You are on page 1of 40

Laporan Pendahuluan Asuhan

Keluarga Berencana
Pencabutan IUD
Disusun Oleh :
Novia Shinta Putri (200550011)
Pengertian Keluarga Berencana
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran.
KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses yang
disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu
kelahiran (Prijatni, 2016).
Pengertian Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari konsepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk
itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-
duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen (Wahyuningsih,
2018).
Pengertian Akseptor Keluarga
Berencana

Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk


memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Akseptor
KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan
melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor atau peserta KB
baru, yaitu PUS yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah
mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau
persalinan (Yulizawati, 2020).
Jenis-Jenis Akseptor Keluarga
Berencana
Menurut Matahari (2018), adapun jenis-jenis akseptor KB, yaitu:
● Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
● Akseptor aktif kembali
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan,
dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–
turut dan bukan karena hamil.
Lanjutan . . .
● Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan atau abortus.
● Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam
waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
● Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
● Akseptor KB dropout
Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari
3 bulan.
Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta


mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran
dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat
menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB, meliputi sasaran
langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung
yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Prijatni, 2016).
Manfaat Program
Keluarga Berencana
Menurut Yulizawati (2020), beberapa manfaat program keluarga berencana yang penting
untuk diterapkan pada setiap keluarga:

• Menjaga kesehatan ibu dan bayi


Program kehamilan yang direncanakan dengan matang akan memberikan dampak baik bagi
kesehatan ibu dan bayi.
• Mendorong kecukupan ASI dan pola asuh yang baik bagi anak
Dengan program KB, suami istri dapat merencanakan waktu kehamilan dengan tepat. Hal ini
erat kaitannya dengan kecukupan ASI dan pola asuh anak.
• Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
Suami dan istri yang tidak menjalankan program KB berisiko mengalami kehamilan yang
tidak direncanakan.
Lanjutan . . .
● Mencegah penyakit menular seksual
Meski dilakukan antar suami istri, hubungan seksual tidak terlepas dari risiko terjadinya
penyakit menular seksual, seperti sifilis, gonore, hingga HIV/AIDS. Namun, hal ini bisa
dicegah dengan penggunaan alat kontrasepsi, seperti kondom.
● Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Manfaat program keluarga berencana lainnya adalah untuk menurunkan risiko kematian ibu
dan bayi.
● Membentuk keluarga yang berkualitas
Semua yang direncanakan dengan baik juga bisa berbuah baik. Dalam hal ini, merencanakan
kehamilan dan jumlah anak bukan cuma masalah waktu, tapi juga soal eknomi, pendidikan
anak, dan pola asuh. Jika semua itu direncanakan dengan baik, peluang menciptakan
keluarga berkualitas pun akan semakin besar.
Macam-Macam Jenis
Kontrasepsi
Menurut Yulizawati (2010), macam-macam kontrasepsi :

● Kontrasepsi Sederhana

a. Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat
penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah
pada vagina.

b. Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama dengan


mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.

c. KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar utamanya yaitu
saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender,
suhu basal, dan metode lendir serviks.
Lanjutan . . .
d. Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai
serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba fallopi).
e. Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan menghentikan
gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel
telur.
● Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan hormon
estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja
(Mini Pil).
b. Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan
(DMPA).
c. Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya dilengan atas.
Lanjutan . . .
● Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik
(polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan
ada pula yang batangnya hanya berisi hormon progesteron.
● Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
a. Tubektomi Suatu kontrasepsi permanen untuk
mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba
fallopi (pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
b. Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel
sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.
Rencana Asuhan pada Pencabutan IUD
Menurut Matahari (2018), cara melepas IUD :

• Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

• Akseptor dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu dan membersihkan
daerah genitalnya, kemudian dipersilahkan berbaring di tempat periksa dalam posisi
litotomi.

• Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene.

• Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan menentukan besar, bentuk, dan posisi
rahim.

