Professional Documents
Culture Documents
4800 13177 2 PB
4800 13177 2 PB
http://doi.org/10.21107/jk.v12i1.4800
ABSTRACT
The corrosive destruction of steel as material of maritime infrastructure had been investigated using
simulated wet-dry test, loss weight, energy dispersive X-Ray spectroscopy (EDS) and X-ray diffraction
(XRD) in seawater solutions of Muara Baru,Jakarta; Karangsong and Eretan regions, Indramayu.
Controlled solution used as the comparison of natural seawater are 3,5% NaCl and 5% NaCl. The
results shows that uniform corrosion took place on carbon steel after the exposure. The resistance of
corrosion increases rapidly on the first 7 days, then decreases with increasing exposure time. The
effect of conductivity, salinity and total dissolve solids (TDS) of test solutions for steel corrosion
process was almost same at each interval of exposure time. The decrease of dissolved oxygen (DO)
enhances corrosion rate on the first 7 days, which indicated the formation of oxide layer as the further
barrier of corrosion process. The role of high concentration for chloride ion increases corrosion rate
after 7 days of exposure time, which interfere the forming of stable oxide layer on the metal surface.
That interference induces corrosion rate tends to increase again. The compound of γ FeO(OH)
(Lepidrococite) formed as predominant corrosion product.
ABSTRAK
Kerusakan akibat korosi baja sebagai material Infrastruktur maritim diinvestigasi menggunakan uji
simulasi Wet-Dry, kehilangan berat, energy dispersive X-Ray spectroscopy (EDS) dan X-ray
diffraction (XRD) dalam media air laut Muara Baru Jakarta, Karangsong dan Eretan, Indramayu.
Larutan kontrol digunakan sebagai perbandingan air laut alami yaitu 3,5% NaCl dan 5% NaCl. Hasil
penelitian menyatakan bahwa kerusakan merata korosi terjadi pada Baja setelah ekspos. Ketahanan
korosi meningkat cepat pada 7 hari pertama kemudian menurun seiring dengan meningkatnya waktu
ekspos. Pengaruh nilai konduktivitas, salinitas dan total dissolved solid (TDS) terhadap proses korosi
baja hampir sama di setiap waktu ekspos. Penurunan oksigen terlarut meningkatkan laju korosi pada
7 hari pertama, mengindikasikan pembentukan lapisan oksida sebagai penahan laju korosi lebih
lanjut. Peran ion klorida yang tinggi, meningkatkan laju korosi setelah 7 hari waktu ekspos,
mengganggu terbentuknya lapisan stabil oksida di permukaan logam. Gangguan tersebut
menyebabkan laju korosi cenderung akan meningkat kembali. SenyawaγFeO(OH) (Lepidrococite)
terbentuk sebagai senyawa utama produk korosi.
23
Jurnal Kelautan, 12(1), 23-35 (2019)
dikarenakan keunggulan kekuatan mekanik terjadinya korosi parah yang terparah pada
yang baik, mudah dimanufaktur, mampu las, logam baja sebagai material infrastruktur
mampu bentuk dan harga yang tidak mahal. pantai (Gadang et al., 2018).
Namun, seiring waktu , struktur yang terpapar Penelitian kerusakan logam baja juga
air laut mengalami penurunan secara fungsi mempertimbangkan kondisi pasang surut
dan rentan terjadinya kerusakan. Oleh karena suatu wiliayah, dimana waktu kebasahan
itu, prediksi atau estimasi dampak air laut suatu logam juga mempengaruhi tingkat
terhadap material logam baja sangat kerusakan suatu logam. Pada kondisi pasang
diperlukan pada disain struktur yang surut air laut, kerusakan logam infrastruktur
bersentuhan dengan media air laut sebagai baja lebih parah dibandingkan kerusakan di
contoh dermaga, jembatan, perpipaan, lingkungan terendam penuh (Wu et al., 2017),
struktur minyak lepas pantai, dan lain-lain dimana kadar oksigen (kondisi pasang surut)
(Robert E.Melchers, 2005). lebih besar dibandingkan kondisi terendam
Lebih jauh lagi, lingkungan korosif laut penuh. Proses korosi merupakan proses
umumnya dibagi 5 zona antara lain atmosfir, elektrokimia, dimana reaksi anodik (daerah
daerah percikan (splash), pasang surut, anoda) dan katodik (daerah katoda) terjadi.
