You are on page 1of 59

Research on:

Indonesian Non State


(Private) Providers
Principle Investigator: Laksono Trisnantoro
Research Fellows: Andreasta Meliala, Shita Dewi, Hasanudin
Research Assistants: Ki Hariyadi, Deni Harbianto

Center for Health Service Management


Gadjah Mada University
in collaboration with
Nossal Institute, University of Melbourne
Ahmer Ahtar, Krishna Hort
Content
1. Background: Historical and health finance
context
2. Boundaries of Non-State Providers
3. Research Objectives
4. Sub-studies
5. Publication Plan
Historical Perspective
Sumber: dalam buku Trisnantoro, 2004

Before 1945 • Colonial Period


1945 - 1965 • Independence and the
“Old Order”
1965 - 1999 • “New Order”
1999 - at • Decentralized era
present
Colonial Period (before 1945)
• The Dutch Indie was not administered as a welfare
state
• Health services were provided for government
employees, military personnel, and big company
employees.
• Missionary hospitals and health services worked with
limited coverage (since end of 19th century)
• The missionary hospitals were the origin of current
private providers
1945 - 1965
• The period of market forces suppression
• There was no clear national health financing
policy.
• There was an Act on poor family health
services in 1953, but poorly implemented.
• Health insurance and social security is limited
for government employees, military
personnel, and big company employees.
1965-1998
• The market economy was introduced
• The private sector growth rapidly, incl, for
profit hospitals.
• There is a corporatization of medical services
based on market forces
• There was no clear regulation of health
market
• 1997: Economic crisis induced the Social
Safety Net incl. Health.
1999 - current
• Decentralization era • More populist policies
since the stepdown of at national,provincial,
Suharto in 1998 and district level
• Direct Presidential and • Poor family has free
Governor/Major health and hospital
election services
• Poor family scheme
becomes political issue
Historical Facts
• Indonesia is not a • Hospitals operate
welfare state since the within market ideology
colonial era
• Medical Doctors (esp.
• Indonesia has market
specialists) operates
based economy
based on the
• Indonesian health
fundamental demand
system refers to
American model using and supply principles.
Safety Net, not the
British one.
Indonesian health finance
situation
Study by Equitap Group

10/15/21 10
In 2001

10/15/21 11
In 2007

10/15/21 12
10/15/21 13
The market forces domination in Indonesia

10/15/21 14
2. Boundaries of Non-
State Providers
Non-state providers Categories
• (1) individual; and • This research is
• (2) institutional concerned with the
providers. institutional providers
Individual providers are
western medicine
practioners, traditional or
individual healers.
These individual providers can
be government employees
but having private practice.
Categories of institutional private providers,
based on Laws
Society Foundation Company
(Non-for- (Non-for- (For Profit)
profit) profit)
Primary Health Indonesian Example: Example:
Care NGOs Christian SOS
International Foundation
NGOs

Secondary Hospital Hospital Hospital


Health Care owned by Owned by Owned by
Society Foundation Company
3. Research Objectives
Purpose
• This research will compile, facilitate access to,
and make available existing information on
the non state (institutional private) providers
in Indonesia.
• To produce a series of analytical products of
policy relevant issues that will be a useful tool
for policy makers in the national and
provincial levels.
 
Specific Objective of research
To analyse the way in which the regulatory,
policy, economic and incentive environments
in Indonesia influences:
- the role of non-state health care providers.
- Non-state contribution to the performance of
the health system, and to identify potential
scenarios of future development and their
policy implications.
•4. Sub-Studies
1. The Development of Non-state
providers in Indonesia 1800 – 2008

2. The private providers for primary health care in


Indonesia
3. The dynamic development of private hospitals in
Indonesia 1998-2008
4. Equity aspect of private hospitals in Indonesia
5. The ownership of Indonesian private hospitals and
its managerial problems

6.Indonesian policy for private


hospitals
Paper hari ini:

