You are on page 1of 11

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 39, NO. 2, DESEMBER 2012: 233 . 243

Perilaku Bullying pada Mahasiswa Berasrama


Mangadar Simbolon1
Universitas Indonesia Advent, Bandung

Abstract

•ž•Ž—•œ 1‹ž••¢’—•1Œ‘Š›ŠŒ•Ž›’œ•’Œœ1™‘Ž—˜–Ž—Š1‘Šœ1‹ŽŒ˜–Ž1Š1Œ˜—ŒŽ›—1‹ŽŒŠžœŽ1Ž•žŒŠ•’˜—Š•1’—œ•’•ž•’˜—1
where educative individuals are being train has in fact become a place of bullying. Bullying is an
act of hurting someone done by an individual or group. Bullying is not limited to a community or
educational institutional, such as a university, as a whole, but it happened in a narrower area that
is related to a campus . dormitory. Dormitory, a place conducive for learning is a social laboratory,
with an educative, social, moral and regeneration function. Based on the statistical data of bullying
cases of university A, released by the office of the student affairs in 2008, it was found out that
there are 1 or 2 cases every semester. Bullies usually consist of 1 to 8 students.To know the types of
bullying, factors and affects that causes the act on the victims and dormitory community, and
efforts of prevention. A qualitative research was done to dig deep into the real picture of bullying.
An interview and discussions were done toward 14 reseach subject. Sources and methodology
triangular were done to validate the data. Data analysis was done using the open coding steps.
Bullying causes factors in university A is the same in general that is seniority factor, imitating the
past experiences. Seniors expect themselves to be honored and problem occurred when juniors
dishonored them. Bullies bullied because they were once victims, therefore bullying is somehow
done as an act of revenge. Bullying acts occurred in dormitory of university A in Bandung. Anti-
bullying systems designed by the university are: Religious understanding development, religious
teaching implemen•Š•’˜—ð1 ž™•’••’—•1 –˜›Š•1 ŸŠ•žŽœï1 •‘Ž›œ1 •‘’—•œ1 •˜—Ž1 Š›Ž1 ’–™›˜Ÿ’—•1 œ•ž•Ž—•œ 1
controlling system by the dormitory deans and monitors (dormitory workers).
Keywords: bullying, dormitory, students

Tindakan1bullying terhadap sesama, Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Pada


terlebih yang terjadi di lingkungan insti- tahun 2006, di Indonesia terdapat 247
tusi pendidikan menjadi keprihatinan ber- kasus kekerasan fisik (29 kasus terjadi di
bagai kalangan. Sejak dilakukan penelitian sekolah), 426 kasus kekerasan seksual (67
tentang bullying di Eropa pada tahun 1970, kasus di sekolah), dan 451 kasus kekerasan
hingga kini kasus ini sangat menarik psikis (96 kasus di sekolah) (Multiply,
perhatian dunia pendidikan maupun ma- 2007). Bahkan dari bulan Januari sampai
syarakat luas. Menurut Yahaya dan Juni tahun 2007, Komisi Nasional Perlin-
Ahmad (2005) terhadap survei tahun 2004 dungan Anak memperoleh laporan 326
yang dilakukan oleh Departemen Pendi- kasus bullying terjadi di wilayah Jabode-
dikan Jepang menyebutkan bahwa terda- tabek. Hal ini menunjukkan telah terjadi
pat 24.898 kasus bullying di sekolah. Dari peningkatan kasus bullying yang sangat
jumlah tersebut, 12.307 kasus terjadi di besar (Muhammad, 2009).
Bullying merupakan istilah yang diil-
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat hami dari kata dalam bahasa Inggris bull
dilakukan melalui: triwahyunipalupi@yahoo.com yang artinya banteng yang suka menye-

