You are on page 1of 45

Kirana Lina G., drg.

INJECTION TECHNIQUE
MUST READ !!!
REFERENCES
Local Anesthesia of The Oral Cavity
 J. Theodore Jastak, John A. Yagieta & David Donaldson

Handbook of Local Anesthesia


 Stanley F. Malamed

A Colour Atlas of Dental Analgesia & Sedation


 G.J. Roberts & N.L. Rosenbaum

Technique of Local Anesthesia (Japanese)


 J. Kaneko
INTRODUCTION
Perfect local
Control of pain Anesthetic or delivery
system

Hypnosis

Laser therapy
Electric dental
anesthesia
BUT

• Short of general anesthesia


• Local anestesia

 Fundamental technique for Pain Control in Dentistry


 But many factors are involved in the succesful delivery
of local anesthesia
MUKOSA

Mustbe
Must bedried
dried

Limited area

Applying topical anesthetic

Must be applied for To allow Excess material might contact lingual


sufficient time them to act mucosa and soft palate mucosa

Unpleasent for the patient


1-2 minutes (ideal)
Increase salivation
• Non keratinized mucosa  sufficient (painless needle penetration – few
milimeters)
• Keratinized mucosa  not sufficient (e.g. gingiva, hard palate mucosa)
Inserting the needle Inserted through the distracted mucosa (with stretching
of the tissue e.g. maxillary buccal sulcus)

By single movement

Aspiration To reduce intra vascular injection of local an. sol

Depositing local anesthetic solution

Supraperiosteally (subperiosteally should be avoided = pain

Rate of injection  1 minute Post injection discomfort (due


to stripping of periosteum
from bone)
Remove the needle  Slowly from the tissue
METHODS & DEFINITION

 Topical Anesthesia

 Infiltration anesthesia

 Field block anesthesia

 Nerve block anesthesia


ANATOMICAL LANDMARKS
DISTRIBUSI CABANG N. TRIGEMINUS
(MAXILLA DAN MANDIBULA)
PENYUNTIKAN SUPRAPERIOSTEAL

 Biasa disebut sebagai


infiltrasi lokal.
 Dilakukan untuk
menganestesi sebuah
gigi atau suatu daerah
tertentu yang
dipersyarafi oleh suatu
cabang syaraf.
 Tehnik :
1. Tarik pipi dan bibir sehingga
jaringan menjadi tegang.
2. Penusukan dilakukan pada lipatan
mukobukal, jarum ditusukkan ke
arah apeks gigi (bevel jarum
menghadap tulang), dimasukkan
terus sampai ujung jarum di daerah
apeks akar gigi (ingat panjang akar
masing-masing gigi)
3. Aspirasi, bila negatif, masukkan
anestetikum 0,6-1 cc secara
perlahan (20 detik).
4. Tarik jarum secara perlahan.
PENYUNTIKAN SUPRAPERIOSTEAL
GIGI INSISIVE KEDUA RAHANG ATAS
TEHNIK PENYUNTIKAN DI RAHANG ATAS

 Persyarafan :
Ada 3 bundel syaraf yaitu :
a. N. Palatinus mayus yang
keluar dari foramen palatinus
anterior (kiri dan kanan)
b. N. Nasopalatinus yang keluar
dari foramen incisivum.
TEHNIK PENYUNTIKAN DI RAHANG ATAS
a. Penyuntikan blok pada N.
Palatinus mayus

 Penyuntikan pada palatum di 1 sisi


(dimana kebaalan dapat sampai ke
anterior sejauh gigi caninus)
 Letak foramen di distal molar kedua,
pada pertemuan palatum durum dan
proc. Alveolaris.
 Cairan anestetikum yang dikeluarkan
0,5cc - 0,75cc.
 Secara klinik; jarum ditusukkan 0,5mm
secara perlahan sesuai dengan keadaan
jaringan setempat yang agak keras.
 Biasanya jaringan akan menjadi lebih
pucat (“blanching tissue”),
kemungkinan saliva dari saluran
kelenjar minor akan keluar.
TEHNIK PENYUNTIKAN DI RAHANG ATAS

