Professional Documents
Culture Documents
Tugas (2) HUKUM KESEHATAN
Tugas (2) HUKUM KESEHATAN
NIM : 19071101428
FAKULTAS HUKUM
MANADO
2021
➢ JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
HAMBATAN DAN HARAPAN SISTEM KREDENSIAL DOKTER: STUDI
KUALITATIF DI EMPAT RUMAH SAKIT INDONESIA
PENULIS: Herkutanto, Astrid Pratidina Susilo
https://media.neliti.com/media/publications/22183-ID-hambatan-dan-harapan-sistem-
kredensial-dokter-studi-kualitatif-di-empat-rumah-sa.pdf
ABSTRACT
Background : The accountability of the physicians serving in health care is a crucial factor to
establish the patient safety. The credentialing system, a process to grant clinical privilege, aims
to ensure the accountability. Credentialing processes vary in different Indonesian Institutions,
and frequently are inadequately performed. Information about obstacles and expectations on
current credentialing process is needed to design a strategy to develop credentialing system.
Methods: A qualitative study using Focus Group Discussions (FGD) were conducted in four
hospitals in Indonesia with different characteristics. Every FGD was attended by 10-20
participants, consisted of physicians and hospital management. The results of the FGDs were
analyzed with qualitative approach. Results: The obstacles of the establishment of ideal
credential System rooted in the inappropriate perception that credential is the same as
physicians recruitment as hospital employees. The expectations of the participants are the needs
of monitoring process, sound relationship between credential team and hospital management,
standardization of policy and credential instruments, existence of objective credential team,
and good relationships among colleagues.
Conclusions: Indonesia needs a credentialing system that is able to establish the patient safety.
The expectations of participants are in line with the recommended credential system, which is
based on the concept of professionalism.
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu tonggak keselamatan pasien adalah akuntabilitas dokter yang
terlibat dalam layanan kesehatan. Akuntabilitas ini dijamin melalui proses kredensial, yaitu
suatu proses untuk memberikan kewenangan klinis atas suatu tindakan medis. Proses
kredensial di berbagai institusi di Indonesia masih bervariasi dan belum adekuat. Untuk
menyusun strategi pengembangan sistem kredensial, dibutuhkan informasitentang hambatan
dan harapan atas sistem kredensial.
Metode: Studi kualitatif dengan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion FGD)
dilaksanakan di empat rumah sakit Indonesia dengan karakteristik berbeda-beda. Tiap FGD
dihadiri oleh 10-20 partisipan yang terdiri dari dokter dan manajemen rumah sakit. Hasil FGD
dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip analisis data kualitatif.
Hasil: Hambatan terwujudnya sistem kredensial ideal adalah mispersepsi bahwa kredensial
identik dengan proses penerimaan dokter sebagai karyawan rumah sakit. Harapan partisipan
tercermin dari kebutuhan proses monitoring, hubungan baik tim kredensial dengan pihak
manajemen, standardisasi aturan dan instrumen kredensial, adanya tim kredensial yang
obyektif, dan hubungan baik antar sejawat.
Methods: Researchers used a case study design with a descriptive qualitative approach.
Researchers used qualitative research to obtain descriptive data in the form of oral and written
sources. This research was conducted at a hospital in Yogyakarta in June 2018.
Result: Doctor credential process conducted at Yogyakarta Hospital often confused with the
hiring process. The existence of a credential process, granting written clinical authority,
professional development, an audit system, professional discipline and the imposition of
sanctions reflects the better performance of the medical committee. Doctor's expectations are
in line with the credential model that leads to "delineation of clinical privilege". This model is
based on the credentials triangle process consisting of clinical privileges, white papers, and
peer groups, with the output being clinical appointments.
Conclusion: The doctor's credential system in a hospital using the "delineation of clinical
privilege" model is very possible to be applied because the various necessary elements are
present in the medical profession in Indonesia today.
ABSTRAK
Latar Belakang: Kredensialing adalah proses untuk memenuhi standar sebagai upaya
mengedepankan keselamatan pasien, memiliki kompetensi dan akuntabilitas yang baik
sehingga dapat memberikan pelayanan yang professional dan bermutu.
Tujuan Penelitian: Menganalisa pelaksanaan kredensialing dokter umum dan outcome yang
dihasilkan dari pelaksanaan kredensialing di Rumah Sakit Yogyakarta
Metode Penelitian: Peneliti menggunakan desain case study dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk mendapatkan data deskriptif
berupa lisan maupun tulisan dari sumber yang didapat. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
di Yogyakarta pada bulan Juni 2018.
Hasil: Proses kredensial dokter yang dilakukan di Rumah Sakit Yogyakarta
sering dicampuradukkan dengan proses penerimaan karyawan. Adanya proses kredensial,
pemberian kewenangan klinis tertulis, pengembangan profesi, sistem audit, disiplin profesi dan
pemberian sanksi mencerminkan kinerja komite medis yang lebih baik. Harapan Dokter selaras
dengan model kredensial yang mengarah kepada “delineation of clinical privilege”. Model ini
bertonggak pada proses segitiga kredensial yang terdiri dari clinical privilege, white paper, dan
peer group, dengan keluaran berupa clinical appointment.