JURNAL PSIKOLOGI 233


BULLYING, MAHASISWA BERASRAMA

rang dengan tanduknya (menanduk). yakni sudah dapat dikenai sangsi-sangsi


Penggunaan istilah bullying selalu dihu- pidana tertentu apabila melanggar pera-
bungkan dengan tindak kekerasan, seperti turan hukum.
yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Asrama mahasiswa merupakan tem-
Indonesia (KKBI) bahwa bullying memiliki pat hunian yang strategis dan bermanfaat
persamaan arti dengan kekerasan. Keke- sebagai pengganti rumah tempat tinggal
rasan dimaksud adalah sebagai usaha bagi penghuninya pada saat mereka
untuk menyakiti yang dilakukan oleh menempuh pendidikan di perguruan
sebuah kelompok atau seseorang (Sejiwa, tinggi. Biasanya penghuni asrama adalah
2008). Muhammad (2009) bahwa bullying mahasiswa yang berasal dari luar daerah,
adalah perilaku agresif dan menekan, baik jauh dari kampus, sehingga mereka meng-
dalam bentuk tindakan fisik secara lang- huni asrama. Mahasiswa yang tinggal di
sung atau menyerang melalui kata-kata. asrama memperoleh pengalaman yang
Pelakunya tidak hanya para senior, tetapi sangat bermanfaat bahkan bersejarah bagi
juga guru, orangtua dan orang-orang di perjalanan hidup, karir, khususnya perja-
lingkungan sekitar. lanan studinya. Dua kategori yang menda-
Berdasarkan data statistik yang dike- sari pendirian asrama yaitu: (a) asrama
luarkan Biro Kemahasiswaan Universitas mahasiswa didirikan oleh pemerintah dae-
A, bahwa terdapat data berkisar antara rah, (b) asrama mahasiswa didirikan oleh
satu sampai dua kasus bullying di asrama perguruan tinggi. Asrama dapat dijadikan
setiap semester, dengan jumlah pelaku sebagai laboratorium sosial memiliki
bullying berkisar dari satu sampai delapan fungsi edukatif, sosial, moral, dan kader.
orang. Tindakan hukuman yang diberikan Asrama memiliki fungsi edukatif karena
kepada pelaku berbentuk skorsing sela- asrama dapat dijadikan tempat belajar
ma dua semester. Bila dibiarkan berlang- yang kondusif khususnya untuk belajar
sung terus menerus, efek bullying bagi kehidupan. Sebagai fungsi sosial, asrama
kedua belah pihak baik bagi korban mau- dapat menjadi wahana untuk meningkat-
pun pelaku akan mengganggu proses kan keterampilan sosial sehingga penghu-
pembelajaran (Biro Kemahasiswaan Uni- ninya mampu beradaptasi dan mampu
versitas A - Bandung, 2008). menghargai perbedaan individu. Fungsi
Menurut Suryabrata dalam Suci (2008) moral, karena asrama dapat dijadikan
pada usia 18 tahun sampai 25 tahun dise- wahana untuk menjalin integritas kepriba-
but sebagai usia mahasiswa sebenarnya. dian dan moral keagamaan. Fungsi lain-
Pada usia tersebut mahasiswa digolong- nya adalah kaderisasi, karena asrama
kan dalam masa dewasa awal. Mahasiswa dapat dijadikan wahana untuk melatih
merupakan peserta didik yang sedang penghuninya tentang keterampilan kepe-
mengikuti proses belajar mengajar di mimpinannya. Akhirnya para penghuni
perguruan tinggi. Rentang usianya ber- asrama memiliki keunggulan dan perilaku
kisar antara 18-19 tahun sampai 24-25 kepemimpinan, sehingga kelak siap men-
tahun. Jadi berdasarkan usia, mahasiswa jadi pemimpin masa depan (Wahab, 2008).
sudah masuk pada masa dewasa awal. Hal Berdasarkan sumber dari Biro Admi-
ini berarti bahwa pada usia itu seseorang nistrasi (2006) asrama Universitas A me-
sudah dianggap dewasa dan selanjutnya rupakan asrama yang dibangun oleh Uni-
dianggap sudah mempunyai tanggung- versitas A yang berlokasi di Kota Ban-
jawab terhadap perbuatan-perbuatannya, dung, Jawa Barat. Pendirian asrama

234 JURNAL PSIKOLOGI


SIMBOLON

dimaksudkan untuk memberikan fasilitas menginjak kaki, meludahi, memalak,


bagi para mahasiswa. Pengaturan jumlah melempar dengan barang, menghukum
mahasiswa yang menghuni setiap kamar dengan cara push up. Bentuk bullying
diatur oleh pengawas asrama atau kepala verbal adalah jenis bullying yang juga bisa
asrama. Secara organisasi, Wakil Rektor terdeteksi karena dapat tertangkap oleh
Bidang Kemahasiswaan membawahi indra pendengaran orang. Contoh bullying
Kepala asrama, selanjutnya Kepala asrama verbal antara lain: memaki, menjuluki,
bertugas untuk mengatur, mengawasi, menghina, meneriaki, mempermalukan di
membina, bahkan menjadi orangtua asuh hadapan umum, menuduh, menyoraki,
bagi semua penghuni asrama. Kepala menebar gosip, serta memfitnah. Jenis
asrama membawahi monitor yang mem- bullying yang paling berbahaya adalah
bantu mengatur ketertiban di asrama. bullying mental atau psikologis, hal terse-
Setiap lantai (hall) diawasi oleh seorang but terjadi secara diam-diam dan di luar
Monitor. Monitor adalah mahasiswa yang pemantauan orang. Contohnya adalah:
dipilih berdasarkan kriteria yang telah memandang sinis, memandang penuh
ditetapkan menurut peraturan asrama. ancaman, mempermalukan di hadapan
Setiap kamar difasilitasi dengan tempat umum, mendiamkan, mengucilkan, mem-
tidur, meja belajar, almari pakaian, rak permalukan, meneror melalui pesan pen-
buku serta kamar mandi bagi empat orang dek telepon genggam atau email, meme-
penghuni. Penghuni kamar terdiri dari lototi, serta mencibir (Sejiwa, 2008).
berbagai tingkat, jurusan dan asal daerah Faktor penyebab terjadinya bullying
yang berbeda. Pengaturan penghuni ka- yaitu faktor internal dan eksternal. Sebagai
mar tersebut bertujuan supaya di asrama faktor internal adalah: (a) karakteristik
dapat terjadi laboratorium sosial. kepribadian, (b) kekerasan yang dialami
Falsafah pendidikan Universitas A sebagai pengalaman masa lalu, (c) sikap
didasarkan atas pokok-pokok kepercayaan keluarga yang memanjakan anak sehingga
agama, Pancasila dan Undang Undang tidak membentuk kepribadian yang ma-
Dasar (UUD) 1945. Kehidupan masyarakat tang. Faktor eksternal yang menyebabkan
mahasiswa yang tinggal di asrama diatur kekerasan adalah: (a) lingkungan, dan (b)
berdasarkan pedoman umum tentang budaya (Hoover, et al., 1998).
kehidupan berasrama. Beberapa kegiatan Teori Bandura mengatakan bahwa
rutin yang dilakukan oleh seluruh peng- perilaku manusia sebagian besar merupa-
huni asrama adalah ibadah setiap pagi dan kan perilaku yang dipelajari. Demikian
petang secara bersama-sama, pemberlaku- halnya dengan perilaku kekerasan. Teori
an jam wajib belajar dimalam hari, serta belajar sosial yang dipelopori oleh Ban-
pemeriksaan kamar setiap malam sebelum dura menyatakan bahwa perilaku kekeras-
tidur yang dilakukan Kepala asrama an merupakan perilaku yang dipelajari
dibantu oleh Monitor (Pedoman Peraturan dari pengalaman masa lalu, apakah mela-
Umum Universitas A, 2008). lui pengamatan langsung (imitasi), pengu-
Tiga kategori praktek bullying yaitu: kuh positif, dan karena stimulus diskri-
(a) bullying fisik, (b) bullying non fisik, (c) minatif. Perilaku kekerasan sering diaso-
bullying mental atau psikologis. Bentuk siasikan dengan teori belajar sosial. Dinya-
bullying fisik adalah jenis bullying yang takan bahwa mekanisme penting bagi
kasat mata. Contoh bullying fisik antara perilaku kekerasan pada anak-anak adalah
lain: menampar, menimpuk, menjegal, adanya proses belajar melalui pengamatan

