You are on page 1of 8

pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

LITERATURE REVIEW : DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA


FOURNIER’S GANGRENE

Putri Radhiah1*, Irna Wijaya2, Mars Dwi Tjahjo3

1
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
3
Departemen Urologi, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Email korespondensi : putriradhiah98@gmail.com


*)

__________________________________________________________________

Abstract: Literature Review : Diagnosis and Management of Fournier’s


Gangrene. Forunier's gangrene is an emergency condition in urological surgery
caused by a polymicrobial synergistic infection in the genitalia and perineum area and
can develop into an infection that spreads rapidly through the fascia plane, causing
necrosis of the skin, subcutaneous tissue, and fascia. Fournier's gangrene is
necrotizing fasciitis caused by a polymicrobial synergistic infection of the genitalia
and perineum that develops acutely and aggressively, with a mortality rate of up to
73%. Fournier gangrene is a very rare case that occurs in 1.6 cases per 100,000
men per year. The age range of most patients is 50-79 years and the ratio between
men and women is 10:1. According to the National Database Investigation, fournier
gangrene shows a mortality rate of 20-40% with an incidence rate of 88%. The
highest incidence occurred in the United States which reached 1.9 cases per
100,000 men with a mortality rate of 6.2%. The etiology of FG is an infectious state
whose source is colorectal (30-50% of cases), urogenital (20-40% of cases),
cutaneous, or tissue trauma. Colorectal sources can be local infections, abscesses
in the perianal, perirectal, or ischiorectal areas, perforation of the colon,
diverticulitis, rectal carcinoma, and others with the most frequent predisposing
factors being diabetes mellitus and alcoholism. The main goals of management of
Fournier's gangrene are aggressive and immediate debridement of necrotic tissue,
improving hemodynamics with immediate fluid resuscitation, and administration of
broad-spectrum antibiotics.
Keywords : fournier gangrene, diagnosis, management

Abstrak: Literature Review : Diagnosis Dan Tatalaksan Fournier’s


Gangrene. Fournier’s Gangren merupakan kondisi kegawatdaruratan di bedah
urologi yang disebabkan infeksi sinergis polimikrobial pada daerah genitalia dan
perineum dan dapat berkembang menjadi infeksi yang menyebar secara cepat
melalui bidang fascia, menyebabkan nekrosis pada kulit, jaringan subkutan, dan
fascia. Fournier’s gangrene adalah necrotizing fasciitis yang disebabkan infeksi
sinergis polimikrobial pada daerah genitalia dan perineum yang berkembang secara
akut dan agresif, dengan tingkat mortalitas hingga 73%. Fournier gangrene adalah
kasus yang sangat langka yang terjadi sebesar 1.6 kasus dari 100.000 pria
pertahunnya. Rentang umur pasien paling banyak adalah 50-79 tahun dan rasio
antara laki-laki dan perempuan adalah 10:1. Menurut Investigasi Database
Nasional, fournier gangrene menunjukkan angka kematian mencapai 20-40%
dengan angka kejadian 88%. Insiden tertinggi terjadi di Amerika Serikat yang
mencapai 1,9 kasus per 100.000 pria dengan angka kematian mencapai 6,2%.
Etiologi FG adalah keadaan infeksi yang sumber terseringnya dari kolorektal (30-
50% kasus), urogenital (20-40% kasus), kutaneus, atau trauma jaringan. Sumber
kolorektal dapat berupa infeksi lokal, abses di daerah perianal, perirektal, atau
ischiorektal, perforasi kolon, divertikulitis, karsinoma rekti, dan lain-lain dengan
faktor predisposisi yang paling sering adalah diabetes mellitus dan alkoholisme.
Tujuan utama penatalaksanaan dari fournier gangren yaitu tindakan

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2669
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

debridement jaringan nekrosis yang agresif dan segera, memperbaiki


hemodinamik dengan resusitasi cairan segera, serta pemberian antibiotik
spektrum luas.
Kata Kunci : Fournier’s gangrene, diagnosis, tatalaksana