• Masukan spekulum ke dalam liang senggama posisikan sedemikian rupa sehingga


mulut rahim terlihat dengan baik.
Lanjutan . . .
● Bersihkan serviks dengan dengan larutan antiseptik 3 kali secara merata pada daerah
serviks dan vagina.
● Identifikasi benang IUD, jika terlihat, jepit benang dengan forsep, tarik benang IUD
perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari liang senggama. Bila terasa ada
tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan manuver dengan menariknarik secara halus
benang tersebut.
● Apabila benang tidak terlihat, masukan sonde sesuai dengan posisi rahim pada
pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang sonde secara perlahan-lahan
dalam bentuk lingkaran, benturan sonde dengan IUD akan terasa bila IUD terdapat di
dalam rahim. Tarik IUD keluar dengan memakai IUD removel/pengait IUD.
● Lepaskan spekulum, kemudian lakukan disinfeksi daerah vagina.
● Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan bahan klorin 0,5%.
Manajemen
Asuhan
Kebidanan
Pengkajian Data Subjektif dan Objektif
Subjektif

a. Data

1) No. register : Diberikan kepada pasien untuk digunakan selamanya oleh pasien
serta untuk mengetahui jumlah pengunjung lama/baru.

2) Hari/tanggal pengkajian : Untuk mengetahui hari dan tanggal pasien berkunjung.

3) Jam : Untuk mengetahui jam pasien berkunjung

4) Tempat : Untuk mengetahui tempat pasien berkunjung.

5) Pengkaji : Untuk mengetahui siapa yang bertanggungjawab atas pasien tersebut.


