You are on page 1of 7

CASE REPORT

Intisari Sains Medis 2022, Volume 13, Number 3: 764-770


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Kondiloma Akuminata Perianal Disertai


Sifilis Sekunder Dan Infeksi HIV Stadium II Pada
Remaja Laki-Laki Yang Berhubungan Seksual
Dengan Laki-Laki: Laporan Kasus
Published by Intisari Sains Medis

Putu Yunita Primasari1, I.G.A.A. Elis Indira1*, A. A. Indah Jayanthi1

ABSTRACT
Introduction: Men who have sex with men (MSM) patient also experienced weight loss. The patient had
have a high proportion of HIV infection. This is due first sexual intercourse at the age of 15 years, then
to anal intercourse, multi-partner relationships, and frequently changed partners with six different men.
low use of protection such as condoms. The difficulty The patient never had sex with a woman. Sexual
of reaching the MSM community is one of the factors intercourse is carried out anogenitally. Acetowhite
behind the high prevalence of HIV in this group. One examination on verrucous papules-tumor lesions was
study found that the majority of HIV prevalence was positive. Darkfield microscopy (DFM) examination on
among MSM aged 25-49 years. Even though from papules lesions revealed treponemes and reactive
this proportion, the number of MSM with HIV positive results were obtained on VDRL (titer 1:256) and TPHA
is not among teenagers, it does not rule out the (titer >1:5120). PITC examination was reactive with a
possibility that there will be changes in the trend of CD4 count of 27.65%/779 cells/mm3 and a CD8 count
rapid technological development and high levels of of 51.01%/1436 cells/mm3. Treatment given were
promiscuity. HIV infection that is not handled properly trichloroacetic acid (TCA) 80% weekly topically on
can cause patients to experience other types of STIs. condyloma acuminata lesions, injection of benzathine
For this reason, the group of MSM infected with HIV penicillin G 2.4 million international units single dose
and other STI infections needs further review. This case intramuscularly for secondary syphilis treatment, and
report will discuss cases of condyloma acuminata in the antiretroviral (ARV) tenofovir/lamivudine/dolutegrafir
perianal region accompanied by secondary syphilis and 300/300/50 mg 24 hours intraorally for HIV treatment.
Stage II HIV infection in young boys who have sex with Conclusion: Clinical manifestations of condyloma
other men. acuminata and secondary syphilis improved after
Case Description: Male patient aged 17 years, had therapy. Currently, the patient’s prognosis is still
a lump in his anus which grew 9 months ago. The dubious.
Keywords: Condyloma acuminata, syphilis, HIV, MSM.
Cite This Article: Primasari, P.Y., Indira, I.G.A.A.E., Jayanthi, A.A.I. 2022. Kondiloma Akuminata Perianal Disertai
Sifilis Sekunder Dan Infeksi HIV Stadium II Pada Remaja Laki-Laki Yang Berhubungan Seksual Dengan Laki-Laki:
Laporan Kasus. Intisari Sains Medis 13(3): 764-770. DOI: 10.15562/ism.v13i3.1534

ABSTRAK
1
Departemen/KSM Dermatologi Dan Venereologi, Pendahuluan: Laki – laki yang berhubungan seksual tingginya tingkat pergaulan bebas. Infeksi HIV yang
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Prof. dengan sasama laki-laki memiliki proporsi yang tinggi tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan
Dr.I.G.N.G Ngoerah Denpasar; mengalami HIV. Hal tersebut dikarenakan hubungan pasien mengalami jenis IMS lainnya. Untuk itu,
seksual melalui anus, hubungan multi partner, dan kelompok LSL yang terhjangkit HIV dengan infeksi
*Korespondensi: rendahnya penggunaan pelindung seperti kondom. IMS lainnya perlu dikaji lebih lanjut. Pada laporan
I.G.A.A. Elis Indira; Sulitnya menjangkau komunitas LSL menjadi salah kasus ini akan dibahas kasus kondiloma akuminata
Departemen/KSM Dermatologi Dan Venereologi, satu faktor tingginya prevalensi HIV pada kelompok regio perianal disertai sifilis sekunder dan infeksi HIV
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Prof.
tersebut. Sebuah penelitian menemukan mayoritas Stadium II pada remaja laki-lagi yang berhubungan
Dr.I.G.N.G Ngoerah Denpasar;
elisindira@unud.ac.id
prevalensi HIV di kalangan LSL berusia 25-49 tahun. seksual dengan sesama laki-laki.
Meskipun dari proporsi tersebut, angka LSL dengan Deskripsi Kasus: Pasien laki-laki berusia 17 tahun,
positif HIV tidak dari kalangan remaja, namun tidak mengalami benjolan pada anus yang membesar sejak
Diterima: 17-10-2022 menutup kemungkinan akan terjadi perubahan trend 9 bulan lalu. Pasien juga mengalami penurunan berat
Disetujui: 15-11-2022 dikarenakan perkembangan teknologi yang pesat dan badan. Pasien melakukan hubungan seksual pertama
Diterbitkan: 30-12-2022

764 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(3): 764-770
Open| doi:
access:
10.15562/ism.v13i3.1534
http://isainsmedis.id/
CASE REPORT