PENDAHULUAN
Forunier’s Gangren merupakan immunosupresi. Berdasarkan penelitian
kondisi kegawatdaruratan di bedah yang dilakukan oleh Martinschek A.
urologi. Kondisi klinis ini pertama kali (2014), penyebab utama fournier’s
ditemukan oleh Jean Alfred Fournier gangrane adalah diabetes mellitus.
(1832-1914), yang merupakan Pasien dengan fournier gangrene
dermatologist dan venerologist. Fournier dapat ditegakkan diagnosisnya melalui
menemukan kondisi dimana 5 pasien presentasi klinis. Presentasi klinis
laki-laki muda yang memiliki klinis gangren Fournier dapat bervariasi dapat
berupa infeksi yang progresif dan cepat tergantung pada tingkatan infeksi dan
pada jaringan superficial dari skrotum komorbid pada pasien. Nyeri, eritema,
dan penis tanpa etiologi yang pasti. dan pembengkakan dapat menyerupai
Sekarang, Fournier’s Gangren infeksi lain seperti selulitis dan erisipelas
dimasukkan kedalam subklasifikasi dari (Voelzke & Hagedorn, 2018). Komplikasi
necrotizing fasciitis. Oleh karena itu, tersering pada Fournier’s Gangren dapat
Fournier’s Gangren dideskripsikan berupa sepsis, gagal organ pernafasan,
sebagai infeksi nekrosis jaringan lunak gagal ginjal hingga kegagalan
yang berasal dan terbatas pada genitalia multiorgan. Prognosis penyakit ini
atau perineum (Hota, 2012). bergantung terhadap identifikasi awal
Fournier’s gangrene adalah dan penatalaksanaan, disertai dengan
necrotizing fasciitis yang disebabkan isolasi bakteri penyebab yang tepat,
infeksi sinergis polimikrobial pada hingga terapi antimikroba yang sesuai
daerah genitalia dan perineum yang (Cabello et al., 2016).
berkembang secara akut dan agresif,
dengan tingkat mortalitas hingga 73%. METODE
Fournier’s gangrene dapat berkembang Metode yang dilakukan dalam
menjadi infeksi yang menyebar secara penulisan literature review ini adalah
cepat melalui bidang fascia, yang menggunakan penelusuran elektronik
menyebabkan nekrosis pada kulit, melalui database yaitu pubmeb,
jaringan subkutan, dan fascia. Fournier sciencedirect dan google scholar. Metode
gangrene adalah kasus yang sangat ini digunakan dengan tujuan
langka yang terjadi sebesar 1.6 kasus menyajikan, menambah pengetahuan
dari 100.000 pria pertahunnya. Rentang dan pemahaman mengenai topik yang
umur pasien paling banyak adalah 50- dibahas dengan meringkas materi yang
79 tahun dan rasio antara laki-laki dan telah diterbitkan serta memberikan
perempuan adalah 10:1 (Sorensen et informasi fakta atau analisis baru dari
al., 2009). Menurut Investigasi tinjauan literatur yang relevan. Strategi
Database Nasional, fournier gangrene penelusuran yang dipakai pada
menunjukkan angka kematian mencapai penelitian ini merujuk pada kerangka
20-40% dengan angka kejadian 88%. SPIDER (Sample, Phenomenon of
Insiden tertinggi terjadi di Amerika Interest, Design, Evaluation, Research
Serikat yang mencapai 1,9 kasus per Type). Penjabaran lebih jelas mengenai
100.000 pria dengan anka kematian SPIDER dijelaskan oleh Gardiner
mencapai 6,2%. Penyebab awal infeksi (2012), “Sample” merupakan subjek
dapat bermula di urogenital, anorektal, penelitian atau literatur. “Phenomenon
cutaneus, atau retroperitoneal. Pasien of Interest” merujuk pada perilaku,
fournier gangrene pada umumnya pengalaman, atau intervensi yang
memiliki underlying disease seperti diberikan. “Design” merupakan desain
diabetes mellitus, obesitas, malnutrisi, penelitian yang digunakan dalam

