You are on page 1of 59

LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perumahan dan permukiman merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia. Sebagaimana tertulis dalam Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28, bahwa rumah adalah salah
satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap Warga Negara
berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan di
Kabupaten Barito Selatan setiap tahunnya semakin meningkat.
Pembangunan ini ditandai dengan adanya pusat perbelanjaan,
perumahan dan perkantoran. Tujuan utama pembangunan tidak
lain adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan,
khususnya di Desa Palurejo Kecamatan Gunung Bintang Awai.
yang sarat dengan nilai ekonomi dan pendapatan yang relatif.
Namun sayangnya, pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa
Palurejo masa kini, tidak dibarengi dengan kebutuhan masa depan.
Hal ini terlihat dari terus meningkatnya jumlah populasi di Desa
Palurejo yang tidak diimbangi dengan ketersediaan prasarana,
sarana dan utilitas umum (PSU) menjadi kendala pokok, salah
satunya dalam peningkatan kualitas pemakaman bagi masyarakat
di Desa Palurejo.
Berbicara mengenai persoalan pemakaman umum di Desa
Palurejo, perlu adanya tindakan peningkatan kualitas pengelolaan
oleh pihak Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan
Pertanahan Kabupaten Barito Selatan untuk meningkatkan kualitas
TPU agar menjadi tertib dan nyaman. Diperkirakan tempat
pemakaman umum di Desa Palurejo ini terdapat ± 2 lokasi.
Sebagaimana termuat dalam Pasal 5 Ayat (2) Peraturan

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 1


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1987 Tentang


Penyediaan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat
Pemakaman Bahwa “Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum di
Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa berdasarkan Peraturan
Daerah Tingkat II yang bersangkutan”. Suatu kegiatan proyek
merupakan suatu siklus penilaian yang didasarkan atas 3
komponen: yaitu 1. Perencanaan 2.pelaksanaan dan pengendalian
3. pengawasan yang disebut sebagai suatu siklus manamemen.
Siklus manajemen tersebut akan merupakan proses terus menerus
selama proyek berjalan oleh karena itu pelaksanaan suatu proyek
akan berlangsung dalam suatu tatanan hubungan kompleks yang
selalu berubah-ubah (dinamis). Keberhasilan suatu proses dan
produk pelaksanaan sangat tergantung pada upaya dan tindakan
yang terkoordinasi dari berbagai satuan organisasi dan jabatan di
berbagai jenjang manajemen.
Berdasarkan kepentingan akan peningkatan/pembangunan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) di Desa Palurejo
Kecamatan Gunung Bintang Awai Kabupaten Barito Selatan tahun
2023, maka dilaksanakan lah pekerjaan Konsultansi Perencanaan
Arsitektur-Jasa Nasihat dan Pra Desain Arsitektural yaitu
Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman
Umum Palurejo.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud tujuan dan sasaran pekerjaan sebagai berikut :
- Maksud dari kegiatan konsultansi perencanaan arsitektur-jasa
nasihat dan pra desain arsitektural, perencanaan peningkatan
pembangunan pagar pemakaman umum Palurejo adalah
melaksanakan perencanaan teknis peningkatan pembangunan
pagar pemakaman umum yang lengkap dengan memperhatikan
aspek-aspek lainnya.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 2


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

- Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk dapat dihasilkan


rencana teknis pembangunan pagar pemakaman umum yang
terbaik, tepat atau sesuai dengan kondisi-kondisi permasalahan
yang ada, dalam batas-batas ekonomi pembiayan dan
pengaruh lingkungan yang layak. Sasaran dari Pekerjaan
perencanaan peningkatan pembangunan pagar pemakaman
umum Palurejo adalah melaksanakan pekerjaan pembuatan
perencanaan teknis sehingga tersedianya Dokumen
Perencanaan Teknis peningkatan pembangunan pagar
pemakaman umum Palurejo yang lengkap dan Dokumen
Pelelangan untuk penanganan perencanaan peningkatan
pembangunan pagar pemakaman umum Palurejo secara
bertahap sesuai kebutuhan dan ketersediaan dana.

1.3. Lingkup Perencanaan


Kerangka pelaksanaan pekerjaan perencanaan akan meliputi :
Perencanaan teknis peningkatan pembangunan pagar pemakaman
umum Palurejo lengkap, meliputi rencana konstruksi dan
kebutuhan peningkatan pembangunan pagar pemakaman umum
Palurejo, hingga penyusunan dokumen lelang.

1.4. Ringkasan Kegiatan Survey dan Desain


Prosedur survey dan desain dilaksanakan dengan merujuk
pada kegiatan yang akan dilaksanakan. Dilampirkan untuk
menguraikan mengenai proses lengkap dari survey permulaan
sampai pembuatan estimasi biaya dan persiapan dokumen lelang.
a. Survey Teknis
Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka
terlebih dahulu harus dilakukan survei teknis. Sasaran survei
teknis ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi
kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 3


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung


pada jenis infrastruktur yang akan dibangun. Seperti: Kondisi
fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah
(keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian
penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dan lain-lain.
Data-data atau informasi tersebut selanjutnya akan
dipergunakan dalam menentukan desain atau rancangan dan
gambar rencana bangunan yang akan dibangun. Pelaksanaan
survei ini dilakukan surveyor yang harus memahami teknik
survei mencakup: Jadwal, urutan kegiatan, cara pelaksanaan
dan hasil survei yang akan diperoleh; cara penggunaan formulir
survei dan cara penggunaan alat survei yang akan digunakan;
kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang
dibutuhkan, seperti : patok-patok, meteran, formulir suirvey,
peta, dll.
Pada kegiatan survei teknis ini, juga sekaligus membuat
dokumentasi/photo awal (0%) pada lokasi yang akan dibangun
Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang diambil/potret disesuaikan
dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur yang akan
dibangun, misalnya untuk Jalan/drainase/saluran irigasi/air
bersih perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal,
tengah dan ujung akhir atau tempat lain yang dianggap
penting). Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah
pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi
pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi, yaitu
kondisi 50% dan 100%.
Selain survei teknis prasarana juga perlu dilakukan survei
ketersediaan tenaga kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu
dalam pemilihan teknologi konstruksi yang akan dipergunakan
dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 4


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh


tenaga kerja setempat.
Secara umum komponen yang harus diperhatikan dalam
survey teknis antara lain :
- Pengumpulan Pengumpulan data Primer dan sekunder
(Primer : survey lokasi, sumber air, jalur jalan rencana, data
penduduk,. Data Sekunder : peta topografi, study pendahulu,
demografi;
- Luasan tanah/panjang jalan yang akan dibangun;
- Batas administrasi/batas topografi;
- Membuat Peta lokasi dan Gambar situasi;
- Kondisi fisik tanah permukaan/Geologi permukaan;
- Land use and land covering (penggunaan tanah dan tutupan
lahan);
- Tata ruang tanah / peruntukan tanah;
- Elevasi awal bangunan;
- Bahan Quary/timbunan/lokasi buangan tanah;
- Bahan lokal;
- Harga satuan bahan;
- Harga upah; dan
- Membuat dokumen foto awal.
b. Desain
Berdasarkan hasil Survei kondisi lapangan dimana bangunan
akan dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang
telah ditetapkan maka dipilih alternatif-alternatif
desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan
desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan
dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan
pekerjaan nanti. Bila bangunan yang dikehendaki cukup
kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat
perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 5


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

suatu konstruksi guna menjamin keamanan bangunan. Hasil


Desain ini kemudian dituangkan dalam Gambar- Gambar
teknik/gambar perencanaan.
Spesifikasi Teknis Dibuat untuk memberikan informasi lebih
lengkap mengenai persyaratan- persyaratan teknis dan
ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan/bangunan yang
ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan
dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara
garis besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis
pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran, persyaratan
material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus
diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).
c. Gambar-Gambar
Seperangkat gambar-gambar standard untuk pekerjaan yang
diperlukan akan disiapkan dan disusun selengkap mungkin
untuk mendukung teknis pelaksanaan konstruksi. Gambar-
gambar yang tersedia, tercantum pada daftar isi.
d. Volume Dan Perhitungan Biaya
Metode pengukuran kuantitas dan perhitungan biaya
didasarkan pada metode standard yang digunakan. Kuantitas
diperoleh dengan perhitungan skala atau planimeter dari
gambar-gambar rencana. Perhitungan biaya didasarkan pada
harga satuan yang diperoleh dari analisis biaya berdasarkan
data harga satuan upah dan bahan kabupaten. Biaya-biaya
upah tenaga dan biaya bahan ditetapkan kabupaten setempat
secara berkala. Biaya peralatan termasuk biaya
pengoperasian/biaya untuk menjalankan dan penyusutan,
sesuai dengan instruksi pemerintah.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 6


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN

2.1. Tinjauan Umum


Perencanaan merupakan tahapan yang terpenting dari
pembangunan suatu gedung atau bangunan yang lainnya. Tahap
perancangan melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata
letak, rancangan, metode konstruksi, dan taksiran biaya. Suatu
konstruksi yang dibangun harus memenuhi berbagai syarat
konstruksi yang telah ditentukan yaitu, kuat (kokoh), bentuk yang
serasi dan dapat dilaksanakan dengan biaya yang ekonomis tetapi
tidak mengurangi mutu dari konstruksi tersebut, sehingga dapat
digunakan sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Ada tiga aspek
yang harus diperhatikan perencana dalam melakukan analitis
struktur yakni beban, kekuatan bahan dan keamanan.
Konstruksi pagar merupakan klasifikasi dari infrastruktur jalan,
pembatas lahan tanah, pembatas negara dan sebagainya.
Berdasarkan material yang digunakan konstruksi pagar terbuat dari
besi, kayu, beton precast, bambu, dinding bata, pasangan batu kali,
bahkan ada juga pagar dibuat dari tanaman hidup. Pekerjaan
konstruksi pagar direncanakan dengan mempertimbangkan hal-hal
seperti Fasad (tampak) pagar di kombinasi dengan bangunannya,
keamanan dan privasi, kekuatan konstruksi pagar.

