wirid inti atau rukun masing-masing
wirid. Berikut ajaran dan amalan tarekat Tijaniyah. (Rofi’i, 2018: ), yaitu :
1. Wirid Lazimah
a. Membaca niat untuk mengamalkan wirid lazimah (pagi hari dan sore hari)
b. Membaca Istigfar 100 kali
c. Membaca Salawat 100 kali
d. Membaca Tahlil 99 kali, dan
2. Wirid Wadzifah
a. Membaca niat untuk mengamalkan wirid wadzifah
b. Membaca Istigfar wadzifah 30 kali
c. Salawat Fatih 50 kali
d. Dzikir 100 kali
e. Salawat jauharat al-Kamal 12 kali
3. Wirid Hailalah
a. Membaca niat untuk mengamalkan wirid hailalah
b. Membaca dzikir mulai setelah salat ashar sampai waktu maghrib. Apabila
dilaksanakan munfarid membaca dzikir minimal 1000 kali dan maksimal
1600 kali

D. Kegiatan Rutinan Tarekat Tijaniyah di Bandung Barat


Tradisi ritual dalam ajaran tarekat Tijaniyah tidak lepas dari ketentuan-
ketentuan dalam praktek wirid sebagaimana disebutkan di atas. Adapun tradisi
yang dimaksud adalah kegiatan rutinan yang dilaksanakan baik individual, kolektif,
harian, mingguan, bulanan, tahunan hingga temporal (waktu tertentu). (Rofi’i,

159
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

2018: ).
1. Kegiatan Rutinan wirid Lazimah (wajib)
Kegiatan ini dilaksanakan oleh setiap murid tijaniyah meliputi wirid lazimah,
wirid wadzifah, dan wirid hailalah. Wirid lazimah wajib diamalkan oleh
setiap murid tijaniyah pada waktu pagi dan sore tanpa ketentuan harus
secara berjamaah. Kebanyakan mereka mengamalkan secara individual di
rumah masing-masing atau di tempat di mana saat itu mereka berada.
Sementara wirid wadzifah dilakukan setiap hari secara berjamaah namun
dilakukan oleh para murid tijaniyah dengan jumlah yang terbatas dan
biasanya dilaksanakan oleh sekelompok ikhwan yang berdekatan jarak
tempuhnya. Sedangkan wirid hailalah dilaksanakan setiap hari jumat secara
berjamaah. Kegiatan ini dilakukan oleh para murid Tijaniyah dengan jumlah
tidak terbatas dan dipimpin langsung oleh seorang muqoddam. Dalam
pelaksanaanya, para muqoddam yang berada disetiap daerah melakukan
kegiatan tersebut namun jika muqoddam berhalangan maka digantikan oleh
wakil (badal) muqoddam. Kemudian bagi murid (ikhwan) tijaniyah yang
berhalangan bisa mengamalkan wirid hailalah secara individual. Tempat
kegiatan rutinan tersebut biasanya di Zawiyah (majelis) pimpinan para
muqoddam juga di masjid tertentu,, musola maupun rumah-rumah.
2. Ijtima’ Hailalah
Ijtima’ hailalah biasa diadakan secara rutin satu bulan sekali, tetapi
terkadang juga diadakan diluar jadwal rutin sesuai kebutuhan acara-acara
tertentu seperti peringatan hari besar Islam, halal bialal, dan acara lainnya.
Kegiatan ini dibarengi dengan sosialisasi progam dan pengajian tentang ilmu
tarekat dan biasanya diisi oleh dua atau tiga orang muqoddam secara
bergiliran. Terkadang juga mendatangkan kyai dari luar yang mempunyai
hubungan dengan ajaran tarekat Tijaniyah. Mengenai tempat kegiatan
dilakukan antar kecamatan.

