You are on page 1of 69

PEMERIKSAAN PADA

SISTEM UROGENITAL

dr. Tri Ariguntar W, SpPK


Sistem urogenital
Kelainan pada sistem urogenital
• Ginjal: gagal ginjal, infeksi sinjal,
autoimun, batu, keganasan dll
• Ureter : Batu
• Vesica urinaria : Infeksi, batu, keganasan
• Urethra : batu, infeksi
• Prostat: BPH,keganasan,infeksi
Pemeriksaan Laboratorium
• Darah :
1. hematologi lengkap  tanda-tanda
infeksi, inflamasi
2. Kimia fungsi ginjal,tanda-tanda
gagal ginjal (ureum,kreatinin, elektrolit,
LFG)
3. Penanda tumor  PSA (prostat)

• Urin
1. Urinalisis  murah
2. Mikrobiologi  kultur urin
Definisi & manfaat urinalisis

• Urinalisis = Analisis urin


• Memberikan fakta tentang ginjal
dan saluran urin, hati, saluran
empedu, pankreas, korteks
adrenal dll

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


Komposisi Urin normal
Tujuan Urinalisis (NCCLS, 2008):
1. Membantu menegakkan diagnosis penyakit
2. Tes screening pada populasi dgn penyakit-
penyakit asimptomatik, kelainan kongenital
dan herediter
3. Pemantauan perjalanan penyakit
4. Pemantauan efektifitas terapi & komplikasi
5. Skrining pd pekerja industri utk mendeteksi
penyakit akibat kerja

Urinalysis & Collection, Transportation, & Preservation of Urine Specimens ; Approved Guideline-2nd
Ed:p.1
Sampel Pemeriksaan Urin
1. Urin sewaktu
2. Urin pagi
3. Urin puasa
4. Urin 2 jam pp
5. Urin 24 jam
 pemeriksaan kuantitatif: protein,
kreatinin, Ca, P, Na, K, Cl

Strasinger S. Urinalysis and Body Fluid. 3 rd ed.Philadelphia: FA Davis Company; 1994.p:1-101


Cara Pengambilan
1. Urin kateter
2. Midstream clean catch
3. Aspirasi Suprapubik
4. Kondom kateter (bayi/anak kecil)
Clean Catch
Midstream clean-catch
Tipe Spesimen Urin
Tipe spesimen Tujuan
Urin sewaktu Skrining rutin
Urin pagi Skrining rutin
Tes hamil
Ortostatik protein
Urin 2 jam postprandial Monitoring diabetik
Tes glukosa
Urin 24 jam Tes kimia kuantitatif
Kateterisasi Kultur bakteri
Mid stream clean-catch Skrining rutin
Kultur bakteri
Aspirasi suprapubik Kultur bakteri kandung kemih
sitologi
Urin 3 gelas Infeksi prostat

Strasinger S. Urinalysis and Body Fluid. 3 rd ed.Philadelphia: FA Davis Company; 1994.p:1-101


Pengawet Urin
Urin harus diperiksa saat masih segar.
Tidak ada pengawet yang dapat dipakai universal.
1. Toluena  paling banyak dipakai, 2-5 ml untuk urin 24 j
2. Thymol  sebutir, (+) palsu pemeriksaan proteinuria
dengan cara pemanasan asam asetat
3. Formaldehida 40% pemeriksaan sedimen,
1-2 ml utk urin 24 j
4. Asam sulfat pekat  diberikan jumlah hingga pH urin
tetap rendah,
pemeriksaan kuantitatif Ca, N
5. Natrium karbonat  pemeriksaan urobilinogen+
beberapa ml toluen
Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102
Wadah Urin
• Harus bersih dan kering
• Untuk pembiakan kuman: harus
steril
• Wadah bermulut lebar
• Label dengan identitas urin penderita
• Nama, Umur, Kelamin, Jenis Urin,
Pakai Pengawet atau tidak.
• Tidak terkontaminasi kuman

Sukartini N. Jenis dan Bahan Pemeriksaan Urin: Aspek Praktek Urinalisis, Lokakarya PBBK, 2004. p. 1-8.
10 perubahan urine yg tdk diawetkan
(suhu kamar & > 1 jam) :
1. Peningkatan pH
2. Penurunan kadar glukosa
3. Penurunan keton
4. Penurunan jumlah bilirubin
5. Penurunan kadar urobilinogen
6. Peningkatan jumlah nitrit
7. Peningkatan jumlah bakteri
8. Peningkatan kekeruhan
9. Pemecahan sel darah merah & silinder
10. Perubahan warna karena reduksi metabolit

Strasinger S. Urinalysis and Body Fluid. 3 rd ed.Philadelphia: FA Davis Company; 1994.p:1-101