JURNAL PSIKOLOGI 235


BULLYING, MAHASISWA BERASRAMA

langsung. Pengamatan pada orang di Universitas A, pernah terjadi kasus


sekelilingnya yang berperilaku kekerasan bullying. Alasan lainnya adalah, latar
atau mungkin mengontrol perilaku keke- belakang penghuni kamar di asrama yang
rasan dan kemudian menirukannya. cukup beragam, mulai dari daerah asal,
Secara eksternal korban kekerasan pada asal sekolah, status ekonomi orangtua,
umumnya berasal dari keluarga yang tingkat, dan jurusan yang berbeda. Perbe-
sangat protektif (Boeree,2006; Rigby & daan-perbedaan tersebut memicu timbul-
Slee, 1999b). nya kesenjangan sosial sehingga menye-
Upaya pencegahan untuk memutus babkan terjadinya bullying (Sukmadinata,
siklus bullying menurut Townsend (1998) 2005).
adalah peran serta orang tua, peran Peneliti adalah instrumen utama da-
seorang konselor di institusi pendidikan lam penelitian ini, yang dibantu oleh
dan peran lingkungan. Pelaku bullying seorang asisten. Peneliti berhadapan lang-
atau perilaku bullying biasanya berasal sung dengan subjek penelitian untuk
dari keluarga yang tidak memiliki melakukan wawancara mendalam. Alat
hubungan harmonis. Akibatnya seorang peneltian yang digunakan adalah pedo-
anak yang berasal dari keluarga tersebut man wawancara dan pedoman diskusi
akan mencari pelampiasan emosional, kelompok terarah yang telah dipersiapkan
salah satunya adalah perilaku bullying. oleh peneliti. Pedoman tersebut berisi
Penelitian ini bertujuan untuk menge- daftar pertanyaan dengan pertanyaan
tahui; (1) Bentuk-bentuk perilaku bullying, terbuka tentang fenomena perilaku keke-
untuk. (2) Faktor-faktor penyebab terjadi- rasan dan upaya pencegahan serta peng-
nya perilaku bullying. (3) Dampak perilaku hentiannya pada mahasiswa berasrama,
bullying bagi korban, pelaku dan lingkung- catatan lapangan, tape recorder dan kaset,
an asrama. (4) Dan untuk mengetahui handycam, serta kamera.
usaha-usaha yang telah dilakukan pihak Pengumpulan data dilakukan melalui
institusi dalam usahanya mencegah terja- wawancara mendalam (indepth interview).
dinya perilaku bullying pada mahasiswa Wawancara ini dilakukan kepada subjek
penghuni asrama. penelitian penelitian yaitu mahasiswa kor-
ban bullying, mahasiswa pelaku bullying,
dan Kepala asrama. Wawancara dilakukan
Metode
kepada subjek penelitian agar dapat
Penelitian ini menggunakan rancang- mengungkap riwayat terjadinya perilaku
an penelitian kualitatif untuk menggali bullying ditinjau dari sudut korban, pelaku
secara mendalam serta memperoleh gam- bullying dan Kepala asrama yang pernah
baran yang nyata tentang pemahaman dan menangani kasus bullying. Diskusi kelom-
penilaian dari perspektif pelaku, korban, pok terarah (DKT) dilakukan dengan
Kepala asrama dan mahasiswa mengenai menggunakan maximum variation sampling,
perilaku bullying di asrama. Bullying terse- yaitu memilih variasi fenomena yang bera-
but meliputi: (a) kekerasan fisik, (b) verbal, gam dari kelompok monitor, saksi peri-
(c) psikologis yang terjadi di asrama Uni- laku bullying dan kelompok mahasiswa
versitas A. Penelitian dilakukan di asrama lain. Pengumpulan data juga melalui
yang berada di dalam kampus Universitas observasi tidak terstruktur. Observasi
A-Bandung. Alasan pemilihan lokasi digunakan untuk mengamati kehidupan
karena pertimbangan bahwa di asrama di asrama dan iklim pergaulan antar