160
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

3. Wirid Ikhtiyari
Ritual wirid Ikhtiyari adalah wirid yang tidak mengikat murid tarekat
Tijaniyah, namun mempunyai sandaran langsung kepada shahibbut tarekat
atau khalifah Syekh Ahmad At-Tijani. Dengan demikian wirid ini tidak
mengikat murid Tijaniyah, melainkan setiap murid Tijaniyah bebas memilih
jenis wirid yang terdapat dalam lingkungan tarekat Tijaniyah.
4. Idul Khotmi
Idul khotmi merupakan tradisi yang biasa diadakan sebagai perayaan murid
Tijaniyyah dalam rangka hari pengangkatan Syekh Ahmad al-Tijani sebagai
wali Khatm atau al-qutb al-Maktum. Idul khotmi biasa diadakan setiap tanggal
18 Shafar, yang merupakan puncak ijtima’ kaum tarekat Tijaniyah seluruh
Indonesia dan bersifat nasional, dilakanakan berdasarkan restu sesepuh
muqaddam tingkat nasional. Diadakan secara bergiliran di tempat-tempat
yang ada di Indonesia.
5. Haul Syekh Ahmad al-Tijani
Syekh Ahmad al-Tijani wafat pada hari kamis tanggal 17 syawal tahun 1230 H.
Pada setiap tanggal tersebut murid thareqat Tijaniyah memperingatinya
dengan sebutan “haul”. Di Padalarang misalnya peringatan ini biasanya
diselenggarakan di Zawiyah tarekat Tijaniyah Padalarang yang bertempat di
Daerah Talang Padalarang.
6. Pengajian Rutinan Mingguan
Pengajian rutinan tarekat Tijaniyah pada umumnya dilaksanakan baik harian,
mingguan, ataupun bulanan. Tradisi pengajian rutinan ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat Islam untuk meningkatkan pengetahuan, terutama
pengetahuan dibidang agama. Akan tetapi dalam pelaksanaannya kadang-
kadang ditambah dengan kegiatan atau pengetahuan bidang sosial, politik dan
lain-lain. Di daerah Padalarang misalnya, dalam sajian materinya selain
materi-materi umum tentang keagamaan, juga selalu dibarengi dengan

161
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

materi-materi yang berkaitan dengan ajaran tarekat Tijaniyah, bertujuan agar


masyarakat lebih mengenal atau memahami ajaran tarekat Tijaniyah, sehingga
mereka yang belum masuk kemudian setelahnya memahami dan tertarik
selanjutnya masuk untuk dibaiat menjadi murid tarekat Tijaniyah.
7. Peringatan Hari Besar Islam
Dalam tarekat Tijaniyah, peringatan hari besar Islam biasanya diadakan pada
tanggal 12 rabiul awal yaitu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Hampir setiap ikhwan Tijaniyah di Bandung Barat mengadakan agenda
tersebut dan mendatangkan kiai ternama yang tentunya sudah memahami
ajaran tarekat Tijaniyah, kebanyakan mereka berasal dari daerah Garut, Jawa
tengah, Jawa Timur, dan Bogor. Dalam jangka waktu beberapa minggu mereka
keliling mengisi ceramah. Ceramah biasanya dilakukan didalam masjid atau
dilapangan terbuka.
8. Halaqoh
Ajaran tarekat Tijaniyah dalam mengembangkan ajaran tarekatnya
menggunakan metode-metode yang mereka gunakan dalam pelaksanaan
tarekat Tijaniyah, sebagian hampir sama dengan metode-metode yang ada di
sekolah pada umumnya seperti metode ceramah, metode ini merupakan
metode yang biasa dipakai oleh para guru dalam menyampaikan pelajaran
kepada muridnya. Namun selain metode ceramah ada juga metode-metode
yang biasa dilaksanakan oleh para muqoddam tarekat Tijaniyah diantaranya
metode pembacaan manaqib dan metode halaqoh.
Salah satu contoh metode halaqoh, metode ini biasanya digunakan pada saat
pelaksanaan ijtima’ dan tabligh akbar tarekat Tijaniyah, khusus untuk wilayah
padalarang dilaksanakan satu tahun satu kali. Dari pelaksanaan halaqoh
tersebut banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dibahas antara lain
aqidah, fiqih, hadits, sirah, dan lain sebagainya. Sementara pembacaan
manaqib berkembang setelah KH. Umar Baidhowi menyusun kitab manaqib
Syeikh Ahmad al-Tijani yang berjudul Faidh al-Rabbani. Tradisi ini dilakukan
162
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