2.2. Klasifikasi Pagar


2.2.1. Definisi Pagar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pagar
merupakan sesuatu yang digunakan untuk membatasi
(mengelilingi, menyekat) pekarangan, tanah, rumah, kebun, dan
sebagainya. Fungsi pagar pada umumnya merupakan sebagai

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 7


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

pembatas kepemilikan suatu area yang bertujuan untuk melindungi


atau mengamankan apa yang ada di dalam area yang dikelilingi
oleh pagar tersebut, dari segala sesuatu yang berada di luar area
yang didirikan pagar. Fungsi pagar dalam kasus penelitian ini dapat
digunakan untuk pemagaran pada kawasan perindustrian,
kawasasn perumahan, kawasan perkebunan, batas tanah pribadi,
tanah pekarangan, batas wilayah jalan dan lain-lain.

2.2.2. Jenis Pagar


Di Indonesia pada umumnya diketahui berbagai jenis pagar
yang sudah familiar yang bisa dikategorikan sebagai berikut :
a. Pagar Kayu merupakan pagar yang terbuat dari bahan dasar
kayu
b. Pagar Bambu merupakan pagar yang terbuat dari bahan dasar
bamboo
c. Pagar Besi merupakan pagar yang terbuat dari bahan dasar
besi
d. Pagar Kawat merupakan pagar yang terbuat dari kawat berduri
e. Pagar Bata Merah merupakan pagar yang terbuat dari bahan
dasar batu bata merah
f. Pagar Batako merupakan pagar yang terbuat dari bahan dasar
batako
g. Pagar Beton Precast merupakan pagar yang terbuat dari bahan
dasar beton precast
h. Pagar Seng merupakan pagar yang terbuat dari bahan dasar
seng.
Dalam laporan ini akan dijabarkan pengertian atau definisi dari
pagar beton precast dan pagar batako konvensional sebagai
berikut.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 8


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

2.2.2.1. Definisi Pagar Beton Precast


Pagar beton precast dengan sistem knock down
merupakan jenis elemen beton pracetak yang berupa
pagar. Jenis elemen ini masing-masing diproduksi dengan
berbagai bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan
desain yang telah direncanakan. Pagar beton precast
memiliki sistem pemasangan berupa sistem knock down
(bongkar pasang) dapat dikerjakan dengan cepat walau
kondisi lahan relatif sulit.
Pagar beton precast yang di desain dengan material
parsial (kolom dan panel), maka produk ini menjadi relatif
ringan, dan mudah dibawa ke area yang sulit, dengan
sistem yang sederhana, pagar panel beton bisa dipasang
oleh siapapun tanpa perlu keahlian khusus, terlebih lagi
bila ada perubahan material pagar beton ini bisa dilepas
kembali, untuk kemudian dipasang lagi di tempat lain
dengan hanya sedikit kerusakan di materialnya karena
pemasangan di awal.

Gambar 2.2.2.1 Pagar Betom Precast Sistem Knock Down

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 9


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

2.2.2.2. Definisi Pagar Batako Konvensional


Batako adalah salah satu bahan bangunan yang
berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar
dengan bahan campuran yang berupa pasir, semen, air
dan dalam pembuatan tambahan lainnya dapat
ditambahkan dengan bahan lainnya (adictive). Pembuatan
batako dilakukan pencetakan sehingga menjadi bentuk
balok atau yang lainnya dengan ukuran tertentu dimana
proses pengerasannya tanpa melalui tanpa pembakaran
yang digunakan sebagai bahan pasangan untuk dinding.
Mutu pada batako sangat dipengaruhi oleh komposisi dari
penyususn-penyusunnya disamping itu dipengaruhi oleh
cara pembuatannya yaitu melalui proses manual (cetak
tangan) dan press mesin. Perbedaan dari proses
pembuatan ini dapat dilihat dari kapadatan
permukaannya. Batako terdiri dari berbagai bentuk dan
ukuran. Istilah batako berhubungan dengan bentuk
persegi panjang yang digunakan untuk dinding beton.
Batako dapat digolongkan menjadi dua kelompok: batako
padat batako berlubang.

Gambar 2.2.2.2. Pagar Batako Konvensional

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 10


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

2.2.3. Biaya Proyek


Biaya proyek adalah biaya yang dikeluarkan untuk
kelangsungan dan pencapaian tujuan suatu proyek. Biaya yang
dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan sebelum dan pada saat
pelaksanaan serta setelah proyek tersebut selesai atau dengan
kata lain biaya yang di keluarkan selama proses kegiatan proyek.
(allan asworth, 1994, TA bambang budhiono, 99). Berdasarkan
hubungannya dengan pelaksanaan suatu proyek, biaya proyek
dibedakan dalam dua kelompok biaya sebagai berikut : a. Biaya
langsung (direct cost), b. Biaya tak langsung (indirect cost).
2.2.3.1. Biaya Langsung
Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung adalah
biaya yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan
pekerjaan proyek kontruksi atau biasa disebut biaya fisik
proyek. Biaya suatu proyek sendiri dibagi atas 3 :
a. Biaya bahan atau material
b. Biaya upah tenaga kerja
c. Biaya alat dan peralatan.
2.2.3.2. Biaya Bahan dan Material
Biaya material adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian material dan biaya pemindahannya ke lokasi
pekerjaan. Pekerjaan pemindahan ini meliputi bongkar,
muat, pengangkutan dan penyimpanan. Biaya material
merupakan unsur bahan yang meliputi komponan pokok
dan komponen penunjang dan material yang digunakan.
Hal-hal yang berkaitan dengan biaya material antara lain :
1. Harga material material yang digunakan pada proyek
bangunan kontruksi terbagi atas beberapa jenis sesuai
dengan fungsi dan karakteristiknya, sehingga harganya
akan berlainan. 2. Pengelolahan material pengelolahan
material yang dimaksud adalah pematangan atau

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 11


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

perlakuan tertentu agar material tersebut siap ketika


dibutuhkan, seperti perawatan dan penyimpanan material
sebelum digunakan. 3. Pengangkutan material
Pengangkutan ini dimaksud sebagai proses pengangkutan
material ke tempat pelaksanaan pekerjaan. Biasanya
pengangkutan material dilakukan dengan tenaga manusia
ataupun pengunaan alat berat.
2.2.3.3. Biaya Tenaga Terja (Upah)
Secara umum pasaran tenaga kerja dipengaruhi dua
hal utama, yaitu indeks biaya hidup dan kehidupan. Dalam
perhitungan biaya tenaga kerja, ada dua faktor yang perlu
diperhatikan. Yang pertama adalah uang atau harga yang
berkaitan dengan upah per hari atau per jam, tunjangan
tambahan, dan asuransi keselamatan.
Faktor kedua adalah produktifitas yaitu banyak
pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh seorang pekerja
dalam suatu periode waktu yang sudah ditentukan (per-
hari atau per-jam). Sehingga dari itu biaya tenaga kerja ini
dibedakan atas : a. Upah harian, b. Upah borongan, c.
Upah berdasarkan produktivitas.
2.2.3.4. Biaya Peralatan
Beberapa unsur yang terdapat dalam biaya
peralatan ini antara lain adalah sewa (bila menyewa),
biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator,biaya
mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.
Peralatan suatu proyek kontruksi sendiri meliputi berbagai
jenis alat ringan dan alat berat atau mesin. Peralatan ini
ada yang dapat dipakai sekali dan ada pula yang dapat
dipakai untuk proyek berikutnya. Biaya yang dibutuhkan
alat berat jauh lebih besar dibandingkan dengan alat

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 12


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

ringan. Oleh karena itu penentuan biaya perlatan


didasarkan pada biaya produksi suatu proyek.
2.2.3.5. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tak langsung adalah biaya yang diperlukan
untuk proses pengembangan proyek yang tidak menjadi
instalasi atau produk permanen/fisk proyek. Biaya tak
langsung sendiri merupakan biaya yang tidak berkaitan
langsung dengan pelaksanaan pekerjan. (PPT, estimasi
biaya kontruksi) Biaya tak langsung antara lain : a. Gaji
dan tunjangan manajemen, engineers, inspektor, dsb, b.
Kendaraan dan peralatan kontruksi, termasuk bahan
bakar dan suku cadangnya yang tidak langsung untuk
pembuatan fisik proyek,Pembuatan fasilitas sementara
proyek ( kantor proyek, gudang, listrik, komunikasi, air,
dsb, c. Fee atau konfigurasi laba.

2.2.4. Produktivitas
Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dengan
input, atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya
yang digunakan. Dalam proyek kontruksi, rasio produktivitas adalah
nilai yang diukur selama proses kontruksi. hubungan antara
produktivitas dengan keluaran atau masukan pada pekerjaan
pemagaran. Keluaran berupa satuan pekerjaan dan masukan
berupa jumlah tenaga kerja. Secara umum, menurut penelitian
kaming pada tahun 1997, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi produktivitas proyek yaitu :
a. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor : disain rekayasa,
metoda konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja.
b. Manajemen lapangan terdiri atas faktor : perencanaan dan
penjadwalan tata letak lapangan, manajemen material, alat dan
tenaga kerja.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 13


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

c. Lingkup kerja, terdiri atas faktor : keselamatan kerja, lingkungan


fisik, kualitas pengawasan keamanan kerja dan latihan kerja.
d. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja,
pembagian keuntungan, dan hubungan kerja antar pekeja.
2.2.4.1. Produktivitas Tenaga Kerja
Pada pengukuran produktivitas tenaga kerja
digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja per-
hari yaitu diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat
dihasilkan oleh tenaga kerja dalam satuan hari. Secara
umum produktivitas tenaga kerja merupakan indeks yang
didapat oleh suatu rasio atau perbandingan antara
pengeluaran dan masukan.
Pada pengerjaan pemagaran pada proyek yang
akan ditinjau, yang dimaksud dengan keluaran (output)
adalah volume pasang pagar beton precast dan pagar
batako konvensional dalam pekerjaan pemagaran yang
dapat dihasilkan. Sedangkan masukan (input) adalah
waktu yang diperlukan seorang tenaga kerja atau satu
kelompok untuk menyelesaikan volume pekerjaan
pemagaran pagar beton precast dan pagar batako
konvensional dalam pekerjaan pemagaran tersebut.
Sehingga dari itu dapat terlihat keterkaitan antara
produktivitas yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan
dengan jam kerja, hubungan keduanya dapat dilihat pada
rumus 3.1 dibawah ini :

