Professional Documents
Culture Documents
143-Article Text-569-1-10-2023042222
143-Article Text-569-1-10-2023042222
Abstract
Tarekat Tijaniyah is a teaching of Sufism that emerged in the 18th century originating from Al-
Jazair. This order was taught by Sheikh Ahmad al-Tijani. The purpose of this study is to find out
in detail about the history and teachings of the Tijaniyah Order. The research method used is a
qualitative method with a social history approach. The results of this study show that tarekat is
one of the ways to get closer to God. Tarekat is also called an institution or organization to
accommodate people who want to take a spiritual path with God. One of them is the Tijaniyah
order. In its development, this order entered Indonesia in the early 20th century brought by
Sheikh Ali bin Abdullah Al-Thayyib. The movement first developed in Taksimalaya, Bogor and
Buntet Pesantren Cirebon. As for entering the West Bandung area, it began with the presence of
KH Usman Dhamiri and KH Badruzzaman. The teachings introduced by the Tijaniyah tarekat in
West Bandung have simple characteristics, namely wirid hailalah, wadzifah and shalawat faith.
According to the teachings of the Tijaniyah tarekat, it is considered as one of the solutions to
harmonize the life of the world and the hereafter. In addition, to cleanse the human soul to
become calm by taking various ways to be practiced so as to achieve the pleasure of Allah SWT.
Keywords: History, Teachings of Tarekat Tijaniyah, West Bandung.
149
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
Abstrak
Tarekat Tijaniyah adalah ajaran tasawuf yang muncul pada abad ke-18 berasal dari Al-Jazair.
Tarekat ini diajarkan oleh Syekh Ahmad al-Tijani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
secara rinci tentang sejarah dan ajaran tarekat Tijaniyah. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan pendekatan sejarah sosial. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa tarekat merupakan salah satu jalan untuk semakin dekat dengan Tuhan. Tarekat juga
disebut dengan lembaga maupun organisasi guna menaungi orang-orang yang ingin
menempuh jalan spritual dengan Tuhan. Salah satunya tarekat Tijaniyah. Pada
perkembangannya, tarekat ini masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 di bawa oleh Syekh
Ali bin Abdullah Al-Thayyib. Gerakan tarekat ini petama kali berkembang di Taksimalaya,
Bogor dan Buntet Pesantren Cirebon. Adapun masuk ke daerah Bandung Barat bermula dari
kehadiran KH. Usman Dhamiri dan KH. Badruzzaman. Ajaran yang dikenalkan tarekat
Tijaniyah di Bandung Barat ini memiliki ciri sederhana yaitu wirid hailalah, wadzifah dan
shalawat faith. Menurut ajaran tarekat Tijaniyah dianggap sebagai salah satu solusi untuk
menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat. Selain itu untuk membersihkan jiwa
manusia agar menjadi tenang dengan menempuh berbagai cara untuk diamalkan sehingga
mencapai keridhaan Allah SWT.
Kata Kunci: Sejarah, Ajaran Tarekat Tijaniyah, Bandung Barat.
PENDAHULUAN
Masyarakat Pengaruh Islam di Nusantara terlihat jelas dengan gencarnya
proses Islamisasi pada abad ke-15-16 M berbarengan dengan muncul dan
berkembangnya organisasi-organisasi tarekat. Sehingga seringkali disimpulkan
bahwa kesuksesan penyebaran agama Islam di Indonesia tidak lain karena aktivitas
gerakan tarekat. (Dhofier, 2011: 136). Aktivitas tarekat saat ini menunjukan jiwa
spiritual masyarakat tidak tertelan zaman. Zaman modern ternyata tidak
menyurutkan banyak orang untuk melakukan ritual keagamaan bahkan melakukan
“hijrah” dalam menempuh kehidupan spiritual. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan
spiritual seperti tarekat tidak lagi dianggap tabu dan mistik. Tarekat justu dianggap
sebagai salah satu solusi untuk menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Selain itu, tarekat bertujuan untuk membersihkan jiwa agar menjadi lebih dekat
dengan Tuhan melalui berbagai metode untuk diamalkan sehingga mencapai
keridhaan Allah SWT.
150
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|
151
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah bertujuan untuk
merekonstruksi kejadian masa lampau secara sistematis, objektif dan kritis
berdasarkan sumber-sumber sejarah dengan menggunakan empat tahapan yaitu:
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menggunakan sumber
studi pustaka.