Penyajian hasil sementara sub-study 3


Perkembangan dinamis
rumahsakit swasta di Indonesia:
1998 – 2008

Bagaimana masa depan RS Non-


profit
Latar-belakang:
RS swasta (653) dapat • Yayasan dan
dibagi menjadi tiga perkumpulan
kelompok berdasarkan merupakan kelompok
bentuk hukum yaitu: yang tidak mencari
• Yayasan, untung (non-for-profit)
• Perkumpulan, dan • PT merupakan
• PT. kelompok yang mencari
untung (for-profit).
Penelitian ini bertujuan:
• Situasi perkembangan rumahsakit berbentuk
Yayasan, Perkumpulan dan PT dari tahun
1998-2008
• Bagaimana pola pertumbuhan dan prospek
masa depannya
Cara:
• Time series analysis.
• Data berasal dari registrasi RS di Departemen
Kesehatan.
• Data kuantitatif dianalisis dengan studi kasus
di Yogyakarta dan Jakarta.
Hasil
• Selama 10 tahun terakhir
pertumbuhan RS Swasta
di Indonesia lebih besar
(2,91 % rata-rata per
tahun) dari RS
pemerintah (1,25 % rata-
rata per tahun).
Jumlah RS Swasta di 2008
Proporsi RS Menurut Jenis Kepemilikan, 2008
4.4% 13.8%

81.8%
Perusahaan Yayasan Perkumpulan/persyarikatan
Dalam waktu lima tahun terakhir:
• rumahsakit swasta berbentuk perseroan
terbatas naik dua kali lipat menjadi 85.
• Pertambahan terutama di daerah-daerah
dengan ekonomi kuat.
Number of private hospitals is increasing more
than government ones.
• Number of For-Profit Private-Hospital almost doubled
in the last five years
• Number of Non-For-Profit-Private Hospital almost
remained the same
03 04 05 06 07 08
Owner
For Profit 49 52 55 60 71 85
Corporation
Non-Profit 530 538 538 538 539 539
(Foundation)
Non-Profit 27 27 28 28 28 29
(NGOs)
606 617 621 626 638 653
Total
• RS yayasan mengalami pertumbuhan antara
tahun 1998 sampai dengan 2002.
• Setelah itu jumlah RS yayasan tidak
bertambah secara signifikan.
• RS Perkumpulan sedikit bertambah pada
tahun 2001.
Migrasi
• Selama 10 tahun terjadi perpindahan bentuk
(migrasi) RS Swasta.
• Ada 26 RS Yayasan berubah menjadi RS PT.
• Sebaliknya 5 RS PT berubah menjadi RS
Yayasan.
• Sebagian besar RS yang melakukan migrasi
berada di kota-kota besar.
Pembahasan
•  Perkembangan • Non-for Profit
kepemilikan • For-Profit
KelompokNon-Profit
• Kelompok Keagamaan: Islam dengan berbagai
kelompok, dimana yang terbesar adalah
MKKM (Muhammadyah), Kelompok Kristen
adalah Pelkesi dan YAKKUM sebagai salahsatu
kepemilikan. Kelompok Katolik adalah
PERDHAKI dengan banyak sub-kelompok.
• Kepemilikan oleh Dokter
• Kepemilikan oleh Lembaga Kemanusiaan.
Kelompok for profit
• dimiliki oleh perorangan, kelompok, atau
perusahaan yang menanamkan modal di
rumahsakit.
Dapat dibagi menjadi:
• Kelompok jaringan, (misal kelompok Bunda,
Hermina, Eye-Centers, Gleneagles),
• Kelompok Soliter
Studi Kasus di Yogyakarta
• RS Keagamaan terus berkembang
• RS swasta Yayasan milik para dokter
mengalami kemunduran.
RS Panti Rapih
RS Bethesda
RS Yap
RS milik dokter
RS milik kelompok kemanusiaan
RS milik dokter
RS milik Yayasan
Studi kasus di Jakarta
• RS Yayasan dan Perkumpulan milik
keagamaan terdesak oleh pertumbuhan
berbagai rumahsakit swasta berbentuk PT dan
RS pemerintah.
Observasi terhadap Komposisi
Pasar
Kemampuan Canggih Sedang Sederhana
Sosial Ekonomi

