You are on page 1of 10

PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK TIDAK

BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH PABEAN


Marsono1)
Hanik Susilawati Muamarah2)*
1), 2)
Politeknik Keuangan Negara STAN
Alamat Korespondensi: hanik.muamarah@pknstan.ac.id
INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT
Diterima Pertama Transaction on the use of intangible taxable goods (ITG) or taxable
[12 07 2022] services (TS) from outside the customs area is a transaction subject to
value-added tax (VAT). These transactions are different from the VAT
Dinyatakan Diterima collection transaction with a general mechanism because the settlement
[27 08 2022] is by own deposit, not through another party's collection. Thus, the
method of recording this transaction should also be different from the
KATA KUNCI: other VAT transaction records. Unfortunately, very few references discuss
Informasi Perpajakan, Literatur Akuntansi, Metode in detail the recording of this transaction. For tax accounting objectives to
Pencatatan, PPN Masukan, Utang PPN be met, one of which is to provide information that is useful in fulfilling
tax obligations, the most appropriate method of the recording must be
KLASIFIKASI JEL: chosen. This paper presents as well as recommends recording methods
M41, M48 that can minimize the occurrence of misinformation and the risk of
imposing sanctions. This selection is based on a review of the tax
accounting literatures and the applicable tax provisions. Based on the
results of the study, the authors conclude that transactions using the ITG
and VAT from outside the customs area would be more appropriate if
recorded with a different method than the VAT object transaction with a
general mechanism. The recommended recording is with the Unpaid Input
VAT Account on the debit side and the VAT Payable-Utilization ITG/TS
from Outside the Customs Area Account on the credit side. This method
minimizes the risk of misinterpretation of accounting records compared
to other recording methods.

ABSTRAK
Transaksi pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud (BKPTB) atau
jasa kena pajak (JKP) dari luar daerah pabean merupakan transaksi yang
dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN). Transaksi ini berbeda dengan
transaksi pemungutan PPN dengan mekanisme umum karena
pelunasannya dengan penyetoran sendiri, bukan melalui pemungutan
pihak lain, sehingga pencatatannya seharusnya juga berbeda. Sayangnya,
sangat sedikit referensi yang membahas secara detail mengenai
pencatatan transaksi ini. Agar tujuan akuntansi perpajakan terpenuhi,
salah satunya untuk menyediakan informasi yang berguna dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan, harus dipilih metode pencatatan yang
paling tepat. Tulisan ini menyajikan sekaligus merekomendasikan metode
pencatatan yang bisa meminimalkan terjadinya kesalahan informasi dan
risiko pengenaan sanksi. Pemilihan ini berdasarkan telaah atas literatur
akuntansi perpajakan dan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Berdasarkan hasil telaah, penulis berkesimpulan bahwa transaksi
pemanfaatan BKPTB dan JKP dari luar daerah pabean akan lebih tepat jika
dicatat dengan metode yang berbeda dengan transaksi objek PPN dengan
mekanisme umum. Pencatatan yang direkomendasikan ialah dengan
akun PPN Masukan Belum Dibayar di sisi debit dan akun Utang PPN-
Pemanfaatan BKPTB/JKP dari Luar Daerah Pabean di sisi kredit. Metode
ini meminimalkan risiko kesalahan penafsiran dari catatan akuntansi
dibanding metode pencatatan yang lain.

Page | 10
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN

1. PENDAHULUAN dilakukan di dalam negeri akan dikenakan PPN. Hal ini


selaras dengan prinsip detination principle bahwa PPN
Secara umum akuntansi dianggap merupakan
dipungut di tempat barang atau jasa dikonsumsi
penentu laba atau rugi suatu perusahaan dalam suatu
(Sukardji, 2015). Praktik pengenaan PPN atas kedua
periode. Pengaturan dalam akuntansi, dalam hal ini
hal tersebut banyak diaplikasikan di berbagai negara
akuntansi keuangan, bertujuan untuk menjaga hak-
sehingga merupakan praktik yang lazim (Darussalam,
hak pemegang saham dan memberikan gambaran
2018).
yang lebih akurat bagi para investor mengenai kinerja
Meskipun kedua objek PPN tersebut terdapat
keuangan perusahaan. Di sisi lain, ketentuan pajak
secara jelas pada Pasal 4 ayat (1) UU PPN 1984
bertujuan menentukan besaran kewajiban pajak
bersama dengan enam objek PPN lainnya, perlakuan
suatu perusahaan dalam periode yang telah
atas kedua objek PPN tersebut berbeda dengan yang
ditentukan (Moisescu, 2018). Menurutnya, ketentuan
lainnya, dan bersifat spesifik. Sukardji (2015)
pajak dirancang untuk memastikan netralitas
meletakkan pembahasan kedua objek tersebut dalam
ekonomi, bahwa setiap perusahaan patuh pada
bagian tersendiri, bersamaan dengan objek PPN
ketentuan perpajakan yang sama. Oleh karena itu,
dalam Pasal 16C dan Pasal 16D. Hal tersebut dilakukan
laba atau rugi akuntansi, tidak serta merta merupakan
karena perlakuan perpajakan keduanya berbeda
dasar dari penghitungan besaran kewajiban pajak
dengan objek PPN Lainnya. Seperti halnya Sukardji
perusahaan. Penentuan besaran laba atau rugi fiskal
(2015), Pohan (2016) juga membuat bab tersendiri
dilakukan dengan melakukan rekonsiliasi fiskal pada
untuk membahas kedua objek tersebut dalam
setiap akhir periode.
bukunya.
Salah satu manfaat dari akuntansi perpajakan
Pembahasan akuntansi PPN pada literatur
ialah membantu dalam proses menentukan besarnya
akuntansi perpajakan lebih banyak tentang
kewajiban pajak perusahaan berdasarkan laporan
pencatatan objek PPN yang pelunasannya melalui
keuangan yang telah dibuat (Agoes, 2017). Berbeda
mekanisme pemungutan oleh pihak lain (disebut
dengan akuntansi komersial yang berpedoman pada
sebagai mekanisme umum), bukan melalui
standar akuntansi keuangan (SAK), akuntansi
penyetoran sendiri (disebut sebagai mekanisme
perpajakan sangat dipengaruhi oleh hukum pajak
khusus). Pada mekanisme umum, saat terjadi
(Gunadi, 2009). Dengan kata lain, acuan utama dari
penyerahan barang kena pajak (BKP), pihak yang
akuntansi perpajakan bukanlah PSAK, melainkan
menyerahkan BKP memungut PPN dan mencatat
peraturan perpajakan. Meskipun demikian, peran
pungutan PPN tersebut sebagai pajak keluaran,
akuntansi untuk mencatat, mengakui dan melaporkan
sedangkan bagi pengusaha kena pajak (PKP) yang
transaksi perpajakan sangatlah penting dalam
dipungut, dicatat sebagai pajak masukan (Edhy, 2017;
memberikan informasi adanya kewajiban (dan juga
Gunadi, 2009; Harnanto, 2003; Hery, 2014; Ilyas,
hak) perpajakan, termasuk dalam transaksi
2015; Lubis, 2015; Lumbantoruan, 1996; Martani,
perdagangan lintas batas.
2016; Pardiat, 2010; Tampubolon, 2017; dan Waluyo,
Salah satu transaksi perpajakan yang harus
2016). Pada akhir bulan, dihitung selisih antara pajak
dicatat ialah transaksi/peristiwa yang mengandung
keluaran dan pajak masukan yang dimiliki oleh PKP
implikasi pada kewajiban Pajak Pertambahan Nilai
dan dicatat sebagai utang PPN jika pajak keluaran
(PPN). Transaksi tersebut merupakan objek PPN
lebih besar daripada pajak masukan. Apabila pajak
sebagaimana diatur dalam Undang-undang PPN 1984.
masukan lebih besar daripada pajak keluaran, dicatat
PPN merupakan pajak yang dikenakan secara luas dan
sebagai piutang PPN yang merupakan hak wajib pajak
dipandang dapat memberikan dampak cukup cepat
(Ilyas, 2015) (Agoes, 2017) (Pardiat, 2010).
terhadap penerimaan pajak (Gillis, 1990; Keen dan
Transaksi pemanfaatan BKPTB dan/atau JKP dari
Lockwood, 2006). PPN juga dianggap lebih baik dalam
luar daerah pabean, merupakan objek PPN yang
mendukung pertumbuhan ekonomi dibandingkan
pelunasannya dengan menyetorkan sendiri oleh pihak
jenis pajak tidak langsung lain (Miki, 2011) dan netral
yang melakukan pemanfaatan. Dengan demikian,
dalam hal pilihan pasar yang terkait dengan produksi
kedua transaksi tersebut termasuk objek PPN dengan
dan konsumsi (James, 2015). Selain itu, ketika
mekanisme khusus yang cara pencatatannya pun
dipungut secara konsisten berdasarkan destination
seharusnya berbeda dengan cara pencatatan
principle, PPN akan netral terhadap perdagangan
transaksi PPN dengan mekanisme umum. Sayangnya,
internasional (Iswahyudi, 2018).
tidak banyak literatur yang memberikan pembahasan
Salah satu objek PPN yang harus dicatat ialah
secara terinci tentang cara pencatatan kedua objek
transaksi pemanfaatan barang kena pajak tidak
tersebut. Selain itu, mata kuliah akuntansi lebih
berwujud (BKPTB) dari luar daerah pabean (luar banyak mempelajari akuntansi keuangan secara
negeri) di dalam daerah pabean. Objek lain yang umum dan tidak membahas pembukuan dengan
memiliki kesamaan dengan itu ialah pemanfaatan jasa aspek perpajakan secara komprehensif (Mubarok
kena pajak (JKP) dari luar daerah pabean di dalam et.al, 2019)
daerah pabean. Sesuai karakteristik dari PPN sebagai Minimnya pembahasan atas hal tersebut bisa
pajak atas konsumsi dalam negeri (Sukardji, 2015), membuat wajib pajak, terutama yang belum
pemanfaatan BKPTB dan JKP dari luar negeri yang memahami secara dalam tentang akuntansi PPN,