236 JURNAL PSIKOLOGI


SIMBOLON

mahasiswa di asrama, sistem pengelolaan kekuasaan. Bullying dilakukan oleh sese-


asrama, serta pengawasan monitor dan orang maupun sekelompok anak muda
kepala asrama. pada orang yang lebih lemah. Tetapi
Pada penelitian ini, keabsahan data bukan bullying jika kedua orang yang
(trustworthiness) yaitu dilakukan triangu- sama kuatnya sedang bersitegang atau
lasi sebagai berikut: (a) triangulasi sumber, berkelahi.
(b) triangulasi metode. Teknik analisis Faktor penyebab bullying karena per-
data yang digunakan dalam penelitian ini bedaan etnis, resistensi terhadap tekanan
adalah analisis data kualitatif. Data yang kelompok, perbedaan keadaan fisik, ma-
diperoleh melalui observasi tidak terstruk- suk di sekolah yang baru, orientasi seksual
tur, indepth interview dan DKT selanjutnya serta latar belakang sosial ekonomi.Faktor
dianalisis sehingga menjadi sebuah tema penyebab terjadinya bullying oleh maha-
dengan menggunakan langkah-langkah siswa di Universitas A pada umumnya
dalam menganalisis data kualitatif (open sama, yaitu faktor senioritas, meniru serta
coding). pengalaman masa lalu. Sesuai dengan
Subjek penelitian sebanyak 14 orang pendapat Heames, et al. (2006); Lodge dan
didasarkan pada kriteria subjek penelitian. Frydenberg (2006); Juwita (2008) di
Subjek penelitian terdiri atas empat orang Indonesia sejak lima tahun terakhir gejala
mahasiswa yang pernah melakukan tin- bullying di sekolah mulai diperhatikan
dakan bullying kepada mahasiswa lainnya. oleh media massa, walaupun dengan
Selebihnya, 10 orang subjek penelitian istilah yang berbeda-beda. Dalam bahasa
sebagai triangulasi sumber. Subjek peneli- pergaulan sehari-hari sering disebutkan
tian terdiri dari berbagai latar belakang sebagai kata gencet-gencetan . Hal terse-
jurusan pendidikan dan budaya yang but juga sesuai dengan teori belajar sosial
berbeda. oleh Bandura bahwa perilaku kekerasan
merupakan perilaku yang dipelajari dari
pengalaman masa lalu, apakah melalui
Hasil dan Diskusi pengamatan langsung (imitasi), pengukuh
positif dan karena stimulus diskriminatif.
Mengenali bullying
Beberapa wujud bullying yang pernah
Pemahaman mahasiswa tentang terjadi di asrama universitas A adalah
bullying cukup beragam. Wawancara berupa intimidasi, pemalakan, pemukul-
mendalam kepada mahasiswa khususnya an, ucapan-ucapan kotor dan melecehkan.
pelaku bullying dapat ditarik kesimpulan Intimidasi dilakukan dengan mengguna-
bahwa mereka memahami bullying sebagai kan kata-kata yang keras atau yang
suatu tindakan yang merugikan bagi disebut dengan bullying verbal. Menurut
pelaku maupun korban. Para korban Logde dan Frydenberg (2006) bentuk
mengatakan bahwa bullying adalah suatu bullying lainnya yang sering digunakan
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oleh orang-orang muda adalah agresi. Hal
pihak yang kuat terhadap pihak yang yang cukup tragis ditemukan pada pene-
lemah. Menurut Smith et al. (2003), bullying litian ini yakni adanya bentuk bullying
adalah suatu aksi negatif yang secara yang lebih ekstrim dari sekadar intimidasi.
intens bertujuan untuk mengintimidasi Bentuk bullying tersebut adalah pemaksa-
serta menyakiti orang lain. Bullying juga an pada korban untuk menenggak mi-
didefinisikan sebagai penyalahgunaan numan keras, pelaku menelanjangi korban