immersi dan zona lumpur laut. Hasil Reaksi katodik membutuhkan oksigen untuk
investigasi peneliti Tiongkok mengungkapkan mereduksi air (H2O), dimana membutuhkan
bahwa kerusakan struktur logam baja daerah elektron hasil proses oksidasi (reaksi anodik).
pasang surut lebih besar dibandingkan daerah Peningkatan laju reaksi katodik akan
immersi dan atmosfir, namun tertinggi di zona meningkatkan laju reaksi anodik, dimana
percikan (Wu et al., 2017). Disisi lain, logam baja akan terlarut dan lepas dari bulk
kandungan airlaut merupakan senyawa kimia baja.
komplek yang dipengaruhi oleh faktor-faktor Disisi lain, penelitian perilaku korosi
antara lain konsentrasi dan akses oksigen logam baja pada kondisi pasang surut sedikit
terlarut, salinitas, konsentrasi ion-ion minor, jumlahnya di Indonesia khususnya di daerah
aktivitas biologi dan polutan (ASM 1987). tropis pantai utara jawa barat dan Jakarta.
Fenomena korosi yang terendam di air laut Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut menjelaskan perilaku korosi logam baja
(Bhosle et al.,1992). Air laut alami umumnya sebagai material infrastruktur pantai dan lepas
tidak mudah disimulasikan di laboratorium pantai dengan kondisi pasang surut terkontrol
untuk uji korosi logam dikarenakan terjadi berbagai daerah di Indonesia.
perubahan sifat. Sebagai tambahan, larutan
3.5% NaCl biasanya digunakan untuk tujuan MATERI DAN METODE
tersebut dikarenakan lebih korosif A. Preparasi sampel
dibandingkan air laut alami pada baja karbon
( Jones, 1992). Beberapa penelitian terhadap Spesimen dibuat dari bahan pelat yang
korosivitas baja di air laut telah dilakukan dibentuk dengan dimensi panjang 2 cm, lebar
khususnya di sub tropis khususnya investigasi 2 cm dan tebal 0,1 cm). Sebelum pengujian
pengaruh korosi baja terhadap parameter fisik utama, produk karat, lemak, debu dan lainnya
air laut antara lain oksigen terlarut, salinitas, pada spesimen logam harus dihilangkan
konduktivitas, padatan terlarut total, dan dengan metode pickling berdasarkan standar
lainnya (Durodola et al., 2011 ; Al-Moubaraki American Standard Testing Machine (ASTM)
et al., 2015 ; Temperley, 1965). Beberapa G1-03. Setelah itu, spesimen dibersihkan
penelitian lainnya yang sama juga dilakukan di dengan larutan aseton, dicuci dengan air
daerah tropis negara malaysia (Wan Nik et al., distilasi,dikeringkan dan disimpan dalam
2011) and negara Indonesia (Nuraini et al., desikator vakum. Setiap sampel uji ditimbang
2017 ; Sundjono et al., 2018). Sebagai berat awal. Media air laut sebagai media
tambahan, penelitian terdahulu telah juga lingkungan korosif baja diambil di berbagai
menjelaskan peran lingkungan air laut daerah antara lain daerah Karangsong, Eretan
khususnya kadar salinitas tinggi menyebabkan dan Muara Baru yang terlihat pada Gambar 1.
