Professional Documents
Culture Documents
R 45 &
AIRCRAFT REGISTRATION (CASR PART 47)
IDENTIFICATION AND REGISTRATION MARKING
(CASR PART 45)
47
Anggota kelompok:
- Rizky Jatilla Fazri
- Rony Erya Wardana
- Tamma Pasio
- Taufik Nur Fauzi
- Zikri Rahmando
●45.1 Applicability 45.1 Penerapan
Bagian ini menjelaskan persyaratan untuk:
● This part prescribes the requirements for:
a. Identifikasi pesawat, mesin pesawat dan
propeller yang di produksi dibawah type atau
a. Identification of aircraft, and identification of
production certificate
aircraft engines and propellers that are
b. Identifikasi part pesawat yang diproduksi
manufactured under the terms of a type or dibawah type atau production certificate
production c. Identifikasi bagian pengganti tertentu dan
bagian yang dimodifikasi untuk installasi pada
● certificate;
produk type certificated
certificate;
c. Identification of certain replacement and
modified parts produced for installation
on type certificated products; and
45.11 General
a. Aircraft and aircraft engines.
Aircraft covered under Section 21.182 of the CASRs must be identified, and
each person who manufactures an aircraft engine under a type
or production certificate shall identify that engine, by means of a fireproof plate that has the
information specified in section 45.13 of this
Part marked on it by etching, stamping, engraving, or other approved method of
fireproof marking. The identification plate for aircraft must
be secured in such a manner that it will not likely be defaced or removed during normal
service, or lost or destroyed in an accident. Except as provided in paragraphs c. and d. of this
section, the aircraft identification plate must be secured to the aircraft fuselage exterior so
that it is
legible to a person on the ground, and must be either adjacent to and aft of the rearmost
entrance door or on the fuselage surface near the
tail surfaces. For aircraft engines, the identification plate must be affixed to the engine at an
accessible location in such a manner that it will
not likely be defaced or removed during normal service, or lost or destroyed in an accident.
b. Propellers and propeller blades and hubs.
Each person who manufactures a propeller, propeller blade, or propeller
hub under the terms of a type or production certificate shall
identify his product by means of a plate, stamping, engraving, etching, or other approved method of fireproof
identification that is placed
on it on a non-critical surface, contains the information specified in Section 45.13, and will not be likely to be defaced or
removed during
normal service or lost or destroyed in an accident.
c. Manned free balloons.
For manned free balloons, the identification plate prescribed in paragraph
a. of this section must be secured to the balloon envelope and
must be located, if practicable, where it is legible to the operator when the balloon is inflated. In addition, the basket
and heater assembly
b.
must bePropeller, propeller
permanently andblades
legiblydan hub with the manufacturer’s name,
marked
part number (or equivalent) and serial number (or equivalent).
Tiap orang yang membuat propeller, propeller blades atau propeller hub dibawah type atau production certificate
harus mengidentifikasi produknya dengan memasang plat yang distempel, digores, diukir atau metode penandaan
tahan api yang disetujui yang ditempatkan pada permukaan bagian yang tidak kritis, berisi informasi yang dijelaskan
pada bagian 45.13, dan tidak akan tergores atau lepas pada penggunaan normal, atau rusak jika terjadi kecelakaan.
Untuk manned free balloon, plat identifikasi yang dijelaskan pada paragraph a bagian ini harus dipasang pada balon,
dan jika bisa, terbaca oleh operator ketika melayang. Sebagai tambahan, keranjang dan pemanas harus dirakit
secara permanen dan ditandai dengan nama pembuat, nomor bagian, dan nomor seri
d. On aircraft manufactured before December 27, 1993, the identification plate required by paragraph a. of this section
may be secured at an accessible exterior or interior location near an entrance, if the model designation and builder’s
serial number are also displayed on the aircraft fuselage exterior. The model designation and builder’s serial number
must be legible to a person on the ground and must be located
e. As an additional requirement of section 45.14, each person producing a part under the type or production certificate
must identify the part by a stamped, etched, engraved plate, or other approved method that is placed on a non-
essential surface and will not be scratched or dropped during storage or until used in the next assembly. The identification
required in this section includes the part number, serial number (if any) and stamp or signature or other acceptable
evidence that has passed the quality inspection by the manufacturer.
