You are on page 1of 39

Helminthologi

Reni Yunus, S.Si.,M.Sc


Parasitologi – Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kendari
Pendahuluan
• Helminth (Yunani)=Cacing (bersel banyak)
• Menginfeksi/parasit bg manusia (salr pencern, drh,
salr limfe, salr pernafs, rg lain = Helminthologi
Kedokteran
• Klasifikasi (Linnaeus,1758):4 phylum (Nematoda,
Platyhelminthes, Acanthocephala, Nematomorpha)
• 1.Phylum : Nematoda (Nemathelminthes)
a.Familia : Trichinellidae,
• Species : Trichuris trichiura, Trichuris spiralis
b.Familia : Strongyloididae,
• Species : Strongyloides stercoralis
c.Familia : Ancylostomatidae,
• Species :Ancylostoma duodenale Ancylostoma ceylanicum,
Ancylostoma braziliensis, Necator americanus
d.Familia : Oxyuridae,
• Species : Oxyuris vermicularis
e.Familia : Ascarididae,
• Species : Ascaris lumbricoides,Toxocara cati, Toxocara canis
f. Familia : Dipetalonematidae,
• Species : Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,Loa-
Loa,Oncocerca volvulus, Mansonella ozzardi
g. Familia : Dracunculidae,
• Species : Dracunculus medinensis.

2. Phylum :Platyhelminthes
a.Class :cestoidea
• Familia : Taeniidae
• Species : Taenia saginata, Taenia solium,Echinococcus
granulosus
• Familia : Hymenolepididae
• Species : Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta
• Familia : Dilepididae
• Species :Dipylidium caninum
• Familia : Diphyllobothriidae
• Species : Diphyllobothrium latum
b. Class : Trematoda
• Familia :Fasciolidae
• Species : Fasciolopsis buski, Fasciola hepatica, Fasciola gigantica
• Familia : Opisthorchiidae
• Species : Clonorchis sinensis
• Familia : Troglotrematidae
• Species : Paragonimus westermani
• Familia : Heterophyidae
• Species : Heterophyes-heterophyes
• Familia : Schistosomatidae
• Species :Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni,
Schistosoma hematobium
Nematoda
a. cacing dewasa dlm salr pencernaan
– Trichuris trichiura
– Strongyloides stercoralis
– Ancylostoma duodenale, Necator americanus
– Oxyuris/ Enterobius vermicularis
– Ascaris lumbricoides
b. cacing dewasa dlm darah/salr limfe/ jaringan subkutan
– Wuchereria bancrofti
– Brugia malayi,
– Brugia timori
– Loa-Loa
– Oncocerca volvulus
– Mansonella ozzardi
– Dracunculus medinensis.
c. Stadium larva menyebabkan kelainan di banyak organ
– Trichuris spiralis
– Ancylostoma caninu
– Ancylostoma brazileinse
– Toxocara cati
– Toxocara canis
2. Plathyhelminthes
a. Cacing dewasa dlm usus
– Taenia saginata
– Taenia solium
– Hymenolepis nana
– Hymenolepis diminuta
– Dipylidium caninum
– Diphyllobothrium latum
c. Stadium larva menyebabkan kelainan di banyak organ
-Taenia solium
-Echinococus granulosus
-Diphyllobothrium latum

3. Trematoda
a. Hidup di sistem peredaran darah & Kulit
- Schistosoma spp
b. Hidup di saluran pencernaan
- Fasciola buski
- Echinostoma spp
- Heterophyes-heterophyes
c. Hidup di hati
- Fasciola spp
- Clonorchis sinensis
d. Hidup di paru
- Paragonimus spp
Soil-transmitted helmint
SOIL-TRANSMITTED HELMINTHS

1.Ascaris lumbricoides
2.Trichuris trichiura
3.Hookworm (Necator americanus &
Ancylostoma duodenale
4.Strongyloides stercoralis
Disebabkan oleh infeksi Nematoda intestinal :

 sangat penting pada kebanyakan penduduk negara


sedang berkembang
 frekuensi infeksi merupakan indikasi tingkat
perkembangan higiene dan sanitasi
 biasanya ditemukan sebagai infeksi multipel
 tindakan dan pengobatan salah satu cacing
 mempengaruhi cacing yang lain
ASKARIASIS (ASCARIASIS)

 Infeksi oleh Ascaris lumbricoides


 Cacing dewasa parasit dalam intestinum tenue manusia
 Cacing dewasa berukuran 10 - 30 cm
 Cacing betina fertil menghasilkan + 240.000 telur / hari
 Telur berkembang dalam tanah 2 - 4 bulan  telur matur /
infektif yang mengandung larva
DISTRIBUSI GEOGRAFIS

 Paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang


 Juga ditemukan di daerah subtropis negara sudah
berkembang
 Terutama terdapat pada anak-anak
 Daerah endemik di : Asia Tenggara, Afrika,
Amerika Tengah dan Selatan
 Tidak terdapat di daerah gersang / kering
karena kelembaban diperlukan untuk perkembangan telur
TRANSMISI

