Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 2
Na metabisulfit = 36 mg
Pengenceran (1:100)
Na metabisulfit 50 mg
Aqua pro injeksi ad 5 ml
Untuk resep : 36 mg / 50 mg x 5 ml = 3,6 ml
Na2HPO = 545,4 mg
NaH2PO4 = 115,2 mg
NaCl = 277,2 mg
Aqua pro injection ad 20 ml
PRAFORMULASI GENTAMISIN
Pemerian : Serbuk putih sampai kuning gading (FI III ; hal. 266)
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larutdalam etanol (95%), dalam kloroform dan dalam
eter p (FI III ; hal.266)
pH : Eye drops (tetes mata) 6,5-7,5.
Sifat kestabilan : Tahan terhadap pemanasan, (dapat disterilisasi dengan autoklaf, tapi warnanya akan
berubah jadi coklat dan dapat diatasi dengan penambahan Na metabisulfit).
Dosis Lazim : Tetes mata 0,3% atau 3 mg 1 – 2 tetes tiap 4 jam (ISO 2007)
Cara sterilisasi : Semua sediaan steril, dalam proses pembuatannya menggunakan teknik aseptis
(semua alat dan bahan disterilisasi terlebih dahulu sesuai dengan monografi cara sterilisasi masing-
masing).
Inkompatibilitas : Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin, penisilin, ampisilin, sodium
bikarbonat, sefalotin, cloxacillin, dan sulfadiazin.
BENZALKONIUM KLORIDA
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan seperti gel tebal
atau gelatin, tidak berbau.
Kelarutan : Sangat larut dalam air (very soluble in water)
pH :5 – 8
% lazim : 0,01 – 0,02%
% pakai : 0,01%
Inkompatibilitas : Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein, hydrogen peroksida,
HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat, nonionic surfaktan dengan konsentrasi tinggi, permanganate,
protein, salisilat, garam Ag, sabun, sulfonamide, tartrat, ZnO, zink sulfat, dan beberapa plastic.
Cara sterilisasi : autoklaf
Kegunaan : antimikroba
DISODIUM EDETAT
Sistem penghantaran obat yang dipilih yaitu berupa tetes mata, pertimbangannya karena zat aktif larut dalam
pembawanya dan dapat berdifusi dengan baik ke target sasaran (mata) dan juga pemberian obat tetes mata steril
langsung diteteskan pada selaput lendir mata di sekitar kelopak dan bola mata.
Pertimbangan pemilihan eksipien
1. Benzalkonium klorida 0,01%
Sediaan tetes mata diharapkan dapat steril stabil secara biologi. Namun pada sediaan tetes mata ini akan
dibuat dalam sediaan dosis ganda, dikhawatirkan terjadi kontaminasi mikroba. Sehingga ditambahkan antimikroba
yaitu benzalkonium klorida 0,01% yang merupakan pengawet yang biasa digunakan untuk pembuatan tetes mata
steril.
2. Disodium edetat 0,02%
Penggunaan benzalkonium klorida sebagai antimikroba biasanya dikombinasi dengan pengawet lainnya untuk
dapat bekerja lebih efektif terhadap Pseudomonas. Sehingga ditambahkan Disodium edetat 0,02% karena dapat
meningkatkan kemampuan antimikroba dari benzalkonium klorida.
3. Na metabisulfit 0,05%
Sediaan mudah teroksidasi bila disterilisasi dengan autoklaf. Sehingga ditambahkan antioksidan Na metabisulfit
0,01– 1,00%. Karena, jika dilakukan sterilisasi dengan autoklaf, sediaan gentamisin berubah warna menjadi coklat dan
dapat diatasi dengan penambahan Na metabisulfit.
4. Dapar fosfat (Na2HPO4)
Zat aktif memiliki kestabilan pH 3,5 – 5,5 (cenderung asam), sedangkan pH ideal sediaan tetes mata sama dengan
pH cairan mata, yaitu 7,4. Sediaan diharapkan tidak mengiritasi mata karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa dan
diharapkan Ph sekitar 7,4. Karena benzalkoniumklorida incompatible dengan sitrat, sehingga digunakan dapar posfat
Dinatrium posfat anhidrat (Na2HPO4).