24
Priyotomo et al., Korosi Baja Di Muara Baru Jakarta
Gambar 1. Lokasi pengambilan media air laut di berbagai daerah Muara Baru, Jakarta; Eretan,
Indramayu dan Karangsong,Indramayu
Sebagai tambahan, larutan kontrol juga unsur kimia baja karbon terlihat pada Tabel
digunakan sebagai referensi antara lain 1,dimana sama dengan penelitian sebelumnya
larutan 3,5% NaCl dan 5% NaCl. Komposisi ( Gadang et al., 2018)
Tabel 1. Komposisi kimia (wt%) pada sampel uji baja (Gadang et.al.,2018)
Unsur Prosentase
Karbon (C) 0,051
Mangan (Mn) 0,73
Silikon (Si) 0,126
Sulfur (S) 0,004
Fosfor(P) 0,016
Besi (Fe) Sisa
25
Jurnal Kelautan, 12(1), 23-35 (2019)
( )
26
Priyotomo et al., Korosi Baja Di Muara Baru Jakarta
pembersihan berstandar ASTM G1-03. Lebih laju korosi baja di dalam variasi larutan air laut
jauh lagi, pengamatan berskala mikro lebih tiga daerah. Penyebab laju korosi baja di air
lanjut menggunakan alat Scanning Electron laut lebih rendah dibandingkan dengan larutan
Microscope (SEM) untuk melihat morfologi kontrol adalah keberadaan senyawa lainnya
fisik produk karat di permukaan sampel. seperti kalsium karbonat yang dapat
Analisa unsur kimia produk korosi di mengurangi laju korosi baja di air laut,dimana
permukaan sampel uji dilakukan dengan lapisan tersebut menempel sebagai lapisan
menggunakan alat Energy Dispersive pelindung permukaan baja (Möller et al.,
Spectrocopy (EDS). Karakterisasi senyawa 2006). Lebih jauh lagi, laju korosi baja dalam 5
produk karat di permukaan sampel setelah variasi larutan meningkat secara signifikan
ekspos juga dilakukan dengan menggunakan pada 7 dan 14 hari pertama ekspos sebagai
X-Ray Diffraction (XRD). tahap inisiasi. Tahap inisiasi merupakan
tahan dimana reaksi elektrokimia berjalan
HASIL DAN PEMBAHASAN sangat cepat, dimana reaksi oksidasi (anoda)
A. Analisa Kehilangan berat dan reaksi reduksi (katodik) berlangsung.
Sebagai tambahan, reaksi elektrokimia
Gambar 3 memperlihatkan kurva laju korosi tersebut membutuhkan peranan oksigen
logam baja sebagai bahan infrastruktur ( reaksi reduksi ) dan ion klorida (Sundjono et
kelautan dengan varisasi waktu rendam al., 2018 ; Ismail et al., 2014), dimana proses
hingga 21 hari di berbagai larutan uji melalui tersebut akan dijelaskan di sub bab
metode basah-kering (wet-dry). Umumnya, berikutnya.
laju korosi baja di dalam larutan kontrol ( 3,5%
NaCl dan 5% NaCl) lebih tinggi dibandingkan
60
50
40
3.5% NaCl
30 5% NaCl
20 Muara Baru
10 Karangsong
Eretan
0
0 5 10 15 20 25
Waktu ekspos (hari)
Gambar 3. Kurva laju korosi logam baja sebagai fungsi dari waktu ekpos dalam variasi larutan 3,5%
NaCl, 5% NaCl, air laut Muara Baru, Jakarta, air laut Karangsong, indramayu dan air laut Eretan,
Indramayu.