Kesimpulan: Sistem kredensial dokter di rumah sakit dengan menggunakan model “delineation
of clinical privilege” sangat memungkinkan untuk diterapkan karena berbagai elemen yang
diperlukan telah terdapat dalam profesi.medis di Indonesia saat ini.
➢ The New Economic Credentialing: Protecting Hospitals from Competition by
Medical Staff Members
PENULIS: Elizabeth Weeks, University of Georgia Main Campus
https://digitalcommons.law.uga.edu/fac_artchop/1289
ABSTRACT
This Article addresses hospitals' use of economic criteria to determine a physician's
qualifications for staff privileges. Hospitals are resorting to economic conflict-of-interest
credentialing policies in an attempt to ensure physicians' loyalty and mantain their own
economic viability. Physicians, however, argue that entrepenurial activities are necessary for
them to meet the economic challenges posed by declining reimbursement and rising insurance
costs. This Article surveys the numerous legal theories that litigants and enforcement
authorities could employ in attacking these new types of credentialing policies. The Article
concludes that, in most jurisdictions, hospitals should be able to implement their policies in
ways that minimize liability. Finally, the Article discusses other policy implications of
economic credentialing.
ABSTRAK
Artikel ini membahas penggunaan kriteria ekonomi rumah sakit untuk menentukan kualifikasi
individu untuk hak istimewa staf. Rumah sakit menggunakan kebijakan kredensial konflik
kepentingan ekonomi dalam upaya untuk memastikan loyalitas dokter dan mempertahankan
kelangsungan ekonomi mereka sendiri. Dokter, bagaimanapun, berpendapat bahwa kegiatan
kewirausahaan diperlukan agar mereka dapat bertemu tantangan ekonomi yang ditimbulkan
oleh pembayaran kembali yang menurun dan biaya asuransi yang meningkat. Artikel
mensurvei banyak teori hukum yang dokter (dan, dalam beberapa kasus, pemerintah federal)
dapat menggunakan dalam menyerang jenis kebijakan kredensial baru ini dan menyimpulkan
bahwa, pada keseimbangan, rumah sakit harus dapat menerapkan kebijakan mereka dengan
cara yang meminimalkan tanggung jawab. di sebagian besar yurisdiksi. Artikel tersebut
diakhiri dengan membahas masalah lain yang diangkat oleh kebijakan kredensial ekonomi,
termasuk hal-hal yang melibatkan status bebas pajak dan pertimbangan nonlegal.
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan dalam hal
sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan. Seorang staf medik yang memiliki
‘kewenangan” berpraktek di sebuah rumah sakit harus memiliki medical privilege atau
kewenangan klinis. Kewenangan berpraktek ini dapat diperoleh ketika diterima berpraktik di
rumah sakit dan ketika untuk perpanjangan periode berikutnya. Medical privilege merupakan
hak dari seorang dokter untuk berpraktek di rumah sakit, menerima pasien, diagnos a dan
melakukan treatment termasuk menggunakan fasilitas rumah sakit itu. Studi tentang ekonomi
kredensial atau economic credentialing ini mengambil objek kajian pada rumah sakit swasta
dengan status badan hukum perseroan terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi tentang Medical Privilege dan Economic Credentialing di Siloam Hospital
Manado, mengidentifikasi tentang proses credentialing atau Medical Privilege tenaga medis di
Siloam Hospital Manado, dan tentang pertimbangan-pertimbangan komitemedis dan
manajemen rumah sakit dalam menetukan persetujuan pemberian Medical Privilege pada
tenaga medis terkait dengan economic credentialing pada tahap perekrutan hingga selama
tenaga medik bekerja di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang medical privilege dan
economic credentialing di Siloam Hospitals Manado. Penelitian dilaksanakan di Siloam
Hospitals Manado pada bulan Februari sampai April 2016. yang menjadi informan dalam
penelitian ini sejumlah 15 orang, yaitu dokter spesialis, manajemen rumah sakit, dan komite
medik. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dokumen maka dapat di simpul kan bahwa
Penerapan economic credentialing kaitannya dengan medical privilege tidak tampak secara
nyata namun memiliki bentuk yang berbeda bahwa economic credentialing telah digunakan
dalam appraisal tenaga medis meskipun dengan terminologi lokal, atau bentuk yang paling
sederhana bahkan mungkin review yang dilakukan tidak dengan model format resmi. Direktur
rumah sakit, komite medik maupun staf medis dan staf manajemen telah memahami bahwa
dokumen kompetensi seperti SIP dan STR merupakan dokumen yang harus ada karena
merupakan peraturan untuk diterbitkannya medical privilege. Perekrutan tenaga medis dan
penerbitan medical privilege mengacu pada kompetensi dan keahlian medis yang dimiliki oleh
staf medis.