 Telur fertil  dalam tanah lembab, porus  telur matur /


infektif
 Transmisi secara oral, menelan telur matur bersama sayuran,
buah-buahan atau langsung dari tanah (terutama anak-anak)
 Kontaminasi telur sekunder makanan / kontak melalui lalat 
transmisi infeksi beberapa minggu / bulan setelah telur keluar
bersama tinja manusia
 Telur matur  tertelan  menetas dalam intestinum 
larvae ( + 250 m )
 Larvae penetrasi dinding usus  migrasi  hepar, jantung,
paru 2 minggu  matur dalam kapiler paru-paru
 Larvae matur penetrasi dinding alveolus  alveolus paru-
paru  migrasi lewat bronkus  trakea  tertelan
bersama sputum  saluran gastrointestinal
 Berkembang  dalam jejenum, ileum  cacing dewasa
 Transmisi tergantung pada :
- sanitasi kurang baik
- kontaminasi lingkungan dengan tinja manusia
Tb 1. Gambaran Daur Hidup Ascaris lumbricoides
Kejadian Observasi

 Pembentukan embrio  10 – 14 hari temp. 30 + 2 °C


 Migrasi jaringan  45 – 55 hari temp. 17 + 1 °C
usus halus  hepar  4 (2 – 8) hari p.i.
hepar  paru-paru  7 – 14 hari p.i.
paru-paru  usus  14 – 20 hari p.i.
 Lokasi CD  Jejenum
 Periode prepaten  67 – 76 hari
 Kesuburan (fecundity)  238, 722 (134,462  358,750)
produksi telur/CB/HR
 Lama hidup CD  1 – 2 tahun
 Lama hidup telur dalam tanah  Bervariasi  15 tahun

Sumber : Crompton, 1994


EPIDEMIOLOGI
Di daerah endemik askariasis - 3 kecenderungan yg jelas
 Prevalensi tinggi ( > 60 % ) di seluruh populasi umur > 2 tahun
* intensitas infeksi dewasa < anak-anak
* pemaparan konstan terhadap telur infektif melalui
tangan & makanan terkontaminasi
 Prevalensi sedang ( < 50 % )
* puncak pada anak sekolah dasar & anak pra sekolah
* rendah pada dewasa
* jenis penularan / transmisi rumah tangga / keluarga
 Prevalensi rendah ( keseluruhan < 10 % )
* infeksi : distribusi fokal berkaitan dengan perumahan,
sanitasi, pertanian, kebiasaan perilaku
PREVALENSI

 Penentuan prevalensi ascariasis


 didasarkan atas
Jumlah kasus posotif telur dalam tinja

pada sampel populasi yang ditetapkan
 Penentuan intensitas infeksi
 didasarkan atas
Jumlah telur per gram tinja (NEPG) per penderita
 cara kuantitatif Kato Katz
Jumlah CD yang keluar
 sesudah
pemberian anthelminthic
PREVALENSI DAN UMUR PENDERITA

 Infeksi pertama  anak-anak umur < 2 tahun


 Prevalensi tertinggi  anak-anak 5 – 10 tahun
 Makin tua umur  prevalensi makin menurun

 Penggunaan reguler anthelmintik


sesudah dihentikan

Prevalensi infeksi > prevalensi awal sebelum pengobatan


disebabkan

tidak ada stimuli dari cacing yang menetap


karena

resistensi terhadap infeksi melemah


INTENSITAS INFEKSI

 Makin besar jumlah telur  makin besar jumlah cacing


betina matur – seksual
 Kepadatan cacing  kesuburan (fecundity) CB
berpengaruh
 Makin padat jumlah cacing  kesuburan CB makin
menurun

Jumlah telur / CB makin menurun
INTENSITAS INFEKSI DAN UMUR PENDERITA

 Intensitas infeksi naik cepat pada masa anak-anak


 Makin tua umur  intensitas makin menurun
 Makin tua umur  jumlah cacing makin menurun
 karena
pemaparan infeksi berulang-ulang pada masa anak-anak
 memicu
Imunitas protektif
(respons antibodi terhadap antigen Ascariasis lumbricoides)
PATOGENESIS & MANIFESTASI KLINIS
Respon inang manusia tergantung pada stadium perkembangan dan lokasi
I. Stadium awal, saat migrasi parasit, simtom berkaitan dengan respon imun inflamatoris
terhadap larva sedang berkembang dan produk sekretoris-eksretoris
II. Stadium / fase intestinal  simtom terutama berkaitan dengan inflamasi dan disfungsi
saluran pencernaan
III. Komplikasi  obstruksi usus, volvulus, intususepsi, obstruksi saluran empedu,
saluran pankreas
I. Stadium awal
Askaris pneumonia / askaris pneumonitis
 migrasi larvae Ascaris melalui paru inang  kondisi klinis : Askaris pneumonia /
askaris pneumonitis
 berkaitan dengan hipereosinofilia perifer  Sindroma Loëffler
 Hemoragi, alveoli kolaps, infiltrasi seluler masif
 Distres respiratoris ringan  perawatan di rumah sakit
 dpt menyebabkan kematian