Lanjutan . . .
b. Identitas
1) Nama : Perlu ditanyakan agar tidak terjadi kekeliruan bila ada kebersamaan nama pasien.
2) Umur : Untuk mengetahui usia produktif pada ibu apabila kematangan dan kesiapan dalam
penggunaan KB IU.
3) Alamat : Ditanyakaan dengan maksud mempermudah hubungan bila diperlukan dalam
keadaan mendesak.
4) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien, sehingga dalam memberikan
asuhan kebidanan disesuaikan dengan tingkat pendidikan klien.
5) Status Perkawinan : Perlu ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status
perkawinan terhadap masalah kesehatan.
6) Suku/bangsa : Perlu ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh adat istiadat
dan budaya terhadap kesehatannya serta memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
Lanjutan . . .
7) Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status gizinya.
c. Keluhan utama
Pada wanita dengan KB IUD biasanya mengeluhkan kenaikan berat badan.
d. Riwayat mentsruasi
Riwayat haid dikaji untuk mengetaui apakah siklus menstruasi pada ibu teratur karena
berhubungan dengan efek samping KB IUD yaitu perubahan siklus haid pada tiga bulan
pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan, haid lebih lama dan banyak, dan dapat
menyebabkan resiko terjadinya anemia
e. Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui apakah terdapat penyulit dan untuk mengetahui apakah usia kehamilan
yang dahulu cukup minggu/tidak.
Lanjutan . . .
f. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui klien memakai jenis kontrasepsi apa sebelumnya, apakah ada keluhan
selama menggunakan kontrasepsi tersebut dan lama penggunaannya
g. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui apakah terdapat penyulit dan untuk mengetahui apakah usia kehamilan
sekarang cukup minggu/tidak.
h. Riwayat kesehatan ibu
Tanda Gejala Penyakit Sistemik diperbolehkan menggunakan KB IUD karena tidak
mempengaruhi dan bukan merupakan kontraindikasi untuk pemasangan KB IUD, khusus
untuk penyakit keputihan, serviksitis dan vaginitis perlu dikaji untuk mengetahui apakah
ibu mempunyai penyakit menular seksual terutama pada infeksi seviksitis atau pada
vaginitis, karena penyakitpenykit tersebut merupakan kontra indikasi untuk menggunakan
KB IUD. Riwayat kesehatan seperti, Jantung, Ginjal, Asma, TBC, Hepatitis, Diabetes
Millitus, dan Hipertensi
Lanjutan . . .
i. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi pengaruh penyakit terhadap
gangguan kesehatan ibu. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan mencakup diabetes
mellitus, hepatitis, penyakit jantung, TBC, dan ginjal. Tanyakan juga pada klien apakah
keluraga pasien mempunyai riwayat penyakit kembar. Penyakit keturunan tidak
memengaruhi terhadap pemakaian KB IUD.
j. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia perkawinan ibu apakah kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun karena berhubungan dengan kematangan organ reproduksi dan juga
kesiapan organ reproduksi
Lanjutan . . .
k. Pola kebiasaan hidup sehari-hari
1) Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui kebutuhan nutrisi ibu, karena kebutuhan nutrisi
sangat berpengaruh terhadap fungsi reproduksi, jika kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi maka
dapat mengurangi resiko terjadinya anemia karena berhubungan dengan efek samping KB
IUD yaitu haid lebih banyak dan lama dan dapat menyebabkan anemia.
2) Pola eliminasi
Pola eliminasi perlu dikaji untuk mengetahuikebiasaan BAB (terakhir BAB, warna,
konsistensi, keluhan) dan kebiasaan BAK (terakhir BAK, warna, konsistensi dan keluhan),
terutama BAK perlu dikaji untuk mengetahui ada keluhan atau tidak karena KB IUD dapat
menimbulkan gejala infeksi traktus genitalia pada wanita yaitu buang air kecil sukar atau
sakit dan adanya rasa panas atau terbakar
3) Pola aktivitas Lanjutan . . .
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat
berpengaruh terhadap alat kontrasepsi yang akan ibu gunakan, karena pekerjaan ibu yang
berat dapat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi yang akan digunakan karena dapat
menyebabkan ekspulsi.
4) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang dan berapa jam
ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu.
5) Pola personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti pakaian dalam,
membersihkan alat kelaminnya agar tidak terjadi keputihan. Pola ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan alat kelaminnya, karena jika pasien tidak
menjaga personal hygiene dengan baik maka akan berpengaruh pada kesehatan alat
reproduksinya karena berhubungan dengan KB IUD yaitu terdapat cairan putih yang
berlebihan,
Lanjutan . . .
6) Pola seksual
Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan
seksual dengan suami, dan memberitahu ibu hal-hal yang harus diketahui ibu timbul rasa
nyeri sesudah melakukan hubungan seksual dan suami mengeluh mengalami perasaan
kurang enak sewaktu melakukan hubungan seksual
l. Riwayat psikologi
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon dan dukungan yang diberikan
suami dan keluarga kepada ibu untuk menggunakan KB IUD. Adanya masalah dalam
rumah tangga, kehilangan pekerjaan/masalah pada jenjang pendidikan klien, takut
terhadap kelainan kesehatan system reproduksi, cemas yang berlebihan dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat dan memengaruhi pola kebiasaan
klien baik pola makan dan pola kebiasaan.
Lanjutan . . .
Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum klien apakah lemah, cukup, baik. Pemeriksaan fisik harus
selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang mencakup: (1) Kesan keadaan
sakit, termasuk face dan posisi pasien; (2) Kesadaran; (3) Kesan status gizi. Penilaian KU
adalah sesuai observasi bidan pada saat pertama kali bertemu klien. Parameter untuk menilai
KU klien baik atau tidak baik adalah postur tubuh, cara berjalan, emosi ibu, kecemasan,
kemarahan, malnutrisi, anemi. Dengan penilaian keadaan umum ini akan dapat diperoleh
kesan apakah pasien dalam keadaan distres akut yang memerlukan pertolongan segera,
ataukah pasien dalam keadaan yang relatif stabil sehingga pertolongan dapat diberikan
setelah dilakukan pemeriksaan fisis yang lengkap.
2) Kesadaran
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Tingkatan kesadaran dinyatakan sebagai
berikut : Composmentis, Apatik, Somnolen, Delirium, Sopor, Koma
3) Keadaan Emosional
Lanjutan . . .
Stabil, labil, cemas dan takut. Stabilitas emosi adalah keadaan seseorang yang memiliki emosi
yang matang dan ketika mendapatka rangsangan dari luar tidak memunculkan gangguan
emosional.
4) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal 100/60 – 140/90 mmHg. Terdapat pengukuran nadi 60 -100 x/menit.
Suhu normal 36,5° - 37,5° C. Pernapasan normal 16 – 20 x/menit.
b. Pemeriksaan fisik
1) Rambut : Untuk mengetahui apakah rambut ibu rontok atau tidak, karena penggunaan alat
kontrasepsi IUD Copper T cu380A tidak menyebabkan kerontokan pada rambut.
2) Wajah : Pucat/tidak, muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi pada wajah dan
leher (Chloasma Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating Hormone. Selain itu, penilaian
pada muka juga ditujukan untuk melihat ada tidaknya pembengkakan pada daerah wajah serta
mengkaji kesimetrisan bentuk wajah.
Lanjutan . . .
3) Mata : Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal
berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk mengkaji munculnya
anemia. Konjungtiva yang normal berwarna merah muda. Selain itu, perlu dilakukan
pengkajian terhadap pandangan mata yang kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya anemia berat.
4) Mulut/Gigi/Gusi/Lidah : Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek ada tidaknya
stomatitis. Gigi merupakan bagian penting yang harus diperhatikan kebersihannya sebab
berbagai kuman dapat masuk melalui organ ini. Pengaruh hormone dapat menyebabkan
gusi menjadi mudah berdarah. Kebersihan lidah dan warna serta ukuran pada papilla lidah.
5) Leher : Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid, vena jugularis tidak terlihat dan hampir
tidak teraba sedangkan kelenjar getah bening bisa teraba seperti kacang kecil.
Lanjutan . . .
6) Payudara : Payudara pada wanita remaja biasanya tidak terdapat benjolan, apabila
terdapat benjolan dapat dipastkan apakah tanda-tanda FAM/Ca Payudara. Apbila FAM maka
benjolan dapat digerakan sedangkan Ca tidak dan biasanya keras seperti tulang. Apabila
terdapat tumor jinak disarankan menggunakan KB IUD.
7) Perut : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya nyeri pada perut. Pada beberapa wanita
terdapat linea nigra dan strechmark pada perut. untuk mengetahui bentuk abdomen,
pembesaran kelenjar limfe/hati dan nyeri tekan, untuk mengetahui adanya PRP (penyakit
radang panggul) karena penyakit radang panggul merupakan kontraindikasi KB IUD.
8) Vulva dan Perineum : Pada pemeriksaan genetalia perlu dikaji ada tidaknya infeksi pada
vagina dan serviks. Infeksi pada vagina dan serviks ditandai dengan adanya peradangan,
pengeluaran pervagina yang berlebihan, berwarna putih, kuning hijau, atau abuabu, berbau
amis, disuria, disparenia, dan perdarahan pasca coitus.
Lanjutan . . .
9) Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah terdapat oedem dan varices, oedema pada
kaki dan tangan merupakan tanda penderita tekanan darah tinggi disarankan untuk
menggunakan alat kontrasepsi IUD Copper T Cu 380A.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin : Pada awal masa nifas jumlah hemoglobin sangat bervariasi akibat
fluktuasi volume darah, volume plasma dankadar volume sel darah merah. Kadar Hb
normal wanita remaja adalah 12-15 gr %.
2) Protein Urine dan glukosa urine : Urine negative untuk urin yang tidak mengandung
protein dan glukosa. Diuji menggunakan kertas lakmus.
3) Golongan darah : Golongan darah untuk mengetahui jenis dan persediaan untuk ibu
jika terjadi komplikasi untuk data rujukan ibu. Golongan darah terdiri dari A, AB, B,
dan O dengan rh +-.
Interpretasi Data
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Diagnosa : Ny . . . umur . . . tahun P . . . pelepasan aksptor KB IUD Copper T Cu 380A.