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2670
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

kiteratur. “Evaluation” merupakan juga membuat penderita rentan akan


hasil atau kondisi yang dihasilkan dari infeksi karena terganggunya fungsi
penelitian yang telah dilakukan. kemotaksis, fagositasi, dan aktivasi
Sedangkan “Research type” antigen presenting cell (Sola et al.,
menunjukkan jenismetode penelitian 2016). Konsumsi alkohol dapat
yang diguakan pada literatur (Gardiner, menurunkan kemampuan sel fagosit
2012). dalam melawan bakteri patogen. Faktor
lainnya adalah usia yang terlalu muda
HASIL atau tua, adanya kondisi keganasan,
ETIOLOGI riwayat penggunaan steroid jangka
Pengetahuan mengenai etiologi panjang, malnutrisi, dan infeksi HIV
kasus Fournier’s Gangrene telah (Djaya, 2018).
berkembang dari dianggap idiopatik
hingga saat ini hanya ada kurang dari PATOFISIOLOGI
25% kasus FG idiopatik. Etiologi FG Bakteremia adalah awal mekanisme
adalah keadaan infeksi yang sumber terjadinya nekrosis fascia dalam
terseringnya dari kolorektal (30-50% Fournier’s Gangrene. Bakteremia adalah
kasus), urogenital (20-40% kasus), keberadaan bakteri di dalam darah yang
kutaneus, atau trauma jaringan. dibuktikan dengan kultur darah.
Sumber kolorektal dapat berupa infeksi Nekrosis fascia yang terjadi kemudian
lokal, abses di daerah perianal, menginisiasi kaskade sitokin yang
perirektal, atau ischiorektal, perforasi menyebabkan kerusakan endotel yang
kolon, divertikulitis, karsinoma rekti, kemudian mengaktifkan tromboplastin
dan lain-lain (Chennamsetty et al., yaitu kaskade koagulasi dengan
2015). Sumber urogenital dapat berupa penghambatan fibrinolisis dan
striktur uretra, infeksi saluran kemih pembentukan mikrotrombosis
kronis, epididimitis, dan insersi diseminata dari pembuluh yang
instrumen seperti kateter transuretra. memperdarahi fascia. Kerusakan pada
Sumber kutaneus dapat berupa endotel juga menyebabkan ekstravasasi
hidradenitis supuratif, folikulitis, dan plasma darah, pembengkakan jaringan,
infeksi pasca operasi di bagian skrotum. dan infiltrasi leukosit. Semua itu
Sumber trauma jaringan dapat berupa menyebabkan nekrosis iskemik pada
trauma iatrogenik seperti sirkumsisi, fascia (Chernyadyev et al., 2018).
gigitan binatang seperti serangga, Faktor penting dalam terjadinya FG
vasektomi, dan lain-lain (Hohenfellner adalah infeksi polimikrobial.
dan Santucci, 2007). Pada wanita Mikroorganisme yang sering menjadi
sumber infeksi bisa bersumber dari penyebab FG secara teori memiliki
abses kelenjar Bartholini atau vulvar, agresivitas yang rendah jika infeksi
episiotomi, histerektomi, dan abortus bersifat tunggal. Mikroorganisme
septik (Chennamsetty et al., 2015). penyebabnya biasanya memiliki sifat
komensal di kulit, perineum, dan organ
FAKTOR PREDISPOSISI genital seperti Clostridia, Streptococci,
Diawali oleh keadaan infeksi, Klebsiella, Coliform, Staphylococci,
kondisi apapun yang menyebabkan Bacteroides, dan Corynebacteria.
lemahnya imunitas host dapat menjadi Masing-masing mikroorganisme
faktor predisposisi berkembangnya memproduksi berbagai eksotoksin dan
infeksi menjadi Fournier’s Gangrene. enzim seperti kolagenase, heparinase,
Beberapa kondisi yang paling sering hyaluronidase, streptokinase, dan
adalah diabetes mellitus dan alkoholisme streptodornase (Chennamsetty et al.,
(Djaya, 2018). Kondisi pada penderita 2015). Infeksi polimikrobial
diabetes mellitus yaitu tingginya gula memungkinkan terjadinya produksi
darah dan sedikitnya kadar insulin enzim yang sinergis antar
dalam tubuh secara tidak langsung mikroorganisme sehingga multiplikasi
dapat mempengaruhi fungsi sel imun terjadi dengan cepat. Enzim yang
seperti makrofag dan limfosit. Hal ini dihasilkan menyebabkan koagulasi pada