kali pada usia 15 tahun, kemudian berganti-ganti dan jumlah CD8 51,01%/1436 sel/mm3. Tatalaksana
pasangan dengan sekitar enam laki-laki yang berbeda. yang diberikan yaitu tutul Trichloroacetic Acid (TCA)
Pasien tidak pernah berhubungan seksual dengan 80% setiap minggu pada lesi kondiloma akuminata,
perempuan. Hubungan seksual dilakukan secara injeksi benzatin penisilin G 2,4 juta internasional unit
anogenital. Pemeriksaan penunjang acetowhite pada intramuskular dosis tunggal untuk tatalaksana sifilis
lesi papul-tumor verukosa didapatkan hasil positif. sekunder dan antiretroviral (ARV) yaitu tenofovir/
Pemeriksaan dark field microscopy (DFM) pada lesi lamivudine/dolutegrafir 300/300/50 mg per 24 jam
papul didapatkan treponema serta didapatkan hasil intra oral untuk tatalaksana HIV.
yang reaktif pada pemeriksaan VDRL (titer 1:256) dan Simpulan: Manifestasi klinis pada kondiloma
TPHA (titer >1:5120). Pemeriksaan KTIP pada pasien akuminata dan sifilis sekunder mengalami perbaikan
reaktif dengan jumlah CD4 27,65%/779 sel/mm3 setelah terapi. Prognosis pasien adalah dubius.
Kata kunci: Kondiloma akuminata, sifilis, HIV, LSL.
Sitasi Artikel ini: Primasari, P.Y., Indira, I.G.A.A.E., Jayanthi, A.A.I. 2022. Kondiloma Akuminata Perianal Disertai
Sifilis Sekunder Dan Infeksi HIV Stadium II Pada Remaja Laki-Laki Yang Berhubungan Seksual Dengan Laki-Laki:
Laporan Kasus. Intisari Sains Medis 13(3): 764-770. DOI: 10.15562/ism.v13i3.1534

PENDAHULUAN memiliki prevalensi lebih tinggi terkait berusia 25-49 tahun (13,19%), kemudian
IMS dibandingkan perempuan (8,1%). diikuti oleh kalangan usia 20-24 tahun
Laki-laki yang berhubungan seksual Dari data tersebut juga menunjukan IMS (10,64%), kelompok usia 15-19 tahun
dengan laki-laki (LSL) beresiko tinggi di kalangan laki-laki mayoritas berupa (2,13%), > 50 tahun (0,43%). Meskipun
untuk terkena infeksi menular seksual HIV (46,5%), kemudian sifilis (24,2%), dari proporsi tersebut, angka LSL dengan
(IMS) meliputi kondiloma akuminata gonore (17,9%), dan yang terakhir berupa positif HIV tidak dari kalangan remaja,
(KA), sifilis dan infeksi Human kondiloma akuminata (3,3%). Tentu salah namun tidak menutup kemungkinan
Immunodeficiency Virus (HIV).1–4 Hal ini satu faktor yang menyumbang tingginya akan terjadi perubahan trend dikarenakan
dikarenakan, adanya pilihan hubungan angka IMS khususnya HIV pada laki-laki perkembangan teknologi yang pesat dan
seksual melalui anus. Ketika terjadi akibat perilaku seksual dengan sesama tingginya tingkat pergaulan bebas.10
penetrasi antara penis dan anus dapat jenis (LSL).6 Infeksi HIV yang tidak diterapi akan
menyebabkan menimbulkan peluang Upaya pencegahan penyebaran IMS menyebabkan penurunan imunitas yang
luka atau lecet yang yang lebih tinggi. telah banyak dilakukan, namun infeksi berujung pada mudahnya infeksi oleh
Luka tersebut menjadi sumber masuknya baru diantara kelompok LSL masih berbagai patogen salah satunya kondiloma
infeksi sehingga timbulah gejala-gejala sering ditemukan. Perilaku seksual akuminata. Kondiloma akuminata atau
IMS pada orang tersebut. Selain itu pada kelompok LSL yang sebagian genital warts merupakan infeksi menular
rendahnya penggunaan pelindung seperti besar melakukan hubungan anogenital, seksual yang disebabkan oleh Human
kondom menjadi alasan dibalik tingginya multipartner, dan tidak menggunakan Papilloma Virus (HPV), yang ditandai
angka IMS pada LSL.5 Pada tahun 2007 kondom meningkatkan risiko terjadinya dengan adanya perubahan hiperplasia
dalam lima tahun terakhir, diketahui infeksi menular seksual seperti sifilis mukosa dan kulit, terutama pada
bahwa LSL di Amerika memiliki peluang dan kondiloma akuminata serta HIV.3,4 area genital, perineum, dan perianal.
60 kali lebih tinggi untuk mengalami Selain itu, kelompok LSL sangat sulit Kondiloma akuminata perianal sering
LSL.6 Berdasarkan data Kemenkes RI dijangkau karena kelompoknya yang terjadi pada LSL.11
tahun 2015, infeksi menular seksual yang paling tersembunyi, sehingga penerapan Berdasarkan penelitian di Amerika
sering terjadi pada kelompok LSL antara program pencegahan dan penanggulangan serikat, insiden global infeksi HPV
lain herpes genitalis (11,54%), moluskum HIV dan AIDS sulit untuk diterapkan. berkisar antara 160-289 kasus per 100.000
kontagiosum (9,65%), sifilis (9,65%), Sayangnya, sebuah artikel menjelaskan orang pertahun.12 Kelompok LSL lebih
balanopostitis kandida (7,69%), gonore bahwa kelompok LSL yang terjangkit HIV rentan terkena infeksi HPV terutama pada
(5,77%), dan kondiloma akuminata hanya 25% diantaranya berhusia 40 tahun, pasien dengan HIV positif.13 Pada tahun
(23,8%).7,8 Sebuah penelitian yang Hal tersebut menandakan pada kelompok 2013 sampai dengan 2014, prevalensi
dilakukan di salah satu praktek klinis di LSL yang terjangkit HIV didominasi infeksi HPV anogenital pada LSL dengan
Ubud, Bali melaporkan bahwa prevalensi oleh orang-orang yang berusia produktif HIV positif diperkirakan mencapai
IMS paling tinggi pada kalangan LSL dan masih aktif melakukan hubungan 42,5% dengan rentang usia 18-59 tahun.14
(56,8%) dibandingkan waria (2,2%), seksual.9 Hal tersebut sejalan dengan Prevalensi infeksi HPV anogenital pada
pria pekerja seks (0,7%), wanita pekerja sebuah penelitian disalah satu puskesmas LSL dengan HIV positif di Afrika Selatan
seks (3,6%), injecting drug user (3,6%), di kota Bandung yang melaporkan bahwa 89-93%, di Meksiko 86,1%, Itali 96,3%,
warga binaan permasyarakatan (1,4%). kelompok LSL yang positif HIV mayoritas dan China 82,6%. Pada tahun 2015, dari
Sayangnya di kalangan lelaki (91,9%)