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 14


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

2.2.4.2. Hubungan Produktivitas Dengan Waktu Pelaksanaan


Pekerjaan
Waktu pelaksanaan suatu proyek ditentukan oleh
volume suatu pekerjaan dibagi dengan produktifitasnya.
Dalam hal ini untuk mengetahui waktu atau durasi
pekerjaannya kita harus terlebih dahulu mengetahui
volume pekerjaan melalui gambar serta produktifitas
dalam setiap item pekerjaan. Produktifitas pekerjaan
khususnya untuk pekerjaan pemagaran dipengaruhi oleh
waktu, jumlah tukang dan volume pekerjaan pemagaran
itu sendiri. Produktifitas pekerjaan pemagaran berbanding
lurus dengan volume hasil pekerjaan yang didapat serta
berbanding terbalik dengan waktu dan jumlah tukang yang
digunakan pada pekerjaan tersebut. Dengan kata lain
semakin besar volume hasil pekerjaan yang didapat maka
semakin kecil waktu yang ditempuh seorang tukang
pekerjaan pemagaran dalam melakukan kegiatannya,
maka produktifitas yang akan dihasilkan semakin besar.
Pada dasarnya seorang pekerja tidak mampu
membebani lebih dari 30% tenaga maksimumnya selama
tujuh jam sehari. Pembebanan yang berlebihan atau
lingkugan kerja yang kurang nyaman bagi manusia normal
harus diimbangi oleh pengurangan jam kerja dan istirahat
yang cukup untuk memulihkan tenaga. Sehingga dari itu
dapat terlihat keterkaitan antara waktu dan produktifitas,
hubungan keduanya dapat dilihat pada rumus 3.2 dibawha
ini :

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 15


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

2.2.4.3. Asumsi Perhitungan Pekerjaan Plesteran


Berdasarkan kutipan Tugas Akhir dari Emilio Pascoal
(2017) tentang “ Analisis Produktivitas Jumlah Tenaga
Kerja Pada Pekerjaan Plesteran Dinding Dengan Metode
Work Study” didapatkan kelompok kerja paling optimal
yang dapat diterapkan di lapangan adalah dengan
komposisi 1:2 yaitu 1 tukang dengan 2 pembantu tukang
(helper), karena mempunyai tingkat produktivitas yang
tinggi namun dengan harga yang relatif murah. Kelompok
kerja yang paling optimal dapat menghasilkan volume
pekerjaan sebesar 21,29m2 sedangkan berdasarkan
Permen PU hanya sebesar 6,67m2 dalam 1 hari kerja.
Sedangkan untuk perhitungan pekerjaan plesteran
menggunakan ketentuan berdasarkan SNI 2837- 2008
“tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran
untuk konstruksi bangunan gedung dan perumamahan”
didapatkan perhitungan untuk membuat 1 m² plesteran
1PC:1PP , tebal 15 mm , untuk bahan yaitu PC = 15,504
KG , PP = 0,016 M³ dan untuk tenaga kerja yaitu pekerja =
0,300 OH, Tukang Batu = 0,150 OH, Kepala Tukang =
0,015 OH, Mandor = 0,015 OH.

2.2.4.4. Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Waktu penyelesaian pekerjaan pemagaran dengan
mengunakan pagar beton precast dan pagar batako
konvensional adalah durasi waktu yang ditempuh dalam
menyelesaikan semua volume pekerjaan dengan kata lain
bahwa waktu penyelesaian pekerjaan pemagaran adalah
jumlah total pekerjaan yang mengunakan pagar beton
precast dan pagar batako konvensional dibagi dengan

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 16


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

rata-rata produktivitas rill per hari pekerjaan pagar beton


precast dan pagar batako konvensional.
Keterangan :
T = waktu penyelesaian pekerjaan ( hari )
Vt = pekerjaan pasang (m2 )
Pe = produktivitas rill per hari pekerjaan (m2 /hari)

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 17


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

BAB III
PROFIL LOKASI PEKERJAAN

3.1. Letak geografi


Kabupaten Barito Selatan adalah salah satu kabupaten di
provinsi Kalimantan Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di
Buntok. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 8.830 km² dan
berpenduduk kurang lebih sebanyak 135.027 jiwa. Motto kabupaten
ini adalah "Dahani dahanai tuntung tulus". Secara geografis
Kabupaten Barito Selatan terletak pada posisi membujur atau
memanjang sungai Barito dengan letak Astronomis 1° 20’ Lintang
Utara – 2° 35’ Lintang Selatan dan 114° – 115° Bujur Timur.
Perbatasan Kabupaten Barito Selatan adalah :
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Barito Utara.
2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Barito Timur.
3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara
(Provinsi Kalimantan Selatan).
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Kapuas.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 18


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

Gambar 3.1. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Barito Selatan

3.2. Luas dan Kondisi Geografis


Kabupaten Barito Selatan terdapat 6 kecamatan dengan luas
wilayah 8.830 Km². Ke-enam kecamatan yang menjadi bagian
Kabupaten Barito Selatan tersebut adalah :
1. Kecamatan Jenamas, dengan luas wilayah 708 km² (08,02%
Dari Luas Kabupaten Barito Selatan)

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 19


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

2. Kecamatan Dusun Hilir, dengan luas wilayah 2.065 km²


(23,39% Dari Luas Kabupaten Barito Selatan.
3. Kecamatan Karau Kuala, dengan luas wilayah 1.099 km²
(12,45% Dari Luas Kabupaten Barito Selatan)
4. Kecamatan Dusun Selatan, dengan luas wilayah 1.829 km²
(20,71% Dari Luas Kabupaten Barito Selatan)
5. Kecamatan Dusun Utara, dengan luas wilayah 1.196 km²
(13,54% Dari Luas Kabupaten Barito Selatan)
6. Kecamatan Gunung Bintang Awai, dengan luas wilayah 1.933
km² (21,89% Dari Luas Kabupaten Barito Selatan)

3.3. Lokasi Proyek


Lokasi rencana pekerjaan yang dilaksanakan oleh konsultan
perencanaan arsitektur-jasa nasihat dan pra desain arsitektural :
- perencanaan peningkatan pembangunan pagar pemakaman
umum di Desa Palurejo Kecamatan Gunung Bintang Awai
Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.

Gambar 3.3. Citra Satelit Lokasi Pekerjaan

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 20


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

BAB IV
KONSEP DAN METODE PERENCANAAN

4.1. Konsep Beton


Berdasarkan SNI 03–2847–2002, yang dimaksud dengan:
1) Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan
atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat; agregat
alam yang pecah; batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir.
2) Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200-
2500) kg/m2 menggunakan agregat alam yang dipecah atau
tanpa dipecah.
3) Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
industri dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,00 mm.
4) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm-40
mm.
5) Kuat tekan beton yang disyaratkan f’c adalah kuat tekan
yang ditetapkan oleh perencana struktur (berdasarkan benda
uji berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm).
Dalam PBI 1971 sampel beton berupa sampel kubus ukuran
15x15x15 cm3 , bila dikonversikan ke sample silinder 15×30
cm3, maka konversinya f’c=0,83 K.g, nilai K adalah tegangan
beton karakteristik pada PBI 1971, sedangkan g adalah
gravitasi senilai 0,0981 cm/det 2 . Misalnya untuk mutu beton
K-175 bila disetarakan dengan f’c dalam SNI 03–2847–2002
menjadi f’c= 0,83. 175.0,0981 = 14 MPa.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 21


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

6) Kuat tekan beton yang ditargetkan F’c adalah kuat tekan rata
rata yang diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari F’c.
7) Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampurkan ke dalam
beton untuk mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air
yang terserap oleh agregat.
8) Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air
bebas dan berat semen dalam beton.
9) Slump adalah salah satu unsur kekentalan adukan beton
dinyatakan dalam mm ditentukan dergan alat kerucut Abram
(SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump Beton
Semen Port land).
10) Pozolan adalah bahan yang mengandung silika amorf, apabila
dicampur dergan kapur dan air akan membentuk benda padat
yang keras dan bahan yang tergolong pozolan adalah tras,
semen merah, abu terbang dan bubukan terak tanur tinggi.
11) Semen Portland-pozolan adalah campuran semen portland
dengan pozolan artara 15%-40% berat total campuran dan
kandungan SiO2 + AllO3 + FeO3 dalam pozolan minimum
70%.
12) Bahan tambah adalan bahan yang dtambahkan pada
campuran bahan pembuatan beton untuk tujuan tertentu.

4.1.1. Persyaratan Umum


Persyaratan umum yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1) Proporsi campuran beton harus menghasilkan beton yang
memenuhi persyaratan berikut:
- Kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton
(penuangan, pemadatan, dan perataan) dengan mudah
dapat mengisi acuan dan menutup permukaan secara
serba sama (homogen);
- Keawetan;

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 22


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

- Kuat tekan; dan


- Ekonomis.
2) Beton yang dibuat harus menggunakan bahan agregat normal
tanpa bahan tambah.

4.1.2. Persyaratan Teknis


4.1.2.1. Pemilihan Proporsi Campuran
Pemilihan proprosi campuran beton harus dilaksanakan
sebagai berikut:
1) Perhitungan perencanaan campuran beton harus
didasarkan pada data sifat-sifat bahan yang akan
dipergunakan dalam produksi beton;
2) Susunan campuran beton yang diperoleh dari
perencanaan ini harus dibuktikan melalui campuran
coba yang menunjukkan bahwa proporsi tersebut
dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.
3) Rencana campuran beton ditentukan berdasarkan
hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen;
4) Untuk beton dengan nilai fc hingga 20 MPa
pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada
perbandingan berat bahan;
5) Untuk beton nilai f'c hingga 20 MPa pelaksanaan
produksinya boleh menggunakan perbandingan
volume. Perbandingan volume bahan ini harus
didasarkan pada perencanaan proporsi campuran
dalam berat yang dikonversikan ke dalam volume
melalui berat isi rata-rata antara gembur dan padat
dari masing-masing bahan.
4.1.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam perencanaan harus
mengkuti persyaratan berikut:

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 23


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

a. Bila pada bagian pekerjaan konstruksi yang berbeda


akan digunakan bahan yang berbeda, maka setiap
proporsi campuran yang akan digunakan harus
direncanakan secara terpisah;
b. Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan
yang akan digunakan dalam pekerjaan yang
diusulkan.
1) Air
Air yang dapat digunakan dalam proses
pencampuran beton menurut SK SNI 03-2847-2002
adalah sebagai berikut:
 Air yang digunakan pada campuran beton harus
bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang
mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan
organik, atau bahan-bahan lainnya yang
merugikan terhadap beton atau tulangan.
 Air pencampur yang digunakan pada beton
prategang atau pada beton yang di dalamnya
tertanam logam aluminium, termasuk air bebas
yang terkandung dalam agregat, tidak boleh
mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
 Air yang tidak dapat diminum tidak boleh
digunakan pada beton, kecuali pemilihan proporsi
campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang
sama dan hasil pengujian pada umur 7 dan 28
hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum
harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya
sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 24


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

dibuat dengan air yang dapat diminum.


Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan
“Metode uji kuat tekan untuk mortar semen
hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan
ukuran sisi 50 mm)” (ASTM1 C 109).
2) Semen
Semen harus memenuhi SNI 15-2049-1994 tentang
semen Portland:
 Semen Portland Tipe I, adalah semen Portland
untuk penggunaan umum tanpa persyaratan
khusus.
 Semen Portand Tipe II, adalah semen Portland
yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan kalor hidrasi
sedang.
 Semen Portland Tipe III, adalah semen Portland
yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah
pengikatan terjadi.
 Semen Portland Tipe IV, adalah semen Portland
yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
 Semen Portland Tipe V, adalah semen Portland
yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
Semen adalah bahan yang mudah berubah
kondisinya karena pengaruh waktu, cara
penyimpanan, dan kondisi tempat dimana semen
disimpan. Kesalahan yang umum terjadi adalah:

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 25


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

 Semen disimpan di tempat yang lembab;


 Jarak penempatan semen dari lantai
tembok/tanah atau dinding tembok terlalu dekat;
 Tumpukan zak semen lebih dari 10 zak;
 Jarak antar tumpukan menimbulkan perputaran
udara;
 Lama penyimpanan semen lebih dari 2 bulan;
 Penggunaan semen yang masih panas.
3) Agregat
merupakan material granular: pasir, krikil, batu
pecah, dan kerak tungku pijar yang dipakai bersama-
sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik
(SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung).
a. Agregat Halus: Menurut SNI-03-2847-2002,
agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
Persyaratan agregat halus secara umum adalah
sebagai berikut:
- Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan
keras.
- Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat
kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan
jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat
maksimum bagian yang hancur adalah 10%
berat.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 26


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

- Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur


lebih dari 5% (terhadap berat kering), jika kadar
lumpur melampaui 5% maka pasir harus di
cuci.
Menurut SNI 03-2461-1991, agregat halus
memiliki modulus kehalusan atau finess modulus
(FM) yang berada di kisaran antara 1,5 s/d 3,8.
b. Agregat Kasar: Menurut SNI-03-2847-2002,
agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu
dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai
40 mm. Dalam penggunaannya harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
- Butir-butir keras yang tidak berpori serta
bersifat kekal yang artinya tidak pecah karena
pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan
hujan.
- Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%,
apabila melebihi maka harus dicuci lebih dahulu
sebelum menggunakannya.
- Tidak boleh mengandung zat yang dapat
merusak batuan seperti zatzat yang reaktif
terhadap alkali.
- Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat
digunakan apabila jumlahnya tidak melebihi
20% dari berat keseluruhan.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), sifat agregat yang
paling berpengaruh terhadap kekuatan beton
adalah kekasaran permukaan dan ukuran
maksimumnya.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 27


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

Pada agregat dengan permukaan kasar akan


terjadi ikatan yang baik antara pasta semen
dengan agregat tersebut. Pada agregat berukuran
besar luas permukaanya menjadi lebih sempit
sehingga lekatan dengan pasta semen menjadi
berkurang.
Menurut SNI 03-2461-1991, agregat kasar
memiliki modulus kehalusan atau finess modulus
(FM) yang berada di kisaran antara 6,0 s/d 7,1.

Gambar 3.b Agregat kasar

4.1.2.3. Pemadatan Beton


Kekuatan beton setelah mengeras juga dipengaruhi
oleh pencapaian derajat kepadatan beton ketika
dipadatkan. Tujuan pemadatan sendiri adalah
menghilangkan/ meminimalkan ronga-ronga udara dalam
beton yang umumnya dilakukan dengan cara
penggetaran namun dengan tetap menjaga kondisi
homogenitas.
Kesalahan-kesalahan umum yang terjadi antara lain:
- Alat pemadat tidak memadai baik dari segi jumlah
ataupun kondisi;

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 28


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

- Penggetaran terlalu singkat atau terlalu lama. Jika


terlalu singkat maka tidak akan menghasilkan
kepadatan yang maksimal, sedangkan bila terlalu
lama akan berakibat terjadinya segregasi;
- Cara penggetaran tidak benar.
4.1.2.4. Perawatan Beton/Curing
Perawatan beton, bertujuan untuk menjaga supaya
beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai
tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera
setelah proses finishing beton selesai dan waktu total
setting tercapai.
Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah:
memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk
bahan tambahan atau pengganti supaya dapat
berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang
diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak
terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat
kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak
seragam, sehingga dapat menyebabkan retak.
Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan
segera setelah beton mengalami atau memasuki fase
hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau
setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama
durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan
terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi
senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton
Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari:
- Jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan,
termasuk bahan tambahan atau pengganti yang
dipakai;

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 29


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

- Jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang


dilaksanakan;
- Kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau
lokasi pekerjaan;
- Penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat
tekan karakteristik beton (28 hari atau selain 28 hari,
tergantung dari spesifikasi yang ditentukan oleh
konsultan perencana/desain).
Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan
beton berpengaruh pada:
- Mutu/kekuatan beton (strength);
- Keawetan struktur beton (durability);
- Kekedapan air beton (water-tightness);
- Ketahanan permukaan beton, misal terhadap keausan
(wear resistance);
- Kestabilan volume, berhubungan dengan susut atau
pengembangan (volume stability: shrinkage and
expansion)
Beberapa peraturan menetapkan acuan pelaksanaan
curing/perawatan beton, yang sama-sama bertujuan
untuk menjaga dan menjamin mutu pelaksanaan
pembetonan.
Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk
curing/perawatan beton di lapangan, antara lain:
- Membasahi permukaan beton secara berkala dengan
air supaya selalu lembab selama perawatan (bisa
dengan sistem sprinkler supaya praktis).
- Merendam beton dengan air (dengan penggenangan
permukaan beton).
- Membungkus beton dengan bahan yang dapat
menahan penguapan air (misal plastik, dsb.)

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 30


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

- Menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat


mengurangi penguapan air dan dibasahi secara
berkala (misal dengan plastik berpori atau nonwoven
geotextile dan disiram secara berkala selama
perawatan).
- Menggunakan material khusus untuk perawatan beton
(curing compound).
SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama:
• 7 (tujuh) hari untuk beton normal.
• 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal
tinggi.
ACI2 318 mensyaratkan curing dilakukan: sampai
tercapai min 70% kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’)
ASTM C-150 mensyaratkan:
• Semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari.
• Semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari.
• Semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari.
• Semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari

4.1.3. Kesalahan Umum Dalam Pekerjaan Beton


4.1.3.1. Rancangan Campuran (Mix Design)
Kriteria mutu basah adukan beton segar, bahkan
untuk suatu tingkat ketidaksesuaian yang cukup berarti
antara kondisi contoh bahan dengan material yang
sesungguhnya dapat berakibat fatal pada mutu beton
keras yang dihasilkan. Oleh karena itu contoh bahan
untuk keperluan pengujian di laboratorium harus diambil
dengan teknik pengambilan contoh secara benar
mengikuti SNI.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 31


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

4.1.3.2. Cara Pengecoran


Sering terjadi, adukan beton yang sudah memenuhi
syarat homogenitas saat keluar dari mixer tapi kemudian
berubah menjadi segregasi (terjadi pemisahan butiran
kasar dari mortar) setelah berada di bagian-bagian
dimana adukan beton dicorkan. Hal itu dimungkinkan oleh
kesalahan-kesalahan sebagai berikut:
1. Cara menempatkan adukan beton yang tidak benar
dan tinggi jatuh pengecoran lebih dari 1,5 m terutama
untuk adukan beton dengan slump yang besar. Bila
hal ini dilakukan, maka adukan beton akan mengalami
segregasi.
2. Menempatkan adukan beton dalam satu tumpukan
kemudian menyebarkannya/meratakannya dengan
cara didorong oleh vibrator. Bila hal ini dilakukan,
maka adukan beton akan mengalami segregasi.

4.2. Perkembangan Metode Perencanaan Beton Bertulang


Beberapa kajian awal yang dilakukan pada perilaku elemen
struktur beton bertulang telah mengacu pada teori kekuatan batas,
misalnya teori lentur Thullie tahun 1897 dan teori distribusi
tegangan parabolik yang disampaikan Ritter pada tahun 1899.
Meskipun demikian pada era 1900-an teori garis lurus (elastik)
yang disampaikan oleh Coignet dan Tedesco lebih diterima,
dengan alasan teori ini sejalan dengan metode-metode
perencanaan konvensional yang telah diterapkan pada berbagai
jenis bahan bangunan lainnya. Selain itu, penggunaan metode
distribusi tegangan garis lurus akan membutuhkan pendekatan
matematis yang lebih sederhana. Alasan pendukung lainnya
mengemukakan bahwa berbagai hasil penelitian dan pengujian
menunjukkan bahwa penerapan teori elastik dengan pemilihan nilai

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 32


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

tegangan ijin yang tepat dapat mengantarkan perilaku struktur yang


memuaskan pada saat menanggung beban kerja dengan selang
keamanan yang mencukupi. Berbagai alasan itulah yang
menyebabkan teori elastik menjadi dasar perencanaan struktur
beton bertulang selama beberapa dekade.
Ketertarikan terhadap penerapan metode kekuatan batas
muncul kembali pada tahun 1950-an. Setelah lebih dari setengah
abad mendapatkan berbagai pengalaman praktis yang dipadukan
dengan hasil pengujian laboratorium, pengetahuan tentang perilaku
struktur beton semakin bertambah, sehingga berbagai keterbatasan
pada penerapan metode elastik menjadi lebih diketahui. Selama
masa tersebut metode elastik dijadikan sebagai dasar perencanaan
struktural yang pada akhirnya justru menunjukkan bahwa
seharusnya perencanaan struktur beton bertulang lebih cocok
menggunakan dasar perilaku inelastik beton dan baja tulangan.
Mulai saat itulah metode kekuatan batas dapat diterima sebagai
metode perencanaan alternatif sebagaimana dinyatakan dalam
peraturan perencanaan beton bertulang yang dikeluarkan American
Concrete Institute (ACI) tahun 1956 di Amerika, diikuti oleh
lembaga yang berwenang di Inggris pada tahun 1957. Konsep-
konsep yang menjadi dasar berkembangnya kedua metode
tersebut dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut.