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2671
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

pembuluh darah sehingga suplai darah seperti haemoglobin, hematokrit,


menurun. Penurunan suplai darah leukositosis, gangguan elektrolit,
menyebabkan kadar oksigen hiperglikemik, peningkatan serum
menurun. Hal ini menguntungkan bagi kreatinin, dan hypoalbuminemia.
mikroorganisme fakultatif anaerob dan Pemeriksaan ultrasonografi juga dapat
organisme mikroaerofilik karena dilakukan untuk melihat abses maupun
mempercepat pertumbuhannya. cair dijaringan lunak. Karakteristik
Mikroorganisme anaerob tersering gambaran infeksi dengan nekrosis pada
penyebab FG adalah Bacteroides fragilis. pemeriksaan ultrasonografi berupa
Mikroorganisme aerob tersering adalah adanya gas dijaringan dengan
Eschereria coli, Klebsiella pneumoniae, gambaran hiperekoik disertai bayangan
dan Staphyloccocus aureus. Dapat di daerah distal. Ultrasonografi juga
terjadi endarteritis obliteratif sebagai dapat menunjukkan cairan peritestikular
hasil sinergisme mikroorganisme yang serta penebalan kulit skrotum. Pada
kemudian menyebabkan nekrosis pemeriksaan CT scan, didapatkan
vaskular di lapisan kutan dan subkutan. gambaran patologis dari inflamasi
Hal ini lama kelamaan menyebabkan jaringan lunak atau nekrosis liquefaktif.
kondisi iskemi lokal dan proliferasi Gambaran khas pada CT berupa udara
bakteri. Beberapa kasus melaporkan di jaringan lunak. CT scan juga bisa
kerusakan fascia mencapai 2-3 cm/jam digunakan untuk evaluasi luasnya
(Djaya, 2018). Infeksi FG menyebar jaringan yang terkena fournier
dengan keterlibatan fascia superfisial gangrene, melihat kemungkinan sumber
(fascia Colles) dan deep fascia di area infeksi, serta komplikasi yang mungkin
genital. Infeksi fascia Colles menyebar terjadi pada organ sekitarnya (Djaya,
ke penis dan skrotum melalui fasscia 2018).
Bucks dan Dartos atau menyebar ke
dinding abdomen anterior melalui fascia PROGNOSIS
Scarpa (Chennamsetty et al., 2015). Penilaian tingkat keparahan pasien ini
menggunakan sistem skor Fournier s
DIAGNOSIS gangren Severity Index (FGSI) dengan
Diagnosis dari fournier’s gangrene beberapa parameter seperti yang
ditegakkan berdasarkan kondisi klinis tertera pada Tabel 1. Setiap parameter
pasien. Gejala fournier’s gangrene memiliki 0-4, total skor di atas 9
biasanya diikuti oleh demam, rasa menunjukkan prognosis lebih buruk.
lemas, serta tidak nyaman di daerah Angka mortalitas pada Fournier’s
perineum. Ketidaknyamanan daerah Gangrene berkisar antara 10-30%
genital dan perineum akan memburuk, bahkan dapat mencapai 70%. Terdapat
dan berujung pada rasa nyeri, gatal, beberapa sistem skoring khusus yang
dan sensasi terbakar, eritema, bengkak dapat digunakan untuk membantu
dan berujung pada nekrosis kulit yang menentukan tingkat keparahan dan
terdampak. Selain itu, terdapat juga mortalitas pada Fournier’s Gangrene.
purulent discharge yang disertai bau Penilaian keparahan dan mortalitas
busuk. Gejala klinis yang bisa terjadi pada FG dapat menggunakan
pada pasien fournier’s gangrene dapat Laboratory Risk Indicator for Necrotizing
berupa meningkatnya suhu tubuh, Fascitis (LRINEC) (Tabel 1). Jika skor
takikardi, takipneu, ileus, hingga yang diperoleh kurang dari 5 maka
kegagalan vaskuler. Ketika telah terjadi probabilitas < 50%, jika skor 6- 7 maka
nekrosis pada kulit, fascia yang berada probabilitas 50-75%, sedangkan apabila
dibawahnya juga telah terdampak dan skor di atas 7 maka probabilitas
terjadi nekrosis yang luas. Hal ini > 75%. Komplikasi syok sepsis dapat
menjelaskan mengapa gejala sistemik diprediksi pada skor > 5 poin dengan
juga ditemukan pada pasien fournier’s sensitivitas 82% dan spesifisitas 38%
gangrene (Hohenfellner, 2009). (Menyar, 2017).
Pemeriksaan laboratorium pada
kasus fournier gangrene tidak spesifik,

