You are on page 1of 10
PRAKTIKUM KOMUNIKASI DAN KONSELING PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS nl IIA SURAKARTA PRAKTIKUM KOMUNIKAS! DAN KONSELING MODUL 3 KONSELING DENGAN KASUS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PROGRAM STUDI PROFES! APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Modul Praftium Komunifasi din Konseling 1 4 MODUL III KONSELING DENGAN KASUS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) ‘A. CAPAIAN PEMBELAJARAN Mahasiswa _mampu melakukan melakukan ketrampilan praktik kefarmasian dalam bidang pelayanan sediaan farmasi terkait analisis DRP dan memberikan komunikasi atau konseling obat kepada pasien. B. TEORI 1. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) Pharmaceutical care yaitu tanggung jawab untuk menyediakan terapi obat dengan tujuan untuk mencapai outcome tertentu dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pasien. Proses pelayanan kefarmasian terdiri dari 3 komponen diantaranya yaitu: a. Penilaian (Assessment): untuk menjamin bahwa semua terapi obat yang diberikan kepada pasien terindikasikan, berkhasiat, aman dan sesuai untuk mengidentifikasi setiap masalah terapi obat yang muncul, atau memerlukan pencegahan dint. b. Pengembangan perencanaan perawatan: secara bersama-sama, pasien dan praktist membuat suatu perencanaan untuk menyelesaikan dan mencegah masalah terapi obat dan untuk mencapai tujuan terapi. Tujuan ini (dan intervensi) didesaian untuk: 1.) menyelesaikan setiap masalah terapi yang muncul 2.) mencapai tujuan terapi individual 3.) mencegah masalah terapi obat yang potensial terjadi kemudian c. Evaluasi: mencatat hasil terapi, untuk mengkaji perkembangan dalam pencapaian tujuan terapi dan menilai kembali munculnya masalah baru. 2. Drug Related Problems (DRP) DRPs adalah suatu kejadian yang terkait dengan terapi/ obat yang secara aktual maupun potensial berpengaruh pada outcome pasien. Kategori DRP meliputi: . Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya . Pasien tidak mendapat obat yang tepat Dosis obat subterapeutik |. Pasien gagal menerima obat . Dosis obat terlalu tinggt |. Timbulnya reaks! obat yang tidak dikehendakt . Pasien mengalami masalah karena terjadinya interaksi obat . Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya Pemantauan resep atau pasien yang rutin akan memastikan bahwa: a. Obat yang tepat diberikan dengan dosis, rute, dan frekuensi yang tepat b. Interaksi abat yang bermakna dapat dihindari ye mpange Modul Praftium Komunifasi din Konseling 15 c. Efek samping obat dapat diantisipasi dan dicegah atau ditangani secara tepat, dan jika diperlukan pemantauan terhadap konsentrasi obat dalam plasma Intepetasi dan kajian resep akan mengarah pada identifikasi setiap masalah yang terkait resep, pemberian obat atau obat yang aktual dan potensial. Masalah obat yang potensial perlu diantisipasi dan dicegah jika mungkin, sedangkan masalah aktual diantisipasi dan dikelola dengan cara yang tepat. a. Masalah terkait resep: 1.) Interaksi obat-obat 2.) Duplikasi pengobatan b. Masalah terkait pemberian obat: 1.) Rute pemberian 2.) Bentuk sediaan 3.) Waktu pemberian 4.) Frekuensi pemberian 5.) Efek samping 3. Interakst Obat Interaksi obat terjadi bila dua obat atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu atau lebth obat berubah. Interaksi obat dapat membahayakan, baik dengan meningkatkan toksisitas obat atau dengan mengurangi khasiatnya. Namun, interaksi beberapa obat dapat menguntungkan. Mekanisme interaksi obat meliputi aspek farmakokinetik dan farmakodinamik. a. Interaksi farmakokinetik obat 1.) Absorpst: kecepatan dan jumlah obat 2.) Distribusi (ikatan obat protein): obat bebas (aktif), obat terikat (tidak aktif) 3.) Metabolisme: induksi enzim (penurunan konsentrasi obat), inhibisi enzim {peningkatan konsentrasi obat) 4.) Ekskresi (klirens ginjal): peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat), penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat) b. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi di mana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi. Hal ini dapat terjadi akibat kompetisi pada reseptor yang sama atau interaksi obat pada system fisiologi yang sama. Pasien yang entan terhadap interakst obat yaitu: a. Pasien lanjut usia b. Pasten yang menggunakan lebth dat satu macam obat c. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati d. Pasten dengan penyakit akut e. Pasten dengan penyakit yang tidak stabil f. Pasten yang memiliki karakteristik genetic tertentu g. Pasten yang dirawat oleh lebih dari satu dokter 16 Modul Praftium Komunifasi din Konseling Contoh obat-obat yang interaksinya bermakna klinis: a. Obat dengan indeks terapi sempit: antiepilepsi, digoksin, teofilin, warfarin b. Obat yang memerlukan pengaturan dosis: obat antidibetes oral, antihipertenst c. Penginduksi enzim: asap rokok, barbiturate (fenobarbital), fenitoin, kabamazepin, rifampisin d. Penghambat enzim: diltiazem, _eritromisin, _fluoksetin, — ketokonazol, metronidazole, natrium valproate, simetidin, siprofloksasin 4. Konseling Obat Resep Resep merupakan Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. I. Konseling pada pasien baru Jika pasien baru pertama menggunakan obat maka Apoteker harus mengumpulkan informasi dasar tentang pasien dan tentang sejarah pengobatan yang pernah diterima oleh pasien tersebut. Apoteker harus bertanya pengobatan sebelumnya diterima pasien dari mana, apakah dari Apoteker juga, atau dari dokter dan lain sebagainya. Jika pasien pernah Menerima pengobatan sebelumnya maka dapat ditanyakan tentang isi topik konseling yang pemah diterima oleh pasien tersebut. Apoteker sebatknya bertanya terlebih dahulu tentang penjelasan apa yang telah diterima oleh pasien. Hal ini penting untuk mempersingkat waktu konseling dan untuk menghindari pasien mendapatkan informast yang sama sehingga dapat membuat pasien merasa bosan atau bahkan informasi yang berlawanan yang membuat pasien bingung. Diskusi juga harus dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang mudeh diterima oleh pasien sesuai dengan tingkat sosial, ekonomi pasien. Pasien harus diberitahukan jenis regimennya dan tentang tujuan obat serta berapa lama pengobatan akan diterimanya. Pada tahap ini Apoteker juga harus melihat kesesuaian dosis yang diterima oleh pasien sehingga pengobatan menjadi lebih optimal. Kesuksesan pengobatan, pasien sebaiknya diberitahukan tentang keadaan yang akan diterimanya jika pengobatan ini berhasil dilalut dengan baik. Konseling pada pasien yang melanjutkan pengobatan Jika pasien sudah pernah mendapatkan konseling sebelumnya, maka Apoteker hanya bertugas untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan kondisi maupun pengobatan baru yang diterima oleh pasien baik yang diresepkan maupun yang tidak diresepkan. Hal-hal yang perlu didiskustkan pada saat pengulangan resep dan pengobatan diantaranya: a. Kegunaan pengobatan, Apoteker diharapkan memberikan penjelasan tentang tujuan pengobatan yang diterima oleh pasien serta bertanya tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pasien selama menerima pengobatan. Modul Praftium Komunifasi din Konseling 17 b. Efektifitas pengobatan, Apoteker harus mengetahui efektifitas dari pengobatan yang diterima oleh