Professional Documents
Culture Documents
Pediatri 3
Mediko made the med-easy!
RESPIROLOGI
Hyaline Mebran Disease
• Dikenal juga sebagai neonatal Gambaran Radiologi HMD
respiratory distress syndrome, lung • Ground glass appearance
disease of prematurity, atau • Bell shaped thorax
defisiensi surfaktan • Sering ditemukan bilateral air
bronchograms
• Faktor risiko:
• Hiperventilasi jika pasien terintubasi
• Maternal diabetes
• Prematuritas
• Asfiksia prenatal
• Multiple gestations
Meconium Aspiration Syndrome
Diagnosis:
• Adanya meconium bercampur dengan ketuban
• Obstruksi jalan napas: gasping, apnoe, sianosis
• Distress napas: takipnue, nafas cuping hidung, retraksi dada, sianosis
• Tanda post-maturitas:
• KMK
• Kuku Panjang, kulit terkelupas
• Pewarnaan kulit kuning – hijau
Tatalaksana
Meconium Aspiration Syndrome
• Di ruang persalinan
• Nilai konsistensi meconium
• Bila ketuban bercampur meconium;
• Bugar → perawatan rutin tanpa memandang konsistensi meconium
• Distress → laringoskopi direk dan pengisapan intratrakeal
• Hindari VTP sampai pengisapan trachea selesai
• Sindrom Aspirasi Mekonium;
• Koreksi abnormalitas metabolic
• Pemantauan saturasi oksigen
• Awasi tanda obstruksi nafas
• Awasi hipoksemia:
• Cek AGD
• Terapi oksigen
• Ventilasi mekanik
• PaCO2 > 60 mmHg atau PaO2 < 50 mmHg
Gambaran Radiologi
Transient Tachypneu of Newborn
• Respiratory disorder seen shortly after delivery in full-term or late preterm
babies
• Transient tachypnea of the newborn (TTN) is a self-limited disease
• Transient tachypnea is more likely to occur in babies who were:
1. Born before 38 weeks gestation
2. Delivered by C-section, especially if labor has not already started
3. Born to a mother with diabetes
• Newborns with transient tachypnea have breathing problems soon after birth, most often
within 1 - 2 hours.
• Symptoms include:
1. Bluish skin color (cyanosis)
2. Rapid breathing, which may occur with noises such as grunting
3. Flaring nostrils or movements between the ribs or breastbone known as retractions
• Sesak nafas pada bayi
• Tanpa retensi CO2 (normal tekanan CO2 pada pemeriksaan AGD)
• Faktor risiko → SC ELEKTIF
• Pada persalinan normal, pasase bayi melewati pelvis ibu yang
sempit akan memeras cairan keluar dari paru-paru
• Transient → gejala membaik maksimal dalam 72 jam
Diagnosis Banding
Gambaran Radiologis
• Edema interstisial
• Peningkatan corakan
vaskuler di hilus
• Kadang ditemukan
cairan di fisura
interlobar, efusi
pleura
• X-foto thorax
menjadi normal
dalam 48 jam
BATUK
DURASI USIA
Alergi TB Rinosinusitis
Penumonia
GERD Bronkiektasis
Atipikal
Infeksi
PERTUSIS PERTUSIS
Respirasi
SPECIFIC COUGH
ASMA PERTUSIS
Wheezing (+), episodik, Whopping (+), riwayat
nocturnal, reversibel imunisasi tidak lengkap (DPT)
TB ATIPICAL PNEUMONIA
Demam (+), M.tuberculosis Usia sekolah, walking
(+), stunting pneumonia
RHINOSINUSITIS
GERD
Post Nasal Drip/PND (+),
Muntah (+), gagal tumbuh
hidung tersumbat (+)
LR-TRACHEOMALACIA
OSAS → ngorok, riw.alergi (+)
Stridor (+), gagal tumbuh
CLD, etc
(+)
TB pada anak
Petunjuk Teknis Tatalaksana TB Anak
• Penegakan diagnosis TB anak didasarkan 4 hal :
– Konfirmasi bakteriologis TB
– Gejala klinis yang khas TB
– Adanya bukti infeksi TB(tuberculin atau kontak TB)
– Foto thorax sugestif TB
• Sistem skoring:
– Telah digunakan untuk diagnosis TB anak
– Bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan tuberculin dan foto
thoraks, maka skoring ini akan tidak dapat terpenuhi
seluruh komponennya
– Sehingga dibuat alur diagnostik berdasarkan klinis dan
pemeriksaan bakteriologis
Sistem Skoring
MANTOUX TEST
Tatacara:
• 0,1 ml intrakutan di bagian
volar lengan bawah.
