Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN
2.2.4. Produktivitas
Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dengan
input, atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya
yang digunakan. Dalam proyek kontruksi, rasio produktivitas adalah
nilai yang diukur selama proses kontruksi. hubungan antara
produktivitas dengan keluaran atau masukan pada pekerjaan
pemagaran. Keluaran berupa satuan pekerjaan dan masukan
berupa jumlah tenaga kerja. Secara umum, menurut penelitian
kaming pada tahun 1997, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi produktivitas proyek yaitu :
a. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor : disain rekayasa,
metoda konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja.
b. Manajemen lapangan terdiri atas faktor : perencanaan dan
penjadwalan tata letak lapangan, manajemen material, alat dan
tenaga kerja.
BAB III
PROFIL LOKASI PEKERJAAN
BAB IV
KONSEP DAN METODE PERENCANAAN
6) Kuat tekan beton yang ditargetkan F’c adalah kuat tekan rata
rata yang diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari F’c.
7) Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampurkan ke dalam
beton untuk mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air
yang terserap oleh agregat.
8) Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air
bebas dan berat semen dalam beton.
9) Slump adalah salah satu unsur kekentalan adukan beton
dinyatakan dalam mm ditentukan dergan alat kerucut Abram
(SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump Beton
Semen Port land).
10) Pozolan adalah bahan yang mengandung silika amorf, apabila
dicampur dergan kapur dan air akan membentuk benda padat
yang keras dan bahan yang tergolong pozolan adalah tras,
semen merah, abu terbang dan bubukan terak tanur tinggi.
11) Semen Portland-pozolan adalah campuran semen portland
dengan pozolan artara 15%-40% berat total campuran dan
kandungan SiO2 + AllO3 + FeO3 dalam pozolan minimum
70%.
12) Bahan tambah adalan bahan yang dtambahkan pada
campuran bahan pembuatan beton untuk tujuan tertentu.
Keterangan:
D adalah beban mati akibat berat konstruksi, termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan
tetap
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan
gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain
A adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama
perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama
penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
R adalah beban hujan, tidak termasuk akibat genangan air
W adalah beban angina
E adalah beban gempa, dihitung menurut SNI 03-1726-2002,
Dengan;
dengan 1,0.
Tabel 4.2.2.
Faktor Reduksi Kekuatan Pada Berbagai Kondisi Pembebanan
di mana:
sf = angka keamanan
UDL = faktor untuk beban mati (1,2)
ULL = faktor untuk beban hidup (1,6)
D = beban mati
L = beban hidup
= faktor reduksi kekuatan untuk elemen lentur (0,8)
baja terus bertambah tetapi gaya tarik yang bekerja pada baja
tulangan tidak bertambah besar.
Berdasarkan keseimbangan gaya-gaya horisontal H= 0,
kemampuan menahan gaya tekan pada beton tidak mungkin
meningkat sedangkan tegangan tekannya terus meningkat
berusaha mengimbangi beban, sehingga berakibat luas daerah
tekan pada beton menyusut (berkurang) yang berarti posisi garis
netral bergerak ke atas. Proses tersebut diatas akan terus
berlangsung sampai suatu saat daerah tekan pada beton tidak
mampu lagi menahan beban tekan san hancur sebagai efek
sekunder. Pola keruntuhan semacam ini sangat dipengaruhi
peristiwa meluluhnya baja tulangan tarik yang meningkat secara
bertahap. Segera setelah baja mencapai titik leleh, lendutan balok
meningkat tajam sebagai tanda awal terjadinya keruntuhan beton
bertulang. Pola keruntuhan tarik semacam inilah yang sangat
diharapkan untuk menghindari kerugian harta mapun jiwa yang
berada dalam struktur bangunan gedung. Variasi letak garis netral
pada berbagai pola keruntuhan beton bertulang ditunjukkan pada
Gambar 4.5.
