Professional Documents
Culture Documents
x SAFETY
PROFESI DOKTER
1
2
3
Profesi kedokteran atau kedokteran gigi
adalah suatu pekerjaan kedokteran atau kedokteran gigi yang
dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi
yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode
etik yang bersifat melayani masyarakat.
(Pasal 1 butir 11 UU No.29 tahun 2004)
4
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan
5
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 19
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan
terjangkau.
Pasal 24
Ayat 1 “Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
Ayat 3 “Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri
6
UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 44
(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
7
STANDAR PROFESI adalah batasan kemampuan
STANDAR
PELAYANAN
+ + +
Disusun oleh Majelis Disusun oleh Disusun oleh Kolegium Disusun oleh
Kehormatan Etik Perhimpunan terkait terkait bersama asosiasi Perhimpunan terkait
Kedokteran disahkan oleh KKI institusi pendidikan disahkan oleh Menteri
disahkan dengan SK IDI disahkan oleh KKI Kesehatan
9
PATIENT SAFETY
10
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat
menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak yaitu :
“To Err is Human”, building a Safer Health System. Laporan itu
mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah, Colorado
dan New York. Di Utah dan Colorado ditemukan kejadian tidak
diharapkan(KTD)/Adverse Event sebesar 2,9%, dimana 6,6%
diantaranya meninggal. Sedangkan di New York ditemukan
KTD sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%.
11
Metode Deteksi KTD
12
Di Indonesia, dilakukan penelitian pada pasien rawat
inap 15 rumah sakit dengan 4500 rekam medik.
Hasilnya menunjukkan angka KTD yang sangat
bervariasi, yaitu 8,0% hingga 98,2% untuk diagnostic
error dan 4,1% hingga 91,6% untuk medication error
(Utarini et al.,2000)
13
JUMLAH PENGADUAN KE MKDKI
Medio April 2015
120
111
90
64
60 57
49
36 35
30 23
20
9 12
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
14
Sumber : MKDI, April 2015
SUMBER PENGADUAN
0%
0%
4%
3%
Masyarakat
Institusi
Dinkes
RS
Depkes
Asuransi
Nakes lain
93%
7%
18% 6% Komunikasi
4% 2% Dishonesty
4% Penelantaran
Pembiayaan
Std. Pelayanan
Urusan RT
Kompetensi
59%
17
Aspek Keselamatan Pasien menjadi indikator
penilaian AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT PERTAMA
18
Elemen Penilaian Mutu Layanan Klinis
1. Standar/prosedur layanan klinis disusun dan dibakukan
didasarkan atas prioritas fungsi dan proses pelayanan.
2. Standar tersebut disusun berdasarkan acuan yang jelas.
3. Tersedia dokumen yang menjadi acuan dalam
penyusunan standar.
4. Ditetapkan prosedur penyusunan standar/prosedur
layanan klinis.
5. Penyusunan standar/prosedur layanan klinis sesuai
dengan prosedur.
19
Prinsip keselamatan pasien
20
Standar Pelayanan Kedokteran meliputi :
1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK),
merupakan Standar Pelayanan Kedokteran yang
bersifat nasional dan dibuat oleh organisasi profesi serta
disahkan oleh Menteri.
2. Standar Prosedur Operasional (SPO), suatu
perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu, atau
langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus
bersama dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan
fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan
kesehatan berdasarkan standar profesi. SPO dibuat dan
ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
SPO disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis
(clinical practice guidelines) yang dapat dilengkapi
dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme, protokol,
prosedur atau standing order
21
Bersifat umum, belum spesifik ditujukan hanya untuk FKTP atau FKTRL.
Mencakup standar kompetensi berbagai disiplin ilmu.
22
23
24
Indikator pengukuran keselamatan pasien
25
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
A. hak pasien;
B. mendidik pasien dan keluarga;
C. keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
D. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien;
E. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien;
F. mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
G. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
26
HAK PASIEN UU Kesehatan
kesehatan.
