You are on page 1of 57

PATIENT

x SAFETY
PROFESI DOKTER

Dr Moh Adib Khumaidi SpOT


Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter
Emergensi Indonesia ( PDEI)

1
2
3
Profesi kedokteran atau kedokteran gigi
adalah suatu pekerjaan kedokteran atau kedokteran gigi yang
dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi
yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode
etik yang bersifat melayani masyarakat.
(Pasal 1 butir 11 UU No.29 tahun 2004)

4
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan

didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,

keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.

(Pasal 2 UU No.29 tahun 2004)

5
Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 19
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan
terjangkau.

Pasal 24
Ayat 1 “Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
Ayat 3 “Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri

Pasal 54 ayat (1)


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.

6
UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Pasal 44

(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib

mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;

7
STANDAR PROFESI adalah batasan kemampuan

(knowledge, skill and professional attitude) minimal yang

harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat

melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat


STANDAR PELAYANAN adalah pedoman yang harus
secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.
diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam

menyelenggarakan praktik kedokteran.


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL adalah suatu

perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan

untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.

Standar prosedur operasional memberikan langkah yang

benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk

melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan


Penjelasan UU Praktik Kedokteran
yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan 8
Rumusan Matematis STANDAR PROFESI
IKATAN DOKTER INDONESIA, 2007

STANDAR
PELAYANAN
+ + +
Disusun oleh Majelis Disusun oleh Disusun oleh Kolegium Disusun oleh
Kehormatan Etik Perhimpunan terkait terkait bersama asosiasi Perhimpunan terkait
Kedokteran disahkan oleh KKI institusi pendidikan disahkan oleh Menteri
disahkan dengan SK IDI disahkan oleh KKI Kesehatan

9
PATIENT SAFETY

10
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat
menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak yaitu :
“To Err is Human”, building a Safer Health System. Laporan itu
mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah, Colorado
dan New York. Di Utah dan Colorado ditemukan kejadian tidak
diharapkan(KTD)/Adverse Event sebesar 2,9%, dimana 6,6%
diantaranya meninggal. Sedangkan di New York ditemukan
KTD sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6%.

Laporan yang disusun oleh the Institute of Medicine (IOM)


angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika berkisar 44.000 – 98.000 per tahun, dan lebih dari 1
juta kasus harm/kerugian setiap tahun. Angka ini jauh melebihi
angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas, kanker payudara
ataupun AIDS

11
Metode Deteksi KTD

The Global Trigger Tool

Patient Safety Indicator

Internal Incident Report

12
Di Indonesia, dilakukan penelitian pada pasien rawat
inap 15 rumah sakit dengan 4500 rekam medik.
Hasilnya menunjukkan angka KTD yang sangat
bervariasi, yaitu 8,0% hingga 98,2% untuk diagnostic
error dan 4,1% hingga 91,6% untuk medication error

(Utarini et al.,2000)

13
JUMLAH PENGADUAN KE MKDKI
Medio April 2015
120
111

90

64
60 57
49
36 35
30 23
20
9 12

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

14
Sumber : MKDI, April 2015
SUMBER PENGADUAN

0%
0%
4%
3%

Masyarakat
Institusi
Dinkes
RS
Depkes
Asuransi
Nakes lain
93%

Sumber : MKDI, April 2015


15
Permasalahan yang diadukan

7%
18% 6% Komunikasi
4% 2% Dishonesty
4% Penelantaran
Pembiayaan
Std. Pelayanan
Urusan RT
Kompetensi
59%

Sumber : MKDI, April 2015


16
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011)

17
Aspek Keselamatan Pasien menjadi indikator
penilaian AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT PERTAMA

PERMENKES No.46 tahun 2015 tentang AKREDITASI PUSKESMAS,


KLINIK PRATAMA, TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER, DAN TEMPAT
PRAKTIK MANDIRI DOKTER GIGI

BAB IX Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

18
Elemen Penilaian Mutu Layanan Klinis
1. Standar/prosedur layanan klinis disusun dan dibakukan
didasarkan atas prioritas fungsi dan proses pelayanan.
2. Standar tersebut disusun berdasarkan acuan yang jelas.
3. Tersedia dokumen yang menjadi acuan dalam
penyusunan standar.
4. Ditetapkan prosedur penyusunan standar/prosedur
layanan klinis.
5. Penyusunan standar/prosedur layanan klinis sesuai
dengan prosedur.
19
Prinsip keselamatan pasien

Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan

masalah kesehatan dengan menerapkan prinsip

keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan

keselamatan orang lain.

mengembangkan pengetahuan • Mengutamakan keselamatan pasien


• Mampu bekerja sama intra dan
demi keselamatan pasien. interprofesional dalam tim pelayanan
kesehatan demi keselamatan pasien

Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien termasuk dalam tingkat kemampuan 4A

20
Standar Pelayanan Kedokteran meliputi :
1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK),
merupakan Standar Pelayanan Kedokteran yang
bersifat nasional dan dibuat oleh organisasi profesi serta
disahkan oleh Menteri.
2. Standar Prosedur Operasional (SPO), suatu
perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu, atau
langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus
bersama dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan
fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan
kesehatan berdasarkan standar profesi. SPO dibuat dan
ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
SPO disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis
(clinical practice guidelines) yang dapat dilengkapi
dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme, protokol,
prosedur atau standing order

21
Bersifat umum, belum spesifik ditujukan hanya untuk FKTP atau FKTRL.
Mencakup standar kompetensi berbagai disiplin ilmu.

22
23
24
Indikator pengukuran keselamatan pasien

1. tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien,


2. tidak terjadinya kesalahan pemberian obat,
3. tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis
dan keperawatan,
4. pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas,
dan
5. tidak terjadinya pasien jatuh.

25
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
A. hak pasien;
B. mendidik pasien dan keluarga;
C. keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
D. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien;
E. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien;
F. mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
G. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.

26
HAK PASIEN UU Kesehatan

Pasal 56 ayat (1)

Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau

seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan

kepadanya setelah menerima dan memahami informasi

mengenai tindakan tersebut secara lengkap.

Pasal 57 ayat (1)

Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya

yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan

kesehatan.

Pasal 58 ayat (1)

Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,

tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian

dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.


27
HAK PASIEN

UU Praktik Kedokteran

Pasal 52

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang

tindakan medis;

b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan

medis;

d. menolak tindakan medis; dan

e. mendapatkan isi rekam medis.


28
HAK PASIEN
UU Rumah Sakit
Pasal 32

a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; penyakit yang dideritanya;
d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
dan standar prosedur operasional;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
kerugian fisik dan materi; lainnya;

f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; n.memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Rumah Sakit terhadap dirinya;
h.meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
Sakit; dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;

i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data- q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
data medisnya; Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, pidana; dan
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
perkiraan biaya pengobatan; dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

29
REKAM MEDIS
Berkas yag berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
(Pasal 1 Permenkes 269 th 2008)
REKAM MEDIS
(1) Setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.
(3) Setiap catatan rekam medis harus
dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan petugas yang memberikan
pelayanan atau tindakan.

(Pasal 46 UU No.29 thn 2004)


REKAM MEDIS
(1) Dokumen rekam medis
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 merupakan milik dokter,
dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam
medis merupakan milik pasien.

(Pasal 47 UU No.29 thn 2004)


JENIS REKAM MEDIK
1. RM Konvensional

2. RM Elektronik
(Permenkes 269/2008 ttg
RM Pasal 2  belum
ada regulasi yang
mengatur)
ISI REKAM MEDIK
1. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien,
pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kompetensinya.
2. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut,
antara lain foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan
lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya.
Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:
(Permenkes 269/2008)

a. identitas pasien;
b. tanggal dan waktu;
c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. diagnosis;
f. rencana penatalaksanaan;
g. pengobatan dan/atau tindakan;
h. pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien;
i. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j. persetujuan tindakan bila diperlukan.
Pasal 3 ayat (3) Permenkes No.269 thn 2008
Isi RM untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya
meliputi:
a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan;
c. Identitas pengantar pasien;
d. Tanggal dan waktu;
e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya
keluhan dan riwayat penyakit;
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. Diagnosis;
h. Pengobatan dan/atau tindakan;
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
pelayanan untuk rencana tindak lanjut;
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau
tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan;
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang
akan dipindahkan ke pelayanan kesehatan lain;
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Isi RM untuk pasien dalam
keadaan bencana, selain memuat
ketentuan pada Pasal 3 ayat (3)
ditambahkan:
a. Jenis bencana dan lokasi
dimana pasien ditemukan;
b. Kategori kegawatan dan nomor
pasien bencana masal;
c. Identitas yang menemukan
pasien.