• Pembacaan 48-72 jam
setelah penyuntikan
Bila Negatif:
o Tidak ada infeksi TB
o Masa inkubasi
o Anergi
Pengobatan TB anak
Terapi
• Fase Intensif :
Kombinasi 3-5 OAT
selama 2 bulan awal (2
RHZ)
• Fase Lanjutan :
Kombinasi 2 OAT
selama 4 bulan (4 RH)
Profilaksis TB pada Anak
Dosis obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 3 Dosis obat: INH 5-10 mg/kgBB/hari
bulan selama 6-12 bulan
Jika setelah 3 bulan hasil negative dan tidak ada
kontak → profilaksis dihentikan
Usia RR (kali/menit)
<2 bulan 60
2-12 bulan 50
1-5 tahun 40
AGE COMMON ETIOLOGIES (as in order) LESS COMMON ETIOLOGIES
2 to 24 RSV Streptococcus Mycoplasma pneumoniae
months Human metapneumovirus pneumoniae Haemophilus influenzae (type B
Parainfluenza viruses Chlamydia and nontypable)
Influenza A and B trachomatis Chlamydophila pneumoniae
Rhinovirus
Adenovirus
Enterovirus
ATAU
Amoksisilin 2x25mg/kgBB (3 hari)
➢ bisa rawat jalan
Pneumonia DEMAM + batuk dan kesulitan Ampisilin/amoksisilin 4x25-50
Berat bernafas, + minimal satu dari: mg/kgBB/kali IV atau IM DAN
• Kepala terangguk-angguk + Kloramfenikol 3x25mg/kgBB IM
• Pernafasan cuping hidung atau IV
• Retraksi subkostal ATAU
• Tidak dapat menyusu, atau + Gentamisin 1x7,5mg/kgBB IM
memuntahkan semuanya ATAU
• Kejang, letargis. Atau tidak Seftriakson 1x80-100 mg/kgBB IM
sadar atau IV
• Sianosis ➢ rawat inap
• Distress nafas berat
• Foto dada menunjukkan
gambaran pneumonia
(infiltrat luas, konsolidasi,
dll)
Kriteria Rawat Inap
Bayi Anak
• Saturasi Oksigen ≤ 92% ➢Saturasi oksigen ≤ 92%
• Sianosis ➢Sianosis
• RR > 60x/menit ➢Distress pernapasan,
• Distress pernapasan, grunting
apnea intermitten, atau ➢Terdapat tanda dehidrasi
grunting ➢Keluarga tidak bisa
• Tidak mau merawat dirumah
minum/menetek
• Keluarga tidak bisa
merawat di rumah
Gambaran Radiologis
Penyakit Gambaran radiologi khas
Asthma Diafragma mendatar, hiperinflasi
Bronkiolitis Hiperekspansi, infiltrat, peribronkial thickening
A biphasic stridor
suggests a glottic or
subglottic lesion.
Diagnosis Banding Stridor
Diagnosis Gejala
Croup -Batuk Menggonggong
-Low grade fever
-Suara Serak
-Distress pernafasan
Benda Asing -Riwayat tiba-tiba tersedak
-Distres Pernafasan
Difteri -Imunisasi DPT tidak ada/tidak lengkap
-Sekret hidung bercampur darah
-Bull neck
-Tenggorokan merah / faringitis
-Membran putih keabuan di faring/tonsil -> pseudomembran
Laryngomalacia The most common cause of chronic stridor, esp in children < 2 y.o.
