You are on page 1of 30

Gangguan Kebutuhan

Eliminasi Pada Pasien


Dengan Kasus Kanker
Kolorektal
KELOMPOK
1.
2.
3.
4.
1Apriani Dwi Susanti
Anindita Ariani N
2010701012
2010701015
Isna Inayah Cahyaningtyas 2010701017
Nur Syifa Putri Shabirah2010701019
5. Dewi Sapitri 2010701033
6. Bunga Qosimah RaseL 2010701058
7. Aziza Aziz 2010701071
8. Latifah Rahmah Andini 2010701076
Definisi
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca Colon atau Kanker Usus
Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum,
dan appendix (usus buntu) Kanker colon/usus besar adalah tumbuhnya
sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rectum.
(Boyle & Langman, 2000 : 805).

Kanker colon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh
pada colon dan menginvasi jaringan sekitarnya.(Tambayong, 2000:
143).

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker


kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak
sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah
teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah
serat.

Terdapat tiga etiologi utama kanker colon (Davey, 2006 : 334) yaitu
1. Diet: Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan, kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon: Degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma
b. Familial poliposis : Polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma
c. Kondisi ulserative: Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena
karsinoma kolon
3. Genetik: Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya
sehat
Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus
parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen
dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang
pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemoragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar
getah bening regional, M = jarak metastese).
T Tumor primer
N2 Metastasis ke kelenjar
TO Tidak ada tumor
regional bilateral
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
N3 Metastasis multipel ekstensif
T2 Invasi ke dinding otot ke kelenjar regional
T3 Tumor menembus dinding otot M Metastasis jauh
N Kelenjar limfa MO Tidak ada metastasis jauh
N0 tidak ada metastase MI Ada metastasis jauh
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:
A Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasiso

B1 Kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa

B2 Kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria

C1 Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening


sebanyak satu sampai empat buah
C2 Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih
dari 5 buah.
D Kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi
Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti,
namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian
kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar
dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi
oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologi (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel).
Munculnya kanker kolon biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang
kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak jaringan
normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya.
Lanjutan
Kanker kolon dapat berupa masa poliploid, besar, tumbuh ke dalam
lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura
annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi
rektosigmoid, sedangkan lesi poliploid yang datar lebih sering terjadi
pada sekum‘ dan kolon asendens. Kanker kolon dapat menyebar melalui
:
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe
perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah balik ke sistem portal.
Pathway
Kasus
Seorang pasien Tn. S, Usia 45 tahun, dengan diagnosa kanker kolon stadium IV
(T4,N1,M1). berat badan 48 kg, tinggi badan 164 cm, IMT 17,8. Riwayat kesehatan pasien
dengan sakit seperti ini sudah dimulai sejak bulan Oktober 2018. Hasil pemeriksaan
patologi anatomi (PA) pasien terdiagnosa kanker kolon stadium IIIb. Pasien pernah
mendapat kemoterapi sampai terjadi luka ekstravasasi akibat pemberian kemoterapi daerah
pada mata kaki kiri, namun saat ini hanya terlihat bekas lukanya. Pasien di RSKD
diberikan kemoterapi selama 6 kali dan 1 kali remisi. Pada tanggal 20 pebruari 2014 pasien
dilakukan operasi laparotomi untuk penutupan kolostomi. Satu minggu setelah itu pasien
mengeluh tidak bisa buang air besar dan sudah diberikan tindakan, namun tetap tidak ada
perubahan. Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh bagian bekas jahitan
laparotomi di perutnya perutnya terasa nyeri seperti berdenyut, hilang timbul dengan skala
nyeri 6, pasien meringis saat menahan nyerinya ketika merubah posisi setengah duduk, saat
ini pasien hanya terbaring, setiap mobilisasi miring kanan atau kiri pasien terlihat menahan
nyeri. Pada perut bagian kuadran 3 terpasang selang klem terbuka dengan produksi cairan
yang berwarna kehijauan dengan konsistensi cair sejumlah 900cc.
Lanjutan
Terdapat luka jahitan stapler laparotomi mulai dari daerah gaster sampai
dibawah umbilikus dengan panjang luka ± 10 cm, sekitar luka
kemerahan, dari jahitan yang sepertiga atas dan tengah keluar cairan
yang berwarna hijau sejumlah 450cc, dan pus. Jumlah urin 750.
Auskultasi: bising usus 3 kali/mnt, teraba distensi, di sebelah kuadran
kanan atas teraba keras. terpasang infus triway dengan line I amiparen
per 12 jam dan line II NaCl 0.9% per 12 jam. Pasien memiliki riwayat
merokok 1 bungkus tiap hari dan suka mengkosumsi mie instan. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan komposmentis, keadaan umum pasien
sakit sedang dengan kesadaran, status ECOG performance (eatern
cooperative oncology group) 4. Observasi tandatanda vital; tekanan
darah 110/80 mmHg, nadi 96x/mnt, pernafasan 22 x/mnt, suhu 37,2o C.
Lanjutan
Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, murmur (-), gallop (-). Capillary Refill <
3 detik, akral hangat, wheezing (-), ronchi (-), batuk (-), vocal fremitus
simetris paru kanan-kiri, gerakan paru simetris, retraksi suprasternal tidak
ada. Hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 10,9 g/dl, lekosit
18,31.103 /μL, trombosit 398 x 103 /μL, eritrosit 4.98 106 /μL dan
hematokrit 43.7% sedangkan hasil pemeriksaan natrium (Na+) 137
mmol/L, kalium (K+) 3.5 mmol/L, dan clorida (CL- ) 98,1%. Pemeriksaan
albumin total 5,6 g/dl, albumin 2,6g/dl dan globulin 3,0 g/dl, sedangkan
urem 38 mg/dl dan kreatinin 0,47 mg/dl. Terapi medis pasien mendapatkan;
infus NaCl 0,9% dosis 500 cc tiap 12 jam melalui intravena, amiparen dosis
500 cc tiap 12 jam melalui intravena, tramadol 100 mg melalui intravena
tiap 8 jam, cefotaksim 1 gram tiap 12 jam melalui intravena, dan
parasetamol 3 x 1 tab, serta diet cair 100 cc tiap 6 jam.
Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
1. Pasien mengatakan nyeri bagian 1. Pasien tampak meringis menahan
perut Skala nyeri 6 (1-10) sedang nyeri
2. Pasien mengatakan menahan nyeri 2. Pasien terlihat hanya bisa berbaring
di abdomen saat setengah duduk 3. Pasien terlihat lemah
3. Pasien mengeluh tidak bisa BAB 4. Aktifitas pasien terlihat dibantu
selama 1 minggu keluarga
4. Pasien mengatakan adanya cairan 5. Perut pasien teraba keras
pada bekas jahitan operasi 6. KU: Sedang
5. Pasien mengatakan sulit bergerak 7. Tingkat kesadaran komposmentis
6. Pasien mengatakan tidak bisa 8. Hasil TTV
7. Pasien mengatakan tidak mampu TD:110/80 mmHg
beraktifitas secara mandiri N: 96x/menit
8. Pasien mengatakan tubuhnya lemas RR: 22 x/menit
S:37,2
Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
P : Nyeri terasa 8. Pada perut bagian kuadran 3 terpasang selang klem
saat melakukan terbuka dengan produksi cairan berwarna kehijauan
aktivitas sedikit dengn konsistensi cair sejumlah 900cc
Q : Nyeri seperti 9. Terdapat luka jahitan stapler laparotomi mulai dari
berdenyut daerah gaster sampai dibawah umbilikus dengan
R : Nyeri terasa panjang luka kurang lebih 10 cm, sekitar luka
dibagian bekas kemerahan, dari jahitan yang sepertiga atas dan
jahitan laparrotomi tengah keluar cairn yang berwarna hijau sejumlah
bagian perut 450cc
S : Skla nyeri 6 10.Jumlah urin 750
T : Nyeri hilang 11. Bising usus 3 x/menit
timbul 12.Teraba distensi
13.terpasang infus triway dengan line I amiparen per 12
jam dan line II NaCl 0.9% per 12 jam
Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi

1 Ds: Nyeri Kronis Penekanan syaraf di


1. Pasien mengatakan nyeri bagian perut Skala dinding kolon
nyeri 6 (1-10) sedang
2. Pasien mengatakan menahan nyeri di abdomen
saat setengah duduk
P : Nyeri terasa saat melakukan aktivitas sedikit
Q : Nyeri seperti berdenyut
R : Nyeri terasa dibagian bekas jahitan laparrotomi
bagian abdomen kanan atas
S : Skla nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul
Do:
3. Pasien tampak meringis menahan nyeri

2 Ds :- Defisit Nutrisi Ketidakmampuan


Do : mengabsorbsi nutrient
1. IMT 17,8 (sangat kurus)
2. Berat badan 48 kg, Tinggi badan 168 cm
3. Bising usus 3x/menit
4. Distensi abdomen
Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
3 Ds : Gangguan Integritas Perubahan
1. Pasien mengatakan adanya cairan pada kulit sirkulasi (mis.
bekas jahitan operasi
Sirkulasi
Do :
defekasi)
2. Kerusakan jaringan
3. Kulit kemerahan disekitar jahitan
4. Nyeri
Intervensi Keperawatan
No Dx Kriteria Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 2x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
dapat menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
2. Meringis menurun dan memperingan nyeri
3. Anoreksia menurun 5. Berikan Teknik non-farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat tidur
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Intervensi Keperawatan
No Dx Kriteria hasil Intervensi
2. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nutrisi
keprawatan 2x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan fungsi 2. Identifikasi makanan yg disukai
gastrointestinal dapat 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
membaik dengan kriteria 4. Monitor asupan makanan
hasil : 5. Monitor berat badan
1. Nyeri abdomen menurun 6. Monitor hasil laboraturium
2. Sitensi abdomen menurun 7. Lakukan oral hygene sebelum makan
3. Frekuensi BAB membaik 8. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Peristaltik usus membaik 9. Berikan suplemen makanan
10. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
11. Anjurkan diet yang diprogramkan
12. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri)
13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrientyang dibutuhkan
Intervensi Keperawatan
No. Dx Kriteria hasil Intervensi
3. Setelah dilakukan Tindakan Perawatan luka
keprawatan 2x24 jam 1. Monitor karakteristik luka (drainase,
diharapkan integritas kulit dan warna, ukuran, bau)
jaringan dapat meningkat 2. Monitor tanda-tanda infeksi
dengan kriteria hasil : 3. Lepaskan balutan dan plester secara
1. Kerusakan jaringan perlahan
menurun 4. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
2. Kerusakan lapisan kulit pembersih non-toksik
menurun 5. Berikan salep yang sesuai ke kulit
3. Nyeri menurun 6. Pasang balutan sesuai jenis luka
4. Kemerahan menurun 7. Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
8. Kolaborasi pemberian antibiotik
Implementasi Keperawatan
No. Dx Tanggal/Jam Implementasi
1. 07-02-2022 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi,
08.00 WIB kualitas, intensitas nyeri.
2. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri

2. 07-02-2022 1. Identifikasi status nutrisi


10.00 WIB 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Monitor hasil laboraturium
6. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7. Berikan suplemen makanan
Implementasi Keperawatan
No. DX Tanggal/Jam Implementasi
3. 07-02-2022 1. Memonitor karakteristik luka (drainase, warna,
10.00 WIB ukuran, bau)
2. Memonitor tanda-tanda infeksi
3. Melepaskan balutan dan plester secara
perlahan
4. Membersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih non-toksik
Implementasi Keperawatan
No. Dx Tanggal/Jam Implementasi