Selain itu, menggunakan sumber dokumen yang tersimpan di Zawiyah
(majelis) atau kediaman muqoddam Tijaniyah seperti Ijazah tarekat Tijaniyah, teks
amalan wirid dan lain sebagainya. Sumber-sumber yang diperoleh kemudian dikritik
secara internal, ekternal, ditafsirkan dan dianalisis kemudian disusun menjadi
serangkaian cerita yang utuh dan kronologis menjadi sebuah karya historiografi.
152
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|
153
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
154
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|
155
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
tempat tinggal KH. Engking Baqir Badruzaman dengan jumlah 3.000 jama’ah ikwan
Tijaniyah yang berasal dari daerah Bandung dan sekitarnya seperti, Ciwidey,
Gantungan, Andir, Tagog, Cijeunjing, Soreang, Padasuka, Sadang Sarang dan masih
banyak lagi daerah-daerah yang mengikuti acara tersebut. (Rofi’i, 2018: ).
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut rute penyebaran tarekat Tijaniyah di
Bandung. (Rofi’i, 2018: );
1. KH. Usman Dhamiri (1930-1955 M.), mendapatkan sanad dari Syekh Ali al-
Thayyib dan mengembankan terkat Tijaniyah di Cimahi dan sekitarnya.
2. KH. Badruzzaman (1940-1970 M.), mendapatkan sanad dari Syekh Ali al-
Thayyib, KH. Usman Dhamiri dan KH. Abbas Buntet dan mengembangkan di
Cikalong, Cijeunjing, Tagog dan Andir.
3. KH. Mahfud bersama KH. Badzruzaman mengembangkan tarekat Tijaniyah
di Cikalong dan Pasirhelang Kabupaten Bandung, sekarang menjadi
Kabupaten Bandung Barat tahun 1950-1966. Kemudian dilanjutkan oleh
KH. Anas (putra KH. Mahfud) tahun 1975 di daerah Tagog Padalarang.
4. KH. Imam Abdussalam wakil KH. Badruzaman yang mendapatkan perintah
untuk mengembangkan tarekat di Bandung tepatnya di Ciheulang Bandung
Selatan Jawa Barat.
5. KH. Engking Baqir putra KH. Badzruzaman moqaddam Tijaniyah Garut.
Mengembangkan tarekat kisaran tahun 1975-1980 di daerah Babakan kerta
Mulya Padalarang sekaligus berdirinya Zawiyah Abi Samghun.
6. KH. Maman Abdurrahman putra KH. Engking Baqir Badruzaman
mengembangkan tarekat Tijaniyah di daerah Cijeunjing, Padalarang
Kabupaten Bandung Barat.
7. KH. Ajid Muhammad Ridwan wakil dari KH. Engking Baqir Badruzaman
mengembangkan tarekat Tijaniyah di Gantungan, Padalarang.
8. KH. Budi Ali Hidayat mengembangkan tarekat Tijaniyah di Cimahi.
9. KH. Syaikhon mengembangkan tarekat Tijaniyah di Ciwidey.
156
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|
10. KH. Yusuf (PP. Darul Arqom) mengembangkan tarekat Tijaniyah di daerah
Ciparay dan sekitarnya.
157
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
belakang dan motivasi mereka didasari untuk memenuhi kebutuhan rohaniyah juga
menambah banyak kerabat, saling membantu, gotong royong, dan saling mendoakan.
Sehingga dalam ajaran ini terdapat nilai dan kolektifitas dan solidaritas yang tinggi.
159
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
2018: ).
1. Kegiatan Rutinan wirid Lazimah (wajib)
Kegiatan ini dilaksanakan oleh setiap murid tijaniyah meliputi wirid lazimah,
wirid wadzifah, dan wirid hailalah. Wirid lazimah wajib diamalkan oleh
setiap murid tijaniyah pada waktu pagi dan sore tanpa ketentuan harus
secara berjamaah. Kebanyakan mereka mengamalkan secara individual di
rumah masing-masing atau di tempat di mana saat itu mereka berada.