Tinggi Overseas and Overseas Premium Private


Premium Private Premium Private Hospitals
Hospitals Hospitals Private practice

Menengah Private Hospitals Private Hospitals Private Hospitals


MoH Hospitals District Hospitals District Hospitals
Private Practice

Rendah MoH Hospitals District hospitals Community


Practice
District Hospital
Kemampuan Canggih Sedang Sederhana
Sosial Ekonomi

Tinggi Overseas and Overseas Premium Private


Premium Private Premium Private Hospitals
Hospitals Hospitals Private practice

Menengah Private Hospitals Private Hospitals Private Hospitals


MoH Hospitals District Hospitals District Hospitals
Private Practice

Rendah MoH Hospitals District hospitals Community


Practice
District Hospital
Lokasi RS-RS Keagamaan dan yang berbentuk PT
Pembahasan 2
• Mengapa RS berbentuk PT dapat lebih
berkembang?
Berbagai Faktor
• Faktor kemampuan usaha dan UU yang
melandasi
• Faktor lokasi
• Faktor dokter spesialis
• Faktor pasien dan prinsip subsidi silang yang
keliru
Pembahasan 3:Ketidak jelasan
definisi profit dan non-profit

• Mengapa ada migrasi yang tidak seimbang.


• Lebih banyak yang berubah dari Yayasan ke PT
dibanding sebaliknya
Perilaku Organisasi
Kepemilikan RS berdasarkan UU
Perilaku organisasi Perkumpulan Yayasan Perseroan
terhadap Laba (UU Yayasan) Terbatas
(UU PT)
Laba dipergunakan Legal Legal Legal
untuk
perkembangan
organisasi agar
lebih baik dalam
menjalankan
tugasnya
Membagi/membaya Illegal Illegal
rkan Laba ke pihak
yang dianggap
sebagai pemilik
Membagikan Laba Legal
ke pemegang saham
perusahaan
Kekaburan terjadI:
• Adanya keadaan dimana rumahsakit Yayasan
sebenarnya beroperasi seperti rumahsakit
perusahaan.
• Ada beberapa pengamatan dan penelitian
yang menunjukkan bahwa rumahsakit
berbentuk Yayasan memberikan semacam
“sisa hasil usaha” kepada pihak yang dianggap
sebagai pemilik.
Kekaburan statusmembuat sulit
membedakan pengenaan pajak:
Plus, beberapa hal lain yang sulit membedakan
pengenaan pajak:
• SDM, khususnya dokter dibayar sangat tinggi sehingga tidak
mencerminkan nilai kemanusiaan RS
• Kerjasama dengan swasta yang For Profit dalam bentuk
leasing ataupun kerjasama dengan perusahaan farmasi yang
menimbulkan kesan rumahsakit tidak ada masalah keuangan
• Pimpinan RS non-profit yang tidak menyadari perbedaannya
dengan RS for-profit.
Perbandingan dengan negara lain:
• Situasi tidak ada pembedaan perlakukan pajak
tidak ada di Amerika Serikat dan Australia yang
mempunyai banyak RS Swasta. Negara yang
kapitalis ini memberikan pembedaan pajak
pada rumahsakit yang memberikan pelayanan
sosial.
•  Vietnam tidak mempunyai RS Non-profit.
Semua RS Swasta di Vietnam bersifat Profit dan
mendapat keringanan pajak.
Kegiatan melayani masyarakat
miskin meningkat
• Dalam waktu lima tahun terakhir jumlah
pasien yang didanai Jamkesmas meningkat.
• Pembayaran oleh Jamkesmas ada
kemungkinan masih di bawah unit cost
Kesimpulan:
• Akibat pengaruh persaingan dan tekanan pasar, bentuk
hukum rumahsakit yang lebih dipilih oleh penyelenggara RS
adalah Perseroan Terbatas.
• RS berbentuk PT di Jakarta lebih gesit dan mempunyai sistem
manajemen yang didukung tata kelola dengan UU yang
mantap.
• RS non-profit mempunyai kewajiban melayani masyarakat
bawah dalam misinya.
• Pola pertumbuhan ini menunjukkan bahwa masa depan RS
Yayasan dan Perkumpulan terlihat suram tanpa ada perbaikan
sistem manajemen dan insentif pajak
Saran:
• Pengelola rumahsakit Yayasan dan
Perkumpulan perlu memperhatikan situasi
persaingan saat ini dan memperhatikan sistem
manajemen agar menjadi lebih efisien.
• Pemerintah Indonesia perlu memberlakukan
sistem perpajakan rumahsakit agar lebih
membantu RS yang mempunyai misi melayani
masyarakat miskin
Terimakasih

You might also like