pasien. Apoteker harus bertanya pada pasien apakah pengobatan yang diterima telah membantu keadaan pasien menjadi lebih baik. c. Efek samping pengobatan, Apoteker harus mengetahui dengan pasti efek samping pengobatan dan kemungkinan terjadinya efek samping kepada pasien tersebut. Pasien sebaiknya diberitahukan kemungkinan tanda-tanda efek samping sehingga pasien dapat melakukan tindakan preventif terhadap keadaan tersebut. (C. KOMPETENS! SPESIFIK 1. Pengumpulan data dan informasi Kandidat/ mahasiswa dapat melakukan pengumpulan data dan informast dengan cara menggali informasi dari pasien dengan lengkap, Contoh pertanyaan dalam menggali informasi dapat mengacu pada poin konseling bagian pembukaan (Tabel 1). 2. Penetapan masalah Kandidat/ mahasiswa menetapkan masalah berdasarkan dari resep yang diperoleh dan hasil penggalian informasi dari pasien. 3. Penyelesaian masalah Kandidat/ mahasiswa menyelesaikan masalah atau memberikan rekomendast berdasarkan referensi atau evidence based medicine (EBM) yang tersedia. 4. Komunikast efektif Kandidat/ mahasiswa dapat melakukan: a. Komunikasi kepada dokter untuk menginformasikan masalah terkait obat yang terjadi pada pasien dan memberikan rekomendasi dari penyelesaian masalah pasien (jika ada instruksi tugas) b. Komunikasi dan konseting dengan pasien dengan menjelaskan informasi obat, cara penggunaan, terapi penunjang, memebrikan motivasi, verifikasi pemahaman dan informasi lainnya, yang dapat dilihat pada poin konseling resep bagian isi konseling dan penutup (Tabel 1) 5. Sikap dan perilaku professional Penilaian terhadap sikap dan perilaku seorang apoteker yang professional dalam berkomunikasi seperti: a. Pembukaan: memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai apoteker, verifikasi pasien atau dokter, meminta kesediaan waktu, menginformasikan tujuan konseling b. Penutup: verifikasi pemahaman, memberi kesempatan bertanya c. Umum: menggunakan bahasa yang mudah dipahami, empati, kontak mata dan terima kasih. Modul Praftium Komunifasi din Konseling Tabel 1. Poin Konseling Resep PEMBUKAAN Memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai Apoteker . Membuka pembicaraan dengan baik Verifikasi nama pasien dan dokter yang memberikan resep Menanyakan keluhan ketika ke dokter Meminta kesediaan waktu untuk memberikan konseling Member! informasi tujuan dari pemberian konseling a=). 5] Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang indikast abat & Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat 7. Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang harapan setelah menggunakan obat 10, Menanyakan riwayat penyakit sekarang dan dahulu 1]. Menanyakan riwayat pengobatan resep dan non resep 12. Menanyakan alergt 13, Menanyakan riwayat keluarga 14, Menanyakan riwayat social 1ST Menjelaskan tujuan pengobatan dan harapan pengobatan KONSELING [2. Menunjukkan kemasan/membuka kemasan, menunjukkan obat pada pasien 3. Menjelaskan indikasi, aturan pakai obat, lama minum obat (cara pakai untuk sediaan khusus non po) & Menjelaskan efek samping yang penting atau umum dan cara mengatasinya 3__Menjelaskan hal yang harus dilakukan jika lupa minum obat 6, _Menjelaskan cara penyimpanan obat T._Menjélaskan ada atau tidak interaksi dengan makanan atau obat 8, Menjelaskan pentingnya kepatuhan minum obat sesuai petunjuk beserta alasannya 9. Menjelaskan jika obat bisa ditebus kembali/ diulang dan kapan dapat diulang 10. Terapi non farmakologi PENUTUP Verifikasi pemahaman pasien tentang pengobatan Menanyaken apakah pasien ada pertanyaan lagi Menutup pembicaraan dengan baik =>) 2/1 Mengingatkan pasien untuk berdoa sebelum