Laryngomalacia
• Kelainan kongenital dari kartilago
laring → supraglotis jatuh saat
inspirasi → obstruksi
• Penyebab: keterlambatan maturitas
laring
• Dimulai usia 4-6 minggu, memuncak
usia 6-8 bulan, remisi usia 2 tahun
• Gejala dan tanda:
✓ Stridor inspirasi, terutama saat
telentang atau menangis
✓ Tidak ada kesulitan makan atau
pertumbuhan
✓ Laringoskopi: omega-shaped
epiglottis
• Terapi: observasi
Croup
Cause: Most commonly Parainfluenza Virus
Klasifikasi Penanganan
Croup Ringan: • Corticosteroid (Dexamethasone)
-Demam • Edukasi, bila membaik -> rawat jalan
-Suara Serak
-Batuk Menggonggong
-Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah
Croup Sedang: Corticosteroid (Dexamethasone) Monitor
-Batuk menggonggong lebih sering dalam 4 jam
-Stridor terdengar walaupun anak tenang Membaik -> Edukasi, rawat jalan
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah Jika tidak membaik, tangani sebagai Croup Berat
ke dalam
Croup Berat: - Corticosteroid (Dexamethasone)
-Batuk menggonggong lebih sering - Epinefrin rasemik. 2ml adrenalin 1/1000 dalam
-Stridor terdengar jelas 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer selama 20 menit,
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ulangi bila perlu
ke dalam - Oksigenasi
-Anak agitasi dan stressed Antibiotik tidak seharusnya diberikan
Intubasi dan trakeostomi: Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik seperti tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intubasi sedini
mungkin.
Contoh Resep Croup
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Fina usia 5 tahun dengan BB 20 kg
(Resep 3 hari)
Semarang, 29 Agustus 2020
Penyebab Croup → virus
R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I
Tidak perlu diberikan Antibiotik
S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C)
R/ Dexamethasone tab 1,2 mg
Saccharin q.s.
m.f. pulv dtd no. III
S 1 dd pulv I
Thumb sign
Epiglotitis: Halloween Sign (-)
Epiglottitis
Usia < 1 tahun : Usia 1 – 2 tahun : Usia 2 – 5 tahun : Usia 5 tahun – remaja:
• BBLR • besi kurang karena • Masukan besi Kehilangan besi karena
• Gemeli tidak mendapat kurang (makanan) perdarahan antara lain
• Susu formula makanan tambahan • Kebutuhan >>> karena
rendah besi (hanya minum ASI) karena infeksi infestasi parasit dan
• Anemia selama • Kebutuhan berulang/ poliposis
kehamilan meningkat karena menahun. Remaja – dewasa :
infeksi berulang/ • Kehilangan >> Kehilangan besi karena
menahun. karena perdarahan menstruasi >>
• Malabsorpsi antara lain karena (perempuan)
divertikulum
Meckel.