Sementara wirid wadzifah dilakukan setiap hari secara berjamaah namun
dilakukan oleh para murid tijaniyah dengan jumlah yang terbatas dan
biasanya dilaksanakan oleh sekelompok ikhwan yang berdekatan jarak
tempuhnya. Sedangkan wirid hailalah dilaksanakan setiap hari jumat secara
berjamaah. Kegiatan ini dilakukan oleh para murid Tijaniyah dengan jumlah
tidak terbatas dan dipimpin langsung oleh seorang muqoddam. Dalam
pelaksanaanya, para muqoddam yang berada disetiap daerah melakukan
kegiatan tersebut namun jika muqoddam berhalangan maka digantikan oleh
wakil (badal) muqoddam. Kemudian bagi murid (ikhwan) tijaniyah yang
berhalangan bisa mengamalkan wirid hailalah secara individual. Tempat
kegiatan rutinan tersebut biasanya di Zawiyah (majelis) pimpinan para
muqoddam juga di masjid tertentu,, musola maupun rumah-rumah.
2. Ijtima’ Hailalah
Ijtima’ hailalah biasa diadakan secara rutin satu bulan sekali, tetapi
terkadang juga diadakan diluar jadwal rutin sesuai kebutuhan acara-acara
tertentu seperti peringatan hari besar Islam, halal bialal, dan acara lainnya.
Kegiatan ini dibarengi dengan sosialisasi progam dan pengajian tentang ilmu
tarekat dan biasanya diisi oleh dua atau tiga orang muqoddam secara
bergiliran. Terkadang juga mendatangkan kyai dari luar yang mempunyai
hubungan dengan ajaran tarekat Tijaniyah. Mengenai tempat kegiatan
dilakukan antar kecamatan.
160
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|
3. Wirid Ikhtiyari
Ritual wirid Ikhtiyari adalah wirid yang tidak mengikat murid tarekat
Tijaniyah, namun mempunyai sandaran langsung kepada shahibbut tarekat
atau khalifah Syekh Ahmad At-Tijani. Dengan demikian wirid ini tidak
mengikat murid Tijaniyah, melainkan setiap murid Tijaniyah bebas memilih
jenis wirid yang terdapat dalam lingkungan tarekat Tijaniyah.
4. Idul Khotmi
Idul khotmi merupakan tradisi yang biasa diadakan sebagai perayaan murid
Tijaniyyah dalam rangka hari pengangkatan Syekh Ahmad al-Tijani sebagai
wali Khatm atau al-qutb al-Maktum. Idul khotmi biasa diadakan setiap tanggal
18 Shafar, yang merupakan puncak ijtima’ kaum tarekat Tijaniyah seluruh
Indonesia dan bersifat nasional, dilakanakan berdasarkan restu sesepuh
muqaddam tingkat nasional. Diadakan secara bergiliran di tempat-tempat
yang ada di Indonesia.
5. Haul Syekh Ahmad al-Tijani
Syekh Ahmad al-Tijani wafat pada hari kamis tanggal 17 syawal tahun 1230 H.
Pada setiap tanggal tersebut murid thareqat Tijaniyah memperingatinya
dengan sebutan “haul”. Di Padalarang misalnya peringatan ini biasanya
diselenggarakan di Zawiyah tarekat Tijaniyah Padalarang yang bertempat di
Daerah Talang Padalarang.
6. Pengajian Rutinan Mingguan
Pengajian rutinan tarekat Tijaniyah pada umumnya dilaksanakan baik harian,
mingguan, ataupun bulanan. Tradisi pengajian rutinan ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat Islam untuk meningkatkan pengetahuan, terutama
pengetahuan dibidang agama. Akan tetapi dalam pelaksanaannya kadang-
kadang ditambah dengan kegiatan atau pengetahuan bidang sosial, politik dan
lain-lain. Di daerah Padalarang misalnya, dalam sajian materinya selain
materi-materi umum tentang keagamaan, juga selalu dibarengi dengan
161
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
setiap tanggal 17 bulan qamariyah. KH. Badri Masduki menamai tradisi ini
“tujuh belasan”.
