You are on page 1of 41

OBAT TETES MATA GENTAMICIN (REVISI)

KELOMPOK 2

Eka Putri Minanga (155070501111015)


Maradilla Laras Wilujeng (155070501111022)
Dewi Muthiah (155070501111033)
Stella Octavia Sandra Nazar (155070501111040)
Dian Nugra Nuzulul Fitri (155070507111001)
PERANCANGAN FORMULA
FORMULA STANDAR

Martindale edisi 28 hlm.1173


Eye-drops
Gentamicin Sulphate Opthalmic Solution (USP):
A sterile buffered solution of gentamicin sulphate
with preservatives containing the equivalent of 3 mg
gentamicin per ml. pH 6,5 – 7,5. Store at temperature not
exceeding 400 in airtight containers.
1,7g gentamisin sulfat setara dengan lebih kurang 1 g
gentamisin
FORMULA RENCANA
Tetes mata Gentamisin
Tiap ml mengandung :
 Gentamisin 0,3%
 Benzalkonuim klorida 0,01%
 Disodium edetat 0,02%
 Na metabisulfit 0,05%
 Na2HPO4 (Lihat perhitungan)
 NaH2PO4 (Lihat perhitungan)
 NaCl (Lihat perhitungan)
 Aqua Pro Injeksi ad 10 ml
GENTAMISIN

 Potensi gentamisin sulfat 1,7 setara dengan 1 mg per mg gentamisin.


 Gentamisin 0,3% = 0,3/ 100 × 10 ml = 0,03 gram = 30 mg
 Gentamisin sulfat = 30 mg x 1,7 = 51 mg
PERHITUNGAN TONISITAS

 W = 0,44 – ( 0,3.0,0505 + 0,01.0,16 + 0,02.0,23 +


0,05.0,67)
= 0,44 – (0,01515 + 0,0016 + 0,0046 + 0,0335 )
= 0,44 – 0,05485
= 0,38515 g/100ml
 Dilebihkan 20% = 20/100 x 10 ml
 Jadi, 10 + 2 = 12 ml
 g (NaCl) = 12/100 x 0,38515 = 0,046218 g
BAHAN YANG DIPERLUKAN
PENIMBANGAN
 Gentamisin sulfat = 216 mg ̴ 220 mg
 Benzalkonuim klorida = 7,2 mg
Pengenceran (1:100)
Benzalkonuim klorida 50 mg
Aqua pro injeksi ad 5 ml
Untuk resep : 7,2 mg / 50 mg x 5 ml = 0,72 ml → ± 14 tetes
 Disodium edetat = 14,4 mg
Pengenceran (1:100)
Disodium edetat 50 mg
Aqua pro injeksi ad 5 ml
Untuk resep : 14,4 mg / 50 mg x 5 ml = 1,44 ml
PENIMBANGAN

 Na metabisulfit = 36 mg
Pengenceran (1:100)
Na metabisulfit 50 mg
Aqua pro injeksi ad 5 ml
Untuk resep : 36 mg / 50 mg x 5 ml = 3,6 ml
 Na2HPO = 545,4 mg
 NaH2PO4 = 115,2 mg
 NaCl = 277,2 mg
 Aqua pro injection ad 20 ml
PRAFORMULASI GENTAMISIN
 Pemerian : Serbuk putih sampai kuning gading (FI III ; hal. 266)
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larutdalam etanol (95%), dalam kloroform dan dalam
eter p (FI III ; hal.266)
 pH : Eye drops (tetes mata) 6,5-7,5.
 Sifat kestabilan : Tahan terhadap pemanasan, (dapat disterilisasi dengan autoklaf, tapi warnanya akan
berubah jadi coklat dan dapat diatasi dengan penambahan Na metabisulfit).
 Dosis Lazim : Tetes mata 0,3% atau 3 mg 1 – 2 tetes tiap 4 jam (ISO 2007)
 Cara sterilisasi : Semua sediaan steril, dalam proses pembuatannya menggunakan teknik aseptis
(semua alat dan bahan disterilisasi terlebih dahulu sesuai dengan monografi cara sterilisasi masing-
masing).
 Inkompatibilitas : Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin, penisilin, ampisilin, sodium
bikarbonat, sefalotin, cloxacillin, dan sulfadiazin.
BENZALKONIUM KLORIDA

 Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan seperti gel tebal
atau gelatin, tidak berbau.
 Kelarutan : Sangat larut dalam air (very soluble in water)
 pH :5 – 8
 % lazim : 0,01 – 0,02%
 % pakai : 0,01%
 Inkompatibilitas : Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein, hydrogen peroksida,
HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat, nonionic surfaktan dengan konsentrasi tinggi, permanganate,
protein, salisilat, garam Ag, sabun, sulfonamide, tartrat, ZnO, zink sulfat, dan beberapa plastic.
 Cara sterilisasi : autoklaf
 Kegunaan : antimikroba
DISODIUM EDETAT

 Pemerian : Berbau lemah atau tidak berbau, rasa asam.


 Kelarutan : Dalam air larut 1 :1
 pH : 4,5 – 4,7
 % lazim : 0,005– 0,1%
 % pakai : 0,02%
 Kegunaan : Pengkelat
SODIUM METABISULFIT
 Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih sampai putih krem, bau sulfur dioksida,
rasa asin.
 % lazim : 0,01 – 1%
 % pakai : 0,05%
 pH : 3,5 – 5
 Kelarutan : 1 : 1,9 atau 1 : 1,2 (1000C)
 Cara sterilisasi : autoklaf, dengan syarat sediaan telah dimasukkan ke dalam wadah yang telah
dialiri gas inert seperti N2.
 Inkompatibilitas : obat-obat simpatomimetik, obat derivat orto/para hidroksi benzil alkohol,
obat derivat asam sulfonat, obat-obat adrenalin, kloramfenikol, cisplatin, (dapat menurunkan efek
farmakologis obat-obat tersebut). Fenil merkuri asetat pada sediaan tetes mata yang disterilisasi dengan
autoklaf.
 Kegunaan : antioksidan
DINATRIUM POSFAT DIHIDRAT (NA2HPO4)
 Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih dan higroskopis, tidak
berbau.
 pKa : 7,21 (250C)
 pH : 8,5 – 9,6
 Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.
 Cara sterilisasi : autoklaf
 Inkompatibilitas : alkaloid, antipirin, kloralhidrat, lead acetat, pirogalol,
resorsinol, kalsium glukonat, dan kalsium.
 Kegunaan : pendapar
NACL

 Pemerian : Serbuk/ kristal putih, tidak berbau, rasa asin.


 pH : 6,7 – 7,3
 Kelarutan : 1 : 2,8
 Cara sterilisasi : autoklaf
 Inkompatibilitas : korosif dengan besi, membentuk endapat dengan perak dan
raksa, kelarutan metil paraben menurun.
 Kegunaan : larutan pengisotoni
PERTIMBANGAN PEMILIHAN