27
Jurnal Kelautan, 12(1), 23-35 (2019)
Lebih jauh lagi, Gambar 3 memperlihatkan laju sebagai fungsi waktu ekspos. Pada waktu
korosi baja dengan kondisi permukaan sampel ekspos 7 hari, nilai oksigen terlarut di semua
uji basah dan kering secara simultan, untuk variasi larutan uji menurun seiring dengan
mensimulasikan kondisi pasang surut air laut. peningkatan laju korosi baja, sama dengan
Laju korosi baja di air laut sub tropis dengan penelitian sebelumnya (Gadang et al., 2018;
metode simulasi basah dan kering lebih tinggi Sundjono et al., 2018). Ini mengindikasikan
dibandingkan dengan laju korosi baja bahwa proses elektrokimia khususnya reaksi
terendam penuh, dikarenakan keberadaan reduksi ( sisi katodik) oksigen terlarut terjadi di
konsentrasi oksigen di metode basah dan semua variasi larutan uji. Peningkatan reaksi
kering dibandingkan terendam penuh (Wu et reduksi katoda) akan meningkatkan reaksi
al., 2017). Penelitian sebelumnya menjelaskan oksidasi (anoda), dimana reaksi oksidasi
bahwa nilai rentang laju korosi baja dengan dapat menghilangkan subtansi logam baja
metode perendaman penuh dengan larutan air (kation Fe) ke larutan. Reaksi reduksi oksigen
laut Muara Baru, Jakarta hingga waktu ekspos terlihat pada di bawah ini
21 hari adalah 4 mpy hingga 5 mpy (sundjono
et al., 2018), sebaliknya hasil laju korosi
O2 + 2H2O + 4e- → 4OH-
dengan metode basah dan kering dapat
meningkatkan rata-rata 12 kali lipat
dibandingkan metode perendaman penuh. Peningkatan perlahan tingkat oksigen terlarut
Penelitian sebelumnya di daerah Karangsong terjadi dari rentang 7 hari hingga 21 hari waktu
dan Eretan juga menunjukkan laju korosi lebih ekspos, dimana nilai laju korosi setiap larutan
kecil (4-5) mpy ( Gadang et al., 2018) dengan uji cenderung turun atau stabil. Lebih jauh lagi,
metode perendaman penuh dibandingkan kelarutan maksimum oksigen terlarut
metode basah-kering. Oleh karena itu, cenderung relatif rendah dibandingkan udara
penelitian ini membuktikan bahwa, tingkat terbuka, sekitar 8 ppm pada suhu
korosifitas baja sebagai logam infrastruktur ruang,dimana hasil pengukuran suhu pada
pada kondisi pasang surut lebih tinggi rentang 27,5oC hingga 31oC. Ini
dibandingkan pada kondisi terendam penuh di memperlihatkan bahwa proses korosi ini
air laut tropis, sama dengan di air laut sub dikontrol oleh difusi oksigen terlarut pada
tropis (Wu et al., 2017). permukaan baja (Jones, 1992). Reaksi
oksidasi ion besi (Fe) semakin cepat saat
B. Hubungan antara parameter air laut dan oksigen mendekati permukaan logam (Afolabi
korosi baja et al., 2014). Ini menunjukkan bahwa tingkat
oksigen menurun seiring dengan konsumsi
Gambar 4 memperlihatkan kurva tingkat oskigen dan kadar oksigen terbatas dalam
oksigen terlarut dalam variasi larutan uji larutan stagnan.
10
9
Oksigen terlarut (ppm)
8
3.5% NaCl
7
5% NaCl
6 Muara Baru
5 Karangsong
Eretan
4
3
0 5 10 15 20 25
Waktu ekspos ( hari)
Gambar 4. Kurva oksigen terlarut sebagai fungsi waktu ekspos dalam berbagai variasi larutan uji
3,5% NaCl, 5% NaCl, air laut Muara Baru, air laut Karangsong dan air laut Eretan.