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2672
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

Tabel 1. Sistem skor Laboratory Risk Indicator for Necrotizing Fascitis


(LRINEC)
Parameter Range Nilai
Hemoglobin (g/dl) >13.5 0
11–13.5 1
<11 2
Leukosit (10^9/L) <15 0
15–25 1
>25 2
Natrium (mmol/L) <135 2
Kreatinine (μmol/L) >141 2
Glukosa >10 1
Protein C-reaktif >150 4

Cara lain untuk menilai angka lebih rendah dan waktu perawatan di
mortalitas pada FG adalah dengan rumah sakit 7-10 hari, kelas II (skor 11-
menggunakan 8 parameter skor FG yang 14) dan kelas III (skor 15-18) yang
dipermudah (Tabel 2). Skor ini membagi memiliki rata-rata waktu perawatan di
kasus FG menjadi 3 kelas yaitu kelas I rumah sakit 15-30 hari(Saber, 2014).
(skor 8-10) memiliki angka mortalitas

Tabel 2. Sistem skoring prognosis Fournier gangrene yang dipermudah


Parameter Skor
Usia pasien
≤ 50 tahun 1
> 50 tahun 2
BMI
< 25 1
≤ 30 2
> 30 3
Suhu tubuh
≤ 38oC 1

> 38oC 2
Denyut nadi
< 100x/menit 1
≥ 100x/menit 2
Tekanan darah sistolik
> 90mmHg 1
< 90 mmHg 2
Presentasi klinis
Awal 1
Tertunda 2
Terlambat 3
Area yang terkena
Satu area 1
Multipel 2
Komorbiditas
Tidak ada 0
DM 1
Multipel 2

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2673
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

Cara lain adalah menggunakan (Tabel 3). Setiap parameter memiliki


Fournier’s gangrene severity index skor 0 sampai 4. Total skor di atas 9
(FGSI). FGSI memiliki 9 parameter yang menunjukkan prognosislebih buruk.
dapat menentukan prognosis pasien

Tabel 3. Sistem Skor Fournier gangrene Severity Index (FGSI)


Paramete Nilai Abnormal Tinggi Normal Nilai Abnormal Rendah
r +4 +3 +2 +1 0 1 2 3 4
Suhu >41 39- - 38,5- 36-38,4 34- 32- 30-31,9 <29,
Tubuh 40,9 39 35,9 33,9 9
Frekuensi >160 140- 110- - 70-109 - 55- 40-54 <39
nadi 159 139 69
(x/menit)
Frekuensi >50 35-49 - 25- 12-24 10-11 6-9 - <5
napas 34
(x/menit)
Serum >7 6-6,9 - 5,5 3,5-5,4 3-3,4 2,5- - <2,5
kalium - 5,9 2,9
(mmol/L)
Serum >180 170- 160- 150- 130-149 - 120- 110- <110
sodium 179 169 159 129 119
(mmol/L)
Serum >3,5 2-3,4 1,5- - 0,6-1,4 - <0.6 - -
kreatinin 1,9
(mg/100
mL)
(dikalikan2
untuk
gagal
ginjal
akut)
Hematokrit >60 - 50- 46- 30-45 - 20- - <20
(%) 59 49 29
Sel darah >40 - 20- 15- 3-14,9 - 1-2,9 - <1
putih 39,9 19,9
(x1000/m
m3)

Serum >52 41-51 - 32- 22-31 - 18- 15-17 <15


bikarbonat 40 21
(mmol/L)