Sistem penghantaran obat yang dipilih yaitu berupa tetes mata, pertimbangannya karena zat aktif larut dalam
pembawanya dan dapat berdifusi dengan baik ke target sasaran (mata) dan juga pemberian obat tetes mata steril
langsung diteteskan pada selaput lendir mata di sekitar kelopak dan bola mata.
Pertimbangan pemilihan eksipien
1. Benzalkonium klorida 0,01%
Sediaan tetes mata diharapkan dapat steril stabil secara biologi. Namun pada sediaan tetes mata ini akan
dibuat dalam sediaan dosis ganda, dikhawatirkan terjadi kontaminasi mikroba. Sehingga ditambahkan antimikroba
yaitu benzalkonium klorida 0,01% yang merupakan pengawet yang biasa digunakan untuk pembuatan tetes mata
steril.
2. Disodium edetat 0,02%
Penggunaan benzalkonium klorida sebagai antimikroba biasanya dikombinasi dengan pengawet lainnya untuk
dapat bekerja lebih efektif terhadap Pseudomonas. Sehingga ditambahkan Disodium edetat 0,02% karena dapat
meningkatkan kemampuan antimikroba dari benzalkonium klorida.
3. Na metabisulfit 0,05%
Sediaan mudah teroksidasi bila disterilisasi dengan autoklaf. Sehingga ditambahkan antioksidan Na metabisulfit
0,01– 1,00%. Karena, jika dilakukan sterilisasi dengan autoklaf, sediaan gentamisin berubah warna menjadi coklat dan
dapat diatasi dengan penambahan Na metabisulfit.
4. Dapar fosfat (Na2HPO4)
Zat aktif memiliki kestabilan pH 3,5 – 5,5 (cenderung asam), sedangkan pH ideal sediaan tetes mata sama dengan
pH cairan mata, yaitu 7,4. Sediaan diharapkan tidak mengiritasi mata karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa dan
diharapkan Ph sekitar 7,4. Karena benzalkoniumklorida incompatible dengan sitrat, sehingga digunakan dapar posfat
Dinatrium posfat anhidrat (Na2HPO4).
5. NaCl
Larutan obat tetes mata harus isotonis dengan cairan mata agar sediaan tidak membuat sel-sel darah yang ada di
sekitar mata mengalami plasmolisis dan hemolisis. Sehingga ditambahkan larutan pengisotoni NaCl. Karena NaCl
mampu membuat sediaan menjadi isotonis dengan cairan mata, dan NaCl compatibel dengan bahan lainnya.
6. Aqua pro injectio
Zat aktif gentamisin mudah larut dalam air sehingga sediaan diharapkan dapat larut sempurna dalam
pembawanya. Penggunaan pelarut API Karena, sediaan mudah larut dalam pembawa air untuk injeksi.
PROSEDUR PRODUKSI
SPESIFIKASI RUANG PRODUKSI STERIL

 Bebas mikroorganisme aktif


 Udara yang ada di dalam ruangan disaring dengan HEPA filter agar mendapatkan udara yang bebas
mikroorganisme dan partikel
 Ada batasan kontaminasi dengan partikel
 Tekanan positif, yakni tekanan udara di dalam ruangan lebih besar daripada udara di luar, sehingga
udara di dalam mengalir ke luar (udara di luar yang lebih kotor tidak dapat masuk ke dalam ruangan
yang lebih bersih)
 Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area), intermediate area (grey area), dan area
bersih (white area).
SYARAT PERSONIL PRODUKSI (STERILE BEHAVIOUR)
 Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara seksama untuk memastikan bahwa mereka
dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam
kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk.
 Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di area bersih; hal ini penting
khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan pengawasan dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area
bersih.
 Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial. Personil yang terlibat dalam
pembuatan produk steril diinstruksikan untuk melaporkan semua kondisi kesehatan yang dapat
menyebabkan penyebaran cemaran
 Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang
berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C. Untuk tiap personil yang bekerja di Kelas A/B, pakaian
kerja steril (disterilkan atau disanitasi dengan memadai) harus disediakan untuk tiap sesi kerja.
 Sarung tangan ecara rutin didisinfeksi
selama bekerja. Masker dan sarung tangan
hendaklah diganti paling sedikit pada tiap
sesi kerja.
 Personil yang memasuki area bersih atau
area steril harus mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga
mencakup penutup kepala dan kaki. Pakaian
ini tidak boleh melepaskan serat atau
bahan partikulat dan hendaklah mampu
menahan partikel yang dilepaskan oleh
tubuh.
TETAPAN METODE PRODUKSI

Produksi Obat Tetes mata yaitu menggunakan Metode Aseptis, metode


pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat
steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam container steril
serta dilakukan dilingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas
telah terkontrol sedemikian rupa sehingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level
yang dapat diterima yakni dalam area bersih (grade A dan B). persyaratannya adalah limit
of media fill 1:10.000 unit dapat dikatakan produk beas mikroorganisme. Proses demikian
dipilih bila obat atau bahan obat yang akan diproduksi tidak tahan panas (lukas, 2011).
LANGKAH-LANGKAH PROSES ASEPTIS PADA PRODUKSI STERIL

Bahan yang telah dicuci ditangani di lingkungan minimal Kelas D.