UU Praktik Kedokteran
Pasal 52
tindakan medis;
medis;
a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; penyakit yang dideritanya;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
dan standar prosedur operasional;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
kerugian fisik dan materi; lainnya;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; n.memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Rumah Sakit terhadap dirinya;
h.meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
Sakit; dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data- q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
data medisnya; Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, pidana; dan
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
perkiraan biaya pengobatan; dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
29
REKAM MEDIS
Berkas yag berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
(Pasal 1 Permenkes 269 th 2008)
REKAM MEDIS
(1) Setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.
(3) Setiap catatan rekam medis harus
dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan petugas yang memberikan
pelayanan atau tindakan.
2. RM Elektronik
(Permenkes 269/2008 ttg
RM Pasal 2 belum
ada regulasi yang
mengatur)
ISI REKAM MEDIK
1. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien,
pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kompetensinya.
2. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut,
antara lain foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan
lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya.
Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:
(Permenkes 269/2008)
a. identitas pasien;
b. tanggal dan waktu;
c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. diagnosis;
f. rencana penatalaksanaan;
g. pengobatan dan/atau tindakan;
h. pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien;
i. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j. persetujuan tindakan bila diperlukan.
Pasal 3 ayat (3) Permenkes No.269 thn 2008
Isi RM untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya
meliputi:
a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan waktu;
e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya
keluhan dan riwayat penyakit;
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. Diagnosis;
h. Pengobatan dan/atau tindakan;
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
pelayanan untuk rencana tindak lanjut;
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau
tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan;
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang
akan dipindahkan ke pelayanan kesehatan lain;
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Isi RM untuk pasien dalam
keadaan bencana, selain memuat
ketentuan pada Pasal 3 ayat (3)
ditambahkan:
a. Jenis bencana dan lokasi
dimana pasien ditemukan;
b. Kategori kegawatan dan nomor
pasien bencana masal;
c. Identitas yang menemukan
pasien.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Permenkes 290/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 4
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan oleh dokter atau
dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter gigi wajib memberikan
penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien
sadar atau kepada keluarga terdekat.
Permenkes 290/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 7
(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan
langsung kepada pasien dan/atau keluarga terdekat, baik
diminta maupun tidak diminta.
(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang
tidak sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya atau
yang mengantar.
Permenkes 290/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 9
(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara lengkap
dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman.
(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan didokumentasikan
dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan
penjelasan dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan
pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
(3) Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut
kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain
sebagai saksi.
Yang berhak memberikan persetujuan atau menyatakan
menolak tindakan medis pada dasarnya, pasien sendiri jika ia
dewasa dan sadar sepenuhnya.
Penjelasan Pasal 45 UU nomor 29 tahun 2004, apabila
pasien sendiri berada di bawah pengampuan, persetujuan
atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga
terdekat, antara lain suami/isteri, ayah/ibu kandung, anak-
anak kandung atau saudara-saudara kandung.
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah pasien
sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan, segera
diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan.
KOMUNIKASI EFEKT
DOKTER-PASIEN
46
Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan,
pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).
47
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien
48
Emergency Departments - High Risk
• Production/Time Pressure
• High Acuity
• Multitasking
• Rapid Turnover
• Frequent Interruptions
• New/Unknown Patients
• Undifferentiated Diagnosis
• Increasing Complexity
Why Structure is Critical
Mandates
High Reliability
American College of Emergency Physicians
(ACEP)
Quality Improvement & Patient Safety
(QIPS)
• White Paper on Improving Handoffs by
Dickson Cheung, Jack Kelly et al
55
“Kesehatan pasien akan selalu menjadi
pertimbangan pertama saya”
Terima kasih Suksema Muliate
Hatur Nuhun Teurimong Gaseh
Beh
Matur Nuwun Makase
Tampiaseh Amanai