4.2.1. Metode Tegangan Kerja (Teori Elastik)


Potongan penampang pada eleman struktur direncanakan
dengan asumsi adanya hubungan tegangan-regangan secara
linear (berbentuk garis lurus), untuk memastikan bahwa pada saat
beban bekerja maka tegangan yang terjadi pada baja tulangan dan
beton tidak melampaui tegangan-tegangan ijin yang
diperkenankan. Besarnya tegangan ijin ditentukan berdasarkan
kekuatan tekan ultimate beton dan kuat leleh baja dengan suatu

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 33


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

nilai proporsi yang telah ditentukan. Misalnya, pada material beton


yang menerima tegangan tekan akibat bekerjanya momen lentur
diberikan batasan tegangan ijin sebesar 45% dari kuat tekan
silinder beton yang dihasilkan.

4.2.2. Metode Kekuatan Batas (Ultimate Strength Design)


Penampang melintang pada elemen struktur direncanakan
dengan memperhitungkan perilaku regangan inelastik sampai
dicapai batas maksimum kekuatan material (kekuatan beton
diperhitungkan sampai batas kuat tekan ultimate, dan baja tulangan
diperhitungkan sampai dicapai tegangan leleh). Alasan-alasan yang
menjadi dasar berkembangnya metode kekuatan batas antara lain:
- Penampang beton bertulang memiliki perilaku inelastik pada
intensitas beban yang besar, sehingga teori elastik tidak dapat
memperkirakan batas kemampuan sesungguhnya yang dimiliki
oleh elemen tersebut.
- Metiode kekuatan batas memungkinkan pemilihan faktor beban
secara lebih rasional. Pada jenis beban yang besarnya dapat
diketahui secara pasti diberikan nilai faktor beban yang lebih
kecil seperti halnya beban mati, sedangkan pada jenis beban
yang besarnya tidak dapat ditentukan secara pasti diberikan
nilai faktor beban yang lebih besar misalnya beban hidup.
- Diagram tegangan-regangan beton bersifat nonlinear dan
bergantung waktu. Seperti halnya regangan akibat rangkak
yang muncul sebagai akibat bekerjanya beban secara terus
menerus, regangan rangkak dapat bernilai beberapa kali lebih
besar daripada regangan elastik awal. Dengan demikian, nilai
rasio modular (rasio antara modulus elastisitas baja terhadap
beton) yang dipergunakan pada metode tegangan keja hanya
merupakan suatu taksiran kasar. Regangan rangkak dapat
mengakibatkan redistribusi tegangan pada penampang beton

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 34


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

secara signifikan, yang berarti tegangan aktual yang terjadi


pada masa layan sudah tidak sesuai lagi dengan tegangan
yang dihitung pada saat perencanaan.
- Perencanaan dengan metode kekuatan batas telah
memperhitungkan kekuatan cadangan yang muncul pada saat
dicapai fase inelastik.
- Metode kekuatan batas dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan tulangan berkekuatan tinggi, dan memperkecil
dimensi balok tanpa membutuhkan tulangan tekan.
- Metode kekuatan batas memungkinkan para perencana untuk
memperhitungkan daktilitas struktur pada fase pasca elastik
yang sangat bermanfaat dalam perencanaan struktur tahan
gempa.

4.2.3. Metode kekuatan dan kemampuan layan (strength and


seviceability)
Setelah kedua metode perencanaan diatas dikembangkan
dan diterapkan di lapangan, muncul kesadaran bahwa
perencanaan beton bertulang yang ideal perlu menggabungkan
berbagai asumsi rasional yang dikembangkan dalam metode
tegangan kerja maupun kekuatan batas. Hal ini sangat diperlukan
mengingat jika suatu penampang murni direncanakan dengan
metode kekuatan batas, maka ditinjau dari faktor beban struktur
tersebut tergolong aman, tetapi pada saat layan sangat
dimungkinkan munculnya defleksi dan retak-retak yang dapat
membahayakan struktur. Untuk memperoleh hasil perencanaan
yang memuaskan, lebar retak dan defleksi haruslah dikontrol untuk
memastikan masih dalam rentang aman yang rasional. Prosedur
inilah yang terkait erat dengan penggunaan teori elastik.
European Concrete Committee mulai memperkenalkan
konsep perencanaan keadaan batas (limit state design) pada tahun

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 35


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

1964, metode ini mempersyaratkan bahwa perencanaan struktur


harus mengacu pada beberap kondisi batas. Batasanbatasan
utama yang harus diperhatikan antara lain: kekuatan pada saat
bekerjanya beban ultimate, defleksi pada saat layan, dan retak
yang terjadi saat bekerjanya beban layan. Metode ini memperoleh
sambutan positif di berbagai negara, pada konsepnyanya teori
kekuatan batas lebih digunakan sebagai dasar perencanaan
penampang sedangkan teori elastik digunakan untuk memastikan
kemampuan layan. Konsep ini diaterima secara resmi oleh
American Concrete Institute pada tahun 1971 dan terus
dikembangkan hingga saat ini dengan istilah metode kekuatan dan
kemampuan layan (strength and serviceability design method),
yang juga dijadikan sebagai acuan dasar perencanaan struktur
beton bertulang dalam SNI 03-2847-2002.

4.3. Selang Keamanan Ditinjau dari Aspek Kekuatan


Dalam proses perencanaan perlu diperhatikan aspek
keamanan dari segi kekuatan. Dalam SNI 03-2847-2002 aspek ini
dituangkan dalam ketentuan perencanaan berikut:

4.3.1. Faktor beban


Faktor beban dipergunakan untuk memastikan tingkat
keamanan yang mencukupi jika muncul peningkatan beban layan
dari nilai beban yang diperhitungkan dalam perencanaan. Faktor
beban juga dimaksudkan untuk menghindari besarnya defleksi
secara berlebihan. Besarnya faktor beban bervariasi sesuai
dengan jenis beban yang bekerja, semakin tinggi tingkat
kepastian hitungan nilai beban yang bekerja maka akan semakin
kecil faktor beban yang diberikan, misalnya beban mati memiliki
tingkat kepastian yang lebih tinggi dari beban hidup dengan
demikian nilai faktor beban mati akan lebih kecil dari faktor beban

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 36


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

hidup. Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur


beton harus memenuhi kuat perlu (U) mampu memikul semua
kombinasi pembebanan di bawah ini:

Keterangan:
D adalah beban mati akibat berat konstruksi, termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan
tetap
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan
gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain
A adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama
perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama
penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
R adalah beban hujan, tidak termasuk akibat genangan air
W adalah beban angina
E adalah beban gempa, dihitung menurut SNI 03-1726-2002,
Dengan;

 Nilai YL boleh diambil sebesar 0,5 sebagai faktor beban L di


dalam kombinasi pembebanan pada persamaan 2-3, dan 2-5,
kecuali untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk
pertemuan umum, dan semua daerah di mana beban hidup
lebih besar dari pada 5 kPa nilai YL harus diambil sama

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 37


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

dengan 1,0.

 Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan


dalam perencanaan, maka pada Pers. (2-2) ditambahkan 1,6H,
kecuali bahwa pada keadaan di mana D atau L mengurangi
pengaruh H, maka nilai U maksimum ditentukan dengan
mengganti 1,2D pada Pers. (2-2) dengan 0,9D, dan nilai L
diambil sama dengan nol. Untuk setiap kombinasi dari D, L,
dan H, nilai kuat perlu U tidak boleh lebih kecil dari Pers. (2-2).

 Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan


tekanan fluida, F, yang berat jenisnya dapat ditentukan dengan
baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol, diperhitungkan
dalam perencanaan, maka beban tersebut harus dikalikan
faktor beban 1,3, dan ditambahkan pada semua kombinasi
beban yang memperhitungkan beban hidup.

 Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam


perencanaan maka pengaruh tersebut harus disertakan pada
perhitungan beban hidup L.

Kuat perlu (Mu) adalah kekuatan minimal elemen struktur yang


harus dapat dipenuhi dalam proses perencanaan, dihitung
berdasarkan hasil kombinasi beban dan gaya terfaktor yang
terbesar, sesuai dengan ketentuan tata cara perencanaan SNI 03-
2847-2002.

4.3.2. Faktor reduksi kekuatan


Faktor reduksi kekuatan  dimasukkan untuk mengantisipasi
adanya penyimpangan pada asumsi-asumsi perhitungan,
kemungkinan kurangnya homogenitas kekuatan material, proses
pengerjaan dan dimensi. Masing-masing faktor diatas bisa saja

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 38


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

masih dalam toleransi yang diperkenankan, namun secara


akumulatif dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampang.
Kekuatan nominal (Mn) atau kekuatan ideal adalah
kapasitas kekuatan elemen struktur yang dihitung dalam proses
perencanaan, dimana diasumsikan semua persamaan yang
digunakan telah terbukti benar dalam kerangka keilmuan, semua
material yang digunakan memenuhi mutu yang dipersyaratkan, dan
ukuran terpasang tepat sesuai gambar rencana.
Kekuatan rencana (MR) merupakan kekuatan struktur yang
boleh diperhitungkan dalam perencanaan untuk menahan beban
yang bekerja. Kuat rencana dihitung dengan mengalikan kekuatan
nominal dengan faktor reduksi kekuatan , sebagai antisipasi
kemungkinan adanya simpangan antara kenyataan terpasang
dengan asumsi dalam perencanaan. Kekuatan rencana minimal
yang disebut juga sebagai kekuatan nominal perlu dapat dihitung
dengan membagi kuat perlu dengan faktor reduksi kekuatan  .
SNI 03-2847-2002 menetapkan besarnya faktor reduksi kekuatan 
ditentukan oleh jenis beban yang ditanggung oleh elemen struktur
yang bersangkutan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.2.2.