Page | 11
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
berisiko memperlakukan transaksi dengan PKP atas kedua transaksi PPN dengan mekanisme
mekanisme khusus sebagai transaksi pemungutan khusus, yaitu pemanfaatan BKPTB/JKP dari luar
PPN dengan mekanisme umum. Penulis literatur negeri, selain transaksi PMSE, sehingga wajib pajak
akuntansi perpajakan yang membahas tema itu pun, terhindar dari risiko kesalahan penyajian informasi
misalnya Ilyas (2015), tidak membedakan kedua yang berimbas pada kesalahan pengambilan
transaksi ini dengan transaksi PPN dengan mekanisme keputusan. Risiko yang dimaksud ialah sanksi akibat
khusus. Mengingat akuntansi untuk PPN belum keterlambatan pembayaran dan sanksi karena
memiliki standar sebagaimana pajak penghasilan, pemeriksaan
tidak ada ketentuan khusus mengenai cara
pencatatan atas transaksi tersebut. 2. KERANGKA TEORI
Hal yang perlu diperhatikan ialah, wajib pajak,
2.1 Karakteristik PPN
termasuk juga akuntan internal dan konsultan pajak,
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap
jika tidak teliti, bisa salah dalam mengambil keputusan
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam
dengan mendasarkan pada metode pencatatan
peredarannya dari produsen ke konsumen (Pohan,
tersebut. Kesalahan yang dimaksud ialah penentuan
2016). Menurut Sukardji (2015), PPN menggantikan
jatuh tempo pembayaran dan jumlah PPN yang harus
peranan Pajak Penjualan (PPn) di Indonesia karena
disetor. Hal tersebut senada dengan pendapat
PPN memiliki beberapa karakter positif yang tidak
Khotamov dalam Tamara (2020) yang menyebutkan
dimiliki oleh PPn. Karakteristik tersebut ialah sebagai
bahwa pencatatan yang akurat akan mengecualikan
berikut.
kemungkinan kesalahan dalam pelaporan pajak dan
a. Pajak Tidak Langsung
pelaporan keuangan.
Dalam sudut pandang ekonomi, beban PPN
Santoso et al. (2020) melakukan analisis atas
dialihkan kepada pihak lain, yaitu yang akan
sengketa pajak terkait hal tersebut. Dalam analisis
mengonsumsi barang atau jasa yang menjadi
yang dilakukannya, mereka menemukan bahwa ketika
objek PPN. Dari sudut pandang yuridis, tanggung
perusahaan pada tahun pajak 2015 melakukan
jawab pembayaran pajak ke kas negara tidak
kesalahan dalam pencatatan transaksi pemanfaatan
berada di tangan pihak yang memikul beban
BKPTB/JKP dari luar negeri, kesalahan tersebut
pajak.
mengakibatkan sanksi administrasi sebesar
b. Pajak Objektif
Rp1.172.419.770,00. Sanksi tersebut merupakan
Kewajiban untuk membayar PPN ditentukan oleh
akumulasi selama dua belas bulan karena kesalahan
adanya taatbestand (objek pajak) dengan tidak
yang terjadi terus menerus. Sanksi akibat kesalahan
memperhatikan kondisi subjek pajak.
pencatatan terkait PPN dapat berujung pada
c. Multi Stage Tax
penerbitan surat ketetapan pajak (Salida dan Nawir,
PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur
2021)
produksi maupun jalur distribusi.
Pada tahun 2020, Kementerian Keuangan
d. Perhitungan PPN Menggunakan Indirect
menerbitkan PMK Nomor 48/PMK.03/2020 untuk
Substraction Method
melaksanakan ketentuan dalam Peraturan
PPN yang dibayarkan ke kas negara adalah selisih
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun
dari Pajak Keluaran dan Pajak Masukan.
2020. Peraturan ini mengatur pemungutan PPN
e. Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri
pemanfaatan BKPTB/JKP dari luar negeri atas
PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP dan/atau
perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE).
JKP yang dilakukan di dalam negeri.
Aturan ini terbit sebagai upaya pemerintah dalam
f. Bersifat Netral
memungut PPN atas penyerahan barang dan/atau
Netralitas PPN dibentuk oleh dua hal, yaitu PPN
jasa yang berasal dari luar negeri. Hal tersebut selaras
dikenakan atas konsumsi barang maupun jasa,
dengan asas equality dalam pemungutan pajak dan
dan pemungutannya menganut prinsip tempat
sesuai dengan konsep destination principle dari PPN
tujuan (destination principle). Dalam destination
(Rini, 2020).
principle, PPN dipungut di tempat barang atau jasa
Tidak terdapat pajak baru yang timbul dari
dikonsumsi.
terbitnya aturan PPN PMSE, melainkan hanya
g. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak
mekanisme baru (Wijaya & Juhaha, 2021). Hal ini
Berganda
menunjukkan pemerintah telah memandang perlu
Meskipun PPN dikenakan di setiap rantai jalur
untuk mengatur mengenai hal ini, dan dengan
produksi maupun distibusi, sifatnya nonkumulatif
demikian wajib pajak juga perlu untuk mengevaluasi
sehingga tidak terjadi pengenaan pajak berganda.
kembali pencatatan yang selama ini telah dilakukan
atas transaksi terkait. Meskipun transaksi melalui
2.2 Objek PPN
PMSE berkembang cukup pesat, masih ada transaksi
Sesuai Undang-Undang PPN 1984, objek PPN
pemanfaatan BKPTB/jasa dari luar negeri yang tidak
ialah:
menggunakan mekanisme tersebut.
a. penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang
Tulisan ini akan memberikan gambaran
dilakukan pengusaha,
bagaimana seharusnya pencatatan yang tepat oleh