JURNAL PSIKOLOGI 237


BULLYING, MAHASISWA BERASRAMA

lalu korban tersebut dipaksa untuk mandi mengakibatkan korbannya menjadi putus
di tengah malam. Kendati para mahasiswa asa, menyendiri, tidak mau bergaul, tidak
tinggal di asrama yang cukup dengan bersemangat, bahkan berhalusinasi. Mes-
aturan dan rutinitas beribadah, tetapi kipun ejekan, cemoohan, olok-olok mung-
masih terdapat perilaku bullying yang kin terkesan sepele dan terlihat wajar,
sangat merugikan bagi penghuninya. namun pada kenyataan hal itu tidak
Bullying dapat terjadi diberbagai tem- sepenuhnya benar. Hal-hal tersebut dapat
pat, kapanpun, dan pada siapa saja. Pene- menjadi senjata tak kenal ampun yang
litian sebelumnya menunjukkan bahwa secara perlahan namun pasti dapat meng-
bullying dapat terjadi di rumah tangga, hancurkan seseorang. Aksi-aksi negatif
sekolah dan lingkungan kampus (Syakrani dari perilaku bullying dapat mengancam
& Mafriana, 2005). Bullying dilakukan tat- segala aspek kehidupan para korbannya.
kala mahasiswa sedang menjalani orien- Apalagi jika perilaku bullying mengarah
tasi pengenalan kampus bahkan juga dila- pada aksi kekerasan fisik. Hasil dari
kukan di asrama tempat tinggal mereka. penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Pada Universitas A tempat penelitian ini lain menunjukkan persamaan yaitu bahwa
dilakukan, bullying terjadi bukan hanya di korban bullying akan cenderung menga-
asrama tetapi juga di lingkungan kampus lami berbagai gangguan. Gangguan terse-
terutama di tempat-tempat yang bebas but meliputi penyesuaian sosial yang bu-
dari pengawasan dosen maupun Kepala ruk juga gangguan psikologis (Riauskina,
asrama. Pelaku bullying bebas melakukan dkk, 2005). Berbeda halnya dengan pelaku,
tindakannya ketika orang-orang yang melalui ungkapan yang terekam menun-
dianggap memiliki kewenangan di kam- jukkan bahwa ia merasa semakin memiliki
pus sedang tidak mengawasi mereka. wibawa. Demi menjaga wibawa diantara
Tempat-tempat yang paling dianggap teman-temannya, pelaku melakukan bully-
kondusif untuk melakukan bullying ada- ing. Pelaku juga mendapatkan kepuasan
lah: kamar mandi, kamar kosong, bahkan setelah melakukan tindakan tersebut.
kamar hunian korban ketika penghuni Kendati demikian, setengah dari subjek
lainnya tidak ada di tempat. penelitian yang merupakan pelaku
bullying mengaku ada akibat lain yang
Temuan yang didapati pada tahun
dirasakan setelah melakukan perbuatan-
2012 di Universitas A adalah adanya
nya yaitu rasa malu dan minder. Ungkap-
bullying yang dilakukan antar saudara.
an ini menunjukkan bahwa lingkungan
Banyak mahasiswa yang bersaudara kan-
sosial menjadikan ia merasa terhukum
dung maupun saudara jauh berkuliah di
atas perbuatannya. Hal tersebut membuat
universitas tersebut. Secara ideal, seharus-
pelaku malu atas perbuatan yang pernah
nya sebagai saudara baik kandung mau-
dilakukannya.
pun kerabat jauh tetap menjaga tali
persaudaraan. Apalagi mahasiswa yang
Mengatasi bullying
bersaudara tersebut tinggal di asrama dan
jauh dari orangtua. Bullying yang dilaku- Hampir semua subjek penelitian pada
kan antar saudara tersebut adalah pengan- penelitian ini mengatakan bahwa me-
caman dengan menggunakan senjata nangani pelaku bullying harus dengan
tajam. sikap yang tegas tetapi bijaksana. Mem-
perlakukan mereka dengan hormat,
Hasil penelitian yang dilakukan di
sehingga mereka akan mempertanggung-
asrama Universitas A, bahwa bullying