28
Priyotomo et al., Korosi Baja Di Muara Baru Jakarta
Gambar 5 memperlihatkan kurva nilai salinitas dengan konsentrasi senyawa NaCl, MgCl2 dan
sebagai fungsi waktu ekspos dalam variasi KCl (Martin, 2016). Lebih jauh lagi, nilai
larutan uji pada suhu ruang. Namun nilai salinitas larutan tiga daerah perairan sedikit
salinitas larutan 5% NaCl tidak dapat dideteksi lebih rendah dibandingkan larutan 3.5% NaCl,
dikarenakan batas maksimum pengukuran alat dikarenakan variasi komposisi senyawa air
HACH HQ40d Advanced Portable Meter laut yang tidak hanya larutan NaCl, namun
hingga 42 ppt. Umumnya, nilai salinitas larutan senyawa karbonat dan lainnya (Möller et al.,
uji daerah Muara Baru, Karangsong dan 2006). Peningkatan nilai salinitas berbanding
Eretan hampir sama di semua waktu ekspos, lurus dengan peningkatan laju korosi
sementara nilai salinitas larutan 3,5% NaCl (Zakowski et al., 2014),dimana nilai laju korosi
sedikit lebih tinggi, dimana nilai salinitas baja dalam media 3,5% NaCl lebih tinggi
minimal 30 ppt merupakan tipikal air laut dibandingkan dalam larutan uji di tiga daerah
daerah tropis. Nilai salinitas dikalkulasi melalui perairan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai
perhitungan konsentrasi ion klorida (Cl-) di salinitas di tiga daerah perairan hampir sama
dalam air, yang secara empiris menjelaskan di setiap waktu ekspos. Oleh karena itu, ini
bahwa salinitas sama dengan 1,80655 x [Cl-] mengindikasikan tingkat korosi baja di setiap
( Zakowski et al., 2014). Sebagai tambahan, larutan uji tergantung pada tingkat salinitas
anion klorida dalam air laut dihubungkan yang sama disetiap waktu ekspos.
100
90
80
70 3.5% NaCl
Salinitas (ppt)
60 5% NaCl
50 Muara Baru
40 Karangsong
30 Eretan
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Waktu ekspos (hari)
Gambar 5. Grafik salinitas sebagai fungsi waktu ekspos dalam berbagai variasi larutan uji 3,5% NaCl,
5% NaCl, air laut Muara Baru, air laut Karangsong dan air laut Eretan.
Gambar 6 memperlihatkan kurva konduktivitas larutan kontrol (5%NaCl dan 3.5% NaCl) lebih
air sebagai fungsi waktu ekspos dalam variasi tinggi dibandingkan nilai konduktivitas larutan
larutan uji di temperatur ruang. Nilai uji 3 daerah. Konduktivitas tertinggi pada
konduktivitas air digunakan sebagai indikator larutan 5%NaCl memperlihatkan konsentrasi
nilai salinitas (Zakowski et al., 2014),dimana tertinggi garam-garam terlarut. Di sisi lain, nilai
ion klorida terkandung dari variasi senyawa air konduktivitas di semua larutan uji setiap
laut. Kehadiran garam-garam terlarut di dalam periode ekspos hampir sama. Lebih jauh lagi,
air dihubungkan dengan nilai konduktivitas, nilai konduktivitas yang sama disetiap larutan
dimana menyediakan muatan muatan elektrik uji dikorelasikan pada konsentrasi yang sama
sebagai pergerakan ion-ion (Peinado-Guevara ion terlarut atau total garam-garam yang
et al., 2012). Nilai konduktivitas tertinggi pada terlarut. Laju korosi logam cenderung
larutan 5% NaCl, dimana nilai konduktivitas meningkat ketika nilai konduktivitas air
pada larutan tiga daerah hampir sama di meningkat (Zakowski et al., 2014).
setiap variasi waktu ekspos. Nilai konduktivitas
29
Jurnal Kelautan, 12(1), 23-35 (2019)
100
90
Konduktivitas (μ S/cm)
80
3.5% NaCl
70
5% NaCl
60
50 Muara Baru
40 Karangsong
30 Eretan
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Waktu ekspos (hari)
Gambar 6. Grafik konduktivitas sebagai fungsi waktu ekspos dalam berbagai variasi larutan uji 3,5%
NaCl, 5% NaCl, air laut Muara Baru, air laut Karangsong dan air laut Eretan.