Page | 12
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
b. impor BKP, kewajiban pajak sebagaimana mestinya. Hanya saja,
c. penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang akuntansi pajak cukup kompleks sehingga diperlukan
dilakukan pengusaha, pemahaman perpajakan yang menyeluruh untuk
d. pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar memahami akuntansi pajak (Aristianti dan Listiadi,
daerah pabean di dalam daerah pabean, 2019).
e. pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di Kewajiban pajak dalam akuntansi merupakan
dalam daerah pabean, bagian dari liabilitas. Liabilitas menurut kerangka
f. ekspor BKP berwujud oleh PKP, dasar pengukuran dan pengungkapan laporan
g. ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP, keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini
h. ekspor JKP oleh PKP, yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
i. kegiatan membangun sendiri yang dilakukan diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
tidak dalam kegiatan usaha/pekerjaan oleh daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi
orang pribadi/badan, dan (Martani et al., 2016). Liabilitas diakui dalam neraca
j. penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut apabila besar kemungkinan bahwa pengeluaran
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
PKP. akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat
2.3 Akuntansi Pajak diukur dengan andal (Kartikahadi et al., 2019).
Board (APB) dan American Institute of Certified
Public Accountant (AICPA) sebagai suatu kegiatan 3. METODE PENELITIAN
pelayanan yang berfungsi untuk menyediakan
Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu
informasi kuantitatif, terutama keuangan, dari suatu
dengan melakukan pengkajian atas literatur
entitas ekonomi, dengan tujuan memberikan
akuntansi perpajakan yang ada di Indonesia. Melalui
kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan
pengkajian 12 literatur akuntansi perpajakan dan 2
ekonomi, dan membuat pilihan yang bijak di antara
literatur akuntansi keuangan yang mencantumkan
beberapa alternatif yang tersedia (Kartikahadi et al.,
pencatatan PPN, dapat diketahui bagaimana para
2019). Weygandt (2015) menyebutkan tiga kegiatan
penulis memberikan pembahasan atas pencatatan
utama akuntansi, yaitu mengidentifikasi, mencatat
transaksi PPN dengan mekanisme khusus. Artikel ini
dan mengomunikasikan peristiwa ekonomi suatu
akan memberikan alternatif cara pencatatan atas
organisasi kepada pihak yang berkepentingan.
transaksi tersebut dengan berdasarkan pada
Kartikahadi et al. (2019) merumuskan pengertian
ketentuan perpajakan yang sesuai.
akuntansi berdasarkan pendekatan sistem, yaitu
sistem informasi keuangan yang dimaksudkan untuk
menghasilkan informasi yang relevan bagi berbagai 4. HASIL PENELITIAN
pihak yang berkepentingan. Relevansi informasi 4.1. Pemanfaatan BKPTB dan JKP dari Luar Daerah
berkaitan erat dengan kepentingan penerima laporan. Pabean
Sesuai kerangka konseptual pelaporan Salah satu objek PPN menurut Pasal 4 ayat (1) UU
keuangan, informasi keuangan harus relevan dan PPN 1984 ialah BKPTB atau JKP dari luar daerah
merepresentasikan secara tepat apa yang akan pabean. Keduanya merupakan refleksi dari prinsip
direpresentasikan agar bisa berguna (IAI, 2018). destinasi yang diadopsi oleh UU PPN 1984 (Sukardji,
Kegunaan informasi keuangan tersebut dapat 2015). UU PPN 1984 mendefinisikan pemanfaatan
ditingkatkan jika terbanding (comparable), BKPTB dari luar daerah pabean sebagai setiap kegiatan
terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan pemanfaatan BKPTB dari luar daerah pabean di dalam
terpaham (understandable). daerah pabean. Pemanfaatan JKP dari luar daerah
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pabean menurut UU PPN 1984 adalah setiap kegiatan
akuntansi, yang salah satu proses di dalamnya ialah pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam
pencatatan transaksi, memiliki peran yang sangat daerah pabean. Keduanya berbeda dengan pengertian
penting dalam pengambilan keputusan para pihak impor yang didefinisikan sebagai setiap kegiatan
yang berkepentingan. Salah satu pihak yang memasukkan barang dari luar daerah pabean ke dalam
berkepentingan dengan akuntansi ialah pemakai daerah pabean. Impor mengikuti ketentuan tentang
internal, agar perusahaan dapat memenuhi kewajiban kepabeanan yang pengawasannya dilakukan oleh
perpajakan. Bidang akuntansi untuk memenuhi tujuan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Sukardji, 2015). Hal
ini ialah akuntansi pajak. ini berbeda dengan BKPTB atau JKP, yaitu saat
Akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang memasukkan keduanya ke daerah pabean, tidak
bertujuan menghitung dan melaporkan pajak mungkin menggunakan dokumen impor karena tidak
terutang agar utang pajak dapat dihitung, dilaporkan, melibatkan pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
dan dilunasi sesuai dengan ketentuan perpajakan Contoh dari BKPTB dalam penjelasan Pasal 4A
yang berlaku (Kartikahadi et al., 2019). Dengan ayat (1), antara lain:
demikian, akuntansi pajak harus dapat mengakui, 1. penggunaan hak cipta di berbagai bidang;
mengukur, menyajikan dan mengungkapkan