Di Bandung Barat, khususnya di Padalarang, pembacaan manaqiban oleh para
muqoddam tarekat Tijaniyah tidak hanya dilaksanakan pada tanggal 17 bulan
qamariyah, tetapi juga dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan tarekat Tijaniyah. Pembacaan manaqiban ini juga
merupakan salah satu metode dalam mengembangkan tarekat Tijaniyah,
karena selain cara pembacaannya yang sangat menarik juga didalamnya
terdapat sejarah Syekh Ahmad al-Tijani, silsilahnya dan hal-hal yang berkaitan
dengan tarekat Tijaniyah.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada awal
abad ke-20 merupakan awal munculnya tarekat Tijaniyah di Indonesia yang di bawa
oleh Syekh Ali al-Thayyib. Adapun masuk ke daerah Bandung Barat bermula dari
kehadiran KH. Usman Dhamiri dan KH. Badruzzaman. Sepeninggal keduanya lalu
dilanjutkan oleh keluarga, murid, dan wakil (badal) tarekat, diantaranya KH. Mahfud
(murid KH. Badruzzaman), KH. Imam Abdussalam (sepupu KH. Badruzzaman), KH.
Ismail Badruzzaman, KH. Engking Baqir Badruzaman (putra KH. Badruzzaman), KH.
Athory (murid KH. Usman Dhamiri), dan Raden Iyen (cucu KH. Usman Dhamiri).
Ajaran tarekat Tijaniyah memiliki ciri mengamalkan wirid lazimah, hailalah,
wadzifah dan shalawat fatih. Menurut ajaran ini, tarekat sangat efektif membentengi
diri setiap insan, apalagi di Era Globalisasi saat ini yang penuh dengan tantangan
lahiriyah maupun tantangan batiniyah, sehingga tarekat Tijaniyah dianggap sebagai
tarekat yang sederhana dan praktis serta efektif oleh para pengikutnya. Maka dengan
bertarekat sesungguhnya sebagai salah satu solusi untuk menyelaraskan antara
kehidupan dunia dan akhirat. Selain itu, tarekat bertujuan untuk membersihkan jiwa
163
|JURNAL SINAU VOL . 9 NO . 1 APRIL 2023
agar menjadi lebih dekat dengan Tuhan melalui berbagai metode untuk diamalkan
sehingga mencapai keridhaan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad Hidayat, Asep. (2011). Gerakan Tarekat Tijaniyah di Jawa Barat (Rekonstruksi
Ajaran Tasawuf dan Perkembangan Tarekat Syekh Ahmad al-Tijani di Garut
1935-1949). Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung.
Dhofier, Zhamakhsyari. (2011). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai. Jakarta: LP3ES.
Pijper, G.F. (1987). Fragmenta Islamica: Beberapa Studi Tentang Islam Indonesia Abad
ke-20, terj. Tudjimah. Jakarta: UI Press.
Asjing Qithy, Djamaluddin. (2000). Thoriqoh Tijaniyah Kunci Rahmat Illahi. Jatim:
Pustaka At-Tijaniyah.
JURNAL
Faiz Rofii, Ahmad; Sujati, Budi. 2022. Perjuangan Kemerdekaan Kyai Abbas Buntet
Cirebon pada 1928-1945. Jurnal Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam IAIN
Kendari. Vol. 8 No. 2 Tahun 2022.
http://dx.doi.org/10.31332/zjpi.v8i2.4302.
Sujati, Budi; Iryana, Wahyu. 2020. The Change In The Hagia Sophia Museum By
Erdogan: Historical Perspective And Its Implications For Indonesian. Jurnal
Kodifikasia: Jurnal Pemikiran Islam IAIN Ponorogo. Vol. 14 No. 2 Tahun
2020. http://dx.doi.org/10.21154/kodifikasia.v14i2.2223.
164
SEJARAH DAN AJARAN TAREKAT TIJANIYAH ………|ISSN: 2685-1679|
SKRIPSI
Faiz Rofi’i, Ahmad. (2018). Perkembangan Tarekat Tijaniyah dan Kondisi Sosial
Keagamaan di Bandung Tahun 1980-2004. Bandung: Skripsi Jurusan Sejarah
Peradaban Islam UIN SGD Bandung.
DOKUMEN
Teks Amalan wirid tarekat Tijaniyah, tanpa tahun
Data Ikhwan Tijaniyah Daera Gantungan, Padalarang dan sekitarnya, 2015
Ijazah tarekat Tijaniyah Cimahi, 2012
Silsilah ijazah tarekat Tijaniyah Kertamulya, Padalarang, 2000.
165