f. For powered parachutes and weight-shift-control aircraft, the identification plate described in paragraph a of this
section must be mounted on the outer fuselage of the aircraft so that it can be read by people on the ground.
d.Untuk pesawat yang dibuat sebelum 27 Desember 1993, plat identifikasi yang dibutuhkan pada paragraph a pada
bagian ini harus dipasang pada exterior bagian luar atau dalam yang dapat diakses dekat pintu masuk, jika
penandaan model dan nomor seri pembuat juga diperlihatkan pada bagian luar fuselage, penandaan model dan
nomer seri pembuat harus terbaca oleh orang di ground dan harus diletakkan dekat dengan pintu masuk belakang
atau pada permukaan fuselage dekat ekor. Penandaan model dan nomor seri pembuat harus ditampilkan sedemikian
rupa sehingga tidak akan tergores atau lepas saat penggunaan normal
e.Sebagai syarat tambahan dari bagian 45.14, tiap orang yang memproduksi part dibawah type atau production
certificate harus mengidentifikasi bagiannya dengan plat yang distempel, digores, diukir, atau metode lain yang
disetujui yang diletakkan pada permukaan yang kurang penting dan tidak akan tergores atau lepas saat penyimpanan
atau hingga digunakan pada perakitan selanjutnya. Identifikasi yang dibutuhkan pada bagian ini meliputi nomor part,
nomor seri (jika ada) dan stempel atau tanda tangan atau bukti yang dapat diterima lainnya yang telah lolos
f.pemriksaan
Untuk powered parachutes
kualitas dan weight-shift-control aircraft, plat identifikasi yang dijelaskan pada paragraph a pada
oleh pembuat
bagian ini harus dipasang pada fuselage pesawat bagian luar agar dapat dibaca oleh orang yang berada di ground
45.13 Data Identifikasi 45.13 Identification Data
a. The identification required in sections 45.11
a. Identifikasi yang dibutuhkan pada bagian a and b should include the following
45.11 a dan b harus meliputi informasi berikut: information:
1) Nama pembuat 1) Maker name
2) Penandaan model 2) Model marking
3) Nomor seri pembuat 3) Manufacturer's serial number
4) Nomor type certificate (jika ada) 4) Type certificate number (if any)
5) Nomor sertifikat pembuat (jika ada) 5) Manufacturer's certificate number (if any)
6) For aircraft engines, there is a rating
6) Untuk mesin pesawat, yang ada rating
7) For aircraft engines mentioned in CASR
7) Untuk mesin pesawat yang disebutkan pada part 34, the manufacturing date specified
CASR part 34, tanggal pembuatan yang in section 34.1, and the designation, which
dijelaskan pada bagian 34.1, dan penandaan, has been approved by the DGCA,
yang telah disetujui oleh DGCA, yang indicating compliance with the exhaust
menunjukkan pemenuhan dengan ketentuan commission provisions applicable to part
exhaust commission provisions yang berlaku pada 34. Approved markings include COMPLY,
part 34. Penandaan yang disetujui termasuk EXEMPT, and NON-ROI
COMPLY, EXEMPT, dan NON-ROI
45.14 Identifikasi komponen penting
Tiap orang yang memproduksi bagian yang waktu penggantian , waktu pemeriksaan, atau prosedur
yang berhubungan lainnya dijelaskan pada bagian Airworthiness Limitation dari maintenance manual
milik pembuat atau instruksi untuk Continued Airworthiness harus permanen dan tanda yang jelas
bahwa komponen dengan nomor part (atau yang setara) dan nomor serial (atau yang setara)
b. If the DGCA finds that a part is too small or it is not possible to mark it with the information required in
paragraph a. From this section, a label is attached to the part or part container and must describe
information that cannot be attached to the part. If the marking required in paragraph a.4) in this
section is so much that the marking on the label is not possible, the label attached to the part or part
container can refer to an existing manual or a catalog for parts with clear information.