Data Dasar :

Data Subjektif :

a. Hasil dari anamnesa identitas akseptor yang dibutuhkan untuk mendukung diagnosa yang
dibuat.

b. Riwayat obstetrik akseptor meliputi : paritas, jumlah anak hidup, dan riwayat abortus.
Lanjutan . . .
c. Riwayat kesehatan akseptor meliputi : riwayat kesehatan yang berhubungan dengan
penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), gangguan siklus menstruasi, dan keputihan.
d. Keluhan dari akseptor untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD Copper T Cu 380A.
Data Objektif :
Data obyektif diperoleh dari hasil pemerioksaanfisik pada akseptor untuk mendapatkan data
yang mendukung diagnose diatas. Pada akseptor tersebut tidak terdapat kontra indikasi
pemasangan IUD Copper T Cu 380A. pemeriksaan fisik tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi).
b. Pada pemeriksaan abdomen tidak ada massa dan nyeri tekan. Adanya massa pada abdomen
merupakan tanda dari kelainan bawaan uterus atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
Lanjutan . . .
Nyeri tekan pada abdomen bagian bawah merupakan tanda dari penyakit radang
panggul (PRP) yang merupakan kontra indikasi dari pemasangan IUD Copper T
Cu 380A.
c. Pemeriksaan dalam. Jika pada pemeriksaan dalam tidak terdapat nyeri tekan
gerakan serviks pada penderita penyakit radang panggul.
Masalah : Tujuan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau
masalah kesehatan pasien secara jelas dan sesingkat mungkin. Masalah yang sering
terjadi padaibu KB IUD mengeluhkan nyeri perut bagian bawah.
Kebutuhan : Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan dengan analisa data.
Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu KB IUD adalah pengompresan perut dengan
air hangat dan mengonsumsi obat pereda nyeri apabila kram perut hebat, seperti
paracetamol/ibuprofen.
Diagnosa Potensial