238 JURNAL PSIKOLOGI


SIMBOLON

jawabkan perbuatannya. Menurut Sejiwa Agar terhindar dari bullying tiap


(2008) menghadapi pelaku bullying dengan mahasiswa harus memiliki keterampilan
sabar dan jangan menyudutkannya de- merespon celaan dengan tenang, tanpa
ngan pertanyaan-pertanyaan interogatif. harus terpancing emosi. Pada dasarnya
Memelihara harga dirinya, serta memper- jika orangtua mendidik anak-anaknya
lakukannya dengan penuh hormat. Para menjadi orang-orang yang berkepribadian
pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai yang kuat, maka mereka akan tahan
pelaku kriminal, jika dibandingkan terhadap segala terpaan energi negatif
dengan mahasiswa yang tidak melakukan yang berlangsung di sekitarnya. Seorang
bullying. Karena itu, satu hal yang harus anak dididik untuk tidak saling membalas
ditekankan adalah, jangan pernah menya- kekerasan dengan kekerasan. Lebih lanjut
lahkannya, tetapi sebaliknya memberi dikatakan bahwa anak perlu dibekali cara-
kepercayaan agar dapat memperbaiki cara menghindar dari kekerasan (Sejiwa,
dirinya. 2008). Hasil diskusi kelompok terarah
Menangani korban bullying harus pada penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan cara menumbuhkan dan mem- salah satu cara yang dilakukan oleh
bangkitkan kepercayaan dirinya (Smith, et korban untuk menghindari bullying adalah
al., 2005). Pada penelitan ini ditemukan dengan tidak menunjukkan sikap dan
bahwa penanganan yang serupa diberikan perilaku yang dapat menyinggung pera-
pada korban bullying. Mengingat serius- saan seniornya. Hal tersebut sesuai de-
nya dampak bullying khususnya terhadap ngan pendapat pelaku bahwa mereka
korban, maka usaha yang dilakukan tidak akan melakukan tindakan bullying
adalah memberi perhatian dan pertolong- pada mahasiswa yang menurutnya tidak
an yang serius. Memberikan semangat sok jagoan dan menunjukkan sikap baik.
untuk tetap berkuliah serta meyakinkan Fenomena bullying sebagai perilaku
mereka untuk tetap tinggal di asrama buruk yang telah meluas dan berlangsung
dengan meningkatkan keamanan dan lama. Bahkan di tempat kerja ketika maha-
kenyamanan di asrama. Perlakuan Kepala siswa bekerja sebagai pekerja paruh wak-
asrama yang penuh respek diharapkan tu, tindakan bullying dapat terjadi. Dewasa
akan membawa pengaruh besar untuk ini banyak dijumpai bullying terjadi di
menghilangkan rasa trauma bagi diri institusi pendidikan mulai dari tingkat
mahasiswa yang menjadi korban bullying. yang paling dasar hingga di perguruan
Demikian juga perhatian dari teman- tinggi (Muhammad, 2009). Menciptakan
teman mahasiswa lainnya, akan memberi- lingkungan kampus yang bebas dari
kan semangat untuk tetap melanjutkan bullying tentu sangat diharapkan oleh para
perkuliahannya. Menurut Polanin, et al. mahasiswa, orangtua maupun dosen.
(2012) penanganan terhadap bullying harus Beberapa ide dikemukakan oleh subjek
melibatkan pengelola institusi pendidikan. penelitian yang tujuannya adalah untuk
Institusi pendidikan dalam hal ini kampus membebaskan lingkungan kampus khu-
harus mempertimbangkan program yang susnya di asrama dari bullying. Ide ter-
berfokus pada pencegahan bullying ketim- sebut yakni: peraturan tegas anti bullying,
bang langsung mendisiplin pelaku perlindungan kepada saksi dan korban,
bullying. Sehingga patut untuk diingat sosialisasi antibullying, serta kerjasama
bahwa bullying tidak dapat dihadapi semua pihak.
dengan bullying.

JURNAL PSIKOLOGI 239


BULLYING, MAHASISWA BERASRAMA

Sistem Anti bullying hentikan bullying. Berdasarkan hasil


wawancara mendalam, dukungan yang
Salah satu unsur dalam skema sistem
selama ini telah diberikan di Universitas A
anti bullying adalah kebijakan institusi
dilakukan oleh pihak-pihak antara lain:
pendidikan. Kebijakan institusi pendidik-
pimpinan universitas, Kepala asrama,
an antara lain adalah membuat seperang-
dosen, orangtua serta peran bimbingan
kat peraturan tentang pencegahan, peng-
konseling. Mahasiswa yang tinggal di
hentian serta intervensi bagi korban
asrama mempunyai orangtua asuh di
maupun pelaku. Kebijakan lainnya adalah
dalam kampus. Peran serta perhatian dari
menerapkan serta menegakkan kerjasama,
orangtua asuh akan berguna bagi maha-
tanggung jawab seluruh sivitas akademika
siswa. Kendati sudah diterapkan sistem
kampus (Milsom & Gallo, 2006). Kebijakan
orangtua asuh, demi kenyamanan hidup
yang dirancang di Universitas A antara
di kampus berasrama, mahasiswa tetap
lain: peningkatan pemahaman agama,
memiliki keinginan untuk mendapatkan
menghidupkan ajaran agama, serta mene-
dukungan serta pendampingan tatkala
gakkan nilai-nilai keluhuran. Pelaksanaan
mereka melakukan sesuatu kegiatan di
kegiatan beribadah sekali dalam sepekan
dalam kampus.
secara bersama yang dilakukan oleh selu-
ruh sivitas akademika juga dilakukan di Dalam skema sistem anti bullying
Universitas A. Hal lain yang diberlakukan yang diusulkan bahwa aktivitas bagi
adalah sistem pengawasan mahasiswa di warga kampus menjadi salah satu unsur
asrama oleh Monitor dan Kepala asrama yang penting. Menurut Milsom dan Gallo
(pegawai asrama). Mahasiswa diberikan (2006) kampus harus menciptakan akti-
kesempatan untuk mengutarakan pen- vitas serta atmosfer untuk memunculkan
dapatnya melalui angket yang dibagikan. kreativitas dan menciptakan rasa nyaman
Kendati demikian, tindakan melanggar bagi mahasiswa. Menurut subjek peneli-
etika dan tata tertib di kampus Universitas tian, aktivitas olahraga menjadi pilihan
A masih tetap dilakukan oleh mahasiswa. yang dianggap paling tepat untuk anti
Berdasarkan hasil observasi, masih terda- bullying. Kegiatan ekstrakurikuler lain
pat mahasiswa yang kurang menegakkan misalnya: tata boga dan merangkai bunga
sikap hormat kepada sesama mahasiswa. sangat diharapkan oleh beberapa subjek
Terdengar ucapan-ucapan kasar yang penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan,
terlontar dari mulut mereka. Hal tersebut Universitas A memiliki banyak grup
dapat memicu terjadinya kesalahpahaman paduan suara dan grup pencinta alam.
yang berakibat pada perselisihan. Setiap malam minggu diadakan kegiatan
atau acara yang melibatkan mahasiswa
Kebijakan anti bullying yang diterap-
dan beberapa dosen di dalamnya. Di
kan oleh Universitas A harus didukung
kampus tersebut juga tersedia berbagai
oleh berbagai pihak. Hal senada ditutur-
fasilitas olahraga serta sebuah gedung
kan dalam sebuah penelitian yang dilaku-
(student center) yang digunakan sebagai
kan oleh peneliti lain bahwa upaya pence-
fasilitas kegiatan mahasiswa.
gahan bullying memang harus menjadi
perhatian semua pihak. (Orpine, et al., Terjadinya bullying atau aksi intimi-
2003). Seluruh komponen yang terkait dasi fisik, verbal, maupun psikologis yang
dengan lingkungan kampus antara lain terjadi dilingkungan asrama membawa
mahasiswa, dosen, maupun orang tua dampak bagi korban maupun pelakunya.
harus mempunyai peran untuk meng- Tanda-tanda terjadi tindakan bullying