Gambar 7 memperlihatkan grafik nilai total dimana alat HACH HQ40d Advanced Portable
dissolved solids (TDS) sebagai fungsi waktu Meter secara otomatis menentukan faktor
ekspos larutan uji. Nilai TDS mengukur konversi sebesar 0,64. Berdasarkan rumus di
konsentrasi senyawa organik dan inorganik atas, nilai TDS secara langsung proporsional
dalam bentuk ion, partikel atau koloid terhadap nilai konduktivitas air. Peningkatan
(Boerlage, 2012). Semua larutan uji nilai TDS bertendensi meningkatkan laju
dikatagorikan sebagai larutan saline korosi baja. Nilai TDS pada variasi larutan air
dikarenakan diatas nilai 5 g/l (Zakowski et al., laut di tiga daerah hampir sama dibandingkan
2014). larutan kontrol di setiap waktu ekspos. Nilai
TDS tertinggi larutan 5% NaCl
Pengukuran nilai TDS mengacu pada nilai memperlihatkan kandungan tinggi konsentrasi
konduktivitas air, dimana nilai tersebut ion garam terlarut. Nilai TDS disetiap larutan
dirumuskan di bawah ini uji hampir sama di setiap periode ekspos.
100
90
80
70
60 3.5% NaCl
TDS (g/l)
50 5% NaCl
40 Muara Baru
30 Karangsong
20
Eretan
10
0
0 5 10 15 20 25
Waktu ekspos (hari)
Gambar 7. Grafik total dissolved solution (TDS) sebagai fungsi waktu ekspos dalam berbagai variasi
larutan uji 3,5% NaCl, 5% NaCl, air laut Muara Baru, air laut Karangsong dan air laut Eretan.
30
Priyotomo et al., Korosi Baja Di Muara Baru Jakarta
Gambar 8. Morfologi produk korosi permukaan baja hasil ekspos 21 hari di dalam air laut
Karangsong.
Gambar 9. Morfologi produk korosi permukaan baja hasil ekspos 21 hari di dalam air laut Eretan.
Gambar 10. Morfologi produk korosi permukaan baja hasil ekspos 21 hari di dalam air laut Muara
Baru.
31
Jurnal Kelautan, 12(1), 23-35 (2019)
besi. Kehadiran unsur kation dan anion antara korosi akan menurun seiring dengan waktu
lain Na, Ca,S dan Cl mengidikasikan ekspos . namun, keberadaan ion klorida (Cl)
merupakan senyawa yang terkandung didalam memberikan efek negatif terhadap produk
air laut( NaCl, CaCl 2 dan CaSO4 (Ravisankar korosi, dimana terbentuk lapisan kurang stabil
et al., 1988 ; Shengxi and Hihara, 2014). senyawa komplek logam oksida klorida.
Konsentrasi oksigen yang tinggi Kemudahan senyawa kompleks untuk tidak
mengindikasikan terbentuknya korosi produk stabil akan membuka daerah aktif (anodik)
dengan senyawa logam oksida di permukaan untuk terjadi proses oksidasi, dimana logam
logam baja. Senyawa oksida logam baja terlarut ke lingkungan dan meningkatkan
bertanggung jawab dalam meminimalkan nilai laju korosi logam.
kerusakan korosi lebih lanjut sehingga laju
Tabel 2. Unsur-unsur produk korosi di permukaan baja setelah ekspos di larutan air laut daerah
Karangsong
Unsur produk korosi Persentase
%berat %atom
Karbon (C) 7,19 19,23
Oksigen(O) 18,50 37,16
Natrium (Na) 0,10 0,14
Magnesium (Mg) - -
Sulfur (S) 0,04 0,04
Klorida (Cl) 2,19 1,99
Kalsium (Ca) 0,14 0,11
Besi (Fe) 71,84 41,33
terdapat senyawa oksida yang terbentuk di
Tabel 3 memperlihatkan unsur –unsur produk
permukaan logam. Lebih jauh lagi, laju korosi
korosi dipermukaan baja setelah ekspos di
baja pada waktu ekspos 14 hari dan
larutan air laut daera Eretan. Keberadaan
meningkat sedikit pada hari ke 21 di dalam air
kation dan anion didalam produk korosi antara
laut Eretan. Fenomena ini hampir sama
lain Na,S, Ca dan Cl mengindikasikan berasal
dengan lingkungan air laut Karangsong.