PEMERIKSAAN URIN

 Pemeriksaan makroskopik

 Pemeriksaan mikroskopik

 Pemeriksaan kimiawi
Makroskopik
Jumlah Urin
• Normal: 800-1300 ml/24 jam.
Anak-anak diuresis 3-4 kali > dewasa (per kg BB)
 Jumlah urin tergantung; umur, berat badan, jenis kelamin,
makanan dan minuman, suhu tubuh, iklim dan aktivitas pasien.
 Jumlah urin abnormal :
- Poliuri > 2000 ml/24 jam
- Oliguri 300 – 750 ml/24 jam
- Anuria < 300 ml/24 jam

Strasinger S. Urinalysis and Body Fluid. 3 rd ed.Philadelphia: FA Davis Company; 1994.p:1-101


Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.83-7
Warna Urin

 Bervariasi  karena fungsi normal


metabolik, aktifitas fisik, makanan
yang dimakan, dan kondisi patologik.

 Normal kuning muda pigmen


urokrom dari katabolisme
hemoglobin

Strasinger S. Urinalysis and Body Fluid. 3 rd ed.Philadelphia: FA Davis Company; 1994.p:1-101


Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102
Warna-Warna Urin Abnormal
Warna urin Penyebab Korelasi laboratorium
Tidak berwarna Konsumsi cairan Biasanya diamati dengan spesimen sewaktu
Polyuria atau diabetes insipidus Peningkatan volume urin 24 jam
Kuning pucat Diabetes mellitus Peningkatan berat jenis dan test glukosa
positif
Kuning Gelap Konsentrasi specimen Normal setelah berolahraga dan spesimen
Amber pagi hari
Orange Bilirubin Dehidrasi dari demam atau luka bakar
Acriflavine Busa kuning waktu dikocok dan test bilirubin
Wortel / vitamin A (+)
Nitrofurantoin Test bilirubin (-) dan kemungkinan floresensi
hijau
Obat untuk infeksi saluran kemih
Kuning hijau Bilirubin teroksidasi menjadi Busa berwarna dalam urin asam dan false
Kuning coklat biliverdin negatif pada pemeriksaan bilirubin
Hijau Infeksi pseudomonas Cultur urin positif
Biru-hijau Amitriptylin Antidepresant
Methocarbamol Muscle relaxsan
Methylene Blue

Strasinger S. Urinalysis and Body Fluid. 3 rd ed.Philadelphia: FA Davis Company; 1994.p:1-101


Kejernihan
 Urin segar  N jernih

 Urin jadi keruh setelah dibiarkan


 urat-urat amorf, fosfat amorf,
karbonat,
bakteri

 Sebab urin keruh dari mula 


fosfat amorf dan karbonat,
bakteri,sedimen, chylus dan
lemak, benda-benda koloid.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


Bau Urin
• Urine normal: bau karakteristik o/k asam volatil
tertentu.
Bau urine hanya dilaporkan bila terdapat
bau abnormal pada urine segar

• Bau abnormal pada urine segar:


• Bau amoniak: o/k bakteri
• Bau manis buah / fruity: o/k keton bodies
• Bau makanan ttt (tidak punya arti klinis)

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


Pemeriksaan Kimiawi
• Berat jenis
• pH
• Protein
• Glukosa
• Bilirubin
• Urobilinogen
• Urobilin
• Keton
Berat Jenis Urin
 Untuk menilai kemampuan reabsorpsi
ginjal

 Deteksi kemungkinan
dehidrasi/abnormalitas dari ADH

 Normal: 1.003-1.030

 Ada dua cara:


a. Urinometer
b. Refraktometer

Strasinger S. Urinalysis and Body Fluid. 3 rd ed.Philadelphia: FA Davis Company; 1994.p:1-101


Derajat keasaman

• Normal: 4,6 – 8,5


• Cara ukur:
- kertas nitrazin
- Kertas lakmus
- Dipstick /carik celup
• Urine Asam: - Febris
- Penyakit metabolik
• Urine Basa (yg patologik):
- Infeksi sal. Kemih
- Alkoholis
Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102
Protein
Normal hanya sejumlah kecil protein dengan BM rendah
difiltrasi oleh glomerulus,
jumlahnya < 10 mg/dl atau <150 mg/24 jam.