4.6.1. Pelat
Pelat merupakan elemen struktur bidang dalam arah horisontal
yang berfungsi untuk mentransfer beban hidup (sesuai fungsi
bangunan), maupun beban mati (akibat berat sendiri) yang bekerja
tegak lurus bidang pelat untuk diteruskan ke sistem struktur portal
yang ada di bawahnya. Pelat lantai umumnya diperhitungkan
sebagai elemen pelat lentur, yang diklasifikasikan menjadi pelat
satu arah (menerima momen lentur dalam satu arah) dan pelat dua
arah (menerima momen lentur dalam dua arah) berdasarkan rasio
bentang memanjang terhadap bentang melintang. Berdasarkan
kondisi pertemuan antara panel pelat dengan tumpuannya, elemen
pelat lantai dapat dibedakan menjadi: pelat dengan balok sebagai
tumpuan, dan pelat datar dengan penebalan maupun tanpa
penebalan yang langsung ditumpu kolom.
4.6.2. Balok
Balok merupakan bagian dari sistem struktur portal yang dianggap
sebagai elemen garis (satu arah) dengan fungsi utama meneruskan
beban yang bekerja pada panel pelat menuju kolom yang ada di
bawahnya. Elemen struktur ini memiliki komponen gaya dalam
utama berupa momen lentur dan gaya geser akibat bekerjanya
beban transversal. Pada umumnya balok dipasang secara monolith
(menyatu sempurna) dengan pelat, sehingga dalam
perhitungannya dapat dianggap sebagai balok T untuk balok
interior dan balok L pada balok eksterior.
4.6.3. Kolom
Kolom merupakan bagian dari struktur portal pada bangunan
gedung yang dipasang dalam arah vertikal dengan dimensi tinggi
tidak tertopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi utama kolom adalah untuk meneruskan beban dari pelat
dan balok yang ada diatasnya menuju pondasi. Elemen struktur ini
juga diperhitungkan sebagai elemen garis dengan komponen gaya
utama berupa gaya aksial tekan, momen lentur dan juga gaya
geser (terutama akibat bekerjanya gaya lateral berupa beban
gempa ataupun beban angin).
4.6.4. Dinding
Dinding merupakan komponen bangunan gedung dalam arah
vertikal. Pada umumnya, dinding tidak terbuat dari beton bertulang
dan merupakan elemen non- struktural namun dengan alasan
estetika dan fungsi komponen ini tetap diperlukan. Dinding yang
dihitung sebagai komponen struktural dan dibuat dari bahan beton
bertulang dapat dijumpai pada sistem pondasi dinding pada
basement maupun dinding geser pada perencanaan struktur tahan
gempa.
4.6.5. Pondasi
Pondasi merupakan komponen penting dalam struktur bangunan
gedung yang berfungsi meneruskan beban struktur dari pelat,
balok, dan kolom menuju lapisan tanah keras yang ada di
bawahnya. Jenis pondasi yang paling sederhana adalah pondasi
telapak setempat dengan bentuk bujur sangkar ataupun empat
persegi panjang. Sistem pondasi yang lain diantaranya: pondasi
telapak gabungan, pondasi telapak tiang pancang, pondasi telapak
dinding, dan pondasi pelat. Komponen gaya- gaya utama yang
bekerja dalam pondasi telapak adalah momen lentur dan gaya
geser.
BAB V
SURVEY DAN IDENTIFIKASI PEKERJAAN
5.2.2. Persiapan
Pekerjaan persiapan dimulai dari Palangka Raya yaitu
persiapan administrasi (surat tugas/mobilisasi); peralatan dan
perbekalan survey yang dipandang penting agar nantinya
survey tidak mengalami kesulitan di lapangan.