Penanganan bahan awal dan komponen steril, kecuali pada proses

1
selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring dengan menggunakan filter
mikroba dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
Untuk produk yang berisiko besar terhadap kontaminasi partikel selama
proses, misalnya infus bervolume >100ml, dan produk dalam wadah
bermulut lebar maka pembilasan akhir dan penanganan komponen
setelah dicuci hendaklah dilakukan di bawah LAF yang dipasang di
lingkungan minimal Kelas D.
2
Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi dilakukan
di lingkungan Kelas C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan
produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang
Kelas B.

3 Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah


dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B

Transfer wadah setengah-tertutup, yang akan digunakan dalam proses

4 beku-kering (freeze drying) hendaklah, sebelum proses penutupan dengan


stopper selesai, dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang
Kelas B atau dalam nampan transfer yang tertutup di lingkungan Kelas B.

5
Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi hendaklah
dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B, apabila
produk terpapar dan tidak akan disaring.
PROSEDUR PEMBUATAN

1.Alat dan bahan yang hendak digunakan disiapkan.

1.Aqua Pro Injeksi bebas O2 dibuat dengan cara : 50 ml aquades dipanaskan diatas hotplate
sampai mendidih.Waktu pemanasan dihitung selama 30 menit (waktu mulai dihitung setelah
air mendidih). Setelah itu dipanaskan lagi selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2

3.Beaker glass dikalibrasi ml, botol plastik berpipet dikalibrasi 12 ml.

3.Sterilisasi dilakukan dengan teknis aseptis dimana alat-alat yang akan digunakan disterilkan
didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat non presisi) sebelum dipakai
selama 30 menit  teknis aseptis
3.Botol berpipet disterilisasi dengan dikocok/ direndam dengan etanol 96% selama 24 jam.

3.Masing-masing bahan ditimbang menggunakan neraca analitik dengan tepat menggunakan


kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan

Bahan yang telah ditimbang disiapkan ke dalam nampan beserta alat-alat yang diperlukan
selama proses pembuatan yang telah disterilisasi, kemudian dipindahkan ke ruang
pembuatan (White area) melalui passbox.

1.Keranjang nampan diambil melalui passbox di White area dengan memastikan katup
passbox pada Grey area tertutup.

1.Dapar dilarutkan dengan api secukupnya dalam beaker glass, dan kaca arloji bekas
menimbang dibilas.
1.NaCl dimasukkan M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.

1.Na2HPO4 dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.

1.Na metabisulfit dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.

Benzalkonium klorida dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad


larut.

Bahan aktif gentamisin sulfat dilarutkan dengan API secukupnya sampai larut
dalam beaker glass lain (M2).

M2 dicampurkan ke dalam M1 diaduk sampai larut kemudian pH sediaan dicek


dengan pH indikator.
1.Larutan tersebut disaring dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan API sebelumnya
dan kemudia menampungnya dalam beaker glass yang telah dikalibrasi.

1.API ditambahkan sampai volume 12 ml

1.Sediaan tetes mata yang sudah jadi (dalam beaker glass tadi) ditutup dengan kertas perkamen
yang diikat dengan tali dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115-116ᵒC selama 30 menit.

Larutan tetes mata yang telah steril sebanyak 12 ml dimasukkan ke dalam botol berpipet yang
khusus digunakan untuk sediaan tetes mata yang telah dikalibrasi.

Sediaan jadi diberi etiket, dan dilengkapi dengan brosur.