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(3): 764-770 | doi: 10.15562/ism.v13i3.1534 765
CASE REPORT

32 negara di Eropa terdapat 755.937 kasus


KA.15,16
Sifilis adalah infeksi menular seksual
yang disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum. Sifilis sering ditemukan
bersamaan dengan HIV. Adanya koinfeksi
HIV dapat berpengaruh pada manifestasi
klinis sifilis, progresivitas penyakit,
penegakan diagnosis, dan peningkatan
risiko komplikasi neurologis. Yun et al.,
pada tahun 2011 melakukan studi meta
analisis di China dan menyimpulkan
terdapat sebanyak 31,5% LSL memiliki
insidensi HIV maupun sifilis lebih tinggi
secara signifikan di bandingkan dengan
populasi lainnya.17–20
Untuk itu, kelompok LSL yang
terhjangkit HIV dengan infeksi IMS
lainnya perlu dikaji lebih lanjut. Berikut
dilaporkan kasus kondiloma akuminata
Gambar 1. Pemeriksaan anogenital sebelum pemberian terapi. Pada orifisium kanalis
regio perianal disertai sifilis sekunder dan
anal didapatkan efloresensi papul-tumor verukosa multipel. Pada perianal
infeksi HIV Stadium II pada remaja laki-
didapatkan efloresensi papul mutipel.
laki yang berhubungan seksual dengan
laki-laki. Tujuan laporan kasus untuk Tidak ditemukan adanya riwayat keluhan memberikan izin tersebut. Setelahnya
meningkatkan pemahaman mengenai serupa pada keluarga pasien. dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait
kondiloma akuminata dan sifilis sekunder Berdasarkan riwayat sosial, hubungan dengan keluhan pasien.
pada kondisi imunokompromais dengan orang tua, saudara dan teman Saat pemeriksaan keadaan umum
khususnya pada infeksi HIV serta dikatakan baik. Pasien rajin beribadah/ pasien baik dengan tekanan darah 110/70
penatalaksanaannya. sembahyang. Pasien adalah seorang pelajar mmHg, denyut nadi 80 kali/menit,
SMK dan belum menikah. Pasien mengaku respirasi 18 kali/menit, dan temperatur
DESKRIPSI KASUS melakukan hubungan seksual pertama aksila 36,7o C. Berat badan pasien adalah
Pasien berjenis kelamin laki-laki, dengan kali saat pasien berusia 15 tahun dengan 54 kg dengan tinggi badan 172 cm dan
usia 17 tahun, suku Bali, WNI mengeluh sesama jenis secara anogenital. Hubungan IMT 18.30 kg/m2.
adanya benjolan pada anus yang disadari seksual secara orogenital disangkal. Pasien Pemeriksaan menyeluruh baik pada
sejak 9 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan sudah bergonta-ganti pasangan sebanyak kepala, mata, THT, toraks dan abdomen
bertambah besar dan teraba kasar. enam kali. Riwayat berhubungan seksual dalam batas normal. Pada lokasi orifisium
Benjolan tidak terasa gatal maupun nyeri. dengan lawan jenis disangkal. Pasien tidak kanalis anal didapatkan papul-tumor
Keluhan gatal, nyeri, keluarnya darah dan pernah menggunakan kondom. Pasien multipel, sewarna kulit, berbentuk bulat
lendir dari anus, serta gangguan BAB mengenal pasangan seksualnya melalui hingga geografika yang berkonfluens
disangkal. Tidak didapatkan keluhan luka aplikasi dating dan tidak mengetahui membentuk masa yang menyerupai
pada kelamin dan keluarnya duh tubuh riwayat kesehatan pasangan seksualnya. jengger ayam, berukuran 0,5x0,5cm -
kelamin. Saat ini pasien tidak mempunyai pacar. 3x2cm, permukaan verukosa, konsistensi
Riwayat serupa sebelumnya disangkal. Delapan bulan lalu merupakan kali padat, konfigurasi bergerombol, distribusi
Penurunan berat badan sebanyak 5 terakhir pasien berhubungan seksual lokalisata. Pada lokasi perianal juga
kg dalam 1 bulan dirasakan enam dengan sesama jenis tanpa menggunakan didapatkan papul hingga plak multipel,
bulan lalu. Saat ini dikatakan berat kondom. Pasien menyangkal adanya sewarna kulit, berbentuk bulat, berukuran
badan pasien sudah mulai bertambah. riwayat pelecehan seksual. Pasien tidak 0,2-1,5cm, permukaan licin, konsistensi
Pasien menyangkal adanya diare yang memiliki kebiasaan merokok dan padat, konfigurasi diskret, distribusi
berkepanjangan. Riwayat luka, bintil- konsumsi alkohol. Riwayat memakai lokalisata (Gambar 1). Pasien menolak
bintil berair dan duh tubuh pada kelamin tatto, transfusi darah, narkoba disangkal untuk dilakukan pemeriksaan anoskopi.
sebelumnya disangkal. Riwayat bercak oleh pasien. Riwayat pengolesan obat atau Pemeriksaan fisik pada kulit dan mukosa
kemerahan pada tubuh, telapak tangan, minyak tradisional pada lesi disangkal. pada daerah tubuh lain tidak didapatkan
telapak kaki serta penyakit lain seperti Sebelum dilakukan pemeriksaan lebih kelainan.
jantung, kencing manis, keganasan lanjut penulis telah bertanya untuk kasus Pada pemeriksaan penunjang
disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat tersebut dipublikasikan dengan identitas acetowhite dengan pemberian asam
alergi terhadap obat-obatan dan makan. pasien disamarkan. Pasien tersebut telah asetat 4% pada lesi papul-tumor verukosa