Tabel 4.2.2.
Faktor Reduksi Kekuatan Pada Berbagai Kondisi Pembebanan

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 39


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

Dalam proses perencanaan, besaran beban ultimate


dihitung dengan dasar kuat perlu, sedangkan kekuatan struktur
efektif dihitung berdasarkan kuat rencana. Dengan demikian,
besarnya faktor keamanan sesungguhnya yang terdapat dalam
suatu elemen struktur dapat dihitung berdasarkan kombinasi
beban kerja, nilai faktor beban, dan nilai faktor reduksi kekuatan.
Contohnya, kasus perencanaan lentur pada balok yang melibatkan
beban mati dan beban hidup, angka keamanan yang diberikan
dapat dihitung sebagai berikut:

di mana:
sf = angka keamanan
UDL = faktor untuk beban mati (1,2)
ULL = faktor untuk beban hidup (1,6)
D = beban mati
L = beban hidup
 = faktor reduksi kekuatan untuk elemen lentur (0,8)

Pada umumnya, setiap elemen struktur masih memiliki


probable strength yang merupakan potensi kelebihan kekuatan
dari nilai yang ditunjukkan dalam perhitungan kekuatan
nominal, sebagai akibat proses pengendalian mutu yang
biasanya menghasilkan kekuatan material terpasang (beton
maupun baja) memiliki kekuatan lebih besar dari kualitas yang
dipersyaratkan dalam perencanaan.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 40


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

4.4. Kemampuan Layan


Komponen struktur beton bertulang yang mengalami lentur
harus direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk
membatasi lendutan atau deformasi apapun yang dapat
memperlemah kekuatan ataupun mengurangi kemampuan layan
struktur pada beban kerja. Munculnya defleksi yang berlebihan
dihindari dengan adanya ketentuan-ketentuan berkaitan dengan
batasan dimensi minimum yang harus dipenuhi dalam setiap
perencanaan elemen struktur. Ketentuan-ketentuan tentang
batasan minimum dimensi penampang elemen struktur yang
berkaitan dengan batasan defleksi demi menjamin kemampuan
layan struktur diatur dalam SNI 03- 2847-2002 pasal 9.5.
Perhitungan dimensi penampang ini akan dibahas lebih lanjut pada
bagian perencanaan komponen lentur untuk pelat dan balok.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan disamping kekuatan
dan kemampuan layan adalah daktilitas struktur. Tingkat daktilitas
sangat menentukan perilaku struktur mulai saat pertama
menerima beban kerja sampai terjadinya keruntuhan. Pola
keruntuhan perlu diperhitungkan untuk menghindari terjadinya
keruntuhan struktur secara getas atau mendadak, dengan kata lain
harus diupayakan kemampuan struktur untuk berdeformasi
sebagai tanda awal kegagalan struktur sehingga dapat dihindari
terjadinya korban jiwa. Untuk memperoleh perilaku daktail struktur
beton bertulang perlu diperhatikan rasio tulangan longitudinal,
panjang penyaluran, dan sengkang pada elemen dengan beban
aksial tekan.

4.5. Pola Keruntuhan Elemen Beton Bertulang


Beton bertulang pada prinsipnya merupakan material
komposit yang menggabungkan komponen beton untuk menahan
gaya tekan dan baja tulangan untuk menahan gaya tarik yang

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 41


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

bekerja. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar tepri lentur


dalam analisis penampang dapat diketahui bahwa untuk letak
garis netral tertentu, perbandingan antara regangan baja dengan
regangan beton maksimum dapat ditetapkan berdasarkan
distribusi regangan linear. Sedangkan letak garis netral tergantung
pada jumlah baja tulangan tarik yang dipasang pada suatu
penampang sedemikian sehingga blok tegangan tekan beton
mempunyai kedalaman cukup agar dapat tercapai keseimbangan
gaya-gaya, dimana resultante gaya tekan pada beton
seimbang dengan gaya tarik pada baja tulangan. Apabila luas
baja tulangan tarik pada penampang ditambah, kedalaman blok
tekan pada beton bertambah pula, sehingga posisi garis netral
bergeser ke bawah. Apabila jumlah baja tulangan tarik sedemikian
hingga letak garis netral pada posisi dimana akan terjadi regangan
leleh pada baja tulangan dan regangan maksiumum sebesar 0,003
secara bersamaan, maka penampang disebut bertulangan
seimbang (balance). Kondisi keseimbangan regangan
menempati posisi penting karena merupakan pembatas antara dua
keadaan penampang beton bertulang dengan pola keruntuhan
yang berbeda.
Apabila didalam penampang balok beton bertulang terdapat
jumlah baja tulangan tarik lebih dari yang diperlukan untuk
mencapai keseimbangan regangan, maka balok dengan kondisi
semacam ini disebut bertulangan lebih (over-reinforced).
Berlebihnya baja tulangan tarik mengakibatkan garis netral
bergeser ke bawah, sehingga pada saat dicapai beban kritis akan
berakibat beton terlebih dahulu mencapai regangan maksimum
(0,003), sedangkan baja belum mencapai regangan leleh. Jika
pembebanan terus dilanjutkan dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan regangan hingga kemampuan batas beton terlampaui,
hal ini berakibat terjadinya keruntuhan yang didahului beton hancur

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 42


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

secara mendadak tanpa diawali gejala-gejala kerusakan terlebih


dahulu, disebut sebagai pola keruntuhan tekan.

Gambar 4.5 Variasi Letak garis Netral

Suatu kondisi dimana penampang balok beton bertulang


dengan jumlah baja tulangan tarik kurang dari yang diperlukan
untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang demikian
disebut sebagai balok bertulangan kurang (under-reinforced). Letak
garis netral akan berada diatas garis netral dalam kondisi
seimbang. Dalam kondisi ini baja tulangan tarik akan terlebih
dahulu mencapai regangan leleh sebelum beton mencapai
regangan maksimumnya. Jika pembebanan terus dilanjutkan dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan regangan hingga regangan
leleh baja terlampaui, hal ini berakibat terjadinya keruntuhan yang
didahului dengan mulurnya batang baja tulangan tarik yang mulai
memasuki fase leleh. Hal ini berarti baik regangan beton maupun

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 43


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

baja terus bertambah tetapi gaya tarik yang bekerja pada baja
tulangan tidak bertambah besar.
Berdasarkan keseimbangan gaya-gaya horisontal H= 0,
kemampuan menahan gaya tekan pada beton tidak mungkin
meningkat sedangkan tegangan tekannya terus meningkat
berusaha mengimbangi beban, sehingga berakibat luas daerah
tekan pada beton menyusut (berkurang) yang berarti posisi garis
netral bergerak ke atas. Proses tersebut diatas akan terus
berlangsung sampai suatu saat daerah tekan pada beton tidak
mampu lagi menahan beban tekan san hancur sebagai efek
sekunder. Pola keruntuhan semacam ini sangat dipengaruhi
peristiwa meluluhnya baja tulangan tarik yang meningkat secara
bertahap. Segera setelah baja mencapai titik leleh, lendutan balok
meningkat tajam sebagai tanda awal terjadinya keruntuhan beton
bertulang. Pola keruntuhan tarik semacam inilah yang sangat
diharapkan untuk menghindari kerugian harta mapun jiwa yang
berada dalam struktur bangunan gedung. Variasi letak garis netral
pada berbagai pola keruntuhan beton bertulang ditunjukkan pada
Gambar 4.5.

4.6. Sistem Struktur Beton Bertulang


Struktur bangunan harus dirancang dengan memperhatikan
aspek arsitektural, kekuatan maupun kemampuan layan dalam
menanggung beban rencana sesuai dengan fungsi bangunan
yang diinginkan. Bentuk dan fungsi merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam suatu perencanaan bangunan untuk memenuhi
keinginan pemakai agar diperoleh bangunan yang kokoh, menarik
dan efisien ditinjau dari sisi biaya konstruksi. Pada umumnya
struktur bangunan dirancang untuk masa layan 50 tahun, kendati
demikian kenyataan menunjukkan umur layan struktur beton
bertulang kebanyakan dapat melebihi umur yang direncanakan

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 44


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

tersebut. Sistem struktur beton bertulang pada bangunan gedung


terbentuk sebagai susunan berbagai elemen struktur utama.
Elemen-elemen tersebut dapat diklasifikasikan sebagai: (1) pelat,
(2) balok, (3) kolom, (4) dinding, dan (5) pondasi.

4.6.1. Pelat
Pelat merupakan elemen struktur bidang dalam arah horisontal
yang berfungsi untuk mentransfer beban hidup (sesuai fungsi
bangunan), maupun beban mati (akibat berat sendiri) yang bekerja
tegak lurus bidang pelat untuk diteruskan ke sistem struktur portal
yang ada di bawahnya. Pelat lantai umumnya diperhitungkan
sebagai elemen pelat lentur, yang diklasifikasikan menjadi pelat
satu arah (menerima momen lentur dalam satu arah) dan pelat dua
arah (menerima momen lentur dalam dua arah) berdasarkan rasio
bentang memanjang terhadap bentang melintang. Berdasarkan
kondisi pertemuan antara panel pelat dengan tumpuannya, elemen
pelat lantai dapat dibedakan menjadi: pelat dengan balok sebagai
tumpuan, dan pelat datar dengan penebalan maupun tanpa
penebalan yang langsung ditumpu kolom.