Menurut Handayani (2017), perumusan diagnosa kesehatan reproduksi


disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti ibu KB IUD usia (25 – 30
tahun) mengeluhkan nyeri perut bagian bawah. Perumusan masalah
disesuaikan dengan kondisi ibu KB IUD. Ketidaknyamanan yang dirasakan
pada ibu KB IUD adalah nyeri perut bagian bawah. Diagnosal potensial adalah
keputihan berbau tidak sedap, nyeri/kram perut hebat, perdarahan pada vagina,
dan kematian.
Antisipasi
Penanganan Segera

Menurut Handayani (2017), antisipasi adalah mencerminkan


kesinambungan dari proses situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu. Antisipasi pada ibu KB IUD,
yaitu pengompresan perut dengan air hangat dan mengonsumsi obat pereda nyeri
apabila kram perut hebat, seperti paracetamol/ibuprofen.
Intervensi
Menurut Handayani (2017), rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah
dan kondisi wanita, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
Rencana tindakan asuhan kebidanan pada gangguan pelepasan alat kontrasepsi KB IUD
disesuaikan dengan kebijakan program nasional, antara lain:

• Beritahu hasil pemeriksaan klien kepada klien.

• Anjurkan menjaga personal hygiene yang baik dan benar dengan membasuh alat
kelamin setelah BAB/BAK membasuh dari atas ke bawah.

• Anjurkan klien tidak menggunakan sabun untuk membersihkan vagina.

• Anjurkan klien mengganti pakaian dalam minimal sebanyak 2 kali sehari dengan kain
berbahan katun dan tidak ketat.
Lanjutan . . .

● Anjurkan klien menjaga pola makan dengan menu seimbang.


● Anjurkan klien berolahraga rutin minimal satu minggu sekali.
● Anjurkan klien mengompres bagian perut bawah dengan air hangat untuk
meredakan nyeri.
● Anjurkan klien mengonsomsi obat pereda nyeri apabila nyeri/kram perut
hebat, dengan dosis yang telah ditetapkan dokter.
● Anjurkan klien berkunjung ulang apabila terdapat keluhan yang berlebihan
dan dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
Implementasi

Menurut Handayani (2017), pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu


dengan nyeri bagian bawah perut disesuaikan dengan rencana asuhan yang
telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu dengan masalah nyeri bagian bawah perut pada pelepasan KB IUD,
adalah :
• Memberitahu hasil pemeriksaan klien kepada klien.
• Menganjurkan menjaga personal hygiene yang baik dan benar dengan
membasuh alat kelamin setelah BAB/BAK membasuh dari atas ke bawah.
Lanjutan . . .
● Menganjurkan klien tidak menggunakan sabun untuk membersihkan vagina.
● Menganjurkan klien mengganti pakaian dalam minimal sebanyak 2 kali sehari dengan
kain berbahan katun dan tidak ketat.
● Menganjurkan klien menjaga pola makan dengan menu seimbang.
● Menganjurkan klien berolahraga rutin minimal satu minggu sekali.
● Menganjurkan klien mengompres bagian perut bawah dengan air hangat untuk
meredakan nyeri.
● Menganjurkan klien mengonsomsi obat pereda nyeri apabila nyeri/kram perut hebat,
dengan dosis yang telah ditetapkan dokter.
● Menganjurkan klien berkunjung ulang apabila terdapat keluhan yang berlebihan dan
dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
Evaluasi
Menurut Handayani (2017), penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan dengan
ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi ibu.

• Beritahu hasil pemeriksaan klien kepada klien.

• Anjurkan menjaga personal hygiene yang baik dan benar dengan membasuh alat kelamin
setelah BAB/BAK membasuh dari atas ke bawah.

• Anjurkan klien tidak menggunakan sabun untuk membersihkan vagina.

• Anjurkan klien mengganti pakaian dalam minimal sebanyak 2 kali sehari dengan kain
berbahan katun dan tidak ketat.

• Anjurkan klien menjaga pola makan dengan menu seimbang.


Lanjutan . . .

• Anjurkan klien berolahraga rutin minimal satu minggu


sekali.
• Anjurkan klien mengompres bagian perut bawah
dengan air hangat untuk meredakan nyeri.
• Anjurkan klien mengonsomsi obat pereda nyeri apabila
nyeri/kram perut hebat, dengan dosis yang telah
ditetapkan dokter.
• Anjurkan klien berkunjung ulang apabila terdapat
keluhan yang berlebihan dan dapat mengunjungi
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
Terima
Kasih
Credits:
ApakahThis
adapresentation
yang ingin template
ditanyakan ?
was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

You might also like