Ada 3 cara :
1.Kualitatif
 Sulfosalisil
 Pemanasan dengan asam asetat
2. Semikuantitatif : Carik celup
3. Kuantitatif: cara Esbach, kolorimetri

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


Glukosa
Sifat glukosa sebagai pereduksi.
Zat lain yang bisa mereduksi:
monosakarida lain (galaktosa, fruktosa dan
pentosa), disakarida (laktosa), bukan gula
(formalin, glukoronat, obat seperti streptomycin,
salisilat kadar tinggi dan vitamin C)

Normal : tidak ditemukan glukosa di dalam urin.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


Keton
Keton merupakan hasil metabolisme intermediet dari asam lemak,
yaitu
• aseton
• asam aseto-asetat
• asam beta-hidroksibutirat.

Bila karbohidrat terbatas, hati mengoksidasi asam lemak sebagai


substrat  ketogenesis

Saat konsentrasi keton melampaui renal threshold  ketonuria


Normal dalam urin : tidak ada
Meningkat pada :Diabetik asidosis,Kelaparan,Excessive kh loss

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


Bilirubin
Normal : no bilirubin
Bilirubinuria
Must be examined immediately
Tests :
Oxidation (Harrison’s)
Diazotisation (reagent strip)

dr. Arief Indra Sanjaya


Urobilinogen
• Sejumlah kecil urobilinogen, normal ditemukan di urin, yaitu
• < 1 mg/dl atau 1 Ehrlich unit = 16 umol/dl
• 1 Ehrlich unit equal dg 1 mg urobilinogen
• Pada urin antara jam 2 – 4 sore
• Laki-laki : 0,3 – 2,1 Ehrlich unit
• Perempuan : 0,1 – 1,1 Ehrlich unit

• Tes untuk urobilinogen urin antara lain : Reagen Ehrlich,


reagen strip atau tube test (Wallace diamond method).

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


Urobilin
• Dalam urin segar praktis tidak ada urobilin,
zat itu baru kemudian timbul oleh oksidasi
urobilinogen.

• Yang dipakai untuk menyatakan urobilin


ialah reagen Schlesinger.

• Jika ada bilirubin dalam urin, zat itu harus


dibuang lebih dulu dengan menambah
calcium hidroksida padat kepada urin dan
menyaringnya, pakailah filtrat untuk
percobaan.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992.69-102


PEMERIKSAAN CARIK CELUP
Pemeriksaan carik celup

 Praktis, murah
 Reagen relatif stabil
 Membutuhkan volume urin sedikit
 Sekali pakai
 Tidak memerlukan persiapan reagen
Reagent Strips
Yang Harus Diperhatikan
 Prosedur pengetesan harus diikuti
secara tepat
 Pemeriksaan menggunakan urin yang
baru
 Urin dicampur dengan baik
Batasan waktu pemeriksaan
No. Jenis Pemeriksaan Batasan waktu
1. Bilirubin 30 detik
2. Glukosa 30 detik
3. Keton 40 detik
4. BJ 45 detik
5. Darah 60 detik
6. pH 60 detik
7. Protein 60 detik
8. Urobilinogen 60 detik
9. Nitrit 60 detik
10. Lekosit 120 detik
URINALISIS -
MIKROSKOPIS
• Sedimen adalah bahan tidak larut yang berasal dari
darah,ginjal,saluran kemih dapat mengalami
kontaminasi dengan unsur luar.

• Sedimen yang baik diperlukan urin yang pekat yaitu


urin pagi dengan berat jenis ≥1023 atau osmolalitas
>300 m osm/kg dengan dengan pH yang asam.

• Sedimen urin dapat diperiksa dengan cara


semikuantitatif atau kuantitatif.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Pembuatan sedimen urin
• Untuk membuat sedimen, digunakan 12
ml urin yang disentrifus selama 5 menit
pada kecepatan 1500 – 2000 rpm.
• Supernatan dibuang dan sisakan
setengah milliliter lalu diaduk homogen
untuk melihat sedimen.
• Ambil 1 tetes sedimen dan letakkan
pada kaca objek, lalu ditutup dengan
kaca tutup dan dilihat dibawah
mikroskop.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Pemeriksaan sedimen urin

sample centrifugation decantation


collection

Report

writing report microscopy slide preparation


Eritrosit
• Urine (N)) 0-2 eri/lpb, rata-rata
< 5 / lpb
• Pada urin yang encer /
hipotonik eritrosit akan
menggembung
• urin yang pekat / hipertonik 
eritrosit akan mengkerut.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Leukosit
• (N) 0 – 5 /LPB
• Seperti benda bulat yang bergranula halus
dengan inti
• paling sering ditemukan: netrofil
• urin yang hipotonik dan alkalis leukosit
akan membengkak&pecah
• urin yang hipertonik  leukosit akan
mengkerut
• Jika banyak : pyuria