setiap tanggal 17 bulan qamariyah. KH. Badri Masduki menamai tradisi ini
“tujuh belasan”.
Di Bandung Barat, khususnya di Padalarang, pembacaan manaqiban oleh para
muqoddam tarekat Tijaniyah tidak hanya dilaksanakan pada tanggal 17 bulan
qamariyah, tetapi juga dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan tarekat Tijaniyah. Pembacaan manaqiban ini juga
merupakan salah satu metode dalam mengembangkan tarekat Tijaniyah,
karena selain cara pembacaannya yang sangat menarik juga didalamnya
terdapat sejarah Syekh Ahmad al-Tijani, silsilahnya dan hal-hal yang berkaitan
dengan tarekat Tijaniyah.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada awal
abad ke-20 merupakan awal munculnya tarekat Tijaniyah di Indonesia yang di bawa
oleh Syekh Ali al-Thayyib. Adapun masuk ke daerah Bandung Barat bermula dari
kehadiran KH. Usman Dhamiri dan KH. Badruzzaman. Sepeninggal keduanya lalu
dilanjutkan oleh keluarga, murid, dan wakil (badal) tarekat, diantaranya KH. Mahfud
(murid KH. Badruzzaman), KH. Imam Abdussalam (sepupu KH. Badruzzaman), KH.
Ismail Badruzzaman, KH. Engking Baqir Badruzaman (putra KH. Badruzzaman), KH.
Athory (murid KH. Usman Dhamiri), dan Raden Iyen (cucu KH. Usman Dhamiri).
Ajaran tarekat Tijaniyah memiliki ciri mengamalkan wirid lazimah, hailalah,
wadzifah dan shalawat fatih. Menurut ajaran ini, tarekat sangat efektif membentengi
diri setiap insan, apalagi di Era Globalisasi saat ini yang penuh dengan tantangan
lahiriyah maupun tantangan batiniyah, sehingga tarekat Tijaniyah dianggap sebagai
tarekat yang sederhana dan praktis serta efektif oleh para pengikutnya. Maka dengan
bertarekat sesungguhnya sebagai salah satu solusi untuk menyelaraskan antara
kehidupan dunia dan akhirat. Selain itu, tarekat bertujuan untuk membersihkan jiwa

163
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023

agar menjadi lebih dekat dengan Tuhan melalui berbagai metode untuk diamalkan
sehingga mencapai keridhaan Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Ahmad Hidayat, Asep. (2011). Gerakan Tarekat Tijaniyah di Jawa Barat (Rekonstruksi
Ajaran Tasawuf dan Perkembangan Tarekat Syekh Ahmad al-Tijani di Garut
1935-1949). Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung.
Dhofier, Zhamakhsyari. (2011). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai. Jakarta: LP3ES.
Pijper, G.F. (1987). Fragmenta Islamica: Beberapa Studi Tentang Islam Indonesia Abad
ke-20, terj. Tudjimah. Jakarta: UI Press.
Asjing Qithy, Djamaluddin. (2000). Thoriqoh Tijaniyah Kunci Rahmat Illahi. Jatim:
Pustaka At-Tijaniyah.

JURNAL
Faiz Rofii, Ahmad; Sujati, Budi. 2022. Perjuangan Kemerdekaan Kyai Abbas Buntet
Cirebon pada 1928-1945. Jurnal Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam IAIN
Kendari. Vol. 8 No. 2 Tahun 2022.
http://dx.doi.org/10.31332/zjpi.v8i2.4302.
Sujati, Budi; Iryana, Wahyu. 2020. The Change In The Hagia Sophia Museum By
Erdogan: Historical Perspective And Its Implications For Indonesian. Jurnal
Kodifikasia: Jurnal Pemikiran Islam IAIN Ponorogo. Vol. 14 No. 2 Tahun
2020. http://dx.doi.org/10.21154/kodifikasia.v14i2.2223.

164
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|

SKRIPSI
Faiz Rofi’i, Ahmad. (2018). Perkembangan Tarekat Tijaniyah dan Kondisi Sosial
Keagamaan di Bandung Tahun 1980-2004. Bandung: Skripsi Jurusan Sejarah
Peradaban Islam UIN SGD Bandung.

DOKUMEN
Teks Amalan wirid tarekat Tijaniyah, tanpa tahun
Data Ikhwan Tijaniyah Daera Gantungan, Padalarang dan sekitarnya, 2015
Ijazah tarekat Tijaniyah Cimahi, 2012
Silsilah ijazah tarekat Tijaniyah Kertamulya, Padalarang, 2000.

165

You might also like