766 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(3): 764-770 | doi: 10.15562/ism.v13i3.1534
CASE REPORT

jengger ayam, berukuran 0,5x0,4cm –


1,5x1cm, permukaan verukosa, konsistensi
padat, konfigurasi bergerombol, distribusi
lokalisata. Pada lokasi perianal juga
didapatkan papul multipel, sewarna
kulit, berbentuk bulat, berukuran 0,2-1
cm, permukaan licin, konsistensi padat,
konfigurasi diskret, distribusi lokalisata
(Gambar 2).
Keluhan nyeri, keluarnya darah
ataupun nanah pada luka setelah
pengobatan disangkal. Riwayat kontak
seksual selama pengobatan disangkal.
Pasien sudah mendapakan terapi ARV
te nofov i r / l am iv u d i ne / d olute g r af i r
300/300/50 mg setiap 24 jam intra oral
Gambar 2. Pemeriksaan anogenital setelah pemberian terapi. Tampak lesi sudah dan asam folat tablet tiap 24 jam intra oral
mengecil tanpa disertai dengan timbulnya lesi baru. sejak tanggal 1 Juli 2022 dari bagian anak.
Pada tanggal 15 Juli 2022 dilakukan
tampak mengalami perubahan warna lesi terlebih dahulu, dan dilakukan observasi pemeriksaan laboratorium ulang. Dari
menjadi putih. Pemeriksaan darkfield setelahnya. Sebelumnya pasien telah hasil pemeriksaan tersebut didapatkan
microscopy (DFM) pada lesi papul dijelaskan terkait reaksi yang akan timbul neutrofil (3,69x103/μL), limfosit (2,36x103/
didapatkan adanya Treponema. Hasil dalam beberapa jam setelah penyuntikan μL), monosit (0,40x103/μL), eosinofil
pemeriksaan venereal disease research yaitu reaksi Jarisch-Herxheimer (JH). (0,32x103/μL), basofil (0,06x103/μL), RBC
laboratory (VDRL) didapatkan hasil yang Pada pasien ini, dilakukan evaluasi berkala (5,37x106/μL), hemoglobin (14,10 g/dL),
reaktif dengan titer 1:256 dan pemeriksaan secara klinis dan serologis pada bulan ke- hematokrit (44,30%), MCV (82,50 fL),
Treponema pallidum haemagglutination 1, 3, 6, 12, 18 dan 24. Pasien juga disiapkan MCH (26,30 pg), MCHC (31,80 g/dL),
assay (TPHA) didapatkan hasil yang untuk inisiasi terapi antiretroviral (ARV) trombosit (315x103/μL), SGOT (23,1 U/L),
reaktif dengan titer >1:5120. Pasien yaitu tenofovir/lamivudine/dolutegrafir SGPT (16 U/L), kreatinin (0,97 mg/dL)
kemudian dikonsulkan ke bagian VCT 300/300/50 mg per 24 jam intra oral. dalam batas normal. Pemeriksaan VDRL
dan bagian anak untuk skrining infeksi Sebelum inisiasi terapi ARV dilakukan pada bulan ketiga paska injeksi benzatin
HIV. Pada pasien didapatkan hasil KTIP pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, penisilin G (17 Juli 2022) didapatkan hasil
reaktif dengan jumlah CD4 27,65%/779 HBsAg, dan anti HCV. Dari pemeriksaan yang reaktif dengan titer 1:256. Pada saat
sel/mm3 dan jumlah CD8 51,01%/1436 tersebut didapatkan leukosit (6,45x103/ ini pasien masih melakukan terapi dengan
sel/mm3, kesan jumlah limfosit T helper μL), neutrofil (3,81x103/μL), limfosit prognosis dubius.
normal dan limfosit T supresor yang (1,99x103/μL), monosit (0,44x103/μL),
tinggi dengan rasio CD4 dan CD8 yang eosinofil (0,19x103/μL), basofil (0,02x103/ PEMBAHASAN
rendah. Berdasarkan anamnesis hingga μL), RBC (4,78x106/μL), hemoglobin Remaja dengan riwayat seks bebas
pemeriksaan penunjang maka pasien (12,00 g/dL) hematokrit (38,30%), MCV seringkali mengalami IMS dan dapat
didiagnosis dengan kondiloma akuminata, (80.10 fL), MCH (25,10 pg), MCHC (31,30 menjadi menjadi faktor risiko penularan
sifilis sekunder (kondiloma lata) dan g/dL) trombosit (331x103/μL), SGOT (19,4 HIV. Disisi lain, infeksi HIV dapat
infeksi HIV stadium II. U/L), SGPT (11 U/L), kreatinin (0,81 mg/ menimbulkan berbagai penyakit IMS,
Pasien kemudian mendapat terapi dL) dalam batas normal. HBsAg dan Anti tersering berupa kondiloma akuminata
berupa tutul Trichloroacetic Acid (TCA) HCV non reaktif. Pemeriksaan venereal dan sifilis.21,22 Pada kasus ini pasien
80% setiap mingu pada lesi di perianal disease research laboratory (VDRL) pada adalah seorang remaja laki-laki, pelajar
hingga tidak terdapat lesi lagi. Sebelum bulan pertama paska injeksi benzatin SMK kelas 3 berusia usia 17 tahun
dilakukan tindakan, pasien diberikan penisilin G (17 Mei 2022) didapatkan hasil terdiagnosis dengan HIV serta memiliki
penjelasan tentang prosedur tindakan tutul yang reaktif dengan titer 1:256. infeksi sekunder lainnya berupa sifilis
TCA, pasien juga dijelaskan mengenai Evaluasi berikutnya didapatkan adanya dan kondiloma akuminata. Berdasarkan
komplikasi yang mungkin terjadi seperti perbaikan keluhan, tidak didapatkan riwayat seksualnya, pasien pertama
nyeri, kemerahan dan luka. Pasien juga benjolan baru dengan gambaran klinis kali melakukan hubungan seksual saat
diberikan imunomodulator zinc tablet 20 pada lokasi orifisium kanalis anal berusia 15 tahun. Pasien mengaku sering
miligram tiap 4,5 jam intraoral. Pasien didapatkan efloresensi papul- tumor berganti-ganti pasangan dengan laki-laki
juga diberikan injeksi benzatin penisilin G multipel, sewarna kulit, berbentuk bulat yang dikenalnya melalui media sosial
2,4 juta internasional unit intramuskular hingga geografika yang berkonfluens (aplikasi dating). Pasien memiliki sekitar
dosis tunggal dengan melakukan skin test membentuk masa yang menyerupai enam pasangan seksual laki-laki. Pasien