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Sedimen Organik:
1. Epitel
• Epitel transisional:
asal vesica urinaria,
pelvis renal, ureter
• Epitel squamosa:
asal uretra dan bisa
dari kontaminasi kulit
• Epitel tubuli ginjal :
lebih kecil dari epitel
transisional
Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21
Microscopic Examination
Squamous Cells
Microscopic Examination
Transitional Cells
Epitel tubuli ginjal (renal tubular cell)
Microscopic Examination
Silinder

Erythrocyte Casts: Glomerular diseases

Leukocyte Casts: Pyuria, glomerular disease

Degenerating Casts:
- Granular casts Nonspecific (Tamm-Horsfall protein)
- Hyaline casts Nonspecific (Tamm-Horsfall protein)
- Waxy casts Nonspecific
- Fatty casts Nephrotic syndrome
(oval fat body casts)
Microscopic Examination
Oval Fat Body
Silinder
• Cetakan protein yang terjadi pada
tubuli ginjal
• Syarat pembentukan silinder:
• Urine harus bersifat asam ( pH < 7 )
• Konsentrasi garam yg tinggi
• Proteinuria
• Flow urine harus berkurang

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Tempat
pembentukan
silinder
• Pada duktus
kolegentus bagian
distal
• Silinder hyalin
terbentuk dimulai dari
adanya protein Tamm-
Horsfall  silender di
duktus colegentus
Jenis-jenis silinder
• Silinder hialin
Silinder paling sering terbentuk,
tidak berwarna, homogen,
transparan.
Normal 0-2 /LPK & dijumpai pada
urin normal.

• Silinder eritrosit
Menandakan adanya hematuria.
refraktil dan warnanya bervariasi
dari kuning hingga coklat.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Jenis-jenis silinder
• Silinder leukosit
menandakan infeksi atau inflamasi dari
nefron

• Silinder Epitel
Silinder epitel dijumpai pada keadaan
terjadi kerusakan tubulus, yaitu pada
glomerulonefritis dan pielonefritis.

• Silinder berbutir/granula halus


Berasal dari degenerasi silinder leukosit,
eritrosit&agregasi protein termasuk
fibrinogen, komplek imun dan globulin.
.

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Jenis-jenis silinder
• Silinder lilin
asal: silinder berbutir halus yang
mengalami degenerasi lebih lanjut
 gagal ginjal end state

• Silinder lemak
Mengandung butir-butir lemak
bebas yang merupakan degenerasi
lemak dari epitel tubuli dan oval fat
bodies.
Dijumpai misalnya pada sindroma
nefrotik
Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21
• Bakteri, normal tidak ditemukan
• Parasit, normal tidak ditemukan
• Spermatozoa, normal tidak ditemukan
• Jamur

Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik ed 7. Jakarta:Dian Rakyat;1992. p.111-21


Bakteria, Fungi, dan Parasit

Bakteri Yeast

Trichomonas Yeast
Microscopic Examination
Crystals
- Urate
Ammonium biurate
Uric acid
- Triple Phosphate
- Calcium Oxalate
- Amino Acids
Cystine
Leucine
Tyrosine
- Sulfonamide
• Very uncommon crystals include: cystine crystals in
urine of neonates with congenital cystinuria or severe
liver disease, tyrosine crystals with congenital
tyrosinosis or marked liver impairment, or leucine
crystals in patients with severe liver disease or with
maple syrup urine disease.

Microscopic Examination
Calcium Oxalate Crystals
Microscopic Examination
Triple Phosphate Crystals
Microscopic Examination
Urate Crystals
Microscopic Examination
Kristal cystein Kristal leucyne
Microscopic Examination
Cystine Crystals
Microscopic Examination
Cholesterol Crystals
Laporan analisis urin
• Warna : • Kimia Urin
• Kekeruhan - BJ
• Bau - pH
• Sedimen : - Keton
- Eritrosit : ……/lpb - Glukosa
- Leukosit : ……/lpb - Protein
- Epitel : ……/lpb - Blood
- Silinder :…./Lpk - Urubilinogen
- Kristal : …../lpk - Bilirubin
- Bakteri : (+)/(-) - Keton
- Nitrit
- Leukositesterase
PSA
• Prostat spesifik antigen (PSA) adalah protein
yang dihasilkan oleh sel prostat untuk mengatur
kekentalan (VISKOSITAS) cairan semen.

• Protein ini dihasilkan dalam jumlah besar oleh


sel prostat yang mengalami keganasan (kanker)
 konsentrasi PSA berfungsi sebagai penanda
tumor (tumor marker), selain itu didapatkan juga
pada pembesaran prostat, infeksi dan
peradangan.
Pemeriksaan PSA
• Kadar normal konsentrasi PSA di dalam
darah sebesar < 4 ng/mL
• Di periksa dari serum penderita
• Tujuan untuk membantu diagnosis dan
monitoring terapi

You might also like