Page | 13
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
2. penggunaan peralatan/perlengkapan industrial, lama tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang
komersial, atau ilmiah; bersangkutan. SPT Masa PPN tersebut diperlakukan
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang sebagai laporan pemungutan PPN atas pemanfaatan
ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial; BKPTB atau JKP dari luar Daerah Pabean. Bagi orang
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap pribadi atau badan yang bukan PKP, wajib
terkait angka 1, angka 2, serta angka 3 di atas; dan melaporkan PPN yang telah disetor ke kantor
5. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang pelayanan pajak paling lama akhir bulan berikutnya
berkenaan dengan penggunaan atau pemberian setelah saat terutangnya pajak.
hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak
lainnya sebagaimana tersebut di atas. 4.3 Pencatatan atas Transaksi PPN dengan
Jasa kena pajak dalam UU PPN 1984 Mekanisme Umum
didefinisikan sebagai jasa yang dikenai pajak Dalam literatur akuntansi perpajakan, cara
berdasarkan UU PPN 1984. Dengan kata lain, JKP pencatatan transaksi PPN cukup bervariasi, termasuk
adalah jasa selain jasa yang tidak dikenai PPN penggunaan nama akunnya. Cara penyebutan untuk
menurut UU PPN 1984. Dalam UU PPN 1984 terdapat pajak keluaran dan pajak masukan juga berbeda-beda
kelompok jasa yang tidak dikenai PPN, di antaranya antara satu penulis dengan penulis lainnya.
ialah jasa pelayanan kesehatan medis, jasa Pajak keluaran menurut UU PPN 1984 adalah
keagamaan, jasa boga, dan lain-lain. PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor BKP
4.2 Saat terutang PPN, Tata Cara Penyetoran dan berwujud/BKPTB/JKP. Sederhananya, pajak keluaran
Pelaporan adalah PPN yang dipungut karena penyerahan atau
Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun BKP atau JKP. Agoes (2017) dan Waluyo (2016)
2012 menyebutkan bahwa terutangnya PPN salah menggunakan nama akun Pajak Keluaran untuk
satunya terjadi pada saat pemanfaatan BKPTB atau mencatat hal ini. Edhy (2017), Gunadi (2009),
JKP dari luar daerah pabean. Saat pemanfaatan Harnanto (2003), Hery (2014), Ilyas (2015), Lubis
kedua transaksi tersebut terjadi pada saat yang (2015), Lumbantoruan (1996), Martani et al. (2016),
terjadi lebih dahulu, dari peristiwa berikut: dan Tampubolon (2017) menggunakan akun PPN
a. pihak yang memanfaatkannya telah menyatakan Keluaran. Pardiat (2010) menggunakan akun PPN
harga perolehan traksaksi tersebut sebagai (PK). Meski menggunakan nama akun yang bervariasi,
utang; pajak keluaran mempunyai saldo normal di sisi kredit
b. pihak yang menyerahkannya telah menagih harga dan termasuk dalam kategori liabilitas.
jual/penggantian; atau Pajak masukan dalam UU PPN 1984 didefinisikan
c. pihak yang memanfaatkannya telah membayar sebagai PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP
harga perolehan, baik sebagian atau seluruhnya. karena perolehan BKP dan/atau JKP dan/atau
Saat terjadinya pemanfaatan BKPTB dan/atau pemanfaatan BKPTB dari luar daerah pabean
JKP dari luar daerah pabean ditentukan pada tanggal dan/atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
ditandatanganinya kontrak atau perjanjian jika ketiga dan/atau impor BKP. Edhy (2017), Gunadi (2009),
perbuatan hukum tersebut tidak diketahui. Harnanto (2003), Hery (2014), Ilyas (2015), Lubis
PPN yang terutang karena transaksi tersebut (2015), Lumbantoruan (1996), Martani et al. (2016),
wajib dipungut dan disetorkan seluruhnya ke kas dan Tampubolon (2017) menggunakan akun PPN
negara oleh pihak yang memanfaatkan BKPTB/JKP, Masukan. Pardiat (2010) menggunakan akun PPN
selambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat (PM-DDK) untuk mencatat pajak masukan yang dapat
terutangnya pajak sebagaimana di atas. Kewajiban dikreditkan dan membedakan dengan pajak masukan
penyetoran ini masih harus dilakukan oleh wajib pajak yang faktur pajaknya belum diterima. Dalam kondisi
yang memanfaatkan, berbeda dengan transaksi yang faktur pajak masukan belum diterima, Pardiat (2010)
terkait dengan PMSE yang kewajiban pajaknya telah menggunakan akun PM-Belum Diterima.
bergeser kepada perusahaan penyedia platform Harnanto (2003) tidak membuat akun khusus
marketplace e-commerce (Kusumawati et. al, 2021). untuk pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Apabila penyetoran PPN dilakukan melewati batas Jika terdapat pajak masukan yang tidak dapat
waktu tersebut maka tergolong dalam status dikreditkan maka dibuat jurnal untuk mengalokasikan
terlambat dan akan dikenai sanksi administrasi pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan itu,
berupa bunga. Dalam hal ini, WP secara self misalnya dikapitalisasi ke perolehan aktiva,
assessment menyetorkan sendiri PPN yang terutang. dibebankan sebagai harga pokok penjualan atau
Dengan demikian, kepatuhan dari WP menjadi kunci biaya untuk memperoleh, menagih dan memelihara
sukses dalam sistem self assessment system (Prastiwi penghasilan, serta ke biaya yang tidak dapat
et. al, 2019) dikurangkan. Pengalokasian tersebut dilakukan
PKP melaporkan PPN yang telah disetorkan dengan cara mengurangi jumlah pajak masukannya.
dalam SPT Masa PPN bulan terutangnya pajak atau Artinya, saldo akun pajak masukan sudah bebas dari
dapat dilaporkan pada masa pajak berikutnya paling unsur pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan.