senyawa air laut, dimana hasil ini sama
Seiring dengan waktu ekspos, pembentukan
dengan air laut Karangsong. Sebagai
produk korosi terjadi tanpa ion klorida. Namun
tambahan Keberadaan anion Mg juga sebagai
keberadaan ion tersebut menekan penurunan
senyawa yang terkadung di air laut (Rao dan
laju korosi dan meningkatkan kesulitan proses
indusekhar, 1989). Kandungan oksigen yang
difusi oksigen melalui penebalan lapisan karat
tinggi di produk korosi juga mengindikasikan
(Song et al., 2017 )
Tabel 3. Unsur-unsur produk korosi di permukaan baja setelah ekspos di larutan air laut daerah
Eretan
32
Priyotomo et al., Korosi Baja Di Muara Baru Jakarta
21. Laju korosi baja di Muara Baru terendah daerah karangsong dan Eretan, ini
dibandingkan larutan uji lainnya pada hari ke-7 menunjukkan peranan ion klorida terjadi
dan ke-21, dimana indikasi pembentukan merusak lapisan protektif oksida baja.
lapisan oksida terjadi. Namun, pada hari ke-
14, laju korosi lebih tinggi dibandingkan
Tabel 4. Unsur-unsur produk korosi di permukaan baja setelah ekspos di larutan air laut daerah
Muara Baru
Unsur produk korosi Persentase
%berat %atom
Karbon (C) 8,94 22,56
Oksigen(O) 20,32 38,49
Natrium (Na) 0,28 0,37
Magnesium (Mg) 0,21 0,26
Sulfur (S) 0,14 0,13
Klorida (Cl) 0,45 0,39
Kalsium (Ca) 0,01 0,01
Besi (Fe) 69,64 37,79
Identifikasi senyawa produk korosi dilakukan hasilnya dengan dua daerah lainnya. Produk
dengan menggunakan alat X-Ray Diffraction korosi Lepidrococite merupakan senyawa
(XRD) di berbagai daerah. Pada Tabel 5 dan yang terbentuk dengan keberadaan garam-
Tabel 6 terlihat bahwa struktur fasa dominan garam klorida di lingkungan air laut (Shengxi
adalah γ FeO(OH) (Lepidrococite),dimana Li et al., 2014)
daerah Muara Baru dimungkinkan sama
Tabel 5. Analisa senyawa produk karat sampel baja setelah ekspos di air laut Karangsong
Space
2θ (deg.) d (Å) dref (Å) I / Io hkl Phase Structure
Group
Tabel 6. Analisa senyawa produk karat sampel baja setelah ekspos di air laut Eretan
Space
2θ (deg.) d (Å) dref (Å) I / Io hkl Phase Structure
Group
33
Priyotomo et al., Korosi Baja Di Muara Baru Jakarta
salinititas, total dissolved solid hampir sama Desalination and Water Treatment,
sepanjang waktu ekspos. Ion klorida 42(1–3), 222–230.
mempunyai peranan untuk meningkatkan Durodola, B. M., Olugbuyiro, J. A. O.,
kerusakan baja, dimana terindikasi kadar Moshood, S. A., Fayomi, O. S., &
salinitas yang tinggi. Peran oksigen terlarut Popoola, A. P. I. (2011), Study of
juga memberikan dampak meningkatkan Influence of Zinc Plated Mild Steel
reaksi korosi baja di air laut. Morfologi baja Deterioration in Seawater
setelah ekpos bertendensi terkorosi merata di Environment. Int. J. Electrochem. Sci.,
permukaan. Tingkat korosifitas baja 6 , 5605 – 5616.
infrastruktur pada kondisi pasang surut lebih Eyu, G., Will, G., Dekkers, W., & MacLeod, J.