menggunakan obat Memberikan motivasi pasien bahwa kesembuhan datangnya dari Alloh swT ©. Tindak lanjut konseling (missal: memberikan kartu nama/ no telpon yang bisa dihubungi jika pasien akan konsultast lebth lanjut) 7,_Mengucapkan terimakasih S_ Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien Modul Praftium Komunifasi din Konseling 19 D. CONTOH KASUS DRPs SKENARIO Anda adalah seorang apoteker yang sedang bertugas di apotek. Saat ini datang seorang pasien ke apotek Anda untuk menebus resep. dr. Musyaffa, Sp.PD SIP : 508/SP-PD/8/2017 JL. A Yani No, 100 Surakarta (0271) 788651 Kota, Tanggat R/ Captopril 25mg No. XX 5. 2dd 1 tab {paraf) Ry Metformin 500mg No. XX 5. 2.dd 1 tab (parafy Pro: Tn. Dilan (50 tahun) TUGAS 1. Lakukan penggalian data dan informasi terkait kondisi pasien! 2. Tetapkan masalah pengobatan pasien dan tuliskan pada lembar kerja! 3. Tetapkan rekomendasi dan tuliskan pada lembar kerja! 4, Lakukan komunikasi efektif dengan pasien! PENYELESAIAN Tugas 1 (Penggalian data dan informasi) SCRIPT PASIEN (Informasi kondisi pasien’ Th. Dilan (50 tahun, BB 85 kg, TB 170 cm) seorang pengusaha Riwayat penyakit: diabetes sejak 6 bulan yang lalu dan sekarang terdiagnosa hipertenst. Riwayat pengobatan: Metformin 2 x 500mg. Sering menggunakan Piroxicam dan Dexametason jika merasakan nyert sendi Riwayat sosial: Tn, Dilan merupakan seorang perokok aktif (sehari + 6 batang) Hasil pemeriksaan: Tekanan darah 155/90 mmHg; guta darah puasa 150 mg/dL 20 Modul Praftium Komunifasi din Konseling Tugas 2 dan 3 (Penetapan masalah dan rekomendasi) PENETAPAN MASALAH PENYELESAIAN MASALAH 7. Interaks! obat 7. Mengganti terapi untuk mengurangt - Captopril + NSAID: menurunkan| — nyeri dengan paracetamol efek antihipertenst 2. Memonitoring tekanan darah dan - Metformin + NSAID: menurunkan kadar glukosa darah efek antidiabetes 2. Tidak tepat obat - asam mefenamat meningkatkan resiko kardiovaskuler _(hipertensi sekunder). Dexametason peringatan untuk pasien dengan diabetes Karena akan mengganggu glukosa darah menjadi hiperglikemi (DIH) Referensi: Drug Information Handbook (DIH) Tugas 4 (Komuntkasi efektif): merujuk tabel 1 41. Informasi obat: a. Indikasi Captopril : obat antihipertensi metformin : obat diabetes b. Aturan pakai Captopril : diminum 2 kali sehari pagi dan malam (tiap 12 jam) 1 tablet, 1 jam sebelum makan Metformin : diminum 2 kali sehari pagi dan malam (tiap 12 jam) 1 tablet, bersama makan c. Efek samping Captopril : batuk kering, hipotensi Metformin : gangguan saluran cerna (kembung, diare) 2. Terapi nonfarmakologi: a. Mengurangi berat badan b. Diet kaya dengan buah, sayur dan rendah lemak cc. _Mengurangi asupan gula dan garam d. Melakukan aktivitas fisik seperti jalan kaki 30 menit/hari, minimal 3 kali seminggu e. Berhenti merokok f. Menghindart stress 3. Menyampaikan bahwa obat nyeri yang sering digunakan tidak sesuai dengan kondisi pasien dan terdapat interaksi obat yang akan menyebabkan kontral glukosa darah dan tekanan darah menjadi terganggu. Modul Praftium Komunifasi din Konseling Z a 4. Memberikan saran untuk terapi pengganti nyeri digunakan paracetamol 500mg (jika perlu 1 tablet, maksimal 4 kali sehari) 5. Menyampaikan bahwa harus selalu mengontrol tekanan darah dan kadar glukosa darah yaitu dengan kontrol rutin dan patuh terhadap pengobatan. Target tekanan darah: <140/90 mmHg (JNC 8); <140/80 mmHg (Perkeni, 2021) Target gula darah puasa: 80 - 130 mg/dL (Perkeni, 2021) 6. Menyampaikan manfaat jtka glukosa darah dan tekanan darah terkontrol dengan baik yaitu akan mencegah terjadinya komplikasi. Modul Praftium Komunifasi din Konseling Z zZ

You might also like