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(3): 764-770 | doi: 10.15562/ism.v13i3.1534 767
CASE REPORT

berhubungan seksual tanpa menggunakan Kondisi tersebut diakibatkan oleh infeksi dapat memberikan hasil yang kurang
kondom yang dilakukan secara anogenital human papilloma virus (HPV). Infeksi akurat karena titer bisa sangat tinggi,
dan lebih sering sebagai reseptif. HPV tipe 6 dan 11 paling sering terdeteksi menimbulkan hasil negatif palsu dan
Berdasarkan rentang usia, pasien pada kondiloma akuminata.26 Untuk dapat munculnya sero-reaktivitas yang tertunda.
tergolong ke dalam populasi remaja. menyebabkan infeksi, virion HPV harus Tingkat imunoglobulin mungkin tinggi
Populasi remaja memiliki tingkat mencapai lapisan diferensiasi epidermis pada orang HIV-positif karena aktivasi
keberhasilan terapi yang lebih rendah sehingga akan terjadi replikasi virus. sel B poliklonal nonspesifik, namun
dibandignkan golongan populasi lainnya, Pelepasan virus terjadi bersamaan dengan tingkat imunoglobulin spesifik mungkin
sehingga dapat berdampak pada tingkat sel epitel yang deskuamasi, selanjutnya tetap kurang. Hal inilah yang berpotensi
kesembuhan pasien tersebut. Adanya virus akan menginfeksi lapisan basal yang mempengaruhi hasil dan titer pengujian
perubahan secara emosional dan sosial lain.27 Biopsi umumnya tidak diperlukan serologis sifilis pada orang HIV-positif.
berpeluang menimbulkan resistensi dan hanya diindikasikan bila lesi atipikal Berdasarkan penelitian Lugada et al.,
terhadap obat-obatan yang diberikan. dan diagnosis meragukan, lesi tidak tingkat IgA, IgG, dan IgG1 bervariasi
Untuk itu pentingnya pengenalan, menunjukkan respon dengan terapi antara orang HIV-negatif dan HIV-positif.
penilaian, dan konseling terhadap standar atau bila penyakit memburuk Respon kekebalan yang menurun dapat
hambatan pengobatan pada kelompok selama pemberian terapi.28 menyebabkan hasil negatif palsu dalam
remaja.23 Hal tersebut sejalan dengan Sedangkan untuk infeksi sifilis tes diagnostik HIV yang mendeteksi
beberapa penelitian berikut. Berdasarkan merupakan penyakit infeksi sistemik antibodi anti-HIV. Namun secara umum
penelitian yang dilakukan oleh Maulida yang disebabkan oleh bakteri Treponema titer non-treponemal akan ditemukan
et.al, tingkat kepatuhan pengobatan HIV pallidum.29 Sifilis dan HIV sering terjadi lebih tinggi pada pasien HIV positif
yang dipantau dari kadar viral load paling bersamaan dan saling mempengaruhi. dibandingkan HIV negatif.33 Pada kasus,
rendah pada kelompok remaja dengan Sifilis akan meningkatkan risiko tertular pasien mengeluhkan benjolan di perianal
rentang usia 18-19 tahun, yaitu sebesar dan menularkan infeksi HIV. Ulkus tanpa adanya rasa gatal ataupun nyeri.
7%. Sedangkan tingkat kepatuhan berobat sifilis dapat menjadi sumber masuknya Lesi tersebut tampak berupa tumor
yang baik berada pada kelompok usia 25- infeksi HIV. Penyakit HIV dapat multipel, batas tegas, berwarna kulit,
49 tahun.24 Sedangkan penelitian yang mempengaruhi klinis dari sifilis, dengan ukuran 0,5x0,5cm - 3x2cm, permukaan
dilakuka di Los Angeles, Amerika dengan adanya penurunan kekebalan tubuh verukosa, konsistensi padat, konfigurasi
185 peserta yang sedang menjalani terapi pada HIV akan menyebabkan infeksi bergerombol, distribusi terlokalisir pada
HIV melaporkan tingkat ketidak patuhan lebih agresif daripada infeksi tunggal. perianal yang menyerupai gambaran
berobat lebih tinggi dibandingkan dengan Sebuah penelitian di Nigeria terhadap jengger ayam. Pada pemeriksaan test
orang-orang yang memiliki tingkat 31 orang dengan koinfeksi HIV dan acetowhite pada lesi tersebut tampak
kepatuhan yang rendah pada kelompok sifilis menemukan bahwa 64,2% pasien adanya perubahan warna menjadi putih.
usia muda, sedangkan hal tersebut menunjukkan lesi yang tidak biasa yang Hal tersebut menunjang diagnosis
terjadi sebaliknya pada kelompok usia mempengaruhi lebih dari 50% organ kondiloma akuminata. Tidak dilakukan
tua. Pada penelitian tersebut, rendahnya tubuh.30–32 Begitu pula dengan pasien ini pemeriksaan histopatologi karena sudah
tingkat kepatuhan berobat pada kalangan yang tidak memiliki gejala luka, bintil- jelas secara klinis.
usia muda dikarenakan adanya rasa bintil berair dan duh tubuh pada kelamin Berdasarkan terapinya, terapi
tidak percaya diri pada kemampuan serta bercak kemerahan pada tubuh kondiloma akuminata (KA) disesuaikan
untuk berhasil dalam pengobatan, sebelumnya. Namun dari pemeriksaan dengan lokasi lesi, jumlah lesi, keinginan
dan meragukan efektifitas obat yang fisis didapatkan papul hingga plak dan kenyamanan pasien, serta biaya
diresepkan.25 Sedangkan pada laporan multipel, sewarna kulit, berbentuk bulat, pengobatan. Modalitas terapi KA dengan
kasus kali ini pasien memiliki tingkat berukuran 0,2-1,5cm, konsistensi padat, infeksi HIV tidak berbeda dengan tanpa
kepatuhan berobat yang baik. Hal tersebut konfigurasi diskret, distribusi terlokalisir. infeksi HIV, namun respon terapi lebih
terlihat dari bulan Mei hingga bulan Juli Pemeriksaan darkfield microscopy (DFM) lama sehingga memerlukan terapi lebih
tampak kondisi pasien membaik secara pada lesi tersebut didapatkan adanya lama. Pada umumnya KA mengalami
signifikan. Meski demikian, prognosis Treponema. Pada pemeriksaan serologis perbaikan klinis dalam 3 bulan terapi.
pasien masih dubius. didapatkan VDRL reaktif dengan titer Tingkat keberhasilan terapi cukup tinggi
Infeksi sekunder lainnya yang dapat 1:256 dan TPHA didapatkan hasil yang yaitu 70-94%, meskipun demikian resiko
menyertai pasien HIV dapat beurpa reaktif dengan titer >1:5120. Pasien juga kekambuhan masih ada, yaitu sebesar
kondiloma akuminata dan sifilis. Hal memiliki hasil pemeriksaan HIV yang 36%. Faktor yang mempengaruhi respon
tersebut tidak hanya berkaitan dengan reaktif serta ditemukannya manifestasi terapi yaitu kondisi imunokompromais
supresis sitem imun pada HIV, namun juga pada kulit sehingga pasien didiagnosis dan kepatuhan terapi. Efektivitas terapi
dengan perilaku seksual yang dilakukan. dengan kondiloma akuminata, sifilis meningkat ketika penderita sudah
Pada kondiloma akuminata terjadi sekunder dan HIV stadium II on HAART. mendapat ARV dan kadar CD4 yang
hiperplasia mukosa dan kulit, terutama Sebuah studi melaporkan pada meningkat. Jumlah CD4 diatas 200 sel/
pada area genital, perineum, dan perianal. koinfeksi HIV, hasil VDRL umumnya uL akan memberikan hasil terapi yang