(Pasal 3 ayat (4) Permenkes 269/2008)


Tata cara penyelenggaraan RM
• Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi
nama, waktu, dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau
tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung.
• Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan
pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan.
Pembetulan hanya dapat dilakukan dengan cara
pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan
dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang bersangkutan.
Pendelegasian pengisian RM
Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi
rekam medis, tenaga kesehatan lain yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien dapat
membuat/mengisi rekam medis atas perintah/
pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi
yang menjalankan praktik kedokteran.

(Manual Rekam Medis,Hal.7,KKI, 2006)


PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
Undang-Undang No.29 thn 2004 ttg
Praktik Kedokteran
Pasal 45
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien
harus mendapat persetujuan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.

(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :


• Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
• Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
• alternatif tindakan lain dan risikonya;
• Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;dan
• Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.

(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Permenkes 290/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 4
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan oleh dokter atau
dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter gigi wajib memberikan
penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien
sadar atau kepada keluarga terdekat.
Permenkes 290/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 7
(1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan
langsung kepada pasien dan/atau keluarga terdekat, baik
diminta maupun tidak diminta.
(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang
tidak sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya atau
yang mengantar.
Permenkes 290/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 9
(1) Penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara lengkap
dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman.
(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan didokumentasikan
dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan
penjelasan dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan
pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
(3) Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan tersebut
kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain
sebagai saksi.
Yang berhak memberikan persetujuan atau menyatakan
menolak tindakan medis pada dasarnya, pasien sendiri jika ia
dewasa dan sadar sepenuhnya.
Penjelasan Pasal 45 UU nomor 29 tahun 2004, apabila
pasien sendiri berada di bawah pengampuan, persetujuan
atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga
terdekat, antara lain suami/isteri, ayah/ibu kandung, anak-
anak kandung atau saudara-saudara kandung.
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah pasien
sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan, segera
diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan.
KOMUNIKASI EFEKT
DOKTER-PASIEN

46
Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan,
pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).

47
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien

melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua


belah pihak
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu
empati

48
Emergency Departments - High Risk

ED Factors – Potentiate Errors

• Production/Time Pressure

• High Noise Levels

• High Acuity

• Multitasking

• Time Sensitive Conditions

• Rapid Turnover

• Frequent Interruptions

• New/Unknown Patients

• Undifferentiated Diagnosis

• Wide Clinical Variation

• Increasing Complexity
Why Structure is Critical

High Risk Process + High Risk Environment

Mandates

High Reliability
American College of Emergency Physicians
(ACEP)
Quality Improvement & Patient Safety
(QIPS)
• White Paper on Improving Handoffs by
Dickson Cheung, Jack Kelly et al

• 20 National Clinical & Safety Experts

• Recommendations for Best Practice


“The Essential
Connections”
Physician to Physician

Patient/Family Nurse (Team)


Key Components

1) Record - Critical Data & Pending Items

2) Review - Form & Computer Data

3) Round – Bedside, Together

4) Relay to the Team – Nurse Collaboration

5) Receive Feedback – Clinical/QA


We Stand
Committed to
Safety
Istilah
• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.

• Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang


belum sampai terpapar ke pasien.

• Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar


ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.

• Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat


berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

• Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian


atau cedera yang serius.

55
“Kesehatan pasien akan selalu menjadi
pertimbangan pertama saya”
Terima kasih Suksema Muliate
Hatur Nuhun Teurimong Gaseh
Beh
Matur Nuwun Makase
Tampiaseh Amanai

You might also like