TATALAKSANA Terapi antibiotik harus diberikan segera


Tujuan utama penatalaksanaan dari tanpa menunggu hasil kultur. Antibiotik
fournier gangren yaitu tindakan dosis tinggi, spectrum luas, yang
debridement jaringan nekrosis yang mencakupi gram positif, gram negative
agresif dan segera, memperbaiki serta anaerob harus diberikan.
hemodinamik dengan resusitasi cairan Aminoglikosida dan sepalosporin
segera, serta pemberian antibiotik generasi ketiga hingga empat untuk
spektrum luas. Resusitasi cairan secara bakteri gram negatif, metronidazole
agresif dengan kristaloid atau cairan untuk anaerob, dan penisilin untuk
koloid merupakan hal yang sangat bakteri gram positif. Biasanya dengan
penting untuk mengoptimalkan status kombinasi tiga antibiotik pada masing
hemodinamik pasien. Anemia harus masing golongan secara klinis berhasil.
dikoreksi hingga haemoglobin > 10g/dl. Tetanus toxoid juga bisa diberikan pada

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2674
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

semua pasien fournier’s gangrene. pada pasien sepsis. Hyperbaric Oxygen


Kegagalan multiorgan harus diantisipasi (HBO) telah digunakan sebagai terapi
dan dicegah dengan manajemen cairan tambahan pada kasus fournier’s
yang agresif, serta pemantauan vascular gangren. HBO meningkatkan tekanan
yang ketat. Mean arterial pressure lebih oksigen di jaringan dan memiliki
dari 65 mmHg dan central venous berbagai macam efek menguntungkan
pressure 8-12 cmH2O harus tetap dalam penyembuhan luka. Oxygen free
dipertahankan. Manajemen yang dapat radical dibebaskan dari jaringan hipoksi
dilakukan untuk mengoptimalkan secara langsung ke bakteri anaerob,
oksigen yaitu: 1. Menjaga saturasi aktifitas fibroblast meningkat, yang
oksigen tetap diatas 90% menggunakan diikuti dengan angiogenesis, sehingga
masker oksigen, continuous positive mempercepat penyembuhan luka.
airway pressure (CPAP) atau ventilasi Hydrogen peroxide, eusol, sodium
mekanik, 2. Mengoptimalkan cardiac hypochlorite merupakan bahan yang
output dengan meningkatkan detak sering digunakan dalam membersihkan
jantung serta stroke volume luka. Irigasi sederhana dengan larutan
menggunakan sympathomimetics dan steril saline untuk menjaga luka tetap
volume expansion, 3. Mengoptimalkan lembab sangat efektif dalam
transportasi oksigen menggunakan membersihkan luka terbuka yang luas.
packed red cells untuk menjaga Madu juga bisa digunakan karena
haemoglobin tetap diatas 10 g/dl osmolaritas yang tinggi dan pH yang
(Hohenfellner, 2009). rendah, membantu dalam
Tindakan debridement yang segera membersihkan luka, dan memiliki efek
dan agresif merupakan hal yang sangat meningkatkan konsentrasi oksigen local
penting, dan berkaitan erat dengan dan membantu wound epithelialization.
morbiditas serta mortalitas pasien Ketika pasien telah stabil dan sampai
fournier gangren. Tujuan dari tahap anabolic dengan luka yang telah
debridement adalah membuang asal granulasi, rekonstruksi pada area yang
mula jaringan infeksi, serta membuang terdampak dapat dilakukan dengan skin
jaringan sekitar yang telah terinfeksi. grafting, dengan syarat luka telah bersih
Insisi midline perineum dan skrotum dan kultur bakteri negative
biasanya memberikan hasil yang baik. (Hohenfellner, 2009).
Debridement dilakukan meluas secara
radial dari kulit yang di insisi. Hanya KESIMPULAN
kulit, jaringan subcutaneous serta fascia Fournier's gangrene adalah kasus
yang terinfeksi yang di eksisi. kegawatdaruratan urologi dengan angka
Colostomy diindikasikan jika sphincter mortalitas yang tinggi. Untuk
anal terinfeksi, adanya perforasi rectum menururunkan angka mortalitas
atau colon, pasien imunokompromise fournier's gangrene diperlukan diagnosis
dengan inkontinensia feses, dan jika dini dan tatalaksana segera. Jika
adanya infeksi yang mengenai posterios tatalaksana tertunda, maka area
perineal triangle. Pada scrotectomy, debridement akan meningkat. Diagnosis
semua jaringan nekrosis kecuali testis dini dan tatalaksana segera akan
dan spermatic cord harus di membantu dalam mencegah komplikasi
debridement (Hohenfellner, 2009). seperti penyebaran infeksi yang cepat
Manajemen postoperasi berupa keorgan lain.
pemantauan luka setiap hari dan ganti
verban harus dilakukan. Hasil kultur DAFTAR PUSTAKA
bakteri sangat berguna untuk Cabello R R, Mancilla N G, Feregrino R
pemberian antibiotic yang adekuat. R. 2016. A Case Report of a
Infeksi akibat nosokomial harus dicegah Woman with Fournier’s Gangrene
dengan maksimal. Pemantauan kadar and Morbid Obesity. Rev Latinoam
gula darah 4-6 mmol/l (74-110mg/dl) Patol Clin Med Lab. 63(2):82-86.
untuk optimalisasi imunitas selular dan Chennamsetty A, Khourdaji I, Burks F,
mengurangi morbiditas serta mortalitas Killinger KA. 2015. Contemporary