768 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(3): 764-770 | doi: 10.15562/ism.v13i3.1534
CASE REPORT

lebih baik, sedangkan jika CD4 kurang rendah. Serokonversi juga merupakan menyebabkan kondisi yang serupa apabila
dari 200 sel/uL lesi lebih sulit hilang indikator yang baik dalam melihat respon tidak menjalankan pengobatan yang rutin
dan mudah terjadi rekurensi. Banyak terapi. Respon terapi yang baik/ responsif dan menjaga perilaku hubungan seksual
literatur menyatakan tidak ada satu pada sifilis primer dan sekunder yakni sebagai salah satu faktor resikonya.
pun modalitas terapi yang terbaik atau penurunan empat kali lipat dari titer awal
superior dibandingkan yang lain dan dalam 6-12 bulan setelah terapi.20,36 KONTRIBUSI PENULIS
setiap modalitas terapi memiliki hasil Pada kasus, telah diberikan terapi
Seluruh penulis berkontribusi dalam
yang berbeda.26 larutan TCA 80% setiap minggu sekali
penentuan ide hingga publikasi.
Asam trikloroasetat (TCA) merupakan dan didapatkan perbaikan klinis berupa
agen kaustik bersifat asam dan destruktif berkurangnya ukuran lesi kondiloma
KONFLIK KEPENTINGAN
dengan cara denaturasi dan koagulasi akuminata. Untuk penanganan sifilis
protein yang menyebabkan terjadinya sekunder, diberikan injeksi benzatin Tidak ada.
nekrosis jaringan superfisial. Terapi penisilin G 2,4 juta IU dosis tunggal
TCA relatif murah, hemat biaya, mudah secara intramuskular dengan dilakukan PENDANAAN
dilakukan dan aman jika digunakan dengan skin test terlebih dahulu. Pada pasien
Tidak ada.
hati-hati. Berdasarkan panduan terapi dari tidak ditemukan reaksi alergi terhadap
Centers for Disease Control and Prevention, pemberian benzatin penisilin G. Pasien
DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi TCA yang digunakan untuk diberikan edukasi dan informasi mengenai
terapi KA adalah 80-90%. Efek samping resiko reaksi yang dapat terjadi dan di 1. Kusumawaty M, Djawad K, Nasrum Massi
M, Adam AM, Wahab S, Bahar B. Sero-
berupa rasa terbakar selama 5-10 menit minta untuk tetap duduk diruang tunggu epidemiology and risk factors of syphilis in
setelah pengolesan. Penggunaan TCA poliklinik untuk memantau reaksi cepat Makassar, Indonesia. Serbian J Dermatology
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya JH. Pasien juga diedukasi untuk rutin Venereol. 2019;11(2):43–9. Available from:
jaringan parut yang dapat diminimalisasi mengkonsumsi ARV yang diberikan yaitu http://dx.doi.org/10.2478/sjdv-2019-0006
2. Gomes NCRC, Meier DAP, Pieri FM, Alves E,
dengan petroleum jelly untuk melindungi KDT untuk pengobatan HIV sehingga
Albanese SPR, Lentine EC, et al. Prevalence
kulit sekitar dan mencuci dengan sodium respon terapi untuk kondiloma akuminata and factors associated with syphilis in a
bikarbonat atau sabun cair segera setelah dan sifilis lebih baik dan mencegah Reference Center. Rev Soc Bras Med Trop.
aplikasi yang berlebihan.27,34 rekurensi. Pasien juga diedukasi untuk 2017;50(1):27–34. Available from: http://dx.doi.
Terapi sifilis sekunder dengan koinfeksi melakukan abstinensia atau hubungan org/10.1590/0037-8682-0102-2016
3. Beyrer C, Baral SD, van Griensven F, Goodreau
HIV tidak berbeda dibandingkan seksual menggunakan kondom agar tidak SM, Chariyalertsak S, Wirtz AL, et al. Global
pada pasien non-HIV. Regimen terapi terjadi kegagalan pengobatan. epidemiology of HIV infection in men