240 JURNAL PSIKOLOGI


SIMBOLON

harus tetap diwaspadai karena meng- pemaksaan pada korban untuk meneng-
akibatkan dampak yang tidak baik teru- gak minuman keras, ditelanjangi lalu
tama bagi korbannya. Tidak sedikit kasus korban tersebut dipaksa untuk mandi di
bullying di asrama yang akhirnya menim- tengah malam. Faktor penyebab terjadinya
bulkan trauma besar bagi siswa untuk bullying oleh mahasiwa di Universitas A,
melanjutkan pendidikan. Pemahaman yaitu faktor senioritas, meniru serta
mahasiswa tentang bullying cukup bera- pengalaman masa lalu. Para pelaku pada
gam, bahwa mereka memahami bullying umumnya melakukan bullying karena
sebagai suatu tinda-kan yang merugikan memilki pengalaman menjadi korban pada
bagi pelaku maupun korban. Para korban masa lampau. Sehingga perilaku bullying
mengatakan bahwa bullying adalah suatu dilakukan karena ingin melampiaskan
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh balas dendam.
pihak kuat terhadap pihak lemah. Hasil penelitian yang dilakukan di
Sikap yang bijaksana dan arif sangat asrama Universitas A, bahwa bullying
diperlukan dalam menangani pelaku mengakibatkan korbannya menjadi putus
bullying maupun korban bullying. Bullying asa, menyendiri, tidak mau bergaul, tidak
tidak hanya memberi dampak negatif bersemangat, bahkan berhalusinasi. Berbe-
pada korban, melainkan juga pada para da halnya dengan pelaku, mereka merasa
pelakunya. Hampir semua subjek peneli- semakin memiliki wibawa. Pelaku juga
tian pada penelitian ini mengatakan bah- mendapatkan kepuasan setelah melaku-
wa menangani pelaku bullying harus kan tindakan tersebut. Kendati demikian,
dengan sikap yang tegas tetapi bijaksana. setengah dari subjek penelitian yang
Memperlakukan mereka dengan hormat, merupakan pelaku mengaku ada akibat
sehingga mereka akan mempertanggung- lain yang dirasakan setelah melakukan
jawabkan perbuatannya. perbuatannya yaitu rasa malu dan minder.
Kebijakan anti bullying yang diterap- Ungkapan ini menunjukkan bahwa ling-
kan oleh universitas harus didukung oleh kungan sosial menjadikan pelaku merasa
berbagai pihak. Upaya pencegahan terhukum atas perbuatannya.
bullying memang harus menjadi perhatian Kebijakan yang dirancang di Universi-
semua pihak. Seluruh komponen yang tas A antara lain: peningkatan pemahaman
terkait dengan lingkungan kampus antara agama, menghidupkan ajaran agama, serta
lain mahasiswa, dosen, maupun orang tua menegakkan nilai-nilai keluhuran. Pelak-
harus punya peran untuk menghentikan sanaan kegiatan beribadah sekali dalam
bullying. sepekan secara bersama-sama dengan
seluruh civitas akademika. Hal lain yang
diberlakukan adalah sistem pengawasan
Kesimpulan
mahasiswa di asrama oleh Monitor dan
Bentuk-bentuk bullying yang pernah Kepala asrama (pegawai asrama). Maha-
terjadi di asrama Universitas A yaitu; siswa diberikan kesempatan untuk
berupa intimidasi, pemalakan, pemukul- mengutarakan pendapatnya melalui ang-
an, ucapan-ucapan kotor dan melecehkan. ket yang dibagikan. Saran-saran yang
Hal yang cukup tragis ditemukan pada dapat diberikan bagi Universitas A khu-
penelitian ini yakni adanya bentuk susnya biro kemahasiswaan dan depar-
bullying yang lebih ekstrim dari sekadar temen asrama antara lain: (1) perlu
intimidasi. Bentuk bullying tersebut adalah meniadakan jarak antara mahasiswa baru