PENGEMASAN
Sediaan Obat Tetes Mata

Obat tetes mata merupakan produk yang pembuatannya dilakukan


secara steril (bebas dari mikroorganisme atau pencemar lainnya)
SEDIAAN OBAT TETES MATA :
1. Steril
2. Isotonis dengan air mata
3. Isohidris
4. Larutan harus jernih
5. Bebas partikel asing
PENGEMASAN OBAT

Melindungi dan mengawetkan obat,


Sebagai tempat sebuah contohnya seperti dapat melindungi dari
produk selama proses cahaya ultraviolet, panas matahari,
distribusi, mulai dari kelembapan udara, tekanan, serta
pembuat produk, hingga pencemaran dari polusi ataupun mikroba
sampai ke tangan pembeli. yang bisa merusak & mengurangi
kualitas dari sebuah obat.
Fungsi
Meningkatkan
Sebagai branding dari efektifitas obat,
obat, dalam konteks contohnya: Melindungi dari
ini, packaging dapat memudahkan sistem pengaruh yang tidak
digunakan untuk media penghitungan sebuah baik dari sekitar, dan
petunjuk kepada para obat berdasarkan melindungi pula dari
pelanggan melalui packaging-nya, serta unsur mengganggu
label yang dapat mempermudah yang ada di dalam
ditemukan pada pack estimasi pengiriman produk.
obat tersebut. dan penyimpanan
obat tersebut
PENGEMASAN OBAT TETES MATA GENTAMYCIN DILAKUKAN DI
RUANG PRODUKSI STERIL YANG SERING DISEBUT “WHITE AREA”

Sediaan Tetes Mata Dapat Dilakukan Dengan Cara


Menurut CPOB ruangan steril
Sterilisasi Akhir Atau Secara Aseptis (BPOM,2011)
dikategorikan ruang kelas I dan II
atau sering disebut white area, yang
harus memenuhi syarat jumlah
partikel dan mikroba.

Kelas I sebenarnya berada dalam


ruangan kelas II, tetapi ruang kelas I
memiliki alat LAF (Laminar Air
Flow), yaitu alat yang menjamin
ruangan dalam kondisi steril dan
biasa dipakai untuk pembuatan
secara aseptik.
PENGEMASAN OBAT TETES MATA GENTAMYCIN

Pada kemasan primer dan


sekunder diberi
Kemasan : Botol plastik penandaan golongan obat
berpipet 10 ml terbuat keras
dari plastik polietilen
INFORMASI YANG HARUS DI
LENGKAPI PADA KEMASAN

 Komposisi Informasi Obat ada pada“brosur” yang


 Cara kerja obat memberikan informasi lengkap dan
informasi juga tercantum pada kemasan
 Indikasi
“primer” dan “sekunder”
 Dosis dan cara pemakaian
 Efek samping
 Peringatan dan perhatian
 Interaksi obat
 Kontraindikasi
 Penyimpanan
 Tanggal Produksi dan Expired date
 No.Reg
 No. Batch/HET
EVALUASI
Uji Penetapan pH (FI IV Hal 1039-1040)

METODE
Diambil 5 ml larutan, kemudian dimasukkan pH indikator dalam larutan,
setelah itu cocokkan dengan indikator (sebelum masuk ke botol)

INTERPRETASI HASIL
pH antara 6,7 – 7,5
Uji Kebocoran Wadah (FI IV Hal 1039-1040)

METODE
Wadah yang berisi sediaan dimasukkan dalam baki aluminium yang berisi 3
liter atau lebih larutan metilen blue, kemudian baki ditutup, dan baki
dimasukkan dalam bejana. Setelah itu bejana ditutup kemudian divakum,
bejana dibuka dan diperiksa wadah sediaan

INTERPRETASI HASIL
Wadah sediaan tidak boleh berwarna biru
Uji Kejernihan(FI IV Hal 998)

METODE
Diambil 10 sediaan , kemudian diletakkan dibawah UV yang dinyatakan pada
layar hitam putih, dan dilihat keberadaan partikel dalam larutan

INTERPRETASI HASIL
Larutan jernih
Uji Sterilisasi (FI IV Hal 356)

METODE
Larutan uji diambil dan ditambahkan media pembenihan lalu diinkubasi pada
suhu 20-25 ͦ C

INTERPRETASI HASIL
Media tetap jernih (steril)

You might also like