B. Penyuntikan blok pada N. Nasopalatinus


 N. Nasopalatinus mempersyarafi mukosa
dan periosteum pada regio anterior paltum
durum (premaksila).
 Ujung jarum diinsersikan melalui papila
nasopalatinus sampai mencapai jalan
masuk canalis incisivum
 Bila kontak dengan tulang telah terjadi
jarum dikeluarkan lagi 0,5-1 mm
 Keluarkan cairan anestetikum 0,1cc -
0,2cc.
TEHNIK PENYUNTIKAN DI RAHANG ATAS

B. Penyuntikan blok pada N.


Nasopalatinus
 Sebaiknya tidak
mengeluarkan cairan
anestetikum dengan tekanan
sehingga akan keluar dengan
terlalu cepat karena akan
menimbulkan rasa tidak
nyaman.
 Jaringan akan menjadi putih
 Kebaalan akan cepat timbul.
TEHNIK INFILTRASI PADA DAERAH
PALATUM :

 Tujuan : jaringan gusi kira-kira 5-


10 mm dari gingival margin.
Dilakukan dengan cara penusukan
jarum yang mengarah 45 derajat
dari palatum. Ketebalan jaringan
biasanya sedalam 2-4 mm disemua
daerah.
Bevel jarum menghadap jaringan
lunak palatum.
Cairan anestetikum dikeluarkan
sebanyak 0,2 - 0,3 cc. Jarum
dikeluarkan secara perlahan.
ANESTESI BLOK RAHANG BAWAH TEHNIK FISCHER.

THE PTERYGOMANDIBULAR SPACE


ANESTESI BLOK RAHANG BAWAH TEHNIK
FISCHER.

 Posisi Pertama :
Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi
terakhir, kemudian digeser ke lateral untuk
mencari linea obliqua eksterna, lalu geser ke
median untuk mencari linea obliqua interna
(melalui trigonum retromolar).

Perhatikan punggung jari harus menyentuh


bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarum
dimasukkan kira-kira pada pertengahan
lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak
dianestesi yaitu regio premolar sampai terasa
kontak dengan tulang.
Anestesi Blok Rahang Bawah Tehnik Fischer (lanjutan).

 Posisi kedua :
Syringe digeser ke arah sisi yang akan
dianestesi, harus sejajar dataran oklusal,
jarum ditusukkan lebih lanjut sedalam
kurang lebih 6 mm, lalu aspirasi.
Bila aspirasi negatif, larutan anestesi lokal
dikeluarkan ½ cc untuk menganestesi N.
Lingualis.
Anestesi Blok Rahang Bawah Tehnik Fischer (lanjutan).

 Posisi ketiga :
Syringe digeser lagi ke arah posisi pertama namun
tidak penuh (regio caninus), jarum ditusukkan
lebih dalam menyusuri tulang kurang lebih 10-15
mm sampai terasa kontak jarum dengan tulang
terlepas.
Lakukan kembali aspirasi, bila negatif, larutan
anestetikum dikeluarkan 1 cc untuk menganestesi
N. Alveolarius inferior.
Anestesi Blok Rahang Bawah Tehnik Fischer
DAERAH KEBAALAN PADA ANESTESI BLOK
RAHANG BAWAH TEHNIK FISCHER
ANESTESI BLOK N. BUCCINATORIUS
(“BUCCAL NERVE BLOK”)

 Ditujukan untuk
menganestesi daerah pipi
dan membran mukosa
bukal (regio gigi molar)
ANESTESI BLOK N. BUCCINATORIUS
(“BUCCAL NERVE BLOK”)

 Tehnik (Metode Pertama) :