berdasarkan CDC adalah pemberian Prognosis pada pasien adalah who have sex with men. Lancet (London,
suntikan benzatin penisilin G 2,4 juta dubius, karena meskipun lesi kondiloma England). 2012/07/20. 2012;380(9839):367–77.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.
internasional unit secara intra muskular akuminata pada pasien didapatkan gov/22819660
sebanyak 1 kali. Risiko yang dapat muncul membaik dan pasien rutin mengkonsumsi 4. Tang S, Tang W, Meyers K, Chan P, Chen Z,
setelah penyuntikkan benzatin penisilin ARV, namun mengingat pasien mengalami Tucker JD. HIV epidemiology and responses
G yaitu reaksi Jarisch-Herxheimer (JH) koinfeksi KA, sifilis dan infeksi HIV, among men who have sex with men and
yang merupakan suatu reaksi inflamasi maka diperlukan pengamatan lebih lanjut transgender individuals in China: a scoping
review. BMC Infect Dis. 2016;16(1):588.
yang timbul setelah pemberian terapi terhadap respon terapi dan kemungkinan Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.
antibiotik pada spirochaeta, dan paling terjadinya rekurensi pada pasien. gov/27765021
sering terjadi dalam 2-5 jam setelah terapi 5. Wolitski RJ, Fenton KA. Sexual health, HIV
dengan gejala yang serupa disertai reaksi SIMPULAN and sexually transmitted infections among
gay, bisexual and other men who have sex
sistemik berupa demam, berkeringat dan
Pasien kondiloma akuminata regio with men in the United States. AIDS Behav.
anoreksia dalam 24 jam setelah pemberian 2011;15(SUPPL. 1).
perianal, sifilis sekunder (kondiloma lata)
terapi sifilis. Reaksi JH dapat terjadi paling 6. Nirmalasari NP, Adiguna M, Puspawati NM.
dan HIV stadium II pada seorang remaja
cepat dalam 2 jam setelah pemberian Prevalensi dan Karakteristik IMS di Klinik
LSL mendapatkan pengobatan tutul TCA Anggrek UPT Ubud II pada Bulan Januari
terapi. Reaksi ini biasanya diawali dengan
80% tiap minggu dan injeksi benzatin - Desember 2016. E-Jurnal Med Udayana.
demam dan dapat diikuti beberapa gejala 2018;7(4):169–75. Available from: http://ojs.
penisilin G 2,4 juta IU dosis tunggal secara
klinis seperti sakit kepala, menggigil, unud.ac.id/index.php/eum
intramuskuler untuk sifilis sekunder serta
limfadenopati, faringitis, malaise dan 7. Keshinro B, Crowell TA, Nowak RG, Adebajo
terapi ARV untuk penanganan infeksi S, Peel S, Gaydos CA, et al. High prevalence
mialgia.35 Pasien sifilis sekunder yang
HIV. Pasien rutin berobat sesuai jadwal of HIV, chlamydia and gonorrhoea among
koinfeksi dengan HIV perlu melakukan
yang telah ditentukan. Dalam waktu 3 men who have sex with men and transgender
evaluasi klinis dan pemeriksaan serologi women attending trusted community centres
bulan dengan pengobatan yang telah
VDRL.16 Serokonversi merupakan proses in Abuja and Lagos, Nigeria. J Int AIDS Soc.
diberikan menunjukkan adanya perbaikan 2016;19(1):21270. Available from: https://
yang lama, namun dapat lebih cepat
yang signifikan, namun pengamatan lebih pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27931519
berubah jika durasi infeksi singkat dan
lanjut diperlukan karena pasien memiliki 8. Kemenkes RI. Infodatin HIV AIDS. Kementeri
titer awal pemeriksaan pada kadar yang Kesehat Republik Indones. 2020;1–8. Available
infeksi HIV yang sewaktu waktu dapat

Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(3): 764-770 | doi: 10.15562/ism.v13i3.1534 769
CASE REPORT