45.16 Penandaan life-limited parts
Ketika diminta oleh orang yang memenuhi CASR bagian 43.10, pemegang type certificate atau
design approval untuk life limited part harus menyediakan instruksi penandaan, atau harus
menyatakan bahwa part tersebut tidak dapat ditandai tanpa mengorbankan keutuhannya. Sesuai
dengan paragraph ini mungkin dapat dibuat dengan menyediakan instruksi penandaan di dalam
dokumen yang telah tersedia, seperti maintenance manual atau Instruction for Continued Airworthiness.
a. Tanda Identifikasi
Tanda identifikasi pada pesawat yang terdaftar pada bagian ini terdiri dari Tanda Kebangsaan dan Tanda
Pendaftaran. Tanda Kebangsaan harus mendahuui tanda pendaftaran dan dipisahkan dengan tanda hubung.
b. Tanda Kebangsaan
PK=Pays Kolonie (bahasa Belanda yang berarti negeri jajahan atau wilayah kolonial)
c. Tanda Pendaftaran
2. Kombinasi huruf untuk tanda pendaftaran tidak boleh digunakan jika membingungkan dengan kombinasi 5 huruf
yang digunakan pada kode sinyak internasional.
45.21 Identification Mark Assignments
a. Identification Marks
The identification mark on the aircraft registered in this section consists of the National Mark and the Registration Mark. Nationality
Marks must precede the registration mark and are separated by a hyphen.
b. National Mark
Nationality signs must use the letters PK
PK = Pays Kolonie (Dutch which means a colony or colonial territory)
c. Registration bunches
1. The registration mark is determined by the DGCA, and consists of 3 letters
2. The letter combination for the registration mark may not be used if it is confused with the 5 letter combination used in the
international signal code.
INDONESIA CODE: XY-ABC
Disebut sebagai nomor registrasi pesawat terbang. Atau dikenal dengan nomor ekor pesawat terbang.
Berfungsi layaknya plat nomor kendaraan bermotor (motor dan
mobil)
Terdiri dari dua bagian, yaitu Kode Prefix (awalan) = XY dan Kode Suffix (akhiran) = ABC.
Umumnya kedua bagian kode dipisahkan dengan tanda ' - '
Referred to as the aircraft registration number. Otherwise known as the tail number of an airplane.
Functions like a motorized vehicle number plate (motorbike and
car)
Consists of two parts, namely the Prefix Code (prefix) = XY and the Suffix Code (suffix) = ABC.
Generally the two parts of the code are separated by a '-'
Kode Prefix ( XY- )
1. Umumnya terdiri dari 2 karakter, namun ada juga yang 1 atau 3 karakter dengan kombinasi huruf
dan angka.
2. Menunjukkan wilayah atau negara di mana pesawat tersebut berasal.
3. Dikenal sebagai kode International Prefix, Atau
Nationality Mark ( Tanda Kebangsaan).
4. Pembagian kode ini diatur dan dikeluarkan oleh ICAO
5. Sebagai contoh, untuk Indonesia menggunakan kode prefix PK, kemudian diikuti kode suffix untuk
masing-masing jenis pesawat. Ini berarti setiap pesawat terbang sipil yang nomor registrasinya
berawalan (prefix) PK, berarti pesawat terbang tersebut berasal dari Indonesia. Masing-masing
negara memiliki kode prefix-nya sendiri-sendiri. Ini bisa di lihat pada tabel di bawah tulisan ini.
1. Generally consists of 2 characters, but some are 1 or 3 characters with a combination of letters
and numbers.
2. Shows the region or country where the aircraft originated.
3. Known as the International Prefix code, or Nationality Mark (Nationality Mark).
4. This code sharing is regulated and issued by ICAO.
5. For example, for Indonesia, the PK prefix code is used, followed by the suffix code for each type
of aircraft. This means that any civil aircraft whose registration number starts with (prefix) PK, means
that the aircraft originates from Indonesia. Each country has its own prefix code. This can be
seen in the table below this paper.
Kode Suffix ( -ABC )
Umumnya terdiri dari 3 karakter, namun ada juga yang lebih dari 3 karakter.
Disebut juga Registration Mark.