Page | 14
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
Meski menggunakan nama akun yang bervariasi, Ilyas (2015) menggunakan jurnal berikut untuk
pajak masukan mempunyai saldo normal di sisi debit mencatat pemanfaatan hak waralaba:
dan termasuk dalam kategori aset. Beban Hak Pemakaian Waralaba xxx
Dalam mekanisme PPN yang umum, pajak yang Utang PPh Pasal 26 xxx
harus disetorkan ke kas negara adalah selisih antara Utang PPN (Pajak Keluaran) xxx
pajak keluaran dan pajak masukan. Apabila dalam Utang Usaha xxx
suatu masa pajak ternyata pajak keluaran lebih besar
Pardiat (2010) memberikan contoh pencatatan atas
daripada pajak masukan, selisihnya merupakan PPN
transaksi pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean.
yang harus disetor ke kas negara oleh PKP.
Atas transaksi ini, dicatat di debit dengan akun PPN
Sebaliknya, apabila dalam suatu masa pajak ternyata
(PM-DDK) dan di kredit dengan akun Utang PPN Jasa
pajak masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
Luar Negeri, sebagai berikut:
daripada pajak keluaran, selisihnya merupakan
kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan ke masa Beban Jasa Konsultan LN xxx
pajak berikutnya atau direstitusikan. PPN (PM-DDK) xxx
Dalam literatur akuntansi perpajakan, untuk Bank xxx
menghitung PPN yang harus disetor atau PPN yang Utang PPh Pasal 26 xxx
lebih bayar, terdapat beberapa cara pencatatan Utang PPN Jasa LN xxx
sesuai dengan alur yang dibuat masing-masing Dari ketiga cara pencatatan tersebut dapat
penulis. Harnanto (2003) menggunakan cara diketahui bahwa terdapat perbedaan metode dan
membalik akun PPN Keluaran dan akun PPN Masukan cara berpikir dari masing-masing penulisnya. Edhy
dengan jumlah yang paling kecil di antara kedua akun (2017) mengakui adanya PPN Masukan saat JKP dari
tersebut. Jika setelah dibalik, akun yang bersaldo luar daerah pabean dibayarkan, tetapi tidak
lebih dari nol ialah akun PPN Masukan maka terdapat mengantisipasi adanya Utang PPN atas pemanfaatan
kelebihan pembayaran sehingga status SPT Masa PPN BKPTB/JKP dari luar daerah pabean saat mencatat
akan lebih bayar. Jika ternyata akun yang mempunyai beban tersebut. Ilyas (2015) mengakui Utang PPN
saldo lebih dari nol ialah akun PPN Keluaran maka karena pemanfaatan BKPTB atau JKP dari luar daerah
terdapat jumlah yang harus disetor ke kas negara (SPT pabean saat dicatat beban pemakaian waralaba,
Masa PPN berstatus kurang bayar). tetapi memperlakukan utang PPN ini sebagai pajak
keluaran. Hal tersebut berbeda dengan Pardiat
4.4. Pencatatan atas Transaksi Pemanfaatan BKPTB (2010), yang langsung mengakui Pajak Masukan dan
atau JKP dari Luar Daerah Pabean Utang PPN atas JKP luar negeri.
Selain mekanisme PPN secara umum, yaitu
dengan pemungutan PPN sebagaimana dijelaskan 4.5 Risiko dari Pencatatan Transaksi Pemanfaatan
sebelumnya, terdapat juga PPN dengan mekanisme BKPTB atau JKP dari Luar Daerah Pabean
yang lain. Untuk memudahkan, PPN dengan Jika PKP mencatat transaksi PPN mekanisme
mekanisme yang lain itu disebut sebagai PPN dengan khusus dengan metode yang sama dengan
mekanisme khusus. Salah satu transaksi PPN dengan pencatatan transaksi PPN dengan mekanisme umum,
mekanisme khusus ialah transaksi pemanfaatan PKP akan berisiko melakukan kesalahan dalam
BKPTB atau JKP dari luar daerah pabean. Sangat menangani transaksi tersebut. Contoh berikut adalah
sedikit literatur akuntansi perpajakan yang ilustrasi yang dapat menjelaskannya.
membahas metode pencatatan atas transaksi
tersebut. Dari telaah atas literatur sebagaimana PT ABC mengggunakan kebijakan pencatatan bahwa
tersebut di atas, Edhy (2017), Ilyas (2015), dan Pardiat setiap pajak keluaran yang dipungut dari lawan
(2010) yang menyajikan pencatatan atas transaksi ini, transaksi dicatat dalam akun PPN Keluaran,
dan disajikan dengan sangat singkat. sedangkan pajak masukan yang dipungut oleh lawan
transaksi dicatat dalam akun PPN Masukan, tanpa
Edhy (2017) dalam pembahasan mengenai PPh
kecuali. Setiap akhir bulan, perusahaan membalik
Pasal 26 atas jasa luar negeri, memberikan ilustrasi
akun PPN Keluaran dan akun PPN Masukan. Selisih
pencatatan atas pembayaran jasa konsultan ke
kedua akun tersebut akan dicatat sebagai akun Utang
perusahaan luar negeri dengan jurnal:
PPN jika akun PPN Keluaran lebih besar daripada akun
Beban konsultan xxx PPN Masukan. Jika akun PPN Masukan lebih besar
Utang PPh Pasal 26 xxx daripada PPN Keluaran, selisihnya dicatat sebagai
Kas/Bank xxx Piutang PPN.
Saat menyetorkan pajak ke kas negara, jurnal yang 1. Pada tanggal 4 November 2017 PT ABC, sebuah
dibuat adalah: PKP, menandatangani kontrak kesepakatan
PPN Masukan xxx dengan BFC Corp. untuk menggunakan merek
Utang PPh Pasal 26 xxx dagang BFC mulai tanggal 10 November 2017.
Kas/Bank xxx Merek dagang tersebut seharusnya dibayar
dengan nilai Rp50.000.000,00 dan dicatat