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2675
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

diagnosis and management of Diabetes, & Metabolism Case


fournier’s gangrene. Ther Adv Reports. 16(35):1-4.
Urol. 7(4):203-215. Sorensen, M. D., Krieger, J. N., Rivara,
Chernyadyev SA, Ufimtseva MA, F. P., Klein, M. B., & Wessells, H.
Vishnevskaya IF, Bochkarev YM, 2009. Fournier's gangrene:
Ushakov AA, Beresneva TA, management and mortality
Galimzyanov FV, Khodakov VV. predictors in a population based
2018. Fournier’s gangrene: study. The Journal of urology,
literature review and clinical cases. 182(6), 2742–2747. Urol Nephrol
Urol Int. 101:91-97. Open Access J. 2014;1(3):00018
Djaya, AMES. 2018. Fournies’s Voelzke, B. B., & Hagedorn, J. C. 2018.
gangrene. CDK. 45(7):528-532. Presentation and Diagnosis of
El-Menyar A, Asim M, Mudali IN, Fournier Gangrene. Urology, 114,
Mekkodathil A, Latifi R, Al-Thani H. 8–13.
2017. The laboratory risk indicator
for necrotizing fasciitis (LRINEC)
scoring: The diagnostic and
potensial prognostic role. Scand J
Trauma, Resuscitation and
Emergency Med.2017;25:28.
Gardiner. (2012) Analisis Pendekatan,
Metode, Strategi, dan Model-Model
Pembelajaran. Bantul DIY. Multi
Presindo
Hohenfellner M, Santucci RA. 2009.
Emergencies in urology. New York:
Springer.
Hota, P. 2012. Fournier's Gangrene:
Report of 2 Cases. Case reports in
emergency medicine. Report in
Emergency Medicine. 2012:1-4.
doi:10.1155/2012/984195
Kuo CF, Lio CF, Chen C, Huang WH, Ho
HP, Wang JS, et al. Prognostic
factors of Fournier’s gangrene in
the elderly: Experiences of a
medical center in Southern
Taiwan. Internat J Gerontol.
2016;10:151-5.
Martinschek A. 2014. Prognostic
aspects, survival rate, and
predisposing risk factors in
patients with Fournier‘s gangrene
and necrotizing soft tissue
infections: Evaluation of clinical
outcome of 55 patients. Urol Int.
2014;89:173-9.
Saber A, Bajwa TM. A simplified
prognostic scoring system for
Fournier’s gangrene.
Sola E, Rivera C, Mangual M, Martinez J,
Rivera K, Fernandez R. 2016.
Diabetes mellitus: an important
risk factor for reactivation of
tuberculosis. Endocrinology,

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 8, Agustus 2023 2676

You might also like