5. NaCl
Larutan obat tetes mata harus isotonis dengan cairan mata agar sediaan tidak membuat sel-sel darah yang ada di
sekitar mata mengalami plasmolisis dan hemolisis. Sehingga ditambahkan larutan pengisotoni NaCl. Karena NaCl
mampu membuat sediaan menjadi isotonis dengan cairan mata, dan NaCl compatibel dengan bahan lainnya.
6. Aqua pro injectio
Zat aktif gentamisin mudah larut dalam air sehingga sediaan diharapkan dapat larut sempurna dalam
pembawanya. Penggunaan pelarut API Karena, sediaan mudah larut dalam pembawa air untuk injeksi.
PROSEDUR PRODUKSI
SPESIFIKASI RUANG PRODUKSI STERIL
1
selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring dengan menggunakan filter
mikroba dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
Untuk produk yang berisiko besar terhadap kontaminasi partikel selama
proses, misalnya infus bervolume >100ml, dan produk dalam wadah
bermulut lebar maka pembilasan akhir dan penanganan komponen
setelah dicuci hendaklah dilakukan di bawah LAF yang dipasang di
lingkungan minimal Kelas D.
2
Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi dilakukan
di lingkungan Kelas C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan
produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang
Kelas B.
5
Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi hendaklah
dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B, apabila
produk terpapar dan tidak akan disaring.
PROSEDUR PEMBUATAN
1.Aqua Pro Injeksi bebas O2 dibuat dengan cara : 50 ml aquades dipanaskan diatas hotplate
sampai mendidih.Waktu pemanasan dihitung selama 30 menit (waktu mulai dihitung setelah
air mendidih). Setelah itu dipanaskan lagi selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2
3.Sterilisasi dilakukan dengan teknis aseptis dimana alat-alat yang akan digunakan disterilkan
didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat non presisi) sebelum dipakai
selama 30 menit teknis aseptis
3.Botol berpipet disterilisasi dengan dikocok/ direndam dengan etanol 96% selama 24 jam.
Bahan yang telah ditimbang disiapkan ke dalam nampan beserta alat-alat yang diperlukan
selama proses pembuatan yang telah disterilisasi, kemudian dipindahkan ke ruang
pembuatan (White area) melalui passbox.
1.Keranjang nampan diambil melalui passbox di White area dengan memastikan katup
passbox pada Grey area tertutup.
1.Dapar dilarutkan dengan api secukupnya dalam beaker glass, dan kaca arloji bekas
menimbang dibilas.
1.NaCl dimasukkan M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
Bahan aktif gentamisin sulfat dilarutkan dengan API secukupnya sampai larut
dalam beaker glass lain (M2).
1.Sediaan tetes mata yang sudah jadi (dalam beaker glass tadi) ditutup dengan kertas perkamen
yang diikat dengan tali dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115-116ᵒC selama 30 menit.
Larutan tetes mata yang telah steril sebanyak 12 ml dimasukkan ke dalam botol berpipet yang
khusus digunakan untuk sediaan tetes mata yang telah dikalibrasi.
METODE
Diambil 5 ml larutan, kemudian dimasukkan pH indikator dalam larutan,
setelah itu cocokkan dengan indikator (sebelum masuk ke botol)
INTERPRETASI HASIL
pH antara 6,7 – 7,5
Uji Kebocoran Wadah (FI IV Hal 1039-1040)
METODE
Wadah yang berisi sediaan dimasukkan dalam baki aluminium yang berisi 3
liter atau lebih larutan metilen blue, kemudian baki ditutup, dan baki
dimasukkan dalam bejana. Setelah itu bejana ditutup kemudian divakum,
bejana dibuka dan diperiksa wadah sediaan
INTERPRETASI HASIL
Wadah sediaan tidak boleh berwarna biru
Uji Kejernihan(FI IV Hal 998)
METODE
Diambil 10 sediaan , kemudian diletakkan dibawah UV yang dinyatakan pada
layar hitam putih, dan dilihat keberadaan partikel dalam larutan
INTERPRETASI HASIL
Larutan jernih
Uji Sterilisasi (FI IV Hal 356)
METODE
Larutan uji diambil dan ditambahkan media pembenihan lalu diinkubasi pada
suhu 20-25 ͦ C
INTERPRETASI HASIL
Media tetap jernih (steril)