Page | 15
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
sebagai utang pada tanggal 10 November 2017. Desember 2017 atas pemanfaatan BKPTB dari
PT ABC mencatat pada tanggal 10 November BFC Corp.
2017 dengan jurnal: Risiko yang mungkin atas kegagalan mengambil
Merek dagang 50.000.000 informasi yang benar dari kondisi di atas ialah
PPN Masukan 5.000.000 keterlambatan pembayaran PPN dengan sanksi
Utang Usaha 55.000.000 bunga per bulan yang besarannya ditetapkan oleh
2. Pada akhir bulan November 2017 PKP Menteri Keuangan. Jika keterlambatan pembayaran
melakukan inventarisasi kewajiban PPN-nya dan melebihi tiga bulan maka pembayaran tersebut tidak
diketahui terdapat saldo akun PPN Keluaran bisa menjadi kredit pajak, selain terkena sanksi
sebesar Rp40.000.000,00 dan saldo akun PPN bunga seperti penjelasan sebelumnya.
Masukan sebesar Rp60.000.000,00. Saldo itu
termasuk dari transaksi pemanfaatan merek 4.6. Metode Pencatatan yang Direkomendasikan
dagang BFC dari BFC Corp. Akuntan internal PKP yang tidak memiliki banyak transaksi PPN
akan mencatat pada akhir bulan sebagai berikut: dengan mekanime khusus mungkin akan enggan jika
PPN Keluaran 40.000.000 harus membedakan cara pencatatan transaksi
Piutang PPN 20.000.000 tersebut dengan cara pencatatan transaksi
PPN Masukan 60.000.000 pemungutan PPN dengan mekanisme umum. Jika
mereka memilih cara yang sama, mereka harus
Piutang PPN muncul sebesar Rp20.000.000,00
mengingat (mencatat secara terpisah) konsekuensi
yang artinya telah terjadi lebih bayar sebesar
dari transaksi tersebut. Cara ini, meskipun mungkin
jumlah tersebut. Jika tidak teliti, akuntan
dilaksanakan, menjadi berisiko ketika terjadi
internal tidak menyiapkan untuk memenuhi
pergantian personel yang terlibat dalam pencatatan
kewajiban pembayaran PPN Masukan pada
dan pembayaran. Untuk perusahaan yang sering
tanggal 15 Desember, yaitu saat jatuh tempo
melakukan transaksi PPN dengan mekanisme
pembayaran PPN atas pemanfaatan BKPTB dari
khusus, risiko kesalahan akan lebih besar.
BFC Corp. Berdasarkan catatan
akuntansi tersebut, akuntan tidak menyadari Untuk mengantisipasi kemungkinan negatif di
adanya kewajiban PPN yang berbeda dengan atas, berikut merupakan metode pencatatan yang
kewajiban PPN dalam mekanisme umum. Begitu bisa dilakukan:
melihat bahwa akun Utang PPN bersaldo nol, 1. Untuk transaksi pemanfaatan BKPTB/JKP dari luar
akuntan internal menafsirkan bahwa tidak ada daerah pabean, PKP mencatat pada akun PPN
kewajiban penyetoran PPN pada bulan Masukan Belum Dibayar di sisi debit sekaligus
Desember 2017. Padahal, terdapat kewajiban memunculkan akun Utang PPN-Pemanfaatan
pembayaran PPN pada tanggal 15 Desember BKPTB atau JKP dari Luar Daerah Pabean di sisi
2017 atas pemanfaatan BKPTB dari luar daerah kredit. Jika PPN atas pemanfaatan BKPTB/JKP dari
pabean. luar daerah pabean langsung dibayar maka
Kasus lainnya dapat dilihat pada ilustrasi berikutnya. digunakan akun PPN Masukan di sisi debit dan
akun Kas di sisi kredit. Tidak ada potensi masalah
3. Merujuk pada transaksi nomor 1, tetapi pada
jika PPN langsung dibayar. Hal tersebut menjadi
akhir bulan kondisinya tidak seperti transaksi
berbeda jika PPN-nya belum langsung dilunasi.
nomor 2. Dari inventarisasi pada bulan
2. Jika PPN belum dilunasi saat pemanfaatan
November 2017 diketahui bahwa saldo akun
BKPTB/JKP dari luar negeri, akun Utang PPN-
PPN Keluaran sebesar Rp50.000.000,00 dan
Pemanfaatan BKPTB atau JKP dari Luar Daerah
saldo akun PPN Masukan sebesar
Pabean muncul untuk mengingatkan sekaligus
Rp40.000.000,00. Saldo itu termasuk transaksi
menyediakan informasi bahwa terdapat utang
pemanfaatan merek dagang BFC dari BFC Corp.
PPN yang harus dilunasi pada tanggal 15 bulan
Akuntan internal akan mencatat pada akhir
berikutnya. Utang ini berbeda dengan utang PPN
bulan sebagai berikut:
dengan mekanisme umum yang jatuh tempo
PPN Keluaran 50.000.000 pada akhir bulan berikutnya.
Utang PPN 10.000.000 3. Ketika PPN Masukan atas transaksi pemanfaatan
PPN Masukan 40.000.000 BKPTB/JKP dari luar daerah pabean dibayar
Utang PPN muncul sebesar Rp10.000.000,00, dalam periode tiga bulan maka akun PPN
artinya terdapat kurang bayar PPN sejumlah Masukan Belum Dibayar dibalik dengan
tersebut. Jika tidak teliti, akuntan internal hanya diletakkan di sisi kredit, dan dimunculkan akun
akan melakukan pembayaran PPN pada tanggal PPN Masukan di sisi debit. Ini bermakna bahwa
31 Desember 2017 sebesar Rp10.000.000,00. pembayaran PPN tersebut telah berstatus
Dengan mengandalkan pada catatan akuntansi sebagai pajak masukan yang dapat dikreditkan.
tersebut, akuntan tidak menyadari adanya Selain itu, akun Utang PPN- Pemanfaatan BKPTB
kewajiban pembayaran PPN pada tanggal 15 atau JKP dari Luar Daerah Pabean dihilangkan
dengan diletakkan di sisi debit dan dicatat

Page | 16
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
pengeluaran kas/bank di sisi kredit untuk PPN, sehingga muncul akun Utang PPN-
pembayaran. Pemanfaatan BKTP atau JKP dari Luar Daerah
4. Apabila pembayaran PPN tersebut dilakukan Pabean. Akun tersebut berbeda dengan akun
melewati jangka waktu tiga bulan maka dicatat Utang PPN yang biasanya digunakan untuk
sebagai Beban PPN di sisi debit karena sudah mekanisme PPN secara umum. Selain itu, jatuh
tidak bisa dikreditkan, dan akun PPN Masukan tempo pembayaran utang PPN atas pemanfaatan
yang Belum Dibayar dihilangkan dengan BKPTB/JKP dari luar daerah pabean ialah tanggal
diletakkan di sisi kredit. Selain itu, akun Utang 15 bulan berikutnya. Hal ini berbeda dengan
PPN-Pemanfaatan BKPTB atau JKP dari Luar jatuh tempo PPN dengan mekanisme umum,
Daerah Pabean dihilangkan dengan diletakkan di yaitu akhir bulan berikutnya.
sisi debit, dan dicatat pengeluaran kas/bank 2. Jika pada akhir bulan setelah inventarisasi
untuk pembayaran. dilakukan diketahui bahwa saldo akun PPN
Keluaran ialah Rp40.000.000,00 dan akun PPN
TABEL 1. Masukan ialah Rp60.000.000,00 maka dibuat
PENCATATAN UNTUK PEMBAYARAN PPN ATAS jurnal:
PEMANFAATAN BKPTB/JKP DARI LUAR DAERAH PPN Keluaran 40.000.000
PABEAN Piutang PPN 20.000.000
Uraian/ Jurnal PPN Masukan 60.000.000
Kondisi Meskipun dari jurnal tersebut diketahui bahwa
Pemanfaatan PPN Masukan Belum Dibayar xxx status SPT Masa PPN akan menjadi Lebih Bayar
BKPTB dan JKP Utang PPN- sebesar Rp20.000.000,00, masih terdapat saldo
dari luar Pemanfaatan BKPTB/JKP dari LDP xxx Utang PPN-Pemanfaatan BKPTB atau JKP dari Luar
daerah
Daerah Pabean pada akhir bulan tersebut yang
pabean dan
PPN tidak mengandung makna adanya kewajiban
langsung pembayaran paling lambat pada tanggal 15
dibayar Desember 2017.
Pemanfaatan PPN Masukan xxx 3. Jika PPN atas pemanfaatan BKPTB dilunasi pada 12
BKPTB dan JKP Kas xxx Desember 2017 maka dibuat jurnal:
dari luar Utang PPN-
daerah
pabean dan Pemanfaatan BKPTB/JKP LDP 5.000.000
PPN langsung Kas 5.000.000
dibayar
PPN Masukan 5.000.000
Pelunasan PPN Masukan xxx PPN Masukan Belum Dibayar 5.000.000
utang PPN PPN Masukan Belum Dibayar xxx
Masukan Utang PPN-
Dengan jurnal di atas, berarti pembayaran PPN
dalam periode Pemanfaatan BKPTB/JKP dari LDP xxx yang telah dilakukan oleh perusahaan sudah dapat
3 bulan Kas xxx dikreditkan.
Pelunasan Beban PPN xxx 4. Apabila PPN tersebut baru dibayarkan pada
utang PPN PPN Masukan belum dibayar xxx tanggal 20 Maret 2018 maka jurnal yang dibuat
Masukan Utang PPN- ialah:
melewati Pemanfaatan BKPTB/JKP dari LDP xxx
periode 3 Kas xxx
Beban PPN 5.000.000
bulan PPN Masukan Belum Dibayar 5.000.000
Utang PPN-
Berikut merupakan ilustrasi yang bersumber dari Pemanfaatan BKPTB/JKP LDP 5.000.000
kasus PT ABC di atas. Kas/Bank 5.000.000
1. Dengan informasi yang disebutkan di atas, maka PPN Masukan Belum Dibayar berubah menjadi
atas pemanfaatan merek dagang BFC dengan nilai Beban PPN karena PPN tersebut sudah melewati
Rp50.000.000,00 yang terutang pada tanggal 10 jangka waktu pengkreditan pajak masukan,
November 2017, seharusnya perusahaan sehingga tidak bisa menjadi pajak masukan lagi.
mencatat sebagai berikut: Simulasi di atas menunjukkan bahwa pencatatan
Merek dagang 50.000.000 dengan cara memunculkan akun PPN Masukan Belum
PPN Masukan Belum Dibayar 5.000.000 Dibayar di sisi debit dan Utang PPN-Pemanfaatan
BKPTB/JKP dari Luar Daerah Pabean di sisi kredit sangat
Utang Usaha 50.000.000
berguna untuk meminimalkan risiko terlewatnya
Utang PPN- kewajiban PPN. Selain itu, cara pernjurnalan tersebut
Pemanfaatan BKPTB/JKP LDP 5.000.000 juga memiliki argumentasi yang kokoh sebagai berikut:
Sesuai ketentuan perpajakan, saat harga jual 1. Akun Utang PPN-Pemanfaatan BKPTB atau JKP dari
BKPTB diakui sebagai utang maka sudah terutang Luar Daerah Pabean menunjukkan adanya