4.6.2. Balok
Balok merupakan bagian dari sistem struktur portal yang dianggap
sebagai elemen garis (satu arah) dengan fungsi utama meneruskan
beban yang bekerja pada panel pelat menuju kolom yang ada di
bawahnya. Elemen struktur ini memiliki komponen gaya dalam
utama berupa momen lentur dan gaya geser akibat bekerjanya
beban transversal. Pada umumnya balok dipasang secara monolith
(menyatu sempurna) dengan pelat, sehingga dalam
perhitungannya dapat dianggap sebagai balok T untuk balok
interior dan balok L pada balok eksterior.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 45


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

4.6.3. Kolom
Kolom merupakan bagian dari struktur portal pada bangunan
gedung yang dipasang dalam arah vertikal dengan dimensi tinggi
tidak tertopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi utama kolom adalah untuk meneruskan beban dari pelat
dan balok yang ada diatasnya menuju pondasi. Elemen struktur ini
juga diperhitungkan sebagai elemen garis dengan komponen gaya
utama berupa gaya aksial tekan, momen lentur dan juga gaya
geser (terutama akibat bekerjanya gaya lateral berupa beban
gempa ataupun beban angin).
4.6.4. Dinding
Dinding merupakan komponen bangunan gedung dalam arah
vertikal. Pada umumnya, dinding tidak terbuat dari beton bertulang
dan merupakan elemen non- struktural namun dengan alasan
estetika dan fungsi komponen ini tetap diperlukan. Dinding yang
dihitung sebagai komponen struktural dan dibuat dari bahan beton
bertulang dapat dijumpai pada sistem pondasi dinding pada
basement maupun dinding geser pada perencanaan struktur tahan
gempa.
4.6.5. Pondasi
Pondasi merupakan komponen penting dalam struktur bangunan
gedung yang berfungsi meneruskan beban struktur dari pelat,
balok, dan kolom menuju lapisan tanah keras yang ada di
bawahnya. Jenis pondasi yang paling sederhana adalah pondasi
telapak setempat dengan bentuk bujur sangkar ataupun empat
persegi panjang. Sistem pondasi yang lain diantaranya: pondasi
telapak gabungan, pondasi telapak tiang pancang, pondasi telapak
dinding, dan pondasi pelat. Komponen gaya- gaya utama yang
bekerja dalam pondasi telapak adalah momen lentur dan gaya
geser.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 46


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

BAB V
SURVEY DAN IDENTIFIKASI PEKERJAAN

5.1. Pengertian Pekerjaan


• Nama Pekerjaan
Konsultansi Perencanaan Arsitektur-Jasa Nasihat dan Pra
Desain Arsitektural Perencanaan Peningkatan Pembangunan
Pagar Pemakaman Umum Palurejo.
• Pendanaan
Nilai pekerjaan Rp. 9.750.000,00 (Sembilan Juta Tujuh Ratus
Lima Puluh Rupiah). Sumber APBD Kab. Barito Selatan TA 2023
• Pemberian Tugas
Pemberi tugas adalah Pengguna Anggaran Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Barito
Selatan.

5.1.2. Maksud dan Tujuan


Tujuan pekerjaan ini adalah melaksanakan
pekerjaan pembuatan rencana Peningkatan Pembangunan
Pagar Pemakaman Umum Palurejo sampai dengan penyiapan
desain dan dokumen pekerjaan.

5.1.3. Lingkup Umum Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan/pengadaan Jasa Konsultansi
Perencanaan Arsitektur-Jasa Nasihat dan Pra Desain Arsitektural
adalah sampai dengan tersedianya RAB, Gambar dan Analisa
Dasar Perencanaan yang dikerjakan.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 47


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

5.1.4. Lingkup Pekerjaan Survey Topografi/Pengukuran


Lingkup pekerjaan survey topografi/pengukuran dengan acuan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) antara lain meliputi :
a. Persiapan alat dan personal.
b. Menyiapkan kelengkapan surat-surat administrasi.
c. Mengumpulkan data-data dari instansi terkait, baik di
provinsi/kabupaten maupun di sekitar lokasi.
d. Mengumpulkan data-data guna lahan, rencana trase, lokasi,
batas- batas administrative rencana lokasi dan lain-lain yang
berkaitan dengan rencana pekerjaan selanjutnya.
e. Foto Dokumentasi daan membuat laporan-laporan.

5.2. Lingkup Pekerjaan


5.2.1. Tujuan Survey Topografi
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan
tanah sepanjang rencana Peningkatan Pembangunan Pagar
Pemakaman Umum di dalam koridor yang ditetapkan untuk
penyiapan peta topografi dengan skala 1:100, yang akan
digunakan untuk perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar
Pemakaman Umum.

5.2.2. Persiapan
Pekerjaan persiapan dimulai dari Palangka Raya yaitu
persiapan administrasi (surat tugas/mobilisasi); peralatan dan
perbekalan survey yang dipandang penting agar nantinya
survey tidak mengalami kesulitan di lapangan.

5.2.3. Pengukuran
1. Konsultan perencana dibantu oleh tim survey Bidang Kawasan
Permukiman melaksanakan pengukuran di lokasi rencana

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 48


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

pembangunan pagar antaraTim Survey melakukan pengukuran


panjang pagar yang akan dibangun nantinya serta batas tanah
antara lahan warga dengan bangunan pagar makam, agar tidak
terjadi tumpang tindih kepemilikan lahan saat pekerjaan akan
dilaksanakan. Dan pelaksanaan pembangunan pagar akan
segera dimulai.
2. Mengevaluasi hasil pengukuran dengen mencatat berbagai
kekurangan sehingga bisa melakukan koreksi dan segera
menemukan solusi untuk kendala tersebut.
3. Menentukan titik-titik batas area pekerjaan.
4. Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem
poligon, dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik
poligon.
5. Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian
adalah waterpass.
6. Pengukuran dengan cara penampang memanjang dan
melintang.

5.2.4. Perhitungan
a. Perhitungan sifat datar/waterpass
Perhitungan sifat datar/waterpass harus dilakukan kontrol pada
setiap halaman, yaitu jumlah beda tinggi harus sama dengan
jumlah pembacaan benang tengah rambu belakang, dikurang
dengan jumlah pembacaan benang tengah rambu muka.
b. Perhitungan ketinggian detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail, dihitung secara
tachymetri

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 49


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

5.2.5. Penggambaran
Gambar pelaksanaan (shop drawing), yakni gambar teknis yg
dibuat oleh penyedia sesuai dgn keadaan di lapangan yg dijadikan
acuan pelaksanaan suatu pekerjaan.
Untuk bisa merencanakan proyek konstruksi dengan baik, shop
drawing bisa menjadi jembatan antara desain dan pelaksanaan.
Oleh karena itu, pembuatan gambar ini harus sedetail mungkin
agar pelaksana bisa mudah memahami desain gambar tersebut
dan apa langkah yang harus mereka lakukan. Gambar shop
drawing merupakan gambar teknik yang kontraktor/drafter buat
dalam pelaksanaan proyek konstruksi bangunan sebagai acuan
untuk melaksanakan pekerjaan.
Secara umum, kriteria shop drawing yang baik adalah mudah untuk
memahaminya karena gambar ini penggunaannya adalah
untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan lapangan. Kriteria
selengkapnya adalah:
1. Bentuk penulisan kop pada sisi kanan berisi judul gambar,
perusahaan, nama proyek, nomor gambar dan halaman.
2. Bentuk gambar dan ukuran konstruksi harus menampilkan
bentuk dan ukuran dari setiap bagian konstruksi dengan jelas
dan detail.
3. Gambar harus mengunakan skala gambar.
4. Gambar harus sesuai dengan kondisi lapangan.
5. Menuliskan keterangan gambar, seperti elevasi, jenis material,
dan penjelasan lain.
Gambar harus tetap jelas terlihat saat digandakan.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 50


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

BAB VI
KAJIAN RESIKO KECELAKAAN KERJA

6.1. Umum
Kecelakaan kerja tidak dapat diabaikan pada suatu proyek
pembangunan. Apalagi pada proyek konstruksi yang sifatnya
kompleks karena pekerjaannya yang beragam dan
menggabungkan peranan berbagai sumber daya di dalamnya. Sifat
pekerjaan yang kompleks itu merupakan salah satu penyebab
potensial yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja.

6.2. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja merupakan hal yang erat dalam hubungan
kerja terhadap perusahaan. Ini berarti setiap kecelakaan kerja yang
terjadi pasti karena pekerjaan atau saat ,melakukan pekerjaan
tersebut. Bahaya pekerjaan adalah faktor – faktor dalam pekerjaan
yang dapat menyebabkan kecelakaan. Dari beberapa penelitian,
didapatkan fakta bahwa 80- 85% kecelakaan kerja diakibatkan oleh
kelalaian atau kesalahan mausia. Tapi, faktor penyebab lain seperti
faktor lingkungan kerja dan tata cara kerja juga tidak bias kita
remehkan sebagai pemicu terjadinya kecelakaan kerja.

6.3. Prosedur Keselamatan Kerja


Seiring meningkatnya perkembangan teknologi dalam bidang
pekerjaan, perlu juga Prosedur keamanan kerja yang baik pula,
karena semakin banyak peekerjaan yang dijalani, maka perlu
pengarahan yang terus ditingkatkan. Prosedur keselamatan kerja
yang diberlakukan dalam suatu perusahaan terdiri dari hal-hal
berikut :
a. Adanya peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 51


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

b. Adanya ketetapan dan peraturan tentang standarisasi terhadap


penggunaan alat, mesin, alat perlindungan dan semua yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
c. Pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung tubuh.
d. Harus adanya pengawasan yang intensif guna memantau
keselamatan dan kesehatan para pekerja selama melakukan
pekerjaan.
e. Operator mesin haruslah orang terlatih, dan harus dengan
bidangnya masing-masing.
f. Semua mesin dan alat berat haruslah dilengkapi pengaman,
harus ada perawatan dalam jangka waktu yang ditentukan, dan
segera dilakukan perbaikan jika terjadi kerusakan sekecil
apapun.
g. Melarang siapapun yang tidak berkepentingan masuk ke areal
proyek, agar mencegah risiko terjadinya kecelakaan yang
disebabkan oleh orang non pekerja. Dilakukan cek kesehatan
dan psikologis semua pekerja, terutama pada pekerja operator
yang mengendalikan alat-alat berat.