Ditetapkan oleh lembaga yang mengurusi penerbangan sipil di masing-masing negara.
Untuk Indonesia kode suffix ini diatur oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di bawah
Departemen Perhubungan (Menteri Perhubungan).
Kode suffix ini merujuk pada masing-masing pesawat terbang yang berarti setiap pesawat
terbang memiliki kode suffix-nya masing-masing.
Pendaftaran pesawat udara sipil dibuat dan disimpan oleh Direktur Jenderal dan harus mencatat dalam register
informasi-informasi berikut berkenaan dengan setiap pesawat sipil yang terdaftar di Indonesia nomor sertifikat,
kewarganegaraan dan tanda registrasi, desain pabrik, nomor seri pesawat, nama dan alamat pemilik dan
operator terdaftar, tanggal entri dibuat di register dan jenis operasi pesawat.
47.5 Eligibility for registration
An aircraft shall be eligible for registration in Indonesia only when theaircraft is
a. Not registered in other country, and
b. Owned by Indonesian citizen or Indonesian legal entity, or
c. Owned by a foreign citizen or foreign legal entity and operated by an Indonesian citizen or Indonesian legal
entity for a minimum utilizationperiod of 2 (two) years, or
d. Owned by government agency or regional government and the aircraftis not utilized for law enforcement
mission, or
e. Owned by a foreign citizen or foreign legal entity whose aircraft is inpossession of an Indonesian legal entity, or
f. All duties due and payable under the laws of Indonesia in respect of the importation of the aircraft into
Indonesia have been paid,
g. All insurance required by Article 62of Aviation LawNo. 1 Year 2009 have been covered.
47.5 Persyaratan untuk registrasi
Suatu pesawat udara berhak untuk didaftarkan di Indonesia hanya jika pesawat itu memenuhi syarat.
A. Tidak terdaftar di negara lain, dan
b. Dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia, atau
c. Dimiliki oleh warga negara asing atau badan hukum asing dan dioperasikan oleh warga negara Indonesia atau
badan hukum Indonesia untuk jangka waktu penggunaan paling singkat 2 (dua) tahun, atau
d. Dimiliki oleh instansi pemerintah atau pemerintah daerah dan pesawatnya tidak digunakan untuk misi
penegakan hukum, atau
e. Dimiliki oleh warga negara asing atau badan hukum asing yang pesawatnya dimiliki oleh badan hukum
Indonesia, atau
f. Semua bea yang jatuh tempo dan harus dibayar berdasarkan hukum Indonesia sehubungan dengan impor
pesawat ke Indonesia telah dibayar,
g. Semua asuransi yang disyaratkan oleh Pasal 62 UU Penerbangan 1 Tahun 2009 telah tercakup.
47.7Applicant
Applicant who wishes to register an aircraft in Indonesia must be an Indonesian Citizen or Legal Body under the
Law of the Republic of Indonesia.
47.7 Pemohon
Pelamar yang ingin mendaftarkan pesawat di Indonesia harus warga negara Indonesia Warga Negara atau
Badan Hukum berdasarkan Hukum Republik Indonesia.
47.9Evidence of ownership
a. Each person who submits an application for aircraft registration under this part shall also submit the required
evidence of ownership.
b. The evidence of ownership maybe in the form of Bill of Sale or Grant Certificate/Documentor other form as
acceptable by Director General.
47.9 Bukti kepemilikan
A. Setiap orang yang mengajukan permohonan registrasi pesawat di bawah bagian ini juga harus menyerahkan
bukti kepemilikan yang disyaratkan. b. Bukti kepemilikan dapat berupa Bill of Sale atau Grant Sertifikat /
Dokumen atau bentuk lain yang dapat diterima oleh Dirjen
47.11 Appointment to act on behalf of more than one owner
If an aircraft is owned by more than one person, itmust be appointedone to act on their behalfin order to register
the aircraft.
47.11 Penunjukan untuk bertindak atas nama lebih dari satu pemilik
Jika sebuah pesawat terbang dimiliki oleh lebih dari satu orang, itu harus ditunjuk satu untuk bertindak atas
nama mereka untuk mendaftarkan pesawat.