Anemia defisiensi besi
Anamnesis : Pemeriksaan Fisik :
• Mudah lelah, lemas, lesu • Tampak anemis
• Tampak pucat • Disfagia
• Tidak nafsu makan, mudah marah • Atrofi papil lidah/ glositis
• Daya tahan tubuh ↓ • Stomatitis Angularis
• Gangguan perilaku dan prestasi • Kuku Sendok (koilonychia)
belajar • Tidak ada ikterus, organomegali,
• Makanan < zat besi dan makan limfadenopati
makanan hambat penyerapan zat • Takikardi
besi (kalsium, Fitat) • Bising jantung sistolik (semua katup)
• Konsumsi susu saja hingga 2 tahun • Rentan infeksi
(milkaholics) • Gangguan tumbuh
• Infeksi malaria/ infeksi parasit • Pada Hb < 5 g/dL → sering iritable
(Ankylostoma dan Schistosoma) dan anoreksia
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK
Usulan pemeriksaan penunjang :
• Darah rutin
• EKG
• Pemeriksaan profil besi(MCV, MCHC,
MCH, SI, TIBC)
Nilai Normal Hb :
• Neonatus : 14 – 27 g/ dL
• Bayi : 10 – 17 g/ dL
• Batita : 9 – 15 g/dL
• Anak : 11 - 16
Hb Barts disease
Beta Mayor • Hb dengan 4 rantai gamma →
• Anemia berat Sebabkan hydrops fetalis, IUFD
• Transfusi seumur hidup
• Splenomegali, facies cooley
• Lab : anisositosis, HbH disease
poikilositosis, target cell, • Hb dengan 4 rantai beta →
basophilic stippling. Anemia hemolitik (Hb 7-11 g/dL)
kronis, mikrositosis,
splenomegaly.
Beta Minor (trait)
• Asimptomatik
• Lab : anemia ringan, Thalassemia alfa minor
mikrositik, sel target, tear • Asimptomatik, anemia ringan
drop cell. • Lab : anemia, mikrositik
hipokromik, sel target
Pemeriksaan Lab
• Pemeriksaan darah lengkap :
peripheral blood smear → target
cell, Howell-jolly bodies.
• Hb-elektroforesis → pengukuran
secara densitometri, pada
thalassemia beta terdapat
peningkatan HbA2, penurunan HbA
dan peningkatan HbF. Pada
thalassemia alfa, pada dewasa
dapat normal,pada anak terdapat
HbH atau Hb Barts.
• Pengukuran HbA2 untuk diagnosis
thalassemia.
• Determinasi HbAF → metode alkali THAL : Target cell, Howell Jolly bodies,
denaturation, ELISA dan Kleihauer Anisocytosis, Low MCV (mikrositik)
test.
Transfusi : PRC
Indikasi :
• Hb < 8
• Hb >8, bila keadaan umum kurang baik, anorexia, gangguan aktivitas,
gangguan pertumbuhan, adanya splenomegaly, perubahan pada tulang.
Deferasirox (exjade)
• Dosis 20-40 mg/kgBB.
• Diberikan 1 kali per hari
• Monitor fungsi hepar dan ginjal tiap
3-4 minggu
DIAGNOSIS
• Riwayat perdarahan pada pria.
• Jumlah trombosit normal
• Bleeding time normal
• Clotting time memanjang
• PT : normal
• APTT : memanjang
Hemarthrosis spontan
TATALAKSANA
Simulasi Kasus
Keluhan Utama: Sesak nafas
• Seorang anak berusia 6 bulan dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik karena
tampak sesak sejak 3 hari yang disertai dengan demam, beringus, dan batuk
kering. Keluhan dirasakan terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh suhu.
• Riwayat keluhan sebelumnya dan keluhan serupa di keluarga disangkal.
• Pada pemeriksaan:
• T 38,5oC,
• N 110x/menit,
• RR 40x/menit,
• Auskultasi toraks terdengar suara wheezing serta tampak retraksi subkostal.
Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus
pasien
b. Pemeriksaan penunjang
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Tatalaksana
e. Edukasi
Keluhan Utama: Lemas
• An. Reza, 8 tahun dibawa oleh orang
tuanya ke dokter karena mengalami
kelemahan dan pucat sejak 3 bulan
terakhir.
• Keluhan terkadang disertai kuning.
• Anak juga mengeluhkan perut terasa
begah
• Ternyata Anak Reza sudah sering
mendapatkan transfusi sejak 3 tahun yang
lalu karena keluhan yang berulang.
• Pada pemeriksaan ditemukan adanya
konjungtiva pucat, sklera ikterik, serta
hepatosplenomegali.
Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus
pasien
b. Pemeriksaan penunjang
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Tatalaksana
e. Edukasi