from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/ 18. Bernardes Filho F, Rezende ALRA, Sousa MDG - A Clinical Perspective. InTech; 2012. Available
download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020- de. Biett’s sign: a hallmark sign of secondary from: http://dx.doi.org/10.5772/27154
HIV.pdf syphilis. Rev Soc Bras Med Trop. 2019;52. 28. Gilson R, Nathan M, Sonnex C, Lazaro N, Keirs
9. Rokhmah D, Khoiron. Urgensi Perubahan Available from: http://dx.doi.org/10.1590/0037- T. UK National Guidelines on the Management
Implementasi Kebijakan Dalam Menurunkan 8682-0475-2018 of Anogenital Warts 2015. Br Assoc Sex Heal
Ims, Hiv Dan Aids Pada Komunitas Lsl Di 19. Tognetti L, Sbano P, Fimiani M, Rubegni P. HIV. 2020;1(1):1–24. Available from: https://
Kabupaten Jember. Media Kesehat Masy Dermoscopy of Biett’s sign and differential www.bashhguidelines.org/media/1075/uk-
Indones. 2015;11(4):210–7. Available from: diagnosis with annular maculo-papular rashes national-guideline-on-warts-2015-final.pdf
https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/ with scaling. Indian J Dermatology, Venereol 29. Errichetti E, Stinco G. Dermoscopy in
article/view/524 Leprol. 2017;83(2):270. Available from: http:// differentiating palmar syphiloderm from
10. Hazairina SE, Setiawati EP, Amelia I. Hubungan dx.doi.org/10.4103/0378-6323.196318 palmar papular psoriasis. Int J STD &
Antara Karakteristik Klien Lsl Dengan Hasil 20. Koundanya V V, Tripathy K. Syphilis Ocular AIDS. 2017;28(14):1461–3. Available from:
Skrining Hiv Di Upt Puskesmas X Kota Manifestations. In Treasure Island (FL); 2022. http://dx.doi.org/10.1177/0956462417714178
Bandung. J Sist Kesehat. 2018;3(3):103–10. 21. Chow EPF, Jing J, Feng Y, Min D, Zhang J, 30. Errichetti E. Dermoscopy of Inflammatory
11. Morineau G, Nugrahini N, Riono P, Nurhayati, Wilson DP, et al. Pattern of HIV testing and Dermatoses (Inflammoscopy): An Up-to-
Girault P, Mustikawati DE, et al. Sexual Risk multiple sexual partnerships among men who Date Overview. Dermatol Pract Concept.
Taking, STI and HIV Prevalence Among Men have sex with men in China. BMC Infect Dis. 2019;9(3):169–80.
Who Have Sex with Men in Six Indonesian 2013;13:549. Available from: https://pubmed. 31. Theel ES, Katz SS, Pillay A. Molecular and
Cities. AIDS Behav. 2009;15(5):1033–44. ncbi.nlm.nih.gov/24238403 Direct Detection Tests for Treponema pallidum
Available from: http://dx.doi.org/10.1007/ 22. García MC, Duong QL, Meyer SB, Ward PR. Subspecies pallidum: A Review of the
s10461-009-9590-6 Multiple and concurrent sexual partnerships Literature, 1964-2017. Clin Infect Dis an Off
12. Centers for Disease Control and Preventio. among men who have sex with men in Viet Publ Infect Dis Soc Am. 2020;71(Suppl 1):S4–
Syphilis: 2015 STD Surveillance [Internet]. Nam: results from a National Internet-based 12.
CDC. 2016. Available from: https://www.cdc. Cross-sectional Survey. Health Promot Int. 32. de Jesus MB, Ehlers MM, Dreyer AW, Kock M,
gov/std/stats15/syphilis.htm 2014;dau097. Available from: http://dx.doi. de Jesus MB. Mini-review: Syphilis. In 2013.
13. Gu X, Gao Y, Yan Y, Marks M, Zhu L, Lu H, et al. org/10.1093/heapro/dau097 33. O. Akinpelu O, A. Aken’Ova Y, Ganiyu
The importance of proper and prompt treatment 23. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Arinola O. Levels of Immunoglobulin Classes
of ocular syphilis: a lesson from permanent REPUBLIK INDONESIA - PEDOMAN Are Not Associated with Severity of HIV
vision loss in 52 eyes. J Eur Acad Dermatol NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN Infection in Nigerian Patients. World J AIDS.
Venereol. 2020/06/25. 2020;34(7):1569–78. TATA LAKSANA PENYAKIT 2012;02(03):232–6.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih. HIRSCHPRUNG. 34. Gormley RH, Kovarik CL. Human
gov/32163642 24. Maulida A, Yuswar MA, Purwanti NU. papillomavirus–related genital disease
14. Ghanem KG, Ram S, Rice PA. The Modern Gambaran Tingkat Kepatuhan Berobat in the immunocompromised host. J Am
Epidemic of Syphilis. N Engl J Med. Antiretroviral Pada Pasien HIV / AIDS. J Syifa Acad Dermatol. 2012;66(6):867.e1-867.e14.
2020;382(9):845–54. Available from: http:// Sci Clin Res. 2022;4:590–9. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.
dx.doi.org/10.1056/nejmra1901593 25. Barclay TR, Hinkin CH, Castellon SA, Mason jaad.2010.12.050
15. Tucker JD, Li JZ, Robbins GK, Davis BT, Lobo KI, Reinhard MJ, Marion SD, et al. Age- 35. Mathur M, Acharya P, Karki A, Shah J, Kc
A-M, Kunkel J, et al. Ocular syphilis among Associated Predictors of Medicatoin Adherence N. Dermoscopic clues in the skin lesions
HIV-infected patients: a systematic analysis of in HIV-Positive Adults: Health Beliefs, Self- of secondary syphilis. Clin case reports.
the literature. Sex Transm Infect. 2010/08/26. Efficacy, and Neurocognitive. Heal Psychol. 2019;7(3):431–4. Available from: https://
2011;87(1):4–8. Available from: https:// 2006;23(1):1–7. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30899465
pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20798396 26. Androphy E., Kirnbauer R. Human papilloma 36. Indriatmi W, Pakassi T, Daili SF, Nilasari H.
16. Tuddenham S, Zenilman J. Syphilis. In: Kang virus infections. In: Goldsmith L., Katz S., Pedoman Nasional Infeksi Menular Seksual.
S, Amagi M, Bruckner A, Enk A, Margolis Gilchrest B., Paller A., Leffell D., Wolff K, Indriatmi W, Daili SF, Dwisangka S, Umar AN,
D, McMichael A, et al., editors. Fitzpatrick’s editors. Fitzpatrick’s dermatology in general Iswari B, Nisa TM, et al., editors. Kementerian
Dermatology 9th Edition. New York: McGraw- medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill; Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
Hill Education; 2019. p. 3145–72. 2012. p. 2421–33.
17. Jacoeb T. Psoriasis. In: Menaldi S, Bramono K, 27. Verssimo J, de Medeiros Fernandes TAA.
Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Human Papillomavirus: Biology and
kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Pathogenesis [Internet]. Human Papillomavirus
Universitas Indonesia; 2016. p. 213–21. and Related Diseases - From Bench to Bedside

770 Published by Intisari Sains Medis | Intisari Sains Medis 2022; 13(3): 764-770 | doi: 10.15562/ism.v13i3.1534

You might also like