1. 08-02-2022 1. Mengidentifikasi skala nyeri


09.00 WIB 2. Memfasilitasi istirahat tidur
3. Menjelaskan strategi meredakan nyeri

2. 08-02-2022 1. Monitor berat badan


10.30 WIB 2. Lakukan oral hygene sebelum makan
3. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Berikan suplemen makanan
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Anjurkan diet yang diprogramkan
7. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri)
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan
Implementasi Keperawatan

No. Dx Tanggal/Jam Implementasi


3. 08-02-2022 1. Memonitor karakteristik luka (drainase, warna,
10.30 WIB ukuran, bau)
2. Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
non-toksik
3. Memberikan salep yang sesuai ke kulit
4. Memasang balutan sesuai jenis luka
5. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Evaluasi Keperawatan
No. Dx Tanggal/Jam Evaluasi

1. 07-02-2022 S: - Pasien mengatakan masih merasa nyeri


15.30 WIB - P: pasien mengatakan masih merasa nyeri ketika merubah posisi
- Q: pasien mengatakan nyeri masih terasa seperti berdenyut
- R: pasien mengatakan nyeri masih terasa pada bekas jahitan
abdomen kanan atas
- S: pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 5
- T: nyeri masih mucul hilang timbul, durasi berkurang dari 10 menit
menjadi 5 menit
O: Pasien tampak meringis
A: nyeri kronis belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

1. Identifikasi skala nyeri


2. Fasilitasi istirahat tidur
3. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Evaluasi Keperawatan
No. Dx Tanggal/Jam Evaluasi

2. 07-02-2022 S: Pasien mengatakan tidak nafsu makan


16.00 WIB O: tampak porsi makan yang dihabiskan ½ porsi dan berat badan
klien masih 48 kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

1. Monitor berat badan


2. Lakukan oral hygene sebelum makan
3. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Berikan suplemen makanan
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Anjurkan diet yang diprogramkan
7. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri)
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
Evaluasi Keperawatan

No. Tanggal & Evaluasi


Dx jam
3. 07-02-2022 S: Pasien mengatakan luka masih basah
16.00 WIB O: Luka masih mengeluarkan puss
A: gangguan integritas kulit dan jaringan belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

1. Monitor intake dan output cairan


2. Hitung kebutuhan cairan
3. Ajurkan memeperbanyak asupan cairan oral
4. Kolaborasi pemeberian cairan IV (mis. Nacl,RL)
Evaluasi Keperawatan
No. Dx Tanggal/Jam Evaluasi
1. 08-02-2022 S: - Pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang
15.30 WIB - P: pasien mengatakan masih nyeri ketika merubah posisi
- Q: pasien mengatakan nyeri masih terasa seperti berdenyut
- R: pasien mengatakan nyeri masih terasa pada jahitan di abdomen
kanan atas
- S: pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 4
- T: nyeri masih hilang timbul dan durasi berkurang dari 5 menit
menjadi 2 menit
O: Pasien masih tampak meringis Ketika merubah posisi
A: nyeri kronis belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

1. Berikan Teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Evaluasi Keperawatan
No. Dx Tanggal/Jam Evaluasi
2. 08-02-2022 S: Pasien mengatakan nafsu makan membaik
16.00 WIB O: tampak porsi makan dihabiskan dan berat badan klien menjadi 49
kg
A: deficit nutrisi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

1. Identifikasi status nutrisi


2. Identifikasi makanan yg disukai
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Monitor hasil laboraturium
6. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7. Berikan suplemen makanan
Evaluasi Keperawatan
No. Dx Tanggal/Jam Evaluasi
3. 08-02-2022 S: -
16.00 WIB O: Puss tampak berkurang tetapi kulit sekitar jahitan masih
kemerahan
A: gangguan integritas kulit belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan


2. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih non-toksik
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4. Kolaborasi pemberian antibiotik

You might also like