Page | 17
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
pengakuan atas kewajiban pembayaran PPN. Dengan jarangnya pembahasan tentang
Sesuai ketentuan perpajakan, saat terutang bagi pencatatan transaksi PPN dengan mekanisme khusus,
pemanfaatan BKPTB/JKP dari luar daerah pabean PKP yang belum memahami akan beranggapan bahwa
ialah pada saat pihak yang memanfaatkan BKPTB cara pencatatannya menggunakan cara pencatatan
atau JKP mengakui sebagai utang. Utang PPN jenis yang sama dengan pencatatan transaksi PPN dengan
ini langsung muncul tanpa harus ditandingkan mekanisme umum yang bersifat pemungutan. Cara
dengan akun PPN Keluaran lainnya dalam bulan pencatatan pemungutan PPN dengan mekanisme
tersebut. Meskipun demikian, ketika utang PPN umum dilakukan dengan tidak langsung memunculkan
atas pemanfaatan BKPTB/JKP dari luar daerah akun Utang PPN karena biasanya akun Utang PPN baru
pabean dilunasi, pembayaran ini menjadi pajak muncul setelah penandingan antara akun PPN
masukan yang dapat dikreditkan oleh perusahaan. Keluaran dan PPN Masukan pada akhir bulan.
2. Penjurnalan dengan mekanisme PPN yang umum, Dari simulasi yang telah dilakukan diketahui bahwa
yaitu tidak memunculkan Utang PPN-Pemanfaatan pencatatan transaksi pemanfatan BKPTB/JKP dari luar
BKPTB atau JKP dari Luar Daerah Pabean bisa daerah pabean oleh PKP dengan mencatat langsung
dilakukan tetapi sangat mengandalkan ingatan pada akun Utang PPN Pemanfaatan BKPTB atau JKP
akuntan internal atau petugas yang terlibat dalam dari Luar Daerah Pabean dapat meminimalkan risiko
pencatatan. Apabila terjadi penggantian petugas, kelalaian pemenuhan kewajiban pembayaran PPN.
atau petugas pencatatan yang dulu terlibat sedang Dengan demikian, cara pencatatan tersebut dapat
menjalani cuti, catatan akuntansi yang telah ada mengoptimalkan fungsi akuntansi sebagai penyedia
tidak bisa memberikan informasi kewajiban informasi yang relevan dan merepresentasikan
perpajakan tersebut. Hal ini berisiko pada fenomena ekonomi dengan lebih tepat.
terlewatnya kewajiban perpajakan sebagaimana
dijelaskan dalam contoh di atas. Sebagai suatu 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
sistem, akuntansi seharusnya bisa menyediakan
Penelitian ini berimplikasi kepada perlunya
informasi yang mendukung pengambilan
pengetahuan tentang pencatatan transaksi
keputusan kepada siapa saja yang memanfaatkan
pemanfaatan BKPTB/JKP dari luar daerah pabean
informasi tersebut.
disebarluaskan kepada wajib pajak atau calon wajib
Jika perusahaan yang memanfaatkan BKPTB/JKP
pajak (mahasiswa) melalui penerbitan literatur
dari luar daerah pabean tidak berstatus PKP, besarnya
akuntansi perpajakan. Para penulis literatur akuntansi
PPN yang harus dibayar akan langsung menambah nilai
perpajakan diharapkan menuangkan pembahasan
aset tidak berwujud atau beban terkait di sisi debit. Di
yang memadai mengenai transaksi tersebut.
sisi kredit, akun Utang PPN-Pemanfaatan BKPTB/JKP
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam
dari LDP harus muncul agar wajib pajak menyadari
penelaahan atas literatur akuntansi perpajakan.
adanya kewajiban PPN tersebut.
Jumlah literatur yang ditelaah hanya berjumlah 14
literatur yang ada di Indonesia. Peneliti belum
5. KESIMPULAN DAN SARAN memperkaya dengan praktik yang ada di negara lain.
Pencatatan transaksi untuk objek PPN tidak diatur Selain itu, penelitian ini belum membahas pencatatan
khusus dalam standar akuntansi keuangan, tidak transaksi yang terkait dengan PMSE. Pemungutan PPN
seperti transaksi yang terkait dengan pajak PMSE di Indonesia dianggap telah memenuhi asas
penghasilan. Dengan demikian, pengakuan dan keadilan, kenyamanan dan efisiensi berdasarkan "The
pencatatan kewajiban PPN mengacu pada kerangka Four Maxims" (Kusumabangsa, 2022).
konseptual pelaporan keuangan dan ketentuan
peraturan perpajakan mengenai PPN. Tiap akuntan
internal memiliki kebebasan metode dalam melakukan DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
pencatatan transaksi perpajakan asalkan dapat Agoes, S. & Trisnawati, E. 2017. Akuntansi Perpajakan.
memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
kepada Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu transaksi Aristianti, L., & Listiadi, A. (2019). Pengaruh
yang memiliki konsekuensi PPN ialah pemanfaatan Pemahaman Perpajakan, Intensitas Pemberian
BKPTB/JKP dari luar daerah pabean. Tugas dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Dari telaah atas empat belas literatur akuntansi Akuntansi Perpajakan dengan Motivasi Belajar
perpajakan yang ada, diketahui bahwa hanya terdapat sebagai Variabel Moderating pada Mahasiswa
tiga penulis yang mencantumkan ilustrasi transaksi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi
pemanfaatan BKPTB/JKP dari luar daerah pabean. Hal Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Pendidikan
ini menunjukkan bahwa transaksi pemanfaatan Akuntansi (JPAK), 7(3).
BKPTB/JKP dari luar daerah pabean tidak menjadi
perhatian para penulis. Dari ketiga literatur yang Darussalam, et al. 2018. Konsep dan Studi Komparasi
mencantumkan transaksi tersebut, diketahui bahwa Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta: DDTC.
pembahasan transaksi tersebut dilakukan dengan Edhy, D. S. S., (2017). Akuntansi Perpajakan. Modul
sangat singkat dan dengan cara yang berbeda-beda. Tidak Diterbitkan.