 Dilakukan pada coronoid notch (sedikit ke
median dari linea Obliqua ramus mandibula.
Mukosa bukal dan pipi ditarik. Topikal
anestetikum diulaskan keringkan  lalu
tusukkan jarum ke arah lateral dan distal di gigi
geraham terakhir setinggi diantara oklusal, 2 -
3 mm, aspirasi, cairan anestetikum dikeluarkan
0,5cc.
METODE YANG KEDUA :

 Pada mukosa vestibulum


mandibula dari gigi yang akan
di anestesi.
 Cabang terminal N.
buccinatorius yang diblok.
 Daerah teranestesi terbatas;
jaringan dipersiapkan, pipi
ditarik , tusukkan jarum sp di
bawah mukosa.
DAERAH KEBAALAN PADA PENYUNTIKAN BLOK N. BUCCINATORIUS
PENYUNTIKAN INTRALIGAMEN :

 Tehnik ini dapat menjadi tehnik yang efektif untuk


mencapai anestesi pada perawatan endodontik
dimana tidak ada suatu infeksi maupun infiltrasi
pada suatu gigi.
 Tehnik :
 Gigi sebaiknya dibersihkan dari plak dan karang
gigi.
 Jarum yang dipakai pendek (No. 30) ditusukkan ke
dalam sulkus gusi ke ligamen periodontal dengan
sudut 30 derajat terhadap sumbu panjang gigi.
PENYUNTIKAN INTRALIGAMEN (LANJUTAN)

 Tehnik :
 Tekanan disini harus kuat (karena yang akan dicapai
adalah jaringan periodontal).
 Disini akan dirasakan adanya rasa tolak balik dari
jaringan.
 Anestetikum yang dikeluarkan 0,25 – 0,5 cc secara
perlahan pada beberapa tempat yang berbeda.
JARUM DIINSERSIKAN KE DALAM LIGAMEN PERIODONTAL
PADA PERMUKAAN MESIO LABIAL DARI GIGI
INDIKASI
 Sebagai anestesi dari 1-2 gigi dari 1 kwadran
 Untuk menghindari blok anestesi dari 2 sisi (bilateral)
 Pada penderita dimana rasa baal merupakan keadaan yang sangat
tidak nyaman
 Pada penderita hemophilia, dimana penyuntikan blok merupakan
kontraindikasi.
 Pada perawatan gigi anak-anak (karena rasa baal akan menambah
risiko komplikasi pada jaringan lunak)
KONTRA INDIKASI
 Bila ada infeksi / inflamasi akut.
 Pada penderita yang memerlukan rasa baal untuk
“psychological comfort”

 Perhatikan :
Bila memakai cartridge, tidak dibenarkan
menyimpan sisanya dipakai pada penderita lain.
TEHNIK PENYUNTIKAN INTRAPULPA

Dilakukan bila ruang


pulpa terbuka
Anestesi dicapai baik
karena efek anestetikum
maupun karena tekanan
yang diberikan.
TEHNIK PENYUNTIKAN INTRAPULPA

Tehnik :
1. Masukkan jarum No. 25, ke dalam ruang pulpa
2. Sebaiknya jarum ditahan dengan kuat ke dalam ruang
pulpa
3. Masukkan anestestikum dengan tekanan.
4. Jarum dapat dibengkokkan bila diperlukan untuk
mencapai saluran akar.

Tehnik ini banyak digunakan untuk pekerjaan endodontik.


TEHNIK PENYUNTIKAN INTRAPULPA

Keuntungan :
 Onset cepat / segera
 Jumlah Anestetikum sedikit

Kerugian :
 “Brief pain”
 Mencapai saluran akar sulit
 Kebaalan kurang akibat kurangnya tekanan
THE WAND (COMPUTER-CONTROLLED
ANESTHESIA

Kontrol secara akurat : kecepatan dan tekanan aliran anestetikum


The WAND
power cord

Disposable:
cartridge holder
serpent
handpiece

Microprocessor control unit

foot control
(activation switch)
THE WAND

Foot Control
TRADITIONAL VS THE WAND

You might also like