tinggi dibandingkan kondisi terendam penuh di (2016). Effect of dissolved oxygen and
lingkungan air laut. Senyawa produk korosi immersion time on the corrosion
yang terbentuk di lingkungan air laut adalah behaviour of mild steel in
Lepidrococite. Oleh karena itu, kerusakan bicarbonate/chloride solution.
korosi baja yang parah terjadi di air laut tropis Materials, 9(9), 748.
harus diminimalkan dengan perlindungan lapis Fischer, D. A., Daille, L., Aguirre, J., Galarce,
lindung (cat), proteksi katodik ( anoda tumbal C., Armijo, F., De la Iglesia, R., ... &
& impressed current) dan seleksi material. Walczak, M. (2016). Corrosion of
stainless steel in simulated tide of
UCAPAN TERIMA KASIH fresh natural seawater of South East
Pacific. Int. J. Electrochem. Sci, 11,
Para penulis mengucapkan terima kasih 6873-6885.
kepada semua tim kerja Laboratorium Korosi Ismail, A. & Adan, N. H. (2014). Effect of
dan Proteksi logam di lingkungan kerja Pusat Oxygen Concentration on Corrosion
Penelitian Metalurgi dan Material, Lembaga Rate of Carbon Steel in Seawater.
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Para American Journal of Engineering
penulis juga mengucapkan terima kasih atas Research, 3(1), 64-67.
hibah dana penelitian dari Pemerintah Jones, D. A. (1992) Principles and Prevention
Indonesia melalui LIPI. of CORROSION. Macmilan Publishing
Company
DAFTAR PUSTAKA Martin, M. M. (2016). Industrial Chemical
Process Analysis and Design,
Elsevier.
Afolabi, A. S., Muhirwa,A. C., Abdulkareem, A. Muller, H., Boshoff, E. T., & Froneman, H.
S., & Muzenda, E .(2014). Weight (2006). The corrosion behavior of
Loss and Microstructural Studies of carbon steel in natural and synthetic
Stressed Mild Steel in Apple Juice. Int. Nuraini, L., Prifiharni, S., & Priyotomo, G.
J. Electrochem. Sci , 9, 5895 – 5906. (2017). The corrosivity and
Al Dahaan, S., Al-Ansari, N., & Knutsson, S. performance evaluation of antifouling
(2016). Influence of groundwater paint exposed in seawater Muara Baru
hypothetical salts on electrical Port, Jakarta. In Journal of Physics:
conductivity total dissolved solids. Conference Series (Vol. 817, No. 1, p.
Engineering, 8(11), 823-830. 012068). IOP Publishing.
Al-Moubaraki, A. H., Al-Judaibi, A., & Asiri, M. Peinado-Guevara, H., Green-Ruíz, C.,
(2015).Corrosion of C-Steel in the Red Herrera-Barrientos, J., Escolero-
Sea: Effect of Immersion Time and Fuentes, O., Delgado Rodríguez, O.,
Inhibitor Concentration. Int. J. Belmonte-Jiménez, S., & Ladrón de
Electrochem. Sci., 10, 4252 – 4278. Guevara, M. (2012). Relationship
ASM. (1987). ASM Metals Handbook, vol. 13: between chloride concentration and
Corrosion, 9th. ed., ASM International. electrical conductivity in groundwater
Bhosle, N. B., & Wagh, A. B. (1992). The and its estimation from vertical
effect of organic matter associated electrical soundings (VESs) in
with the corrosion products on the Guasave, Sinaloa, Mexico. Ciencia e
corrosion of mild dteel in the arabian investigación agraria, 39(1), 229-239.
sea. Corrosion Science,33(5), 647- Priyotomo, P., Nuraini, L., Prifiharni, S., &
655. Sundjono. (2018). Corrosion Behavior
Boerlage, S. F. E. (2012). Measuring salinity of Mild Steel in Seawater from
and TDS of seawater and brine for Karangsong & Eretan of West Java
process and environmental Refion, Indonesia. Jurnal Kelautan:
monitoring—which one, when?.
34
Priyotomo et al., Korosi Baja Di Muara Baru Jakarta
35