Page | 18
PENCATATAN TRANSAKSI PEMANFAATAN BARANG KENA PAJAK Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1, (2022), Hal.10-19
TIDAK BERWUJUD ATAU JASA KENA PAJAK DARI LUAR DAERAH
PABEAN
Gillis, M. (1990). Tax Reform and the Value Added Tax: Mubarok, M.H., Amri, D. & Nurhasanah. (2019).
Indonesia. In M. J. Boskin & C. E. J. McLure (Eds.), Pengembangan Modul Ajar Akuntansi Perpajakan
Tax Reform: Case Studies of Developed and di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya.
Developing Countries. San Francisco: ICS Press APTEKMAS Volume 2, Nomor 2, 2019.
https://doi.org/10.36257/apts.v2i2.1602
Gunadi. (2009). Akuntansi Pajak. Jakarta: Grasindo.
Pardiat. (2010). Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Harnanto. (2003). Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta:
Mitra Wacana Media.
BPFE-Yogyakarta.
Pohan, C. A. (2016). Pedoman Lengkap Pajak
Hery. (2014). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: PT
Pertambahan Nilai: Teori, Konsep dan Aplikasi
Grasindo.
PPN. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
IAI. (2018). Standar Akuntansi Keuangan Bagian A.
Prastiwi, D., Narsa, I. M., & Tjaraka, H. (2019). Sintesis
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Sistem Akuntansi Perpajakan. Jurnal Akuntansi
Ilyas, W. B. & Priantara, D. (2015). Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 276-294.
Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana Media. https://doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10016
Iswahyudi, H. (2018). Where Has The Money Gone? Rini, E. S. (2020). Analisis Kebijakan Pajak Pertambahan
The Case Of Value Added Tax Revenue Nilai atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Performance In Indonesia. MPRA Paper No. 89876, Berwujud dan/atau Jasa ePajak dari Luar Daerah
posted 15 Nov 2018 Pabean di Dalam Daerah Pabean melalui
Perdagangan melalui Sistem Elektronik. Retrieved
James, K. (2015). The Rise of the Value Added Tax. New
from
York: Cambridge University Press.
http://lontar.ui.ac.id/detail?id=20506899&lokasi=
Kartikahadi, H. et al. (2019). Akuntansi Keuangan lokal.
Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Buku 1. Jakarta:
Salida, A. & Nawir, I. (2021). Perlakuan Akuntansi Pajak
Ikatan Akuntan Indonesia.
Pertambahan Nilai pada PT. Tiran Makassar. Vol 6
Keen, M., & Lockwood, B. (2006). Is the VAT a money No 01 (2021): JUSIE (Jurnal Sosial dan Ilmu
machine? National Tax Journal, 905-928. Ekonomi).
https://doi.org/10.36665/jusie.v6i01.416
Kusumabangsa, G. (2022). Evaluation Of VAT Collection
On Trading Through Electronic System. Jurnal Santoso, I., et al. (2020). Tax Dispute Analysis of
Akuntansi dan Keuangan Indonesia: Vol. 18: Iss. 2, Incorrect VAT Payment on Offshore Royalty
Article 4. DOI: 10.21002/jaki.2021.10. Viewed from the Ease of Administration Principle
(Case Study of PT X). ICBAE: Proceedings of the 2nd
Kusumawati, M.P., Hamrany, A.K., & Rahman, A.N.
International Conference of Business, Accounting
(2021) Kepatuhan Wajib Pajak Penyedia Platform
and Economics (pp. 132-131). EAI.
Marketplace E-Commerce sebagai Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai Perdagangan Melalui Sukardji, U. (2015). Pajak Pertambahan Nilai Edisi
Sistem Elektronik. Kosmik Hukum Vol. 21 No. 3 Revisi 2015. Depok: Rajawali Pers.
(2021): 193-203.
Tamara, A. (2020). Some Issues of The Value Added Tax
https://doi.org/10.30595/kosmikhukum.v21i3.91
Accounting. International Journal of Management,
75
IT & Engineering, Vol. 10 Issue 04, April 2020.
Lubis, I. (2015). Mahir Akuntansi Pajak Terapan
Tampubolon, K. (2017). Akuntansi Perpajakan dan Cara
Berbasis Standar Akuntansi & Ketentuan Pajak.
Menghadapi Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Penerbit
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Indeks.
Lumbantoruan, S. (1996). Akuntansi Pajak. Jakarta: PT
Waluyo. (2016). Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Gramedia Widiasarana.
Salemba Empat.
Martani, D., et al. (2016). Akuntansi Keuangan
Weygandt, J. J., Kimmel, P.D., & Kieso, D.E. (2015).
Menengah Berbasis PSAK Buku 2. Jakarta: Penerbit
Financial Accounting IFRS Edition-3rd Edition. USA:
Salemba Empat.
John Wiley & Sons.
Miki, B. (2011). The Effect of the VAT Rate Change on
Wijaya, S., & Juhana, A. (2021). Kajian Perpu Nomor 1
Aggregate Consumption and Economic Growth.
Tahun 2020 Terkait Perdagangan Melalui Sistem
Center on Japanese Economy and Business
Elektronik (PMSE). JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi
Working Paper Series (297).
Fakultas Ekonomi), 7(2), 125–144.
Moisescu, F. (2018). Issues Concerning the Relationship https://doi.org/10.34204/jiafe.v7i2.3510
between Accounting and Taxation in Determining
Financial Result. European Journal of Sustainable
Development, 287-297.

Page | 19

You might also like