You are on page 1of 4

Memasuki abad ke-21, pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia mengenal dan menggunakan

konsep ekstrak. Hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) kefarmasian, pertanian, dan kedokteran di Indonesia.

Iptek kefarmasian telah berkembang dalam bidang ekstraksi, analisis, dan teknologi proses.
Hal ini memungkinkan ekstrak menjadi bahan baku, bahan antara, ataupun bahan produk
yang terjamin mutu dan keajegan kandungan kimianya. Iptek kedokteran (modern) mulai
menerima ekstrak terstandar sebagai obat multi-komponen yang aman, berkhasiat, dan
memiliki efek farmakologis. Kemajuan biologi molekuler, kultur sel, dan biomedik lainnya
memungkinkan penelitian respon biologis dan klinis dari terapi dengan ekstrak.

Ekstrak sebagai produk Iptek kefarmasian dan kedokteran dapat mendorong Iptek pertanian
untuk mengembangkan konsep tumbuhan obat unggulan sebagai bahan baku ekstrak.

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam simplisia dapat
digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat bergantung pada sifat fisik dan senyawa aktif simplisia.

Keajegan kadar senyawa aktif merupakan syarat mutlak mutu ekstrak yang diproduksi. Oleh
sebab itu, setiap ekstrak harus distandardisasi. Standardisasi dalam kefarmasian adalah
serangkaian parameter, prosedur, dan cara pengukuran untuk memastikan mutu ekstrak.
Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai parameter standar umum dan parameter standar
spesifik.

Ekstrak tumbuhan obat merupakan peluang dan tantangan bagi perkembangan Iptek di
Indonesia. Iptek kefarmasian, kedokteran, dan pertanian perlu bekerja sama untuk
mengembangkan dan memanfaatkan ekstrak tumbuhan obat secara optimal. Standardisasi
ekstrak sangat penting untuk memastikan mutu, keamanan, dan manfaatnya.
Simplisia

* Bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

* Simplisia nabati: tumbuhan utuh, bagian tumbuhan, eksudat tumbuhan.

* Simplisia hewani: hewan utuh, zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa bahan kimia murni.

* Simplisia pelikan (mineral): simplisia yang berasal dari mineral.

Klasifikasi Simplisia Nabati

* Organ: daun, batang, bunga, akar, rimpang, dan lain-lain.

* Jaringan: parenkim, kolenkim, sklerenkim, xilem, floem, dan lain-lain.

* Zat aktif: alkaloid, flavonoid, steroid, tanin, dan lain-lain.

Proses Pengolahan Simplisia

* Penyortiran: memilih simplisia yang memenuhi syarat.

* Pencucian: membersihkan simplisia dari kotoran.

* Pengeringan: mengurangi kadar air simplisia.

* Pengecilan ukuran: mempermudah proses ekstraksi.

* Penyimpanan: menjaga mutu simplisia.

*Ekstrak*

* Sediaan pekat yang diperoleh dengan cara menarik zat aktif dari simplisia menggunakan
pelarut tertentu.

* Macam-macam ekstrak:
* Ekstrak cair: maserat, infus, dekok, tingtur, dan lain-lain.

* Ekstrak kental: ekstrak kental cair, ekstrak kental kering.

* Ekstrak padat: serbuk kering, simplisia terstandar.

*Metode Ekstraksi*

* Maserasi: simplisia direndam dalam pelarut selama beberapa waktu.

* Perkolasi: pelarut dialirkan melalui simplisia yang telah dikemas dalam kolom.

* Soxhletasi: pelarut diuapkan dan dikondensasikan kembali pada simplisia secara berulang.

* Refluks: pelarut diuapkan dan dikondensasikan kembali pada simplisia dalam wadah
tertutup.

* Ultrasonikasi: menggunakan gelombang ultrasonik untuk memecah sel simplisia.

*Parameter Standar Umum Ekstrak*

* Identitas: memastikan ketepatan jenis simplisia yang digunakan.

* Kadar air: menentukan kadar air dalam ekstrak.

* Kadar abu: menentukan kadar abu total dalam ekstrak.

* Kadar sari larut: menentukan kadar senyawa yang larut dalam pelarut tertentu.

* Uji cemaran logam berat: memastikan keamanan ekstrak dari kontaminasi logam berat.

* Uji mikroba: memastikan keamanan ekstrak dari kontaminasi mikroba.

Faktor Internal*

Kadar air simplisia: Semakin tinggi kadar air simplisia, semakin tinggi pula kadar air
ekstraknya.
Kandungan senyawa hidrofilik: Senyawa hidrofilik (suka air) dalam simplisia akan mengikat
air, sehingga meningkatkan kadar air ekstrak.

Metode ekstraksi: Metode ekstraksi yang menggunakan pelarut air (seperti infus dan dekok)
akan menghasilkan ekstrak dengan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode
ekstraksi yang menggunakan pelarut non-air (seperti maserasi dengan etanol).

*Faktor Eksternal*

Pelarut: Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi akan mempengaruhi kadar air ekstrak.
Pelarut air akan menghasilkan ekstrak dengan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pelarut non-air.

Suhu:Semakin tinggi suhu ekstraksi, semakin banyak air yang diuapkan, sehingga kadar air
ekstrak akan semakin rendah.

Waktu ekstraksi: Semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak air yang diekstrak, sehingga
kadar air ekstrak akan semakin tinggi.

You might also like