JURNAL PSIKOLOGI 241


BULLYING, MAHASISWA BERASRAMA

dengan mahasiswa lama melalui penga- kompas.com. tanggal 25 September


daan aktivitas lapangan beregu yang 2008.
berkompetisi; (2) pembentukan dewan Lodge, J. &Frydenberg, E. (2006). The role
pengawas untuk memantau sejauhmana of pear Bysnanders in school bullying:
bullying dapat dicegah; (3) memanfaatkan positive steps toward promoting
fasilitas universitas dan keterampilan peaceful school. Journal of Education,
mahasiswa untuk menciptakan kreativitas, 44(4), 320-336.
(4) memanfaatkan pelayanan bimbingan
Milsom, A., & Gallo, L.L. (2006). Bullying
konseling sebagai upaya proteksi dari
in midlle schoolprevention and inter-
perilaku bullying, (5) dan pembentukan
vention. Middle School Journal, 37(3),
dukungan teman sebaya (support group)
12-19
sebagai program universitas dalam
mengatasi bullying. Muhammad, M. (2009). Aspek perlindung-
an anak dalam tindak kekerasan
(bullying) terhadap siswa korban
Kepustakaan kekerasan di sekolah. Jurnal Dinamika
Biro Administrasi. (2006). Profil universitas. Hukum, 9(3) 20-29.
Diunduh dari:www//unai.edu.com. Multiply Corp. (2007). Bullying di sekolah.
tanggal 10 September 2008. Diunduh dari: http//www.Lifestyle
Biro Kemahasiswaan Universitas A - kids.com tanggal 3 Maret 2008.
Bandung. (2008). Data mahasiswa terkait Orpines, P., Horne, A.M., & Staniszewsk,
sanksi disiplin. Bandung:Indonesia D. (2003). School bullying, changing
Publishing House. the problem by changing the school
Boeree, C.G. (2006). Personality theories. School Psychology Review, 32, 431-444.
Yogyakarta: PrismaSophie. Pedoman Peraturan Umum Universitas A.
Departemen Pendidikan & Kebudayaan. (2008). Peraturan bag mahasiswa berasra-
(1989). Kamus besar bahasa Indonesia. ma. Bandung: Indonesia Publishing
Jakarta: Balai Pustaka. House.

Dinas Pariwisata Jawa Barat (2006). Profil Polanin, J.R., Espelage, D.L., & Pigott, T.D.
kota Bandung. Diunduh dari: http:// (2012) A meta analysis of school based
www.bandung.go.id. tanggal 10 Sep- ‹ž••¢’—•1 ™›ŽŸŽ—•’˜—1 ™›˜•›Š– 1 Ž••ŽŒ•œ1
tember 2008. on intervention behavior school.
Psychology Review, 41(1) 47-65.
Heames, J.T., Harvey, M.G., &Treadway,
D. (2006). Status inconsistency: an Riauskina, I., Djuwita, R. & Soesetia, S.R.
antedent to bullying behavior in ûXVV[üï1 Ž—ŒŽ•-•Ž—ŒŽ•Š— 1 •’–Š•Š1
groupsJournal of Human Resources siswa/siswi kelas I SMA: Naskah
Management, 17(2), 384-361. kognitif tentang arti, skenario, dan
•Š–™Š”1 Ž—ŒŽ•-•Ž—ŒŽ•Š— ï1 Journal
Hoover, J., & Milner C.W. (1998). Are
PsikologiSosial, 12, 1-13.
hazing and Bullying related to love
and belongingness? Reclaiming chil- Rigby, K., & Slee, P. (1999b). Suicidal
dren and youth.Request Psychology ideation among adolescentschool
Journal, 7(3), 138-141 children, involvement in bully-victim
problems and perceived social sup-
Juwita, R. (2008). Sekolah nyaman, bullying
enggan. Diunduh dari: http://www.

242 JURNAL PSIKOLOGI


SIMBOLON

port. Journal of Suicide & Life- Sukmadinata, S.N. (2005). Metodologi pene-
Threatening Behavior, 29, 119-130. litian pendidikan. Bandung: PT Remaja
Sejiwa. (2008). Bullying,mengatasi kekerasan RosdaKarya.
di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Syakrani & Mafriana. (2005). Kaji tindak
Jakarta:Gramedia. penanggulangan kekerasan dalam rumah
Smith, J.D., Cousins, J.B., & Stewart. B. tangga. Yogyakarta: Pusat Studi
(2005). Anti bullying intervention in Kependudukan dan Kebijakan Univer-
schools: ingridents of affective pro- sitas Gadjah Mada.
gram. Canadian Journal of Education, 28 Townsend, J.M. (1998). Diagnosa
(4), 739-762. keperawatan pada keperawatan psikiatri,
Smith, P.K., Singer, M., Helge, H., & Edisi 3 (terjemahan). Jakarta: EGC.
Cooper, C.L.(2003).Victimization in Wahab, R. (2008). Asrama mahasiswa = lab
school & the workplace: are there any sosial. Kedaulatan Rakyat. 2 Maret. hal.
link?. British Journal of Psychology. 94, 1 & 23.
175-188. Yahaya, A., & Ahmad, A.L. (2005).
Suci, R.R. (2008) Perbedaan self-regulation Persepsi guru dan pelajar terhadap
pada mahasiswa yang bekerja dan perlakuan bullying di kalangan pelajar
mahasiswa yang tidak bekerja. Jurnal Sekolah Menengah Daerah Batu Pahat.
Ilmiah Psikologi, 1(1) 34-48. Jurnal Teknologi, 43(5), 63-66.

JURNAL PSIKOLOGI 243

You might also like