Respon antibodi
Respon alergis dan eosinofilia  reaksi hipersensitivitas cepat
(immediate hypersensitivity reaction)  berperan penting dlm imunitas
terhadap Askaris
 Paru-paru berperan penting dalam imunitas terhadap Ascaris  karena produk
Ascaris alergenik selama fase imigrasi  dihasilkan IgE spesifik terhadap
parasit yang poten
 Pada daerah-daerah endemik dengan transmisi musiman  timbul imunitas
parsial pada saat transmisi musiman (seasonal)  larvae dalam paru-paru memicu
respons hipersensitivitas cepat
 Dengan pemaparan terus - menerus  imunitas terbentuk  bekerja pada rute
migrasi awal secara progresif  simtom pulmoner berkurang
 Pemaparan terus - menerus terhadap Ascaris  desensitisasi terhadap alergen Ascaris
DIAGNOSIS
 identifikasi : telur, larva, cacing dalam sampel klinis
 serologis - tidak terstandarisasi
 RO - paru-paru, usus (saluran empedu)

PENGOBATAN
 Pirantel pamoate 10 mg/kg BB, maksimal 1 gm
dosis tunggal
 Mebendazol 100 mg 2 x / hari
selama 3 hari
 Albendazol 400 mg
dosis tunggal
 Piperasin sitrat75 mg/kg BB, maksimal 3,5 gm / hari
selama 2 hari
ASKARIASIS
• Infeksi karena menelan makanan yang
terkontaminasi telur (stadium infektif/ yg
mengandung larva) Ascaris lumbricoides
• Larva menetas dalam usus, ikut aliran darah sp ke
paru2, migrasi ke
atas dr tract.respiratorius. Tertelan dan dewasa dlm
usus halus
• Banyak di daerah tropis, prevalensi anak2>dewasa
Dewasa : Silindris,Jantan : 15-31 cm,ujung
MORFOLOGI
posterior melengkung
Betina : 20-35 cm, ujung lurus
Telur: 200.000/ekor /hr
Infeksi /menelan telur sp ditemukan telur
dlm feces :8-12mg

Telur : 4 macam
1. Fertil
2. Infertil
3. Decorticated
4. Embryonated (infektif)
DAUR HIDUP
DEWASA  Telur  KELUAR BERSAMA TINJA
Dalam usus

Tertelan TELUR FERTIL MASAK


DI TANAH LEMBAB,HANGAT
(2 – 3 MINGGU) .

Paru-paru

Sirkulasi

Larva menetas telur infektif


Dalam usus tertelan
DAUR HIDUP
CACING DEWASA DLM LUMEN USUS HALUS
• MAKAN MAKANAN YG BLM TERCERNA BBRP
MANUSIA
LAPORAN DPT MENGGIGIT MEMBRAN MUKOSA USUS
DAN MAKAN DARAH &CAIRAN JARINGAN
• SELAMA HIDUP CC BETINA BERTELUR SP 27 JT
• TANPA CC JANTANTELUR INFERTIL
• PEMASAKAN TELUR DI TANAH (TEMP<30 C, LEMBAB
& BANYAK OKSIGEN) SP BERISI L1 (14 HR), BBRP
MGL2
 DIHUBUNGKAN DNG :
1. RESPON IMUN HOSPES
2. EFEK MIGRASI LARVA
3. EFEK MEKANIK CACING
DEWASA
4. DEFISIENSI ZAT GIZI KRN
CACING DEWASA
1. PULMONARY ASCARIASIS:
• Batuk bbrp hari, musiman
• Ascaris pneumonitis/
• LOFFLER Syndrome
• Dispnea, demam, substernal
• discomport (burning)
• Eosinofilia tinggi
• Larva dapat ditemukan dlm sputum
/ muntahan
2. INTESTINAL ASCARIASIS:
• MOON FACE, RAMBUT KERING,
• ABDOMINAL PAIN
ANAK - ANAK : BB Turun,
• ANOREXIA, PERUT BUNCIT
• ASMA & URTICARIA MSH ADA
PD ANAK2 <5TH GANGGUAN GIZI BERAT
KRN JUMKAH CC YG BANYAK

AKIBAT LANSUNG DPT DIUKUR DR


1. NITROGEN & LEMAK DLM FECES
MENINGKAT
2. KEGAGALAN ABSORPSI KARBOHIDRAT
CC BISA SPONTAN KELUAR TANPA
OBAT
3. KOMPLIKASI
• MIGRASI CACING DEWASA
(EFEK OBAT , DEMAM)
OBSTRUKSI USUS  ILEUS
Tergantung pd:
* JUMLAH CACING
* LOKASI OBSTRUKSI
* SIFAT OBSTRUKSI:
KOMPLET/PARTIAL
• KOMPLIKASI LANJUT: INTUSUSEPSI,
PERFORASI
KOMPLIKASI

You might also like