5.2.3. Pengukuran
1. Konsultan perencana dibantu oleh tim survey Bidang Kawasan
Permukiman melaksanakan pengukuran di lokasi rencana
5.2.4. Perhitungan
a. Perhitungan sifat datar/waterpass
Perhitungan sifat datar/waterpass harus dilakukan kontrol pada
setiap halaman, yaitu jumlah beda tinggi harus sama dengan
jumlah pembacaan benang tengah rambu belakang, dikurang
dengan jumlah pembacaan benang tengah rambu muka.
b. Perhitungan ketinggian detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail, dihitung secara
tachymetri
5.2.5. Penggambaran
Gambar pelaksanaan (shop drawing), yakni gambar teknis yg
dibuat oleh penyedia sesuai dgn keadaan di lapangan yg dijadikan
acuan pelaksanaan suatu pekerjaan.
Untuk bisa merencanakan proyek konstruksi dengan baik, shop
drawing bisa menjadi jembatan antara desain dan pelaksanaan.
Oleh karena itu, pembuatan gambar ini harus sedetail mungkin
agar pelaksana bisa mudah memahami desain gambar tersebut
dan apa langkah yang harus mereka lakukan. Gambar shop
drawing merupakan gambar teknik yang kontraktor/drafter buat
dalam pelaksanaan proyek konstruksi bangunan sebagai acuan
untuk melaksanakan pekerjaan.
Secara umum, kriteria shop drawing yang baik adalah mudah untuk
memahaminya karena gambar ini penggunaannya adalah
untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan lapangan. Kriteria
selengkapnya adalah:
1. Bentuk penulisan kop pada sisi kanan berisi judul gambar,
perusahaan, nama proyek, nomor gambar dan halaman.
2. Bentuk gambar dan ukuran konstruksi harus menampilkan
bentuk dan ukuran dari setiap bagian konstruksi dengan jelas
dan detail.
3. Gambar harus mengunakan skala gambar.
4. Gambar harus sesuai dengan kondisi lapangan.
5. Menuliskan keterangan gambar, seperti elevasi, jenis material,
dan penjelasan lain.
Gambar harus tetap jelas terlihat saat digandakan.
BAB VI
KAJIAN RESIKO KECELAKAAN KERJA
6.1. Umum
Kecelakaan kerja tidak dapat diabaikan pada suatu proyek
pembangunan. Apalagi pada proyek konstruksi yang sifatnya
kompleks karena pekerjaannya yang beragam dan
menggabungkan peranan berbagai sumber daya di dalamnya. Sifat
pekerjaan yang kompleks itu merupakan salah satu penyebab
potensial yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja.
1 2 3 4
Risiko:
- Gangguan
pernapasan
- Kaki berdarah dan
tetanus
- Kaki dan tangan lecet
- Tulang patah / retak
- Gagar otak
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan Mengacu pada hasil analisis dan rekapitulasi
perbandingan produktivitas dan satuan biaya pekerjaan, maka
dapat disimpulkan :
1) Persentase biaya dan waktu dalam pekerjaan Peningkatan
Pembangunan Pagar Pemakaman Umum Palurejo adalah
sebagai berikut :
a. Persentase biaya antara pekerjaan pemagaran
menggunakan pagar beton precast adalah 1,21 kali lebih
murah dari pekerjaan menggunakan pagar batako
konvensional atau persentase pekerjaan pagar beton
precast lebih murah 21% dibandingkan dengan pekerjaan
pagar batako konvensional.
b. Persentase waktu antara pekerjaan pemagaran
menggunakan pagar beton precast adalah 2,33 kali lebih
cepat dari pekerjaan menggunakan pagar batako
konvensional atau persentase pekerjaan pagar beton
precast lebih cepat 133% dibandingkan dengan pekerjaan
pagar batako konvensional.
2) Faktor yang mempengaruhi aspek biaya dan waktu dalam
pekerjaan Peningkatan Pembangunan Pagar Pemakaman
Umum Palurejo adalah sebagai berikut :
a. Faktor perbedaan metode upah pekerja, dalam hal ini pada
pekerjaan pagar beton precast menggunakan metode upah
borong sedangkan pada pekerjaan pagar batako
konvensional menggunakan metode upah harian. Dimana
dalam metode upah borong waktu yang digunakan untuk
7.2. Lampiran-Lampiran