6.4. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja


Pada penjelasan diatas telah diuraikan penyebab kecelakaan
kerja datang dari berbagai faktor, dan prosedur pengawasan adalah
untuk menertibkan dan mendisiplinkan pekerja agar risiko
kecelakaan kerja terminimalisisr dengan baik dan pekerjaan
menjadi baik dan teratur.
Berikut untuk contoh pencegahan keselamatan kerja yang
terdiri dari beberapa faktor penentu seperti konstruksi, penggunaan
alat, bahan dan faktor lingkungan.
a. Pencegahan kecelakaan akibat angkutan, alat kerja dan lalu
lintas.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 52


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

b. Pencegahan penyakit kerja yang disebabkan bahan panas,


debu dan zat berbahaya lainnya

6.5. Unit Penanganan Resiko Kecelakaan Kerja Jalan


Setiap perusahaan menyadari bahwa risiko kecelakaan kerja
sangatlah besar, dan tidak tahu kapan terjadinya, maka dari itu
perusahaan perlu memikirkan upaya pencegahan dan penanganan
risiko dengan baik. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
manajemen risiko. Begitu juga dengan industry konstruksi, angka
risiko kecelakaan kerja sangat tinggi dan terkadang akibatnya
sangat fatal. Komitmen manajemen puncak dalam menangani risiko
ini ditunjukkan dengan membuat suatu unit atau tim dalam
organisasi yang mengurusi masalah risiko kecelakaan kerja.
Terdapat 2 cara yang bias dilakukan antara lain :
a. Membuat badan atau unit manajemen khusus menangani risiko
kecelakaan kerja.
b. Membentuk satu satuan kerja (Team / Komite) manajemen
risiko.

6.6. Identifikasi Resiko


Dari pengamatan yang dilakukan, baik dari literatur maupun
pengamatan item pekerjaan serta pengalaman meninjau pekerjaan
jalan, terdapat beberapa kecelakan yang terjadi pada masing-
masing item pekerjaan, kecelakaan yang terjadi tidak hanya
kecelakaan yang berakibat instan kepada pekerja, bisa saja dalam
jangka waktu lama baru akan terjadi dampak dari kecelakaan kerja
tersebut, karena kecelakaan kerja tidak hanya menghambat waktu
pekerjaan yang sudah ditargetkan, tetapi juga dapat mengakibatkan
pengeluaran yang lebih terhadap pelakasana dan merugikan
pekerja karena tidak dapat melanjutkan pekerjaan.

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 53


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

6.7. Pengukuran Reiko


Pengukuran risiko adalah tahap dalam analisis risiko untuk
mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya suatu risiko
dan besar kerugian yang ditimbulkannya. Dalam melakukan
pengukuran risiko penulis menggunakan metode Weighted Average
Approximation. Metode ini adalah salah satu dari beberapa metode
yang biasa digunakan untuk mengukur risiko yang menggunakan
data dari pendapat orangorang yang ahli dalam pelaksanaaan
proyek konstruksi seperti pengawas, perencana dan pelaksana
terutama di bidang jalan.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan nilai probabilitas
masingmasing risiko pada tiap item pekerjaan. Risiko yang diukur
berdasarkan metode diatas adalah sebagai berikut :
1) Tahap Mobilisasi
a. Kecelakaan akibat operasional alat berat
b. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak ada rambu)
2) Pekerjaan Tanah
a. Terluka akibat material (cerucuk)
b. Terluka akibat alat manual (penggali, parang dan alat tajam
lainnya)
c. Kecelakaan akibat operasional alat berat
d. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu,
kelalaian pekerja)
3) Pekerjaan perkerasan material berbutir dan aspal
a. Terluka akibat material (aspal panas, api pembakaran
aspal)
b. Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)
c. Kecelakaan akibat operasional alat berat
d. Risiko kecelakaan lalu lintas (tidak dipasang rambu,
kelalaian pekerja)
4) Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan Minor

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 54


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

a. Terluka akibat material (serpihan batu besar)


b. Terluka akibat alat manual (Pemecah batu, alat tajam
lainnya)
c. Kecelakaan akibat operasional alat berat
d. Terluka akibat alat manual (Pengaduk aspal panas)
5) Pasca Konstruksi
a. Terluka akibat material (pasir, batu, sisa bekisting)
b. Terluka akibat alat manual (penggali, parang, pemecah batu
dan alat lainnya)

6.8. Analisa Resiko Kecelakaan Kerja Tiap Tahap Pekerjaan dan


Antisipasinya

Program : Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum


(PSU)
Kegiatan : Urusan Penyelenggaraan PSU Perumahan
Sub Kegiatan : Perencanaan Penyediaan PSU Perumahan
Pekerjaan : Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Arsitektur-
Jasa Nasihat dan Pra Desain Arsitektural ;
- Perencanaan Peningkatan Pembangunan
Pagar Pemakaman Umum Palurejo.
Tahun : 2023

N JENIS/TYPE IDENTIFIKASI JENIS PENGENDALIAN ANALISA


O PEKERJAAN BAHAYA & RISIKO K3 RISIKO K3 RESIKO

1 2 3 4

1. Pekerjaan Persiapan Jenis bahaya: a. Memakai sepatu Jarang


a. Mobilisasi - Gangguan kesehatan boots, helm Terjadi
b. Pembersihan - Menginjak benda- keselamatan, sarung (40%)
lapangan dan benda tajam tangan (APD)

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 55


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

peralatan - Tersandung dan jatuh b. Memasang rambu-


- Terpeleset rambu peringatan
- Kaki tertusuk paku yang cukup di lokasi
- Kejatuhan benda yang dianggap
- Tersandung/terpeleset rawan / berisiko

Risiko:
- Gangguan
pernapasan
- Kaki berdarah dan
tetanus
- Kaki dan tangan lecet
- Tulang patah / retak
- Gagar otak

2. Pekerjaan Tanah Jenis bahaya: a. Membuat papan Sangat


a. Pekerjaan galian - Kecelakaan terkena penahan tanah Jarang
tanah alat gali (cangkul, galian. Terjadi
b. Mengurug galian balencong dll.) akibat b. Tanah bekas galian (30%)
jarak antar penggali ditaruh dalam
terlalu dekat posisi aman dari
- Bahaya akibat lereng lubang galian
galian longsor c. Bila menemukan
batu besar, maka
Risiko: segera disingkirkan
- Kaki terluka, sobek d. Pasang rambu2
atau bengkak peringatan disekitar
- Mata iritasi terkena lokasi galian
debu e. Memakai APD

3 Pekerjaan Struktur Jenis bahaya: a. Pekerja harus Jarang


a. Pekerjaan Batu - Gangguang paru paru memakai baju Terjadi
b. Pekerjaan dan mata akibat debu kerja, sarung (40%)
pembesian tangan, helm, topi

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 56


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

c. Pekerjaan material baja, kaca mata


bekisting - Kecelakaan akibat pengaman dan
d. Pekerjaan peralatan kerja sepatu yang sesuai
Pemasangan Bata - Terjadi kecelakaan dengan standar,
e. Pekerjaan pada saat bila perlu untuk
pengecoran pemasangan batu mencegah bahaya
- Kecelakaan akibat terhadap gangguan
runtuhnya sisi galian paru-paru maka
karna pembebanan pekerja harus
- Terluka akibat memakai alat
pelaksanaan pengatur
penulangan (tertimpa pernafasan
besi tulangan, kawat (respirator) tutup
tulangan) mulut (masker)
- Kecelakaan akibat b. Memasang rambu-
tertimpa/tergencet rambu peringatan
kayu/bekisting. didaerah rawan /
- Kecelakaan tertimpa sangat berisiko
pengaduk beton c. Checklist semua
- Kecelakaan akibat alat kerja dalam
robohnya beton kondisi baik
sebelum dipakai.
Risiko: d. Selama
- Iritasi kulit pengecoran papan
- Sesak napas acuan dan
- Tangan / kaki penumpunya harus
berdarah dan tetanus kuat dan dicegah
- Gagar otak dari kerusakan
- Tulang patah / retak
- Pendarahan pada
kepala
- Luka pada mata

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 57


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

BAB VII
PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Kesimpulan Mengacu pada hasil analisis dan rekapitulasi
perbandingan produktivitas dan satuan biaya pekerjaan, maka
dapat disimpulkan :
1) Persentase biaya dan waktu dalam pekerjaan Peningkatan
Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo adalah
sebagai berikut :
a. Persentase biaya antara pekerjaan pemagaran
menggunakan pagar beton precast adalah 1,21 kali lebih
murah dari pekerjaan menggunakan pagar batako
konvensional atau persentase pekerjaan pagar beton
precast lebih murah 21% dibandingkan dengan pekerjaan
pagar batako konvensional.
b. Persentase waktu antara pekerjaan pemagaran
menggunakan pagar beton precast adalah 2,33 kali lebih
cepat dari pekerjaan menggunakan pagar batako
konvensional atau persentase pekerjaan pagar beton
precast lebih cepat 133% dibandingkan dengan pekerjaan
pagar batako konvensional.
2) Faktor yang mempengaruhi aspek biaya dan waktu dalam
pekerjaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman
Umum Palurejo adalah sebagai berikut :
a. Faktor perbedaan metode upah pekerja, dalam hal ini pada
pekerjaan pagar beton precast menggunakan metode upah
borong sedangkan pada pekerjaan pagar batako
konvensional menggunakan metode upah harian. Dimana
dalam metode upah borong waktu yang digunakan untuk

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 58


LAPORAN AKHIR KONSULTAN INDIVIDUAL

meneyelasaikan pekerjaan lebih cepat daripada metode


upah harian tapi dalam aspek biaya metode upah borong
lebih mahal dibandingkan metode upah harian.
b. Faktor perbedaan dimensi material, dalam hal ini terdapat
pengaruh bentuk dimensi antara material pagar beton
precast dengan pagar batako konvensional. Diamana untuk
dimensi material pagar beton precast 52 memiliki dimensi
yang lebih besar yaitu 240x40x5 cm dibandingkan dengan
dimensi pagar batako konvensional 39x18x10 cm sehingga
dalam instalasi pemasangan material pagar beton precast
dapat lebih cepat dibanding instalasi pemasangan material
pagar batako konvensional.
c. Faktor perbedaan metode pemasangan, karena dalam
pemasangan pagar beton precast dapat langsung dipasang
dilokasi sedangkan untuk pagar batako konvensional masih
membutuhkan beberapa bahan material pendukung pada
saat pemasangan.

7.2. Lampiran-Lampiran

Perencanaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo 59

You might also like